BAB I PENDAHULUAN
GREEN SOLO SUPERBLOCK SKRIPSI
OLEH:
HERI SISWANTO I.0204065
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2009
1
BAB I PENDAHULUAN
Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1. Pemahaman Judul ……..………………………………………………………… 2. Latar belakang ……..…………………………………………………………… 3. Permasalahan dan persoalan ……..……………………………………………… 4. Tujuan dan sasaran…………………………………………………………..…… 5. Lingkup dan batasan pembahasan ……..………………………………………. 6. Metoda dan Strategi……..……………………………………………………….. 7. Sistematika pelaporan ……..……………………………………………………… 8. Kerangka pemikiran ………………………………………………………………
Bab II Superblok 1. Pengertian dan sejarah singkat superblock ………….…………………………… 2. Urgensi adanya superblock ……..…………..…………………………………… 3. User dan kegiatan dalam Superblok ……..……………………………………… 4. Fungsi utama dan penunjang dalam superblock ……..…………………..……… 5. Contoh superblok……..…………………………………………………………… 6. Kesimpulan esensi perancangan superblok……..…………………………………
Bab III Arsitektur Hijau 1. Pengertian dan Sejarah Singkat Arsitektur Hijau……..…………………………… 2. Urgensi diterapkannya Arsitektur Hijau ……..……………………………………. 3. Prinsip – Prinsip Arsitektur Hijau……..…………………………………………… 4. Contoh Aplikasi Arsitektur Hijau……..…………………………………………… 5. Kesimpulan Esensi Perancangan Berkonsep Arsitektur Hijau……..………………
Bab IV Kota Solo 1. Kondisi Umum Kota Solo a. Kondisi Fisik Kota Solo ……..………..……………………………………… b. Kondisi Non Fisik Kota Solo ……..…………………………………………… c. RUTRK Kota Solo ……………………….…………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN 2. Tinjauan Kemungkinan Diterapkannya Superblok dan Arsitektur Hijau di kota Solo ……………………………………………………………………………….. 3. Study Lapangan Kondisi Kota Solo a. Kondisi Fisik Kota Solo……..………………………………………………… b. Lokalitas Masyarakat Solo……..……………………………………………… 4. Kesimpulan Karakteristik Arsitektur Superblock Yang Kontekstual Terhadap Kota Solo………………………………………………………………………….
Bab V Analisa Pendekatan Konsep Green Solo Superblock A. Esensi Perancangan Green Solo Superblock ……..………………………………… B. Analisa Pendekatan Konsep Green Solo Superblock 1. Analisa Konsep Pemilihan Site ……..…………………………………………… 2. Analisa Konsep Penataan Site Dan Bangunan ……..…………………………….. a. Konsep Zonifikasi ……..…………………………………………………….. b. Konsep Penataan Sirkulasi ……..…………………………………………… c. Konsep Pencapaian ……..…………………………………………………… d. Konsep Orientasi ……..……………………………………………………… e. Konsep Penataan Lansekap ……..…………………………………………… 3. Analisa Konsep Penentuan Dan Pengorganisasian Fasilitas Dalam Green Solo Superblock ………………………………………………………………………… a. Konsep Penentuan Fasilitas ……..………………………………………….… b. Konsep Pengorganisasian Fasilitas ……..…………………………………….. 4. Analisa Konsep Peruangan a. Konsep User Dan Pola Kegiatan Dalam Green Solo Superblock ……..……… b. Konsep Kebutuhan Dan Besaran Ruang Pada Masing-Masing Fungsi ………. c. Konsep Tata Ruang dan Ekspresi Ruang ……..……………… 5. Analisa Konsep Tata Massa Dan Penampilan ……..……………… a. Konsep Tata Massa ……..……………… b. Konsep Penampilan ……..……………… 6. Analisa Konsep System Utilitas ……..……………… a. Konsep System Pencahayaan ……..……………… b. Konsep System Penghawaan ……..……………… c. Konsep System Sanitasi Dan Pengolahan Sampah ……..……………… 3
BAB I PENDAHULUAN d. Konsep System Pemadam Kebakaran Dan Penangkal Petir ……..……………
Bab VII Analisa Pendekatan Desain Green Solo Superblock 1. Analisa Desain Penataan Site ……..……………… a. Sirkulasi……..………………………………………………………………… b. Orientasi……..………………………………………………………………… c. Pencapaian ……..…………………………………………………………… d. Noise ……..………………………………………………………………… e. Klimatologi ……..……………………………………………………………… f. Zonning ……..………………………………………………………………… g. Lansekap ……..……………………………………………………………… 2. Analisa Desain Peruangan ……..………………………………………………… a. Penataan Ruang ……..………………………………………………………… b. Ekspresi Ruang ……..………………………………………………………… 3. Penampilan Dan Tata Massa Green Solo Superblock……………………………… a. Tata Massa Bangunan ……..………………………………………………… b. Penampilan Kawasan Dan Bangunan ……..……………………………………
c. Struktur dan Konstruksi Bangunan……..…………………………………… 4. Utilitas Green Solo Superblock a. Sistem Pencahayaan ……..………………………………………………… b. Sistem Penghawaan ……..………………………………………………… c. Sistem Mechanical Electrical ……..………………………………………… d. Sistem Sanitasi Dan Pengolahan Sampah ……..…………………………… e. Sistem Keselamatan ……..……………………………………………………
4
BAB I PENDAHULUAN 1. PEMAHAMAN JUDUL a. Superblok Superblok adalah kawasan yang menggabungkan pusat hunian, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, bahkan juga tempat rekreasi. Pendeknya, segala fasilitas yang dibutuhkan menyatu dalam satu kawasan.1 Superblok merupakan salah satu respon yang muncul dari adanya permasalahan perkotaan saat ini, seperti : kemacetan, polusi, kepadatan penduduk dan masalahmasalah lain yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan adanya sebuah kompleks bangunan dengan fungsi-fungsi yang terintegrasi, maka dapat mereduksi pergerakan dalam kota, pencemaran, penghematan dalam berbagai hal dan sebagainya. Karena itu konsep superblok banyak berkembang di kota-kota besar di seluruh dunia, dimulai dengan adanya gerakan redevelopment planning di Amerika pada tahun 1960. b. Arsitektur Hijau Arsitektur Hijau adalah praktek desain dan konstruksi yang secara signifikan mengurangi atau menghilangkan efek negative bangunan pada lingkungan dan penghuninya (manusia)2 Munculnya konsep Arsitektur Hijau yang saat ini terus bergaung di seluruh dunia dipicu oleh adanya kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan adanya fakta yang diungkapkan oleh Department of Environmental Services of US yang menyebutkan bahwa bangunan bangunan (termasuk proses di dalamnya) merupakan penyumbang kerusakan alam terbesar di bumi. c. Kota Solo Solo merupakan sebutan gaul untuk kota Surakarta. Secara de-yure luas wilayahnya hanya sekitar 4404 Ha, tapi pada kenyataanya telah berkembang ke beberapa daerah di sekitarnya hingga sampai 3 kali lipat wilayah aslinya. Dari segi sejarah, kota solo merupakan pecahan dari kerajaan Mataram yang berpusat pada keraton Kasunanan dan Mangkunegaran. Pengaruh budaya dari 2 keraton tersebut mengakibatkan perkembangan Kota Solo terus dibayangi oleh budaya jawa yang menjadi salah satu keunikan dan daya tarik Kota Solo.
1 2
Guru Besar Arsitektur ITB, Prof. Dr. Ir. Moh. Danisworo, MUP. Department of Environmental Services of US
5
BAB I PENDAHULUAN Green Solo Superblock adalah suatu kawasan terintegrasi di kota Solo yang menggabungkan fungsi-fungsi hunian, pusat perbelanjaan, perkantoran, public space dan ditunjang oleh fungsi-fungsi pendukung yang dikembangkan dengan meminimalisir efek negatif terhadap lingkungan. 2. LATAR BELAKANG a. Permasalahan Kehidupan Perkotaan Modern Tidak dapat dipungkiri bahwa zaman telah berubah, hampir semua hal telah mengalami modernisasi. Pada masa lalu permasalahan masih sederhana, namun pada zaman sekarang manusia dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Sebuah contoh sederhana, pada zaman dahulu manusia tidak mengalami kemacetan di jalan raya karena jumlah pengguna yang sedikit, alat transportasi yang digunakan juga masih sederhana sehingga tidak menimbulkan polusi udara. Berbeda dengan masa lalu, pada masa kini manusia di kota-kota besar rata-rata menghabiskan sepertiga waktu hidupnya untuk perjalanan dari rumah ke tempat kerja. Bukan hanya itu, kendaraan yang digunakan manusia pada masa kini menimbulkan berbagai permasalahan, seperti : polusi udara, polusi suara, pemborosan energy sampai pemanasan global. Hal
paling
mendasar
yang
menyebabkan
permasalahan
tersebut
adalah
perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat. Di mana semuanya menghendaki sesuatu yang serba cepat, praktis, mudah, lengkap, dan sebagainya. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat terpenuhi. Salah satu penyebabnya adalah karena pola perkotaan saat ini yang terpisah-pisah antara satu zona dengan zona yang lain yang mengakibatkan tidak bisa dihindarinya tingkat pergerakan yang tinggi di perkotaan. Hal tersebut memicu munculnya permasalahan transportasi, polusi, pemborosan energy, psikologi dan sebagainya akibat tinggi tingkat pergerakan tersebut. Oleh karena itulah diperlukan sebuah konsep pembangunan yang menggabungkan fungsi-fungsi yang terintegrasi dalam sebuah kawasan sehingga permasalahanpermasalahan diatas dapat direduksi. b. Kerusakan alam Di sisi lain, kelangsungan hidup manusia saat ini terancam oleh kerusakan alam yang kian menggejala akhir-akhir ini. Data terakhir (2007) menyebutkan bahwa suhu di kutub utara bisa mencapai 220C dari 40C di akhir tahun 1980an. Jika hal ini tidak segera dicegah maka dapat dipastikan sebagian besar kepulauan dunia, termasuk jawa akan tenggelam kerena pencairan es di kutub. Ironisnya, ternyata penyumbang kerusakan alam terbesar 6
BAB I PENDAHULUAN saat ini adalah bangunanan (baik dalam proses pembangunan maupun penggunaan). Bahkan bangunan juga didiagnosa sebagai konsumen dari 40% energy di dunia Untuk mengantisipasi kerusakan alam tersebut, sudah banyak gerakan lingkungan yang dilaksanakan, baik berskala regional maupun internasional. Dalam upaya pelsetarian lingkungan ini, Indosnesia merupakan salah satu negara yang berperan aktif, terbuki dengan diselenggarakannya The United Nations Climate Change Conference di Nusa Dua, Bali. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan dan juga untuk mendukung langkah aktif pemerintah dalam pelestarian lingkungan, sudah seharusnya pembangunan pada masa kini harus mengedepankan konsep ramah lingkungan. c. Kondisi Kota Solo Solo merupakan kota transit, perdagangan dan budaya yang berkembang cukup pesat, terbukti perkembangan kota Solo sudah mencapai tiga kali lipat dari wilayah administratif-nya. Pada wilayah kota Solo sendiri saat ini sudah terjadi berbagai permasalahan perkotaan yang harus segera diantisipasi agar tidak berkembang seperti yang terjadi di beberapa kota besar lain di indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Contohnya : tidak lancarnya lalu-lintas di jalan-jalan utama pada jam sibuk, munculnya pemukiman padat di jagalan, gandekan dan sekitarnya serta terjadinya polusi udara dan air. Di sisi lain, kondisi sosial budaya di Solo yang melekat pada masyarakat Jawa-nya merupakan sebuah keunikan dan kekayaan yang akan menjadi identitas sekaligus aset di masa mendatang. Namun, Budaya yang seharusnya terus dilestarikan ini semakin terkikis seiring dengan perkembangan zaman. Bila kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka identitas kota Solo sebagai kota budaya akan hilang. Sebenarnya, di Solo sudah mulai berkembang bangunan-bangunan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, seperti pembangunan bangunan multifungsi Center point dan Solo Paragon yang menggabungkan fungsi apartement, pusat perbelanjaan dan perkantoran, pembangunan rumah susun di beberapa tempat dan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan terpadu. Sayangnya, hingga saat ini belum ada pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut dalam satu kawasan terpadu sehingga memberikan kemudahan akses serta untuk mengantisipasi masalah kemacetan dan berbagai polusi di masa yang akan datang. Selain itu, permasalahan ’sublimasi’ Budaya Jawa yang sedikit demi sedikit mengaburkan identitas Kota Solo masih kurang mendapat perhatian.
7
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan uraian di atas, Superblock berkonsep Arsitektur Hijau yang merupakan sebuah kawasan yang berisi blok-blok bangunan dengan fungsi-fungsi terintegrasi satu dengan yang lain dan ramah serta selaras dengan lingkungan merupakan sebuah solusi yang cocok untuk mengantisipasi permasalahan perkotaan modern dan kerusakan lingkungan yang terindikasi mulai terjadi di Kota Solo pada saat ini. 3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN a. Permasalahan −
Bagaimana membangun Green Solo Superblock yang mampu menjadi salah satu solusi bagi permasalahan perkotaan modern di Kota Solo?
−
Bagaimana membangun Green Solo Superblock yang mampu berinteraksi sinergis dengan kondisi sosial budaya dan kelokalan kota Solo?
−
Bagaimana membangun Green Solo Superblock yang meminimalisir dampak negative kepada lingkungan alam?
b. Persoalan −
Bagaimana system, penampilan dan tata massa bangunan dan lingkungan pada Green Solo Superblock, sehingga mampu berinteraksi sinergis dengan kebutuhan hidup modern?
