Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
A. Mukaddimah Para pemerhati lingkungan menyatakan kegelisahan mereka tentang pola hidup manusia yang banyak merusak lingkungan alam, sehingga mengakibatkan kondisi bumi yang sangat mengkhawatirkan. Di antaranya, Mary Evelyn yang mengungkapkan: “We are kiliing our world”,1 dan ungkapan Mckibben yang lebih ekstrim: “The end of nature”.2 Dua pendapat ini menyadarkan kita bahwa bumi kita saat ini dalam keadaan kritis. Seluruh penduduk bumi dari latar belakang profesi dan dari Negara manapun dianjurkan untuk melakukan langkah kongkrit dalam menyembuhkan dunia yang sedang sakit ini. Untuk itu, ada dua alasan mengapa tema global warming ini menarik untuk dipilih dalam kajian isu-isu kontemporer. Pertama: Indonesia dikatakan sebagai Negara yang menjadi jantung dunia. Kedua, Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya muslim dengan ajarannya begitu komprehensif termasuk tentang pelestarian alam. Dari dua alasan ini diharapkan ada peran besar umat Islam di Indonesia dalam menyembuhkan kondisi dunia yang sedang sekarat ini. Dakwah Islam diharapkan dapat menjadi mediator yang dapat memberikan informasi tentang tema global warming dan memberikan reaksi positif demi kestabilan kondisi lingkungan alam.3
1
Mary Evelyn Tucker dan John A. Grim, Intoduction: The Emerging Alliance World Religious and Ecology, dalam sebuah jurnal Daedalus (130), 4, 2001, h. 5-6. 2 Mary Evelyn Tucker dan John A. Grim, Intoduction: The Emerging Alliance World Religious and Ecology, dalam sebuah jurnal Daedalus (130), 4, 2001, h. 1. Lihat juga: Bill Mekibben, The End of Nature, (New York: Random House, 1989), cet. II. 3 Selain dua alasan penulis di atas, penulis juga mengutip ungkapan Amrullah Ahmad yang telah memberikan beberapa kesimpulan dari hasil Seminar Nasional “Dakwah Islam dan Perubahan Sosial”, yang diselenggarakan oleh pusat latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M) Yogyakarta pada tanggal 29 Agustus 1982, diantaranya
1
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Dakwah dengan tema ini, menjadi sebuah tema “mendesak” yang harus segera disampaikan, agar masyarakat memahami dan menyadari kelalaiannya, dan lebih respect terhadap bumi dengan semua fasilitasnya. Sehingga kerusakan bumi yang diakibatkan ulah manusia ini dapat diminimalisir bahkan dapat membawa pada situasi dunia yang “nyaman”, agar tercapai tujuan dakwah yaitu: keadilan dan kesejahteraan manusia di muka bumi. Sebagaimana Al-Babiy al-Khully menyatakan dakwah sebagai “Upaya memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik”, atau yang dikatakan oleh Ali Mahfuz yaitu: “Mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk dan menyeru berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan di dunia akhirat”. 4 Untuk itu, demi tercapainya tujuan dakwah para da‟i harus menyatakan: Do some thing to save our world. Dalam rangka menyeru berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan di dunia akhirat, ajakan kepada manusia untuk menjaga
dan
melestarikan
lingkungan
yang
mulai
rusakpun
harus
didengungkan. Sebagai dalil dari tema dakwah dalam menjaga amanah konservasi ini, kita bisa merujuk kepada ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah yang menjadi pemimpin yang memiliki tanggung jawab di muka bumi,5 manusia juga dititipkan amanah
ia mencatat bahwa sudah saatnya dakwah Islam memiliki kesatuan gerak yang berasal dari tema sentral yang sama. Lembaga-lembaga dakwah seharusnya mengambil spesialisasi dalam mewujudkan tema sentral dalam beberapa bidang pada kehidupan kemasyarakatan, tema yang dimaksud adalah: ilmu pengetahuan, sejarah, kebudayaan, partisipasi politik, industry, hokum, ekonomi, hubungan internasional dan lingkungan hidup. Dari 9 (Sembilan) tema dakwah inilah, penulis tertarik mengambil tema paling akhir namun paling krusial saat ini, karena menyangkut kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup yang bernaung di dunia. Lihat: Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Prima Duta, 1983), cet. I, h. 289-293. 4 Disarikan dari, Muhammad Yunan Yusuf, dalam pengantar buku: Metode Dakwah, Editor: Munzier Suarta dan Harjani Hafni, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. II, h. x-xi. 5 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
2
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
keagamaan di dunia,6 untuk itu manusia boleh memanfaatkan semua fasilitas di alam raya ini dengan tujuan untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat, dengan tidak membuat kerusakan di dalamnya, 7 namun manusia justru menghianati amanah yang diberikan kepadanya tersebut dengan berbuat berbagai kerusakan akibat dari eksplorasi alam dengan tidak proporsional dan profesional. Namun kerusakan yang muncul, adalah pelajaran bagi manusia agar kembali memperbaikinya.8 Untuk itu, makalah sederhana ini hadir untuk mengajak manusia agar bersama-sama mengemban amanah konservasi yang selama ini terabaikan, agar kerusakan ekologi yang signifikan
akibat kelalaian menusia tidak
semakin bertambah parah. Kita harus meyadari bahwa kita semua memiliki amanah untuk dapat menjaga alam raya agar dapat diwarisi kepada generasi penerus kita.
Dalam makalah ini, akan dibahas tema sentral
meliputi tentang: dakwah Islam untuk memperhatikan alam dan menjaga kelestariannya, global warming, metode dan peran dakwah Islam dalam menanggulangi global warming dan terakhir ditutup dengan kesimpulan.
B. Dakwah Islam Untuk Memperhatikan dan Menjaga Kelestarian Alam hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. al-Baqarah [2]: 30). 6 Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat [tugas-tugas keagamaan] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Q.S. al-Ahzab [33]: 72). 7 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. al-Qasas [28]: 77). 8 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali [ke jalan yang benar]. (Q.S. al-Rum [30]: 41).
3
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
1. Al-Quran dan Hadis Berbicara tentang Alam Dakwah Islam harus mampu menyampaikan pesan integritas ilmu yang terdapat dalam al-Quran. Karena ilmu yang terkandung di dalam alQuran bukan hanya sebatas ilmu agama semata, akan tetapi juga mencakup ilmu
tentang
alam
raya.
Pentingnya
memperhatikan
dan
menjaga
melestarikan lingkungan alam banyak kita dapati di dalam al-Quran bahkan perintah belajar darinya. Oleh sebab itu, Ali Nawwab dalam bukunya mengajak umat Islam untuk memberikan perhatian khusus dalam mengambil hikmah dari tanda-tanda Kekuasaan Allah di alam semesta ini, sebagai media bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.9
a. al-Quran Menyatakan bahwa segala sesuatu Hidup dari Air. Al-Quran menjelaskan semua makhluk hidup dengan air. Bahkan dalam diri kita sendiri, air juga memiliki fungsi yang sangat penting. Orang bisa tahan lapar dalam waktu beberapa hari, tetapi tidak dengan menahan haus dari air.10 Dapatkah kita bayangkan jika kita hidup tanpa air? Seluruh mekanisme kompleks kehidupan tidak mungkin dapat berfungsi dalam satu
9
„Abd al-Rabb al-Din Ali al-Nawwab, al-Da‟wah ila Allah, (Beirut: Dar al-Qalam, 1410 H/1990 M), h. 339-470. 10 Air merupakan zat yang aneh, karena air mampu beradaptasi pada tiga wujud, yaitu cair, padat dan gas, dalam upayanya untuk menyesuikan dirinya dengan fluktuasi suhu. Air terurai dalam bentuk secara ilmiyah sebagai wujud fungsinya untuk kepentingan kelangsungan hidup organisme. Lihat. Hasan Basri Jumin, Arkeologi Suatu Pendekatan Fisiologis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke III, h. 105. Air adalah benda cair yang terdiri dari oksigen dan hidrogen dalam kadar-kadar tertentu. Setetes air terdiri dari jutaan atom yang berbeda jenis. Molekul-molekul pada zat cair saling berpegangan tetapi tidak terlalu erat, sehingga dengan mudah dapat lepas dan berpindah ikatan. Allah membuatnya sedemikian rupa, sehingga kita tidak perlu mengunyah air, cukup dengan meneguknya dia akan langsung masuk ke tengorokan. Air mendidih pada suhu 100 derajat C, jika temperature turun sampai ke bawah 0 derajat C, maka air akan membeku menjadi es, dan bila temperatur berada di atas 110 derajat C, maka air akan menguap. Lihat. Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 80.
4
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
lingkungan selain dalam lingkugan cair, Dan satu-satunya cairan untuk itu adalah air. Maha benarlah Allah Yang Berfirman:
11
Artinya, segala yang hidup pasti membutuhkan air, pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air. Kebenaran firman Allah di atas telah diungkapkan oleh lebih dari satu cabang ilmu. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedangkan Biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai mediator, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian. 12 11
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. al-Anbiyã‟ [21]: 30). 12
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 80-81. Selain penjelasan di atas, dalam al-Muntakhab dijelaskan bahwa ayat ini menerangkan tentang air hujan adalah sebagai satu-satunya sumber air bersih bagi tanah. Sedangkan matahari adalah sumber semua kehidupan. Tetapi hanya tumbuh-tumbuhan yang dapat menyimpan daya matahari itu dengan perantaraan klorofil untuk kemudian menyerahkannya kepada manusia dan hewan dalam bentuk bahan makanan organik yang dibentuknya. Kemajuan ilmu pengetahuan telah dapat membuktikan kemahaesaan Allah. Zat hemoglobin yang sangat dibutuhkan untuk pernafasan manusia dan sejumlah besar jenis hewan, berkaitan erat sekali dengan zat hijau daun. Atom karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, mengandung atom zat besi di dalam molekul hemoglobin. Hemoglobin itu sendiri mengandung atom magnesium dalam molekul klorofil. Di dunia kedokteran bahwa klorofil
5
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Semua ini membuktikan bahwa Al-Quran telah melangkah jauh ke depan dalam hal persepsi kebenaran dibanding ilmu pengetahuan yang baru mulai m
e
m
b
e
n
a
r
k
a
n
n
y
a
.
13
Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). 14 Atau dalam penelitian Kimia Farma Bandung yang menggambarkan bagan-bagan tubuh manusia dengan kadar air yang ketika diasimilasi oleh tubuh manusia, bercampur dengan sel-sel manusia percampuran itu kemudian memberikan tenaga dan kekuatan melawan bermacam bakteri penyakit. Dengan demikian dapat kita fahami juga ia berfungsi sebagai benteng pertahanan tubuh dari serangan segala penyakit. Lihat: Kementerian Wakaf Majlis Tinggi Ulama Agama IslamRepublik Arab Mesir al-Azhar, al-Muntakhab, Selekta dalam Tafsir al-Quran al-Karim, Arab-Indonesia, h. 266-267. 13 Dalam Sitologi (ilmu tentang susunan fungsi sel), dinyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian. Lihat: Kementerian Wakaf Majlis Tinggi Ulama Agama Islam- Republik Arab Mesir al-Azhar, al-Muntakhab, Selekta dalam Tafsir al-Quran al-Karim, Arab-Indonesia, h. 658. Lihat juga lebih jauh penjelasan tentang pembuktian keakuratan ayat-ayat alQuran yang berkenaan dengan fenomena alam ditinjau dalam perspektif sains. Ahmad Mahmud Sulaiman, Scientific Trends Intelligence Quotient The Qur'an, dalam edisi terjemah, Tuhan & Sains Mengungkap Berita-Berita Ilmiah Al-Quran, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 33-53. 14 Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh. Pertama, pelarut dan alat angkut. Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Disamping itu air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme, termasuk karbon dioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal. Kedua, air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. Ketiga, fasilitator pertumbuhan. air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun. Keempat, pengatur suhu. Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Kelima, Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan. Lihat, Sunita Almatsier, Prinsip-prinsip Ilmu Gizi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), cet. Ke-5. h, 220-223.
