DESAIN DAN PABRIKASI HELMET INDUSTRI YANG ERGONOMIK
TESIS
Oleh
HASRIN 037015004/TM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DESAIN DAN PABRIKASI HELMET INDUSTRI YANG ERGONOMIK
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Mesin pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HASRIN 037015004/TM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Judul Tesis
: DESAIN DAN PABRIKASI HELMET INDUSTRI YANG ERGONOMIK : Hasrin : 037015004 : Teknik Mesin
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) Ketua
(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Anggota
(Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng) Anggota
Ketua Program Studi
Direktur SPs-USU
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
(Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B.,MSc)
Tanggal lulus: 26 Januari 2008 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Telah Diuji pada Tanggal: 26 Januari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME
Anggota
: 1. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D 2. Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng 3. Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri 4. Ir. Tugiman, MT
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Tesis ini melaporkan hasil desain dan pabrikasi model helm industri dari bahan komposit polimer GFRP tipe polyester (resin unsaturated), dengan serat E-Glass jenis Choped Strand Mat. Pada proses pabrikasi helm komposit ini, dengan susunan dua lapisan serat E-Glass jenis CSM, yang dibentuk mengikuti bentuk cetakan helm standard AS/NZS 1801 EN 397 SS 98 dengan metode hand lay up. Sistem pencetakan helmet dilakukan secara terpisah, dan empat sisi dinding helmet dibuat saluran angin. Hasil pengujian statik diperoleh tegangan maksimum ( σ max ) = 277 MPa, dan harga modulus elastisitasnya (E) = 782 MPa, menggunakan alat uji Ht-9502 Computer Hidrolic Universal Testing Machine. Pengujian ergonomik dilakukan dengan alat termokopel, hasil pengukuran temperatur udara di dalam dinding helm menunjukkan sebesar 33,160C, dan berat helm komposit setelah di produksi adalah 365 gram, menggunakan digital SAUTER D-7470. Untuk pengujian kekuatan helm dengan beban impak kecepatan tinggi menggunakan alat uji KOMPAK. Pengujian batang input dilakukan dengan teknik pengukuran dua gage, untuk mengetahui besar respon tegangan impak pada batang input dengan tekanan 0,4 MPa, pada jarak impak (ID): 60 mm: maka diperoleh respon tegangan ( σ imp. ) = 362 MPa. Pengujian impak atas model helm TSA, pada (ID): 60 mm, dan SG.arah: X, diperoleh tegangan impak ( σ imp. ) = 64,43 MPa, dan tegangan insiden ( σ c ) = 24,50 MPa. Untuk pengujian kekuatan model helm [TSA], dengan impak atas, dan variasi jarak impak 40 mm s.d 120 mm, posisi SG. arah: X, diperoleh respon tegangan impak ( σ imp ) = -10,96 MPa, dan untuk model helm DSA ( σ imp ) = -21,61 MPa. Sedangkan untuk model helm TSA, dengan jarak impak 60 mm, posisi SG. arah: Y, diperoleh respon tegangan impak ( σ imp ) = 67,77 MPa, dan tegangan insiden ( σ c ) = 26,28 MPa. Begitu juga pada jarak impak 140 mm, diperoleh besar respon tegangan impak ( σ imp ) = 91,89 MPa, dan tegangan insiden ( σ c ) = 36,80 MPa. Untuk pengimpakan samping model helm [TSA] ( σ imp ) = - 6,61 MPa, dan model helm [DSA] ( σ imp ) = - 4,24 MPa. Selanjutnya meredesain model konstruksi helm komposit, untuk mengklarifikasi kontur, dan ukuran helm dengan menggunakan software solidwork 2005. Desain dan pabrikasi ini dilakukan di Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU, Pusat Riset Uji Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNIMAL Lhokseumawe, dan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Kata kunci : Helm Komposit GFRP, Desain dan Pabrikasi, Ergonomik, Beban
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Impak.
ABSTRACT
This thesis reports the result of design and fabrication of industrial helmet model of composite materials polymer of GFRP type of polyester (unsaturated resin) BTQN 157 EX with fibre of E-Glass ( Chop Strand Mat). At fabrication process of helmet, this composite was made with formation two fibre coat of CSM and was formed to follow the contour of anthropometry for human head with helmet moulding standard AS / NZS 1801 EN 397 SS 98 by using method of hand lay up. Moulding system of helmet was done separately, and four helmet wall side as wind channels were made. The result of static test has known the mechanical properties of base material of helmet, and to know the maximum stress of 277 MP and elasticity modulus price ( E) of 782 MPa were obtained by using apparatuses test Universal Ht-9502 Computer Hidrolic Testing Machine. The ergonomic testing of helmet by using apparatuses test of thermocouple, the result showed that the measurement of mean air temperature in helmet wall was 33.160C, and the weight of composite helmet after being produced was 365 grams by using digital SAUTER D-7470. For the test of strength of helmet with load of impact high-speed by using KOMPAK test apparatuses. Before test of helmet was done, the input bar was measured by using two gage technique to know the bigness of stress response of impact at input bar with pressure of 0.4 Mpa, and in distance of impact 60 mm, stress response at input bar is 362 MPa was obtained. The testing of helmet model [TSA] with upper impact, in distance of impact 60 mm, and strain gage at X direction, stress of impact of 64.43 MPa, and incident stress of 24.50 MPa were obtained. For the test of strength of helmet model [TSA] with upper impact, and variation of impact distance from 40 mm to 120 mm, position of strain gage at X direction, in distance of 15 mm from impact point, the stress response of impact produced was - 10.96 MPa, and for [DSA] helmet was - 21.61 MPa. While for the model of helmet [ TSA] with distance of impact 60 mm, and position of strain gage at Y direction, the stress respon of impact obtained was 67.77 MPa, and incident stress was 26.28 MPa. However, at distance of impact 140 mm, the stress response of impact was 91.89 MPa, and incident stress was 36.80 MPa. For the beside impact of helmet model [TSA] was – 6.61 MPa, and helmet model [DSA] was – 4.24 MPa. Then, re-designing for the construction of composite helmet model for clarifying joint contour, and helmet dimension by using solidwork 2005. This design and fabrication were done at Center Research of Impact and Fracture of Technical Engineering Faculty of USU, Center Research Test of Material Department, Technical Engineering Faculty of UNIMAL Lhokseumawe, and Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Keyword : Composite Helmet of GFRP, Design and Fabrication, Ergonomics, Load of Impact. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kekhadirat Allah SWT, dengan berkat limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: Desain dan Pabrikasi Helmet Industri yang Ergonomik. Penulisan tesis ini terlaksana berkat dorongan dan arahan dari berbagai pihak, terutama para komisi pembimbing, para pembanding, dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan laporan tesis ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara moril maupun materil, hingga selesainya tesis ini, yaitu kepada: Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME., selaku ketua komisi pembimbing dan ketua Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, dan Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. selaku anggota komisi pembimbing, Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku sekretaris Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan administratif selama penulis dalam pendidikan di Program Studi Teknik Mesin SPs-USU. Kemudian ucapan terima kasih kepada saudara Hendri Nurdin, ST, MT dan Ir. Zuhaimi, MT dari Politeknik Negeri Lhokseumawe yang telah membantu masalah pengukuran di laboratorium. Tak lupa juga kepada kedua orang tua, yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis, serta keluarga, isteri dan keenam anak tercinta, yang telah banyak Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
mengorbankan waktu selama pendidikan dan penyelesaian tesis ini dan semua pihak yang telah mendukung di dalam penyelesaian tesis ini. Demikianlah penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam rangka memperbaiki dan melengkapi demi kesempurnaan penulisan tesis ini agar memperoleh hasil yang lebih baik dan akhirnya penulis kembali mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan dan perhatiannya.
Medan, 19 Januari 2008 Penulis,
(Hasrin)
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Hasrin
Tempat/Tgl. Lahir
: Belawan, 26 Pebruari 1958
Pekerjaan
: Staf Pengajar di Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Alamat Kantor
: Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jl. Banda Aceh - Medan Km. 280 Buketrata – Lhokseumawe
Pendidikan Sekolah dasar (SD) Taman siswa Belawan
Tahun 1965 s/d 1970
Sekolah Teknik (ST) Yaspemda Belawan
Tahun 1971 s/d 1973
Sekolah Teknik Menengah (STM) Yaspemda Belawan
Tahun 1974 s/d 1977
Fakultas Teknik Unsyiah di Darussalam – Banda Aceh
Tahun 1978 s/d 1984
Riwayat Pekerjaan Kepala Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Tahun 1989 s/d 1991
Kepala Lab. Teknologi Mekanik PNL
Tahun 1995 s/d 1998
Kepala Laboratorim Mesin PNL
Tahun 1999 s/d 2002
Revieuwer Bidang Penelitian Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun 1999 s/d 2001 Pengalaman Penelitian 1 Pengaruh Ketebalan Pemakanan pahat Bubut Terhadap Kekasaran Permukaan. 2. Perancangan Tool Post untuk membubut Shaft DC. Motor pada PT. KKA. 3. Alat Pengering Ikan Teri dengan Intensitas Tenaga Matahari (Solar Energy). Pelatihan-Pelatihan 1. Keguruan Jurusan 3 Nopember 1986 s/d 31 juli 1987 di PEDC Bandung. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2. Rancang Bangun Konstruksi Mesin 29 Agustus s/d 30 September 1992 di PEDC Bandung. 3. Penulisan Buku Ajar 5 juli s/d 31 juli 1993 di PEDC Bandung. 4. EMCO TRAINING CNC- Turning “ Advanced “ ET 120 and ET 242 for the duration of 50 hours 6 JUNE 1994 di Bandung. 5. Program S1 + di Politeknik Negeri Semarang Tahun 1996. 6. Learning Improvement Workshop (LIW) BAT VI, Tahun 1998. di Malang. .
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ………………………………………………………………………. ABSTRACT……………………………………………………………………… KATA PENGANTAR ………………………………………………………...... RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………………… DAFTAR ISI …………………………………………………………………...... DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...... DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...... DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………………...
i ii iii v vii x xi xiv xv
BAB 1.
PENDAHULUAN …………………………………………………... 1.1. Latar belakang ………………………………………………...... 1.2. Perumusan Masalah …………………………………………...... 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………...... 1.3.1. Tujuan Umum ……………………………………………. 1.3.2. Tujuan Khusus …………………………………………… 1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………
1 1 3 4 4 5 5
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………... 2.1. Helm Industri Standard ………………………………………...... 2.2. Standarisasi dan Klasifikasi Helm Industri ……………………… 2.3. Konstruksi Helm Komposit …………………………………....... 2.4. Klasifikasi Proses dan Material Komposit Polimer ……………... 2.4.1. Termoplastik Polimer ..……………………………............. 2.4.2. Termoset Polimer ………………………………………… 2.4.3. Material Komposit Polimer GFRP dan Sifat-Sifat Meka nik ……………………………………………………........ 2.5. Fungsi dan Kenyamanan Helmet Industri ……………………… 2.6. Pengukuran Temperatur Udara pada Helm …………………....... 2.7. Pengujian Statik dan Dinamik ………………………………….
7 7 8 9 12 12 13
2.8. Teori Propagasi Tegangan ……………………………………… 2.8.1. Rambatan Gelombang Tegangan pada Batang input .......... 2.8.2. Impak pada Batang input ................................................... 2.9. Pengukuran Kekuatan Helm Komposit ........................................
25 25 29 33
BAB. 3.
14 16 21 23
METODE PENELITIAN ………………………………………….. ... 36 3.1. Tempat dan Waktu ……………………………………………... 36 3.1.1. Tempat ……………………………………………………. 36
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
BAB.4.
BAB. 5.
3.1.2. Waktu ……………………………………………………. 3.2. Material, Peralatan dan Metode ………………………………... 3.2.1. Material ………………………………………………….. 3.2.2. Peralatan ……………………………………………….... 3.2.3. Desain dan Metode Pembuatan Helm Komposit ………... 3.2.4. Pembuatan Spesimen Uji Tarik ………………………….. 3.2.5. Set up Alat Uji Statik ……………………………………. 3.3. Pengujian Temperatur Udara pada Dinding bagian dalam Helm . 3.4. Pengujian Dinamik ……………………………………………… 3.4.1 Metode dan Arah Pengimpakan ………………………..... 3.4.2. Set up Alat Uji KOMPAK ……………………………..... 3.4.3. Penyelidikan Propagasi Tegangan pada Helm Komposit ... 3.5. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Pro duksi menggunakan Solidwork 2005 ………………………....... 3.6. Kerangka Konsep Penelitian …………………………………...