−
Bagaimana system dan penampilan bangunan dan lingkungan pada Green Solo Superblock sehingga mampu mengantisipasi permasalahan perkotaan modern di Solo pada massa mendatang?
−
Bagaimana aplikasi prinsip green Architecture pada penataan tapak, system bangunan dan tampilan bangunan?
−
Bagaimanan system dan penampilan Green Solo Superblock yang mampu berinteraksi sinergis dengan kondisi sosial dan budaya / kelokalan masyarakat Solo.
4. TUJUAN DAN SASARAN a. Tujuan Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan Green Solo Superblock yang mampu : −
Memenuhi tuntutan kebutuhan kehidupan modern
−
Menjadi salah satu solusi dari permasalahan perkotaan modern
8
BAB I PENDAHULUAN −
Memberikan kontribusi dalam penyelamatan lingkungan dan alam khususnya melalui bidang Arsitektur
−
Berintegrasi sinergis dengan kondisi social budaya/kelokalan Di kota Solo.
b. Sasaran −
Konsep tata massa yang efisien dan mampu memaksimalkan potensi alam yang ada di sekitarnya.
−
Konsep peruangan yang mampu menjadi katalisator interaksi sosial dan sesuai dengan prinsip-prisip Arsitektur Hijau.
−
Konsep penampilan bangunan dan kawasan yang kontekstual terhadap kelokalan yang ada di Kota Solo.
−
Sistem bangunan dan kawasan yang mampu meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.
−
Konsep penataan lansekap yang mengoptimalkan ruang terbuka hijau dan interaksi user di dalamnya.
5. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN a. Lingkup pembahasan −
Pembahasan fungsi – fungsi pada Green Solo Super Block sebagai dasar perencanaaan hanya dilakukan pada fungsi-fungsi utama yang diwadahi, sedangkan fungsi-fungsi lain yang menjadi penunjang adanya fungsi utama akan dibahas secara proporsional.
−
Menekankan pada penerapan prinsip-prinsip Arsitektur Hijau pada aspek-aspek perencanaan Green Solo Superblock.
b. Batasan Pembahasan Pembahasan akan dititik beratkan pada superblok, Arsitektur Hijau dan kondisi Kota Solo. Sedangkan kondisi perkotaan dan lingkungan secara global dan permasalahan lain yang mendukung hal tersebut akan dibahas secara garis besar. 6. METODA DAN STRATEGI RANCANG BANGUN Metoda dan stratedi dalam pembuatan konsep perancangan ini dibagi menjadi beberapa tahap yang dapat digambarkan seperti diagram berikut :
9
BAB I PENDAHULUAN
1. Eksplorasi Latar Belakang Tahap ini merupakan tahap pencarian inspirasi awal, dilakukan dengan mengamati fenomena yang ada di Kota Solo maupun fenomena secara global. Hasil dari eksplorasi latar belakang ini menjadi landasan perumusan ide pokok perencanaan dan perancangan. 2. Perumusan Ide Pokok Perumusan ide pokok berfungsi untuk menemukan ide-ide pokok yang tersarikan dari hasil eksplorasi latar belakang. Berdasarkan ide-ide pokok ini kemudian muncul kutub-kutub ide yang kemudian digunakan sebagai dasar penentuan judul dan eksplorasi ide-ide pokok.
10
BAB I PENDAHULUAN 3. Penentuan Judul Judul ditentukan berdasarkan kutub-kutub ide yang diangkat oleh penulis dalam perencanaan dan perancangan ini. 4. Eksplorasi kutub-kutub ide Data yang dibutuhkan dalam eksplorasi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Oleh karena itu, secara garis besar pengumpulan data akan dilakukan dengan teknik survey primer dan sekunder. Teknik Pengumpulan Data Primer. a. Observasi / Pengamatan Penulis terjun langsung mengamati dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dan kondisi, serta data dilapangan. Pengumpulan data lapangan adalah kegiatan penulis untuk secara maksimal memperoleh data mengenai kondis sebenarnya di lapangan. b. Wawancara Kepada pihak informan yang terkait, penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pihak tersebut. c. Dokumentasi dan studi pustaka Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data yang telah terdokumentasi melalui pengumpulan berbagai sumber referensi / pustaka untuk melengkapi data. Teknik Pengumpulan Data Sekunder. Selain data primer, juga dibutuhkan data sekunder yang mendukung. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan studi literatur yang berkaitan dengan studi, yaitu dengan mencari buku-buku atau sumber informasi lain yang relevan, guna memperkuat landasan teoritis. Pengumpulan data ini juga dilakukan dengan survei instansional yang terkait dengan data-data yang dibutuhkan. 5. Analisa Pendekatan Konsep Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan ini adalah dengan cara mensintesakan hasil dari eksplorasi kutub-kutub ide menjadi suatu guidelines yang mendasari setiap analisa dalam perencanaan dan perancangan arsitektur ini. Analisa arsitektur yang dilakukan meliputi : Analisa pemilihan site, analisa penataan site, analisa peruangan, analisa tata massa dan penampilan, analisa strukur dan utilitas.
11
BAB I PENDAHULUAN 6. Analisa Pendekatan Desain Merupakan tahapan proses untuk mentransformasikan hasil analisa pendekatan konsep menjadi gambar pre-design yang pada tahapan selanjutnya akan dikembangkan menjadi gambar final-design. Analisa Pendekatan desain meliputi : pemilihan lokasi site, penataan site, penataan peruangan, penataan penampilan, perencanaan struktur dan utilitas. 7. SISTEMATIKA PELAPORAN Bab I Pendahuluan Mengemukakan pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metoda penulisan serta sistematika pembahasan Bab II Superblok Mengemukakan tinjuan teori mengenai superblok, meliputi : pengertian dan sejarah singkat superblok, urgensi adanya superblok, user dan kegiatan dalam superblok, fasiltas utama dan penunjang dalam superblok, contoh superblok dan kesimpulan berupa esensi perancangan superblok. Bab III Arsitektur Hijau Mengemukakan teori mengenai Arsitektur Hijau, meliputi : pengertian dan sejarah singkat Arsitektur Hijau, Urgensi diterapkannya konsep arsitektur hijau, prinsipprinsip perancangan arsitektur hijau, contoh bangunan berkonsep arsitektur hijau dan kesimpulan berupa esensi perancangan berkonsep arsitektur hijau. Bab IV Kota Solo Mengemukakan tinjauan Kota Solo, meliputi : kondisi umum kita solo, kondisi sosial dan budaya Kota Solo, perencanaan umum tata ruang kota Solo, tinjauan superblok dan arsitektur hijau di Kota Solo, Study lapangan di Kota Solo dan kesimpulan berupa esensi perancangan yang kontekstual dengan kondisi Kota Solo. Bab V Esensi Perancangan Green Solo Superblock Berisi sintesa/penggabungan dari hasil eksplorasi mengenai superblok, arsitektur hijau dan Kota Solo menjadi suatu guidelines dalam analisa perencanaan dan perancangan berikutnya. 12
BAB I PENDAHULUAN
Bab VI Analisa Pendekatan Konsep Green Solo Superblock Mengemukakan hasil eksplorasi mengenai Superblock, Arsitektur Hijau dan Kota Solo dilanjutkan dengan analisa pendekatan Konsep Green Solo Superblock, meliputi : Analisa pemilihan site, analisa penataan site, analisa peruangan, analisa tata massa dan penampilan, analisa strukur dan utilitas. Bab VII Analisa Pendekatan Desain Green Solo Superblock Mengemukakan proses yang dilakukan penulis dalam mentransformasikan konsep perencanaan dan perancangan Green Solo Superblock menjadi gambar pre-design yang akan dikembangkan menjadi gambar final-design, meliputi : pemilihan lokasi site, penataan site, penataan peruangan, penataan penampilan, perencanaan struktur dan utilitas.
13
BAB I PENDAHULUAN 1. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT SUPERBLOK Superblok adalah kawasan yang menggabungkan pusat hunian, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, bahkan juga tempat rekreasi. Pendeknya, segala fasilitas yang dibutuhkan menyatu dalam satu kawasan. (Guru Besar Arsitektur ITB, Prof. Dr. Ir. Moh Danisworo, MUP)
Superblock adalah kawasan dengan luas rata-rata di atas 100.000 meter persegi yang menjadi gabungan dari perkantoran, pusat hunian (apartemen dan kondominium), pusat belanja, hotel, tempat rekreasi, tempat olahraga, sekolah, pusat kesehatan, dan bahkan tempat ibadah. (Khomarul Hidayat/Naomi Siagian) Superblock adalah istilah untuk sebuah blok biasanya berupa gedung perkantoran yang tinggi dalam wilayah blok yang agak besar, biasanya di pusat bisnis / kota (Onno W. Purbo) Superblock sudah muncul sejak tahun 1960an dengan adanya gerakan redevelopment planning dengan konsep superblok di amerika serikat, namun di Indonesia superblock mulai dikenal pada tahun 1990 dengan dikembangannya kawasan Sudirman Central Business District. Saat ini superblock sudah ada hampir de semua kota besar di seluruh dunia, contohnya : −
Manhattan superblock di New York
−
Champs de Ellyse di paris
−
kawasan The Bund dan Pudong de shanghai
−
Ngee Ann City (Takashimaya), Orchard Road di singapura
−
Roppongi Hill di jepang
−
Mega Kuningan di Jakarta.
2. URGENSI ADANYA SUPERBLOK Superblock muncul sebagai penyelesaian dari berbagai permasalahan di perkotaan modern saat ini, seperti : −
Jumlah public space dan green space sangat terbatas di perkotaan.
−
Manusia modern selalu menuntut sesuatu yang serba praktis, cepat, mudah, dsb.
−
Pengembangan jalan/jalur transportasi tidak seimbang dengan laju pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan dan crowded di jalan.
−
Pencemaran udara akibat pargerakan kendaraan menempati posisi pertama penyebab polusi udara di dunia.
14
BAB I PENDAHULUAN −
Semakin berkurangnya lahan memicu munculnya lokasi pemukiman yang padat dan kumuh.
−
Rendahnya tingkat keselamatan pada daerah padat di perkotaan.
Superblock adalah salah satu solusi untuk memecah kan berbagai permasalahan yang dialami masyarakat perkotaan modern seperti di atas. 3. USER DAN KEGIATAN DALAM SUPERBLOK Superblok merupakan sebuah kompleks bangunan dengan multi user dan multi aktivitas. Pengguna dan kegiatannya dapat meliputi : −
penghuni residensial, tinggal di hunian dalam superblock
−
pebisnis dan pegawai kantor, bekerja di perkantoran
−
pengunjung, berekreasi dan berbelanja
−
pengelola superblok
−
pengguna fasilitas-fasilitas lain dalam superblok
4. FUNGSI - FUNGSI UTAMA DAN PENUNJANG DALAM SUPERBLOCK Superblock mempunyai cakupan fungsi yang sangat luas, dalam sebuah superblok yang super lengkap bisa terintegrasi hampir semua fungsi yang dibutuhkan user dalam superblok tersebut sehingga seseorang tidak perlu pergi ke luar area superblok untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi pada skala yang lebih kecil superblock hanya mewadahi fungsi – fungsi yang merupakan kebutuhan utama dari user yang ada di dalamnya, biasanya berupa : hunian (residensial), pusat perbelanjaan, perkantoran, public space dan fungsi-fungsi lain yang menunjang fungsi utama tersebut, seperti : tempat peribadatan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, parkir, dsb. 5. CONTOH SUPERBLOCK Rasuna Epicentrum di Jakarta Rasuna epicentrum adalah superblock baru yang saat ini sedang dibangun di jakarta. Superblok ini dikembangkan dari fasilitas yang sebelumnya sudah ada, yaitu Apartemen Taman Rasuna, Pasar Festival, Aston Rasuna Residence, Rasuna Office Park, dan Klub Rasuna. Superblock seluas 44,7 Ha ini dibangun dengan tujuan untuk mengatasi perbagai permasalahan perkotaan di Jakarta, khususnya masalah kemacetan. Proyek Rasuna Epicentrum terkesan 'wah' karena slogan berbunyi: “In Bilbao we know Guggenheim Museum. In tokyo we know Roppongi Hill In jakarta we know Rasuna Epicentrum” 15
BAB I PENDAHULUAN Rasuna Epicentrum akan mengembangkan berbagai fasilitas/fungsi antara lain : −
Media walk dan lifestyle center
−
Bakrie tower
−
Condominium
−
Concert hall dan office tower
−
Sport and entertainment center
−
TV studio and office tower
−
River walk
−
Epicentrum circle
−
Educational hub
Berikut ini adalah masterplan Rasuna Epicentrum
16
BAB I PENDAHULUAN Bakrie tower menjadi icon andalan RE karena bentuknya yang
sculptural,
model belah ketupat yang ditiap lantainya denah sebesar horisontal
digeser 1
derajat sehingga
menghasilkan bangunan yang meliuk-liuk. Belum lagi secondary skin. Dari presentasi maket bisa diamati bahwa jarak antar tower dibuat rapat sehingga ruang dibawahnya berkesan sempit. Ini tidak lain adalah cara untuk menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga ruangruang
dibawah tower senantiasa teduh
supaya orang dapat beraktifitas tanpa harus takut terpanggang terik matahari. Hal yang menarik adalah RE akan difasilitasi dengan kereta trem di jalan-jalan utama layaknya jaman belanda dahulu kala. Ini nampak pada fasad koridor bagian bawah tower yang bernuansakan art deco. Sungai lebar yang berwarna biru pun akan dibuat seperti layaknya di maket. “ada treatment khusus yang akan membuat sungai selalu berwarna biru. Tak jauh dari RE di depan gerbang depan akan dibangun monorail (kereta api rel tunggal). Di lantai dua akan dibangun jembatan yang
bisa
bangunan.
menghubungkan Sehingga
ketika
seluruh melewati
jembatan ini orang tidak akan kepanasan atau kehujanan. Basement juga tersambung di semua bangunan. selain itu juga akan dibangun pedestrian sepanjang 500 meter dengan lebar 10 meter. 17
BAB I PENDAHULUAN
Di Rasuna Epicentrum akan dibangun koridor tepi air/sungai modern pertama di Jakarta, potensi kawasan sungai akan direvitalisasi menjadi tempat yang nyaman dan teduh untuk kegiatan urban yang rileks dan aktif baik untuk berjalan kaki maupun berkendara Di persimpangan jalan utama akan dibangun Epicentrum Circle dengan public art raksasa sebagai ciri khas kawasan yang artistik dalam skala kota Jantung kegiatan di Rasuna Epicentrum ini adalah Epicentrum Walk (E-walk), sebuah koridor retail semi outdoor tropis yang aktif penuh dengan kafe, resto, dan entertainment bar sepanjang 250 meter. Pengalaman unik ini dimulai dari blok concert hall dan berakhir di blok studio Antv. Selain itu akan dibangun pula sebuah concert hall dan sebuah sport and entertainment center yang akan menggunakan fasilitas yang sangat modern
18
BAB I PENDAHULUAN
Sementara gedung studio Antv menjadi tren lain di kawasan Rasuna Epicentrum. Gedung model kubus berwarna semarak menjadikan gedung ini terlihat kontras. Gedung ini akan berada di di tepi sungai yang membelah kawasan Taman Rasuna yang rencananya akan dijadikan sebagai kawasan wisata sungai 6. KESIMPULAN ESENSI PERANCANGAN SUPERBLOCK Berdasarkan tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik perancangan Superblok antara lain : Dalam perencanaan site −
Luas site lebih dari 100.000 m2 atau pada umumnya antara 5 – 15 Ha
−
Terletak di lokasi yang strategis dalam suatu kota, biasanya di daerah CBD atau di daerah sekitarnya.