6
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
terkandung di dalamnya, bahkan pada seluruh kerangka tulang kita sekalipun. Seperti yang terdapat pada gambar berikut:
15
Kandungan Air Pada Manusia Tubuh: Tubuh: 65 % Otak: Otak: 74,5 % Otot: Otot: 75,6 % Darah: Darah: 83 % Ginjal: Ginjal: 82,7 % Tulang: Tulang: 22 %
10
Lebih lanjut Masaru mengatakan, dari sudut pandang fisik manusia adalah air, kita memulai hidup sebagai janin yang 99% adalah air. Ketika kita lahir, kita adalah 90% air, dan pada saat kita mencapai usia dewasa, kita adalah 70% air. Jika kita mati pada usia lanjut, kemungkinan kita 50% adalah air. Dengan kata lain, disepanjang hidup kita terutama eksis dengan air.16 Allah SWT berfirman:
17 15
Display gambar ini disampaikan pada seminar kuliah, konsentrasi Tafsir Hadits di bawah bimbingan Nasarudin Umar, pada mata kuliah Tafsir Kontemporer, dengan tema: Tafakur Ayat-ayat Allah Menuju Dzikir Allah, di Universitas Islam Negeri yarif Hidayatullah, Jakarta, Mei, 2006. 16 Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water, pada edisi terjemahan oleh Susi Purwoko, Pesan Rahasia Sang Air, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. xv. 17 Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Q.S. al-Fuéilãt [41]: 53). Untuk menafsirkan ayat ini, rupanya ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang orang-orang musyrik
7
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Dari ayat di atas dapat kita fahami, bahwa Allah memperlihatkan kepada seluruh manusia akan tanda-tanda kebesan-Nya di alam raya ini, dan sebagian kecilnya adalah melalui diri mereka sendiri. Agar kita menyadari betapa kuasanya Allah atas segala sesuatu. Menarik belakangan, seorang ilmuan dari Jepang bernama Masaru Emuto itu melakukan penelitian yang menemukan “keistimewaan” lain yang dimiliki oleh air, penemuannya ini diumumkan kepada dunia pada tahun 2005. Masaru berhasil membuktikan bahwa ternyata air dapat berubah (wujud kristalnya) sesuai dengan stimulus yang diberikan kepadanya.18 Ilmuan yang mengarang buku tentang “The Hidden Massage in water” dari Yokohama Municipal University Jepang ini, memulai penelitiannya dengan mengambil sampel air dari berbagai mata air dan danau, lalu diberi rangsangan berbagai jenis pesan, ungkapan dan perasaan, tulisan, gambar, foto dan musik. Lalu difoto dengan teknologi tinggi setelah mengkristal. Penelitian
ini
dilakukan
pada
ruangan
yang
pendingin
ruangannya
dipertahankan sampai -5 derajat celcius, sehingga air tersebut bisa mengkristal. Masaru menjelaskan pada awal penelitiannya bersama seorang Insinyur muda yang bekerja di tempatnya, mereka menempatkan lima puluh jenis air ke dalam lima puluh cawan Petri yang berbeda, kemudian mereka membekukan cawan-cawan ini pada suhu -20 derajat C selama tiga jam dalam lemari pembeku. Dan hasil yang didapatkan adalah tegangan yang mendustai kebenaran al-Quran yang berasal dari Allah. Maka Allah mengatakan bahwa mereka benar-benar dalam keadaan sesat dari kebenaran. Kemudian Allah menurunkan ayat di atas. Sebagai dalil dari kebenaran al-Quran diturunkan dari sisi Allah kepada Nabi dengan tanda-tanda external (alam seisinya) dan dengan nampak menyebarnya Islam di antara agama-agama dan dengan dalil internal (dalam diri mereka sendiri) dengan berbagai kemenangan pada perang Badar dalam peristiwa Fatèu Makkah. Lihat: Ibnu Katsîr, Mukhtaéar Tafsîr Ibnu Katsîr, di tahkik oleh: Hani al-Èaj, (Cairo: al-Maktabah alTaufiqiyyah, t.th.,), juz: III, h. 304. 18 Lihat. Masaru Emuto, Mizu No Maryoku-Kokoro To Karada dalam edisi terjemahan oleh: Azam Translator, The True power of Water, (Bandung: MQ Publishing, 2006).
8
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
permukaan membentuk bintik-bintik es di cawan percobaan selebar sekitar satu milimeter. Kristal terlihat bila anda menyinari mahkota bintiknya.19 Penelitian ini menghasilkan bentuk-bentuk kristal air yang berfariasi dan dalam bentuk yang sangat menakjubkan! (gambar dari bentuk-bentuk dari kristal tersebut dapat dilihat dalam lampiran). Di antara penelitian yang dilakukan Masaru adalah, pada suatu ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan sebotol air, kristal air tadi berkembang bercabang-cabang dengan indahnya, dan ketika dibacakan doa Islam, kristal segi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Masaru
menyimpulkan, bahwa air dapat menyimpan pesan
seperti pita magnetic atau compact disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan yang tadi melalui molekul air yang lain. Penemuan ini menjelaskan, mengapa air putih yang di doakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musrik, atau paling sedikit sugesti, tapi ternyata molekul air itu menangkap pesan do'a kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat pada molekul air yang lain yang ada di tubuh si sakit.20 Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa air dapat “menangkap” getaran rasa, dalam bahasa apapun, tulisan, gambar dan musik. Air juga bisa mengerti dan menyimpan informasi. Tanpa
mermaksud
membuat
suatu
hasil
penemuan
menjadi
trademark Islam/islamisasi ilmu, akan tetapi lebih kepada ungkapan integritas ilmu dalam al-Quran dan hadis Nabi, selain mengutip Q.S alAnbiya [21]:30 di atas, Nur Arfiyah Febriani,21 dalam tesisnya juga menukil 19
Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water, dalam edisi terjemahan oleh: Susi Purwoko, Pesan Rahasia Sang Air, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. xxi-xxii. 20 percikan-iman.com. 21 Lihat Tesis: Nur Arfiyah Febriani, Hubungan antara Dzikir Allah dengan Kesehatan Fisik dan Mental, Studi Kasus, Jama‟ah Dzikir di bawah Bimbingan Ustadz Hariyono di Kota Bekasi, Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
9
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
hadis Nabi yang menyatakan bahwa: “air zam-zam tergantung niat orang yang meminumnya.”22 Redaksi hadisnya adalah:
َّ ال َع ْب ُد َّللاِ ب ٍُْ ْان ًُؤَ َّي ِم أَََّهُ َط ًِ َع أَبَا ب انشبٍَ ِْز ٌَُُى ُل َ َال ق َ َار َح َّدثََُا ْان َىنٍِ ُد ب ٍُْ ُي ْظهِ ٍى ق ٍ ًَّ َح َّدثََُا ِه َشا ُو ب ٍُْ َع َّ صهَّى َّ ُىل َّ ْت َجابِ َز ْبٍَ َع ْب ِد ُ َّللاِ ٌَُُى ُل َط ًِع ُ َط ًِع ب َ َّللاُ َعهَ ٍْ ِه َو َطهَّ َى ٌَُُى ُل َيا ُء سَ ْيشَ َو نِ ًَا ُش ِز َ َِّللا َ ْت َرط 23 ُنَه
22
Lihat: Abu al-Fadak Muhammad „Izzat Muhammad „Arif,„Allij Nafsaka bi alQur‟an, (Jeddah: Dãr al-Qãdosiyyah li al-Nasyri wa al-Tauzî‟, 1414 H/1993 M), h. 37. Lihat juga: Muhammad al-Dîn „Abd al-Èamîd, 'Allij Nafsaka bi Mã‟i Zam-zam, (Jeddah: Dãr alQaddisiyyah,1415 H/1994 M). Dalam bukunya beliau menulis: Ibnu Qayyim suatu waktu pernah berada di kota Mekkah, kemudian dia kehabisan obat-obatan dan tidak mendapati dokter, kemudian dia segera mengambil air zam-zam dan berdoa sebelum meminumnya, kemudian dia benar-benar menyadari khasiat dari air zam-zam yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Dalam bukunya Muhammad al-Dîn „Abd al-Èamîd menuliskan bahwa, usia air zam-zam, dari sejak zaman Nabi Ibrahim sampai kepada zaman kita adalah sekitar 5.000 tahun, lebih tepatnya 4933 tahun. (h. 63-64). Keberkahan/keistimewaan air zam-zam di antara air lainnya di dunia adalah karena, keberadaannya di bumi ini adalah karena malaikat Jibril memukul bumi dengan sayapnya yang menjadikan bumi mengeluarkan air yang melimpah dan menjadi sumur, dia hanya ada di tempat yang di berkahi Allah dan tempat yang paling suci di bumi “Makkat al-Mukarromah”, dan adanya air ini untuk “Sayyid Mubarok‟ Isma‟il as. (h. 96). Selain itu Muhammad al-Dîn juga menulis bahwa, Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya: “Sepaling-paling baik air di bumi adalah air zam-zam”. Atau dalam hadits lain: “Sepaling-paling baik sumur di dunia ini adalah sumur zam-zam”. (h. 95). Dalam istilah kedokteran, pengobatan ini dinamakan hidroterapi. Namun dari kedua hadits yang disertakannya ini, penulis tidak menemukan kedua hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits yang menjadi referensi otoritatif dalam penulisan ini. 23 Sunan Ibnu Mãjah, Kitab: Manasik Haji, Bab: al-Syarb min Zamzam, hadits no: 3053. Selain itu hadits ini juga di riwayatkan oleh Imam Aèmad, Kitab: Bãqi Musnad alMukatsirîn, hadits no. 14466 dan 14320. Hadits ini sama-sama diriwayatkan dari sahabat Jãbir bin 'Abdillah. Dalam penelusuran sanad dalam riwayat Ibnu Majah, diketahui bahwa: Hisyam bin 'Ammar, adalah orang yang Tsiqah menurut Ibnu Èibbãn dan Yaèyã bin Mu'in, Nasã'iy juga tidak memepermasalahkan kedudukannya dengan mengatakan "Lã Ba'sa bihi" . al-Walid bin Muslim juga berpredikat Tsiqah menurut ibnu Èibbãn and al-'Ijliy. Sedang pada 'Abdullah bin al-Mu'ammal, Yaèyã bin Ma'in dan Nasã'iy menço'ifkannya, Abu Zar'ah dan Abu Èãtim menyatakannya sebagai perawi dengan prediket laisa bi qowiyy., Abu 'Abdillah mengatakan bahwa Abdullah bin Muammal adalah orang yang buruk hafalannya. Ibnu Èajar mengatakan, Ibnu Èibbãn mengatakannya ço'if dan tidak boleh berhujah dengan hadits munfarid yang diriwayatkannya. Berbeda dengan Ibnu Numair yang meletakkannya dalam kategori perawi yang tsiqah. Lihat: Syihãb al-Dîn Ahmad bin 'Ali Ibnu Èajar al-'Asqalãni, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut: Dãr al-Ma'rifah, 1417 H- 1996 M), juz. 3, h. 264-265. Dengan demikian, hadits marfu' dari riwayat Jabir bin Abdillah ini, tidak sampai pada derajat éaèîh karena terdapat masalah pada salah satu perawinya, dan kekurangan kualitasnya tersebut tidak sampai pada pendusta dan fasik yang dapat mençoifkan kualitas sanad ini. Demikian juga karena terdapat syawahid yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, maka kualitas hadit ini adalah hasan li ghairih dan dapat dijadikan hujah.
