GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
POLA MAKAN, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI ANAK BALITA BAWAH GARIS MERAH DI PESISIR PANTAI DESA TATENGESAN DAN MAKALU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUSOMAEN Rivolta G.M.Walalangi1, Olfie Sahelangi2 ,Gita Widodo³ 1,2,3
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado
ABSTRACT Toddler group is showing rapid growth of the body, so it requires nutrients that every high Kg weight. Children this age group it is most often suffer from a lack of nutrition CTF. Based on the data reports Pusomaen PHC in November 2014, the number of infants were detected below the red line (BGM) of 20 children (8.62%). The study was observational and descriptive in order to determine the diet, nutrient intake and nutritional status of children under five (BGM) in the coastal village Tatengesan and Makalu. The research was conducted in May in the health Pusomaen the number of samples 15 children. Diet using FFQ and nutrient intake using a food recall 2x24 hours. The results showed consumption of rice to eat (86.7%), fish and eggs (66.7%), out (66.7%), green vegetables (13.3%), bananas (46.7%). For rice mixed with salt and palm oil and sugar as a drink, often consumed. Frequency of eating 3 times a day with the type or sususnan meal consists of a staple food such as rice, fish, vegetables and fruit. On average nutrient intake of children below the red line (BGM) is: 633.7 kcal of energy, protein 21.05 grams, 18 grams of fat and carbohydrate grams 112.55. These results indicate a lack of nutrient intake in children under five. Keywords: Diet, nutrient intake and nutritional status.
PENDAHULUAN Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap Kg berat badannya.Anak Balita ini justru merupakan kelompo umur yang paling sering menderita KKP akibat kekurangan Gizi (Djaeni, 2008) Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energy secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang
dewasa, KEP menurunkan tingkat produktifitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. KEP diklasifikasikan dalam gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik. Menurut Riskesdas tahun 2013, Secara Nasional prevalensi berat-kurang tahun prevalensi tahun 2007 adalah 18,4 %, terdiri dari 13,0 % balita gizi kurang dan 5,4 % balita gizi buruk, dan menurun pada tahun 2010 yaitu 17,9 % terdiri dari 13,0 % balita gizi kurang dan 4,9 % balita gizi buruk, dan meningkat lagi pada tahun 2013 yaitu 19,6 %, terdiri dari 5,7 % balita gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
Prevalensi status gizi di Sulawesi Utara untuk gizi buruk 3,8% , gizi kurang 6,8% , gizi baik 84,3%, dan gizi lebih 5,1%. Menurut TB/U adalah sangat pendek 12,7% , pendek adalah 15,1% , dan normal adalah 72,2%. Menurut BB/TB adalah sangat kurus 2,6% , kurus 6,7% , normal 82,3% , dan gemuk 8,5% (Litbangkes, 2010) Berdasarkan data laporan Puskesmas Pusomaen pada bulan November 2014, jumlah balita yang terdeteksi oleh petugas gizi adalah berjumlah 20 balita (8,62%) yang menderita BGM dari 174 jumlah seluruhbalita (Puskesmas Pusomaen, 2014). Pola makan dan kebiasaan makan antar satu keluarga dengan keluarga lainnya berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan tempat tinggal, ketersediaan makanan, keadaan kesehatan anak, selera makan, kemampuan daya membeli, kebiasaan hidup dan makan keluarga. Pola makan terdiri dari jumlah, jenis dan frekuensi makan anak balita. Frekuensi makan dikatakan baik apabila bila frekuensi makan tiap harinya tiga kali makan utama atau dua kali makanan utama dengan satu kali makanan selingan, dan dinilai kurang apabila frekuensi makan tiap harinya dua kali makan utama atau kurang. Komposisi makanan meliputi jenis dan jumlah atau porsi makanan yang diberikan (Veryal, 2010) Asupan zat gizi yang diperlukan oleh anak-anak dan anggota keluarga yang masih muda, pada umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa, bila dinyatakan dalam satuan berat badan, tetapi kalau dinyatakan dalam kwantum absolute, anak-anak yang lebih kecil itu tentu membutuhkan kwantum zat makanan yang lebih kecil pula, dibandingkan dengan kwantum makanan yang diperlukan orang dewasa (Veryal, 2010)
