127 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Irza Ranti, dkk
AKTIVITAS FISIK DAN TOTAL ASUPAN LEMAK TERHADAP KOMPONEN SINDROM METABOLIK PADA PEGAWAI DAN STAF POLITEKNIK KESEHATAN MANADO Irza Ranti, Fred Rumagit, dan Ana Montol Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Manado ABSTRACT Metabolic syndrome is a group of metabolic disorders both lipid and non- lipid which is the risk of heart disease, metabolic disorders that include abdominal obesity, atherogenic dyslipidemia hypertension, insulin resistance with or without glucose intolerance. The purpose of this study is to know the prevalence of the metabolic syndrome associated with total physical activity and fat intake on employees and polytechnic staff Manado . This study will be conducted at the Polytechnic of Health Ministry of Health Manado in May- October 2013 . The study was a descriptive observational analytic . The population in this study were all employees and existing staff in the polytechnic Manado. The sample size in this study is based on a formula specified hypothesis test for a population proportion amounted to 96 subjects. Using logistic regression analysis results Backward LR method in step 4 to show variable high fasting blood glucose with low HDL cholesterol and high total cholesterol is the most influential variable on the incidence of metabolic syndrome. The conclusion of this study is physical activity and fat intake was not statistically significant, but the subject is detected metabolic syndrome is more prevalent in subjects who have moderate and light physical activity with dietary fat intake that exceeded the recommended dietary allowance Keywords : Metabolic Syndrome, Physical Activity, Total Fat Intake.
PENDAHULUAN Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi penduduk umur lebih 18 tahun sebesar 7,6%, tertinggi di Sulawesi Utara (11,4%), terendah di Papua dan Maluku (4,4%). Prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 7,2%, tertinggi di Aceh (12,6%), terendah di Sumatera Utara (3,0%) dan Sulawesi Utara berada diatas angka prevalensi nasional yaitu 8,2%. Prevalensi nasional diabetes mellitus sebesar 1,1%, tertinggi di DKI Jakarta (2,6%), terendah di Lampung (0,4%) dan Sulawesi Utara berada diatas angka prevalensi nasional yaitu 1,6%. Penyakit tidak menular merupakan ancaman baik bagi negara maju maupun negara berkembang (Balitbangkes, 2008). Hampir sepertiga (33,1%) orang dewasa di Sulawesi Utara termasuk dalam kategori berat badan lebih (overweight) dan obese. Angka ini lebih dari tiga kali angka nasional 10,3%. Prevalensi orang dewasa
dengan berat badan lebih dan obese tertinggi ditemukan di perkotaan Tomohon dan Manado, masing-masing 40% dan terendah di Bolaang Mongondow (20%). Informasi ini semakin menguatkan bahwa Sulawesi Utara menghadapi masalah gizi ganda (double burden), baik pada balita maupun dewasa, apalagi pada perempuan dewasa.Prevalensi sindroma metabolik atau obesitas sentral pada penduduk dewasa ≥15 tahun secara rerata di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 28%, melebihi angka prevalensi nasional 18,8%, terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow 16,6% dan tertinggi di Kota Tomohon 36,2% disusul Kota Bitung dengan prevalensi 35,5% dan Kota Manado 33,2%. Dengan kata lain obesitas sentral di Provinsi Sulawesi Utara sudah mencapai sekitar satu diantara lebih dari tiga penduduk dewasa umur ≥15 tahun (Balitbangkes, 2008). Untuk memberikan kemudahan dalam perbandingan berbagai hasil penelitian di
128 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
berbagai tempat di dunia, peneliti mengikuti definisi sindroma metabolik oleh National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) yaitu : Sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non lipid yang merupakan risiko penyakit jantung, kelainan metabolik tersebut meliputi Abdominal obesity, lingkar pinggang (Pria >90 cm, wanita >80 cm untuk orang Asia)dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida ≥150 mg/dl dan kadar kolesterol HDL (laki-laki <40 mg/dl wanita <50 mg/dl), hipertensi (tekanan darah sistolik/diastolik ≥130/≥85 mmHg), resistensi insulin (glukosa darah puasa >110 mg/dL.) dengan atau tanpa intoleransi glukosa.Secara praktis, kriteria sindroma metabolik NCEP ATP III memang lebih mudah diterapkan, karena hanya memakai data klinis yang mudah di dapatkan dan rutin diperiksa (Deen, 2004). Mekanisme yang mendasari pada sindroma metabolik adalah keterkaitan antara resistensi insulin, obesitas sentral, dislipidemia, glukosa intoleransi, hipertensi, sitokin pro inflamasi dan adiponektin.FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Sindroma metabolic : 1). Genetik Faktor genetik pada sindroma metabolik lebih dekat dengan adanya tiga faktor risiko utama: pertama, resistensi insulin yang ditandai dengan peningkatan gula darah, kedua hipertensi dan ketiga adanya kenaikan berat badan yang tidak terkontrol yang ditandai dengan obesitas sentral. Dalam penelitian Stern dan Mitchell menyimpulkan bahwa bukti substansial adanya dasar genetik, insulin sangat dekat dengan kejadian sindroma metabolik walaupun gen yang terkait dengan insulin memiliki efek pleiotropic yang menjelaskan pengelompokan dengan kelainan misalnya hipertensi dan obesitas.Gen dan interaksi lingkungan memainkan peran penting
