Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
GEREJA MENURUT SURAT EFESUS Pdt. Helen G. Masambe, M.Pd.K.
PENDAHULUAN Gereja ada di dalam dunia, karena gereja diutus ke dalam dunia untuk menjadi terang dan garam dunia. Karena itu, gereja berkarya dan melayani di dalam konteksnya. Tetapi seringkali gereja kehilangan atau melupakan jati dirinya dan terpengaruh oleh dunia. Ini membuat gereja kesulitan untuk menjadi terang dan garam dunia, untuk mengerjakan tugasnya tersebut atau untuk menghadapi tantangan-tantangan dalam konteksnya. Oleh karena itu, gereja harus berupaya untuk memahami dirinya sendiri, untuk me-reinterpretasi ajarannya dalam konteksnya kini dan di sini, agar pelayanan – termasuk pengajarannya – menjadi kontekstual. Salah satu cara untuk memahami hakekat diri dan ajaran gereja, adalah melihat apa kata Alkitab – khususnya Perjanjian Baru – tentang gereja. Dalam Perjanjian Baru, kitab yang antara lain memberikan pandangan tentang gereja adalah kitab Efesus. Itulah sebabnya topik ”Gereja Menurut Surat Efesus” dipilih. Ini adalah upaya untuk belajar. Suatu upaya yang harus dilakukan oleh tiap warga gereja. Sebab dengan memahami diri sebagai gereja, sebagai tubuh Kristus, maka setiap warga gereja tahu bagaimana harus hidup sebagai gereja Tuhan di dalam dunia ini. Meski ada banyak keberatan tentang surat ini terutama masalah penulisnya atau alamatnya1, tetapi Efesus dipilih, sebab pemikiran-
1 Lihat Duyverman, M.E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), h. 120. Band., Ehrman, Bart D., The New Testament : A Historical Introduction To The Early Christian Writings (New York : Oxford University Press, 2000), h. 261-262. Atau Freed, Edwin D., The New Testament : A Critical Introduction (California : Wadsworth/Thomson Learning, 2001), hh.320-322. Drane, John., Memahami Perjanjian Baru (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2011), h. 385-390. Marxsen, W., Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), h. 227-242. Groenen, C., Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta : Kanisius, 1984), h. 293-296. Dikatakan bahwa kata ”di
125
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
pemikiran tentang gereja di dalamnya sangat menarik untuk dicermati2. Ia ditulis dalam konteksnya untuk menjawab pergumulan dalam konteksnya. Memang ada kemiripan antara surat Efesus dengan surat Kolose. Tetapi tulisan ini tidak akan membuat perbandingan antara pemahaman tentang gereja dalam kedua surat tersebut. Tulisan ini hanya difokuskan pada pemahaman tentang gereja dalam surat Efesus. Para ahli Perjanjian Baru setuju mengatakan bahwa Efesus bukanlah tulisan asli Paulus tetapi dikelompokkan sebagai Deutro-Paulus3. Sehingga ada sedikit kesulitan untuk menyebut kata Paulus sebagai penulis dalam tulisan ini. Karena itu digunakan kata penulis, untuk menyebut sang penulis. Dalam surat ini akan dilihat bagaimana gereja mula-mula mendefinisikan dirinya dan hidup sesuai definisi diri itu, terlebih untuk menghadapi tantangan dalam hidup dan pertumbuhannya. Sebelum menguraikan mengenai pandangan tentang gereja dalam surat ini, maka perlu untuk melihat konteks jemaat Efesus. EFESUS a) Kota Efesus Efesus adalah salah satu dari beberapa tempat penting dalam pelayanan Paulus. Ia adalah kota besar di distrik Ionia, yang merupakan salah satu propinsi dari Kerajaan Romawi yang terletak di Asia Kecil. Efesus ada pada rute utama yang menghubungkan antara Roma dan daerah Timur. Lokasinya membuat Efesus menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar, dan bersama Antiokhia di Syria dan Aleksandria, menjadi satu dari antara kota-kota besar di dunia Mediterania timur. Pada tahun 133 sM Asia Kecil bagian barat menjadi satu provinsi
Efesus” tidak ditemukan dalam terjemahan terbaik untuk surat ini. Mengenai penulisnya, masing-masing pihak, baik pendukung pendapat bahwa Paulus adalah penulisnya atau penentangnya, memiliki argumen masing-masing. Ini membuat banyak orang sulit untuk memutuskan. 2 Conzelmann dan Lindemann mengatakan bahwa Ekklesiologi adalah ”main theme” dari Efesus. Lihat Conzelmann, Hans and Andreas Lindemann., Interpreting The New Testament : Strategies for interpretation (Massachusetts : Hendrickson Publishers, Inc., 1992), h. 208. 3 Freed, ibid., h.322.