10
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Telah menceritakan Hisyam bin Ammãr kepada kami, telah menceritakan al-Walîd bin Muslim kepada kami, dia telah berkata: telah berkata Abdullah bin Mu'ammal bahwa dia telah mendengar Aba Zubair, dia berkata: aku mendengar Jabir bin 'Abdillah berkata: aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Air zam-zam itu tergantung (niat) orang yang meminumnya. Bahkan Rasulullah SAW telah lama menganjurkan kepada kita mengobati penyakit dengan menggunakan air sebagai obatnya, dalam sebuah riwayat sahabat menceritakan:
َّ َح َّدثًَُِ َع ْب ُد ُ ُْ ال ُك ت َ ََّللاِ ب ٍُْ ُي َح ًَّ ٍد َح َّدثََُا أَبُى عَا ِي ٍز هُ َى ْان َعَُ ِديب َح َّدثََُا هَ ًَّا ٌو ع ٍَْ أَبًِ َج ًْ َزةَ انضب بَ ِع ًِّ ق َّ صهَّى َّ ُىل َ ُْ ال أَب ِْز ْدهَا َع َُّللا َ َِّللا َ ك بِ ًَا ِء سَ ْيشَ َو فَئ ِ ٌَّ َرط َ ََُص بِ ًَ َّكتَ فَأَخَ َذ ْتًُِ ْان ُح ًَّى ف ٍ أُ َجانِضُ ا ْبٍَ َعبَّا 24 ْ َ ََعهَ ٍْ ِه َو َطهَّ َى ق َّ ال بِ ًَا ِء سَ ْيشَ َو َش ك هَ ًَّا ٌو َ َْح َجهَُ َّ َى فَأَب ِْز ُدوهَا بِ ْان ًَا ِء أَوْ ق ِ ٍَال ان ُح ًَّى ِي ٍْ ف
24
Bukhãri, Kitab: Bad'u al-Khalqi Éifatu al-Nãri wa annahã Makhlüqat 3021, hadits ini juga diriwayatkan hanya oleh Imam Aèmad, Kitab: Musnad al-Mukatsirîn min alÉahãbat, Bab: Bãqi al-Musnad al-Sãbiq, hadits no. 5907 dan dalam Kitab: wa min Musnad Bani Hãsyim, hadits no. 2517. Selain itu, Muhammad 'Abd al-'Azîz Ahmad Majdi menulis dalam bukunya tentang keistimewaan air zam-zam, Muhammad mengutip sebuah pengalaman dari sebuah majalah 'Arabiyya yang berjudul Do Not Forget Allah, tentang seorang wanita bernama Laila al-Halu dari Maroko yang menyatakan bahwa dengan bantuan dari Allah air zam-zam dapat menyembuhkannya dari penyakit kangker. Padahal, para medis telah menyatakan tidak ada lagi treatment yang dapat diupayakan untuk menyembuhkan penyakitnya, Laila hanya tinggal beristarahat dan menunggu saat-saat kematiannya. Namun, Laila pergi ke Ka'bah dan beribadah memohon bantuan dari Allah, kemudian meminum air zam-zam, makan roti dan telur. Tidak ada yang dilakukannya sepanjang hari kecuali éalat dan membaca al-Quran. Sampai suatu hari dia menyadari penyakit yang dia derita selama ini semakin berkurang dan dia yakin ada sesuatu yang terjadi pada penyakitnya. Dia kembali ke Paris, untuk kembali berkonsultasi kepada dokternya. Dokternya sangat terkejut akan apa yang ia dapati dari diagnosa terhadap penyakit Laila itu, tidak ada sama sekali sisa kangker di payudara yang telah menyebar keseluruh dada Laila. Dan Laila akhirnya kembali pulang ke Maroko dan menulis tentang pengalamnya tersebut. Dr. Khalid seorang Kepala Departemen Fiqih bekerja sama dengan Jurusan Syari'ah dan Islamic Studies di Universitas Kuwait menanggapi tentang pengalaman Laila al-Halu dengan mengatakan: "Bahwa hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam hadits Rasulullah saw (yang telah penulis kutip di atas), hadits ini membuat penjelasan kepada kita bahwa, tidak ada yang sulit bagi Allah. Termasuk memyembuhkan penyakit, karena tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan kecuali penyakit tua, karena manusia tidak dapat menghentikan proses penuaan. Menurut Khalid, ini bukan berarti air zam-zam nenyembuhkan sendiri penyakit Laila, akan tetapi yang menyembuhkan pada dasarnya tetap Allah swt, Khalid berpedoman pada Q. S. al-Syu'arã' [26]: 80. Lihat:
11
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad, telah menceritakan Abu 'Amir dia adalah al-'Aqadiyy, telah menceritakan kepada kami Hammam dari Abi Jamrah al-Çuba'iyy, dia berkata: "Aku duduk bersama Ibnu 'Abbas di Mekkah, lalu aku terserang penyakit demam", maka dia berkata: "Dinginkan panasnya dengan air zam-zam, maka sesugguhnya Rasulullah saw bersabda: "Panas itu berasal dari panas neraka jahannam, maka dinginkanlah dengan air, atau dia (Rasulullah saw) bersabda: "Air zam-zam dapat menghilangkan demam". Hal inipun diamini oleh Ahmed Ëaha dengan menyatakan: "Many of the therapies mentioned by the prophet (Peace be upon him), are still being used in modern medicine. Water is the most effective and safe measure for lowering body temperature in cases of fever and is life saving in heatstroke, which is commonly encountered in the tropics".25 Kita harus dapat mengambil pelajaran dari air, air selalu mengalir ke tempat yang rendah, dan mengambil bentuk bejana yang memuatnya, namun dia sangat-sangat kuat, dan semua makhluk membutuhkannya. Jangan coba-coba membendung air, dia akan berputar dan berputar, menggerakkan segala yang ada di sekitarnya. Dia juga akan selalu mencari jalan keluar dari apa yang membendungnya, bila terus dibendung, pada akhirnya dia akan meledakkan penghalangnya dan memusnahkan semua yang di sekelilingnya. Maukah kita menirunya dengan berendah hati, karena: “Tidak ada sesuatu yang merendah kecuali Allah mengangkatnya ke ketinggian”.26
Muhammad 'Abd al-'Azîz Ahmad Majdi as-Sayyid Ibrahim. The Water of Zam-zam, (London: Dãr al-Taqwa, 1996), h. 40-44. 25 Ahmed Taha, Medicine in The Light of The Quran and Sunna, (England: Ta-Ha, 1413 H/1993M), h. 17. 26 Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 83. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah saw : َال َومَا َزا َد ه صلهى ه ْ ص ّلِل ِ ضعَ أَحَ ٌد ِ ه َ َّللاُ َعب ًْدا ِب َع ْف ٍو إِ هَّل عِ ًّزا َومَا َت َوا َ ت َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم َقا َل مَا َن َق َ َّللا ِ ُول ه ٍ ص َد َق ٌة ِمنْ م ِ َعنْ أَ ِبي هُرَ ْيرَ َة َعنْ رَ س إِ هَّل رَ َف َع ُه ه َُّللا Lihat. Muslim bin Èajãj al-Nasaiburiy, Éaèiè Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1993M), juz: II, h. 526
12
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi dari hasil temuan Masaru Emuto di atas ataupun penemuan-penemuan ilmiyah lainnya adalah, bahwa kita tidak boleh membuat suatu justifikasi bahwa hasil temuan itu adalah berdasarkan al-Quran dan hadis semata, karena sebagaimana kita ketahui, science atau riset terhadap suatu fenomena alam dapat berubah-rubah. Pertanyaannya adalah, apakah jika suatu hasil riset berubah maka ayat alQuran dan hadis menjadi salah? Oleh sebab itu, menurut Mulyadi Kartanegara, “Islamisasi Ilmu” atau “Ayatisasi Ilmu”, sebagai nama lain dari justifikasi ilmu yang didapat melalui ayat al-Quran atau hadis, adalah istilah yang tidak tepat. Menurut Mulyadi, istilah yang lebih tepat adalah “Integrasi Ilmu”, karena pada dasarnya teori-teori ilmu memang banyak didapati di dalam al-Quran.27 Dari sini penulis menggaris bawahi bahwa, sesungguhnya dasar-dasar ilmu terdapat di dalam al-Quran dan hadis. Selanjutnya, manusia dengan segala kapabilitas dan kapasitasnya mencoba untuk menggali hikmah yang terkandung di dalamnya. b. Fungsi Angin Ilmuan berkata bahwa angin adalah gerakan udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Ia berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu. Bila udara dipanaskan, angin akan bergerak naik, udara dingin akan menggantikannya dan gerakan itulah yang dinamakan angin.28
27
Disarikan dari: Mulyadi Kartanegara, pada acara seminar promosi Doktor: Edwin Syarif, Islamisasi Ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin 4 Mei, 2009. 28 Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 85.
13
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Angin mendapat tugas dari Allah menjadi petunjuk, peringatan, siksa, adzab, malapetaka, cobaan, dan ujian dari-Nya. Angin adalah simbol jiwa “kemauan”
yang tidak kenal henti siang dan malam, dengan berbagai
tingkat “kemampuan”: lembut, sejuk, panas, kuat dan dasyat. Angin juga berperan penting dalam proses terjadinya hujan. Seperti dalam firman-Nya:
29 Quraish Shihab menjelaskan, kata ( ) رياحriyah adalah bentuk jama‟ dari kata ( ) ريحrîh. Al-Quran sering kali menggunakan bentuk jama‟ itu untuk menunjuk angin yang membawa nikmat, sedang bentuk tunggalnya digunakan untuk angin yang membawa bencana. Seperti firman-Nya dalam surat al-Haqqah [69]: 6, yang membicarakan kebiasaan kaum „Ad dengan angin kencang yang sangat dingin. Selanjutnya kata ( ) طهوراëuhür terambil dari kata ( ) طهرëahara
yang biasa diartikan suci.
Patron kata ini
mengandung makna hiperbola, sehingga air diartikan sangat suci. Dengan kata lain ayat ini menginformasikan bahwa air yang turun dari langit sangat 29
Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, (48) agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.(49) Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni`mat).(50) (Q.S. Al-Furqan [25]: 48-50).
14
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
suci dan bersih dari kuman dan polusi, meskipun ketika telah turun, air tersebut boleh jadi membawa benda-benda dan atom-atom yang ada di udara. Namun demikian ia tetap sangat suci dan dapat digunakan menyucikan sekian banyak najis.30 Dalam ayat lain Allah berfirman:
31 Pada ayat ini Allah menggugah setiap orang di antara kita bahwa: Tidakkah engkau siapapun diantara kamu melihat bahwa Allah Yang Maha Kuasa mengarak awan melalui angin kemudian mengumpulkan bagianbagiannya yang ringan itu, kemudian menjadikannya bertindih-tindih sehingga menjadi berat maka engkau melihat hujan keluar dari celahcelahnya lalu turun ke bumi dan Dia Yang Maha Kuasa itu juga menurunkan butir-butir es dari langit, yaitu dari gumpalan-gumpalan awan yang demikian banyak yang besarnya bagaikan gunung-gunung, maka ditimpakanNya butir-butir es itu atau hujan kepada siapa yang dikehendaki sebagai rahmat aêiksa dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Hampir30
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. IX, h. 491-492. 31 Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Q.S. an-Nur [24]: 43).
15
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
hampir saja kilauan kilatnya yakni kilau kilat yang terlihat dan yang terjadi karena gesekan di atas awan itu menghilangkan pengelihatan yakni menutup pandangan dan membutakan karena cahayanya yang demikian terang.32 Seperti yang telah diungkapkan di depan, bahwa awan yang menurunkan hujan dimulai dari atas awan yang berbentuk onggokan yang disebut kumulus, yaitu awan yang timbulnya ke atas. Puncak kumulus bisa mencapai
15-20 kilometer, hingga tampak seperti gunung yang tinggi.
Dalam penemuan ilmu pengetahuan modern, kumulus yang menghasilkan hujan mengalami tiga fase, yaitu: a) Fase Kohorensi dan Pertumbuhan, b) Fase penurunan hujan, dan c) Fase Penghabisan. Disamping itu awan kumulus
inilah
satu-satunya
awan
yang
menghasilkan
dingin
dan
mengandung aliran listrik. Jangan kita menduga- dengan adanya apa yang dinamai “hujan buatan”- bahwa manusia mampu menurunkan hujan. Itu tidak selalu berhasil, dan yang lebih penting lagi keberhasilannya banyak di tentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar kemapuan manusia. Misalnya mesti ada awan yang mengandung butir air. Kalau awannya “mandul” maka mustahil hujan akan turun. Dan maha Besar Allah, kita kembali temukan campur tangan-Nya dalam fenomena alam yang satu ini. Dengan demikian, angin sangat berjasa dalam proses terjadinya hujan, hujan seringkali didahului oleh angin dan disertai oleh guntur dan kilat. (Q.S ar-Rüm [30]: 46).
Begitu juga peranan kehangatan matahari
serta angin yang menurunkan hujan-dalam dunia fisik- terlihat dengan nyata. Dalam dunia spiritual ketiga hal itupun dapat terjadi. Dengan tuntunan Ilahi yang simbolnya adalah berupa cahaya matahari (Q.S. aç-Çuèã 32
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 88. Lihat juga dalam Tafsir al-Muntakhab karangan: Kementerian Wakaf Majlis Tinggi Ulama Agama Islam- Republik Arab Mesir al-Azhar, al-Muntakhab, Selekta dalam Tafsir al-Quran al-Karim, Arab-Indonesia, h. 729.