36 36 36 37 38 42 45 46 48 49 50 55
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………........ 4.1. Pendahuluan …………………………………………………….. 4.2. Desain dan Metode Pembuatan Helm Komposit ……………..... 4.3. Pengujian Statik ………………………………………………... 4.4. Pengukuran Temperatur Udara pada bagian dalam dinding Helm 4.5. Pengujian Kekuatan Helm Komposit dengan Beban Impak …… 4.5.1. Pengukuran Respon Batang Penerus (batang input) …….. 4.5.2. Pengukuran Respon Helm secara Langsung …………….. 4.5.2.1. Pengimpakan Atas Helm TSA, dan SG.arah:X ... 4.5.2.2. Respon Tegangan Impak dan Tegangan insiden pada ID: 60 mm ………………………………... 4.5.2.3. Respon Tegangan Impak Atas Helm TSA pada ID: 40 s.d 120 mm ……………………………... 4.5.2.4. Respon Impak Atas Helm DSA pada ID: 40 s.d 120 mm ………………………………………… 4.5.3. Pengimpakan Samping Helm TSA dengan SG.arah:X ….. 4.5.3.1. Respon Tegangan Impak Samping Helm TSA pada ID: 40 s.d 100 mm, SG. arah:X …………... 4.5.3.2. Respon Tegangan Impak Samping Helm DSA ... pada ID: 40 s.d 100 mm, SG. arah: X ………….. 4.5.4. Pengimpakan Atas Helm TSA dengan SG. arah:Y ……… 4.5.5. Pengimpakan Samping Helm TSA dengan SG.arah:Y …... 4.6. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Pro duksi menggunakan Solidwork 2005 …………………………...
62 62 63 66 68 72 72 74 75
57 59
75 81 82 83 83 83 84 85 89 93
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………... 95 5.1. Kesimpulan …………………………………………………….. 95
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
5.2. Saran ……………………………………………………………. 101 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 102
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
2.1
Klasifikasi Helm dan Simbol JIS .....................................................................
8
2.2
Actual head anthropometry Vs design target ………………………………... 11
2.3 Spesifikasi Material Komposit Polimer Dan Sifat-Sifat Mekanik .................. 14 3.1
Sifat-Sifat Mekanis Resin Termoset yang diperkuat serat .............................. 37
3.2 Peralatan Produksi ………………………………………………………….. 38 3.3
Sifat-sifat Mekanik Batang Striker dan Batang Penerus ................................ 49
3.4 Spesifikasi Strain Gage ................................................................................... 56 4.1
Hasil Uji Tarik Spesimen Komposit GFRP .................................................... 68
4.2
Hasil Pengukuran Temperatur Helm TSA ...................................................... 69
4.3 Hasil Pengukuran Temperatur Helm DSA .................................................... 69 4.4 Hasil Pengujian Helm Ergonomik .................................................................. 70 4.5
Respon Batang Penerus pada lokasi Gage a dan b ........................................ 74
4.6 Hasil Perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai variasi (ID) : 60 mm s.d 140 mm .................................................................... 86 4.7 Hasil Perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai variasi (ID) : 60 mm s.d 120 mm .................................................................... 90
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
2.1
Helm Industri Standard .................................................................................. 7
2.2
Desain Konstruksi Helm Komposit ................................................................ 9
2.3
Standard Antropometri Kepala Manusia ........................................................ 12
2.4
Klasifikasi Proses Fiber Reinforced Plastic (FPR) dan Polymer Matrix Composite (PMCs) ......................................................................................... 15
2.5
Model Helm Industri Dengan Saluran Angin (DSA) .................................... 17
2.6
Pengujian Temperatur Udara pada dinding dalam Helm ............................... 18
2.7
Set up Alat Termokopel pada Helm ............................................................... 22
2.8
Alat Uji Statik (Ht – 9502) ............................................................................. 24
2.9
Alat Uji KOMPAK ........................................................................................ 25
2.10 Sketsa Gelombang Transversal ..................................................................... 26 2.11 Sketsa Gelombang Longitudinal ................................................................... 26 2.12 Perilaku Gelombang Longitudinal ................................................................. 27 2.13 Susunan Batang Uji ........................................................................................ 29 2.14 Perilaku Batang setelah terjadi Impak ............................................................ 30 2.15 Perilaku Tegangan pada Interface Input bar dan Spesimen ........................... 33 2.16 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm ........................................................ 34 3.1
Susunan Dua Lapisan Serat Plat Komposit GFRP ........................................ 37
3.2
Flow Chart Pembuatan Helm Komposit ......................................................... 39
3.3
Desain dan Pabrikasi dengan Metode Hand lay up ........................................ 40
3.4
Flow Chart Pembuatan Spesimen Plat Komposit ........................................... 43
3.5
Skematis Proses Pencetakan Spesimen .......................................................... 44
3.6
Spesimen Uji Tarik (Standard ASTM 638-D) ................................................ 45
3.7
Set up Alat Uji Statik ...................................................................................... 45
3.8
Set up Alat Termokopel pada Helm ................................................................ 47
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
3.9
Pengukuran Temperatur Udara pada Helm ..................................................... 48
3.10 Pengimpakan Atas Helm dengan Saluran Angin (DSA) ................................. 49 3.11 Pengimpakan Samping Helm dengan Saluran Angin (DSA) ........................ 49 3.12 Pengimpakan Atas Helm Tanpa Saluran Angin (TSA) ................................... 50 3.13 Pengimpakan Samping Helm Tanpa Saluran Angin (TSA) ............................ 50 3.14 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm ........................................................ 51 3.15 Set up Alat Uji KOMPAK .............................................................................. 53 3.16 Pengukuran Batang Penerus tanpa Spesimen ................................................. 54 3.17 Pengimpakan Atas dan Samping Helm DSA ................................................. 54 3.18 Pengimpakan Atas dan Samping Helm TSA .................................................. 55 3.19 Jarak dan posisi strain gage Arah:X pada Helm TSA .................................... 56 3.20 Jarak dan posisi strain gage Arah:Y pada Helm TSA .................................... 56 3.21 Jarak dan posisi strain gage Arah: X pada Helm DSA .................................. 57 3.22 Jarak dan posisi strain gage Arah: Y pada Helm DSA .................................. 57 3.23 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................................... 60 3.24 Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 61 4.1
Bentuk Konstruksi Helm setelah tersambung ................................................ 64
4.2
Helm Komposit Hasil Produksi ..................................................................... 65
4.3
Tipikal Grafik Tegangan Vs Regangan Spesimen Komposit ........................ 67
4.4
Model Helm TSA ........................................................................................... 69
4.5
Model Helm DSA ........................................................................................... 69
4.6
Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage a untuk berbagai variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 Mpa ....................................... 73
4.7
Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage b untuk berbagai variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 Mpa ...................................... 73
4.8
Pengujian Langsung pada Helm ..................................................................... 75
4.9
Tipikal Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada jarak Impak (ID) = 60 mm, dan (P) = 0,4 Mpa ................................................................. 76
4.10 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG. = 15 mm, Arah: X) pada (ID = 40 dan 120 mm), (Impak Atas Helm TSA), P=0,4 Mpa ....................... 77
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
4.11 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas TSA ............... 81 4.12 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.atas TSA ............... 82 4.13 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas DSA ............... 82 4.14 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.atas DSA ............... 83 4.15 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm),Imp.samp.TSA .............. 83 4.16 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.samp.TSA .............. 84 4.17 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm),Imp.samp.DSA .............. 84 4.18 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.samp.DSA .............. 85 4.19 Impak Atas Helm TSA dengan Strain Gage arah:Y ........................................ 86 4.20 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm), Strain Gage arah: Y ........................................................................................ 87 4.21 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 140 mm), Strain Gage arah: Y ....................................................................................... 87 4.22 Grafik Gabungan Respon Tegangan insiden ................................................. 88 4.23 Impak Samping Helm TSA dengan Strain Gage arah:Y ................................ 89 4.24 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 60 mm), Strain Gage arah: Y ........................................................................................ 91 4.25 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 120 mm), Strain Gage arah: Y ........................................................................................ 91 4.26 Grafik Gabungan Respon Tegangan insiden
92
4.27 Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit hasil produksi menggunakan Solidwork 2005 ...................................................................... 94
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Halaman
1. Data Cuaca dari Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG) ............................. 105 2. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (1) ................................................................. 106 3. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (2) ................................................................. 107 4. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (3) ................................................................. 108 5. Applikasi Pengukuran Temperatur Udara Pada Helm Ergonomik ................... 109 6. Oregon Aero Drop Tower Up & Down …………………………………….. 110 7. Spesifikasi Strain Gage Biaxial ……………………………………………... 111 8. Bidang Referensi Bentuk Kepala ……………………………………………. 112 9. Standard Anthropometry Kepala Manusia ....................................................... 113 10. Pengujian Impak Atas Helm TSA dan DSA .................................................... 114 11. Metode Pengukuran Helm Komposit Setelah di produksi ............................... 115 12. Desain Gambar Konstruksi Helm Komposit Setelah Proses Produksi menggunakan Solidwork 2005 ........................................................................ 116 13. Dimensi Konstruksi Helm Komposit ............................................................... 117
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISTILAH Simbol
Besaran
A1 = A2 = A3 = C0,1 = C0,2 = C0,3 = C1 = C2 = C3 = Ccd = CL = E = Ek = Em = Ek0 = ES = ES0 = m = N = S = t = t1 = tL = tI = V0 = V0 = V1 = VI = VR = Vs = VT = = Δm Lambang Yunani
Luas penampang batang 1 Luas penampang batang 2 Luas penampang batang 3 Kecepatan rambat gelombang dalam batang 1 Kecepatan rambat gelombang dalam batang 2 Kecepatan rambat gelombang dalam batang 3 Kecepatan rambat gelombang dalam batang impak Kecepatan rambat gelombang dalam batang penerus Kecepatan rambat gelombang dalam spesimen Kecepatan rambat gelombang pada spesimen Kecepatan gelombang longitudinal Modulus Young material Energi kinetik Modulus Young Energi kinetik mula-mula Energi regangan Energi regangan mula-mula Massa benda mula Nilai data yang diperoleh setelah pengimpakan Standar deviasi Waktu rambat gelombang Waktu rambat gelombang antara strain gage a dan b Waktu rambat gelombang longitudinal Waktu rambat gelombang dalam batang impak Kecepatan partikel mula-mula Tegangan setelah pengimpakan Kecepatan batang 1 sebelum tumbukan Kecepatan partikel masuk Kecepatan partikel yang direfleksikan Tegangan pengujian Kecepatan partikel yang ditransmisikan Perubahan massa
α ασ β βσ
Faktor transmisi Tegangan yang ditransmisikan Faktor refleksi Tegangan yang direfleksikan
= = = =
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Satuan m2 m2 m2 m/det m/det m/det m/det m/det m/det m/det m/det GPa Joule MPa Joule Joule Joule Kg det det det m/det m/det Volt m/det m/det m/det Volt m/det Kg
MPa MPa
ε
=
Regangan
ρ1 ρ2 ρ3 σ1 σ2 σI σR σT
= = = = = = = =
Rapat jenis material batang 1 Rapat jenis material batang 2 Rapat jenis material batang 3 Tegangan pada batang 1 Tegangan pada batang 2 Tegangan yang masuk Tegangan yang direfleksikan Tegangan yang ditransmisikan
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
% kg/m3 kg/m3 kg/m3 MPa MPa MPa MPa MPa
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Di kawasan industri atau pabrik khususnya yang bergerak di bidang jasa
konstruksi, sering terlihat terjadinya kecelakaan kerja terutama bagi para pekerja di lapangan. Pada umumnya para pekerja memang selalu berhadapan dengan resiko 1 yang sangat tinggi terhadap tingkat keselamatannya. Oleh karenanya untuk mengurangi angka kecelakaan kerja di lingkungan industri tersebut, para pekerja sebaiknya harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD). Salah satu APD yang dimaksud di sini adalah helm. Diketahui bahwa selama ini helm industri yang banyak digunakan pada beberapa industri di Indonesia masih belum memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, artinya helm tersebut belum bisa menjamin si pemakai aman dari benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu. Di negara-negara maju jauh sebelumnya telah memiliki standarisasi yang mengatur tentang kelayakan helm industri antara lain: JIS T 8131-1977 (Japan), ANSI Z 89.1-1977 (USA), dan AS/NZS 1801.TYPE 1.EN 397.SS 98 (Australia). Penyelidikan dan pengujian terhadap kekuatan helm telah dilakukan oleh para peneliti, dan balai pengujian yang mengkaji diberbagai aspek yang berbeda. Helm sebagai alat pelindung kepala dari benda keras yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu yang bisa mengakibatkan cedera kepala. Di negara maju telah diketahui angka kecelakaan cedera kepala mencapai 3 s.d 6% dari keseluruhan kecelakaan yang terjadi. Kontribusi kecelakaan pada umumnya Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
disebabkan karena adanya benturan dari suatu benda terhadap kepala yang terjadi secara tiba-tiba, apakah dari atas maupun samping. Kecelakaan tersebut biasanya dipicu oleh banyak faktor, antara lain kelalaian pekerja, peralatan yang rusak, peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan lingkungan yang tidak aman. Kepala merupakan bagian yang paling vital dari tubuh manusia, maka cara untuk melindungi kepala tersebut
adalah dengan mengenakan helm. Dalam penelitian ini helm
dirancang khusus dan dicetak dengan metode hand lay up. Selanjutnya helm dimodifikasi pada bagian dinding untuk memenuhi persyaratan ergonomik. Hal lain yang belum diteliti yaitu tentang respon helm industri yang lolos uji standard dengan pembebanan impak kecepatan tinggi. Pada penelitian ini terlebih dahulu yang dilakukan adalah: mendesain model konstruksi helm industri, dan membuatnya dari bahan komposit polimer Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP) dengan memodifikasi bentuk konstruksi helm standard yang ada, sehingga diharapkan lebih kuat dari helm industri yang biasa digunakan selama ini. Pada desain model konstruksi helm industri ini, yaitu dengan membentuk saluran udara (wind channel) pada keempat sisi dinding helm untuk kenyamanan dalam penggunaannya. Setelah proses pabrikasi, selanjutnya helm di uji ergonomik dengan alat ukur termokopel, dan uji kekuatan menggunakan (KOMPAK), sedangkan uji statik dengan alat
alat uji impak
HT-9052 Computer Hidrolic
Universal Testing Machine. Pada pengujian impak dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang masuk pada helm. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Dalam hal ini, desain dan pabrikasi serta modifikasi model konstruksi helm komposit adalah berdasarkan bentuk konstruksi helm standard TYPE 1. EN 397, AS/NZS 1801.SS 98. Pada uji kekuatan helm komposit adalah menggunakan set up peralatan yang telah berhasil didesain pada tahun pertama dari proyek penelitian Hibah Pasca di Pusat Riset Impak dan Keretakan, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tenik USU Medan. Dari latar belakang di atas, maka peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian lanjutan ini, yaitu tentang desain dan pabrikasi helm industri yang dibuat dari bahan komposit polimer GFRP. 1.2.