126
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
Romawi, dan hanya untuk beberapa tahun, Efesus menjadi taklukkan Roma. Sebagai kota Romawi, bersama dengan Yerusalem, Antiokhia dan Roma sendiri, Efesus menjadi satu kota besar pada awal abad pertama Masehi. Dan tetap menjadi satu kota terkemuka di Asia Kecil hingga masa Paulus. Kota tersebut memiliki stadion, – tempat pelaksanaan atletik dan kontes gladiator – teater, tempat pemandian, perpustakaan umum dan agora (pasar)4. Selain itu yang terkenal dari kota Efesus adalah kuil Artemis, tempat pemujaan bagi dewi tersebut. Freed mengatakan bahwa kuil dewi Artemis tersebut panjangnya 340 kaki dan lebarnya 160 kaki dan memiliki 100 tiang yang tingginya sekitar 60 kaki. Kuil ini kemudian dihancurkan oleh orang Got pada sekitar tahun 260 atau 262 sM5. Di dalam kuil ini, ada satu batu meteor yang konon dikirimkan oleh dewi tersebut (Kis 19:35). Di kuil ini ada ratusan pelacur yang melayani dan banyak pedagang yang menjual barang-barang yang berhubungan dengan Artemis (Kis 19:23-41), seperti patung, lukisan dan perhiasan. b) Jemaat Efesus Surat ini ditulis dalam periode yang disebut sebagai periode Gereja generasi keempat dalam perkembangan gereja, yaitu pada tahun 80-125 M6. Pada masa ini gereja sudah mulai tertata namun juga mulai menghadapi banyak kesulitan. Dan pada masa ini gereja yang dimaksud bukan lagi gereja lokal tetapi gereja secara menyeluruh yang mencakup orang percaya di mana pun, yang melampaui batas suku, ras dan sebagainya7. Gereja mulai mendapat bentuk dan mulai terdefinisikan sebagai satu persekutuan hidup orang yang percaya.
4 Freed, op.cit., h. 317. Bnd. LAI, Alkitab Edisi Studi (Jakarta : LAI, 2010), h. 1916. Bnd juga dengan Douglas, J.D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A – L (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2001), hh. 267-269. 5 Freed, ibid., h. 318. Douglas, ibid., hlm. 267. 6 Stephenson, K. D., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Tomohon : Fakultas Teologi UKIT, 1993), h. 46. 7 Lihat Hakh, Semuel. B., Materi Kuliah ”Gereja Menurut Paulus” yang diberikan bagi mahasiswa Program Pasca Sarjana Teologi UKIT (Tomohon, ), h. 4. Bnd. Conzelmann dan Lindemann.
127
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
Jemaat Efesus tidaklah didirikan oleh Paulus. Freed8 mengatakan bahwa ”jika keterangan Kisah Para Rasul dapat dipercaya, Paulus bukan pembawa Injil pertama ke kota Efesus. Sebab ketika ia tiba di sana, telah ada beberapa murid di sana. Ia membaptis mereka dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika ia menumpangkan tangannya atas mereka, Roh Kudus turun atas mereka”. (Kis 19:1-6). Orang-orang inilah yang menjadi cikal bakal jemaat Efesus. Dalam perkembangan kemudian, tantangan yang dihadapi oleh jemaat di Efesus bukan hanya sinkretisme tetapi juga timbul masalah karena beberapa orang berusaha memecah-belah jemaat menjadi kelompok-kelompok yang berbeda. Itu semua menuntut jemaat untuk memahami jati dirinya. Agar ia tidak dipengaruhi oleh konteks sinkretis kota Efesus dan perpecahan jemaat tidak terjadi. Itulah sebabnya masalah kesatuan jemaat diangkat sebagai salah satu masalah utama di dalam surat Efesus9. Masalah itu coba diselesaikan melalui pengajaran kepada jemaat tentang iman dan jati diri yang harus mereka miliki sebagai umat Allah. Dalam pengajaran itulah kita temui pandangan tentang gereja di dalam surat Efesus ini. Pandangan tentang Gereja menurut Surat Efesus Istilah Dalam surat Efesus, penulis menggunakan beberapa kata yang menunjuk pada jemaat atau gereja. Pertama adalah ”orang-orang kudus” (dari kata Yunani hagios10 lihat 1:1,15,18; 2:19; 3:8,18; 4:12; 5:3). Hodge mengatakan bahwa kata ”orang-orang kudus” (Inggris : saints) berarti ”mereka yang dibersihkan oleh darah Kristus dan dibaharui oleh Roh
Freed, op.cit., h. 319. LAI, Alkitab Edisi Studi, op.cit., h. 1917. 10 Lihat LAI, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia (Jakarta : LAI, 2002). Band., dengan Drewes, B.F., Haubeck, W., dan von Siebenthal, H., Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru : Kitab Injil Matius hingga Kitab Kisah Para Rasul (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), hh. 156-171. Band. Mounce, William D., The Analytical Lexicon to The Greek New Testament (Grand Rapids Michigan : Zondevan, 1992), h. 50. Lihat juga Sutanto, Hasan., Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), Jilid II, h. 11. Kata hagiois adalah Kata Sifat Maskulin Plural Datif dari kata hagios, artinya ”kudus, yang ditahbiskan”. 8 9
128
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