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. keseimbangan dalam variable tertentu, atau perwujudan dari asupan gizi dalam bentuk variable tertentu. Status gizi diakibatkan langsung dari makanan yang dikonsumsi secara langsung sehari-hari, dipengaruhi pula oleh umur, tinggi pertumbuhan, keadaan kesehatan, kebiasaan makan, cara pengolahan makanan dan factor social budaya (Supariasa, dkk, 2002).Tujuan penelitian untuk mengetahui pola makan, asupan zat gizi dan status gizi anak balita di pesisir pantai di Kecamatan Pusomaen. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Observasional yang bersifat Deskriptif, yang menggambarkan tentang pola makan anak balita.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei s/d15Mei 2015. di desa Tatengesan dan Makalu di wilayah kerja Puskesmas Pusomaen.Variabel dalam penelitian ini terdiri dari pola makan anak, asupan zat gizi dan status gizi anak balita BGM dipesisir pantai.Asupan zat gizi anak balita : Asupan karbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi anak balita diperoleh dengan metode food Recall 24 jam. Data pola makan yang diperoleh dengan metode FFQ, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel. Data asupan zat gizi di olah dengan program nutrisurvey dan di sajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Data status gizi anak balita menggunakan indeks BB/U kemudian di analisis dengan menggunakan z-score yang HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Respondendan Sampel
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
Responden adalah orang tua kandung atau pengasuh langsung dari anak balita BGM yang menjadi sampel dalam penelitian ini dan dalam hal ini menjadi responden semuanya (100%) mempunyai status sebagai ibu kandung
Tabel 1. Distribusi Responden menurut Pekerjaan Ibu No 1. 2.
Jenis Pekerjaan IRT
n
%
14
93,3
PNS Jumlah
1 15
6,7 100
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar sebagai ibu rumah
No 1 2 3 4
tangga yaitu 14 orang (93,3%) dan 1 orang (6.7%) bekerja sebagai PNS. Tabel2.Distribusi Responden menurut Usia No Usia n % 1 18-22 6 40,1 2 23-27 5 33,3 3 28-32 2 13,3 4 < 33 2 13,3 Jumlah 15 100 Tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa distribusi respondenmenurut umur dalam penelitian ini paling banyak berusia 18-22 tahun yang berjumlah 6 orang (40.1%), sedangkan responden yang berusia 23-27 tahun 5 orang (33.3%) dan responden yang berusia 28-32 tahun serta < 33 tahun masingmasing berjumlah 2 orang.
Tabel 3. Distribusi Responden menurut Pendidikan Tingkat Pendidikan n Tamat SD 3 Tamat SMP 7 Tamat SMA 4 Tamat Akademik/PT 1 Jumlah 15
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan tamat Perguruan Tinggi(Sarjana) hanya 1 orang (6,6%), tamat SD 3 orang (20%), tamat SMA 4 orang (46,7%), dan yang paling banyak yaitu tingkat SMP berjumlah 7 orang (46,7%). Pendidikan orang tua merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan
% 20,0 46,7 26,7 6,6 100
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sampel dalam penelitian ini adalah semua anak balita bawah garis merah (BGM) yang berusia 6-36 bulan . Tabel
No 1 2
4.
Distribusi sampel menurutJenis Kelamin
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
n
%
10 5 15
66,7 33,3 100
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sampel dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 10 balita (66,7%), sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 5 balita (33,3%). B. Pola Makan (Jenis dan Frekuensi) Berdasarkan hasil penelitian terhadap 15 sampel anak balita BGM,frekuensi konsumsi nasi >1x/hari ada 13 sampel, dan frekwensi 1x/hari ada 2 sampel (30-50 gram) hal ini dikarenakan ada 2 orang anak balita yang mengkonsumsi singkong selain nasi. Frekuensi konsumsi nasi ditambah minyak kelapa dan garam terbanyak adalah 3-6x/minggu yaitu 7 sampel, paling sedikit adalah 1x/bulan yaitu 1 sampel (30-50 gram). Frekuensi konsumsi bubur lunak terbanyak adalah 3-6x/minggu yaitu 13 sampel, paling sedikit adalah 1x/hari yaitu 2 sampel (15-25 gram). Frekuensi konsumsi lauk hewani terbanyak adalah ikan tongkol >1x/hari yaitu 10 sampel, paling