16
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
[93]), yang dengan menghayati dan mengamatinya jiwa terdorong kepada kebajikan bagaikan angin yang memiliki kekuatan untuk mendorong awan yang berasal dari butir-butir air yang diangkat oleh sinar matahari itu. Aspirasi manusia dapat terangkat menuju suatu wilayah yang sangat tinggi. Angin yang mendorong itu saja -yakni pengalaman tuntunan Ilahi itu sajasebelum turunnya hujan, sudah menggembirakan seseorang. Persis seperti angin sebelum turunnya hujan yang dinantikan.33 Allah juga berfirman:
34 Dari sini kita fahami bahwa fungsi angin yang lain adalah mediator untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Menurut Muhammad Jamaludin elFandy, ayat ini dapat dipandang sebagai hal yang menunjukkan kepada kita bahwa fungsi angin seperti yang diketahui oleh para ahli botani pada zaman kita ini, bahwa angin adalah faktor penting dalam pembuahan kebanyakan jenis tanaman.35 c. Air Laut dan Sungai Kita dapat mengambil pelajaran dari laut dan sungai. Suatu kenyataan bahwa permukaan planet bumi yang diperkirakan yang luasnya mencapai 510 juta kilometer persegi, ternyata 2/3 bagiannya (sekitar 70%)
33
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 91-92. Lihat juga: (Q.S. ar-Rüm [30]: 48-49). 34 Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.(Q.S. al-Hijr [15]: 22). 35 Lihat: Muhammad Jamaludin el-Fandy, On Cosmic Verses in The Quran, dalam edisi terjemahan oleh Abdul Bar Salim, Al-Quran tentang Alam Semesta, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. II, h. 32
17
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
terdiri dari wilayah lautan, hanya 1/3 bagian saja yang merupakan bagian daratan.36 Atau dalam penelitian lain disebutkan bahwa lautan memiliki luas 70.8 % dari daratan.37 Kata bahar dan semua bentuk derivasinya disebutkan dalam al-Quran sebanyak 41 kali dan al-Barr sebanyak 12 kali, fenomena ini dipandang sebagai indikasi pentingnya ayat.38 Tentang keistimewaan laut sampai Allah pernah berjanji dalam al-Quran dengan menggunakan laut sebagai media sumpah (muqsam bih).
39 Huruf
وpada ayat di atas disamping sebagai وqasam ia juga
merupakan وaëaf
yang bersandar (secara bertingkat) kepada ayat-ayat
sebelumnya hususnya ayat 1 pada surat ini,40 ayat ini mengisyaratkan adanya aktifitas eksplorasi dan eksploitasi laut bagi kesejahteraan umat manusia. Ayat ini dapat dijadikan sebagai renungan bagi para geolog dan oceanolog. Maha Sempurna Allah yang memberikan kita berbagai keistimewaan. Allah berfirman:
36
Lihat: Tim Penulis PTK BPPT, Profil Kelautan Nasional Menuju Kemandirian, (Bandung: Ilham Jaya, t.th), h. 4. Bandingkan dengan Mamat Ruhimat & Bambang Utoyo, Geografi (Bandung: Ganeca Exact Bandung, 1994), Jil. I, h. 113 37 James Gilluly, A. O. Woodford, Principles of Geology, (San Fransisco: W.H. Freeman and Company, 1968), cet ke. III, h. 334. 38 Muèammad 'Abdu al-Bãqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfãì Ayãt al-Qur'ãn alKarîm, (Qahirah: Dãr al-Hadîts, 1422 H/2001 M), h. 140 39 Dan laut yang di dalam tanahnya ada api (6) (Q.S. al-Ëür [52]: 6) 40 Lihat: Abu Ja‟far Ahmad ibn Muhammad ibn Isma‟il al-Nahhas, I‟rãb al-Quran, ditahqiq oleh Zuhair Gazi Zahid, (Beirut: Maktabah al-Nahçiyyat al-„Arabiyyah, 1988), juz. IV, h. 253
18
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
41
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas pada kalimat laqad khalaqnã alInsãn fi aèsani taqwîm
dengan pemahaman bahwa kesempurnaan yang
telah Allah berikan kepada manusia berupa manusia dapat berjalan tegak dengan kedua kakinya, makan dengan kedua tangannya, tidak seperti makhluk Allah yang lain seperti beberapa binatang yang berjalan dengan empat kaki dan ada yang makan dengan memasukan makannya tanpa tangan (langsung dengan mulut). Dan yang terpenting Allah membedakan manusia
dengan
ciptaan-Nya
yang
lain
dengan
menganugerahkan
pendengaran, pengelihatan dan otak yang dapat bekerja sama untuk membuat manusia menjadi cerdas (dengan usaha mereka masing-masing), juga agar manusia dapat membedakan segala sesuatu dan mengetahui manfa‟at dan muçaratnya bagi perkara agama dan dunia. Sedang pada kalimat wa èamalnã fi al-barri artinya dengan dapat menunggang binatang seperti onta dan kuda, manusia juga dapat mengarungi lautan dengan perahu besar dan kecil. Sedangkan pada redaksi wa razaqnã mina alëoyyibãt
beliau menafsirkannya dengan bermacam-macam buah-buahan
dan daging dan susu dan seluruh macam makanan yang sangat lezat dan macam-macam warna yang indah dipandang mata, pakaian yang bagus yang dapat dibuat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan pada kalimat wa façalnã hum „ala katsîrin mimman khalaqnã tafçîlan, artinya dengan segala kelebihan di bandingkan dengan hewan-hewan dan seluruh makhluk
41
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al-Isra [17]: 70).
19
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
ciptaan Allah, ayat ini menunjukkan keutamaan makhluk-Nya dari jenis manusia daripada malaikat.42 Selanjutnya, keistimewaan
laut yang bersanding harmonis dengan
sungai terdapat pada surat al-Furqan, Allah berfirman:
43 Firman-Nya di atas dengan menggunakan kata ( ) هذاini merupakan isyarat dekat kepada kedua laut itu, mengesankan bahwa kendati terjadi kedekatan laut dan sungai satu sama lain, namun yang satu tidak bercampur dengan yang lain, sampai-sampai menurut sementara ulama, “Seandainya anda menggali di pantai laut yang asin-walau pada jarak yang sangat dekat dengannya- maka anda akan menemukan air yang sangat tawar. Air asin yang merembas atau mengalir dari lautan ke batu-bebatuan di dekat pantai itu, tidak bercampur dengan air tawar yang merembas atau mengalir ke laut dari daratan”.44 Ada yang berkata bahwa penghalang yang dijadikan Allah itu, adalah posisi aliran sungai yang biasanya lebih tinggi dari permukaan laut, karena itu air sungai yang sangat tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya-kecuali amat sangat jarang- dan dengan pengaturan yang sangat teliti ini, air laut walaupun banyak, tidak mengasinkan air sungai
yang
merupakan sumber air minum manusia , binatang dan tumbuh-tumbuhan. 42
479.
Ibnu Katsîr, Mukhtaéar Tafsîr Ibnu Katsîr, di tahqiq oleh: Hani al-Èaj, juz: III, h.
43
Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Q.S. al-Furqan [25]: 53). 44 Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 74-75.
20
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Sedangkan air sungai karena kadarnya sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut-yang banyak airnya itu-namun air tawar itu tidak dapat mengubah rasa asin laut. Allah swt telah menetapkan hukum-hukum yang mengatur alam raya ini, sehingga air laut tidak mengalahkan air sungai, tidak juga daratan walaupun dalam keadaan pasang naik dan turun. Ketika menyinggung ayat 53 Q.S. al-Furqan di atas, Sayyid Quëub mengutip tulisan A. Morison- Ilmuan yang menyebutkan bahwa jarak antara bulan dengan bumi adalah 240.000 mil- bahwa pasang naik yang terjadi dua kali, mengingatkan kita secara halus tentang keberadaan bulan. Pasang naik yang terjadi di samudera bisa jadi di beberapa tempat mencapai enam puluh kaki, bahkan kulit bumi menonjol keluar sebanyak dua kali sekitar beberapa inci disebabkan oleh daya tarik bulan. Nampak bagi kita, bagaimana segalanya teratur sedemikian rapih, sampai-sampai kita tidak dapat menjangkau kekuatan yang demikian besar yang dapat meninggikan samudera beberapa kaki, dan menonjolkan kulit bumi yang terlihat sangat kuat itu. Planet Mars mempunyai satu bulan kecil, hanya sekitar 6.000 mil jauhnya dari planet itu. Seandainya bulan kita, jauhnya dari bumi hanya 50.000 mil saja-bukan seperti sekarang yang demikian jauh-maka pastilah pasang naik akan sedemikian dasyat menjadikan bagian-bagian dari lapisan bumi kita akan dilanda air yang demikian kuat sehingga meratakan gununggunung.45 Dan jika itu terjadi maka kemungkinan besar kini tidak akan ada benua yang muncul dari kedalamannya dengan kecepatanya yang tertentu
45
Hal senada juga diungkapkan oleh MD. Anisur Rahman, The Glorious Koran and Moderrn Science, The Greatest Surprise, (Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 2004), h. 40-41.
21
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
dan bumi kita akan hancur akibat goncangan itu, serta pasang naik yang ada di udara akan menimbulkan angin ribut setiap hari.46 Harun Yahya menulis sebuah artikel yang berjudul The Fine Tuning in The Universe
dalam sebuah majalah Jumu‟ah, dalam artikelnya beliau
mengungkapkan; ”The Distance between the earth and the moon. If they were just a little closer, the moon would crash into the earth. If they were any further, the moon would become lost in spase. If they were even a little closer, the moon‟s effect on the earth tides would reach dangerous dimentions. Ocean water would inundate low-lying areas. The friction emerging as a result of this world raise the temperature of the oceans and the sensitive temperature balance essential to life on earth would disappear. If they were even a litlle further away, the tides would decrease, leading the oceans to be less mobile. Immobile water would endanger life in the seas, and the level of the oxygen we breath would be endangered.47 Maha Suci Allah dari kealpaan, yang senantiasa Menciptakan segala Sesuatu sesuai dengan kadarnya yang sangat tepat. (Q.S. al-Mulk [67]: 3 dan al-Furqan [25]: 2). Sementara pakar yang berkecimpung dalam bidang kemukjizatan alQuran menjadikan ayat pada surat al-Furqan ayat 53 di atas, sebagai salah satu mu‟jizat ilmiyah al-Quran. Mereka tidak memahami penghalang bercampurnya air asin dan tawar itu dalam pengertian penciptaan posisi sungai lebih tinggi dari lautan, tetapi lebih dari itu. Pendapat mereka bermula dari penemuan yang tercapai melalui perjalanan ilmiyah sebuah kapal berkebangsaan Ingris “Challenger” (1872-1876) hingga penggunaan
46
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, (Jakarta: Pusat Studi Al-Quran, 2005) cet. Ke- III, h. 75-76. 47 Harun Yahya, dalam The Fine Tuning in The Universe, Aljumu‟ah Magazine, Your Guide to an Islamic Life , (Saudi „Arabia, al-Muntada al-Islami, 2006), h. 35.
22
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
alat-alat canggih di angkasa. Guna penelitian dan pemotretan jarak jauh ke dasar laut.48 Dari bunyi ayat di atas, diketahui pula bahwa Allah swt telah menciptakan barzakh yakni pemisah yang memelihara ciri masing-masing air laut dan sungai sehingga walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat tinggi, ciri-ciri tersebut tetap terpelihara. Yang tawar tetap tawar dan yang asinpun demikian. Barzakh ini berfungsi menghalangi kedua air tersebut, sehingga tidak satupun dari keduanya yang dapat menghapus sama sekali ciri-ciri mitranya. Pada tahun 1873, para pakar ilmu kelautan dengan menggunakan kapal “Callenger” menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperatur, jenis ikan/binatang dan sebagainya selanjutnya pada tahun 1948, setelah penelitian yang lebih seksama menyangkut samudra, terbukti bahwa perbedaan-perbedaan mendasar yang disebutkan di atas menjadikan setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk tertentu, terpisah dari jenis yang lain. Betapapun ia mengalir jauh. Gambar-gambar dari ruang angkasa ada akhir abad ke-20 itu menunjukkan dengan sangat jelas adanya batas-batas air di Laut Tengah yang panas dan sangat asin, dari Samudra Atlantik yang temperatur airnya lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah. Batas-batas itu juga terlihat di Laut Merah dan Teluk Aden. Muhammad Ibrãhîm as-Sumaih seorang guru besar pada Fakultas Sains, jurusan ilmu kelautan, Universitas Qatar, dalam penelitian yang dilakukannya di teluk Oman dan Teluk Persia (1984-1988) melalui sebuah kapal peneliti, menemukan
perbedaan rinci dengan angka-angka dan
gambar-gambar pada kedua teluk tersebut. Penelitiannya menemukan
48
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, , h. 76.
23
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
adanya daerah antara kedua teluk itu yang dinamai Mixed Water Area atau daerah
barzakh
(dalam
istilah
al-Quran).