Kudus sehingga dipisahkan dari dunia dan dikuduskan bagi Allah”11. Kedua, ”yang percaya, yang dapat dipercayai, setia, yang beriman, orangorang yang percaya” (dari kata Yunani pistois lihat 1:1 dari kata pistos12). Ketiga, dalam 1:22-23, 3:10,21; 4:1; 5:23,24,25,27,29,32; ia menggunakan kata ”Jemaah (orang Israel); pertemuan jemaat (Kristen); jemaat (Kristen)” (dari kata Yunani ekklesia13) Selain ketiga kata itu ada juga kata-kata yang lain yang merujuk pada jemaat, yaitu : ”tubuh Kristus” (Yunani : sumatos14 tou Kristou, lihat 4:12; 5:30) ; ”tubuh” (Yunani : soma15, lihat 4:16); ”yang dimiliki tubuh yang sama, anggota-anggota tubuh” (Yunani : sussouma16, lihat 3:6); ”sesama warga negara, kawan sewarga” (Yunani : sumpolitai17, lihat 2:19); ”yang menjadi anggota keluarga Allah” (Yunani : oikeioi18 tou Theou, lihat 2:19); ”tempat yang didiami Allah”
11 Pendapat Charles Hodge dalam tulisannya A Commentary on the Epistle to the Ephesians. Grand Rapids : Eerdmans, 1950., yang dikutip oleh Rogers Jr., Cleon L dan Rogers III., Cleon L. dalam The New Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament. Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1998., h. 434. 12 LAI, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia loc.cit. Drewes, dkk., loc.cit., Mounce, loc.cit., h. 374. Sutanto, loc.cit., hlm. 644. Kata pistois adalah Kata Sifat Maskulin Plural Datif dari kata pistos, artinya ”yang dapat dipercayai, setia, yang percaya, yang beriman, pasti”. 13 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 171. Sutanto, ibid., hh. 260-261. Kata ekklesia adalah Kata Benda Feminin Singular, artinya ”dewan, pertemuan, Jemaah (orang Israel), pertemuan jemaat (Kristen); jemaat (Kristen). 14 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 442. Sutanto, ibid., h. 741. Kata sumatos adalah Kata Benda Netral Singular Genetif dari kata soma, artinya ”tubuh, jenazah, bangkai, hamba, kenyataan”. 15 LAI, ibid.., Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 442. Sutanto, ibid., h. 742. Kata soma adalah Kata Benda Netral Nominatif, artinya ”tubuh, jenazah, bangkai, hamba, kenyataan”. Kata soma ini sering dipakai dalam berbagai bentuk, misalnya soma, sumati, sumatos, dan sumata. 16 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 440. Sutanto, ibid., h. 738. Kata sussouma adalah Kata Sifat Netral Plural Akusatif dari kata sussomos, artinya ”yang dimiliki tubuh yang sama”. 17 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 430. Sutanto, ibid., h. 729. Kata sumpolitai adalah Kata Benda Maskulin Plural Nominatif dari kata sumpolites, artinya ”sesama warga negara”. 18 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 334. Sutanto, ibid., h. 562. Kata oikeioi adalah Kata Benda Maskulin Plural Nominatif dari kata oikeios, artinya ”yang menjadi anggota keluarga”.
129
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
(Yunani : katoiketerion19 tou Theou, lihat 2:21-22); ”Bait (Allah)” (Yunani : naon20, lihat2:21); ”yang mewarisi bersama, ahli-ahli waris” (Yunani : sugkleronoma 21, lihat 3:6). Pandangan tentang gereja Dalam surat Efesus, ada banyak hal yang dijelaskan oleh penulis tentang gereja atau jemaat, yaitu : A) Gereja adalah orang-orang yang dipilih/ditentukan Allah sebelumnya (1:45,9,11; 2:10). Penulis mengatakan bahwa Allah telah memilih jemaat bahkan sebelum dunia dijadikan, supaya jemaat kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (1:4). Allah telah menentukan kita sejak semula untuk menjadi anak-anak-Nya (1:5). Dan Allah telah menciptakan jemaat dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan-Nya sebelumnya (2:10). Ini dapat diartikan bahwa pemilihan itu sudah merupakan bagian dari rencana Allah sejak semula22. Tentang pemilihan dan predestinasi ini, Gaugler, seperti yang dikutip oleh Rogers Jr dan Rogers III, mengatakan bahwa ”The election and predestination is God’s absolute act of free love grounded totally in Himself, nothing apart from Him gave His will its direction”23. Jadi sejak semula, sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, dalam kasih-Nya, Allah telah merancangkan rencana selamat itu. Allah telah memilih agar manusia kudus dan tak bercacat. Allah menjadikan manusia baik adanya, dalam keadaan kudus dan tak bercacat. Ia menghendaki manusia yang diciptakan-Nya pun demikian, karena itu
19 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 276. Sutanto, ibid., h. 442. Kata katoiketerion adalah Kata Benda Netral Singular Akusatif, artinya ”kediaman” 20 LAI, ibid. Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 326. Sutanto, ibid., h. 531. Kata naon adalah Kata Benda Maskulin Singular Akusatif dari kata naos, artinya ”Bait (Allah), kuil, replika kecil”. 21 LAI, ibid., Drewes, dkk., ibid., Mounce, ibid., h. 427. Sutanto, ibid., h. 725. Kata sugkleronoma ( baca : sungkleronoma) adalah Kata Sifat Netral Plural Akusatif dari kata sugkleronomos (baca : sungkleronomos), artinya ”yang mewarisi bersama”. 22 Lihat catatan untuk Efesus 1:4-5 dalam LAI, Alkitab Edisi Studi, loc.cit., h. 1917. 23 Rogers, Jr., dan Rogers III., op.cit., h. 434.