Perumusan Masalah Desain dan pabrikasi adalah sebagai langkah awal untuk
memproduksi
suatu model produk helm industri dari bahan komposit polimer GFRP yang lolos uji standard. Beberapa pengujian dilakukan untuk mengetahui: propertis material dasar helm,
temperatur udara pada permukaan dalam dinding helm, dan menyelidiki
perilaku helm yang dikenai beban impak kecepatan tinggi dengan alat uji impak (KOMPAK), alat ini mampu meluncurkan batang striker (model benda jatuh) menggunakan tekanan udara dengan kecepatan yang bervariasi hingga mencapai 50 m/detik. Kecepatan tersebut
diperkirakan dapat mewakili kecepatan jatuh bebas
suatu benda dari ketinggian lebih kurang 40 meter. Selanjutnya dilakukan redesain gambar model konstruksi helm hasil produksi, untuk mengklarifikasi seluruh kontur permukaan dinding helm menggunakan solidwork 2005. Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai berikut: Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
1. Pembuatan helm dari bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up. 2. Struktur komposit polimer GFRP terdiri dari: serat (E-glass) jenis Chopped Strand Mat yang dibentuk dengan susunan dua lapis serat sebagai penguat, dan polyester resin tak jenuh BTQN 157 EX (unsaturated resin) sebagai matrik. 3. Standard cetakan helm komposit polimer GFRP menggunakan helm standard TYPE 1.EN 397, AS/NZS 1801.SS 98 dari jenis polimer Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), dan Acrylinitrile Butadien Styrene (ABS). 4. Geometri helm disesuaikan dengan anthropometri kepala manusia, dan mengikuti geometri helm standard. 5. Pengujian material dasar dan helm komposit terdiri dari: uji statik, dan uji dinamik (impak kecepatan tinggi). 6. Pengujian temperatur udara pada helm untuk memenuhi persyaratan ergonomik. 7. Pengujian kekuatan helm komposit dengan alat uji KOMPAK 8. Meredesain gambar model konstruksi helm hasil produksi menggunakan software solidwork 2005. 1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah memproduksi model helm industri
dari bahan komposit polimer GFRP yang memenuhi persyaratan ergonomik, dengan beberapa pertimbangan seperti: dimensi, kenyamanan, berat, dan kekuatannya. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
1.3.2.
Tujuan Khusus
1. Desain dan pabrikasi helm industri. 2. Menyelidiki sifat-sifat mekanik dari material komposit polimer GFRP. 3. Pengukuran temperatur udara pada bagian dalam dinding helm. 4. Menyelidiki kekuatan helm untuk mengetahui respon tegangan impak, dan tegangan insiden ( respon tegangan yang masuk pada helm). 5. Meredesain gambar model konstruksi helm komposit hasil produksi dengan menggunakan software solidwork 2005. 1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini merupakan suatu upaya untuk dapat mengkontribusi pada
institusi, khususnya lembaga penelitian dalam memberikan informasi hasil penelitian dibidang manufaktur tentang desain konstruksi, proses pembuatan helm industri dari bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up, dan desain model helm yang ergonomik, dengan membuat bentuk saluran udara pada keempat sisi permukaan dinding helm. Konstruksi helm diharapkan lebih kuat, nyaman, dan aman dipakai bagi para pekerja proyek di lapangan, untuk menghindari bahaya kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala. Di samping itu, manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang desain model helm industri yang ergonomik. Informasi ini mempunyai arti yang penting pada suatu pengembangan ilmu, Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
khususnya dibidang manufaktur, baik dari proses pembuatan helm maupun metode pengujian dengan set up peralatan yang digunakan sangat memungkinkan untuk mendapatkan paten maupun publikasi di tingkat internasional. 2. Memberikan informasi kepada dunia industri dan pemerintah dalam hal ini Deperindag dan Depnaker tentang desain dan pabrikasi helm industri yang ergonomik dari bahan komposit polimer GFRP yang mampu meredam benturan (tumbukan) akibat beban impak kecepatan tinggi. 3. Memberikan masukan kepada Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk mempertimbangkan beban impak kecepatan tinggi dalam standarisasi lolos uji, sebagai kriteria pengujian yang sedang dikembangkan saat ini.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Helm Industri Standard Pengembangan produksi dibidang manufaktur, untuk jenis produk helm dari
bahan polymer biasa pada umumnya telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik pembuat helm dengan berbagai model helm yang selama ini digunakan oleh masyarakat di negara-negara maju sesuai keperluan di lapangan. Disamping itu helm tersebut mempunyai standard tertentu sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negaranya. Di antara standard-standard helm yang dikenal secara luas dan banyak menjadi referensi antara lain: (1). ANSI Z 89.1-1997 (Amirican National Standard Institute; (2). JIS T8131 (Japan Industrial Standard); (3). SII (Standard Industri Indonesia) hanya mengluarkan standarisasi untuk jenis helm pengendara sepeda motor. Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh dari helm Industri Standard Australia AS/NZS 1801. TYPE 1. EN 397. SS 98 yang digunakan sebagai acuan bentuk cetakan untuk membuat helm dari bahan komposit polimer GFRP.
Gambar 2.1 Helm Industri Standard Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
7
2.2.
Standarisasi dan Klasifikasi Helm Industri Helm industri pada umumnya memiliki standarisasi yang berbeda-beda
berdasarkan jenis material dan penggunaannya.. Berikut ini klasifikasi helm industri menurut JIS [10] dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi dan simbol JIS (1982) Kelas (simbol)
A.
B.
AB.
AE.
ABE.
Fungsi
Untuk melindungi atau mengurangi bahaya dari benda melayang atau jatuh. Untuk melindungi atau mengurangi bahaya akibat benturan. Untuk melindungi atau mengurangi bahaya dari benda melayang atau jatuh dan benturan. Untuk melindungi atau mengurangi bahaya dari benda melayang atau jatuh dan untuk melindungi dari bahaya kejutan listrik di kepala. Untuk melindungi atau mengurangi bahaya dari benda melayang atau jatuh dan benturan dan untuk melindungi dari bahaya kejutan listrik di kepala.
Klasifikasi berdasarkan bahan tempurung Synthetic Resin
Klasifikasi berdasarkan ketahanan terhadap tegangan listrik Tidak tahan terhadap tegangan listrik.
Metal
Synthetic Resin
Tidak tahan terhadap tegangan listrik.
Synthetic Resin
Tidak tahan terhadap tegangan listrik.
Synthetic Resin
Tahan terhadap tegangan listrik.
Synthetic Resin
Tahan terhadap tegangan listrik.
Sumber: Japan International Standard (JIS- 1982)
Sedangkan ANSI [2] mengelompokkan dalam dua tipe yaitu: (1). Helm yang digunakan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu, umumnya digunakan oleh pekerja konstruksi; dan (2). Helm yang digunakan Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
untuk melindungi kepala dari benda yang datang dari arah lateral baik dari depan, samping, dan belakang. Jenis ini biasanya digunakan petugas pemadam kebakaran. 2.3.
Konstruksi Helm Komposit Dalam penelitian ini, pertama sekali bentuk konstruksi helm komposit ini
didesain dan dimodifikasi dari bentuk helm standard yang ada dijual di pasaran sebagai acuan bentuk cetakan, kemudian helm komposit dicetak dan dibentuk menggunakan metode hand lay up, sehingga memenuhi persyaratan helm yang ergonomik. Adapun cakupan dalam penelitian ini meliputi: 1. Desain model konstruksi helm industri dari bahan komposit polimer GFRP yang di modifikasi seperti bentuk (Gambar 2.2) berikut ini.
50 mm
1
I 2 4
6 3
5 II Keterangan Gambar: 1. Tempurung (cangkang) 2. Jaringan peredam benturan. 3. Pelindung sinar matahari (brim) 4. Tali cincin 5. Tali dagu 6. Saluran udara
Gambar 2.2 Desain Konstruksi Helm Komposit Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Pelaksanaan desain dan pabrikasi dilakukan sebagai berikut: a. Desain, dan pembuatan cetakan brim (bagian:II). b. Pencetakan cangkang helm (bagian:I), dan brim (bagian II) dilakukan secara terpisah, hingga proses pengeringan. c. Pabrikasi helm komposit dilakukan dengan menggabungkan kedua bagian yaitu: bagian I, dan II, dengan cara menyambung di sekeliling dinding helm. d. Pembentukan saluran angin pada keempat sisi permukaan dinding helm. 2. Pabrikasi helm dengan metode hand lay up menggunakan cetakan helm standard, sesuai dengan bentuk Anthropometry kepala manusia (Gambar 2.3). 3. Verifikasi helm hasil produksi dengan meredesain gambar konstruksi model helm yang dimodifikasi, untuk mengklarifikasi
dimensi
dan kontur helm
menggunakan solidwork 2005. 4. Jenis pengujian yang dilakukan: a. Pengujian statik dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik material dasar helm komposit polimer GFRP. b. Pengujian ergonomik dilakukan dengan pengukuran temperatur udara pada bagian dalam dinding helm secara langsung pada udara bebas menggunakan alat termokopel. c. Pengujian dinamik menggunakan alat uji KOMPAK dengan variasi jarak impak, untuk mengetahui besar respon tegangan akibat beban impak menggunakan set up peralatan dengan teknik pengukuran dua gage. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
5. Hasil pengujian pada langkah (4) di atas, akan memberikan informasi berguna untuk menganalisis kekuatan helm komposit, yang pada
gilirannya dapat
menganalisis secara kuantitatif dari fungsi, maupun kenyamanan helm sebagai Alat Pelindung Diri (APD), untuk mencegah terjadinya cedera kepala akibat benturan benda keras yang jatuh dari ketinggian tertentu. Dalam hal penggunaannya, temperatur udara pada bagian dalam dinding helm tidak menyebabkan terasa panas dan gatal pada kulit kepala. Menurut
ISO TC22/ SC12/ WG5 WorldSID TG
N396., [9], dimensi
anthropometry kepala manusia berdasarkan AMVO seperti pada tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Actual head anthropometry Vs design target Parameter
Target
Reference
Actual
Mass
4,14 kg ± 0,1 kg
AMVO
4,23 kg
Circumfererence
570,6 mm ± 5 mm
AMVO Study 1983
568 kg
Height
230,9 mm
-
231 mm
Length
197,4 mm ± 2 mm
AMVO
199 mm
Width
158 mm ± 2 mm
AMVO
159 mm
Corected AMVO
177 mm, 0 mm, 656 mm.