Irza Ranti, dkk
dalam etiologi dan patogenesis sindroma metabolik(Prabhakaran &Anand, 2004). 2). Gaya Hidup Modifikasi gaya hidup dengan olahraga teratur dapat meningkatkan sensitivitas insulin, penurunan kadar trigliserida plasma, mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit sudah cukup untuk membantu mengurangi dan menjaga berat badan. Kegiatan ini harus dalam bentuk olahragadengan intensitas sedang seperti naik sepeda, jogging, jalan cepat, berkebun, menyapu halaman, atau bermain secara aktif dengan anak. Manfaat aktifitas fisik bagi kesehatan adalah sebagai tindakan pencegahan primer dan dokter memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi ini kepada pasiennya terutama yang yang kelebihan berat badan dan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyimpan lemak tidak terbatas (sebagian besar di jaringan adiposa) simpanan ini digunakan ketika tubuh kekurangan energi.Lemak jenuh (terutama susu dan lemak hewan) memperburuk resistensi insulin dan meningkatkan kolesterol LDL. Oleh karena itu, konsumsi harian lemak harus dibatasi pada7-10% dari asupan kalori (Shankar &Sundarka, 2003). 3) Asupan Lemak Diet tinggi kolesterol harus dibatasi menjadi kurang dari 200 mg/hari.Penggabungan asam lemak tak jenuh tunggal (lemak dari sumber tanaman seperti minyak zaitun, minyak kedelai, minyak canola, minyak safflower, minyak kacang tanah, kacang tanah, mentega dari kacang tanah, almond, dan kacang mete) bermanfaat mencegah dislipidaemiaaterogenik. Demikian pula asam lemak tak jenuh ganda (terutama dari ikan) memiliki effek cardioprotective.
129 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Asam lemak tak jenuh ganda harus sekitar 10% dari intake energi. serat larut(terutama pada produk oat, psylliumdan pektin) jika asupan 10-25 g/hari dapat mencegah dislipidemia aterogenik. Diet dengan sereal biji-bijian, buah-buahan, sayuran, kacang, kacang dan susu rendah lemak penting dijadikan sebagai gaya hidup dalam hal pola makan dan tetap memelihara program yang terstruktur untuk perubahan gaya hidup yang lebih baik termasuk pendidikan(Shankar &Sundarka, 2003). 4). Obesitas Obesitas sangat erat kaitannya dengan resistensi insulin. kelebihan berat badan (BMI >25 kg/m2) dan obesitas (BMI >30 kg/m2) untuk orangAsia >25 kg/m2 obesitas, lingkar pinggang >40 inci atau 102 cm untuk pria dan 35 inci atau 88 cm untuk orang Asia pria >90 cm dan wanita >80 cm merupakan Indikator yang dapat diukur secara langsung. Obesitas juga merupakan faktor risiko untuk penyakit arteri koroner, dan terkait dengan resistensi insulin (Deen, 2004). Lingkar perut menggambarkan baik jaringan adiposa subkutan dan visceral. Jaringan adiposa adalah organ endokrin yang aktif menseksekresi berbagai faktor pro dan anti inflamasi seperti leptin, adiponektin, tumor nekrosis faktor α (TNFα), interleukin 6 (IL6) dan resistin. Resistensi insulin mendasari kelainan pada sindroma metabolik, intoleransi glukosa merupakan salah satu manifestasi sindroma metabolik yang dapat menjadi awal diabetes melitus. Obesitas sentral yang digambarkan dengan lingkar perut dengan cut of point yang berbeda antara jenis kelamin lebih sensitif dalam memprediksi gangguan metabolik dan risiko vaskuler. Dibanding kan dengan komponen lain pada sindroma metabolik obesitas sentral
Irza Ranti, dkk
paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya sindroma metabolik (Soegondo &Purnamasari, 2009). 5). Umur dan Jenis Kelamin Proses alami terjadi pada usia lebih dari 30 tahun, pembakaran energi lebih lambat sebanyak 5% dan menurun 20% setiap 10 tahun maka kalori makin sedikit dibakar dan kalori banyak disimpan dalam bentuk lemak jika tidak diikuti dengan aktivitas fisik sehingga timbul masalahmasalah kesehatan yang serius peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah dan lain-lainnya, sebab semakin tua terjadi pengurangan masa otot dan penambahan lemak (Kartasapoetra & Marsetyo, 2002). National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 20032006, melaporkan meningkatnya prevalensi sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular, berdasarkan kelompok umur berasal dari faktor risiko utama yaitu kelebihan berat badan/obesitas, rata-rata 34% (35,1% pada pria dan 32,6% pada perempuan). Tahun 2007 sindroma metabolik telah terdapat pada usia muda (18 tahun) oleh karena tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur dan rata-rata asupan total kalori lebih besar berasal dari karbohidrat sederhana, terutama pati, biji-bijian olahan, dan gula. Selain itu ukuran porsi makan yang lebih besar, dan peningkatan konsumsi gula, minuman manis, makanan ringan/komersial siap saji terutama makanan fast food menjadi pilihan yang lebih dominan(Jones et al., 2010). 6). Aktivitas Fisik Melakukan aktivitas fisik yang lama sangat membantu dalam mencegah terjadinya kenaikan berat badan. Penurunan berat badan dengan aktivitas fisik dapat mengurangi risiko kardiovaskuler dan diabetes dibandingkan
