Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) – Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 – 12 Mei 2007
STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/GenTM Yosafat Aji Pranata1, Djoni Simanta2 1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Suria Sumantri 65, Bandung,
[email protected] 2 Dosen Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung,
[email protected]
ABSTRAK Perencanaan struktur tahan gempa dengan sistem struktur ganda (interaksi antara sistem rangka pemikul momen dan shearwall) telah banyak dijumpai pada saat ini. Namun, pemodelan struktur dalam perencanaan berbasis kinerja untuk mengetahui kinerja bangunan pada sistem struktur ganda mengalami beberapa kendala, yaitu antara lain pemodelan properti sendi untuk elemen struktur shearwall. Software analisis dan desain struktur MIDAS/GenTM memiliki fasilitas untuk memodelkan properti sendi tersebut. Dalam studi ini, gedung perkantoran beton bertulang dengan sistem struktur ganda, dua puluh lantai, dengan kategori gedung beraturan, akan didesain sesuai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 1726-2002) dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2874-2002), kemudian dilakukan evaluasi berbasis kinerja dengan menggunakan analisis pushover. Pemodelan properti sendi sesuai ATC-40 untuk elemen rangka dan shearwall. Evaluasi dilakukan terhadap dua model gedung yang didesain di wilayah gempa 4 dan 6, dengan jenis tanah lunak, sistem struktur SRPMM (wilayah 4) dan SRPMK (wilayah 6). Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa seluruh model gedung termasuk dalam tingkat kinerja damage control, artinya pada saat terjadi gempa rencana, struktur dapat berdeformasi secara daktail, mekanisme leleh telah terbentuk, terjadi kerusakan namun struktur tidak runtuh. Kata kunci: Gedung beton bertulang, beraturan, shearwall, analisis pushover.
1. PENDAHULUAN Telah diketahui bersama bahwa perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa di Negara Indonesia menjadi hal yang penting, mengingat kejadian gempa yang terjadi hampir di seluruh bagian wilayah Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan pulau yang lainnya. Berdasarkan peta gempa Indonesia [SNI 1726-2002, 2002], dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya bagian sebelah barat pulau sumatera, bagian selatan pulau jawa, serta beberapa tempat lainnya terletak pada wilayah gempa dengan intentitas moderat hingga tinggi. Salah satu teknik perencanaan yang sedang berkembang pada saat ini adalah perencanaan berbasis kinerja. Beberapa kunci bagaimana membuat perencanaan berbasis kinerja menjadi lebih bermanfaat, yaitu antara lain berbasis persetujuan umum, memberikan kesan ekonomis, transparan, simpel, konsisten, berakar pada kondisi nyata, dan apabila perlu secara berkala diperbaharui [Poland, 2004]. Tahap awal perencanaan berbasis kinerja adalah pemilihan awal target kinerja bangunan, yang mempunyai maksud untuk mengetahui level kerusakan struktur atau memilih kemampuan absorpsi energi untuk mengantisipasi akibat adanya beban gempa. Untuk mencapai tujuan ini, maka dibutuhkan kemampuan untuk memprediksi kinerja deformasi struktur sampai dengan tingkat kerusakan ultimit [MIDASoft, 2006]. ISBN 979.9243.80.7
451
Yosafat Aji Pranata dan Djoni Simanta
(a). Perencanaan berbasis gaya.
(b). Perencanaan berbasis kinerja.
Gambar 1. Konsep metode perencanaan berbasis gaya dan berbasis kinerja [ATC, 1996] Analisis pushover menjadi salah satu metode untuk mengevaluasi deformasi struktur, kurva spektrum beban-peralihan dibuat sebagai ilustrasi kurva capacity vs demand. Kurva demand dibuat bergantung dari level kemampuan absorpsi energi struktur. Dari perpotongan kedua kurva tersebut kemudian diperoleh titik kinerja (Gambar 1.b).
Gambar 2. Tingkat Kinerja Struktur [Applied Technology Council, 1996] Ruang lingkup penulisan meliputi : gedung perkantoran beton bertulang dengan sistem struktur ganda (kombinasi struktur sistem rangka pemikul momen dan shearwall), kategori beraturan, jumlah lantai dua puluh, gedung didesain pada wilayah gempa 4 dan 6 di Indonesia dengan jenis tanah lunak, sistem rangka menggunakan SRPMM (Wilayah 4) dan SRPMK (Wilayah 6), pemodelan properti sendi sesuai ATC-40 [Applied Technology Council, 1996], Struktur dianggap terjepit lateral pada taraf jepitan lateral di pondasi. Tujuan penulisan meliputi : melakukan perencanaan dan detailing struktur bangunan gedung, serta melakukan evaluasi kinerja struktur dengan menggunakan analisis pushover. Software yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan MIDAS/GenTM.