Hasil
penelitiannya
juga
menemukan adanya dua tingkat air pada dua daerah tersebut. Pertama, tingkat permukaan yang bersumber dari Teluk Oman. Kedua, tingkat bawah yang bersumber dari Teluk Persia. Adapun area yang jauh dari mixed area itu, tingkat air seragam adanya. Garis pemisah atau barzakh
yang
memisahkan kedua tingkat pada mixed area tersebut berupa daya tarik stabil (gravitation stability) yang terdapat pada kedua tingkat tersebut sehingga menghalangi
percampuran dan perbaurannya. Garis pemisah
tersebut terdapat pada kedalaman antara 10 hingga 50 meter. Kalau pertemuan itu secara horizontal. Nah, itulah barzakh yang disebut surat alFurqãn di atas.49 Air sungai Amazon yang mengalir deras ke laut Atlantik sampai batas dua ratus mil masih tetap tawar. Demikian juga mata air mata air di teluk Persia. Ikan-ikannya sangat has dan masing-masing tidak dapat hidup kecuali di lokasinya. Agaknya itulah
yang dimaksud oleh ayat di atas
dengan èijran maèjüran/ pemisah dan pembatas yang menghalangi. demikian rangkuman uraian Prof. Dr. „Abdul Èamid az-Zanjani, yang dikemukakan pada seminar internasional mukjizat al-Quran dan Sunnah yang diadakan di Bandung, September 1994. Selanjutnya, samudera atau lautan luas, kita lihat tanpa batas. Ia meliputi segala penjuru sekitarnya. Ia penuh gelombang dan ada riakriaknya. Ia meluap ke seluruh penjuru. Ini difahami oleh sementara pakar sebagai simbol material dari alam ruhani yang tak nampak. Melalui riak dan gelombang samudera tidak terlepas dari hakikat dirinya, demikian juga riak dan gelombang yang bisa jadi menggelorakan hati. Ia adalah bagian dari
49
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 77.
24
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
petunjuk. Melalui riak dan gelombang itu kita bisa mengecup manisnya iman serta meraih petunjuk yang tanpa batas. Lalu, betapapun kita telah menerima hidayah Allah – dalam bentuk apapun hidayah itu – namun karena samudra “tanpa batas” maka hidayah-Nya pun demikian. Yang dimiliki Allah tanpa batas. Karena itu tentu masih sangat banyak hal yang tidak kita ketahui peroleh dari ilmu-ilmu Allah yang maha luas.50 d. Tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan adalah segala yang hidup dan berbatang, berdaun, berakar dan sebagainya. Sementara ilmuan berkata bahwa tumbuhan berkembang di bumi sejak lebih dari satu miliyar tahun lalu, sebelum adanya hewan. Ada lebih dari 250.000 atau sekitar 287.500 sampai 325.000 jenis tanaman yang tumbuh di tanah atau air, antara lain kapang, jamur, cendawan, kaktus, rumput laut, dan lain-lain. Tumbuh-tumbuhan adalah satu-satunya makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Ini agaknya sebagi pengganti dari keterbatasan gerak makhluk Ilahi ini.51 Allah mengajak kita memperhatikan pohon yang berwarna hijau, guna menyadari betapa kuasa Allah;
50
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 77-78. lihat juga: (Q.S. al-Kahfi [18]: 109). Karena itu pula Allah kuasa menambah petunjuk dan hidayah-Nya kepada siapapun walau sebelumnya ia telah mendapat petunjuk: (Q.S. Maryam [19]: 76). Bahkan Nabi Muhammad saw yang merupakan manusia yang paling bertaqwapun masih juga diperintahkan memohon tambahan hidayah. Beliau juga harus membahas dalam éalatnya sebagaimana semua kita (Q.S al-Fãtièah [1]: 6). Dan beliau pun masih diperintahkan untuk bermohon tambahan ilmu: (Q.S. Ëãha [20]: 114). 51 Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 325
25
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
52 Allah menciptakan pohon yang hijau dan mengandung air lalu dia menjadikan kayu itu kering sehingga manusia dapat menjadikannya kayu bakar bahkan dapat memperoleh api dengan menggesek-gesekannya. Jika dari sesuatu yang basah, Allah dapat menjadikannya kering, maka sebaliknyapun demikian. Manusia yang tadinya hidup, penuh cairan, Allah kuasa mematikannya, sehingga hilang cairan tubuhnya. Tetapi dari yang tanpa cairan itu atau yang telah mati itu, Dia dapat mencipta lagi sesuatu yang hidup kembali. Bisa juga difahami dari pohon yang hijau itu kuasa Allah yang memindahkan “kekuatan surya” ke dalam tumbuh-tumbuhan melalui proses asimilasi sinar. Sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat hijau (klorofil) mengisap karbondioksida dari udara. Sebagai akibat dari terjadinya interaksi antara
gas karbon dioksida dan air yang diserap oleh tumbuh-
tumbuhan dari dalam tanah, dihasilkan zat karbohidrat, berkat bantuan sinar matahari. Dari situ kemudian terbentuk kayu yang pada dasarnya terdiri atas komponen kimiawi yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Dari kayu itu, manusia membuat arang sebagai bahan bakar. Daya yang tersimpan di dalam arang itu akan keluar ketika ia terbakar. Batu barapun pada mulanya adalah pohon yang tumbuh dan membesar melalui proses asimilasi sinar tadi, kemudian mengalami penghangatan dengan cara tertentu sehingga berubah menjadi batu bara setelah berjuta tahun lamanya akibat pengaruh faktor geologi seperti panas, tekanan udara dan sebagainya. Apa yang diungkap al-Quran merupakan salah satu isyarat ilmiah yang belum dikenal sampai sekian abad dari turunnya. Proses itu atau 52
yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." (Q.S. Yãsîn [36]: 80).
26
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
yang dikenal dengan proses photosynthesis,53 pada akhir abad ke XVII yang lalu. Jika kita sadar tentang hakikat ilmiyah ini, pasti kita akan “bertemu” dengan Allah serta merasakan kehadiran-Nya disana.54 Kitab suci al-Quran juga mengajak kita memperhatikan tumbuhan, guna menyadarkan kita tentang kebesaran Allah. Allah menjelaskan kepada kita:
53
Allah berfirman dalam surat al-Èajj [22]: 33. )63(َّللا لَطِ يفٌ َخ ِبي ٌر َ َّللا أَ ْن َز َل مِنَ ال هسمَا ِء مَا ًء َف ُتصْ ِب ُح ْاْلَرْ ضُ م ُْخ َ ضره ًة إِنه ه َ أَلَ ْم َترَ أَنه ه Kita temukan kembali fungsi air bagi tanaman. Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai saat panen selalu membutuhkan air. Dalam proses fotosintesa (asimilasi karbon, pengubahan air dengan karbondioksida (zat pembakar) menjadi karbohidrat (zat pati) terjadi dalam kloroplas dengan menggunakan cahaya), fungsi air disini adalah sebagai pelarut. Deficit air pada proses fotosintesa berlangsung berakibat pada kecepatan fotosintesa, deficit air akan menurunkan kecepatan fotosintesa, hal ini sebagai akibat menutupnya stomata (mulut daun), meningkatnya resistensi mesofil (tanaman) yang akhirnya memperkecil efisiensi fotosintesa. Menurut Yahya (1988) ternyata, siklus deficit (stress) yang dialami tanaman pada kondisi yang berbeda akan menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. water stress yang lama dapat meningkatkan tebal dan kepadatan kutikula (kulit lunak), menurunkan pemasukan, pelaluan air metabolisme dalam tubuh tanaman. Kelayuan yang berkepanjangan mengakibatkan kemampuan kutikula permeable (yang dapat ditembus oleh zat cair) menjadi berkurang pada air. Status ini menimbulkan kelambatan pada pertumbuhan batang dan daun, mengurangi kecepatan transpor ion, menurunkan respirasi (pernapasan) , menurunkan aktivitas enzim (suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar sekresi dalam tubuh, berguna untuk proses-proses pengubahan dalam tubuh sendiri), mengurangi pembelahan sel dan mengurangi sintesa (perpaduan) protein. Tetapi meningkatkan enzim hidrolitik (penguraian suatu zat oleh air), menutup stomata dan mengakibatkan penimbunan asam abisik. Pengaruh stress air terhadap system fotosintesa bisa juga melalui pengaruh pada kandungan dan organisasi klorofil (zat hijau daun) dalam kloroplas (tempat pembentukan klorofil pada tumbuhan) di dalam jaringan atau sel yang aktif berfotosintesa. Pengaruh stress air pada perangkat fotosintesa tanaman jagung dilaporkan oleh Alberte, Thornber dan Fiscus (1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress pada air bisa menurunkan kandungan klorofil. Lihat. Hasan Basri Jumin, Arkeologi suatu pendekatan fisiologis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) cet. Ke. III, h. 110-116. 54 Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 330.
27
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
55
Dia Yang Maha Esa itu bagaikan berfirman: Dan di bumi tempat kamu semua memijakkan kaki dan menghirup udara, kamu semua melihat dengan sangat nyata ada kepingan-kepingan berdampingan
tanah yang saling berdekatan dan
namun demikian kualitasnya berbeda-beda. Ada yang
tandus, ada pula yang subur dan ada juga yang jenis tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Ada tanah yang menjadi lahan kebun-kebun anggur, dan tanaman-tanaman persawahan dan ada juga yang menjadi lahan bagi perkebunan, pohon-pohon kurma yang bercabang
dan yang tidak
bercabang. Semua kebun dan tumbuhan itu disirami dengan air yang sama lalu tumbuh berkembang dan berbuah pada waktu tertentu. Namun demikian, Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman
itu atas sebagian
yang lain dalam rasanya demikian juga dalam besar dan kecilnya, warna dan bentuknya serta perbedaan-perbedaan yang lain. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat-ayat yakni tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal. (Q.S ar-Ra‟d [13]: 4). Ayat ini difahami sebagai mengisyaratkan adanya ilmu tentang tanah (geologi dan geofisika) dan ilmu lingkungan
hidup (ekologi) serta
pengaruhnya terhadap sikap tumbuh-tumbuhan. Secara ilmiyah telah diketahui bahwa tanah persawahan terdiri atas butir-butir mineral yang beraneka ragam sumber, ukuran dan susunannya, demikian juga air yang bersumber dari hujan; udara, zat organic yang berasal dari limbah tumbuhtumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang ada di atas maupun lapisan 55
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q.S. ar-Ra‟d [13]: 4).