130 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
penurunan berat badan tanpa aktivitas fisik (Soegondo, 2009). Keim at al. (2004)menjelaskan bahwa aktivitas fisik dan pola makan yang buruk telah diidentifikasi sebagai penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Kelebihan berat badan danmeningkat nya obesitas merupakan penyebab dari kombinasi diet yang buruk dan fisik yang tidak aktif hal ini bisa menjadi nomor satu penyebab kematian. Secara tradisional, olahraga telah dilihat sebagai obat mujarabkarena memberi manfaat terhadap fisik dan psikologis.aktivitas fisik secara teratur direkomendasi untuk kesehatan dan kebugaran.Bila asupan energi melebihi pengeluaran energi, surplus energi yang disimpan, terutama sebagai lemak tubuh. Peningkatan aktivitas fisik berguna untuk mencapai keseimbangan energi dan mencegah obesitas selain itu memberikan beberapa keuntungan fisiologis dan metabolisme antara lain : Meningkatkan kebugaran fisik, membantu membangun dan menjaga kesehatan tulang, otot dan sendi, membantu mengelola berat badan, menurun kan faktor risiko untuk penyakit jantung, kanker usus besar, diabetes tipe 2, membantu mengontrol tekanan darah, meningkat kan kenyamanan psikologis, mengurangi perasaan depresi dan kecemasan. 7). Pola Makan Makan dalam jumlah yang banyak tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas yang selanjutnya membawa risiko masalah kesehatan terutama pada penyakit degeneratif dan Sindroma metabolik. Di negara maju seperti Amerika, faktor gizi lebih memiliki risiko relatif 2,9 kali untuk menderita Sindroma metabolik dibandingkan dengan kelompok yang memiliki asupan gizi normal(Yoo et al., 2004).
Irza Ranti, dkk
Penelitian Yoo, et al. (2004) menunjukkan bahwa pola makan dengan menu yang tidak seimbang dan berlebihan seperti makan tinggi protein, tinggi lemak dan tinggi karbohidrat, terutama karbohidrat murni yang disertai rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi kadar lipoprotein, trigliserida, kadar kolestrol dalam darah yang berakibat meningkatnya kasus Sindroma metabolik pada dewasa muda di Bogalusa. BAHAN DAN CARA Penelitian ini dilaksanakan di Kota Manado khususnya pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado pada Bulan Mei s/d Oktober 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional Analitik penelitian ini mendeskripsikan rasio prevalensi sindroma metabolic dan bagaimana hubungan kausal dengan beberapa faktor risiko yang diangkat dalam penelitian ini antara lain aktivitas fisik dan total asupan lemak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai dan staf (termasuk honorer) yang ada di Poltekkes Manado. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus hypothesis test for a population proportiondan diperoleh besar sampel sejumlah 96 pegawai yang diambil secara sistematik random sampling(Lemeshow et al., 1997). Pengolahan dan analisis data statistic diawali dengan melakukan editing, dan coding untuk memudahkan proses pemasukan data kemudian dilanjutkan dengan mengentri data pada program software statistik, tahapan selanjutnya adalah melakukanAnalisiskarakteristik dan distribusi frekuensi variabel untuk mengetahui proporsi dan distribusi frekuensi serta karakteristik subjek penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel, Analisis dan interpretasi bivariat (uji komparatif) untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel
131 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Irza Ranti, dkk
HASIL 1. Karakteristik Variabel Hasil penelitian ini dianalisis secara univariat, terdiri dari analisis karakteristik variabel dan distribusi frekuensi kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat (chi square) dan diakhiri dengan analisis multivariat selengkapnya dilihat pada tabel dibawah ini :
independen menggunakan uji chi square,Analisis dan interpretasi rasio prevalensi (tabel 2x2) untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, Analisis multivariat untuk mengetahui faktor risiko/indikator/variabel mana yang paling berpengaruh terhadap terjadinya sindroma metabolic pada pegawai Poltekkes Manado.
