GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan sesuai rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur, perlu menetapkan Masjid Besar Al-Mubarok di Kabupaten Nganjuk Sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Provinsi dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur.
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5168); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679); 4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 2, Seri D); 5. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 83 Tahun 2013 tentang Uraian Tugas, Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. MEMUTUSKAN :
Menetapkan KESATU
: :
Masjid Besar Al-Mubarok di Kabupaten Nganjuk sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Provinsi dengan identitas, diskripsi, sejarah dan gambar sebagaimana tersebut dalam Lampiran. KEDUA
-2-
KEDUA
:
Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, terhadap Bangunan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, setiap orang dilarang untuk : a. melakukan pelestarian tanpa didasarkan pada hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, akademis dan administratif; b. mengalihkan kepemilikan Cagar Budaya tanpa izin; c. dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan upaya Pelestarian Cagar Budaya; d. merusak, mencuri baik sebagaian maupun seluruh Cagar Budaya; e. memindahkan dan/atau memisahkan Cagar Budaya tanpa seizin; f. mengubah fungsi Cagar Budaya; g. mendokumentasikan Cagar Budaya baik seluruh maupun bagianbagiannya untuk kepentingan komerial tanpa seizin pemilik dan/atau yang menguasainya; h. memanfaatkan Cagar Budaya baik seluruh maupun bagianbagiannya, dengan cara perbanyakan, kecuali dengan seizin Menteri.
KETIGA
:
Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan terhadap Bangunan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KEEMPAT
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 29 Pebruari 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR
ttd Dr. H. SOEKARWO
LAMPIRAN
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 188/ 148 /KPTS/013/2016 TANGGAL : 29 PEBRUARI 2016
PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI I.
IDENTITAS Nama Bangunan Letak Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Luas Lahan Ukuran Bangunan Status Pemilikan Lahan Pengelola
: Masjid Besar Al – Mubarok : : : : : : : :
Kacangan Berbek Nganjuk Jawa Timur 14 x 14 m2 Bujur sangkar 14 X 14 m 2 Tanah desa Yayasan Masjid Besar Al – Mubarok
II. DISKRIPSI Dilihat dari bentuk bangunannya, terlihat bahwa bangunan masjid tersebut menggunakan model Tajug Lawakan Lambang Teplok di mana tiang utamanya menopang langsung atap (brunjungan), sedangkan bangunan serambi menggunakan atap limasan yang disebut Limasan Trajumas. Beberapa ornamen bersejarah diantaranya, mimbar dari kayu jati berukir yang dibuat pada tahun 1758, bedug pada tahun 1759 dan atap masjid dari ijuk pada tahun 1760 yang pada akhirnya diganti sirap. Di halaman depan terdapat yoni (salah satu kelengkapan ritual agama Hindu) yang sekarang difungsikan sebagai tempat untuk melihat dan menentukan waktu. Pada Tahun 2015 dilakukan pemugaran pada serambi masjid bagian depan yang ditambah menjadi bangunan dua lantai, tanpa mengganti bagian-bagian penting (bagian interior masjid masih asli). Masjid yang asli tidak dirubah sama sekali. Perubahan hanya terlihat dari tampak depan karena bangunan utama masjid Al Mubarok tertutup bangunan tambahan. III. SEJARAH Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal bakal” Kabupaten Nganjuk sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena, alur sejarah kabupaten Nganjuk ternyata berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosro Koesoemo 1. Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari silsilah keluarga dan catatan ”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa Bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosro Koesoemo 1 (terkenal dengan sebutan Kanjeng Jimat). Kedatangan Sosro Koesoemo atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Jimat, bukan hanya untuk memperkuat kekuasaan Mataram, tetapi juga untuk menyebarkan Agama Islam di daerahdaerah pedalaman kaki Gunung Wilis yang merupakan bekas wilayah Kerajaan Majapahit. Pada