sedikit adalah 36x/minggu yaitu 5 sampel (20-50 gram). Frekuensi konsumsi lauk nabati terbanyak adalah tahu 3-6x/minggu yaitu 10 sampel, paling rendah 1x/bulan yaitu 5 sampel (25-35 gram). Frekuensi konsumsi sayuran terbanyak adalah wortel 3-6x/minggu yaitu 10 sampel, paling rendah >1x/hari yaitu 1 sampel (10-25 gram). Frekuensi konsumsi buah-buahan terbanyak yaitu pisang 1x/hari yaitu 8 sampel, paling rendah yaitu >1x/hari yaitu 7 sampel(50 gram). Frekuensi konsumsi susu formula terbanyak adalah susu dancow 36x/minggu yaitu 6 sampel (50-75 cc), paling sedikit 1x/bulan yaitu 4 sampel dan tidak pernah konsumsi susu dancow yaitu 5 orang. Menurut Depkes RI(2003), secara alami komposisi zat gizi setiap
makanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C kurang vitamin A. Jadi untuk mencapai masukkan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan. Menurut penilitian yang dilakukan oleh Deritana dkk (2000), jenis makanan yang sangat sederhana (tidak beraneka ragam), yang terbatas pada ubi dan sayur daun ubi saja menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak sangat tinggi. C. Asupan Zat Gizi Saat di lakukan recall 2 x 24 jam untuk mengetahui asupan zat gizi yang di konsumsi anak balita BGM, diperoleh data rata-rata asupan energi responden adalah 633,7 kkal dengan asupan terendah 454,1 kkal dan asupan yang tertinggi 809,95 kkal. Jumlah rata-rata asupan protein 21,05 gram, dengan asupan terendah 11 gram dan asupan tertinggi 27,25 gram. Jumlah rata-rata asupan lemak responden 18 gram, dengan asupan terendah 1,5 gram dan asupan tertinggi 23 gram. Jumlah ratarata asupan karbohidrat 112,55 gram, dengan asupan terendah 73,85 gram dan asupan tertinggi 202,3 gram. Jika dibandingkan antara kebutuhan ratarata dengan asupan yang di makan oleh anak balita, asupan anak balita kurang dari kebutuhan yang seharusnya, dikarenakan asupan makanan yang dikonsumsi oleh anak balita kurang dari AKG sehingga kebutuhan anak balita tidak mencukupi. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhji, 2003 dalam jurnal yang ditulis oleh Juliana yang mengatakan bahwa asupan energi yang kurang dari kebutuhan berpotensi terjadinya penurunan status gizi. Studi
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
epidemiologi menyatakan bahwa asupan energy kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebebkan terjadinya status gizi, bila asupan energy seimbang akan membantu memelihara status gizi yang normal, jika asupan energy berlebihan atau berkurangnya pengeluaran energy berpotensi terjadinya kegemukan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Suharjo (2003) dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Juliana yang berpendapat bahwa seseorang yang tidak dapat menghasilkan energy melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energy dalam tubuh. Namun, kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk yaitu kekurangan gizi khususnya energy. D. Status Gizi Data awal yang diambil sebelum melakukan penelitian adalah data balita BGM yang ada di Puskesmas Pusomaen. Ternyata 15balitayangmengalami BGM setelah ditimbang dan di catat pada KMS berada dibawah garis merah. Balita BGM tersebut di skrining, kemudian dilakukan pengukuran antropomerti dan melihat status gizi anak balita BGM dengan menggunakan WHO-NCHS dan melakukan recall selama 2 hari pada anak balita. Banyak ibu yang tidak lagi menimbang berat badan anaknya secara rutin ke posyandu, sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana pertumbuhan anak yang semestinya dan hanya di peroleh data sebanyak 15 balita yang termasuk dalam balita BGM. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang bagaimana cara memantau pertumbuhan anak melalui posyandu, karena kebanyakan ibu tidak mengerti bagaimna mengetahui anak yang sehat melalui