Tabel 1. Karakteristik Variabel Variabel
Mean
Umur
45.84
Lingkar Perut
SD
Min
Max
P*
48
9.0
27
64
0.059
88.09
87
8.31
77
111
0.000
Aktivitas Fisik
1658
1477
5.06
1045
3471
0.000
Asupan Lemak
53.92
56
9.6
30
72
0.077
Tek darah Sistolik
129.6
130
1.0
100
150
0.000
Tek. Darah Diastolik
89.21
90
9.0
70
130
0.000
Glukosa Darah
101.5
88
4.53
59
353
0.000
Kolesterol HDL
51
51
1.31
13
88
0.493
Kolesterol LDL
132
130
3.75
68
247
0.014
98.85
85
5.57
21
279
0.000
197
192
4.1
132
324
0.000
Trigliserida Total Kolesterol
Median
2. Distribusi Frekuensi Subjek Subjek yang memenuhi kriteria dan variabel penelitian selengkapnya dapat bersedia serta menandatangani inform dilihat pada tabel 2 consent yang dikategorikan berdasarkan : Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subjek Variabel
Kategori
N
%
Pangkat/
Pramubakti
7
7.3
Golongan
Golongan 2
6
6.2
Golongan 3
76
79.2
Golongan 4
7
7.3
Total
96
100
Pramubakti
7
7.4
Staf Umum
25
26
Instruktur
15
15.6
Dosen
49
51
Jabatan
132 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Variabel
N
%
Total
96
100
Laki-laki
34
35.4
Perempuan
62
64.6
Total
96
100
Keperawatan
4
4.2
Kebidanan
13
13.5
Gizi
13
13.5
Kesling
19
19.8
Kep. Gigi
14
14.6
Analis
7
7.3
Kantor Pusat
26
27.1
Total
96
100
Sedang
59
61.5
Berat
37
38.5
Total
96
100
>Kebutuhan
62
64.6
Cukup
34
35.4
Total
96
100
Obes Sentral
65
67.7
Normal
31
32.3
Total
96
100
Hipertensi
51
53.1
Normal
45
46.9
Total
96
100
Glukosa Darah
>126 mg/dl
12
12.5
Puasa (vena)
<126 mg/dl
84
87.5
Total
96
100
Kolesterol
<40 mg/dl
19
19.8
HDL
>40 mg/dl
77
80.2
Total
96
100
>150 mg/dl
17
<150 mg/dl
79
Total
96
100
>100 mg/dl
12
12.5
<100 mg/dl
84
87.5
Total
96
100
>240 mg/dl
15
15.6
Jenis Kelamin
Unit Kerja
Aktivitas Fisik
Asupan Lemak
Pengukuran Lingkar Perut
Tekanan Darah
Trigliserida
Kolesterol LDL
Total Kolesterol
Kategori
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Irza Ranti, dkk
133 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Variabel
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Kategori
N
%
<240 mg/dl
81
84.4
Total
96
100
3. Analisis Komparative (Bivariat) Analsis bivariat dalam penelitian ini menggunakan analisis comparatif tabel 2X2 dengan kekuatan hubungan ditunjukkan dengan rasio prevalensi selengkapnya dilihat pada berikut ini
a.
Irza Ranti, dkk
Aktivitas Fisik dengan Sindrom Metabolik Hasil analisis chi square antara aktivitas fisik subjek dalam penelitian ini dengan terjadinya sindrom metabolik selengkapnya dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3. Analisis Komparativ Aktivitas Fisik dengan Sindrom Metabolik SINMET NON SINMET CI (95%) Variabel Kategori P* RP n % n % Min Maks Aktivitas Fisik Sedang 35 59.3 24 40.7 0.124 1.91 0.83 4.40 Berat 16 43.2 21 56.8 *Chi Square Hasil analisis menggunakan chi square menunjukkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan terjadinya sindrom metabolik (P>0.05) tetapi pada tabulasi silang menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai aktivitas fisik sedang lebih banyak yang terdeteksi sindrom metabolik dengan kata lain subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 2 kali lebih banyak
terdapat pada subjek dengan aktivitas fisik yang sedang ataupun ringan. b.