Fasilitas – fasilitas yang diwadahi −
Pada umumnya fasilitas utama pada superblok meliputi : hunian, perbelanjaan, perkantoran dan ruang-ruang publik. Sedangkan fungsi penunjangnya berupa : fasilitas peribadatan, olah raga, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dsb
−
Fasilitas-fasilitas
dalam
superblok
merupakan
fasilita
yang
saling
berhubungan/menunjang dan teritegrasi antara satu fasilitas dengan fasilitas yang lain. Tata massa dan penampilan −
Pada umumnya superblok terdiri dari massa jamak
−
Terdapat penghubung antara satu massa dengan massa lain
−
Sebagian besar penampilan superblok menerapkan konsep arsitektur modern atau post-modern, cenderung menggunakan international style.
19
BAB I PENDAHULUAN Perancanaan utilitas Dalam sebuah superblok biasanya terdapat sebuah unit pengelolaan utilitas terpadu kemudian dibagi ke dalam sub-unit utilitas yang terdapat pada setiap massa bangunan yang diperlukan.
20
BAB I PENDAHULUAN 1. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT GREEN ARCHITECTURE Green Architecture adalah praktek desain dan konstruksi yang secara signifikan mengurangi atau menghilangkan efek negative bangunan pada lingkungan dan penghuninya (manusia) (department of Environmental Services of US) Sejarah terbentuknya Green Architecture adalah sebagai berikut :
2. URGENSI DITERAPKANNYA KONSEP GREEN ARCHITECTURE Munculnya konsep Green Architecture dipicu oleh kerusakan alam yang semakin mengkhawatirkan sehingga tidak bisa lagi menunggu untuk segera diatasi. Ironisnya penyumbang kerusakan alam terbesar di dunia adalah berasal dari bangunan. Hal ini tercermin dari data yang menunjukan bahwa bangunan adalah : −
Konsumen dari 40 % energi dan material dunia
−
Menghabiskan 65,2 % dari penggunaan listrik tahunan dunia
−
Pengguna 40 % dari penggunaan kayu dan material dunia
−
Konsumen 25 % dari penggunaan air dunia
−
Konsumen 78 % dari air layak minum di dunia
−
Penghasil 30 % sampah padat di dunia
−
Penghasil 25 % dari emisi gas gas rumah kaca di dunia (Sumber : International HealthyHome, Department of Environmental Services of US)
Dari data – data di atas dapat disimpulkan bahwa konsep Arsitektur Hijau sudah harus diterapkan dalam usaha mengantisipasi kerusakan alam yang lebih luas / parah. 3. PRINSIP – PRINSIP GREEN ARCHITECTURE a. Sustainable site planning Perencanaan site plan yang baik akan membantu mengurangi dampak negative lingkungan dan meningkatkan kinerja energy pada green design. Contohnya : menyelamatkan pohon pada site, memaksimalkan penyerapan air pada site, menata orientasi bangunan sehingga dapat memaksimalkan potensi alam, dsb.
21
BAB I PENDAHULUAN b. Safeguarding water and water efficiency Green design harus mampu menghemat dan menyelamatkan air baik di dalam maupun di luar ruang. c. Energy efficiency and renewable energy Efisiensi energy pada green design dimulai dari tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan pasca konstruksi. Desain semaksimal mungkin mengurangi penggunaan energy tak terbarukan dan memaksimalkan penggunaan energy alternative, seperti solar panel, bahan bakar organic serta memaksimalkan penggunaan potensi alam. d. Conservation of materials and resources Memaksimalkan penggunaan material alternative yang ramah lingkungan dan dapat terbaharui dan menghindari material yang mempunyai efek negative terhadap lingkungan. e. Indoor environmental quality Memaksimalkan penggunaan elemen-elemen alamiah untuk mendapatkan kenyamanan ruang dan meminimalisir penggunaan peralatan buatan seperti lampu dan AC. 4. CONTOH PENERAPAN GREEN ARCHITECTURE a. Dalam pengolahan site −
Memaksimalkan green space pada site Hal ini bertujuan untuk memberikan manfaat yang maksimal baik untuk site
binaan maupun untuk lokasi di sekitarnya. Green space bermanfaat untuk memeberikan kenyamanan thermal, menjadi area peresapan, mereduksi bising dan manfaat-manfaat lain yang diperoleh dari adanya ruang terbuka hijau.
22
BAB I PENDAHULUAN −
Memanfaatkan kondisi existing dengan meminimalisir pengubahan kondisi asli site Hal ini bertujuan untuk meminimalisir dampak lingkungan yang timbul dari
adanya pembangunan sebuah green building. Selain itu hal tersebut juga bertujuan agar desain lebih menyatu dan kontekstual terhadap lingkungan di sekitarnya.
b. Tata massa dan penampilan bangunan −
Tata massa Secara umum dalam penataan massa bangunan, green design cenderung
meminimalisir jumlah massa bangunan. Hal ini berfungsi untuk meminimalisir building coverage sehingga area hijau dapat dimaksimalkan. Selain itu meminimalisir jumlah massa juga akan mereduksi efek terhadap lingkungan di sekitarnya, misalnya pergerakan angin, pemanasan udara dan sebagainya.
−
Penampilan Bangunan Ditinjau dari segi penampilan, bengunan berkonsep Arsitektur Hijau cenderung
banyak memasukan unsur-unsur alami terutama tanaman pada elemen-elemen bangunan. Misalnya pada dinding, atap dan detail-detai bangunan.
23
BAB I PENDAHULUAN
c. System Bangunan System bangunan merupakan inti dari perancangan dengan konsep arsitektur hijau. Prinsip-prinsip arsitektur hijau harus diterapkan dalam perencanaan system bangunan secara menyeluruh. −
Penghematan energy Penghematan energy dilakukan dalam semua aspek bangunan, baik pada waktu
pembangunan maupun pada massa penggunaan/maintenanace. Penghematan energy dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitarnya, seperti angin dan matahari.
24
BAB I PENDAHULUAN −
sistem pencahayaan dan sistem penghawaan Green design berusaha memanfaatkan potensi alam dengan maksimal. Sistem
pencahayaan dan penghawaan yang digunakan cenderung menggunakan sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami.
−
Sistem Utilitas Menggunakan sistem utilitas yang ramah lingkungan sehingga dapat mereduksi
efek negative bangunan terhadap lingkungan, baik di dalam lingkugan binaan maupun lingkungan di sekitarnya.
25
BAB I PENDAHULUAN 5. KESIMPULAN ESENSI PERANCANGAN BERKONSEP ARSITEKTUR HIJAU Dalam perencanaan site −
Perencanaan site yang berkelanjutan dengan berusaha mempertahankan kondisi alamiah site
−
Memaksimalkan lahan terbuka hijau
System bangunan − − −
Menghemat penggunaan air, meminimalisir pembuangan limbah air dan berusaha tidak merusak siklus air. Hemat energy, banyak menggunakan energy alternative yang dapat diperbarui Semaksimal mungkin menggunakan potensi alam untuk menjaga kenyamanan di dalam maupun di luar ruangan
Tata massa dan penampilan bangunan − − −
memasukan unsur-unsur alam terutama tanaman pada elemen bangunan dan site Menggunakan material-material alternative yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui Banyak memadukan warna-warna alami : hijau, putih
26
BAB I PENDAHULUAN Solo merupakan sebutan gaul untuk kota Surakarta. Secara de-yure luas wilayahnya hanya sekitar 4000 Ha, hanya seperempat dari luas wilayah Boyolali. Namun pada perkembangannya wilayah perkotaan kota solo sudah tidak mampu menampung berbagai kebutuhannya hanya dalam wilayah kota solo sendiri, sehingga telah berkembang ke beberapa daerah di sekitarnya bahkan sampai 3 kali lipat wilayah aslinya. Pada wilayah kota Solo sendiri saat ini sudah terjadi berbagai permasalahan perkotaan yang harus segera diantisipasi agar tidak semakin parah seperti yang terjadi di beberapa kota besar lain di insonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Dari segi historycal, kota solo merupakan pecahan dari kerajaan Mataram yang berpusat pada keraton Kasunanan dan Mangkunegaran. Pengaruh budaya dari 2 keraton tersebut mengakibatkan perkembangan Kota Solo terus dibayangi oleh budaya jawa yang menjadi salah satu keunikan dan daya tarik Kota Solo. 7. KONDISI UMUM KOTA SOLO A. Kondisi fisik kota solo a. Batas – batas wilayah Kota Solo
Batas Administratif Kota Solo : −
Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
−
Selatan : Kabupaten Sukoharjo
−
Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali
−
Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
27
BAB I PENDAHULUAN b. Luas dan perkembangan wilayah kota Solo −
Luas Wilayah Administratif : 4404 Ha
−
Perkembangan wilayah : Perkembangan wilayah kota solo secara Fisik telah mencapai 3 kali lipat dari wilayah Administratifnya yaitu mencapai 11.000 – 12.000 Ha.
c. Goemorfolgis dan Klimatologis −
Letak geografis o 1100 – 1110 BT dan 7,60 - 80 LS
−
Topografi o Merupakan daerah dataran rendah (92m dpl) o Topografinya relatif datar dengan kemiringan 0-3 %, kecuali di daerah sebelah utara agak bergelombang dengan kemiringan sekitar 5 %
−
Geologi o Tanahnya berupa tanah liat dan di wilayah utara berupa tanah padas berbatu
−
Klimatologi o Beriklim tropis o RH sekitar 76 % o Curah hujan rata-rata 2.200 mm/tahun o Suhu udara antara 21,70 C sampai 32,30 C
B. Kondisi Sosial Budaya kota Solo a. Kepandudukan Berdasarkan data biro pupsat statistik pada tahun 2003 pertumbuhan penduduk Solo mencapai 602.910 jiwa dengan tingkat kepadatan 13.690 jiwa/km2. Dengan laju pertumbuhan sebesar 0,775 pertahun, maka jumlah penduduk kota Solo dapat diproyekaikan sebagai berikut : Tahun
Luas (km2)
Jumlah penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2)
2003
44.040
602.910
13.690
2008
44.040
639.650
14.524
2013
44.040
678.620
15.409
2018
44.040
705.153
16.011
2023
44.040
732.904
16.641
2028
44.040
761.747
17.296 28
BAB I PENDAHULUAN
b. Sosial Budaya Kota Surakarta merupakan kota yang masih kental dengan seni dan budaya terutama budaya Jawa. Meskipun saat ini mulai tumbuh dan berkembang dalam perdagangan dan perekonomian namun nilai-nilai budaya masih tetap ada. Banyak pula terdapat obyek-obyek warisan budaya yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan kota Surakarta. −
Keraton Surakarta Didirikan oleh Pakubuwono II tahun 1745. Selain sebagai symbol pusat budaya
jawa.
−
Pura Mangkunegaran Didirikan oleh Raden Mas Said pada tahun 1757. Selain simbol pusat budaya,
didalam Puro juga terdapat Musium yang menyimpan benda bersejarah.
Selain warisan budaya yang berbentuk fisik, di kota Surakarta juga berkembang acaraacara ritual yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap perkembangan kota Solo.
29
BAB I PENDAHULUAN
−
Suro Setiap 1 Suro diadakan kirab pusaka di
Puro Mangkunegaran. Upacara ini telah berlangsung selama lebih dari 250 tahun, berawal pada tahun 1633 ketika kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, salah satu raja Jawa yang paling populer.