CG Location
177 mm, 0 mm, 656,4mm (Respect to mid H- Point)
Sumber: ISO TC22/SC12/WG5 WorldSID TG N396 Sedangkan Gambar 2.3 adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dhanannjay
Deo.,[4]
menunjukkan
Mesh
Processing
For
Computerized
Anthropometry dibawah ASME 2005 International Design Engineering Technical Conferences & Computersand Information in Engineering Conference (IDETC/DAC 2005). Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Gambar 2.3 Standard antropometri kepala manusia
2.4.
Klasifikasi Proses dan Material Komposit Polimer
2.4.1.
Termoplastik polimer Pada umumnya termoplastik polimer terdiri dari jenis poliamid,
polikarbonat, polietilenteraftalat sebagai matrik. Bahan polimer ini digunakan untuk berbagai keperluan seperti: peralatan rumah tangga, alat–alat kesehatan, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Pada proses pembuatan atau pencetakan biasanya menggunakan serat sebagai penguat dan polimer sebagai matrik. Pada proses termoplastik polimer ini, jenis serat yang digunakan adalah: carbon, boron, kevlar 49, dan E-Glass yang berbentuk serbuk (powder) atau partikel. Pada proses pencetakannya menggunakan cetakan tertutup dengan sistem pemanasan, dan tekanan.
Alat cetak yang digunakan adalah: injection molding,
compression molding, bag molding, dan transfer molding. Sebelum dicetak, polimer dipanaskan dari bentuk solid
ke cairan viscositas dan dicampur dengan serat
penguat, selanjutnya diinjeksikan ke dalam cetakan dengan tekanan udara, sehingga Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
menjadi sebuah bentuk produk yang diinginkan, kemudian didinginkan kembali kebentuk solid. Jenis termoplastik polimer ini dapat dilakukan proses daur ulang, pada siklus pemanasan dan pendinginannya dapat diaplikasikan diberbagai waktu tanpa adanya penurunan atau pengurangan polimer. polimer adalah tergolong menggunakan serat
jenis
Jadi
proses termoplastik
Polymer Matric Composites
(PMCs) yang
berbentuk serbuk (powder), dan memiliki struktur material
yang isotropic. 2.4.2.
Termoset polimer Termoset polimer, dan elastomer berbeda dengan termoplastik polimer.
Penggunaan termoplastik polimer lebih luas dari termoset polimer. Termoset polimer, jika dipanaskan akan terjadi perubahan secara kimia. Secara umum termoset polimer: lebih kaku, modulus elastisnya semakin meningkat, rapuh, sebenarnya tidak memiliki keuletan, kecil kemungkinan dapat larut pada bahan pelarut biasa, tahan terhadap temperatur tinggi, dan tidak dapat untuk dilebur atau dicairkan kembali, bahkan berkurang atau terbakar. Proses pembentukan atau pencetakan jenis termoset polimer ini pada umumnya menggunakan bentuk cetakan terbuka tanpa memerlukan proses pemanasan dan tekanan. Bahan polimer yang utama termoset adalah: phenolic, unsaturated polyester dan epoxies sebagai matrik yang mengeras pada suhu kamar, dan jenis serat yang digunakan sebagai penguat adalah : serat E-Glass jenis Chopped Strand Mat (CSM), serat alam, dan sintetik sebagai penguat. Pada prinsipnya proses Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
ini tergolong jenis plastik yang diperkuat serat (Glass Fiber Reinforced Plastic/ GFRP). Keuntungan dari material GFRP adalah: memiliki keuletan dan kekuatan yang seimbang, memperbaiki ketangguhan, dan tahan terhadap beban impak. Jenis struktur material GFRP tergolong anisotropic dan signifikan dengan sifat-sifatnya. Klasifikasi proses produksi untuk jenis material PMCs dan GFRP secara skematis menurut Groover M.P., [7] dapat dilihat pada Gambar 2.4. 2.4.3.
Material Komposit Polimer GFRP dan Sifat-Sifat Mekanik Jenis termoset polimer yang diperkuat serat ini sering digunakan oleh para
peneliti sebagai bahan teknologi yang memiliki kekuatan yang dapat diandalkan untuk keperluan barang-barang industri. Material komposit
dari jenis termoset
polimer yang diperkuat serat gelas (Fiber Reinforced Plastic) ini digunakan untuk bahan teknologi, dan dibuat sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Spesifikasi material komposit menurut Shinroku Saito., [16] dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Spesifikasi Material Komposit Polimer dan Sifat-Sifat Mekanik Jenis Material
Kekuatan Tarik (GN/m2)
Perpanjangan patah (%)
Masa Jenis (g/cm3)
Modulus Elastisitas (G N/m2)
Serat glass Tipe: E
3,2
2,3
2,54
75
Resin Polyester tak jenuh.
1,1
9,0
1,38
15
Sumber: Groover M.P Sedangkan pada Gambar 2.4 adalah menunjukkan klasifikasi proses Polymer Matrix Composites (PMCs) yang menggunakan serat searah, serat tidak searah, dan Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
serat pendek sebagai penguat, dengan berbagai metode pencetakan sesuai keperluan perencanaan.
Hand Lay up Open Mold Processes Automated TapeLaying
Compression Molding Processes for continuous/ discontinuous fiber PMCs
Closed Mold Processes Filament Winding
Resin Trasfer Molding
Pultrusion Processes Other
Tube Rolling
Open Mold Processes
Spray up
FRP Shaping Processes
Compression Molding Processes for short Fiber PMCs
Closed Mold Processes
Transfer Molding Injection Molding Centrifugal Casting
Other Continuous Laminating
Gambar 2.4 Klasifikasi Proses Fiber Reinforced Plastics (FRP) dan Polymer Matrix Composite (PMCs) Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2.5.
Fungsi dan Kenyamanan Helm Industri Terkait dalam penggunaan helm di lingkungan industri, maka selain di
anjurkan untuk memakai helm bagi para pekerja. Pada pihak manajemen juga harus memperhatikan bagaimana kekuatan dan kenyamanan helm yang digunakan sehingga dapat memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan bagi para pekerja atau helm tersebut telah memenuhi persyaratan keselamatan kerja sesuai dengan yang dianjurkan. Di dalam undang-undang nomor 1 tahun 1970., [26] tentang keselamatan kerja adalah untuk: 1. Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan. 2. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para pekerja. 3. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Menurut peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pihak industri berkewajiban menyediakan, dan pekerja harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Misalnya: Helm yang telah lolos uji dengan menggunakan teknik pengujian yang standard. Akan tetapi banyak juga helm yang digunakan di industri tidak memenuhi persyaratan standard. Pengujian standard adalah untuk melihat sejauh mana kemampuan helm dalam menyerap energi impak. Selain itu juga uji standard bertujuan untuk meneliti tingkat kerusakan helm yang kemungkinannya bisa merusak lapisan kulit kepala lewat penetrasi. Teknik ini telah banyak digunakan oleh berbagai Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
pusat pengujian helm, misalnya: Sirim Berhad, Malaysia, BP4 Deperindag, Bandung Indonesia, dan juga Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin USU. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dinilai sangat diperlukan untuk melakukan penelitian
ini, dan merupakan
suatu pengembangan dibidang
produksi (manufaktur) guna mewujudkan hasil desain model produk (helm industri) dari bahan komposit polimer GFRP yang memenuhi persyaratan ergonomik. Pengertian ergonomik disini adalah hubungan antara manusia dengan perlatan kerja yang nyaman, dan aman digunakan.
Menurut Yeh Liang Hsu, dkk ., [27], telah mengembangkan bentuk dan model konstruksi pada dinding helm industri dengan meredesain bentuk saluran angin untuk memperbaiki sifat-sifat panas yang tersimpan pada dinding bagian dalam helm, dan helm dibuat dari bahan polimer ABS yang menggunakan alat Vacum Moulding. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk memenuhi persyaratan helm industri yang ergonomik seperti terlihat pada Gambar 2.5.
Arah angin
Saluran Angin masuk
Gambar 2.5 Model Helm Industri Dengan Saluran Angin (DSA) Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Yeh Liang Hsu, melakukan pengujian dengan program simulasi komputer. Spesimen (helm) yang di uji adalah model helm yang menggunakan saluran angin seperti Gambar 2.5 di atas. Dalam penelitiannya adalah untuk menyelidiki sifat-sifat panas pada dinding bagian dalam helm dengan metode pengujian seperti terlihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6
Pengujian Temperatur Udara pada dinding dalam Helm
Penelitian yang dilakukan Yeh Liang Hsu di atas, adalah menggunakan lampu halogen pada satu ruangan yang di kondisikan sebagai sumber udara panas yang memancarkan sinar di atas kepala atau helm seperti terlihat pada Gambar 2.6. Selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan seperangkat alat kontrol elektronik, untuk mengetahui sifat-sifat panas (thermal properties) yang terjadi pada dinding bagian dalam helm seperti yang telah diketahui dari mulai set up peralatan pada Gambar 2.6, terlihat sinar lampu halogen memberikan sorotan sinar, dan udara panas di atas kepala yang mengenakan helm. Hasil pengukuran diketahui temperatur rataHasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
rata di dalam dinding helm sebesar 38,30C, ketika lampu dimatikan temperatur ruangan dikondisikan pada temperatur 300C dari sumber panas yang tersedia melalui Electical heating coils, dengan kecepatan angin 2 s.d 2,5 m/det yang ditiupkan menggunakan kipas angin. Selanjutnya dari data pengukuran diketahui temperatur rata-rata di bawah dinding helm menjadi menurun sampai 310C. Jadi dari hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitiannya diperoleh temperatur rata-rata udara di dalam dinding helm sebesar 310C sama dengan temperatur udara terbuka di sekitarnya pada musim panas yaitu: 31,50C s.d 33,30C. ( BMG. Bureau of Taiwan )., [8]. Sedangkan Syam, B., [19] dan Mahdi, B., [13] telah melakukan penelitian tentang teknik pengukuran tegangan insiden dengan aplikasi teknik dua gage untuk pengujian helm industri yang dikenai beban impak kecepatan tinggi. Teknik aplikasi dua gage tersebut relatif lebih mudah digunakan, dan helm yang di uji memberikan respon beban dan waktu impak (tegangan insiden) sesuai dengan karakteristik pembebanan. Penelitian helm industri juga telah dilakukan secara simulasi komputer dengan menggunakan pendekatan metode elemen hingga oleh Nayan.,[14]. Penyelidikan yang telah dilakukan oleh Indra .,[8] tentang pembentukan headform yang diidealisasikan sebagai bentuk kepala manusia, hal ini penting mengingat tujuan akhir dari penggunaan helm adalah untuk melindungi kepala dan organ lain yang ada di dalamnya. Berdasarkan beberapa pengalaman para peneliti di atas, masalah desain model dan pengukuran temperatur udara pada dinding bagian dalam helm komposit Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan, dan kesehatan bagi sipemakai. Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang dilakukan dalam penelitian ini adalah lebih terfokus pada desain dan memodifikasi bentuk helm standard (AS/NZS 1801.EN.397. SS 98) yang digunakan sebagai acuan
untuk
mencetak helm dari bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up. Penelitian ini juga akan memperlihatkan sebuah produk helm komposit dari hasil desain dan pabrikasi, yang diperkirakan akan lebih mampu untuk meredam benturan dari benda keras dibandingkan dengan helm standard yang dibuat dari bahan polimer biasa. Di samping itu, desain model konstruksi pada dinding helm merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian ini yaitu: dengan membentuk saluran angin pada ke empat sisi dinding helm, agar udara panas yang terakumulasi pada bagian dalam dinding helm dapat bersirkulasi dengan udara luar, dan diharapkan temperaturnya sama dengan temperatur udara di sekitarnya, sehingga tidak terasa panas, dan tidak menyebabkan lembab pada kulit kepala. Jadi dari hasil desain, modifikasi, dan pembuatan produk helm komposit ini untuk memenuhi persyaratan helm ergonomik yang layak digunakan. Hal ini telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan berbagai metoda eksperimen, baik pengujian yang dilakukan di dalam ruangan tertutup maupun menggunakan software dengan simulasi komputer. Jadi dalam penelitian ini, untuk pengujian temperatur udara di dalam dinding helm, pengukurannya dilakukan di lapangan terbuka (udara bebas) pada kondisi iklim cuaca cerah, dan berangin dengan menggunakan alat pengukur termocouple. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Pengujian ergonomik ini dilakukan secara langsung dengan mengenakan helm, dan pada bagian dalam dinding helm dipasang enam buah titik pengukuran yang dihubungkan menggunakan connecting cable pada alat termokopel. 2.6.