Asupan Lemak dengan Sindrom Metabolik Hasil analisis Fisher Exact antara Asupan Lemak subjek dalam penelitian ini dengan terjadinya sindrom metabolik selengkapnya dilihat pada tabel 4 :
Tabel 4. Analisis Komparativ Asupan Lemak dengan Sindrom Metabolik SINMET NON SINMET CI (95%) Variabel Kategori P* RP n % n % min Maks Asupan lemak >kebutuhan 37 59.7 25 40.3 0.082 2.11 0.90 4.95 Cukup 14 41.2 20 58.8 *Fisher Exact Hasil analisis menggunakan fisher exact menunjukkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan terjadinya sindrom metabolik (P>0.05) tetapi pada tabulasi silang menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai asupan lemak melebihi kebutuahan taua AKG lebih banyak yang sindrom metabolik dengan kata lain subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 2 kali lebih banyak terdapat pada subjek
dengan asupan lemak yang melebihi AKG. c.
Glukosa Darah Puasa dengan Sindrom Metabolik Hasil analisis Fisher Exact antara glukosa darah puasa subjek dalam penelitian ini dengan terjadinya sindrom metabolik selengkapnya dilihat pada tabel 5:
134 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Irza Ranti, dkk
Tabel 5. Analisis Komparativ GDP dengan Sindrom Metabolik sinmet Non sinmet IK (95%) Variabel Kategori P* RP n % n % min Maks GDP Vena >126 mg/dl 11 91.7 1 8.3 0.004 12.1 1.49 97.66 <126 mg/dl 40 47.6 44 52.4 *Fisher Exact Hasil analisis menggunakan fisher exact menunjukkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara glukosa darah puasa yang tinggi dengan terjadinya sindrom metabolik (P<0.01) dengan kata lain subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 12 kali lebih banyak terdapat pada subjek dengan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl
dibandingkan subjek yang mempunyai GDP <126 mg/dl. d.
Tekanan Darah dengan Sindrom Metabolik Hasil analisis Chi Square antara tekanan darah subjek dalam penelitian ini dengan terjadinya sindrom metabolik selengkapnya dilihat pada tabel 6 :
Tabel 6. Analisis Komparativ Tekanan Darah dengan Sindrom Metabolik sinmet Non sinmet IK (95%) Variabel Kategori P* RP n % n % min Mak Tekanan Darah Hipertensi 38 74.5 13 25.5 0.000 7.19 2.92 17.71 Normal 13 28.9 32 71.1 *Chi Square Hasil analisis menggunakan chi square menunjukkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dengan terjadinya sindrom metabolik (P<0.01) dengan kata lain subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 7 kali lebih banyak terdapat pada subjek dengan hipertensi
dibandingkan subjek yang mempunyai tekanan darah normal. e.
Status Gizi dengan Sindrom Metabolik Hasil analisis chi square antara status gizi subjek dalam penelitian ini dengan terjadinya sindrom metabolik selengkapnya dilihat pada tabel 7 :
Tabel 7. Analisis Komparativ Status Gizi dengan Sindrom Metabolik sinmet Non sinmet IK (95%) Variabel Kategori P* RP n % n % min Mak Status Gizi Obes Sentral 43 66.2 22 33.8 0.000 5.61 2.1 14.5 Normal 8 25.8 23 74.2
Hasil analisis menggunakan chi square menunjukkan terdapat hubungan yang
sangat bermakna antara subjek yang terdeteksi obesitas sentral dengan
135 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
terjadinya sindrom metabolik (P<0.01) dengan kata lain subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 6 kali lebih banyak terdapat pada subjek dengan status obesitas sentral dibandingkan dengan subjek yang mempunyai status gizi normal.
Variabel
f.
Irza Ranti, dkk
Profil Lipid dengan Sindrom Metabolik Hasil analisis chi square antara Asupan Lemak subjek dalam penelitian ini dengan terjadinya sindrom metabolik selengkapnya dilihat pada tabel 8 :
Tabel 8. Analisis Komparativ Profil Lipid dengan Sindrom Metabolik sinmet Non sinmet IK (95%) Kategori P* RP n % n % min Mak
HDL
<40 mg/dl >40 mg/dl Trigliserida >150 mg/dl <150 mg/dl LDL >100 mg/dl <100 mg/dl Kolesterol Total >240 mg/dl <240 mg/dl *Chi Square
17 34 16 35 45 6 12 39
89.5 44.2 94.1 44.3 58.4 31.6 80 48.1
Hasil analisis menggunakan chi square menunjukkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara profil lipid yang yang tidak normal dengan terjadinya sindrom metabolik (P<0.01) terutama pada kadar kolesterol HDL yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi.
2 43 1 44 32 13 3 42
10.5 55.8 5.9 55.7 41.6 68.4 20 51.9
0.000 10.75
2.32
49.77
0.000 20.11
2.54
159.16
0.036 3.04
1.04
8.86
0.023
1.13
14.4
4.3
Analisis multivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan variabel mana yang dianggap sebagai faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian sinmet selengkapnya dilihat pada tabel 9.