−
Sekaten Sekaten
tradisional
adalah yang
upacara
diselenggarakan
setiap tahun pada bulan Maulud untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad. Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Mesjid Agung seusai didoakan oleh ulama Kraton. Banyak orang percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan tersebut, biarpun sedikit akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran. −
Syawalan Perayaan syawalan dimulai 1 hari setelah Hari Raya Idul Fitri, diselenggarakan di Taman Jurug yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo. Ribuan orang menghadiri perayaan ini untuk memperoleh ketupat yang dibagikan. Berbagai pertunjukan tradisional diselenggarakan seperti dangdut, keroncong dan seni-seni tradisional lain
30
BAB I PENDAHULUAN
c. Perencanaan Umum Tata Kota Solo Berdasar SK Walikota Dati II Srakarta No.050/ 228/ 1/ 1989 tanggal 25 Mei 1989, bahwa wilayah kotamadya Surakarta dibagi dalam 4 wilayah pengembangan yaitu meliputi : −
wilayah pengembangan utara
−
wilayah pengembangan barat
−
wilayah pengembangan timur
−
wilayah pengembangan selatan
Yang kemudian dirinci dalam 10 sub wilayah pengembangan (SWP), sebagai unit perencanaan dalam penyusunan RUTRK Surakarta 1993-2013.
Peta Satuan Wilayah Pembangunan Daerah I.
SWP I, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Pucang Sawit. Meliputi 6 kelurahan (Pucang sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkarah, Sewu dan Semanggi) seluas 487,52 Ha.
II.
SWP II, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Kampung Baru. Meliputi 12 kelurahan (Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Sudiroprajan) seluas 430,90 Ha.
III.
SWP III, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Gajahan. Meliputi 12 kelurahan (Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu, dan Joyosuran) seluas 494,31 Ha.
31
BAB I PENDAHULUAN IV. SWP IV, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sriwedari. Meliputi 8 kelurahan (Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen). V.
SWP V, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sondakan. Meliputi 3 kelurahan (Pajang, Laweyan, Sondakan) seluas 253,50 Ha.
VI. SWP VI, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Jajar. Meliputi 3 kelurahan (Karang Asem, Jajar, Kerten) seluas 327,60 Ha. VII. SWP VII, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sumber, meliputi 2 kelurahan (Sumber, Banyuanyar) seluas 258,30 Ha. VIII. SWP VIII, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Jebres. Meliputi 2 kelurahan (Jebres, Tegalharjo) seluas 349,50 Ha. IX. SWP IX, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Kadipiro. Meliputi 2 kelurahan (Kadipiro, Nusukan ) seluas 715,10 Ha. X.
SWP X, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Mojosongo. Meliputi 1 kelurahan (Mojosongo) seluas 532,90 Ha.
Sedangkan pengembangan fungsinya dapat digambarkan dalam gambar berikut ini :
Pariwisata
Pendidikan
Budaya
Industri
Olah Raga
Perumahan
Perdagangan & Jasa
Pergudangan
Pusat Administrasi
Area Terbuka 32
BAB I PENDAHULUAN Atau dapat diperjelas dengan tabel berikut ini : FUNGSI KOTA SWP Wisa Buda ta
ya
Indu
OR
stri
I
Pend.
LOKASI
Dagan Kanto g
Rmh
r
x
Pucang sawit
II
x
x
x
III
x
x
x
IV
x
Mangkunegaran Balaikota, kaw komersial Kraton, kaw komersial Sriwedari, Balekambang,
x
Manahan
V
x
Sondakan, Laweyan
VI
x
VII VIII
x
x
IX
x
x
Jajar
x
Sumber, Banyuanyar
x
Jurug, UNS, Kaw komersial
x
Kadipiro
X
x
Mojosongo
Rencana Struktur Tata Guna Tanah Untuk memantapkan struktur yang telah digariskan dalam RUTRK 1993 – 2013, adapun fungsi masing-masing SWP dengan prosentase kegiatannya seperti ditunjukkan pada tabel berikut SWP
Skala Pelayanan Kegiatan Ters
Sekunder
Primer
Ling BWK Kota Regi
Nas
/lokal onal
Fungsi / kegiatan (%)
Juml ah
Inte
A
B
C
D
E
F
G
H
(%)
r
I
II
10 5
III
15 15
IV
5
V
VI
VII
VIII
IX
X
20
70
100
10 10 60
100
25
45
100
5
10
65
100
15 5
10
70
100
5
10 5
75
100
5
5
90
100
10 25 5
55
100
15 5
5
75
100
5
5
90
100
10
10 5
15
5
5
33
BAB I PENDAHULUAN Keterangan : A
= Fungsi Pariwisata
B
= Fungsi Kebudayaan
C
= Fungsi Olahraga
D
= Fungsi Industri
BWK
= Bagian Wilayah Kota
Inter
= Internasional
E
= Fungsi Pendidikan
F
= Fungsi Perdagangan
G
= Fungsi Pusat Administrasi dan Perkantoran
H
= Fungsi Perumahan
a. Penataan Bangunan
Penataan Lingkungan dan Bangunan Penataan kepadatan bangunan pada penggal jalan utama untuk tiap SWP di kota
Surakarta : −
Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) tinggi (>75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks 4 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan.
−
Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) sedang (50 - 75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks 8 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 lantai untuk perumahan
−
Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) rendah (20 - 50%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) min 9 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 lantai untuk industri
Penataan Bangunan Bertingkat Banyak
−
Sangat Potensial Sepanjang jalan Slamet Riyadi, Urip Sumohardjo, Sudirman, Yos Sudarso, Gatot Subroto, dan Dr. Rajiman (Coyudan)
−
Potensial Sepanjang jalan A. Yani, Kapt. Mulyadi, Gadjah Mada, Sutan Syahrir, S. Parman, Sudiarto, Veteran, Honggowongso, dan Kol. Sutarto 34
BAB I PENDAHULUAN −
Cukup Potensial Sepanjang jalan R.M Said,, Akhmad Dahlan, Juanda, Teuku Umar, Ronggowarsito, Kartini, Monginsisdi, Dr. Rajiman (Laweyan), sdi Sucipto, Dr. Moewardi, dan Brigjend Katamso
−
Kurang Potensial Sepanjang Jl. Kyai Mojo, Cokroaminoto, Suryo, Yosodipuro, Bhayangkara, Perintis Kemerdekaan, Dr. Wahidin, Hasanudin, MT. Haryono, Ir. Sutami dan Kol. Sugiono.
−
Tidak Potensial Sepanjang Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo, Sugiyopranoto, Prof. Dr. Suharso, Suprapto, Mangunsarkoro, Adi Sumarmo dan Ki Hajar Dewantoro.
Penataaan Perpetakan Bangunan Jalan-Jalan Utama
−
Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak >5000 m² untuk KB min 9 lantai.
−
Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak 2000 - 5000 m² untuk KB maks 8 lantai
−
Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak 1000 – 2500 m² untuk KB maks 4 lantai
−
Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak 1000 m² untuk KB maks 2 lantai
Penataan Ketinggian Bangunan Materi atau kriteria perancangan yang diatur dalam penataan ketinggian bangunan
adalah jumlah lantai ketinggian bangunan maksimum pada jalan-jalan utama di tiap Sub Wilayah Pengembangan Kota Surakarta yaitu : −
Ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu blok dengan bangunan tidak bertingkat maksimum 2 lantai dengan tinggi puncak dasar dan dengan Angka Luas lantai = 2x Angka Lantai Dasar.
−
Ketinggian bangunan rendah, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai dengan tinggi puncak maksimum 20m dan minimum 12m dari lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 4x Angka Lantai Dasar.
−
Ketinggian bangunan sedang, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36m dan minimum 24m dari lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 8x Angka Lantai Dasar.
−
Ketinggian bangunan tinggi, yaitu blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai dengan tinggi puncak bangunan minimum 40m dari lantai dasar dan dengan 35
BAB I PENDAHULUAN Angka Luas lantai = 9x Angka Lantai Dasar, maksimum 20 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 84m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai = 20x Angka Lantai Dasar 8. TINJAUAN SUPERBLOK DAN GREEN ARCHITECTURE DI SOLO A. Tinjauan Superblok di Solo Sampai saat ini belum ada bangunan di Solo yang disebut sebagai Superblok, namun sudah mulai muncul bangunan – bangunan yang mengarah pada terbentuknya superblock, salah satunya adalah Center Point yang sekarang sedang dalam proses konstruksi. Kompleks bangunan yang berada di sepanjang Jl. Slamet Riyadi juga mengarah pada terbentuknya Superblok yang dipersatukan dengan adanya Solo Citywalk. Ditinjau dari tata kotanya, Solo sangat berpotensial untuk dikembangkan menjadi superblok-superblok mengingat kondisinya yang sudah membentuk blok-blok namun belum terintegrasi. B. Tinjauan Green Architecture di Solo Sampai saat in belum ada bangunan/kompleks bangunan yang dikembangkan dengan konsep green architecture. Namun perubahan lingkungan seperptinya sudah dibaca oleh Pemerintah Kota Solo, terbukti saat ini PemKot sedang mencanangkan program untuk menjadikan Solo menjadi ”Kota Pohon”. Hal ini dimulai dengan pembangunan citywalk dan greenbelt di sepanjang jalan-jalan utama seperti jalan tentara pelajar dan jalan adi sucipto. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat Solo akan pentingnya melestarikan lingkungan sudah mulai tumbuh dan berkembang. Dengan adanya kerusakan dan ketidaknyamanan lingkungan dan didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingknya menjaga kelestarian lingkungan maka konsep Green Architecture tentu akan berkembang dengan subur di Koa Solo. 9. STUDY LAPANGAN KONDISI KOTA SOLO Untuk mendukung landasan yana akan digunakan sebagai dasar analisis, penulis melakukan studi lapangan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan yang ada di Kota Solo. A. Kondisi Transportasi Mulai terjadi kemacetan pada titik-titik tertentu di Kota Solo pada saat jam sibuk. Berikut ini adalah beberapa titik macet yang berhasil dipantau oleh penulis :
36
BAB I PENDAHULUAN
Pasar gede B. Krisis Energi Penulis menangkap adanya krisis energi di Kota Solo, hal ini terbukti dengan adanya pemadaman listrik secara bergilir dan juga adanya kelangkaan Bahan Bakar Minyak
Perempatan khususnya minyak tanah.
panggung
C. Polusi Ada beberapa jenis polusi yang diamati penulis di Kota Solo, yaitu : −
Polusi udara Paramater yang cukup jelas untuk menunjukkan tercemarnya udara di Kota Solo
adalah dengan merasakan secara langsung udara yang ada di sepanjang jalan utama di Kota Solo. Padatnya arus kendaraan yang beroperasi di jalan menimbulkan efek polusi udara bagi lingkungan di sekitarnya.
37
BAB I PENDAHULUAN
−
Polusi Air Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Balai Sungai Surakarta, Ir. Hermono S. Budinetro, M.Eng diperoleh keterangan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi sungai di Kota Solo yang tidak tercemar, baik oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga. Hal tersebut dibuktikan dengan pengamatan penulis yang menemukan bahwa hampir semua sungai di Solo kondisi airnya keruh.
−
Sampah Permasalahan sampah juga mulai muncul di Kota Solo. Produksi sampah di Solo
mencapai 260 ton/hari, bahkan mencapai 500 ton/hari pada musim penghujan (Kompas cybermedia) padahal Solo hanya memiliki sebuah TPA di daerah Mojosongo.
38
BAB I PENDAHULUAN D. Penggunaan Lahan Pesatnya perkembangan pembangunan di Kota Solo memunculkan berbagai permasalahan di Kota Solo seperti : munculnya pemukiman padat di beberapa titik dan ruang terbuka hijau berkurang tinggal 11% dari total wilayah Kota Solo (Solopos online). Hal ini memunculkan multi efek, seperti : permasalahan banjir, peningkatan suhu kota sampai pada permasalahan psikologis penduduk kota.
39
BAB I PENDAHULUAN E. Lokalitas Masyarakat −
Wedangan (He’) Wedangan di warung yang disebut He’ sudah menjadi budaya yang sangat khas di Solo. wedangan dimulai pada sore hari hingga larut malam bahkan sampai menjelang fajar. Kebiasaan yang sangat unik ini telah menjadi ciri khas Kota Solo yang sudah dikenal sampai tingkat nasional.
−
Gotong royong Gotong menolong
royong yang
merupakan sudah
norma
turun-menurun
tolongpada
masyarakat Jawa. Seiring dengan masuknya budaya komersialisme, perlahan-lahan budaya yang sangat berharga ini mulai terkikis sedikit demi sedikit. Kebiasaan gotong-royong sering diterapkan untuk membantu tetangga/anggota masyarakat lain yang sedang dalam kerepotan, misalnya : membangun rumah, mantu, dsb. Nilai kerjasama dan tolong menolong pada gotong-royong merupakan kekayaan yang sangat berharga dari masyarakat Jawa.
Joglo Rumah/arsitektur joglo merupakan bangunan khas masyarakat Suku Jawa. Di kota Solo banyak terdapat bangunan Joglo yang menjadi cagar budaya nasional. Sampai saat ini Joglo masih terus
dilestarikan.
Bangunan
Joglo
jugamerupakan salah satu bentuk fisik dari ciri khas masyarakat suku Jawa.