28
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
tanah. Lebih dari itu, terdapat pula berjuta-juta makhluk hidup yang amat halus yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, karena ukurannya yang sangat kecil. Jumlahnya pun sangat bervariasi, berkisar antara puluhan juta sampai ratusan juta pada setiap satu gram tanah pertanian. Sifat-sifat tanah yang bermacam-macam itu, baik secara kimia, fisika maupun secara biologi, menunjukkan kemahakuasaan Allah, -sebelum ilmuan- benar-benar berbeda dari satu jengkal ke satu jengkal lainnya.56 Manfaat dari beberapa jenis tumbuhan banyak kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, selain nikmat untuk dikonsumsi untuk makanan sehari-hari, tumbuhan dan hasil yang didapat darinya seperti daun-daunan, biji-bijian, buah-buahan, serta umbi-umbian juga sangat berkhasiat untuk dijadikan sebagai obat bagi penyakit tertentu. Hal ini sebelumnya juga telah disinggung oleh Rasulullah SAW tentang manfaat tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian, salah satunya dalam sebuah hadits yang berbunyi:
ُ َح هد َث َنا َيحْ َيى بْنُ ُب َكي ٍْر َح هد َث َنا اللهي ُا َقنا َل أَ ْخ َب َرنِني أَبُنو َسنلَ َم َة َو َسن ِعي ُد بْنن ٍ ْنن اِ ن َها ٍ ْث َعننْ ُع َقي ِ ْنل َعننْ اب صلهى ه َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم َيقُو ُل فِي ْال َحبهن ِة الس ْهنودَ ا ِء ِ ْالم َُس هي َ َّللا ِ ا أَنه أَ َبا ه َُري َْر َة أَ ْخ َب َر ُه َما أَ هن ُه َسم َِع َرسُو َل ه 57 ُ ُ ا َوالسها ُم ْال َم ْو ت َو ْال َح هب ُة الس ْهودَ ا ُء ال ُّاونِيز ٍ اِ َفا ٌء مِنْ ُك ِّل دَ ا ٍء إِ هَّل السها َم َقا َل ابْنُ اِ َها 56
Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana, “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, h. 330-331. 57 Bukhari, Kitab: al-Ëibb, Bab: al-Èibbat al-Saudã‟ , CD Room, hadits no. 5256. Lihat juga, Abdul Malik bin Habib al-Andalusi al-Albary, al-Ëibb al-Nabawiy, (Beirut, al-Dãr al-Syãmiyyah, 1413 H-1993 M), h. 279-281. Abdul Malik juga mengutip hadits rasul yang menjelaskan manfaat dari lada hitam antara lain untuk mengobati penyakit kepala, flu, asma dan batuk. Selain itu, Ibnu Qayyaim al-Jauziyyah menulis dalam bukunya, bahwa jinten hitam ini bersifat panas dan kering, berkhasiat menghilangka gas, menghilangkan penyebab penyakit alopecia (botak), berguna juga mengobati kusta, demam yang disertai batuk berdahak dan sejenisnya, bisa juga membuka sumbatan, mengusir angin, mengeringkan lambung yang basah dan lembab. Kalau ditumbuk lalu dibuat adonan dengan campuran madu, kemudian diminum setelah dicampur dengan air panas, bisa menghancurkan batu ginjal dan batu di kandung kencing, memperlancar air seni, haid dan ASI, bila diminum secara rutin berhari-hari. Kalu dipanaskan dengan campuran cuka buah, lalu dioleskan ke perut, pasti akan membunuh bakteri. Bila diadon dengan air tepung basah atau tepung yang sudah dimasak, mampu mengeluarkan cacing dengan lebih kuat. Ia bersifat membersihkan, memotong dan mengurai. Berhasiat juga menyembuhkan pilek dingin, bila ditumbuk dan diletakkan disebuah kain lalu terus dihirup, niscaya pilek itu hilang. Bahkan minyaknya bisa digunakan untuk obat penyakit kepala dan menghilangkan
29
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair, telah menceritakan kepada kami al-Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata ia: telah menceritakan kepadaku Abu Salmah dan Sa'id bin al-Musayyab bahwa Abu Hurairah telah menceritakan kepada keduanya bahwa dia telah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Dalam jinten hitam terdapat obat untuk segala jenis penyakit, kecuali kematian.” Demikianlah sekilas tentang wawasan Islam dalam memberikan gambaran tentang alam sekitar. Dari sedikit penjelasan di atas, sebenarnya Islam sangat mendorong umatnya, untuk selalu memberikan atensi seputar ciptaan Allah yang ada di alam raya ini untuk dijadikan pelajaran dan mengambil manfaat sebaik-baiknya dari alam, agar manusia dapat menikmati anugerah yang telah diberikan sekaligus terus menjaganya demi kemaslahatan bersama, bukan merusaknya. Namun dari isu global warming ini, mengindikasikan bahwa manusia telah banyak melakukan kerusakan di bumi. Pada air, tumbuhan, daratan dan udara.58 ketombe, dan masih banyak lagi manfaat dari jinten hitam ini. Lihat. Ibnu Qayyim alJauziyyah, al-Tibb al-Nabawiy, (Beirut: Maktabah al-„Ashriyyah, 1410 H-1990 M), h. 257259. 58 Jika manusia hanya terus mengeksploitasi alam tanpa memperhitungkan dampak dari eksploitasi tersebut serta tidak menjaga kelestariannya, maka kerusakan alam yang menjadi indikasi dari global warming saat ini tentu akan membawa dampak yang lebih buruk lagi. Saat ini, hal yang lebih ironis bagi kita adalah, kebanyakan umat Islam hanya baru mampu sekedar menikmati fasilitas yang Allah swt. berikan dalam alam raya ini, akan tetapi lalai dalam memperhatikan ayat-ayat kauniyah yang dikatakan sebelumnya sebagai peletak dasar ilmu di dunia ini. Faktanya, harus kita akui kebanyakan umat Islam belum mampu mengembangkan ilmu dasar alam yang terletak di dalam al-Quran untuk diaplikasikan pada ilmu teknologi. Artinya, umat Islam kebanyakan hanya sebatas penikmat, bukan penemu hikmah ayat. Hal inilah yang menyebabkan kita kini jauh tertinggal dengan saintis dari non muslim. Semoga hal ini dapat memotivasi kita untuk terus belajar dan menggali hikmah tersembunyi di balik ayat-ayat al-Quran. Sebenarnya disiplin ilmu yang mengkaji tentang alam (kosmologi) yang dikaji oleh ilmuan muslim sudah banyak dilakukan. Hanya saja, umat Islam saat ini kurang memiliki atensi terhadap warisan tradisi ilmiyah rasional Islam ini. Di antara karya ilmuan muslim tentang kosmologi adalah: 1) buku karangan Ihkwan al-Sofa, 2) al-Quzwini, berjudul: „Aja‟ib al-Makhluqat, 3) alKhwarizmi, berjudul: al-Ardh, 4) Ibnu Rusthah, berjudul: al-„Alaq al-Nafisah, 5) alKhurdadzabih, berjudul: al-Masalik wa Mamalik, dan 6) Abu Hasan al-Mas‟udi, berjudul: Muruj al-Dzahab.Lihat: Mulyadi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiyah Islam, (Jakarta: Bait al-Ihsan, 2006), cet. I. h. 158-160.
30
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
2. Kelalaian Umat Islam dalam Memahami dan Menangkap Hikmah dari Ayat-ayat Kauniah Agus Purwanto seorang muslim yang ahli dalam bidang IPTEK menyatakan keprihatinannya terhadap kelalaian umat Islam yang kurang memiliki perhatian di dalam menggali ayat-ayat kauniah yang terdapa di dalam Al-Qur‟an. Padahal, Allah mengisyaratkan pentingnya kita untuk mendalami dan menguak hikmah dan rahasia di balik penciptaan alam. Lebih ironis lagi kelalaian dan pengabaian pada sains di dunia Islam meliputi semua lapisan umat termasuk para elitnya. Bayangkan, menurut Doktor alumni Universitas Hiroshima Jepang ini, dalam resetnya setelah melalui seleksi ayat Al-Qur‟an yang membahas tentang ayat-ayat kauniah, ternyata 800 ayat dari 6.236 ayat Al-Qur‟an adalah ayat kauniah.59 Ini berarti sekitar 13 % ayat Al-Qur‟an membahas tentang alam semesta. Kita yang mewarisi kekayaan tak terbatas ini, malah membiarkannya digeluti oleh golongan lain, yang justru membawa mereka pada peringkat top dunia. Diskusi
dan
seminar
yang
membahas
tentang
masalah
keterbelakangan umatpun telah dilakukan, seperti seminar di Universitas Jember, Jawa Timur pada 4 Mei 2003 dengan tema: “Paradigma Fiqih Penyebab Keterpurukan Indonesia”. Sebelumnya, 2-5 Januari 2003 di Yogyakarta diselenggarakan konferensi Internasional bertema: “Agama dan Sains di Dunia Pascakolonial”. Tema dan isi seminar atau konferensi tersebut seakan membenarkan pernyataan yang bernada menggugat dari Syaikh Jauhar Ëanëãwi, dalam kitab tafsirnya al-Jawãhir, Guru Besar Universitas Cairo ini menyatakan di dalam Al-Qur‟an terdapat lebih dari 750 ayat kauniah (ayat tentang alam semesta), dan hanya sekitar 150 ayat fiqih. 59
Disarikan dari buku karangan: Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta, Sisi-sis AlQur‟an yang Terlupakan,(Bandung: Mizan, 2008), cet. I, h. 28-29.
31
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Anehnya, para ulama telah menulis ribuan kitab fiqih, tetapi nyaris tidak memperhatikan serta menulis kitab tentang alam raya dan isinya.60 Menurut Muhammad Quraish Shihab, jika kita melihat sejarah, memang terjadi masa dimana terdapat dikotomi ilmu. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab “keterbelakangan umat Islam”. Lembaga-lembaga pendidikan Islam – madrasah atau level yang lebih tinggi, katakanlah al-Jami‟ah – lahir dalam suasana dimana ilmu-ilmu agama sangat diperhatikan dan dinomorsatukan, sedangkan ilmu “kedunian” yang sangat diperlukan guna pengembangan sains dan teknologi cenderung dipinggirkan. Kemajuan sains yang dicapai pada masa Dinasti Abbasiah tidak lahir dari lembaga pendidikan madrasah atau al-Jami‟ah, tetapi dari upaya-upaya individual pakar-pakar Muslim ketika itu. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang memprioritaskan pendidikan agama telah menempatkan fiqih dalam kedudukan sangat tinggi, yang pada gilirannya turut berperan dalam memunculkan pendapat-pendapat yang dapat dinilai menghambat kemajuan dalam bidang ilmu-ilmu non agama.61 Selain itu, imam al-Ghazãli yang merupakan Hujjatu al-Islãm (Pengurai kebenaran Islam), juga terasa menganaktirikan sains dan teknologi. Lembaga pendidikan al-Niìãmiyah, dimana Imam al-Ghazãli pernah mengajar dan dinilai sebagai lembaga pendidikan terbaik di dunia Islam pada abad XI- lewat penaggung jawabnya, yakni Niìãm al-Mulük, bahkan menetapkan bahwa pejabat-pejabat dalam lembaga tersebut harus bermazhab Syafi‟iy. Dari satu sisi, hal ini mungkin dapat dimengerti karena mazhab tersebut dinilai moderat dan kompromistis, tetapi dari sisi lain ini
60
Disarikan dari buku karangan: Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta, Sisi-sisi AlQur‟an yang Terlupakan, (Bandung: Mizan, 2008), cet. I, h. 24. 61 Muhammad Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qur‟an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 1427 H/2006 M), cet. I, h. 155.
32
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
dapat menjadi hambatan bagi pengembangan pemkikiran dan perluasan wawasan. Beberapa hal diatas dinilai sebagai factor yang menjadikan umat Islam tertinggal. Namun kini mulai timbul kesadaran di kalangan umat muslim, sudah ada pula upaya-upaya yang dilakukan untuk meraih kembali “milik kaum muslim” yang diambil dan dikembangkan oleh Barat. Namun, kekhawatiran Muhammad Quraish Shihab adalah, upaya tersebut sekedar belaka sehingga meninggalkan nilai spiritual, yang dalam pandangan Islam harus
selalu
menyertai
setiap
aktivitas
Muslim,
termasuk
dalam
mengembangkan ilmu dan teknologi.62 Namun, bukan berarti kita tidak memiliki tokoh dalam ilmu sains dan teknologi. Kita punya al-Jabar sebagai seorang yang menciptakan ilmu dasar matematika, Ibnu Sina al-Razi sebagai ahli Kedokteran, Muhammad bin Musa al-Khawarijmi ahli matematika, musik, geografi dan sejarah, Jabir bin Hayyan ahli kimia, al-Kindi seorang ahli matematika, astrologi, astronomi, fisika, optik, musik, pengobatan, farmasi, filsafat dan logika yang memiliki 265 karya, serta masih banyak lagi tokoh muslim cemerlang yang membanggakan. Dan ilmu yang mereka temukan menjadi cikal bakal perkembangan sains dan teknologi pada saat ini.63
62
Muhammad Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qur‟an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 1427 H / 2006 M), cet. I, h. 156. Namun, salah satu factor penyebab keterbelakangan umat ini dibantah oleh Masyhuri Na‟im (tanpa bermaksud untuk mendahului pendapat sang senior yang dianggapnya sebagai “master”). Menurut Masyhuri, setiap orang lahir dengan bakat dan minat masing-masing. Maka kecenderungan seseorang dalam menggandrungi suatu ilmu yang akan menjadikannya seorang yang ahli dalam suatu disiplin ilmu. Selain itu, kita perlu tahu, bahwa banyak sekali ilmuan muslim yang menjadi pencetus lahirnya suatu disiplin ilmu, seperti al-Jabar dengan matematikanya, Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina dengan ilmu kedokterannya dan lainlain. Disarikan dari: Masyhuri Na‟im, pada seminar mata kuliah, Kaidah-kaidah Ushul Fiqh Kontemporer, Jum‟at, 8 Mei 2009 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 63 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993).