4. Analisis Regresi Logistik (Multivariat) Tabel 9. Analisis Regresi Logistik Variabel Variabel Glukosa darah HDL & Koles. Total
B 62.10 61.5
SE 9.1 6.04
Hasil analisis Regresi Logistik Menggunakan Metode Backward LR menunjukkan bahwa dari beberapa variabel yang bermakna secara statistik terhadap kejadian DE pada step ke 4 variabel glukosa darah puasa yang tinggi dengan kadar kolesterol HDL yang rendah serta kolesterol total yang tinggi merupakan variabel yang paling
P
Exp(B)
0.000 0.010
9.36 5.94
95% CI Min Maks 8.80 34.77 2.79 24.49
berpengaruh terhadap kejadian sindrom metabolik. PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Tempat Penelitian Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado saat ini memiliki 7 Jurusan dan 11 Program Studi dengan jumlah pegawai
136 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
termasuk dosen, instruktur dan staf administrasi berjumlah 256 orang terdiri dari 124 dosen, 35 instruktur dan 97 staf administrasi dan beberapa tenaga fungsional lainnya dan yang mengikuti penelitian ini hingga selesai berjumlah 96 pegawai. Dari 96 subjek penelitian yang terbanyak mengikuti penelitian ini berasal dari kantor pusat administrasi dan terendah pada Jurusan keperawatan hal ini disebabkan sampai selesainya perampungan data sebagian besar pegawai yang masuk sebagai subjek penelitian tidak mempunyai waktu yang cukup karena harus memberiakn perkuliahan, praktikum dan menyelesaikan pekerjaan administrasi lainnya sehingga tidak dapat menyelesaikan sampai akhir penelitian ini selesai b. Karakteristik dan Distribusi Frekuensi Variabel Subjek dalam penelitian ini yang bersedia dan menandatangani inform consen berjumlah 197 orang (76.95%) dan yang mengikuti semua pengukuran variabel penelitian hingga selesai berjumlah 96 orang (37.5%) dengan jenis kelamin terbanyak adalah wanita, lebih banyak dosen, dengan aktivitas yang dominan ringan dan sedang, mempunyai asupan lemak diatas angka kecukupan lemak yang dianjurkan dan 67.7% diantaranya memiliki ukuran lingkar perut dengan kriteria obesitas sentral Subjek dalam penelitian ini mempunyai rerata umur 48 tahun, mempunyai rerata ukuran lingkar perut 87 cm, mempunyai aktivitas fisik kategori sedang, mempunyai asupan lemak lebih dari AKG, meiliki tekanan darah sistolik 130 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg, secara umum mempunyai profil lipid yang relatif normal dan glukosa darah puasa yang relatif normal.
Irza Ranti, dkk
c. Profil Lipid dan Sindrom Metabolik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagain besar subjek dalam penelitian ini mempunyai profil lipid yang tidak normal antara lain kolesterol LDL yang tinggi, HDL yang rendah, trigliserida dan total kolesterol yang tinggi. Hasil penelitian ini sama dengan yang dikemukakan oleh Deen (2004) bahwa Sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non lipid yang merupakan risiko penyakit jantung, kelainan metabolik tersebut meliputi Abdominal obesity, lingkar pinggang (Pria >90 cm, wanita >80 cm untuk orang Asia)dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida ≥150 mg/dl dan kadar kolesterol HDL (laki-laki <40 mg/dl wanita <50 mg/dl), hipertensi (tekanan darah sistolik/diastolik ≥130/≥85 mmHg), resistensi insulin (glukosa darah puasa >110 mg/dL.) dengan atau tanpa intoleransi glukosa Menurut Eckell (2005) bahwa gangguan lipid lain pada sindroma metabolik adalah penurunan kolesterol HDL akibat perubahan susunan metabolisme HDL. Pada hipertrigliseridemia penuruan isi ester kolesterol inti lipoprotein menyebabkan penurunan isi kolesterol HDL dengan peningkatan beragam trigliserida menjadikan partikel kecil dan padat, sebagai bagian dari fungsi kolesterol ester transfer protein (CETP), Hal ini menyebabkan peningkatan HDL dari sirkulasi. Pada umumnya peningkatan fluks asam lemak ke hati menyebabkan peningkatan produksi VLDL. Pada resistensi insulin terjadi peningkatan trigliserida hepatik namun pada kondisi fisiologis insulin lebih menghambat dari pada meningkatkan sekresi VLDL ke sirkulasi sistemik. Respon ini sebagian adalah pengaruh insulin terhadap degradasi apo-B.60 tetapi insulin juga lipogenik meningkatkan transkripsi dan
137 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