4. KESIMPULAN KARAKTERISTIK ARSITEKTUR SUPERBLOK YANG KONTEKSTUAL TEHADAP KOTA SOLO a. Dipengaruhi oleh budaya jawa, baik berupa budaya fisik (arsitektur jawa) maupun budaya nonfisik yang berupa kebiasaan dan ritual. b. Mampu mewadahi kelokalan budaya masyarakat Solo. 40
BAB I PENDAHULUAN c. Dituntut mampu berperan dalam memperbaiki kondisi lingkungan Kota Solo, seperti : mengatasi banjir dan pulusi. d. Tidak merusak / memperkuat kelokalan masyarakat Solo, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik e. Mematuhi / sesuai dengan RUTRK kota solo. f. kontekstual terhadap kondisi iklim tropis
41
BAB I PENDAHULUAN A. ESENSI PERANCANGAN GREEN SOLO SUPERBLOCK Berdasarkan penentuan main idea dan penentuan judul yang telah dibahas pada bab sebelumnya diperoleh kutub-kutub pembahasan meliputi : Superblok, Arsitektur Hijau dan Kota Solo. Kemudian berdasarkan eksplorasi terhadap ketiga kutub pembahasan tersebut diperoleh esensi perancangan arsitektur berdasarkan masingmasing kutub. Berdasarkan ketiga esensi tersebut, maka dapat disimpulkan esensi perancangan Green Solo Superblok, Seperblok berkonsep arsitektur hijau di Kota Solo secara garis besar adalah green (hijau) / ramah lingkungan dan bersinergi/kontekstual dengan Kota Solo, atau dapat dijabarkan sebagai berikut : DALAM PERENCANAAN SITE −
Lokasi Site terletak di CBD atau daerah sekitarnya
−
Sesuai dengan RUTRK Kota Solo
−
Luas Site lebih dari 100.000 m2 atau sekitar 5 sampai 15 Ha
−
Penataan site berusaha memaksimalkan potensi alami site dan mengoptimalkan lahan terbuka hijau
−
Kontekstual dengan kondisi lingkungan di sekitar site
FASILITAS-FASILITAS YANG DIWADAHI −
Fasilitas utama yang diwadahi meliputi : hunian, perkantoran, perbelanjaan dan ruang publik serta dilengkapi fasilitas penunjang yang diperlukan.
−
Fasilitas-fasilitas yang ada di dalam superblok harus saling terintegrasi dan saling mendukung antara satu fungsi dengan fungsi yang lain.
−
Fasilitas yang diwadahi harus saling mendukung dan tidak overlaping dengan fasilitas yang ada di sekitar site.
−
Terdapat fasilitas yang dapat mewadahi kelokalan sosial dan budaya Masyarakat Solo.
TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN −
Konsep massa berupa massa jamak yang saling terhubung antara satu massa dengan massa yang lain.
−
Konsep penampilan bangunan merupakan penggabungan dari arsitektur masa kini dengan arsitektur khas Kota Solo, yaitu Arsitektur Jawa.
−
Penampilan bangunan memasukkan unsur - unsur alam, khususnya berupa tanaman.
SYSTEM BANGUNAN −
Menghemat penggunaan air, meminimalisir pembuangan limbah air dan berusaha tidak merusak siklus air. 42
BAB I PENDAHULUAN −
Hemat energy, banyak menggunakan energy alternative yang dapat diperbarui
−
Semaksimal mungkin menggunakan potensi alam untuk menjaga kenyamanan di dalam maupun di luar ruangan
B. ANALISA PENDEKATAN KONSEP GREEN SOLO SUPERBLOCK 1. ANALISA KONSEP SITE Analisa pemilihan site ini bertujuan untuk mendapatkan pendekatan lokasi site yang paling tepat untuk Green Solo Superblock, Superblok berkonsep Arsitektur Hijau di Kota Solo berdasarkan pada hasil eksplorasi terhadap masing-masing kutub pembahasan. Sebagai landasan utama yang menjadi dasar pemilihan lokasi site yang tepat untuk Green Solo Superblock sesuai dengan esensi perancangan yang telah dibahas sebelumnya adalah sebagai berikut : −
Site terletak di lokasi yang strategis, yaitu pada daerah CBD atau daerah di sekitarnya
−
Luas site lebih lebih dari 100.000 m2 atau antara 5 – 15 Ha
−
Menyatu dan tidak merusak kelokalan budaya masyarakat Solo, baik berupa fisik maupun non fisik.
−
Terdapat kompleksitas pemasalahan yang perlu segera mendapatkan solusi
Berdasarkan landasan pemilihan site di atas, maka dapat dijabarkan kriteria site yang sesuai untuk Green Solo Superblock adalah sebagai berikut : a) Lokasi site strategis, terletak pada daerah CBD atau sekitarnya : −
Lokasi site terletak di daerah pusat perkembangan kota, dalam hal ini adalah Kota solo.
−
Lokasi harus mudah dicapai dan mudah diakses dari jalur tranportasi baik transportasi dalam kota maupun dari luar kota.
−
Lokasi di sekitarnya terdapat fasilitas perkotaan yang dapat menyatu dengan fungsi Green Solo Superblock yang direncanakan.
−
Kelengkapan sarana prasarana dan infrastruktur yang memadai pada lokasi site.
−
Memungkinkan perkembangan green Solo Superblock di masa depan.
b) Luas site lebih dari 100.000 m2 atau antara 5 – 15 Ha c) Menyatu dengan kelokalan budaya fisik dan non-fisik masyarakat Solo −
Letaknya sesuai dengan peruntukan lahan / masterplan Kota Solo, yang tercantum dalam RUTRK Kota Solo.
−
Letak site tidak berada pada daerah konservasi budaya Kota Solo, baik berupa benda/bangunan fisik maupun kebudayaan yang berupa aktivitas budaya masyarakat. 43
BAB I PENDAHULUAN −
Bukan merupakan daerah konservasi alam / penghijauan
d) Terdapat permasalahan dalam site, sehingga bisa diselesaikan dengan adanya Green Solo Superblock Di dalam lokasi site harus terdapat permasalahan yang cukup kompleks sehingga perlu diselesaikan dengan adanya Green Solo Superblock. Permasalahan tersebut dapat meliputi : permasalahan transportasi, tata guna lahan, masalah lingkungan dan permasalahan-permasalahan
lain
yang
dapat
terselesaikan
dengan
adanya
pembangunan Green Solo Superblock ini. 2. ANALISA KONSEP PENATAAN SITE DAN BANGUNAN a. Konsep Zonifikasi Analisa sistem zonifikasi tapak pada Green Solo Superblock ini dibuat agar tidak terjadi overlapping antara zona satu dengan zona yang lain sehingga tercipta persatuan fungsi yang harmonis antara satu fasilitas dengan fasilitas yang lain. Dalam penzoningan site, potensi dan keadaan kawasan sangat berpengaruh terhadap hasil penzoningan, sehingga penzoningan ini dibagi dalam bagian : −
Zona yang berkaitan langsung dengan kegiatan publik dan bersifat terbuka bagi kawasan.
−
Zona yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan umum dan kawasan.
−
Zona privat kawasan yang merupakan sifat tertutup.
Sedangkan dalam zoning bangunan zonifikasi dibagi ke dalam zonifikasi horizontal dan zonifiasi vertical. Zonifikasi Horizontal dibagi menjadi 3 zona, yaitu : −
Zona Publik Menampung kegiatan yang bersifat umum atau ruang-ruang pelayanan umum.
−
Zona semi publik Menampung kegiatan yang tidak sepenuhnya terbuka hanya atau untuk kalangan tertentu.
−
Zona Privat Menampung kegiatan yang bersifat individu atau pribadi.
44
BAB I PENDAHULUAN Sedangkan zonifikasi vertical juga dibagi menjadi 3 zona, yaitu : −
Zona tenang Untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan tinggi seperti tempat tidur, ruang rapat dan ruang-ruang privat.
−
Zona transisi Merupakan bersifat
zona
perpindahan
sebagai
foyer
atau
pergantian ruang dari zona privat ke zona publik atau sebaliknya. −
Zona publik Merupakan
zona
yang
dapat
dimasuki oleh publik atau umum sesuai dengan kegiatannya yang bersifat terbuka seperti kegiatan administrasi. b. Konsep Penataan Sirkulasi Penataan Sirkulasi bertujuan untuk mengatur jalannya sirkulasi agar tercipta kondisi sirkulasi yang aman, nyaman dan tidak terjadi crowded. Sirkulasi yang terjadi di Green Solo Superblock meliputi sirkulasi di dalam ruang, sirkulasi di luar ruang (kawasan) dan sirkulasi dengan lingkungan sekitar site. a) Sirkulasi di Luar Ruang Sirkulasi yang terjadi di luar ruang meliputi : −
Sirkulasi pengelola
−
Sirkulasi pengunjung dan penguni
−
Sirkulasi barang
−
Sirkulasi kendaraan
−
Sirkulasi emergency Mengingat banyaknya sirkulasi yang terjadi dalam Green Solo Superblock, maka
dalam penataan masing-masing sirkulasi harus memperhatikan hal-hal berikut: −
Pengelola (personil kantor) Tidak memerlukan pencapaian langsung ke ruang pengelola.
−
Tamu (pengunjung) Harus dapat diawasi dan diatur, sedangkan untuk tamu-tamu penting perlu pencapaian mudah ke ruang penerima.
−
Penghuni apartement dan rumah susun Perlu pencapaian yang mudah ke unit-unit hunian tanpa terganggu oleh sirkulasi pengguna fasilias yang lain. 45
BAB I PENDAHULUAN −
Kendaraan dan barang Sedapat mungkin harus dipisahkan dari sirkulasi manusia. Kendaraan dan barang memerlukan koridor yang lebar dengan tikungan-tikungan yang tidak tajam dan bebas hambatan, bila perlu kendaraan bisa masuk ke gudang. Troli-troli barang membutuhkan ramp dan elevator untuk mengatasi masalah perbedaan tinggi lantai.
−
Sirkulasi Emergency Dalam kondisi darurat diperlukan sirkulasi darurat menuju ke luar site, sehingga bila terjadi kondisi darurat keselamatan user di dalam Green Solo Superblock dapat lebih terjamin. Secara umum alternatif jalur sirkulasi yang dapat digunakan dapat dibagi menjadi 2,
yaitu jalur sirkulasi untuk manusia dan jalur sirkulasi untuk kendaraan dan barang :
Sirkulasi manusia pada kawasan superblock dapat terjadi melalui : −
Pedestrian Pedestrian merupakan sirkulasi utama untuk manusia pada kawasan superblock. Bentuknya dapat berupa boulevard yang besar atau berupa jalan setapak, tergantung dari kebutuhan dan volume user yang melalui kawasan tersebut.
−
Jembatan Merupakan jalur sirkulasi manusia yang menghubungkan satu bangunan dengan bangunan yang pada lantai tertentu dalam sebuah superblock.
−
Basement Sirkulasi manusia juga dapat terjadi di dalam basement karena pada umumnya basement massa-massa bangunan pada superblock terhubung menjadi satu.
Sirkulasi kendaraan pada kawasan superblock dapat terjadi melalui : −
Jalur mobil dan sepeda motor Merupakan jalur khusus yang disediakan untuk sirkulasi mobil dan sepeda motor untuk keluar-masuk superblok
−
Ramp kendaraan Merupakan jalur kendaraan untuk naik atau turun ke lantai tertentu pada bangunan. Biasanya digunakan untuk parkir.
−
Basement Basement dapat berfungsi sebagai jalur sirkulasi sekaligus tempat parkir untuk kendaraan.
46
BAB I PENDAHULUAN b) Sirkulasi Di Dalam Bangunan Berdasarkan arah pergerakannya, sirkulasi pada bangunan dapat dibagi menjadi 2 jenis sirkulasi, yaitu :
Sirkulasi horizontal Sirkulasi secara horizontal pada bangunan menggunakan system koridor yang
menghubungkan fungsi-fungsi yang ada pada lantai dengan level yang sama. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan koridor ini meliputi : −
Macam kegiatan utama yang diwadahi.
−
Kemudahan pencapaian dari ruang-ruang yang diwadahi
−
Efisiensi dan efektifitas
−
Karakteristik ruang yang ada.
Ada 3 macam alternative system koridor yang bisa dimanfaatkan : −
Single load corridor Koridor yang menghubungkan pada satu sisi dari jajaran ruangruang. Sedangkan sisi lainya biasanya berupa jendela untuk melihat situasi disekitarnya.
−
Double load corridor Koridor
yang
menghubungkan
pada kedua sisi ini berjajar ruangruang secara linier −
Tower
Plan
&
Double
Load
Coridor Double Load Coridor yang saling bertemu di tower plan, yang
tepat
dipusatnya,
menghubungkan
sirkulasi di atasnya
Sirkulasi vertikal Sistem sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar lantai. Pada bangunan
tinggi sirkulasi vertikal ada beberapa macam, yaitu : 47
BAB I PENDAHULUAN −
Eskalator
−
Elevator
−
Tangga
−
Ramp
c) Sirkulasi Lingkungan Selain sirkulasi di dalam site, Green Solo Superblock juga harus dapat memperbaiki sirkulasi lingkungan di sekitarnya. Permasalahan sirkulasi lingkungan yang secara umum terjadi di Kota Solo adalah tidak berfungsinya trotoar bagi pejalan kaki dan pemanfaatan badan jalan sebagai lokasi parkir. Dengan penataan sirkulasi yang tepat maka diharapkan Green Solo Superblock mampu untuk memperbaiki kondisi sirkulasi pada lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, Perencanaan Green Solo Superblock harus mensinergikan sirkulasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat memperbaiki sirkulasi lingkungan yang ada di sekitar site. c. Konsep Pencapaian Ada beberapa alternatif pencapaian ke dalam site dan bangunan, yaitu : Alternatif Pencapaian Pencapaian Frontal
Analisa Sistem pencapaian yang memberi arah yang jelas dan langsung tetapi
kurang
memberi
peralihan ruang. Pencapaian Samping
Pencapaian
yang
memberi
pengarahan tidak langsung, pencapaian dapat dibelokkan beberapa
kali
untuk
memberikan suatu peralihan dalam menonjolkan objek. Pencapaian Memutar
Pencapaian dengan memberikan suatu memberi menjaga
peralihan, kejutan privasi
serta dan
bangunan
atau sering digunakan untuk menunjang kegiatan promosi.