Kartu Menuju Sehat meskipun mereka mengetahui menfaat dari penimbangan anak rutin tiap bulannya. Dari data Puskesmas Pusomaen, kurangnya partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu, dan anak balita yang sering sakit pada masa pertumbuhannya. Menurut Deritama dkk (2000) dalam jurnal yang ditulis oleh Astria, di Jayawijaya gizi kurang dapat disebabkan oleh pola makan, variasi makanan yang sangat sederhana, beban kerja ibu yang berat, penyakit infeksi, pendidikan yang masih rendah, serta status ekonomi yang rendah yang akan mempengaruhi daya beli masyarakat. KESIMPULAN 1. Jenis makanan yang dikonsumsi anak balita adalah beras sebagai sumber karbohidrat, ikan dan telur sebagai sumber proteinhewani, tahu dan tempe sebagai sumber protein nabati, buah pisang yang paling banyak dikonsumsi sebagai sumber vitamin dan jarang mengkonsumsi sayur. 2. Frekuensi makan anak balita yaitu 3 kali sehari dengan jenis atau susunan makan yang terdiri dari makanan pokok (beras) >1x/hari yaitu 13 orang dan 1x/hari yaitu 2 orang, lauk hewani yaitu ikan laut >1x/hari yaitu 10 orang dan 36x/minggu yaitu 5 orang. Lauk nabati yaitu tahu, temped an telur ayam 36x/minggu yaitu 10 orang dan 1x/bulan yaitu 5 orang, kurang mengkonsumsi sayuran, buah yang paling banyak dimakan adalah buah pisang. 3. Asupan zat gizi anak balita diperoleh rata-rata asupan energi responden adalah 633,7 kkal dengan asupan terendah 454,1 kkal dan asupan yang tertinggi 809,95 kkal. Jumlah rata-rata asupan protein 21,05 gram, dengan asupan terendah 11 gram
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
dan asupan tertinggi 27,25 gram. Jumlah rata-rata asupan lemak responden 18 gram, dengan asupan terendah 1,5 gram dan asupan tertinggi 23 gram. Jumlah rata-rata asupan karbohidrat 112,55 gram, dengan asupan terendah 73,85 gram dan asupan tertinggi 202,3 gram.
1. Peran penting orang tua sangat penting, mulai dari pemilihan jenis bahan makanan yang sesuia untuk anak serta, baik dari segi jumlah maupun frekuensinya agar anak dapat bertumbuh untuk mencapai status gizi yang baik. 2. Perlu keterlibatan pihak Puskesmas melalui kegiatan penyuluhan serta monitoring secara maksimal kegiatan atau program gizi untuk memastikan setiap program berjalan dengan baik. 3. Peran Dinas Kesehatan melalui pelatihan bagi tenaga gizi terkait kemampuan menangani masalah gizi dilapangan. DAFTAR PUSTAKA Data Catatan Posyandu Anak Balita, 2014. Profil Puskesmas 2014.
Pusomaen,
DepKes, RI 2002. Makananmakanan yangmempengaruhi pertumbuhan anak balita, Jakarta. DepKes,
DepKes, RI 2013. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar Indonesia, Jakarta. Deritana, 2000, Studi pola makan dan status gizi anak balita, Manado : Penerbit Erlangga.
SARAN
Data
Riset KesehatanDasar Indonesia, Jakarta.
RI 2007. Riset KesehatanDasar Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar Indonesia, Jakarta.
DepKes, RI 2010. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Laporan
Novitasari, 2012. Faktor-faktor yang menyebabkan asupan makan anak balita menurun. Jakata : PT. D-MEDIKA. Nura V, 2010. Analisis Pola Asuh Gizi Ibu Terhadap Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang mendapat PMT-P di Puskesmas PagedanganKabupaten Tangerang. Skripsi UIN, Jakarta. Putra
Setiatava Rizema, 2013.Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta : PT. DMEDIKA.
Raranta BC, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Balita Bawah Garis Merah Di Wilayah Kerja Puskesmas Tateli, Manado.Skripsi. Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid 1. Jakarta :Dian Rakyat. Supariasa dan kawan-kawan, 2001. Penilaian status gizi. Jakarta : Kedoktean EGC. Supariasa, 2002. Kebutuhan Gizi pada Balitahttp://www.google.com Diakses: 24 juni 2014. Tilong A.D, 2014. Penyakit-penyakit yang disebabkanoleh
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Pola Makan, Asupan Zat Gizi Rivolta W, dkk
makanan dan minuman pada anak. Penerbit, Laksana Jakarta. 2002. Jurnal penelitian Frekuensi makan anak balita, Jakarta. Penerbit Erlangga. http://www.google.com WHO, 2000. Jurnal Penelitian Jenis makanan ringan untuk anak balita, Jakarta : PT D-Medika. http://www.google.com. Diakses : 20 agustus 2014
PenerbitErlangga. http://www.google.com Diakses: 20 september 2014.
Umboh,
WHO, 2002. Jurnal penelitian jenis sayuran yang banyak mengandung vitamin, Jakarta.
WHO-NCHS, 2010. Klasifikasi status gizi anak balita, Jakarta. Wijaya, 2003. Jurnal penelitian pola makan anak balita yang beraneka ragam. Jakarta.Penerbit Erlangga. http:/www.google.com Diakses : 25 September 2014.