Pengukuran Temperatur Udara pada Helm Pengukuran temperatur udara pada dinding bagian dalam helm dilakukan
pada kondisi udara bebas dengan mengenakan helm. Pengukuran dilakukan pada musim panas (kemarau) dengan kondisi cuaca cerah pada temperatur udara rata-rata yaitu: 310C s.d 330C, dan kelembaban relatif (relatif humidity) 54 s.d 95% (dari sumber data BMG April, 2006 , Medan) ., [3]. Menurut Aik Suwarno.,[1] dilihat dari standard kenyamanan di Indonesia suhu kering berkisar 220 C s.d 280 C dengan kelembaban 70 s.d 80 %. Sebagai o
perbandingan suhu ruangan di dapur Grand Bali Beach Hotel 32 C dengan o
kelembaban 78,5 %, di Coffee shop 30 C dengan kelembaban 93 %. Pada kondisi ini, panas yang dipancarkan oleh sinar matahari dan diserap oleh dinding helm secara optimal, sehingga panas temperatur udara di dalam dinding helm dapat diketahui dan terukur dengan baik menggunakan alat termokopel. Dalam pengukuran panas temperatur udara ini adalah disebabkan beberapa faktor sumber panas yang mempengaruhi tinggi temperatur di dalam dinding helm, tepatnya di antara kulit kepala dengan permukaan dinding bagian dalam helm yaitu: (a). Panas temperatur dari tubuh manusia melalui kulit kepala; dan (b). Panas temperatur yang dipancarkan oleh sinar matahari melalui dinding bagian luar helm. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Sehingga temperatur udara ini terakumulasi di dalam dinding helm tersebut sehingga terasa lebih panas. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, maka perlu di desain model helm industri yang menggunakan saluran angin (wind channel). Saluran angin tersebut dibentuk pada sisi dinding helm bagian: depan, belakang, kanan, dan kiri. Pembuatan saluran angin pada keempat sisi helm ini, agar udara panas yang terakumulasi di dalam dinding helm dapat bersirkulasi melalui saluran tersebut ke udara bebas dengan kecepatan angin rata-rata 2,5 s.d 5 m/det, sehingga udara panas yang terjebak dalam dinding helm tersebut terdorong keluar dengan tiupan angin yang masuk lewat saluran udara pada dinding helm. Kondisi ini akan terjadi siklus perpindahan
panas secara konveksi di dalam dinding helm dengan udara di
sekitarnya, dan diperkirakan temperaturnya sama dengan temperatur udara di sekelilingnya. Dengan demikian, helm komposit hasil desain dan pabrikasi diharapkan dapat memenuhi persyaratan
sebagai produk helm yang ergonomik
sesuai yang diinginkan. Untuk keperluan pengukuran temperatur udara pada helm dapat di tunjukkan seperti pada gambar 2.7. Titik pengukuran
d
l t
Saluran Udara
Sinar Matahari Layar Pembacaan Temperatur
Termokopel
Penyetel Channel 1 s.d 6
Gambar 2.7 Set up Alat Termokopel pada Helm Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2.7.
Pengujian Statik dan Dinamik Pada penelitian ini , pengujian kekuatan helm dilakukan di Pusat Riset
Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU. Adapun pengujian- pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1). Pengujian Statik, dan (2). Pengujian Dinamik. 1.
Pengujian Statik Pada pengujian statik dilakukan dengan menggunakan alat uji HT-9502
Computer Hidrolic Universal Testing Machine dengan kapasitas 10 ton. Dalam pengujian ini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik (mechanical properties) material helm komposit sebagai spesimen uji yang dicetak dalam bentuk plat lempengan menggunakan alat penekan ( pemberat) seberat 70 kg, dan plat lempengan tersebut dibentuk dengan proses pemesinan. Bentuk dan dimensi spesimen uji tersebut menurut standarisasi ASTM 638 D. Pada pengujian tarik ini, spesimen yang diuji sebanyak 3 buah dengan tebal 2 mm, dan panjang 120 mm, untuk mendapatkan harga rata-rata kekuatan tarik maksimum ( σ max ), dan modulus elastisitas (E) dari material komposit, dan material ini digunakan sebagai material dasar pembuatan helm komposit, yang hasilnya akan dibandingkan dengan helm dari jenis polimer biasa. Pada set up peralatan, spesimen uji di pasang pada alat pencekam (grip) yang telah terpasang pada alat uji Ht- 9502 CHUTM seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Pencekam Spesimen
Gambar 2.8 Alat Uji Statik (Ht-9502)
2. Uji Dinamik Pada pengujian dinamik ini, spesimen yang di uji adalah helm komposit hasil desain dan dipabrikasi, dan dibuat dalam dua bentuk model helm seperti: helm dengan saluran angin, dan tanpa saluran angin. Pada set up alat, spesimen uji (helm) dipasang pada alat pemegang (test rig) menggunakan alat bantu head form sebagai dudukan helm. Pada alat pemegang ini menggunakan empat buah roda, sehingga dapat bergerak bebas setelah menerima tumbukan dari batang impak (striker), dan spesimen uji diposisikan pada titik pengimpakan searah batang impak yang disusun secara kolonier. Pengujian dinamik dilakukan dengan menggunakan alat uji KOMPAK seperti pada Gambar 2.9. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2 3
3000 mm 4
5
4000 mm 6
7
8
9 13
10
1
14
12
Detail 8
11
000V 1
000V 1
Keterangan Gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kompresor 8. Spesimen (helmet) dan test rig Tangki Udara 9. Strain Gage Pressure Regulator 10. Bridge Head Katup Selenoid 11. Signal Conditioner Pipa Barel 12. Transient Converter Striker 13. Personal Computer Input Bar 14. Inter face
Gambar 2.9 Alat Uji KOMPAK
2.8.
Teori Propagasi Tegangan
2.8.1.
Rambatan gelombang tegangan pada batang input Untuk memahami teori impak terlebih dahulu diberikan penjelasan
tentang rambatan gelombang, khususnya rambatan gelombang di dalam medium elastis. Gelombang tegangan adalah gelombang mekanis, yaitu gelombang yang memerlukan suatu medium untuk dapat mentransmisikanya., [13]. Kecepatan rambat gelombang sangat ditentukan oleh sifat-sifat medium yang dilaluinya. Ditinjau dari arah penjalarannya, gelombang dibagi atas dua bagian yaitu: Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
1. Gelombang transversal: Adalah gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah gerakan atau rambatannya. Arah Getaran
Arah rambatan Puncak
Lembah
Gambar 2.10 Sketsa Gelombang Transversal 2. Gelombang longitudinal: Adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatannya. Arah Getaran
Rapatan
Arah rambatan
Renggangan
Gambar 2.11 Sketsa Gelombang Longitudinal Pada penelitian ini hanya gelombang longitudinal yang akan dibahas lebih lanjut, karena merupakan dasar dari rambatan gelombang tegangan. Gelombang longitudinal sebagai konsep dasar pembahasan teori kekuatan akibat impak. Sebagai pembahasan perilaku gelombang longitudinal
pada sebuah batang logam dapat
dilihat pada Gambar 2.12. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
C
v0 , t c1 , t
Gambar 2.12 Perilaku Gelombang Longitudinal •
Keseimbangan momentum pada Gambar 2.12 adalah sebagai berikut: ΔmV = F t mV 0 = F 0 t ( A0C1t ρ0 ) V0 = σ 0 A0t
σ 0 = ρ0C1V0
(2.1)
di mana: C 0 = Kecepatan gelombang longitudinal merambat pada batang V 0 = Kecepatan partikel
σ 0 = Tegangan pada batang •
Modulus Elastisitas pada bahan dapat dinyatakan dengan persamaan: E = C12 ρ
C1 =
E
ρ
(2.2)
Substitusi persamaan (2.2) ke persamaan (2.1) akan diperoleh:
σ 0 = E0 ρ0V0 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
(2.3)
Energi yang dipindahkan batang pada waktu t dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
•
•
Energi kinetik yang besarnya:
Ek =
1 m V2 2
Ek =
1 A0 ( C1t ) ρ0 V02 2
(2.4)
Energi regangan yang dipindahkan sebesar:
Es = Volume .
σ2 2E
Es =
A(C1t )σ 2 2E
Eso =
A0C1t ( ρ0C1V0 ) 2 2E
Eso =
A0C1 ρ0V02 2
(2.5)
Sehingga energi total yang dipindahkan batang pada waktu t adalah: Et = Ek 0 + Es 0 =
1 1 A0 (C1t ) ρ0V02 + A0 (C1t ) ρ0V02 2 2
Et = A0 (C1t ) ρ0V02
(2.6)
Dengan demikian besarnya energi yang dipindahkan pada batang ditentukan oleh harga-harga: A, C, t, ρ , dan kecepatan awal batang. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2.8.2
Impak pada batang input Susunan pada batang yang digunakan pada metode pengujian ini
diperlihatkan secara skematis pada Gambar 2.13, yang terdiri dari tiga batang yaitu: batang impak (striker), batang penerus (input bar), dan spesimen.
spesimen helmet
Batang Impak
Helm tanpa Strain gage
Batang Penerus
1 V1
2
E .ρ .V 3 0 0 0 Gage. Gage. aa
Gage. b
Test Rig
Gambar 2.13 Susunan Batang Uji
Spesimen uji di letakkan bersentuhan secara kolonier dengan input bar. Sebelum beban impak diberikan, batang impak mempunyai kecepatan V 1 sedangkan input bar dan spesimen mempunyai kecepatan yang sama yaitu: V2 = V3 = 0, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12. Setelah impak, lihat Gambar 2.13 ( di mana: C0,1 , C0,2 , C0,3 adalah kecepatan gelombang dalam masingmasing batang ), gelombang longitudinal tekan akan merambat dari interface batang impak dan batang input bar ke dalam masing-masing batang. Akibatnya bidang Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
interface input bar dan spesimen pada akhirnya akan mempunyai kecepatan yang sama sebesar V. Pada bidang interface akan terjadi keseimbangan gaya, atau akan terjadi aksi dan reaksi antar kedua batang, yang dapat dinyatakan dengan hubungan:
σ 1 A1 = σ 2 A2 di mana:
(2.7)
A1 = Luas penampang batang 1. A2 = Luas penampang batang 2.
σ 1 = Tegangan pada batang 1. σ 2 = Tegangan pada batang 2. C0,1
σ1 1
C0,2
σ2
V
V
2
3
Gambar 2.14 Perilaku Batang setelah terjadi impak Dari hubungan impuls momentum diperoleh hubungan σ = E.ρ .V , di mana: σ = tegangan impak, ρ = massa jenis bahan, E = modulus young, dan V = kecepatan partikel. Dengan demikian pada batang impak yang bergerak dengan kecepatan V1 akan timbul tegangan sebesar:
σ1 =
ρ1.E1 (V1 − V |" )
σ1 =
ρ1.E1V1 − ρ1.E1V '
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
(2.8)
di mana: V1 = Kecepatan sebelum tumbukan. V' = Kecepatan setelah tumbukan.