48
BAB I PENDAHULUAN Karena Green Solo Superblock merupakan sebuah kawasan yang multifungsi, maka dalam perencanaan pencapaian memungkinkan untuk menggunakan ketiga jenis alternative pencapaian tersebut disesuaikan dengan fungsi mada masing-masing fasilitas yang ada. d. Konsep Penentuan Orientasi Green Solo Superblock Ada beberapa alternative orientasi yang dapat diterapkan pada superblock, yaitu: a. Orientasi ke dalam Kelebihan dari orientasi ke dalam adalah keamanan yang dapat terjaga, namun kelemahannya adalah cenderung
memisahkan
sekitarnya
sehingga
diri
dari
dapat
lingkungan menimbulkan
terbentuknya kesan eksklusivisme. b. Orientasi ke luar Kebalikan dari orientasi ke dalam, model orientasi keluar cenderung terbuka terhadap interaksi dengan lingkungan sekitar, namun keamanan akan lebih sulit terjaga. c. Orientasi Ke luar dan Ke dalam Merupakan
sistem
orientasi
yang
merupakan
gabungan dari orienatas ke luas dan ke dalam. Pada sisi luar superblok terdapat massa bangunan yang berorientasi ke lingkungan sekitar, namun pada sisi dalam juga terdapat bangunan yang berorientasi ke dalam superblock yang direncanakan. Alternatif orientasi ke dalam dan keluar memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing, sehingga alternative orientasi yang tepat untuk Green Solo Superblock adalah gabungan antara orientasi ke luar dan ke dalam. Orientasi keluar berfungsi untuk menjaga konektifitas dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, seadngkan orientasi ke dalam berfungsi untuk memaksimalkan interaksi penghuni superblock sekaligus untuk meningkatkan skuritas dalam superblock.
49
BAB I PENDAHULUAN e. Konsep Penataan Lansekap Lansekap merupakan bagian penting dalam perencanaan Green Solo Superblock, karena lansekap merupakan elemen hijau yang bukan hanya dapat memberikan manfaat di dalam superblock, tetapi juga bermanfaat untuk wilayah di sekitar Superblock. Dasar pertimbangan dalam penataan lansekap dijabarkan dari esensi perancangan Green Solo Superblock adalah sebagai berikut : −
Penataan lansekap harus mendukung penampilan bangunan
−
Pengarah sirkulasi, baik sirkulasi manusia maupun kendaraan
−
Kontekstual terhadap lingkungan sekitar.
−
Pelindung, peneduh, penyejuk udara dan sebagai filter atau barrier polusi (udara dan suara).
−
Ruang interaksi sosial
−
Ruang pengikat kegiatan yang ada dalam tapak
−
Menyatu dengan Konsep Zonifikasi, orientasi, pencapaian dan pola sirkulasi.
−
Kesatuan antar elemen lansekap yaitu tanaman, tanah, air dan elemen buatan seperti pedestrian, sculpture, dll.
Berdasarkan pertimbangan di atas, jenis perkerasan yang digunakan antara lain : −
Paving Block Digunakan material perkerasan utama pada Green Solo Superblock karena keunggulannya yaitu desain bisa disesuaikan dengan keinginan, warna bermacammacam, mudah pelaksanaannya dan dapat menyalurkan [menyerap] air ke tanah dengan baik.
−
Paving grass Merupakan bahan sejenis Paving block, namun memiliki lubang-lubang yang dapat ditumbuhi rumput. Selain menambah nilai estetis juga mampu menyerap air lebih banyak.
−
Batu alam Batu alam mampu memberikan kesan alami dalam site, kekurangannya adalah harganya cukup tinggi dan pembuatannya dapat mengakibatkan kerusakan alam pada daerah penambangan batu tersebut.
Sebagai pelengkap dari unsur lansekap yang terdapat di dalam kawasan dan untuk memberikan kemudahan, keamanan dan kenyamanan dalam menikmati suasana kawasan dapat digunakan landscape furniture antara lain : −
papan informasi
−
Penerangan 50
BAB I PENDAHULUAN −
area duduk
−
pembatas
Sedangkan untuk jenis tanaman yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : FUNGSI
JENIS VEGETASI
PENEMPATAN
Pohon berdaun lebat/ rapat, cukup Pada sekeliling bangunan tinggi, bentuk menyerupai dan sekeliling pagar/ lingkaran, misalnya akasia dan keliling kawasan. beringin. Pohon berdaun cuklup rapat, tinggi, Sekeliling taman/ open Tanaman Sebagai bentuk menyerupai lingkaran atau space, area parkir dan Pelindung elips horizontal/ pipih, misalnya dekat jalur sirkulasi. beringin dan asem. Pohon berdaun cukup rapat dengan Di sekeliling bangunan yang Tanaman sebagai ketinggian yang disesuaikan ada dan di sekitar open Pelindung Matahari dengan bayangan yang diinginkan, space. misalnya cemara, beringin jambu. Tanaman Sebagai Pohon rendah berdaun jarang, semak/ Untuk membatasi area-area Pembatas perdu, misalnya the-tehan atau dalam tapak. pohon bunga. Tanaman Sebagai Pohon cukup tinggi dan bersifat Di sepanjang jalur sirkulasi. Pengarah mengarahkan seperti pohon cemara lilin dan palem. Tanaman Sebagai Pelindung Angin
Tanaman sebagai Hiasan
Pohon yang bentuknya bagus/ unik Di beberapa tempat sebagai sebagai pendukung nilai estetis, point of interest misalnya cemara yang tidak terlalu sekaligus rest area. tinggi dan pohon bunga.
[John O. Simonds, Landscape Architecture, 1983] 3. ANALISA KONSEP PENENTUAN DAN PENGORGANISASIAN FASILITAS DALAM GREEN SOLO SUPERBLOCK a. Penentuan Fasilitas dalam Green Solo Superblock Yang menjadi dasar pertimbangan utama dalam penetuan jenis fasilitas yang akan ditampung dalam Green Solo Superblock adalah : keberadaan fasilitas yang sebelumnya sudah ada pada site maupun pada lokasi di sekitarnya dan fasilitas baru yang direncanakan akan dikembangkan pada Green Solo Superblock.
51
BAB I PENDAHULUAN
no
user
1
Penduduk setempat Pedagang lama Penduduk baru
2 3
4 5 6 7
Pegawai kantor Pedagang baru Pengelola pengunjung
Kegiatan utama Tinggal berinteraksi Berdagang
Fasilitas yang sudah ada di sekitar site Ruko, Pasar Gede
Kebutuhan fasilitas
Fasilitas penunjang
Rumah susun, apatement Public space Modern market
Tinggal
-
berinteraksi Bekerja
-
Rumah susun, apartement Public space perkantoran
Parkir terpadu Fasilitas transtportasi Fasilitas kesehatan Fasilitas pendidikan Fasilitas peribadatan Fasilitas hiburan Fasilitas olah raga Fasilitas konvensi Pusat pengelolaan utilitas
Berdagang
Ruko, Pasar gede, BTS, PGS Ruko, Pasar gede, BTS, PGS
mengelola Berbelanja Rekreasi Berinteraksi
Kantor pengelola Modern market arena permainan public space
Berdasarkan tabel analisa penentuan fasilitas di atas maka dapat ditentukan fasilitasfasilitas yang akan diwadahi dalam Green Solo Superblock meliputi : b. Fasilitas Utama −
Rumah susun
−
Apartement
−
Perkantoran
−
Pasar modern
−
Public space
−
Kantor pengelola
c. Fasilitas Penunjang −
Parkir terpadu
−
Fasilitas transtportasi
−
Fasilitas kesehatan
−
Fasilitas pendidikan
−
Fasilitas peribadatan
−
Fasilitas hiburan
−
Fasilitas olah raga
−
Fasilitas konvensi
−
Pusat pengelolaan utilitas
b. Pengorganisasian Fasilitas
52
BAB I PENDAHULUAN Untuk menentukan jumlah massa dan kedekatan antar massa yang akan direncanakan dalam Green Solo Superblock, diperlukan pengorganisasian jenis fasilitas berdasarkan kedekatan hubungan antar masing-masing fasilitas.
Berdasarkan tabel kedekatan fungsi di atas, maka dapat ditentukan organisasi fasilitas yang ada dalam Green Solo Superblock adalah sebagai berikut :
4. ANALISA KONSEP PERUANGAN a. Konsep Pola dan Pelaku Kegiatan a) User dalam Green Solo Superblock Secara garis besar user dalam Green Solo Superblock terdiri dari 2 kelompok, yaitu :
Warga setempat yang menempati site pada saat ini, terdiri dari : 53
BAB I PENDAHULUAN –
Penduduk pemukiman yang menghuni rumah-rumah hunian.
–
Pedagang yang menguni ruko disepanjang Jl. RE. Martadinata dan Jl. Kapt. Mulyadi.
User baru yang akan menempati fungsi-fungsi baru yang akan disediakan, terdiri dari : –
Penduduk baru
–
Pegawai kantor
–
Pedagang baru
–
Pengunjung dan Wisatawan
–
Pengelola Green Solo Superblock
b) Pola kegiatan User dalam Green Solo Superblock Superblok merupakan sebuah kesatuan system yang saling mendukung dan terkait satu dengan yang lain. Begitu juga dengan user yang berada di dalamnya, user dalam sebuah fungsi juga berlaku sebagai user di fungsi-fungsi yang lain, kecuali pengunjung dan pengelola. Pola kegiatan user dalam lingkup superblock dapat digambarkan dalam skema berikut :
Penghuni Seperblock Bekerja : - Berdagang - Perkantoran - Pengelola
Keluar/masuk superblock
Rekreasi Kegiatan rumah tangga - Rumah susun - Apartement
Bersosialisasi
parkir
Sekolah Olah raga beribadah
54
BAB I PENDAHULUAN
Pengunjung Bekerja : - Berdagang - Perkantoran - Pengelola bertamu datang
pergi Rekreasi
parkir
Bersosialisasi
parkir
Sekolah Olah raga beribadah
Pengelola Dari luar superblock
Hunian - Rumah susun - Apartement
Kegiatan pengelolaan : - administrasi - pekerjaan lapangan
parkir
pergi
Sedangkan pola kegiatan pada masing-masing fungsi/fasilitas dapat digambarkan pada skema berikut :
Kegiatan dalam Perkantoran
55
BAB I PENDAHULUAN
Kegiatan dalam Apartement datang
ME/SE
pergi
Parkir
Kegiatan dalam superblok
Kegiatan dalam Rumah Susun datang
ME/SE
pergi
parkir
Administrasi Santai Istirahat Kegiatan rumah tangga Informasi/surat
Kegiatan dalam superblok
Kegiatan dalam Pasar Modern −
Pengunjung
Datang
Me / Se
Pergi
Parkir
−
Hall
Exit
Belanja
Plaza / Pameran
rekreasi
Pedagang
Datang
Administrasi Santai Istirahat Kegiatan rumah tangga Informasi/surat
Persiapan
Me / Se
Pergi
Unit Pertokoan
Hall Parkir
Belanja
Kegiatan dalam Public Space Penghuni
Pengunjung
Parkir
Pulang
Berinteraksi Bermain Santai Olah raga
Istirahat Komunikasi Pelayanan Makan dan minum Kegiatan KM
b. Konsep Kebutuhan Ruang Tujuan analisa ini adalah untuk mendapatkan besaran ideal ntuk masing-masing ruang. 56
BAB I PENDAHULUAN Dasar pertimbangan untuk menentukan besaran masing-masing ruang antara lain : a) Perhitungan berdasarkan standart besaran ruang : −
Neufert architect data (NAD)
−
Time saver standart (TSS)
b) Perhitungan berdasarkan asumsi (A): −
Pengamatan lapangan
Sedangkan standart flow untuk masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut : −
5 – 10%
: Standart umum
−
20%
: Keleluasaan gerak
−
30%
: Tuntutan kegiatan akan kenyamanan fisik
−
40%
: Tuntutan kegiatan akan kenyamanan psikologis
−
50%
: Tuntutan spesifikasi kegiatan
−
70 – 100%
: Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Berikut ini adalah kebutuhan ruang pada masing-masing fasilitas beserta standar minimal besaran masing-masing ruang : Fungsi Rumah susun
Kebutuhan ruang Tipe kecil : – R. Tamu – R. tidur utama – R. tidur anak (1 tempat tidur/ tingkat) – R. keluarga+R.makan – KM/WC – Teras belakang
2
Besaran (m ) Sumber
45
N A D
Tipe besar : – R. tamu – R. tidur utama – R. tidur anak (2 tempat tidur/ tingkat) – R. keluarga+R.makan – KM/WC – Teras belakang
54
N A D
Apartement
Fasilitas bersama : – Balai pertemuan – Koperasi – Dapur bersama – Hall Tipe bachelor :
A
118,9 m
2
TSS
57
BAB I PENDAHULUAN 2
2