33
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Oleh sebab itu dari sini dapat kita fahami bahwa, untuk memahami ibarat-ibarat atau matafor-metafor alam ayat-ayat itu diperlukan semua bentuk kecerdasan, yaitu: kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional. Misalnya, peredaran planet dan perputaran siang malam, serta kehidupan binatang memerlukan ilmu pengetahuan yang terkait, seperti astronomi dan biologi. Ilmu pengetahuan ini merupakan produk kecerdasan intelektual. Kemudian kesadaran mendalam terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah yang muncul dari perenungan tentang kehidupan alam ini merupakan kecerdasan spiritual. Lalu rasa peduli kepada sesama setelah merenungkan kecilnya manusia di hadapan Allah itu adalah kecerdasan emosianal. Menurut Qardhawi, ini semua menunjukkan bahwa Allah tidak membedakan berbagai bentuk kecerdasan itu satu sama lain. Artinya semua bentuk
kecerdasan
itu
sama
pentingnya
dalam
memahami
dan
mengaplikasikan firman Allah dalam kehidupan.64 Lebih jauh, Sayyed Hossein Nasr mengemukakan bahwa Al-Qur‟an sangat spesifik dalam memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan alam. Bahwa kosmologi jelas terlukis pada wahyu, yang tidak hanya membahas prinsip-prinsip umum, tapi juga mengemukakan formulasi dan terminologi. Dan kemudian ilmuan-lah yang mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam beberapa bagian.65
64
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 63-70. Sayyed Hossein Nasr, Science and Civilization in Islam, (New York: New American Library, 1968), h. 95. Di dalam Al-Qur‟an, memang tidak dijelaskan secara spesifik klasifikasi ilmu. Namun Afzalur Rahman mengklasifikasikan cabang-cabang ilmu yang terdapat di dalam Al-Qur‟an ke dalam 23 bagian: 23 cabang ilmu menurut Afzalur Rahman adalah: 1) Kosmologi, Q.S al-Hadîd 4-5, al-Naml: 74-75, Yünus: 61. 2) Astronomi, Q.S Qãf: 6, al-Ra‟ad: 2, Luqmãn: 10, al-Nãzi‟at: 28. 3) Fisika, al-Nür: 35, al-Furqãn: 61, Yünus: 5. 4) Matematika: al-Kahfi: 11-12, al-Mu‟minün: 112-124, Ibrahîm: 34. 5) Sejarah, al-A‟rãf: 100102, Ali Imran: 137-138. 6) Antropologi, al-Baqarah: 30-31, al-Mu‟min: 64. 7) Geografi, alNaml: 61, al-Nahl: 15. 8) Geologi, al-Mulk: 15, al-Nãzi‟at: 30. 9) Mineralogi, Fãthir: 27. 10) Biologi, al-Anbiyã: 30, Ëãha: 53. 11) Botani, Qãf: 9-11, al-An‟ãm: 99. Qãf: 97. 15) Irigasi: al-Nahl: 15, Ibrahîm: 32. 16) Perdagangan, al-Jumu‟ah: 10, al-Baqarah: 198. 17) Arkeologi: al-Hajj: 45 dan 48, al-A‟rãf: 4-5. 18) Arsitektur, al-Nisã: 57, al-Insãn: 13-14. 19) Psikologi, 65
34
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Artinya, integritas berbagai macam ilmu yang dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an harus kita dalami, kembangkan dan aplikasikan dalam kehidupan. Sehingga sesuai dengan fungsinya, al-Qur‟an dapat menjadi kitab yang menjadi petunjuk yang menjelaskan segala tuntunan dan kebutuhan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Jadi, dengan demikian kita harus mulai merubah mindset kita bahwa ada pengkotakan ilmu yang menjadikan perbedaan itu sebuah dikotomi yang mengakibatkan satu ilmu lebih dominan diminati ketimbang ilmu yang lain. Karena sebagai sebuah integritas, semua bidang ilmu dan agama adalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Disinilah
fungsi
dakwah
diharapkan
agar
dapat
kembali
menyampaikan ajaran universal al-Qur‟an tanta harus mendikotomikan cabang-cabang ilmu yang terdapat di dalamnya. Karena segala jenis ilmu adalah suatu kesatuan yang harus di integrasikan sehingga sinergi antara segala jenis ilmu dapat membawa manusia kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.66 al-Taubah: 77. 20) Sosiologi, al-Mã‟ün: 1-7, al-Takatsur: 1-8. 21) Seksologi, al-íãriyat: 49, Yãsin: 36. 22) Kimia, al-Hijr: 26, Fãëir: 11. 23) Kedokteran, al-Mu‟minün: 21, „Abasa: 3132. Dan Afzalur Rahman menyebutkan bahwa kosmologi (ilmu tentang kejadian alam semesta) adalah titik awal dari ilmu pengetahuan dalam Islam. Lihat Afzalur Rahman , AlQur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, pada edisi terjemahan oleh : H. M Arifin, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 46. 66 Untuk itu, sebagai ujung tonggak penyampaian materi dakwah, fungsi rukun dakwah yang tidak kalah penting adalah da‟i. menurut Abdul Karim Zaidan, umat Islam harus menyadari bahwa setelah rasulullah wafat, seluruh umat Islam tanpa terkecuali adalah da‟i, lihat: Q.S al-A‟rãf [7]: 59. Artinya, untuk mencapai tujuan dakwah, umat Islam harus bersatu. Disarikan dari : Abdul Karim Zaidan, Ushul al-Da‟wah, (Beirut: Muassasah alRisalah, 1421 H / 2001 M), h. 308-309. Senada dengan pendapat d iatas, Tuti Alawiyah juga menyatakan bahwa tiap individu tanpa terkecuali dituntut untuk dapat berperan aktif dalam aktivitas dakwah. Hal ini didasari dari ayat al-Qur‟an: Q.S al-Asr [103]: 1-3, Yusuf [12]: 18, al-Ahzab [33]: 39 dan hadis Nabi yang menyatakan,”Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat”, menjelaskan bahwa dakwah memiliki arti luas, yaitu: kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap muslim dan muslimah. Tidak boleh seorang muslim dan muslimah pun yang menghindar darinya. Dakwah dalam arti amar ma‟ruf nahi munkar adalah sarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini
35
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
C. Global Warming 1. Definisi Global Warming Global warming atau pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumin. Suhu ratarata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 + 0,18 C. selama seratus tahun terakhir, Intergovemmental panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata terjadi sejak pertengahan abad ke-20 modal iklim yang diajukan oleh projek IPPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 C) antara tahun 1990-2100.67 Dalam penjelasan yang lebih ringan Global warming atau pemanasan global adalah: Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang diikuti perubahan pada iklim, disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Perubahan iklim dimaksud seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, dibelahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.68 Dari ungkapan di atas, dapat kita bayangkan betapa keadaan suhu dunia sekarang dan yang akan datang akan semakin panas, dampak negative adalah kewajiban manusia yang memiliki fitrah sebagai social being (makhluk social). Oleh karena itu, dakwah bukan monopoli golongan yang disebut ulama/cendikiawan saja. Semua elemen masyarakat yang memiliki keahlian masing-masing baik dari ilmu agama dan umun harus berbagi ilmu agar dapat membawa kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Lihat: Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim, (Bandung: Mizan, 1997), cet. I, h. 23-28. 67 Website: Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, 31 Mei 2008. 68 United Nations Framework Convention on Climate Change.
36
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
dari keadaan ini tidak akan terelak, karena hal ini adalah proses alami yang disebabkan ulah manusia terhadap dunia ini. McElroy
menjelaskan
tentang
teori
evolusi
bumi
dan
peran
homosapien dengan menyatakan bahwa: keberadaan bumi telah ada lebih dari 4,6 juta tahun yang lalu, sementara homosapien sebagai salah satu penghuninya baru menempati bumi sejak sekitar 150.000 tahun, walau demikian, revolusi industry beberapa ratus tahun terakhir ini, sebagai kegiatan homosapien (manusia) telah merusak planet ini.69 “The end of nature!” ungkapan Bill McKibben yang dikutip oleh Mary Evelyn Tucker dan Jhon A. Grim dalam sebuah jurnal Daedalus.70 Ungkapan ini sebagai gambaran betapa dunia yang kita jadikan tempat untuk hidup dalam keadaan sekarat, dengan fenomena kerusakan global dalam beberapa decade ini. Keprihatinan serupa juga pernah diungkapkan sebelumnya oleh Garret Hardin dengan istilah ”Tragedy of the common”. Padahal di dalam al-Qur‟an, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah yang bertanggung jawab sebagai pemimpin yang mengatur urusanurusan duniawi. Namun amanah sebagai khalifah ini rupanya kurang mampu ditanggung oleh manusia, hal ini diisyaratkan di dalam al-Qur‟an dalam: Q.S al-Ahzãb [33]: 72 sebagaimana yang diungkap di mukaddimah makalah ini. Dalam konteks Indonesia, kerusakan ekologis akumulatif pada dua dekade terakhir ini telah memberikan sinyal sangat kritis. Laporan Walhi menyebutkan bahwa: kerusakan lingkungan antara tahun 1998 sampai pertengahan tahun 2003 tercatat telah terjadi 647 bencana di Indonesia 69
McElroy menyebut kerusakan bumi ini diantaranya adalah pemanasan suhu bumi, pengurasan sumberdayanya, pencemaran tanah, air dan udara. McElroy menyatakan: Human radically altered the nature of the planet-planet its climate, depleting its resources, polluting its soil, water, and air. Lihat: Mary Evelyn Tucker dan Jhon A. Grim, Introduction, h.2. 70 Mary Evelyn Tucker dan Jhon A, Grim, Introduction: The Emerging Alliance World Religious and Ecology, dalam sebuah jurnal Daedalus (130), 4, 2001, h. 1. Lihat juga: Bill McKibben, The End of Nature, (New York: Random House, 1989), cet, II.
37
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
yang menelan korban 2.022 orang. Sebanyak 85 % bencana yang telah terjadi diakibatkan oleh banjir dan tanah longsor. Banjir terjadi secara berulang-ulang dalam sekala besar di 302 lokasi dengan 1.066 jiwa, longsor terjadi di 245 lokasi dengan korban sebanyak 645 jiwa.71 Catatan BAKORNAS lebih mencengangkan, karena penelitian mereka memaparkan bahwa dalam kurun lima tahun (1998-2004) telah terjadi 1.150 kali bencana ekologi dengan korban 9.900 jiwa dan kerugian material sebesar 5.922 triliyun. Banjir merajai peringkat pertama bencana dengan jumalah 402 kejadian dengan 249 kasus, memakan korban jiwa sebanyak 747 orang dengan kerugian materi sebanyak 21,44 milyar. Kemudian disusul dengan kebakaran hutan sebanyak 133 kali dengan 44 korban meninggal dan merugikan Negara sebanyak 137, 25 milyar. Wajah Indonesia “tertampar” ketika FAO sebagai badan internasional yang menangani masalah pangan, menyodorkan data laju kerusakan tercepat dan terparah di dunia. Dilaporkan bahwa, setiap tahun rata-rata 1.871 juta hektar hutan (dua persen dari luas hutan) hancur. Dengan laporan ini menjadikan Indonesia masuk dalam “Guinnes World Record” sebagai “Negara penghancur hutan tercepat 2008”. Dua persen dari total hutan atau 1.871 juta hektar, atau rata-rata 51 kilometer hutan rusak antara tahun 2000-2005 setiap tahun. Kerusakan bumi rupanya bukan hanya di ladang hutan. Lautan yang menjadi
tumbuhnya
spesies
karang
yang
juga
dapat
menyerap
karbondioksida berlebih di udara yang menjadi salah satu menyebabkan global warming pun 70 % jumlahnya di dunia telah rusak parah akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan pertambangan
71
Sudarsono, Menuju Kemapanan Lingkungan Hidup Regional Jawa, (Jogyakarta: PPLHRJ, 2007), h. 129.
38
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
minyak di laut. Hanya 5 %
yang dilaporkan masih belum kondisi yang
bagus.72 Untuk itu, pada tanggal 11-15 Mei 2009, para pemimpin dari 85 negara di dunia telah mengadakan WOC (World Ocean Conference) dalam rangka menyatukan misi untuk menyelamatkan laut dan kekayaannya dari kerusakan. Daerah provinsi Sulawesi Utara (Manado) yang dikenal sebagai “Bibir Pasifik” ini telah mewakili Indonesia sebagai tempat pertama penyelenggara World Ocean Conference (WOC).73 Dalam kaitannya pada isu-isu dakwah kontemporer adalah: materi dakwah tentang pengenalan global warming dan memberikan kesadaran manusia untuk menanggulanginya, harus disampaikan kepada seluruh objek dakwah.74 Hal ini ditargetkan agar kesadaran dan sikap menjaga lingkungan alam, baik di darat, lautan dan udara dilakukan oleh setiap individu. 2. Faktor Penyebab Global Warming Persoalan kerusakan lingkungan secara global maupun lokal ini seringkali dikaitkan dengan prilaku manusia, yakni prilaku yang terkait dengan masalah ekonomi. 75 Sistem sosial dan lingkungan memiliki hubungan yang erat dalam pembentukan “pola pikir” manusia dan pola interaksinya terhadap lingkungan. Eksploitasi minyak fosil seringkali dikaitkan sebagai penyebab serius kerusakan lingkungan. Terkait dengan kegiatan ekonomi yang mengejar profit oriented, sebagaimana temuan Simon Enoch (2007) dari hasil survey yang dilakukan di 72
Metro TV, acara: Public Corner, dengan tema: Kekayaan Laut Indonesia, selasa, 15.30, 18 Apri; 2009. www. Kompas.com. 73 www.kompas.com. 74 Menurut M. Ardani, objek dakwah meliputi: penguasa Negara, orang terkemuka, pelaku bisnis,orang munafik bahkan orang yang berbuat maksiat sekalipun, artinya objek dakwah adalah keseluruhan manusia. Lihat M. Ardani, Memahami Permasalahn Fiqh Dakwah, (t.tp: Mitra Cahaya Utama, 2006 M), cet. I, h. 67-82. 75 William Konchak dan Unai Pascual, Converging Paradigm for a Co-evalutionary Enveronmental Limit Discourse, dalam: Environmental Economy Policy Research, (Discussion Paper series University of Cambridge), no. 14, 2005, h. 3.