130
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
Ia memelihara dan ”memilih” agar manusia ciptaan-Nya tetap demikian : kudus dan tak bercacat. Allah telah menentukan jemaat untuk menjadi anak-anak-Nya. Dengan menentukan menjadi anakanak-Nya, jemaat memiliki hak sebagai anak, hak atas warisan keselamatan yang dikerjakan Kristus. Artinya sejak awal mula kehidupan, Allah telah merancangkan dan terus mengerjakan keselamatan agar segala sesuatu ”baik adanya”. Karena itulah kehendak-Nya yang tertuang dalam rencana-Nya bagi manusia dan seluruh ciptaan-Nya. B) Gereja adalah orang-orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus (1:7,13,14; 2:1-10,16; 4:32; 5:2,8,11,23). Pelanggaran dan dosa membuat manusia layak dimurkai, bahkan penulis mengatakan bahwa manusia telah mati karenanya. Manusia telah mengikuti jalan dunia ini, menaati penguasa kerajaan angkasa yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Manusia hidup menuruti kehendak daging dan pikirannya yang jahat. Manusia hidup dalam kegelapan, melakukan perbuatanperbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa (5:8,11). Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya kepada manusia, telah menghidupkan manusia bersama-sama dengan Kristus. Jadi hanya karena kasih karunia Allah maka manusia diselamatkan oleh iman. Itu adalah pekerjaan Allah dan bukan hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah. Jadi manusia tidak layak untuk memegahkan diri atas keselamatan yang diterimanya sebab itu adalah pekerjaan Allah. Penulis menjadikan salib juga sebagai teladan bagi jemaat. Ia mengatakan bahwa dengan penyelamatan di kayu salib, Allah menebus (dengan menebus itu pula Allah menjadikan kita milik-Nya), yaitu mengampuni dosa. Karena itu jemaat pun diminta untuk dapat saling mengampuni. Salib juga adalah tanda kasih Kristus kepada jemaat, karena itu jemaat diminta untuk hidup di dalam kasih. Salib juga telah meruntuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan non-Yahudi, yaitu perseteruan antara mereka. Jadi mereka tidak lagi berseteru tetapi telah menjadi manusia baru di dalam Kristus dan dengan demikian 131
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
memperdamaikan mereka dengan Allah. C) Gereja adalah orang-orang yang dipersatukan oleh Kristus. Gereja adalah persekutuan tubuh Kristus yang kepalanya adalah Yesus Kristus. Gereja adalah persekutuan yang terdiri dari orang-orang yang berbeda-beda tetapi satu oleh dan di dalam Kristus (1:9-10, 22-23; 2:11-19; 3:4-6; 4:3-7,13,15-16; 5:2327,30; 6:5-6). Melalui Kristus, Allah bekerja di dalam jemaat. Di dalam Kristus, Allah mempersatukan jemaat-Nya yang terdiri dari orangorang yang berbeda, bahkan menyatukan mereka dengan Allah. Kristus adalah Kepala dari segala sesuatu, bukan hanya Kepala jemaat, tetapi Kepala segala sesuatu di dalam dunia. George Howard, seperti yang dikutip oleh Rogers Jr dan Rogers III, mengatakan bahwa ”Rather then speaking only of Christ as being the Head of the church, Paul refers to the cosmic rule of Christ and implies that Christ is the sovereign head of all things”24. Sebelumnya ada pembedaan antara orang Yahudi dan yang bukan Yahudi. Orang bukan Yahudi disebut sebagai ”orang-orang tak bersunat, tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan, tanpa Allah di dalam dunia”, juga disebut sebagai ”jauh”. Tetapi Kristus membawa perubahan bagi mereka. Mereka disebut ”dekat”, atau ”bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggotaanggota keluarga Allah”. Ini disebut sebagai rahasia Kristus yang telah dibuka bagi jemaat. Rahasia Kristus adalah : bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Melalui salib, Kristus telah meruntuhkan tembok pemisah antara Yahudi dan bukan Yahudi yaitu perseteruan di antara mereka, dan memperdamaikan serta menyatukan mereka menjadi satu tubuh, satu
24 George Howard, ”The Head-Body Metaphors of Ephesians”, New Testament Studies., dalam Rogers Jr dan Rogers III., ibid., h. 436.
132
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
manusia baru. Dan oleh Dia, mereka dalam satu Roh, mendapat jalan masuk kepada Bapa. Lebih jauh, Penulis menjabarkan tentang kesatuan jemaat, demikian : ”satu tubuh, satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”. Melalui rasulrasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar, Kristus ”memperlengkapi orang-orang kudus (jemaat) bagi pekerjaan pelayanan dan bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai mencapai kesatuan iman, pengetahuan yang benar, kedewasaan penuh dan tingkat kepenuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus”. Kristus adalah Kepala, dari pada-Nyalah seluruh tubuh – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. Kristus yang menolong gereja/jemaat untuk bertumbuh. Artinya gereja/jemaat tidak bertumbuh oleh dirinya sendiri tetapi Kristus bekerja di dalam mereka dan menolong mereka untuk bertumbuh. Kristus adalah Kepala jemaat, Dia-lah yang menyelamatkan tubuh. Jemaat tunduk pada Kristus dan Kristus mengasihi jemaat. Penulis menggunakan gambaran Kepala dan tubuh dan juga hubungan antara suami dan istri yang didasarkan pada kasih. Bagi hamba pun dimintakan untuk taat pada para tuan mereka seperti mereka taat pada Kristus. Artinya iman mereka pada Kristus harus juga dinyatakan dalam kehidupan mereka yang satu, yang utuh, bahkan ketika mereka harus bekerja di tengah kehidupan mereka bersama bangsa-bangsa atau orang-orang lain yang tidak percaya pada Kristus sekalipun. D) Gereja adalah tempat kediaman Allah, bangunan/bait Allah (2:19-22). Penjelasan tentang tubuh Kristus banyak ditemukan dalam Efesus, tetapi tentang gereja/jemaat sebagai tempat kediaman Allah, sebagai bangunan atau bait Allah, hanya ditemukan di dalam 2:19-22. 133
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