ρ1 = Kerapatan material batang 1. Selanjutnya kita tinjau batang 2, yang bergerak dengan kecepatan V. melalui Gambar 2.14, dapat ditentukan tegangan pada batang 2, yaitu:
σ2 =
ρ 2 .E2 .V '
V' =
σ2 ρ 2 .E2
(2.9)
Substitusi Persamaan (2.9) ke Persamaan (2.8) akan menghasilkan:
σ1 =
ρ1.E1.V1 − ρ1.E1.
σ2 ρ 2 .E2
(2.10)
sehingga dari persamaan (2.10) dapat ditulis:
σ 1 ρ 2 E2 =
ρ1.E1.ρ 2 .E2 V1 − ρ1.E1.σ 2
σ 1 ρ 2 E2 + ρ1 E1σ 2 = ρ1 E1.ρ 2 E2 V1
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.7)ke persamaan (2.11) diperoleh:
( A1 ρ2 E2 + ρ1E1 A1 )σ1 A2
=
ρ1 .E1 .ρ 2 .E 2 .V1
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
(2.11)
σ1 =
ρ1.E1.ρ 2 .E2 .V1 A2 A1 ρ1.E1 + A2 ρ 2 .E2
(2.12)
dengan cara yang sama akan diperoleh nilai σ 2 yaitu:
σ2 =
ρ1.E1.ρ 2 .E2 .V1 A1 A1 ρ1.E1 + A2 ρ 2 .E2
(2.13)
Tegangan impak yang ditransmisikan ke input bar dan spesimen tersebut ditentukan oleh kecepatan batang impak dan sifat-sifat mekanisnya. Bila luas kedua penampang sama besar, maka: σ = σ 1 = σ 2 . Selanjutnya tinjau rambatan gelombang tegangan elastis pada input bar dan spesimen seperti pada Gambar 2.14. Tegangan yang terjadi dari ujung kiri input bar sebesar σ akan ditimbulkan pada interface input bar dan spesimen pada saat t2 =
l2 , di mana: l2 adalah panjang C0,2
input bar, dan C0,2 adalah kecepatan gelombang elastis pada input bar. Dalam hal ini ada tiga bentuk gelombang yang terlibat, yaitu: 1. Tegangan yang terjadi, σ . 2. Tegangan yang ditransmisikan, σ T . 3. Tegangan yang dibalikkan, σ R . Gelombang tegangan tersebut dihubungkan oleh persamaan berikut ini:
σT =
2A2 E3C0,2 A3 E3C0,2 + A2 E2C0,3
σ
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
(2.14)
TR =
A3 E3C0,2 − A2 E2C0,3 A3 E3C0,2 − A2 E2C0,3
σ
(2.15)
interface A2
ρ2
C0,2 V
σ
V
VT
σR
σ
T
Gambar 2.15 Perilaku Tegangan pada interface input bar dan Spesimen Bila α adalah faktor transmisi dan β adalah faktor refleksi, maka di peroleh hubungan:
σT = α .σ
(2.16)
σ R = β .σ
(2.17)
Untuk material yang mempunyai sifat mekanis dan dimensi yang sama, maka dengan mensubtitusikan harga: E2 = E3 ; ρ 2 = ρ3 ; A2 = A3, dan l2 = l3 ke dalam persamaan (2.15) dan (2.16), diperoleh σ T = σ dan σ R = 0. Ini berarti besar tegangan yang ditransmisikan adalah sama dengan tegangan yang masuk, dan tidak ada tegangan yang direfleksikan. 2.9.
Pengukuran Kekuatan Helm Komposit
Pada Gambar 2.16 menunjukkan susunan batang impak, batang penerus,dan spesimen. Batang-batang tersebut disusun koloneir satu sama lain, dan perlu diketahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada interface batang Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
penerus dan spesimen. Dengan cara pengukuran langsung, tentu sangat sulit dilakukan. Dalam pengukuran beban impak, yang dibangkitkan pada lokasi impak, dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan strain gage yang di lengketkan pada dua posisi di batang penerus ( lokasi a dan b ). Pada prinsipnya gelombang tegangan yang melalui batang penerus (input bar) ditangkap oleh strain gage a dan b. Selanjutnya dengan menggunakan sirkit jembatan Wheatstone (bridge box), di mana perubahan tahanan gage dirubah menjadi voltage out put, dan signal conditioning akan menyesuaikan signal dengan kemampuan transient converter (osiloskop). 200 Batang Impak
Spesimen
200
Batang Penerus
σR
σL a
c
b
1600
1800
Gambar 2.16 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm Dalam penelitian ini juga akan dikembangkan suatu perhitungan beban impak di lokasi c (interface kedua batang yang bertumbukan) menggunakan teori propagasi tegangan dalam batang satu dimensi. Untuk keperluan ini, program aplikasi excel digunakan untuk membaca data yang dikirim transient converter ke PC dan menghitung besarnya impak di lokasi c. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Menurut teori propagasi tegangan ., [ 9, 10, 11], tegangan di lokasi a, b, dan c dapat dihitung sebagai berikut:
maka:
di mana:
σ b (t ) = σ L (t ) + σ R (t )
(2.18)
σ a (t ) = σ L (t − t1 ) + σ R (t + t1 )
(2.19)
σ c (t ) = σ L (t + t1 ) + σ R (t − t1 )
(2.20)
σ c (t ) = σ b (t + t1 ) + σ b (t − t1 ) − σ a (t )
(2.21)
t = waktu rambatan gelombang dalam batang. l 0 = jarak lokasi strain gage a dan b.
C0 = kecepatan rambat gelombang dalam batang. t1 =
l0 . C0
Selanjutnya, variasi beban impak dapat dilakukan dengan mengatur jarak impak (jarak antara ujung batang impak dan batang penerus), dan beban impak juga dapat diperbesar atau diperkecil, dengan mengatur tekanan udara di dalam tabung udara (air reservoir) melalui katup selenoid.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1.
Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan setelah disetujui dan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan penelitian di laboratorium Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU Medan. Dalam penelitian ini, pada pelaksanaannya dimulai dari desain dan pabrikasi helm komposit berdasarkan acuan helm standard yang digunakan sebagai cetakan. Selanjutnya dilakukan pengujian seperti: propertis material, ergonomik, dan kekuatan helm. Sedangkan untuk klarifikasi helm hasil pabrikasi adalah dengan meredesain
gambar model konstruksi helm hasil produksi
menggunakan Solid work 2005, hal ini dilakukan untuk memperjelas kontur model helm setelah helm diproduksi. 3.1.2
Waktu. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama delapan bulan.
3.2.
Material, Peralatan dan Metode
3.2.1. Material Material yang digunakan untuk pembuatan helm, dan spesimen uji adalah komposit Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP), yang terdiri dari polyster resin tak jenuh BTQN 157 (unsaturated polyster resin) sebagai matrik, dan serat E-glass jenis Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
36
Chopped Strand Mat (CSM) sebagai penguat, cairan pengeras, aseton sebagai cairan pembersih, dan mirror glaze digunakan sebagai media pemisah dari cetakan. Material komposit ini dikerjakan dengan susunan dua lapis serat seperti ditunjukkan pada Gambar (3.1). Serat E-Glass Resin
Gambar 3.1 Susunan Dua Lapisan Serat Plat Komposit GFRP Sifat- sifat bahan polymer resin termoset menurut Groover M.P.,[7] dapat ditunjukkan seperti pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Sifat-Sifat Mekanis Polymer Resin Termoset yang diperkuat serat Bahan Polimer
Kekuatan
Perpanjangan
Modulus
Kekuatan
Kekuatan
plastik termoset
Tarik
(%)
Elastisitas
Tekan
Lentur
(Mpa)
(Mpa)
(Mpa)
560 s.d 1400
105 s.d 210
70 s.d 280
(Mpa) Resin Polyester dengan pengisi
175 s.d 210
5 s.d 50
serat E-Glass
Sumber: Groover M.P 3.2.2. Peralatan Peralatan produksi yang digunakan untuk pembuatan helm komposit, dan spesimen uji dapat dilihat seperti pada table 3.2. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 3.2 Peralatan produksi No. Nama Alat 1. Helm Standard 2. Sendok pengaduk 3. Cawan 4. Kuas pemoles 5. Obeng (-) 6. Skrap 7. Hand Roller 8. Glass Ukur 9. Plat Aluminium 10. Plat Strip
No. Nama Alat 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kertas pasir Gunting Plat Cutter Tang jepit Mesin Grinda Tangan Kikir Martil Mesin Bor Tangan Besi Pemberat 70 Kg Circular Saw Machine
Sumber: Peralatan Laboratorium
3.2.3. Desain dan metode pembuatan helmet komposit Dalam pelaksanaan penelitian ini helm yang
digunakan sebagai acuan
adalah helm standard dengan nomor standarisasi AS/NZS 1801 Type. 1 EN 397 SS 98 yang dibuat dari jenis polimer: Polyethylene (PE), Polyprophylene (PP), dan Acrylic
Butadien Styrene (ABS). Helm standard ini digunakan sebagai cetakan bentuk cangkang helm (bagian I). Sedangkan bentuk kerangka bawah (bagian II) dengan mendesain model cetakan terpisah, dan dibuat dari bahan plat lembaran setebal 1.3 mm, kemudian dibentuk sesuai dengan dimensi hasil pencetakan cangkang helm komposit. Selanjutnya dari hasil pencetakan kedua bagian helm tersebut digabungkan dengan cara menyambung dari jenis material yang sama sehingga membentuk sebuah helm sesuai bentuk yang diinginkan.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Geometri helm disesuaikan dengan antropometri kepala manusia, yang mengikuti geometri helm standard. Helm komposit dibuat dengan cara hand lay up dari bahan komposit Glass Fibre Reinfored Plastic (GFRP), yang terdiri dari
polyester resin tak jenuh BTQN 157 EX (unsaturated resin) sebagai matrik, dan serat kaca (E-Glass ) jenis CSM sebagai penguat yang disusun dua lapis. Serat E-Glass ini dalam bentuk lembaran, susunan serat ke segala arah (acak), dan mudah dibentuk. Jenis serat ini sangat sesuai untuk proses pencetakan helm dengan metode hand lay
up, dan memiliki sifat yang homogen sebagai penguat terhadap matrik. . Berikut ini langkah-langkah pembuatan helm komposit, yang dimulai dari persiapan pengadaan cetakan, peralatan, bahan resin, serat, katalis, mirror glaze dan peralatan pendukung lainnya seperti pada tabel 3.2, dan dilanjutkan dengan proses pencetakan yang secara skematis dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan 3.3. 1. Siapkan cetakan helmet, cetakan helmet yang digunakan untuk membuat helmet komposit adalah helmet standard.
2. Posisi cetakan helmet menghadap keatas, karena pencetan dilakukan dari permukaan dinding sebelah
4. Ratakan resin dengan menggunakan kuas, kemudian letakkan lembaran serat yang telah dipotong sesuai bentuk yang diinginkan ke dalam cetakan.
3. Setelah mencampur resin dengan pengeras secara merata (ditandai dengan perubahan warna), kemudian cairan resin dituang kedalam cetakan.
5. Tuangkan campuran resin kembali keatas lapisan serat pertama secara merata.
6. Letakkan lembaran serat kedua diatasnya, dan tuangkan campuran resin di atas serat kedua tersebut.
8. Biarkan campuran membeku selama 6 jam, setelah itu buka cetakan dan helmet komposit telah terbentuk.
7. Ratakan permukaan campuran matrik dan serat kedua kembali hingga resin tadi merata keseluruh permukaan.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Gambar 3.2. Flow Chart Pembuatan Helm Komposit
Resin
a). Pemolesan awal resin pada cetakan helm standard.
b). Penyusunan dan pembentukan dua lapis Serat pada cetakan cangkang helm.
238
300 228
22
17
230
Brim 8
140
188
45
c). Bentuk Cangkang.
Kerangka bawah di buat dari bahan plat tebal 2 mm.
d). Dimensi kerangka Cetakan Brim
Lembaran Serat Glass Cangkang
Brim
Pelapisan Serat pada Cetakan Brim. Hasrin : e). Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
f). Bagian Helm sebelum disambung.