452
ISBN 979.9243.80.7
Studi Pemodelan Inelastik dan Evaluasi Kinerja Struktur Ganda dengan Midas/GenTM
2. TINJAUAN LITERATUR 2.1.
Pemodelan Struktur dan Sistem Struktur Ganda
Pemodelan struktur dilakukan untuk mempelajari perilaku struktur apabila dikenakan beban Gempa Rencana. Secara umum struktur bangunan dapat dimodelkan menjadi struktur atas dan struktur bawah. Struktur atas adalah seluruh bagian struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur bangunan gedung yang berada di bawah muka tanah, yang terdiri dari struktur basement (bila ada) dan/atau struktur pondasi. Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan struktur bawah suatu struktur bangunan gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh Gempa Rencana secara terpisah, di mana struktur atas dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar [SNI 1726-2002, 2002]. Sistem struktur ganda berfungsi untuk memikul seluruh beban gravitasi dan pemikul beban lateral berupa shearwall dan rangka pemikul momen. Pada sistem struktur ganda, perencanaan dengan asumsi sistem memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral harus memperhatikan interaksi/sistem ganda [SNI 1726-2002, 2002]. 2.2.
Analisis Pushover dan Evaluasi Kinerja
Metode analisis pushover merupakan metode dengan pendekatan nonlinier statik, dimana dapat digunakan pada struktur dengan karakteristik dinamik mode tinggi yang tidak dominan. Spektrum kapasitas hasil dari analisis pushover selanjutnya menunjukkan hubungan kurva beban lateral-peralihan oleh peningkatan beban statik sampai pada kondisi ultimit.
Gambar 3. Transformasi kurva pushover menjadi spektrum kapasitas. Beberapa manfaat dari analisis pushover yaitu : dapat digunakan untuk mengevaluasi karakteristik perilaku dan kinerja struktur, memungkinkan dilakukan investigasi skema kelelehan atau distribusi sendi plastis, serta pada saat kondisi struktur diperlukan suatu perkuatan maupun retrofit, dapat diketahui elemen-elemen struktur mana saja yang perlu diperkuat, sehingga hal ini berhubungan efisiensi biaya.
Gambar 4. Klasifikasi tingkat Keamanan [Applied Technology Council, 1996].
ISBN 979.9243.80.7
453
Yosafat Aji Pranata dan Djoni Simanta
2.3.
Pemodelan Properti Sendi
Model properti sendi untuk elemen balok 2D dan elemen balok-kolom 3D adalah seperti terlihat pada Gambar 5.a. Beban dan peralihan elemen balok atau elemen balok-kolom menggambarkan efek dari momen biaksial pada bidang 3D. {P}T = {Fx1 , M x1 , Fy1 , M y1 , Fz1 , M z1 , Fx 2 , M x 2 , Fy 2 , M y 2 , Fz 2 , M z 2 } ...............(1) {u}T = {u x1 , θ x1 , v y1 , θ y1 , vz1 , θ z1 , u x 2 , θ x 2 , v y 2 ,θ y 2 , vz 2 , θ z 2 } .......................(2)
(a). Elemen balok 2D dan balok-kolom 3D.
(b). Elemen shearwall.
Gambar 5. Nodal forces dan peralihan. Sedangkan model properti sendi untuk elemen wall dapat dilihat pada Gambar 5.b. sebuah garis vertikal pada bagian tengah yang menghubungkan balok rigid atas dan bawah merupakan elemen wall. Garis tengah ini sama seperti pada elemen 3D balokkolom. Balok rigid atas dan bawah menggambarkan rigid bodies pada bidang x-y, dan momen terhadap sumbu-z menunjukkan perilaku bending.
(a). Moment-y, z hinge property (b). P-My-Mz hinge property Gambar 6. Pemodelan properti sendi pada MIDAS/GenTM. 2.4.
Karakteristik Spring Nonlinier
Spring yang dimodelkan pada tiap elemen baik balok, kolom, maupun wall tersebut bukanlah menggambarkan kondisi aktual elemen spring, namun hanyalah penyederhanaan. Elemen balok berhubungan dengan beban-peralihan, gaya aksial arah-1 sudut momenrotasi, gaya geser-deformasi geser, dan torsi-deformasi torsi. Sedangkan untuk elemen kolom dan wall berhubungan dengan beban-peralihan, gaya aksial arah-2 sudut momen-rotasi, gaya geser-deformasi geser, dan torsi-deformasi torsi. Deformasi elemen dinyatakan dalam Persamaan 3.