39
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Amerika menunjukkan bahwa 70 % respondennya mengatakan bahwa kegiatan industri tidak memiliki social responbility terkait keseimbangan profit dan kepentingan publik (Public Interest). Bahkan dalam kesimpulan tulisannya, fakta ironis dikemukakan bahwa: corporate social reaponbility (CSR) dipandang sebagai alat untuk melakukan hegemoni produksi. Dengan CSR ini, masyarakat “dibuat” diam terkait dengan aktivitas produksi, teknologi, dan sains yang diusung corporate tersebut.76 Richard
Evanoff
mengatakan
bahwa
kerusakan
lingkungan
di
antaranya karena ketidak seimbangan diri (self), kepentingan public (society), dan hak hidup lingkungan (nature).77 Self interst yang dominan akan memacu hasrat (desire, for self-interest) kepemilikan yang lebih besar, yang pada saatnya akan mengesampingkan orientasi lain dalam konteks ekonomi, kebijakan – kebijakan Negara berbasis paradigm selfinterest atau utilitarianism secara aktif akan mempercepat kerusakan lingkungan yang berdampak pada social system dan nature. Senada dengan ungkapan di atas, Sudarsono menyatakan bahwa: kerusakan
lingkungan
diantaranya
karena
memperhatikan
masalah
lingkungan, serta prilaku masyarakat yang kurang memiliki kesadaran akan kelestarian lingkungan.78 Oleh sebab itu, pemanasan global dan perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta kegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian, dan peternakan. Aktivitas manusia di kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung 76
Simon Enoch, A Greening Potemkin Village? Corporate Social Responbility and the Limit of Growth, dalam Capitalism, Nature, Socialism, (18), 2. 2007. H.79-89. 77 Richard Evanoff, dalam ”Reconcilling Self, Society, Nature in Environmental Ethics”. Jurnal Capitalism, Natural, Sosialism, 2005, h. 107-115. 78 Sudarsono, menuju Kemapanan Lingkungan Hidup Regional Jawa, (Jogyakarta: PPLHRJA, 2007), H. 154.
40
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) secara global.79 Secara umum, sumber emisi GRK dapat ditampilkan pada presentasi gambar berikut:
Dari gambar di atas dapat kita fahami bahwa, seluruh penduduk bumi tanpa terkecuali telah ikut mencemarkan lingkungan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya penyadaran yang dilakukan oleh para pemimpin, insan akademis, da‟i dan praktisi lingkungan kepada masyarakat secara umum agar secara serempak melakukan penyembuhan dari kerusakan lingkungan. 3. Dampak Global Warming Beberapa bahaya telah diprediksi sebagai dampak masa depan, diantaranya adalah: banyak sistem alam, pada semua benua dan di beberapa lautan, terpengaruh oleh perubahan iklim regional, terutama adanya kenaikan temperatur. Dampak secara umum dari global warming ini adalah: 1) Tinggi muka laut rata-rata global naik sebesar 28-58 cm akibat adanya perluasan lautan dan pencairan gletser pada akhir abad 21 79
Disarikan dari: Agus Salim, pada seminar mata kuliah: Islam dan Sains, Kamis, 30 April 2009. Di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
41
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
(dibandingkan dengan tinggi muka laut pada 1989-1999), 2) 20-30% spesies menghadapi resiko kepunahan lebih besar; dan 3) Terjadi gelombang panas yang lebih kuat, pola-pola angin baru, kekeringan yang semakin parah di beberapa daerah dan bertambahnya presipitasi di daerah lainnya.80 Dampak lainnya secara lebih spesifik adalah: a.Temperatur yang lebih tinggi mendatangkan lebih banyak resiko 1. Pada semua daerah di dunia, semakin tinggi kenaikan temperatur semakin besar resiko terjadinya bencana.
2. Iklim tidak bereaksi terhadap emisi secara cepat, tetapi bertahuntahun di atmosfer. 3. Karena adanya efek penundaan dari lautan -- yang menyerap dan melepaskan panas lebih lama daripada atmosfer
temperatur
permukaan tidak langsung merespon emisi GRK. b. Perubahan merugikan dalam siklus hidrologi 1. Kenaikan temperatur telah mempercepat siklus hidrologi. Atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. 2. Panas yang lebih besar juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari
perubahan-perubahan
tersebut
dalam
siklus
air
adalah
menurunnua kuantitas dan kualitas air bersih di dunia. 3. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan yang semakin lebat. a. Meningkatnya resiko terancam penyakit (kesehatan).
80
“Climate Change 2007”, Intergovernmental Panel on Climate Change.
42
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria dan penyakit-penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan resiko penyakit-penyakit pada saat gelombang panas (heat waves). Sedangkan, tentu saja seharusnya akan lebih sedikit kematian yang disebabkan oleh udara dingin.81 D. Metode Da’i dalam menyampaikan materi Global Warming Muhammad Yunan Yusuf menyatakan bahwa, esensi makna dakwah adalah: upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap seluruh aspek seperti: aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains, teknologi dan sebagainya. Untuk itu, dakwah harus dikemas dengan metode tepat dan pas. Dakwah harus tampil aktual (memecahkan masalah kekinian dan hangat di tengah masyarakat), factual (kongkret / nyata), dan kontektual (relevan menyangkut problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat.82 Dalam isu global warming, para da‟i harus dapat menyampaikan tema ini dengan metode yang lebih fariatif, bukan hanya sekedar metode berceramah. Akan tetapi disarankan agar menggunakan fasilitas teknologi agar tema ini dapat diketahui dan difahami lebih baik oleh para mad‟u. mengingat tema ini adalah tentang realita kondisi dunia, alangkah baiknya jika penyampaiannya pun bisa menggunakan gambaran nyata data kerusakan dengan menggunakan alat seperti proyektor/makalah. Dengan metode ini, diharapkan kesadaran mad‟u akan kerusakan lingkungan yang demikian parah akan menanamkan sifat dan sikap lebih ramah, menghargai dan menjaga lingkungan. 81
Disarikan dari: Agus Salim, Pada Seminar Mata Kuliah: Islam dan Sains, Kamis, 30 April 2009. Di Uninersitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatllah Jakarta. 82 Munzir Suparta & Harjani Efni, Metode Dakwah (edisi revisi), (Jakarta: Kencana, 2006), cet. II, h. ix.
43
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
Langkah selanjutnya, aplikasi bersama secara serempak mengenai teori yang telah dipelajari. Bahwa para mad‟u bisa menjadi elemen penting yang dapat menjaga kelestarian lingkungan. Langkah mudah yang dapat diaplikasikan mad‟u (pada jama‟ah majlis ta‟lim) misalnya: untuk hemat energi listrik dan bahan bakar, managemen sampah serta melakukan reboisasi di lingkungan masing-masing. E. Peran Manusia dalam Menanggulangi Isu Global Warming Perlu digaris bawahi, bahwa masalah global ini perlu tindakan secara global pula dari seluruh elemen manusia yang memiliki informasi tentang global warming dari latar belakang apapun, apakah ia sebagai pemimpin Negara, insan akademis, pelaku bisnis, da‟i, guru, bahkan masyarakat secara awam sekalipun. Satu elemen tidak mungkin dapat berjalan dan berhasil tanpa kerja sama dari pihak lainnya. Untuk itu, perlu diadakan penyatuan visi dan misi dalam menangulangi masalah ini, tindakan koperatif akan membawa kita kepada dunia yang lebih bersih, nyaman dan sehat. Dalam hal ini, semua elemen dapat menjadi da‟i yang menyerukan penyembuhan ekologi yang sedang sakit ini. Untuk itu, solusi secara global telah dicanangkan oleh Agus Salim sebagai langkah aktif yang dapat dilakukan oleh para pemimpin negara, insan akademis (yang akan berperan aktif sebagai da‟i), pelaku bisnis dan akhirnya dapat disosialisasikan kepada masyarakat secara umum. Solusi koperatif tersebut, yaitu: 1. Para insan akademis/da‟i harus terlibat dan berperan aktif dalam studi teknologi secara praktis dan literatur untuk memberikan pengaruh bagi terciptanya teknologi-teknologi baru yang ramah lingkungan yang berorientasi pada kebijakan jangka pendek dan
44
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
jangka panjang
dalam upaya menekan faktor-faktor penyebab
Pemanasan Global 2. Pemerintah, mensosialisasikan dan memasyarakatkan penggunaan energi yang dapat diperbarui (renewable energy) untuk mengurangi atau bahkan menghentikan ketergantungan pada bahan bakar fosil. 3. Pelaku bisnis, dan gedung-gedung perkantoran, dapat melakukan tindakan nyata dalam efisiensi energi dan managemen unility gedunggedung di lingkungan. Karena menurut IPCC sekitar 30 persen dari emisi
GRK
berasal
dari
sektor
perumahan
dan
perdagangan
(merupakan ratio tertinggi dari seluruh sektor). Dengan melakukan net economic benefit, pada tahun 2030 emisi dari sektor ini dapat dikurangi. Satu lagi hal terpenting adalah, membuat kebijakan ekonomi yang tidak merusak tatanan alami alam. 4. Masyarakat secara umum dapat melakukan managemen sampah baik yang organik maupun yang non organik yang dapat didaur ulang, digunakan kembali dan dapat diperbaharui. Selain itu melakukan penghijauan lingkungan (reboisasi) disemua lahan yang seharusnya memang merupakan “daerah hijau”. F. KESIMPULAN Dari pembahasan tentang global warming sebagai isu komtemporer dakwah di atas, dapat kita simpulkan bahwa: 1. Global Warming adalah: meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang diikuti perubahan pada iklim, disebaban secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Tema ini harus disampaikan oleh para da‟i dari latar belakang profesi dan dari
45
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
daerah manapun, agar kesadaran akan pelestarian lingkungan dapat mencegah kerusakan alam pada tingkat yang lebih tinggi lagi. 2. Solusi sederhana yang dapat dilakukan adalah: 1) melaksanakan pola hidup sehat. 2) Hemat bahan bakar/sumber energi dan kurangi polusi. 3) Tidak merusak tatanan alami alam. 4) Melakukan reboisasi dan penyelamatan terumbu karang. 3. Jika bisa dikiaskan antara “good govermance/pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa atau tanggung jawab, bagi rakyatnya dengan para da‟i sebagai pemimpin jama‟ahnya yang mampu menyampaikan materi dakwah dengan mau‟izah hasanah dan berargumen dengan cara yang baik. Maka seharusnya, para pemerintah dan da‟i yang baik adalah: harus memiliki 4 sifat dasar, yaitu: siddiq, amanah, tabligh, fathanah. Pada akhirnya, dua kategori pemimpin ini, akan dapat mengejewantahkan dan mewujudkan pemerintah dan da‟i yang bersih, baik, sehat, berwibawa dan bertanggung jawab, sehingga bukan hanya demi penampilan formal, tetapi lebih jauh dan dalam lagi, dalam sikap
mental, kejiwaan dan qalbiyah pada individu
masing-masing.83 Karena untuk menanggulangi tema global worming, butuh sinergi dua elemen profesional ini secara koperatif demi tercapainya tujuan dakwah. Kebijakan dan wawasan yang diberikan kepada
masyarakat,
akan
dapat
mengatur
dan
menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan alam. 4. Selanjutnya, sinergi koperatif antara: pemerintah, insan akademis, da‟i,
pelaku
ekonomi,
dan
masyarakat
secara
umum
dalam
menyembuhkan dan menjaga kelestarian lingkungan, dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi krisis lingkungan, Semoga! 83
Disarikan dari: Andi Faisal Bakti, Good Governance dalam Islam, Gagasan dan Pengalaman, dalam: Islam, Negara dan Civil Society, Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer, (Jakarta: Paramadina, 2003), cet. I, h. 328-349.
46
Global Warming Sebagai Problematka Dunia Kontemporer
طبحاَك انههى و بحًدك أشهد أٌ ال إنه إال أَت أطتغفزك و أتىب إنٍك Jakarta, Kamis 2 Juli 2009. Nur Arfiyah febriani
47