Masterbedroom = 20 m ,livingroom = 16 m , dinning 2 2 room = 9 m , bathroom = 5 m , servant bedroom = 6 2 2 2 m , servant bedroom = 3 m , storage = 2,5 m , 2 balcony = 5 m 2 Tipe family A: 149 m 2 2 Masterbedroom = 20 m ,livingroom = 16 m , dinning 2 2 room = 9 m , masterbedroom = 5 m , reception room 2 2 = 16 m , children room = 15 m ,children bathroom = 2 2 4 m , servant bedroom = 6 m , servant bathroom = 3 2 2 2 m , kitchen = 6 m2, laundry = 3 m , storage = 2,5 m , 2 balcony = 5 m 2 Tipe family B : 167,7 m 2 2 Masterbedroom = 20 m , livingroom = 16 m , 2 2 dinningroom = 9 m , master bathroom = 5 m , 2 2 reception room = 16m , 2 children bedroom = 15 m , 2 2 children bathroom = 4 m , servant bedroom = 6 m , 2 servant bathroom = 3 m2, kitchen = 6 m , laundry = 3 2 2 2 m , storage = 2,5 m , balcony = 5 m 2 Tipe penthouse : 217,1 m 2 2 Masterbedroom = 20 m , livingroom = 16 m , 2 2 dinningroom = 9 m , master bathroom = 5 m , 2 2 reception room = 16 m , 3 children bedroom = 15 m , 2 2 2 children bathroom = 4 m , servant bedroom = 6 m , 2 2 servant bathroom = 3 m , kitchen = 6 m , laundry = 3 2 2 2 m , storage = 2,5 m , balcony = 5 m 2 2 House keeper = 4,47 m 291 m 2 R. engineer = 4,47 m 2 R. istirahat = 13,2 m 2 Cafetaria = 36 m 2 General storage = 13,2 m 2 Maintenance = 4,8 m 2 Bengkel kerja = 34,8 m 2 Loading dock = 180 m 2 Pasar Modern a. Lantai pertokoan, asumsi luas lantai pertokoan yang paling 9.635 m 2 menguntungkan berdasarkan cash flow adalah 6000m dengan perbandingan luas magnet/luas pertokoan = 40/46 1. luas magnet 40/100 x 6000 2. luas pertokoan 60/100 x 6000 b. Entrance hall = Standart luasan 1 % luas lantai perdagangan = 2 1% x 6000 m 2 c. Counter pembayaran = Standart luasan 4,2 m /unit = 2 (2400/500) x 4,2 = 5 unit x 4,2 = 21 m 2 2 2 d. Kamar pas = Standart luasan 1,5 m / unit = 5 x 1,5 m = 3 m 2 2 e. Ruang inforrmasi Standart luasan 6 m /orang = 2 x 6 m = 12 2 m 2 f. Penitipan barang = 12 m g. Sirkulasi = Standart 50 % luas lantai pertokoan, 50% x 6000 = 2 3000m h. Atrium = Standart luasan 2,5 % lantai perdagangan 2,5 % x 2 6000 m i. Ruang Stock barang = Standart luasan 5 % lantai perdagangan 2 5 % x 6000 m 2 j. Locker = Standart jumlah 3000m /100orang pramuniaga = 2 6000/3000 x 100 = 200 buah, Standart luasan 0,4 m /orang= 2 2 0,4 x 200 m = 80 m
TSS
TSS
TSS
TSS
TSS
58
BAB I PENDAHULUAN Public space
Perkantoran
Kantor pengelola
Parkir terpadu
a. Area terbuka b. Fasilitas pendukung He’ shelter Arena permainan Tempat duduk Ruang-ruang dalam unit kantor sewa meliputi : 2 2 a. Ruang 25 orang staff : 4,5 m X 25 = 112,5 m 2 b. Ruang sekretaris = 6,7 m 2 c. Ruang pimpinan bagian = 9,3 m 2 d. Ruang direktur = 13,4 m 2 e. Ruang 2 wakil direktur = 18,6 m 2 f. Ruang rapat untuk 30 perserta = 60 m 2 g. Luasan unit kantor sewa = 220,5 m 2 h. Area sirkulasi = 50% x 220,5 = 110,25 m 2 Luasan total 1 unit kantor sewa = 330,75 m [x 20 unit] 2 a. General manager = 24 m 2 b. Marketing room = 52,2 m 2 c. Accounting room = 52,2 m 2 d. Operational room = 24 m e. R. kepala seksi = 56 f. R. fasilitas pengelola = 225,6 g. R. Pelayanan = 76,4 2 h. Gudang = 100 m 2 i. Mushola 10 m a. Parkir rumah susun b. Parkir apartement c. Parkir perkantoran d. Parkir pengelola e. Parkir pengunjung
Fasilitas Mini terminal, pangkalan becak , jembatan penyeberangan transportasi Fasilitas Balai pengobatan kesehatan Fasilitas a. Pendidikan pra sekolah pendidikan b. Pendidikan dasar Fasilitas Masjid untuk 1000 jamaah peribadatan Fasilitas hiburan a. Theatre b. Game center Fasilitas olah a. Fitness raga b. Jogging track c. Tennis court d. Swimming pool Fasilitas a. Hall utama konvensi b. Grand ballroom = 1280 c. Junior ballroom = 800 d. Meeting room = 160 e. Exibittion room = 1400 f. Fasilitas penunjang Unit a. Unit pengolahan air pengelolaa b. Unit pengelolaan listrik n utilitas c. Unit pengolahan sampah
A
2
NAD
2
NAD
66146 m
650,4 m
A
A A A 500 m
2
A A A
5250 m
2
TSS
A
59
BAB I PENDAHULUAN c. Konsep Tata Ruang dan Ekspresi Ruang a) Konsep Tata Ruang Dasar pertimbangan dalam konsep penataan ruang dalam Green Solo Superblock ini adalah : −
Kedekatan hubungan antar ruang
−
Pertimbangan klimatologis
−
Kemudahan sirkulasi dan mengoptimalkan interaksi antar user dalam bangunan.
Berdasarkan dasar pertimbangan di atas, dapat dtentukan konsep penataan ruang dalam Green Solo Superblock adalah sebgai berikut : −
Perletakan kedekatan ruang adalah berdasarkan kedekatan fungsi kegiatan dalam masing-masing ruang.
−
Orientasi memanjang ruang semaksimal mungkin ke arah utara dan selatan untuk menghindari silau dan panas matahari.
−
Bukaan pada masing-masing ruang berada di sebelah utara dan selatan.
−
Ruang – ruang dengan kepadatan sirkulasi tinggi diletakkan pada lantai bawah sedangkan lantai atas diperuntukan untuk ruang dengan kepadatan sirkulasi rendah.
b) Konsep Ekspresi Ruang Berdasarkan esensi perancangan Green Solo Superblock yang telah dibahas sebelumnya, secara umum ekspresi ruang yang ingin ditampilkan pada Green Solo Superblock adalah perpaduan antara Arsitektur Hijau dan Arsitektur Lokal Kota Solo. Dalam konteks Arsitektur Hijau, konsep ekspresi ruang yang dapat ditampilkan misalnya : −
Ruang menyatu dengan alam : ditampilkan dengan bukaan-bukaan yang lebar dan penggunaan material trasparan.
−
Alami : penggunaan material alam, memasukan unsur tanaman dan penggunaan warna-warna yang berkesan alami.
Sedangkan dalam konteks Arsitektur Lokal Jawa, ekspresi ruang yang bisa ditampilkan misalnya : −
Penggunaan material kayu ukir
−
Penggunaan elemen Kebudayaan Jawa (misal : batik) pada elemen interior
−
Perencanaan bukaan dengan model Arsitektur Jawa.
5. ANALISA KONSEP TATA MASSA DAN PENAMPILAN
60
BAB I PENDAHULUAN a. Konsep Tata Massa Berdasarkan esensi perancangan Green Solo Superblock penataan massa pada kawasan green solo superblock berdasarkan pada konsep green architecture dan kontekstual terhadap kondisi kota Solo khususnya di sekitar site. Dalam konteks arsitektur hijau, hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan massa bangunan antara lain : a) Meminimalisir jumlah dan luasan massa bangunan untuk memaksimalkan green space b) Mengatur jarak antar massa untuk memaksimalkan potensi alami : udara, matahari. c) Mengatur ketinggian bangunan agar potensi alami dapat dimanfaatkan di semua maasa bangunan. d) Orientasi massa bangunan mampu merespon kondisi iklim mikro dan makro di sekitar bangunan. Sedangkan dalam konteks Kota Solo, penataan bangunan dalam Green Solo Superblock harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Pengaturan ketinggian bangunan berdasarkan RUTRK Kota Solo b) Kondisi massa bangunan di sekitar site c) Memperhatikan kekontekstualan dengan obyek-obyek konservasi yang mungkin ada di sekitar site. b. Konsep Penampilan Pada Kawasan yang luas seperti pada superblock, penampilan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu : a) Skala Kawasan adalah penampilan superblock jika dipandang secara menyeluruh. Misalnya jika superblock dipandang dari atas ketinggian. Penampilan secara keseluruhan ini tidak dapat dinikmati dari skala manusia namun sangat mempengaruhi wajah kota/lingkungan dimana ia berada. b) Skala manusia Karya arsitektur adalah karya yang dinikmati menurut skala manusia. Jadi pada superblock, hal-hal yang lebih banyak dinikmati adalah berupa fasad dan bagian-bagian bangunan yang dapat dengan mudah dipandang dan dinikmati dari skala manusia. Sehingga detail-detail bangunan juga perlu diperhatikan disamping penampilan bangunan secara keseluruhan.
61
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan pada esensi perancangan Green Solo Superblock, penampilan kawasan dan bangunan merupakan penggabungan antara arsitektur hijau masa kini dengan arsitektur tradisional jawa. Elemen-elemen arsitektur hijau dan arsitektur tradisional jawa yang dapat dimasukan sebagai elemen penampilan bangunan antara lain : Contoh elemen arsitektur hijau pada peampilan bangunan
Contoh elemen arsitektur tradisional jawa pada elemen bangunan
62
BAB I PENDAHULUAN
6. ANALISA KONSEP SISTEM STRUKTUR Dasar pertimbangan dala pemilihan sistem struktur meliputi : −
Pengaruh terhadap lingkungan.
−
Beban yang harus didukung.
−
Kondisi tanah.
−
Bentuk dan dimensi vertikal bangunan.
−
Karakter yang ingin ditampilkan pada bangunan bangunan.
a. Sub Struktur untuk massa bangunan dengan ketinggian yang relatif kecil dan jenis tanah yang tidak terlalu keras, alternatif pondasi yang dapat digunakan yaitu: −
Footplat
Mampu mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk jenis tanah yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.
−
Sumuran
Mendukung bangunan berlantai banyak, dapat digunakan pada berbagai jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian. 63
BAB I PENDAHULUAN
−
Tiang Pancang
Mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk tanah yang cukup keras, penggalian tanah untuk pondasi cukup dalam.
b. Super Struktur Pola peruangan dengan fleksibilitas yang tinggi tanpa pembatas ruang yang permanen membutuhkan sistem struktur yang ringan tanpa menggunakan dinding massif sebagai pemikul beban. Struktur rangka dengan kolom dan balok sebagai pemikul beban merupakan alternatif struktur badan bagi bangunan yang direncanakan, hal ini berdasarkan pertimbangan struktur rangka memiliki karakteristik cukup ringan, fleksibel dalam pembagian ruang dan pembuatan bukaan, mampu menahan gempa dan getaran, bentangan cukup luas. Kolom
Balok Induk
Balok Anak
c. Upper Struktur 1. Analisa Struktur Atap Untuk struktur atap terdapat beberapa alternatif struktur, yaitu:
Struktur rangka baja
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas.
64
BAB I PENDAHULUAN
Struktur kabel
Dapat menahan atap dengan bentangan besar.
Struktur beton bertulang
Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas
Space frame
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas.
Struktur rangka kayu
Kelemahan dari struktur kayu adalah bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas. Selain itu, dinilai kurang ramah lingkungan karena material kayu merupakan hasil dari penebangan ponon.
65
BAB I PENDAHULUAN
7. ANALISA KONSEP UTILITAS a. Konsep Sistem Pencahayaan a) Sistem Pencahayaan Alami Sesuai prinsip Arsitektur Hijau, maka pencahayaan alami harus dimaksimalkan dalam rangka penghematan energi. Cara yag dapat digunakan untuk memaksimalkan potensi sinar matahari sebagai sumber cahaya dengan cara konvensional adalah : −
Perencanaan dimensi dan orientasi bukaan yang tepat
−
Orientasi bangunan harus mempertimbangkan gerak matahari
−
Pengaturan ketinggian dan jarak antar bangunan
−
Penggunaan teknologi pencahayaan alami modern Sedangkan untuk ruang-ruang tertentu yang tidak dapat dijangkau sinar matahari
dengan sistem pencahayaan konvensional maka dapat memanfaatkan teknologi penyaluran cahaya ke dalam ruang, misalnya dengan : −
Pembuluh Cahaya Merupakan alat yang dapat menyalurkan cahaya melalui media air dengan
memanfaatkan sifat pembiasan dan pemantulan sempurna cahaya. Alat ini dapat memasukan cahaya dengan intensitas tertentu menjangkau ruang-ruang yang tidak dapat dimasuki cahaya matahari secara konvensional.
−
Light Tube
Light tube memanfaatkan pemantulan cahaya pada cermin, cahaya matahari diarahkan menuju ruang tertentu dengan bantuan cermin yang berada dalam pipa.
66
BAB I PENDAHULUAN
Sedangkan hal yang harus dihindari dalam perencanaan pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berlebihan sehingga menimbulkan glare dan pemanasan yang berlebihan. Cara yang dapat digunakan adalah untuk menghindari hal ini antara lain : −
Perencanaan overhang yang cukup sebagai shading
−
Penggunaan vegetasi sebagai barier panas dan glare
−
Pemilihan material bukaan yang tepat sehngga meminimalisir glare dan infiltrasi panas yang berlebihan.
b) Sistem Pencahayaan Artifisial Penggunaan pencahayaan artificial hanya pada malam hari dan pada ruang-ruang tertentu yang kurang mendapat cahaya atau memerlukan pencahayaan khusus. Penghematan energy dapat dilakukan dengan penggunaan lampu hemat energy dan penggunaan alat pengendali otomatis (alat peredup atau saklar photo elektrik) yang dapat menyalakan atau mematikan dan membuat cahaya menjadi redup (dimmer control). Alternatif sumber pencahayaan artifisial yang dapat digunakan antara lain: −
LED Merupakan jenis penerangan dengan teknologi baru yang sangat hemat energy, namun harganya masih relatif mahal. LED digunakan untuk ruang-ruang umum yang membutuhkan pencahayaan dengan durasi waktu yang cukup pangjang dan intensitas yang tinggi, seperti ruang publik, hall utama dan sebagainya.