Gambar 3.3 Desain dan Pabrikasi dengan Metode Hand lay up
Pada proses pembuatan atau pencetakan helm komposit seperti pada Gambar 3.3 diatas. Dalam hal ini, untuk keberhasilan suatu proses produksi helm tersebut dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya material, cetakan, dan peralatan produksi yang cukup. 2. Rentang waktu pada proses pencetakan dan pengeringan adalah mencapai: 6 s.d 12 jam atau lebih untuk setiap bagian komponen helm, dan kondisi seperti ini helm sudah dapat dibuka dari cetakannya. Setelah itu dilanjutkan dengan proses penyambungan pada kedua
komponen helm tersebut, dan dikeringkan lagi
selama 6 jam, hingga helm terbentuk. 3. Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja secara manual adalah selama 48 jam (yang terdiri dari: waktu pencetakan, proses pengeringan, dan jumlah cetakan yang digunakan, dengan keterampilan yang tinggi) diperoleh 4 s.d 6 buah helm, dan dilanjutkan dengan pembentukan ventilasi udara. 4. Proses pengecatan (pewarnaan), dan pengeringan dilakukan selama 2 jam atau lebih. Dari proses produksi yang dilakukan secara manual tersebut diatas, dengan metode hand lay up menggunakan jenis serat CSM, tentu dilihat dari segi waktu produksi kurang efisien, sehingga helm dapat diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan hasil pencetakan yang menggunakan mekanis yaitu: Injection molding, vacum molding dan lain sebagainya. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
cetakan secara
3.2.4. Pembuatan Spesimen Uji Tarik Pembuatan spesimen uji dicetak menggunakan metode hand lay up, spesimen ini di uji untuk mendapatkan sifat mekanik material komposit. Pada proses pembuatan spesimen uji menggunakan jenis material komposit GFRP yang sama seperti pembuatan helm, dan peralatan cetak spesimen uji terdiri dari: plat strip setebal 2 mm sebagai pembatas ketebalan, plat aluminium berukuran 20 cm x 20 cm dengan tebal 5 mm yang berfungsi sebagai landasan untuk proses pelapisan lembaran serat kaca, roller untuk perataan resin pada serat, dan alat pemberat 70 kg digunakan untuk pengepresan. Hasil dari pencetakan tersebut berupa plat lempengan komposit yang tebalnya 2 mm, selanjutnya spesimen dibentuk menurut standard ASTM 638-D.
Prosedur pembuatan spesimen plat komposit GFRP meliputi tiga proses utama, yakni persiapan, pencetakan, dan pembentukan. Setelah proses persiapan dilakukan, maka dilanjutkan dengan proses pencetakan di atas plat aluminium yang berukuran 20 cm x 20 cm, untuk mendapatkan bentuk lembaran plat komposit. Selanjutnya dikeringkan pada temperatur kamar selama 6 s.d 12 jam. Plat komposit ini dibentuk menjadi spesimen uji sesuai dengan standard ASTM 638-D dan dikerjakan dengan proses pemesinan. Berikut ini penjelasan langkah-langkah pembuatan lembaran plat komposit, yang diuraikan secara
flow chart seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.4, dan dijabarkan secara skematis pada Gambar 3.5. Bentuk dan ukuran spesimen plat komposit ditunjukkan pada Gambar 3.6. Set up peralatan uji statik dapat dilihat pada Gambar 3.7. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
1.
Setelah mencampur resin dengan pengeras secara merata, kemudian tuangkan campuran resin kedalam cetakan, selanjutnya diratakan dengan kuas.
4. Tuangkan campuran resin kembali di atas lapisan serat pertama.
5.
Ratakan kembali campuran resin tersebut dengan menggunakan roller sehingga cairan dapat meresap kedalam serat dengan baik sekaligus mendorong keluar gelembung udara yang terperangkap.
8. Selanjutnya langkah 3 s/d 7 di ulangi kembali hingga lapisan serat terakhir
9. Kerjakan pada lapisan akhir, proses finishing dengan meratakan permukaan campuran resin , dan kemudian di tutup dengan penutup
2. Tutup lembaran pertama dengan serat secara merata.
3. Ratakan matrik dan serat dengan menggunakan roller
6. Letakkan lembaran serat kedua diatasnya.
7. Ratakan dengan roller campuran matraiks dan serat kedua kembali hingga campuran tadi merata
10. Tekan penutup cetakan dengan beban te kanan 70 kg. Tujuan penekakanan ini untuk memperoleh kerataan permukaan komposit dan menghilangkan gelembung udara .
11. Biarkan spesimen membeku/mengeras selama ± 6 jam. Setelah itu cetakan dapat dibuka dan spesimen berbentuk lembaran plat telah tercetak.
Gambar 3.4 Flow Chart Pembuatan Spesimen Plat Komposit Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Gambar 3.5 Skematis Proses Pencetakan Spesimen Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
120
2
10
20
50
20
Gambar 3.6 Spesimen Uji Tarik (Standard ASTM 638 – D) 3.2.5. Set up alat uji statik Set up alat pengujian tarik statik berikut ini ditunjukkan secara skematik seperti pada Gambar 3.7.
Pengujian tarik statik
untuk mendapatkan sifat-sifat
mekanik material dasar helm seperti: modulus elastisitas (E), dan kekuatan tarik maksimum ( σ maks ). Peralatan Ht- 9502 Computer Hidrolic Universal Testing
Machine digunakan untuk uji material helm komposit polimer GFRP yang berbentuk plat lempengan, dan spesimen dibentuk menurut standard uji ASTM 638 D seperti pada Gambar 3.6 di atas.
Spesimen uji
Gambar 3.7 Set up Alat Uji Statik Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Pada pengujian statik menggunakan alat uji Hungta (Ht-9502 Computer
Hidrolic Universal Testing Machine dilakukan di Pusat Riset Laboratorium Uji material Jurusan Teknik Mesin UNIMAL Lhokseumawe.
3.3.
Pengujian Temperatur Udara pada Dinding bagian dalam Helm
Pengujian temperatur udara pada helm
menggunakan alat termokopel
digital. Pengukuran dilakukan dengan mengenakan helm secara langsung dilapangan. Pada alat termokopel ini dipasang enam buah channel pengukuran menggunakan kabel penghubung yang disusun pada bagian dalam dinding helm, dan setiap titik pengukuran masing-masing
berjarak 70 cm. Untuk pelaksanaan pengukuran
temperatur, dan set up alat termokopel ditunjukkan seperti langkah-langkah berikut ini: 1. Pasang kabel penghubung termokopel pada ke 6 channel (enam titik pengukuran). 2. Hubungkan input cable termokopel dengan sumber arus listrik,
maka alat pada
posisi ON. 3. Pasang kabel penghubung pada helm adalah dengan cara menempelkan ujung kabel penghubung antara termokopel dengan helm pada permukaan dinding bagian dalam helm yang dipasang sebanyak 6 titik masing-masing pada jarak 70 mm dengan cara meletakkan ujung-ujung kabel pengukur tersebut dengan jarak 10 mm dari permukaan dinding dengan menggunakan karet penahan setebal 10 mm yang di isolatif agar tidak mudah bergeser dari kedudukannya. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
4. Pada pelaksanaan pengukuran, helm dipakai langsung pada kondisi panas sinar matahari. Pengukuran temperatur dilakukan setelah 60 menit helm dalam keadaan dipakai, selanjutnya pembacaan temperatur pada digital screen secara langsung dengan memutar pengatur channel dari titik 1 s.d 6. Pengujian temperatur ini dilakukan pada kedua model helm: (a). Model helm dengan saluran angin (DSA), dan (b). Model helm tanpa saluran angin (TSA).
Brim
Dinding bagian dalam helm Sumber listrik t e x t
t e x t t e x t
t e x t
t e x t
t e x t
0
Rolling cable
Helmet Pembacaan Tempetur Kabel Penghubung
Termokopel
Gambar 3.8 Set up Alat Termokopel pada Helm Dari hasil pengukuran temperatur pada helm, untuk mengetahui seberapa besar perbedaan temperatur udara yang terakumulasi di dalam dinding helm akibat pengaruh panas sinar matahari, dan suhu badan manusia yang selama ini sangat mempengaruhi kondisi fisik, dan sering menjadi permasalahan bagi pengguna helm Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
di lapangan. Pengujian temperatur ini dilakukan pada kedua model helm komposit setelah diproduksi, sehingga yang diharapkan dari hasil pengujian ini akan menunjukkan adanya perbedaan temperatur, oleh karena bentuk model helm yang berbeda.
Titik pemasangan Termokopel Resin
Saluran Angin Kabel Penghubung
0
Termokopel
.
3.4.
Gambar 3.9 Pengukuran Temperatur Udara pada Helm
Pengujian Dinamik
Pengujian
dinamik
dengan
pembebanan
impak
kecepatan
tinggi
menggunakan alat uji KOMPAK. Pengujian ini dilakukan pada kedua model helm komposit dengan pemasangan strain gage arah: x dan y pada jarak 15 mm dan 30 mm dari titik pengimpakan, untuk mengetahui respon tegangan impak dan tegangan Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
insiden pada helm. Dalam hal ini sifat mekanik, geometri batang impak (striker), dan batang penerus (input bar) ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Sifat Mekanik Batang striker dan Batang Penerus E (GPa)
ρ (kg/m3)
Co (m/s)
AA 2024 T3
73,1
2780
5128
Batang penerus (input bar) AA 2024 T3
73,1
2780
5128
Batang Uji Batang impak (Striker)
Material
3.4.1. Metode dan arah pengimpakan 1. Pengimpakan atas dan samping helm DSA (Gambar 3.11 s.d 3.12). 2. Pengimpakan atas dan samping helm TSA (Gambar 3.13 s. 3.14). Pada Spesimen posisi Strain Gage Arah : X 200 Striker L
200
Input bar 1500 mm
L = 500 mm Impak Atas
Gambar 3.10 Pengimpakan Atas Helm Dengan Saluran Angin (DSA) 200 Striker L
200
Input bar 1500 mm
L = 500 mm Impak Samping
Gambar 3.11 Pengimpakan Samping Helm Dengan Saluran Angin (DSA) Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Pada spesimen posisi Strain Gage arah Y 200 Striker L
200
Input bar 1500 mm
L = 500 mm
•
Im
Gambar 3.12 Pengimpakan Atas Helm Tanpa Saluran Angin.(TSA)
200 Striker L
200
Input bar 1500 mm
L = 500 mm Impak Samping
Gambar 3.13 Pengimpakan Samping Helm Tanpa Saluran Angin (TSA)
3.4.2. Set up alat uji KOMPAK
Konstruksi peralatan uji helm yang telah dimodifikasi ditunjukkan pada gambar 3.15. Komponen utamanya terdiri dari: unit kompresor, tangki udara, katup solenoid, barel, batang impak, batang penerus, rangka, tempat dudukan pipa dan helm serta pemegang helm. Di sini kompresor berfungsi untuk memampatkan udara bertekanan ke dalam tangki udara. Batang impak (striker) di tempatkan di dalam pipa barel yang bisa diatur jarak impaknya terhadap salah satu ujung batang penerus. Gambar 3.15 di bawah ini menunjukkan susunan batang impak, batang penerus, dan Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
spesimen. Batang-batang tersebut di susun kolineir satu sama lain adalah untuk mengetahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada interface batang penerus dan batang spesimen. Dengan cara pengukuran langsung, tentu saja sangat sulit dilakukan. Dalam riset ini, pengukuran beban impak yang dibangkitkan pada lokasi impak dilakukan secara tidak langsung yaitu: dengan menggunakan strain
gage yang dilengketkan pada dua posisi di batang penerus (pada lokasi a dan b). Prinsipnya, gelombang tegangan yang melewati batang penerus
ditangkap oleh
strain gage a dan b. Selanjutnya dengan menggunakan sirkit jembatan Wheatstone (bridge box), dan signal conditioning, perubahan tahanan gage dirubah menjadi
voltase out put pada transient converter (atau osiloskop). Dalam penelitian ini menggunakan transient converter yang mampu mentransfer data dengan memakai
interface langsung ke unit komputer (PC). 200 spesimen helmet
200 batang impak
batang penerus
σL
σR 1100
a
b
c
1300
Gambar 3.14 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm Dalam riset ini, perhitungan beban impak pada lokasi c (interface kedua batang yang bertumbukan) menggunakan teori propagasi tegangan dalam batang satu dimensi. Untuk keperluan ini, program aplikasi Excel digunakan untuk membaca data yang dikirim transient converter ke PC dan menghitung besarnya impak di lokasi c. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Menurut teori propagasi tegangan ., [9,10], gelombang tegangan di lokasi a ,b, dan c dapat dihitung sebagai berikut:
maka :
di mana :
σ b (t ) = σ L (t ) + σ R (t )
(3.1)
σ a (t ) = σ L (t − t1 ) + σ R (t + t1 )
(3.2)
σ C (t ) = σ L (t + t1 ) + σ R (t − t1 )
(3.3)
σ c (t ) = σ b (t + t1 ) + σ b (t − t1 ) − σ a (t )
t = waktu; t1 =
(3.4)
l0 C0
l 0 = Jarak lokasi strain gage a dan b C0 = kecepatan rambat gelombang dalam batang.