454
ISBN 979.9243.80.7
Studi Pemodelan Inelastik dan Evaluasi Kinerja Struktur Ganda dengan Midas/GenTM
Gambar 7. Distribusi dari kekakuan lentur asumsi. Sedangkan deformasi plastik akibat momen lentur yang diasumsikan terjadi dan terkonsentrasi pada zona αL dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 7. Oleh karena itu, matrik fleksibilitas termasuk didalamnya deformasi plastik dan deformasi geser. Hubungan beban-peralihan untuk spring dapat disusun dalam Persamaan 4 dan 5.
θ = θ e + θ p + θ s .................................................... (3) {θ } = [ f ]{M } ....................................................(4)
[ f ] = [ f ]e + [ f ] p + [ f ]s ..............................................(5) α
⎛ M nx ⎞ ⎛ M ny ⎜ ⎟ + ⎜⎜ ⎝ M nox ⎠ ⎝ M noy
α
⎞ ⎟⎟ = 1, 0 ...........................................(6) ⎠
Gaya aksial, momen torsi, dan gaya geser sisa konstan dan sendi plastis pada titik tengah elemen untuk analisis pushover. Maka hubungan gaya-deformasi dapat dinyatakan mirip dengan deformasi lentur. Sedangkan untuk spring lentur biaksial dinyatakan dalam Persamaan 6.
Gambar 8. Kurva yang menunjukkan hubungan sudut momen-deformasi.
3. STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1.
Asumsi Data dan Model Struktur
Studi kasus menggunakan data mutu beton (fc’) = 30 MPa dan mutu baja (fy) = 400 MPa. Jumlah lantai dua puluh, dengan tinggi lantai dasar 4 meter, dan tinggi lantai 2-20 tipikal 3,8 meter. Beban mati superimposed (SDL) = 1,5 kN/m², sedangkan beban hidup (LL) = 2,5 kN/m² (lantai) dan 1,0 kN/m² (atap). Variasi model gedung berupa wilayah gempa, jenis tanah, sistem struktur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
ISBN 979.9243.80.7
455
Yosafat Aji Pranata dan Djoni Simanta
Gambar 9. Denah model struktur gedung.
(a). Model 3D. (b). Potongan (portal arah-y). Gambar 10. Model 3D dan potongan struktur gedung. Tabel 1: Variasi model struktur. Model G4 G6
Wilayah Gempa 4 6
Jenis Tanah Lunak Lunak
Sistem Struktur SRPMM SRPMK
Tabel 2: Dimensi dan ukuran penampang. Model G4 G6
3.2.
Lantai 11-20 1-10 11-20 1-10
Balok (mm) 300 x 550 300 x 550 300 x 600 300 x 600
Kolom (mm) 500 x 500 600 x 600 600 x 600 700 x 700
Shearwall (mm) 350 350 350 350
Pemodelan, Analisis, Desain, dan Detailing
Pemodelan dilakukan untuk masing masing model struktur. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis dinamik respons spektrum untuk mengetahui karakteristik dinamik untuk semua variasi model gedung [SNI 1726-2002, 2002]. Dari hasil analisis dinamik diperoleh nilai T sebesar 3,29 detik (model G4) dan 2,96 detik (model G6). Desain dilakukan untuk mendapatkan jumlah tulangan nominal untuk desain. Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah (a). 1,4DL; (b). 1,2DL + 1,6LL; (c). 1,2DL + 0,5LL ± E; dan (d). 0,9DL ± E. Setelah tahapan pemodelan, analisis dan
456
ISBN 979.9243.80.7
Studi Pemodelan Inelastik dan Evaluasi Kinerja Struktur Ganda dengan Midas/GenTM
desain selesai, selanjutnya dilakukan detailing. Hasil penulangan model gedung G4 dan G6 selengkapnya ditampilkan pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Tabel 3: Penulangan balok. Portal Model G4 arah-x tengah
Lantai
arah-x tengah
1-10
arah-x tepi
1-20
arah-y
11-20
arah-y
1-10
Model G6 arah-x tengah
11-20
arah-x tengah
1-10
arah-x tepi
1-20
arah-y
16-20
arah-y
6-15
arah-y
1-5
11-20
Tump. kiri
Lapangan
Tump.kanan
atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah
5D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25
5D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah
5D25 3D25 4D25 3D25 3D25 2D25 5D25 3D25 5D25 4D25 4D25 3D25
2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25 2D25
5D25 3D25 4D25 3D25 3D25 2D25 5D25 3D25 5D25 4D25 4D25 3D25
Tulangan sengkang diperoleh D10-100 mm (daerah tumpuan) dan D10-150 mm (lapangan). Tabel 4: Penulangan shearwall. Model Gedung G4 dan G6
Tulangan Vertikal Horisontal
D25-250 D10-150
Tabel 5: Penulangan kolom. Model Gedung G4
G6
3.3.