-2-
Pada tahun 1745 M Masjid Al – Mubarok didirikan oleh Raden Tumenggung Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat, dan pada tahun 1745 M beliau adalah Bupati Berbek Pertama. Makam Raden Tumenggung Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat berada di lingkungan Masjid. Penentuan angka tahun pendirian masjid ini didasarkan pada temuan candra sengkala di kanan kiri mihrab yang berbunyi Adege Masjid ing Toya Mirah sinegkalan, “Toto Caturing Pandito Hamadangi” yang apabila diartikan terbaca angka tahun 1745 M. Pada awal pendiriannya masjid ini beratap ijuk dan lantainya terbuat dari katel yaitu adukan tanah liat dan kapur yang dipadatkan. Kerangka dari kayu jati sedangkan penyambungan usuk dan reng tidak menggunakan paku namun dengan teknik dinagel. Sebagaimana masjid pada umumnya, masjid ini juga dilengkapi dengan : Mimbar, yang terbuat dari kayu jati. Terdapat tulisan Masjid ini Negari Toya Mirah dilengkapi dengan candra sengkala ditulis dalam huruf Arab yang berbunyi Ratu Nitih Buto Murti ( 1758 M) yang dianggap sebagai tahun pembuatan mimbar. Atap mimbar yang dilengkapi dengan angka tahun pembuatan 1759 M Bedug yang dilengkapi dengan huruf Arab berbunyi berangka Tahun 1759 M Plancang bedug berangka tahun 1760 M Atap masjid yang semula dibuat dari ijuk dan kemudian diganti sirap dan akhirnya sekarang diganti dengan genteng. Bangunan utama masjid berukuran 14 x 14 m 2. Berdinding batu bata (awalnya tanpa lepo) beratap tumpang (susun tiga) yang disangga 4 (empat) tiang utama atau Soko Guru dari kayu jati utuh. Di dinding sebelah barat terdapat ceruk yang difungsikan sebagai mihrab, tempat imam memimpin sholat dan di dekat mihrab terdapat mimbar yang dipenuhi dengan ukiran motif sulur bunga dan daun. Keseluruhan sulur berwarna merah dan kuning emas. Pada ketiga sisi mimbar inilah terdapat candra sengkala yang memuat angka tahun sebagai berikut : Sisi timur Ratu nitih buto murti ( 1758 ) Sisi selatan ( samping kanan ): Ratu pandito toto gapuro ( 1759 ) Sisi barat ( belakang ): Ratu pandito toto terus ( 1759 ) Pada tahun 1950 oleh K.H. Dahlan, Penghulu Kabupaten Nganjuk, tembok yang dulunya belum diplester, mulai diperbaiki dan diplester. Lantainyapun juga diganti dengan marmer berwarna abu-abu, serta atap yang awalnya dibuat dari sirap diganti dengan genteng. Di dalam buku Nganjuk dan Sejarahnya (1994) disebutkan bahwa pada tahun 1985, oleh LB Moerdani dipugar dan dilakukan penambahan bangunan. Pemugaran meliputi ruang induk, dan kedua serambi. Sedangkan di depan masjid dibangun menara untuk adzan setinggi 10 m, tempat wudhu, dan pagar depan sepanjang 35 m. Pemugaran dan penambahan bangunan ini selesai pada tanggal 5 Februari 1986, dan pada tanggal 7 Februari 1986 diresmikan penggunaannya oleh LB Moerdani didampingi Menteri Agama H. Munawir Saazdjali dan Menteri Penerangan H. Harmoko.
IV. GAMBAR
-3IV. GAMBAR MASJID BESAR AL – MUBAROK
Pintu masuk masjid
Mihrab
Atap ( wuwungan masjid )
Mimbar
Bedug
Yoni yang digunakan sebagai penunjuk waktu _________________________________________________________________________
GUBERNUR JAWA TIMUR ttd Dr. H. SOEKARWO
SALINAN
-4-
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada: Yth. : 1. Sdr. Menteri Dalam Negeri di Jakarta. 2. Sdr. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta. 3. Sdr. Ketua DPRD Provinsi Jawa TImur di Surabaya. 4. Sdr. Inspektur Provinsi Jawa Timur di Sidoarjo. 5. Sdr. Bupati Nganjuk di Nganjuk. 6. Sdr. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Mojokerto di Mojokerto. 7. Sdr. Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur di Surabaya. ____________________________________________