kegiatan enzim dari banyak gen yang terkait dengan biosintesis trigliserida. Selain itu resistensi insulin dapat mengurangi kadar lipase lipoprotein dijaringan perifer (di jaringan adiposa otot). Hipertrigliserida merupakan kriteria penting pada diagnosis sindroma metabolik. d. Faktor Risiko Sindrom Metabolik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sindrom metabolik subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 12 kali lebih banyak terdapat pada subjek dengan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl dibandingkan dengan subjek yang mempunyai GDP <126 mg/dl. Hal ini lebih dipertegas oleh Sugondo dan Purnamasari (2009) bahwa glukosa darah merupakan hasil akhir dari pencernaan dan penyerapan karbohidrat. Glukosa darah yang meningkat merupa kan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama metabolisme karbohidrat terutama pada otot, dan hepar. Gangguan insulin baik produksi maupun aksi insulin akan menghambat utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh meningkatnya kadar glukosa darah secara klinis gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes melitus. Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada sindroma metabolik. Obesitas yang digambarkan oleh lingkar perut dengan cut-off yang berbeda antara jenis kelamin lebih sensitif dalam memprediksi gangguan metabolik dan risiko kardiovaskular. Hasil pengukuran tekanan darah pada subjek dalam penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang terdeteksi sindrom metabolik 7 kali lebih
Irza Ranti, dkk
banyak terdapat pada subjek dengan hipertensi dibandingkan subjek yang mempunyai tekanan darah normal. Hal ini menjadi perhatian karena dalam penatalaksanaan sindroma metabolik salah satunya adalah pengendalian tekanan darah setidaknya mencapai <140/90 mmHg atau <130/80 mmHg bila terdapat diabetes. Untuk mencapai target tekanan darah penatalaksanaan tetap diawali dengan pengaturan diet dan aktivitas fisik (Soegondo & Purnamasari, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa obesitas sentral merupakan salah satu faktor risiko yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya sindrom metabolik pada pegawai di Poltekkes Manado karena subjek yang terdeteksi sindrom metabolik dalam penelitian ini 6 kali lebih banyak terdapat pada subjek dengan status obesitas sentral dibandingkan dengan subjek yang mempunyai status gizi normal. Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Despress (2008) bahwa Obesitas viseral adalah penimbunan lemak di daerah intra abdominal atau di daerah omentum dan mesenterikum yang memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap Sindroma metabolik.Obesitas viseral, sebagai tipe obesitas yang paling berbahaya, dihubungkan dengan kelainan atherotrombotik-inflamasi, resistensi insulin. (apolipoprotein; FFA, asam lemak bebas, IL-6, interleukin-6, TG, trigliserida; TNF(alpha), tumor nekrosis faktor-(alpha) adalah manifestasi dari obesitas sentral e. Analisis Multivariat Hasil analisis Regresi Logistik menunjukkan bahwadari beberapa variabel yang bermakna secara statistik terhadap kejadian DE variabel glukosa darah puasa yang tinggi (>126 mg/dl) dengan kadar kolesterol HDL yang rendah serta kolesterol total yang tinggi
138 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian sindrom metabolik fenomena ini perlu suatu terobosan tentang modifikasi gaya hidup dengan olahraga teratur dapat meningkatkan sensitivitas insulin, penurunan kadar trigliserida plasma, mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit sudah cukup untuk membantu mengurangi dan menjaga berat badan. Hasil penelitian ini diperjelas oleh Steinbaum (2004) menjelaskan bahwa persentase lemak perut (obesitas sentral) berkorelasi secara signifikan lebih kuat dari pada masa lemak yang ada pada bagian tubuh yang lain diikuti dengan sensitivitas insulin hal ini memperjelas terjadinya sindroma metabolik. Peningkatan lemak perut (obesitas sentral) dikaitkan dengan hyperinsulinemia, hiperlipidemia, dan resistensi insulin di lain penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa, penurunan insulin sensitivitas, metabolisme lemak, peningkatan risiko diabetes, dan peningkatan kematian dengan kardiovaskular. SIMPULAN Aktivitas fisik dan asupan lemak dalam penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun secara statistik tidak bermakna tetapi subjek yang terdeteksi sindrom metabolik lebih banyak terdapat pada mereka yang mempunyai aktivitas fisik yang sedang atau ringan dengan asupan lemak dari makanan yang melebihi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. 1. Prevalensi sindrom metabolik dihubungkan dengan aktivitas fisik yang ringan dalam penelitian ini adalah 36.45%