Di sini penulis menulis bahwa jemaat adalah ”bangunan yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus sebagai batu penjuru. Di dalam Kristus tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh”. Itu berarti jemaat sebagai tubuh/anggota tubuh, Kristus sebagai Kepala; kesatuan tubuh dan Kepala inilah yang sesungguhnya merupakan bait Allah, bangunan Allah, kediaman Allah. Kristus adalah Kepala yang mengatur dan mengontrol tubuh itu dan tubuh itu tunduk pada Kepala. Tetapi Kepala mengasihi tubuh-Nya dan menyelamatkannya. E) Gereja yang memiliki identitas yang dipulihkan : manusia baru dan anak-anak terang (2:1-10, 11-22; 4:22-33). Bila mengikuti alur pemikiran bahwa Allah telah memilih dan menentukan sejak awal mula, bahkan sebelum penciptaan segala sesuatu, itu berarti bahwa sesungguhnya manusia memiliki identitas ”baik adanya”, kudus dan tak bercacat. Tetapi dosa dan pelanggaran hukum Tuhan telah membuat manusia kehilangan identitasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah ”baik adanya”. Sehingga ”manusia baru” dan ”anak-anak terang” sesungguhnya bukanlah identitas baru bagi jemaat tetapi identitas mereka yang sesungguhnya. Jadi identitas jemaat dipulihkan melalui karya Kristus di salib. Identitas yang dipulihkan itulah yang disebut oleh penulis sebagai ”manusia baru” atau ”anak-anak terang”. Penulis merujuk pada keadaan manusia sebelum mengenal Kristus. Ia mengatakan : ”kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosadosamu” (2:1). Bukan hanya jemaat tetapi ia sendiri pun demikian, karena penulis mengatakan ”kami semua juga terhitung di antara mereka … pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai” (2:3). Tetapi kasih karunia Allah yang sedemikian besar telah mengubah kehidupan manusia, menghidupkannya kembali dari kematian karena dosa itu. Selanjutnya ia mengatakan bahwa orang Yahudi dan orang bukan Yahudi telah dipersatukan, diciptakan menjadi manusia baru, 134
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
bukan lagi Yahudi atau bukan Yahudi, tetapi ”satu tubuh”, ”kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”. Thorsten Moritz25, seperti yang dikutip oleh Rogers Jr dan Rogers III, mengatakan bahwa ”Dalam Yudaisme rabinik, seorang penyembah berhala/orang kafir mengenal Allah adalah seperti seolah-olah ia telah diciptakan menjadi ciptaan yang baru oleh siapapun yang telah menolongnya untuk mencapai pengetahuan tentang Allah”. Artinya manusia baru adalah manusia yang telah mengenal Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya baginya, dan percaya pada-Nya. Penulis mengatakan ”Kamu telah belajar mengenal Kristus. Kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia, … kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama,… supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (4:22-33). Sejajar dengan manusia baru itu, penulis memakai istilah ”kegelapan”, ”perbuatan-perbuatan kegelapan” yang dikontraskannya dengan istilah ”terang” dan ”anak-anak terang”26. Manusia baru atau anak-anak terang ini mempraktekkan cara hidup seperti yang dikehendaki Allah, sebagaimana seharusnya manusia ciptaan Allah itu hidup. Penulis menjabarkannya sebagai cara hidup manusia baru atau anak-anak terang dalam 4:17-32; 5:1-21. Bahkan penjelasan penulis dalam 4:1-16, 5:22-33 dan 6:-20 adalah penjabaran dari cara hidup ini. Bila didaftarkan, maka cara hidup manusia baru atau anak-anak terang27 itu adalah sebagai berikut :
25 Thorsten Moritz, A Profound Mystery : The Use of the Old Testament in Ephesians. Supplements to Novum Testamentum 85. Leiden : E.J. Brill, 1996., dalam Rogers Jr dan Rogers III., ibid., h. 438. Moritz mengatakan : ”In rabbinic Judaism a heathen coming to know God is as though he had been newly created by whoever helped him to attain knowledge of God” 26 Lihat bagian B., hh. 2-3, yang menyebutkan tentang kegelapan dan perbuatanperbuatan kegelapan yang dilakukan oleh manusia sebelum diselamatkan Allah dalam Yesus Kristus. 27 Band. Drane, op.cit., hh. 386-387.
135
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
1) Dalam 4:17-32 : a) Jangan hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, tetapi hidup sebagai orang yang telah belajar mengenal Kristus karena jemaat telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia. b) Membuang dusta dan berkata benar seorang terhadap yang lain. c) Apabila marah, jangan berbuat dosa, padamkanlah amarah sebelum matahari terbenam. Jangan beri kesempatan kepada Iblis. d) Orang yang mencuri, jangan mencuri lagi. Tetapi bekerja keras dan melakukan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat berbagi dengan orang yang berkekurangan. e) Jangan mengeluarkan perkataan kotor dari mulut, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. f) Jangan mendukakan Roh Kudus Allah. g) Buanglah segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah, demikian pula segala kejahatan. h) Ramahlah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. 2) Dalam 5:1-21 : a) Menjadi penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih. b) Hiduplah di dalam kasih. c) Percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang kudus. d) Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono – karena hal-hal ini tidak pantas – tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. e) Tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. f) Jangan disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. g) Karena itu jangan berkawan dengan orang-orang durhaka. 136
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
