BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah generasi penerus bagi pembangunan di masa depan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan (Judarwanto, 2009). Berdasarkan laporan yang dirilis oleh United Nations Development Programme (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang merupakan ukuran untuk menentukan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2011 menempati peringkat 124 dari 187 negara (UNDP, 2011) turun dari peringkat 108 pada tahun 2010 (UNDP, 2010). Gizi merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran sangat penting dalam pencapaian IPM dari suatu negara (Bappenas, 2011). Salah satu cara untuk memperoleh status gizi yang baik yaitu dengan membiasakan sarapan pagi. Menurut Rampersaudet al. (2005), energi dari makanan sarapan dikatakan cukup jika menyumbangkan 15 – 25% dari total asupan energi sehari. Sarapan memberikan kontribusi penting karena sarapan menyumbangkan 25% total asupan gizi dalam sehari (Khomsan, 2005). Pereira et al. (2011) menyatakan bahwa sarapan memenuhi 20 - 30% angka kecukupan energi. Sarapan memenuhi 20 - 25% kebutuhan kalori setiap hari (Soedarsono, 2012) dan menurut Hardinsyah & Aries (2012), sarapan memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian yaitu 15 - 30% AKG dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas. Penelitian Rampersaud et al. (2005), menunjukkan bahwa sarapan memiliki kontribusi terhadap kecukupan gizi harian, baik makronutrien, mikronutrien dan serat. Asupan nutrisi anak-anak yang sarapan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang melewatkan sarapan (Wahba et al., 2006; Chitra & Reddy, 2007; Dubois et al., 2008) dan berhubungan dengan IMT normal (Rampersaud et al., 2005; Dubois et al., 2008; Hidayat, 2009; Aziz & Devi, 2012).
1
Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997; Nicklas et al., 1998; Rampersaud et al., 2005; Soedibyo & Gunawan, 2009).Seseorangyang sarapansecarakonsistencenderung memilikistatus gizi yang lebih baik dibandingkan mereka yang melewatkan sarapan (Rampersaudet al., 2005 ; Nicklas et al,.1998; Chitra & Reddy, 2007; Al-Oboudi,2010). Sarapan dalam jangka panjang dapat memperbaiki status gizi anak (Gibney et al., 2008), penambahan berat badan dan tinggi badan khususnya pada populasi di pedesaan negara berkembang (Powell et al., 1998; Cueto, 2001). Melewatkan sarapan membuat tubuh kekurangan glukosa karena tidak ada suplai energi, sehingga tubuh menjadi lemah dan kurang konsentrasi. Apabila terbiasa tidak sarapan, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh, dan jika berlangsung secara terus menerus maka dapat berakibat buruk yaitu terjadinya status gizi kurang (Khomsan, 2004). Sarapan juga berhubungan dengan performa belajar. Anak yang tidak sarapan memiliki daya ingat yang terbatas, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas, sering mendapatkan nilai ujian yang rendah bahkan sering absen (Soekirman, 2000). Sarapan memberikan kontribusi dalam meningkatkan konsentrasi belajar (Khomsan, 2005). Sarapan meningkatkan fungsi kognitif terkait memori, tingkat ujian dan tingkat kehadiran di sekolah (Rampersaud, et al., 2005). Secara nasional, kualitas kesehatan anak sekolah dasar masih sangat rendah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa ratarata status gizi kurus (IMT <-2SD) pada anak usia sekolah (6-14 tahun) sebanyak 13,3% laki-laki dan 10,9% perempuan (Depkes RI, 2008b). Defisit energi ditunjukkan pada konsumsi energi anak usia sekolah dasar di Indonesia yang masih di bawah kebutuhan minimal (<70% AKG 2004) sebanyak 41,2% (Depkes RI, 2010). Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi masalah gizi yang tinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dimana prevalensi anak usia sekolah yang memiliki status gizi kurus (IMT <-2SD) sebanyak 23,1% laki-laki dan 19,1% perempuan (Depkes RI, 2008a). 2
Survey tentang kebiasaan sarapan orang dewasa di lima kota besar Indonesia (Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar) menunjukkan bahwa hanya 69,8% subyek yang memiliki kebiasaan sarapan (Hardinsyah, 2012). Analisa data yang dilakukan terhadap data konsumsi pangan Riskesdas 2010 pada 35.000 anak usia sekolah dasar menunjukkan anak mengkonsumsi sarapan dengan kualitas rendah yaitu sebanyak 44,6% anak memiliki asupan energi sarapan <15% dan sebanyak 35,4% anak memiliki asupan protein <15% (Hardinsyah, et al., 2012). Belum ada data yang menunjukkan prevalensi cakupan sarapan yang bersifat nasional, terlebih data mengenai sarapan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Akan tetapi jika dilihat dari prevalensi status gizi kurus (IMT <-2SD) pada anak usia sekolah di Kabupaten TTS yang melebihi prevalensi status gizi kurang secara nasional yaitu sebanyak 29,2% laki-laki dan 23,0% perempuan (Depkes RI, 2008a) maka diperlukan perhatian terhadap masalah status gizi kurang ini. Sarapan memiliki kontribusi penting dalam memenuhi asupan gizi dalam sehari yang pada akhirnya akan berdampak pada status gizi. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan sarapan terhadap status gizi pada anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah kebiasaan sarapan berhubungan dengan status gizi (IMT/U) pada anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)?