−
Flourescene Digunakan untuk ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi, seperti; koridor, ruang informasi, ruang pameran dan sebagainya.
67
BAB I PENDAHULUAN
−
Lampu Pijar Digunakan untuk ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti; lift, shaft, dan sebagainya.
−
Lampu spot Digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan khusus dalam upaya menciptakan suasana khusus, seperti; hall, ruang pamer dan sebagainya.
b. Konsep Sistem Penghawaan System panghawaan yang dapat diterapkan pada Green Solo Superblock bisa dikategorikan menjadi 2 macam : a) Penghawaan alami Sesuai prinsip green architecture, penghawaan semaksimal mungkin menggunakan penghawaan alami, yaitu dengan memanfaatkan potensi angin. Untuk memaksimalkan potensi angin secara maksimal dapat dilakukan dengan : −
Perencanaan bentuk serta orientasi bukaan yang tepat
−
Pengaturan orientasi, pola dan jarak tata massa bangunan
−
Penggunaan system cross ventilation
−
Penggunaan void agar memungkinkan terjadinya sirkulasi udara vertical 68
BAB I PENDAHULUAN
b) Penghawaan buatan Penghawaan buatan diperlukan untuk ruang-ruang yang membutuhkan kondisi kenyamanan yang konstan dan tinggi. Penghawaan buatan yang dapat dipergunakan antara lain : −
Air Conditioner (AC) Air conditioner merupakan alat pendingin ruang yang banyak mendapat sorotan karena efek samping dari penggunaan alat ini dapat merusak lapisan OZON. Namun pada masa kini sudah banyak ditemukan teknologi AC yang lebih ramah lingkungan sehingga AC dapat digunakan untuk ruang-ruang dengan kebutuhan pendinginan khusus. Pada ruang-ruang yang besar dan mempunyai kebutuhan AC yang tinggi dapat digunakan system AC central, sedangkan untuk unit-unit yang penggunaan AC nya hanya bila diperlukan saja maka sebaiknya menggunakan system AC setempat.
−
Ceiling fan Merupakan kipas yang dipasang di plafon untuk memperlancar penghawaan alami.
c. Konsep Sistem Mekanikal Elektrikal Sesuai dengan esensi perancangan Green Solo Superblock maka perencanaan sistem mekanikal elektrikal dalam Green Solo Superblock harus sesuai dengan prinsip Arsitektur Hijau, yaitu dengan penghematan penggunaan energy listrik dan penggunaan sumber energy listrik baru sehingga dapat mengurangi beban listrik di Kota Solo. Untuk penyediaan listrik di Green Solo superblock ada beberapa alternative sumber listrik antara lain : −
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah merupakan teknologi baru Indonesia. Namun di Negara Jepang teknologi ini sudah diterapakan sejak tahun 1990an. Prinsip dasar penggunaan teknologi ini adalah dengan melakukan pembakaran sempurna terhadap sampah anorganik kemudian memanfaatkan padas yang dihasilkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Di Indonesia, teknologi ini juga sudah diterapakn, yaitu di Pulau Bali. Sistem kerja PLTS ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bahasan pengolahan sampah.
−
PLN 69
BAB I PENDAHULUAN Merupakan sumber penyedia listrik utama di Indonesia, demikian juga untuk kota Solo. Permasalahan pada PLN saat ini adalah konsumsi listrik masyarakat yang lebih besar dibandingkan listrik yang dihasilkan PLN sehingga terpaksa dilakukan pemadaman listrik bergilir. Oleh karena itu penggunaan listrik dalam Green Solo Superblock yang bersumber dari PLN harus dibatasi seminimal mungkin. −
Photovoltaic (PV) Merupakan alat yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi tenaga listrik. Kelemahan dari alat ini adalah harganya yang masih relative mahal dan listrk yang dihasilkan relative cukup kecil.
−
Wind turbine Alat
yang
memanfaatkan
tenaga
angin
untuk
menggerakkan turbin listrk. Di Indonesia, alat ini hanya mampu bekerja pada ketinggian tertentu karena laju angin yang relative rendah. −
Diesel Diesel digunakan sebagai tenaga cadangan bila terjadi pemadaman listrk. Kelemahan dari tenaga diesel ini adalah menggunakan Bahan Bakar Minyak yang boros dan kurang ramah lingkungan.
alternatif pemasangan jaringan listrik dapat digambarkan pada skema berikut :
d. Konsep Sistem Sanitasi dan Pengolahan Sampah a) Penyediaan Air bersih Prinsip Arsitektur Hijau
yang harus diterapkan dalam perencanaan ini adalah
penghematan air dan meminimalisir limbah. Alternative sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan dalam green solo superblock antara lain : −
Hasil pengolahan air sungai dan limbah
−
Sumur
−
Air hujan
−
PAM
70
BAB I PENDAHULUAN Sumber air bersih yang selalu ada dan tidak merusak lingkungan pada lokasi Green Solo Superblock adalah berasal dari aliran Kali Pepe. Skema alternative sistem penyediaan air bersih pada Green Solo Superblock dapat digambarkan seperti berikut :
SKEMA
JARINGAN AIR BERSIH
PENYARINGAN TAHAP I
PENYARINGAN TAHAP II
AIR SUNGAI
SM
PENYARINGAN TAHAP III
M
DISTRIBUSI DISTRIBUSI
GT
DISTRIBUSI
P
TR
DISTRIBUSI DISTRIBUSI DISTRIBUSI
EXSTERNAL PIPES
DISTRIBUSI DISTRIBUSI
b) Sistem Sanitasi Sesuai prinsip Arsitektur Hijau, untuk meminimalisir pembuangan limbah, maka pembuangan air kotor harus diolah terlebih dahulu untuk kemudian dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan dalam Green Solo Superblock. Sedangkan air hujan diusahakan untuk disimpan kemudian diolah untuk dapat digunakan kembali.
SKEMA
JARINGAN AIR KOTOR
c) Pengolahan sampah Sesuai dengan prisip Green Architecture, maka Green Solo Superblock harus semakasimal mungkin mereduksi pembaungan sampah keluar site. Dengan memanfaatkan teknologi pembakaran sempurna maka dimungkinkan Green Solo
71
BAB I PENDAHULUAN Superblock menjadi kawasan Zero waste. Prinsip pengolahan sampah dengan konsep zero waste tersebut dapat dijabarkan seperti uraian berikut. Proses pengolahan sampah dimulai dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Dari lantai atas bangunan sampah disalurkan melalui shaft sampah organik dan anorganik yang terpisah menuju ke penampungan sampah di basement menggunakan tenaga grafitasi. Dari penampungan sampah di basement sampah dibawa ke unit pengolahan sampah. Kemudian dalam unit pengolahan sampah tersebut, terjadi proses sebagai berikut : –
Pembakaran Stoker
Bagian utama fasilitas pembakaran, terdiri dari fasilitas receiving dan supply, fasilitas pembakaran, fasilitas pendinginan gas pembakaran, fasilitas pengolahan gas emisi, fasilitas pembangkit listrik, fasilitas pemanfaatan panas sisa, fasilitas pengeluaran abu, serta pengolahan air buangan. Dalam rangka memajukan teknologi proses pembakaran, pengolahan gas emisi merupakan sarana yang menjamin pengurangan beban lingkungan. Sarana tersebut mendominasi sekitar separuh dari kapasitas total fasilitas pembakaran, dan proporsi dana konstruksi serta biaya operasional pun besar. –
Penanganan dioksin
Dioksin tidak hanya dihasilkan dari pembakaran sampah, tetapi dapat dihasilkan oleh semua pembakaran. Terjadinya dioksin dalam pembakaran sampah, dapat dikendalikan dengan penguraian suhu tinggi dioksin atau prehormon melalui pembakaran sempurna yang stabil. Kemudian pencegahan pembentukan senyawa de novo yang juga merupakan penyebab munculnya dioksin, digunakan pendinginan mendadak serta pengkondisian suhu rendah gas pembakaran. Selain itu, debu terbang yang banyak mengandung dioksin, dikumpulkan dengan penghisap debu kemudian diolah dengan teknologi reduksi khlorinat dengan panas sehingga 95% dioksin dalam debu akan terurai. −
Pengolahan abu
Karena debu yang dikumpulkan dengan penghisap debu banyak mengandung logam berat atau dioksin, maka perlu dilakukan berbagai proses seperti proses sementasi, proses chelation, ekstraksi asam atau solvent/ netralisasi, peleburan, dan burning. Abu dipanaskan pada suhu 1250oC sampai 1450oC atau lebih dengan menggunakan panas pembakaran bahan bakar atau energi listrik, kemudian abu dijadikan slag. Karena diproses pada suhu tinggi, dioksin dalam residu pembakaran pun 99 % akan terurai. Abu yang telah dijadikan slag, selain mengalami penyusutan
72
BAB I PENDAHULUAN volume, juga mengalami netralisasi racun, karena itu pemanfaatan ulang terbuka lebar, misal sebagai bahan batako. Pemanfaatan pembangkit listrik dan panas sisa Uap panas tekanan tinggi yang dihasilkan boiler, dikirim ke turbin uap, dan turbin melakukan kerja dengan berputar, semakin besar selisih panas anatara inlet dan outlet semakin besar pula daya listrik yang dibangkitkan oleh kerja turbin uap per kuantitas uap. Karena itu, improvisasi persyaratan inlet turbin dengan cara membuat boiler panas dan tekanan tinggi, di samping improvisasi tingkat kevakuman pada outlet turbin (tekanan rendah outlet) merupakan jalan untuk mendapatkan daya listrik tinggi. Selain itu, sebagai pemanfaatan sisa panas, uap yang dihasilkan boiler dimanfaatkan secara langsung atau melalui alat penukar panas untuk membuat air hangat yang itu kemudian digunakan di internal atau eksternal fasilitas. e. Konsep Sistem Keselamatan a) Pengamanan Kebakaran Tujuannya adalah untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran, faktor yang menentukan adalah: −
Fungsi bangunan.
−
Luasan bangunan.
−
Peralatan yang ada di dalam bangunan yang dapat memicu terjadinya kebakaran.
Alternatif sistem pengamanan bangunan yang dapat digunakan yaitu: −
Sistem Fire Alarm Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan terjadinya bahaya kebakaran. Jenis alarm ini menggunakan dua sistem, yaitu sistem otomatis yang menggunakan smoke and heat detector dan one push button system. Di setiap detector dan button dilengkapi sensor untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran. Di setiap lantai jaringan detector, button dan sensor dipusatkan pada sebuah junction box yang kemudian diteruskan ke kontrol panel. Kontrol panel ini akan memberikan isyarat dalam bentuk indikasi yang dapat dilihat (lampu) dan didengar (alarm) serta mengaktifkan sprinkler.
−
Sistem Sprinkler Gas Bangunan multifngsi ini merupakan salah satu bangunan publik, maka sebagian besar bangunan menggunakan sprinkler gas karbondioksida. Volume karbondioksida yang dibutuhkan untuk kondisi berbahaya yaitu 40% dari volume ruang yang berada dalam kondisi berbahaya.
−
Sistem Sprinkler Air 73
BAB I PENDAHULUAN Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air berfungsi apabila dipicu oleh heat and smoke detector yang memberikan pesan ke junction box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk mengetahui lokasi kebakaran. Sprinkler ini dipasang pada ruang selain ruang yang menggunakan sistem sprinkler gas.
−
Fire Estinguisher Berupa tabung karbondioksida portable Untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Ditempatkan di tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi.
−
Indoor Hydrant Berupa gulugan selang dan hydrant sebagai sumber airnya, digunakan untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakan di tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Sumber air hydrant diambil dari ground tank untuk kebutuhan air sehari-hari.
−
Outdoor Hydrant Dihubungkan pada pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang memadai.
−
Tangga Darurat Lebar tangga direncanakan mampu digunakan untuk 3 orang yang berjalan bersampingan.
b) Pengamanan Bahaya Petir Tujuannya adalah untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya petir, faktor yang menentukan adalah: −
Kemampuan untuk melindungi gedung dari sambaran petir.
−
Tidak menyebabkan efek elektrifikasi atau flashover pada saat penangkal petir mengalirkan arus listrik ke grounding.
−
Pemasangannya tidak mengganggu penampilan bangunan.
Prinsip kerja
Sistem Franklin
Sistem Faradday
Bila terjadi petir akan
Tiang-tiang
faraday
terjadi ionisasi di
yang
berjarak
awan.
kurang lebih 20 m
Loncatan
74
BAB I PENDAHULUAN ion-ion
dapat
ditahan
oleh
(antar
tiang)
terletak
preventor sehingga
sekeliling
tidak
bangunan
mengenai
bangunan.
Radius
di untuk
melindungi
perlindungan sama
bangunan
dengan
sambaran petir.
tinggi
dari
preventor. Keuntungan
Harganya lebih murah
Sifat
perlindungan
dibandingkan
lebih baik karena
sistem Faradday.
aliran
listrik
langsung dialirkan ke
ground
di
tanah. Kerugian
Bila suatu saat ion-ion pada
preventor
tersebut habis atau berkurang,
Lebih
mahal
dibandingkan sistem Franklin.
maka
daya perlindungannya jadi menurun. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sistem yang digunakan adalah sistem Faradday. Sistem Faradday berupa tiang setinggi 50 cm, dengan jarak antar tiang kurang lebih 20 m. Tiang-tiang ini dipasang di puncak bangunan atau atap, kemudian dihubungkan dengan kawat yang dimasukkan ke dalam pipa yang tidak memiliki kemampuan menghantarkan listrik (pipa paralon), dan kemudian dihubungkan dengan ground. Pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantaran listrik ke tanah.
75
BAB I PENDAHULUAN
76