h) Karena sekarang telah menjadi terang di dalam Tuhan maka hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. i) Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. j) Jangan turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. k) Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. l) Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. m) Janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. n) Janganlah mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh. o) Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. p) Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. q) Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. r) Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. 3) Dalam 4:1-6 : a) Sebagai orang-orang yang telah dipanggil hendaklah hidup berpadanan dengan panggilan itu. b) Hendaklah selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. c) Tunjukkan kasih dalam hal saling membantu. d) Berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera : satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa. 4) Dalam 5:22-33 : a) Istri tunduk kepada suami dalam segala sesuatu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Sebagaimana jemaat tunduk pada Kristus, demikian pula istri kepada suami. b) Suami mengasihi istri sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. 5) Dalam 6:1-9 : 137
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
a) Anak-anak harus menaati orang tua di dalam Tuhan. Menghormati orang tua adalah satu perintah yang penting b) Bapa-bapa jangan membangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan. c) Hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di depan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. d) Tuan-tuan perbuatlah seperti yang dilakukan oleh para hamba dan jauhkanlah ancaman. 6) Dalam 6:10-20 : a) Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. b) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah (akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian H). c) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putusputusnya untuk segala orang kudus, juga untuk aku (Paulus). Dalam seluruh aspek kehidupan mereka, iman bahwa mereka adalah manusia baru dan anak-anak terang, dinyatakan. Cara hidup yang berbeda yang justru harus menjadi identitas mereka. F) Gereja yang menghadapi tantangan dunia (2:2; 3:13; 4:17-19; 5:6,7,15; 3:1621 dan 6:10-18a) Ada beberapa tantangan yang disebutkan, yaitu dari orang-orang yang tidak mengenal Allah (4:17-19); dari penderitaan yang menyesakkan mereka, yang membuat mereka tawar hati (3:13); dari orang-orang sundal, orang cemar, orang serakah dan orang bebal (5:6,7,15). Juga tantangan dari para penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka (2:2). Dalam 6:12, disebutkan bahwa perjuangan jemaat ”bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”. Penguasa roh jahat 138
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
di udara ini, menurut Freed, menunjukkan kosmologi pada masa itu dan mitologi, dan mungkin satu nama untuk Setan. ”Udara” adalah lapisan kosmos yang dekat dengan bumi dalam mana roh-roh jahat yang dikuasai oleh Setan tinggal28. Tantangan-tantangan yang dihadapi jemaat adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dalam doa bagi jemaat dan nasehat tentang hidup sebagai manusia baru dan anak-anak terang serta nasehat tentang perlengkapan senjata rohani, diungkapkan bagaimana jemaat dapat atau harus menghadapinya. 1) Doa Paulus (3:16-21). Dalam 1:15-16, Penulis mengucap syukur karena iman dan kasih yang dinampakkan jemaat dalam kehidupan persekutuan mereka, dan ia terus mengingat mereka di dalam doanya. Di samping segala nasehatnya, doa ini sangat penting untuk diperhatikan karena juga merupakan pengharapan kepada jemaat agar mereka mampu menghadapi tantangan dalam hidup mereka. Dalam doa ini, didoakan : a) Supaya Tuhan Allah menguatkan dan meneguhkan mereka di dalam Roh-Nya di dalam batin mereka, sehingga oleh iman mereka Kristus diam di dalam hati mereka dan mereka berakar serta berdasar di dalam kasih (16-17). b) Supaya jemaat bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan (1819a). c) Supaya jemaat dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah (19b). Penulis mendoakan agar jemaat dikuatkan dan diteguhkan, agar segala tantangan yang mereka hadapi tidak akan membuat mereka melupakan Tuhan Allah tetapi agar jemaat memahami kasih Allah yang sudah, sementara dan masih akan terus dinyatakan kepada mereka. Dan agar mereka hidup berdasarkan kasih itu yang
28
Freed, h. 323.
139
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
dinyatakan dalam hidup mereka. Jadi Penulis mendukung jemaat yang menghadapi tantangan ini juga dengan doanya bagi mereka. 2) Di samping itu, segala nasehat agar mereka tetapi hidup berpadanan dengan panggilan mereka sebagai manusia baru atau anak-anak terang di dalam Tuhan, hidup dengan taat dan kasih, juga adalah bagian dari nasehat Penulis agar mereka tidak patah semangat oleh tantangan yang harus mereka hadapi dan berbalik daripada iman mereka pada Kristus. Artinya meski harus menghadapi tantangan tetapi hidup persekutuan mereka dengan Tuhan dan dengan persekutuan jemaat lainnya terus terpelihara di dalam kasih Tuhan yang nyata. Justru itulah yang menjadi kesaksian mereka bagi dunia. 3) Dan yang terakhir, ia meminta jemaat untuk ”kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya dan mengenakan perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis”; (6:10-18a). Yang disebut sebagai perlengkapan senjata rohani adalah : a) Berikat pinggang kebenaran b) Berbaju zirah keadilan c) Berkasut kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera d) Perisai iman yang digunakan dalam segala keadaan, sebab dengan perisai ini jemaat akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat e) Ketopong keselamatan f) Pedang Roh, yaitu firman Allah Semua itu adalah senjata yang dipakai gereja untuk melawan kuasakuasa jahat yang hendak menghancurkan gereja. Tetapi ada jaminan bahwa Allah memberikan kemenangan kepada gereja di dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Karena itu gereja harus berdiri teguh dan bersatu di dalam Tuhan29.
29
Hakh, op.cit., h. 8.