Lantai 16-20 11-15 6-10 1-5 16-20 11-15 6-10 1-5
Tul. utama 8D25 8D25 12D25 36D25 8D25 8D25 12D25 24D25
Tul. sengkang D10-100 D10-100 D10-100 D10-100 D10-100 D10-100 D10-100 D10-100
Analisis Pushover
Parameter pola beban yang digunakan dalam analisis ini yaitu pola beban Mode-1, dan asumsi target peralihan adalah sebesar 0,595 meter. Sebagai initial loads digunakan beban gravitasi yaitu beban mati (DL) dan beban hidup (LL). Hasil analisis pushover berupa skema kelelehan / distribusi sendi plastis yang terjadi dan kurva kapasitas ditampilkan pada Gambar 11 dan Gambar 12.
ISBN 979.9243.80.7
457
Yosafat Aji Pranata dan Djoni Simanta
(a). Model G4. (b). Model G6. Gambar 11. Distribusi sendi plastis.
(a). Model G4.
(b). Model G6.
Gambar 12. Kurva kapasitas. 3.4.
Evaluasi Kinerja dan Pembahasan
Evaluasi kinerja dilakukan setelah diperoleh kurva kapasitas, untuk mendapatkan titik kinerja bangunan. Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Gambar 13 dan Tabel 6.
(a). Model G4.
(b). Model G6.
Gambar 13. Evaluasi kinerja prosedur B ATC-40 [Applied Technology Council, 1996].
458
ISBN 979.9243.80.7
Studi Pemodelan Inelastik dan Evaluasi Kinerja Struktur Ganda dengan Midas/GenTM
Evaluasi tingkat kinerja bangunan selanjutnya dilakukan setelah titik kinerja berupa informasi gaya geser dasar dan peralihan diperoleh, dari hasil peralihan kemudian dapat dihitung rasio drift, lalu dapat diperoleh level kinerja bangunan sesuai tabel klasifikasi tingkat keamanan ATC-40 (Gambar 4). Tabel 6: Hasil evaluasi kinerja bangunan. Model Gedung V (kg) D (meter) Teff (detik)
βeff (%)
drift
Kinerja
G4
1440000 0,5097
2.44
25.23
0,00669
Damage Control
G6
1526000 0,5338
2.47
16.35
0,00701
Damage Control
4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1.
Sendi plastis terbentuk pada elemen kolom dan shearwall lantai dasar, sedangkan pada elemen balok terjadi di seluruh lantai.
2.
Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa seluruh model gedung masih termasuk tingkat kinerja damage control, artinya pada saat terjadi gempa rencana, struktur dapat berdeformasi secara daktail, mekanisme leleh telah terbentuk, terjadi kerusakan namun struktur tidak runtuh, sehingga masih memenuhi persyaratan kriteria model struktur yang direncanakan untuk gedung perkantoran.
3.
Damping efektif (βeff) pada saat tercapai titik kinerja bangunan belum melampaui kriteria ijin sebesar 40% untuk model struktur sebagai bangunan baru.
4.
Nilai Teff diperoleh berkisar antara 2,44 s/d. 2.47 detik, hal ini menunjukkan penggunaan shearwall cukup baik untuk berperan memikul beban lateral, sehingga struktur mempunyai kekakuan yang cukup.
5. DAFTAR PUSTAKA 1.
Applied Technology Council (1996), Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings, ATC 40, Volume 1, Report No. SSC 96-01.
2.
Applied Technology Council (2004), Improvement of Nonlinear Static Seismic Analysis Procedures, FEMA 440, Draft Camera-Ready, ATC-55 Project.
3.
Bozorgnia, Y., Bertero, V.V. (2004), Earthquake Engineering: from Engineering Seismology to Performance-Based Engineering, CRC Press, USA.
4.
MIDASoft, Inc. (2006), Analysis Manual version 7.02, MIDASoft, Inc., Houston, USA.
5.
Poland, C.D. (2004), Making Performance-Based Engineering Useful, 13WCEE, Canada.
6.
Pranata, Y.A. (2005), Studi Analisis Beban Dorong Untuk Gedung Beton Bertulang Beraturan dan Tidak Beraturan, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
7.
SNI 03-2847-2002 (2002), Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
ISBN 979.9243.80.7
459
Yosafat Aji Pranata dan Djoni Simanta
8.
460
SNI 1726-2002 (2002), Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung.
ISBN 979.9243.80.7