3
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten TTS Provinsi NTT 2. Mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan di Kabupaten TTS Provinsi NTT 3. Mengetahui besar asupanzat gizi dari sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten TTS Provinsi NTT 4. Mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (IMT/U) anak sekolah dasar di Kabupaten TTS Provinsi NTT.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan masukan bagi perencanaan dan pengembangan program dalam penanggulangan masalah gizi pada anak sekolah dasar. 2. Bagi Dinas Kesehatan a. Sebagai bahan masukan, khususnya pengelola program giziuntuk penentuan program penanggulangan masalah gizi anak sekolah dasar. b. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat khususnya masalah gizi anak sekolah dasar. 3. Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi tentang hubungan sarapan dengan status gizi anak sekolah dasar. 4. Bagi Penulis Menambah wawasan mengenai sarapan kaitannya dengan status gizi serta pengalaman penelitian di lapangan.
4
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan mirip dengan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian Cho,et al. (2003) dengan judul The Effect of Breakfast Type on Total Daily Energy Intake and Body Mass Index : Result from the Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III). Subjek penelitian adalahpeserta dalam NHANES III berusia 18 tahun ke atas dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan subjek yang mengkonsumsi sereal siap santap, sereal yang dimasak dan roti mempunyai IMT yang lebih rendah dibandingkan subjek yang tidak sarapan pagi maupun yang sarapan menggunakan daging dan telur. Subjek yang melewatkan sarapan maupun yang sarapan menggunakan buah/sayuran memiliki asupan energi harian terendah. Sedangkan subjek yang sarapan dengan daging dan telur memiliki asupan energi harian tertinggi dan menyebabkan IMT lebih tinggi dibanding yang lain. Perbedaan penelitian Cho, et al. (2003) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, lokasi penelitian, teknik pengambilan sampel dan beberapa variabel yang diteliti. 2. Penelitian Williams,et al. (2008) dengan judul Are Breakfast Consumption Patterns associated with Weight Status and Nutrient Adequacy in AfricanAmerican Children. Subjek penelitian adalah anak usia 1-12 tahun dengan desain penelitian cohort sejak 1999-2002. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 45% anak usia 1-5 tahun dan sebanyak 38% usia 6-12 tahun yang mengkonsumsi sereal siap santap ketika sarapan. Konsumsi sereal ini berhubungan dengan peningkatan berat badan dan kecukupan asupan gizi pada anak-anak Afrika-Amerika. Perbedaan penelitian Williams,et al. (2008) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian danbeberapa variabel yang diteliti. 3. Penelitian Al-Oboudi(2010) dengan judul Impact of Breakfast Eating Pattern on Nutritional Status, Glucose Level, Iron Status in Blood and Test Gades among Upper Primary School Girls in Riyadh City, Saudi Arabia. Subjek 5
penelitian adalah siswa perempuan yang berusia 9-13,9 tahun dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan melewatkan sarapan meningkat dengan bertambahnya usia. Kebiasaan sarapan yang rutin berdampak positif terhadap status gizi. Perbedaan penelitian Al-Oboudi(2010) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, lokasi penelitian dan beberapa variabel yang diteliti. 4. Penelitian Marizaet al.(2013) dengan judul Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas III-VI, desain penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan sarapan berhubungan dengan kebiasaan jajan. Tidak biasa sarapan meningkatkan risiko biasa jajan sebesar 1,5 kali. Kebiasaan jajan berhubungan dengan status gizi. Biasa jajan meningkatkan risiko terjadinya status gizi lebih, sebesar 7 kali. Perbedaan penelitian Marizaet al.(2013) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian dan beberapa variabel yang diteliti. 5. Penelitian Agusanty (2013) dengan judul Faktor Risiko Sarapan Pagi dan Makanan Selingan terhadap Kejadian Overweight pada Remaja Sekolah Menengah Atas di Kota Pontianak dengan desain penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang tidak rutin sarapan pagi berisiko overweight dan remaja yang mengkonsumsi makanan selingan lebih dari dua kali dalam sehari berisiko overweight. Perbedaan penelitian Agusanty (2013) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian dan beberapa variabel yang diteliti.
6