140
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
KESIMPULAN Dari seluruh uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam surat Efesus : Gereja adalah orang-orang yang dipilih/ditentukan Allah sebelumnya atau sejak semula sesuai dengan rencana-Nya bagi dunia. Gereja adalah orang-orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus. Dengan penyelamatan itu, Allah menebus sekaligus menyatukan milik-Nya dengan merobohkan semua tembok pemisah, yaitu dosa dan semua perbedaan lainnya (suku, bahasa, dan lain-lain). Gereja adalah orang-orang yang dipersatukan oleh Kristus. Gereja adalah persekutuan tubuh Kristus yang kepalanya adalah Yesus Kristus. Gereja adalah persekutuan yang terdiri dari orang-orang yang berbeda-beda tetapi satu oleh dan di dalam Kristus. Gereja adalah tempat kediaman Allah, bangunan/bait Allah. Kesatuan antara jemaat sebagai tubuh dan Kristus sebagai Kepala, itulah bangunan/bait Allah. Gereja yang memiliki identitas yang dipulihkan : manusia baru dan anak-anak terang. Dosa telah menyebabkan manusia tidak dalam keadaan ketika Allah menciptakannya. Tetapi salib mengubahnya atau memulihkan manusia menjadi seperti ketika Allah menjadikannya. Efesus memberi istilah Manusia baru atau anak-anak terang. Manusia baru dan anak-anak terang ini mempraktekkan cara hidup seperti yang dikehendaki Allah, sebagaimana seharusnya manusia ciptaan Allah itu hidup. Gereja menghadapi tantangan di dalam dunia dengan iman dan perlengkapan rohani serta berdiri teguh dan bersatu di dalam Tuhan. REFLEKSI Dengan pemahaman diri yang demikian, gereja mula-mula telah hidup dan terus berjuang memelihara imannya. Apa yang mereka percaya dan kesaksian hidup mereka kiranya dapat menjadi pelajaran bagi gereja saat ini. Dengan mempelajari pandangan tentang gereja 141
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
dalam surat-surat atau kitab-kitab di dalam Alkitab, gereja saat ini – dalam konteksnya sendiri – boleh melihat pada dirinya sendiri. Apakah gereja masih percaya pada apa yang dipercaya oleh gereja mula-mula? Apakah gereja masih hidup dengan cara sebagaimana yang dikehendaki Allah? Allah telah memilih gereja dalam rancangan keselamatan-Nya bagi dunia. Sejarah gereja telah menyatakan bahwa gereja memang percaya pada hal ini tetapi juga ada beberapa pemikiran gereja yang menyimpang yang mengatakan bahwa hanya melalui gereja orang dapat diselamatkan. Padahal gereja sendiri diselamatkan dan bukan penyelamat. Sebab yang menyelamatkan adalah Allah dalam karya-Nya dalam Yesus Kristus. Kiranya pemilihan Allah atas gereja ini, tidak kemudian dipandang sebagai satu senjata untuk menolak orang lain yang bersama-sama hidup di dalam dunia meski mereka belum atau tidak percaya kepada Yesus Kristus. Gereja sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan oleh Allah ada dalam dunia untuk mengerjakan karya selamat Allah bagi dunia. Kalau gereja sendiri percaya ia telah diselamatkan maka ia terpanggil untuk mewartakannya kepada dunia. Ungkapan kepercayaan gereja bahwa ia sudah diselamatkan adalah etika baru yang dipraktekkan oleh gereja. Artinya iman gereja itu dinyatakan dalam kehidupannya seharihari di dalam dunia. Dengan melakukan etika baru itu, gereja akan menghadapi kenyataan bahwa ia berbeda dengan dunia. Etika baru yang berbeda itu yang dibawanya ke dalam dunia, ditunjukkannya kepada dunia agar dunia juga dapat melakukannya. Untuk melakukannya dunia pertama-tama harus percaya pada apa yang dipercayai oleh gereja. Masih tetap menjadi tantangan besar bagi gereja hingga saat ini adalah untuk membuat dunia percaya bahwa Allah adalah Juruselamat dunia. Allah menciptakan, Allah menyelamatkan, Allah memelihara dunia ciptaanNya. Allah telah menyelamatkan dan memulihkan identitas gereja. Kalau mau jujur, gereja belum sepenuhnya menjalani hidup sebagaimana ia dijadikan Allah. Sebab – tanpa bermaksud menghakimi – identitas ”manusia lama” itu masih kentara atau masih dipakai oleh gereja dan warga gereja. Berapa banyak warga gereja atau pemimpin dalam gereja yang masih 142
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
mempraktekkan cara hidup yang ”tidak menyelamatkan” dirinya dan orang lain. Korupsi dan suap, ketergantungan pada narkoba dan obat terlarang, ketidakpedulian pada orang-orang tertindas (antara lain dalam bentuk sikap tidak adil), ketidakpedulian pada bumi tempat ia hidup (tidak mengusahakan pemeliharaan bumi tetapi merusak bumi dengan banyak cara). ”Kegelapan” dan ”roh-roh angkasa” itu masih menguasai kehidupannya. Gerakan pemulihan dibutuhkan agar sungguh-sungguh gereja itu menjadi ”manusia baru” dan ”anak-anak terang”. Banyak warga gereja yang kemudian tertarik mencari pemulihan tersebut dalam persekutuan-persekutuan yang menjamur. Yang dipikirnya dapat memulihkan dirinya dan dunianya. Fenomena di masa sekarang ini adalah maraknya persekutuanpersekutuan yang terbentuk dan menyelenggarakan ibadah-ibadah di tempat-tempat umum/publik, yang menawarkan pemulihan bagi pribadi yang percaya tetapi juga bagi bumi/dunia. Mereka menjadi agen keselamatan bagi manusia dan dunia. Mereka yang datang beribadah dalam persekutuan seperti ini adalah orang-orang yang sebenarnya sudah menjadi anggota dalam organisasi gereja yang resmi. Namun mereka bersama dalam persekutuan seperti ini meski berbeda asal organisasi gereja. Kenyataannya beberapa persekutuan seperti ini kemudian berkembang menjadi organisasi gereja yang baru dengan aturan mereka sendiri. Jangan heran bila ada yang berpendapat bahwa upaya untuk membentuk persekutuan-persekutuan di tempat-tempat umum adalah upaya atau strategi untuk mencari anggota (jiwa) baru yang kelak bisa menjadi anggota dari organisasi gereja yang baru yang akan dibentuk. Fenomena lainnya adalah maraknya kegiatan ibadah KKR yang beberapa di antaranya disinyalir sebagai upaya untuk mengumpulkan dana oleh beberapa orang – dibahasakan sebagai upaya untuk mengkomersilkan ibadah. Sehingga gereja berubah menjadi satu lembaga bisnis. Miris rasanya untuk mengatakan bahwa gereja telah kehilangan jati dirinya atau tidak memahami dirinya sendiri sehingga anggota gerejanya harus mencari jati dirinya di luar gereja – padahal kemudian terbukti itu bukan cara yang tepat untuk menemukan jati diri. Menjadi bahan refleksi bagi gereja mengenai maraknya fenomena ini. Gereja harus 143