Irza Ranti, dkk
2. Prevalensi sindrom metabolik dihubungkan dengan asupan lemak dalam penelitian ini adalah 38.54% 3. Prevalensi sindrom metabolik dihubungkan dengan GDP >126 MG/DL dalam penelitian ini adalah 11.45% 4. Prevalensi sindrom metabolik dihubungkan dengan obesitas sentral dalam penelitian ini adalah 44.79 5. Prevalensi sindrom metabolik dihubungkan dengan tekanan darah dalam penelitian ini adalah 39.58% SARAN 1. Poltekkes Manado dalam manajemen kesejahteraan pegawai tidak hanya selalu diukur dengan terpenuhinya kebutuhan finansial pegawai tetapi sudah harus memperhatikan proses pembudayaan tentang pola hidup sehat dengan meningkatkan aktivitas fisik melalui olahraga yang terstruktur dan terjadwal setiap minggu karena makan dalam jumlah yang banyak tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas yang selanjutnya membawa risiko masalah kesehatan terutama pada penyakit degeneratif dan Sindrom metabolik 2. Perlu pembudayaan dalam hal penyajian makanan sehat disetiap acara/hajatan baik hari ulang tahun maupun bentuk ucapan syukur yang lain dengan menyajikan makanan yang sehat rendah lemak, rendah kolesterol sebaliknya tinggi serat dan antioksidan dalam bentuk buah dan sayur yang mudah didapat dan sangat praktis untuk proses pengolahannya DAFTAR PUSTAKA Balitbangkes (2008) Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Depkes. Deen, D. (2004) Metabolic Syndrome. Journal Action American Family Physician, 69 No.121-13.
139 GIZIDO Volume 5 No. 2 November 2013
Aktivitas Fisik dan Total Asupan
Despres, J.-P., Lemieux, I., Bergeron, J., Pibarot, P., Mathieu, P., Larose, E., Cabau, J. R., Bertrand, O. F. & Poirier, P. (2008) Abdominal Obesity and the Metabolic Syndrome: Contribution to Global Cardiometabolic Risk [Online]. American Heart Association, Inc. Available:http://atvb. ahajournals.org/cgi/content/full/28/6/1 039 [Accessed 14 oktober 2013]. Eckel, R. H., Grundy, S. M. & Zimmet, P. Z. (2005) Patofisiologi Sindroma Metabolik. The Lancet, 365,14151428. Jones, D. L., Adams, R. J., Todd, M., Smoller, W., Wong, N. D., Rosett, J. W., Rosamond, W., Sacco, R., Sorlie, P., Stafford, R., Thom, T., Mozaffarian, S. D., Mussolino, M., Nichol, G., Roger, V. L., Lackland, D., Lisabeth, L., Marelli, A., McDermott, M. M., Meigs, M., Hailpern, S., Michael, H. P., Howard, V., Kissela, B., Kittner, S., Ford, E., Furie, K., Gillespie, C., Alan, G., Greenlund, K., Haase, N., Brown, Carnethon, M., Dai, S., De Simone, G. & Ferguson, T. B. (2010) A Report From the American Heart Kartasapoetra, G. & Marsetyo (2002) Ilmu Gizi Dalam Korelasi Gizi Kesehatan, dan Produktivitas Kerja, Cetakan ke tiga, Jakarta, PT. Mahasatya. Keim, M. L., Blanton, C. A. & Kretsch, M. J. (2004) America's obesity epidemic: Measuring Physical Activity to Promote an Activity Lifestyle. J Am Diet Assoc, 1041398-1409. Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J. & Lwanga, S. K. (1997) Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Prabhakaran, D. & Anand, S. S. (2004) The metabolic syndrome: an emerging risk state for cardiovascular disease [Online]. Vascular Medicine. Available:
Irza Ranti, dkk
http://vmj.sagepub.com/cgi/content/ab stract/9/1/55 [Accessed Oktober 23 2013]. Shankar, P. & Sundarka, M. (2003) Metabolic syndrome: It's pathogenesis and management. JIACM., 4(4), 275-281. Soegondo, S. (2009) Obesitas. In: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M. & Setiati, S. (eds.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5ed. Jakarta: Internal Publishing. Soegondo, S. & Purnamasari, D. (2009) Sindrom Metabolik. In: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M. & Setiati, S. (eds.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. V ed. Jakarta: InternaPublishing. Steinbaum, S. R. (2004) The Metabolic Syndrome : An Emerging Health Epidemic in Women, Progress in Cardiovascular Diseases [Online]. Available: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4 9614[Accessed September 10 2013]. Yoo, S., Theresa , N., Tom, B., Issa, F. Z. S., U-Jau, Y., Sathanur, R. S. & Gerald, S. B. (2004) Comparison Of Dietary Intakes Associated With Metabolic Syndroma Risk Factors In Young Adults : The Bogalusa Heart Study. The American Journal Of Clinical Nutrition, 80 No.41-12.