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
merumuskan dan memahami dirinya kembali agar ia tidak menjadi kaku dan terbatas pada gedung gereja dan ritual dan aturannya yang kaku. Sehingga gereja benar-benar menjadi anggota tubuh yang hidup, yang aktif berkarya dan melayani. Allah telah menyatukan. Gereja memang adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah Kepala. Warga gereja terdiri dari orang-orang percaya yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Namun dalam prakteknya, harus diakui bahwa gereja belum seutuhnya hidup sebagai tubuh Kristus, sebab ada banyak pergumulan yang dihadapi oleh gereja, yang secara jujur berasal dari upaya pementingan diri sendiri atau kelompok sendiri. Tidak heran, salah satu alasan terbentuknya jemaat baru adalah karena perbedaan atau perseteruan yang terjadi. Itu adalah gambaran ketidaksediaan untuk hidup bersama sebagai satu tubuh bersama Kristus. Menolak untuk bertindak sesuai kehendak atau teladan Kristus sendiri. Menolak untuk merendahkan hati dan membuka diri bagi perbedaan dan kepelbagaian. Ini menjadi bahan refleksi bagi gereja, apakah gereja dapat melihat kembali dirinya sendiri sebagai tubuh Kristus, yang memiliki perbedaan tetapi yang telah disatukan Allah dalam Kristus? Allah melengkapi dan menolong gereja untuk mampu menghadapi tantangan dunia. Tantangan bukanlah suatu hal yang tidak pernah dihadapi oleh gereja, tetapi justru tantangan mewarnai perjalanan sejarah gereja dalam dunia ini. Tantangan-tantangan muncul dari luar juga dari dalam persekutuan gereja. Meskipun demikian surat Efesus memberi penguatan bahwa Allah ada bersama gereja bahkan Ia berkenan menolong gereja untuk menghadapinya dengan perlengkapan senjata rohani. Perlengkapan yang harus siap sedia untuk dipakai. Gereja dapat melawan atau menghadapi kuasa jahat yang mengambil banyak bentuk dalam gereja, yang memisahkan, menghancurkan dan membinasakan. Persoalannya adalah apakah gereja mau dan mampu menggunakan perlengkapan senjata rohani itu untuk menghadapi kuasa jahat? Ataukah gereja sendiri justru kalah atau mau dikalahkan oleh kuasa jahat tersebut? Gereja bergulat dengan masalah organisasi, pelayanan dan pengajaran. Tetapi gereja juga bergulat dengan masalah moral pelayan gereja dan 144
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
warga gereja. Ketika pelayan dan warga gereja beraktivitas dalam konteks hidup dan konteks kerjanya, apakah ia mampu menghadapi kuasa jahat? Jadi adalah sangat perlu bagi gereja untuk belajar memahami diri. Tetapi ini tidak hanya selesai pada pemahaman diri. Sebab sesudah memahami diri, gereja dituntut untuk hidup sebagaimana ia adanya. Kiranya sumbangan dari kitab Efesus mengenai pemahaman tentang gereja di dalamnya menolong gereja untuk dapat hidup sebagaimana kehendak dan rencana Allah baginya, dan tahu bagaimana hidup dan mengerjakan tugasnya di dalam dunia.
KEPUSTAKAAN Douglas, J.D., (Peny.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I : A – L . Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2001. Drane, John., Memahami Perjanjian Baru. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2011. Drewes, B.F., Haubeck, W., dan von Siebenthal, H., Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru : Kitab Injil Matius hingga Kitab Kisah Para Rasul. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010. Duyverman, M.E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010. Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Indonesia – Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1998. ----------. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997. Ehrman, Bart D., The New Testament : A Historical Introduction To The Early Christian Writings. New York : Oxford University Press, 2000. Freed, Edwin D., The New Testament : A Critical Introduction. California : Wadsworth/Thomson Learning, 2001. Groenen, C., Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta : Kanisius, 145
Educatio Christi Nomor : 23 Tahun XX Agustus 2015
1984. Hakh, Semuel. B., Materi Kuliah ”Gereja Menurut Paulus” yang diberikan bagi mahasiswa Program Pasca Sarjana Teologi UKIT. Tomohon, 01 Juni 2013. International Bible Society, The Holy Bible – NIV. New Jersey: IBS, 1984. Kahiking, William., Makalah ”Gereja Mula-mula”. Tomohon, 2010. Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi. Jakarta : LAI, 2010. ----------, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia. Jakarta : LAI, 2002. ----------, Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta : LAI, 2004. Marxsen, W., Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010. Mounce, William D., The Analytical Lexicon to The Greek New Testament. Grand Rapids Michigan : Zondevan, 1992. Rogers Jr., Cleon L dan Rogers III., Cleon L. The New Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament. Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1998. Sutanto, Hasan., Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I. Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2010. -----------, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II. Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
146