σ C = Tegangan insiden yang ditransmisikan ke dalam helm. σ L dan σ R adalah gelombang tegangan yang merambat dari kiri dan kanan batang penerus (input bar) pada waktu t. Selanjutnya, variasi beban impak dapat dilakukan dengan mengatur jarak impak (jarak antara ujung batang impak dan batang penerus). Beban impak juga dapat diperbesar, juga diperkecil, dengan mengatur besarnya tekanan udara dalam tabung
(air reservoir) menggunakan alat ukur
barometer, dan kontrol keluaran udara dengan katup selenoid, selanjutnya udara akan menekan batang impak (striker), batang
penerus (input bar), dan menumbuk
spesimen uji. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2 3000 mm 3
4
5
4000 mm 6
7
8
9 13
10
1
14
12
Detail 8
11
000 V 1
000 V 1
Keterangan Gambar: 1. Kompresor.
8. Spesimen (helm), test rig.
2. Tangki Udara.
9. Strain gage.
3. Pressure Regulator
10. Bridge head.
4. Katup Selenoid.
11. Signal Conditioning.
5. Pipa Barrel.
12. Transient Conventer.
6. Batang Striker.
13. Personal Computer
7. Batang Input.
14. Interface Cable.
Gambar 3.15
Set up Alat Uji KOMPAK
Pengukuran pada input bar dengan menggunakan spesimen, dan strain gage a dan b terpasang pada input bar (Gambar 3.16) pada jarak 200 mm. Sedangkan
pengimpakan dilakukan pada kedua model helm yaitu: helm Dengan Saluran Angin (DSA), dan helm Tanpa Saluran Angin (TSA). Pengimpakan helm ini dilakukan pada bagian atas dan samping dengan posisi strain gage pada arah x dan y, seperti pada gambar 3.18, dan 3.19. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
1500 mm 1300 mm 500 mm
1100 mm
Input Bar
Striker
gage a
gage b
Gambar 3.16 Pengukuran Respon Batang Penerus tanpa Spesimen 1500 L
1300 1100
Strike
Input Bar
Spesimen
gage a gage b
(L= 50 cm)
a). Pengimpakan pada bagian atas helm dengan strain gage terpasang 1500 L
Spesimen
1300 1100
Input Bar
(L= 50 cm)
gage a gage b
b). Pengimpakan pada bagian samping helm dengan strain gage terpasangGambar 3.17 Pengimpakan Atas dan Samping Helm DSA
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Spesimen h l t
1500 L
1300 1100
Strike
Input Bar
gage a gage b
(L= 50 cm)
a ). Pengimpakan bagian atas
1500 L
1300 1100
Strike
Input Bar
(L= 50 cm)
Spesimen
gage a gage b
b ). Pengimpakan bagian samping Gambar 3.18
Pengimpakan Atas dan Samping helm TSA
3.4.3. Penyelidikan Propagasi Tegangan pada Helm Komposit Dalam penelitian ini, peneliti akan menyelidiki terjadinya propagasi tegangan pada helm. Untuk keperluan ini, maka peneliti menyiapkan beberapa hal sebagai beriktu: 1. Pemasangan biaksial gage (pada arah: x dan y ) pada helm. Lokasi strain gage untuk pengimpakan arah bagian atas, maka strain gage dipasang berdekatan dengan lokasi impak yaitu pada bagian atas dari helm (gambar 3.20), demikian juga untuk pengimpakan arah samping (gambar 3.21, dan 3.22).
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
2. Uji impak dilakukan pada dua lokasi pengimpakan yaitu: atas, dan samping seperti diperlihatkan pada Gambar 3.18, dan 3.19. Dalam riset ini, pengujian impak pada helm dilakukan dalam dua arah pengukuran menggunakan biaksial gage arah: x dan y dengan jarak 15 mm dan 30 mm dari titik pengimpakan. Tabel 3.4 Spesifikasi Strain Gage Type Gage length/Gage resistance Gage factor
: : :
KFRP-2-120-C1-1 2 mm/ 120.0±0.2 ohm 1.98±1.0%
Sumber: Pusat Riset Impak dan Keretakan
Titik Impak
30
X
15
Y
Posisi Strain gage pada arah x
30
15
Gambar 3.19 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah X. Pada Helm TSA
Gambar 3.20 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah Y. Pada Helm TSA Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Gambar 3.21 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah: X pada Helm DSA
Gambar 3.22 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah: Y pada Helm DSA 3.5.
Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Produksi menggunakan solidwork 2005
Redesain gambar model konstruksi helm komposit ini dilakukan setelah proses produksi (helm secara keseluruhan telah terbentuk). Hal ini didasari dari bentuk konstruksi helm standard yang digunakan sebagai cetakan helm komposit. Pada proses pencetakan helm komposit ini tidak seluruhnya penampang cetakan tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan kontur helm secara keseluruhan, namun kontur yang diperlukan pada tahap pencetakan awal ini hanya untuk mencetak bentuk Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
cangkang (tempurung) helm saja. Sedangkan pencetakan tahap kedua adalah dengan membuat kerangka brim (cetakan bawah), untuk ini diperlukan desain alat cetakan
brim secara terpisah, agar kedua bagian helm tersebut dapat terbentuk dengan mudah. Selanjutnya kedua bagian helm ini digabungkan dengan cara menyambung pada kedua bagian ujungnya, sehingga menghasilkan sebuah produk helm komposit. Kedua bagian helm ini masing-masing memiliki kontur yang berfungsi sebagai tulangan, baik pada bagian atas maupun bagian bawah helm. Dari hasil produksi helm ini, selanjutnya peneliti melakukan pengukuran pada seluruh kontur penampang helm, dan dimensi-dimensi tersebut digunakan kembali untuk meredesain gambar model konstruksi helm komposit dengan menggunakan solidwork 2005, tujuannya adalah untuk memperjelas kontur, dan dimensi helm setelah diproduksi. Penelitian ini dimulai dari proses produksi, dan Variabel yang diamati dari beberapa pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan helm dari material komposit polimer GFRP menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up. 2. Untuk mengetahui Sifat-sifat mekanik material komposit polimer GFRP sebagai material dasar helm dengan uji standard ASTM 638D. 3. Untuk mengetahui besarnya temperatur pada dinding bagian dalam dari kedua model helm ( helm TSA, dan DSA). 4. Untuk mengetahui kekuatan model helm TSA, dan DSA dengan pengujian impak pada bagian atas helm, dan samping secara langsung menggunakan teknik pengu Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
kuran dua gage. 5. Meredesain gambar model konstruksi helm hasil produksi, untuk meng klarifikasi bentuk model, kontur permukaan, dan dimensi helm secara keseluruhan sebagai verifikasi hasil desain dan pabrikasi. 3.6.
Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian seperti pada Gambar 3.23, menunjukkan tentang konsep pelaksanaan kegiatan penelitian yang berawal dari sebuah permasalahan, khususnya dalam bidang desain dan pabrikasi helm industri, dan menggunakan material komposit GFRP sebagai material dasar untuk pembuatan helm. Di samping itu, dengan melakukan berbagai pengujian untuk memperoleh data-data seperti: sifatsifat mekanik material komposit, pengukuran kekuatan, nilai ergonomik helm setelah diproduksi, dan meredesain untuk memperoleh
bentuk kontur helm setelah
diproduksi. Diharapkan helm komposit dari hasil produksi ini dapat menjamin keselamatan dan layak dalam penggunaannya di lapangan, sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan yang akan mengakibatkan cedera kepala. Pada diagram alir penelitian (Gambar 3.24), menunjukkan langkah-langkah seperti: persiapan alat dan bahan, desain dan pabrikasi, sampai dengan pengolahan data, dan penyelesaian dari seluruh data hasil pengujian untuk mendapatkan sebuah kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini. Dari beberapa pengujian telah yang dilakukan
pada
helm komposit, hasilnya akan dibandingkan dengan helm non
standard, helm standard yang dibuat dari bahan polimer biasa. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Permasalahan:
Uji Statik
- Desain &Pabrikasi Helmet Industri. - Material (GFRP).
Uji Dinamik
Uji Ergonomik
Pembuatan helm Komposit dengan Metode Hand lay-up: • Material helm Komposit. • Cetakan (helm standard). • Metode cetakan terpisah. • Dimensi helm standard. • Model helm dengan salu ran angin/ ventilasi. • Model helm tanpa Saluran angin.
Bentuk Pengujian: Uji Tarik Material helm (Ht- 9502 C.H.UTM). • Uji Temperatur udara pada helm dengan alat termokopel. -Pengujian respon batang input tanpa menggunakan spesimen (helm). -Pengujian Langsung pada helm dengan impak kecepatan tinggi (KOMPAK): • Dengan teknik pengukuran dua gage. • Jarak pengimpakan (ID). • Helm dengan saluran angin (DSA). • Helm tanpa saluran angin (TSA). • Respon tegangan impak dan tegangan insiden. •
Hasil yang akan diperoleh: • • • • •
Helm komposit hasil produksi. Sifat mekanik material. komposit polimer GFRP Temperatur udara pada helm Kekuatan helm komposit Redesain gambar desain model konst. Helm komposit.
Helm Industri Yang ergonomik
Gambar 3.23 Kerangka Konsep Penelitian Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Penelusuran literatur dan Penyusunan Proposal
Mulai
Pemeriksaan tersedianya Peralatan dan Bahan
Desain dan pabrikasi Helm Industri yang ergonomik
Uji Statik
Uji Dinamik
Uji Ergonomik
Verifikasi redesain gbr helm dgn solid work 2005
Pengolahan Data hasil Pengujian
Kesimpulan
Gambar 3.24 Diagram Alir Penelitian Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Selesai
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Pendahuluan
Pada penelitian ini, model helm komposit yang diberi beban impak adalah mengikuti bentuk helm standard Australia EN 397. AS/NZS 1801.SS 98 yang digunakan sebagai acuan bentuk cetakan helm komposit. Struktur helm komposit dibuat dari bahan komposit Glass Fiber Reinforced Plastics (GFRP). Pemilihan bahan komposit polimer GFRP ini, ditinjau dari proses pembuatannya lebih mudah dibentuk sesuai dengan bentuk cetakannya, helm di cetak menggunakan metoda
hand lay up, dan sifat-sifat bahan komposit GFRP yang mudah dibentuk tidak memerlukan temperatur panas, dan tekanan pada proses pencetakannya. Penelitian ini untuk memberikan informasi tentang hasil desain model dan pabrikasi helm komposit
dengan metode hand lay up, pengujian statik, respon
tegangan pada input bar, tegangan insiden, dan respon tagangan pada helm di lokasi terdekat dengan titik pengimpakan pada jarak tertentu. Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui kekuatan helm komposit hasil desain dengan model saluran angin (DSA), dan tanpa saluran angin (TSA), yang di bentuk pada
keempat sisi
dindingnya. Dari kedua model helm komposit tersebut, tentu memiliki kontur helm yang berbeda. Dari beberapa pengujian yang dilakukan, maka dapat diketahui pula perbedaan data hasil pengukuran yang diperoleh seperti: temperatur, dan berat helm itu sendiri, sehingga dapat diklasifikasikan untuk model helm yang ergonomik. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
62
Pengujian impak dilakukan untuk mendapatkan respon tegangan pada batang input dengan metoda dua gage, selanjutnya dilakukan pengujian langsung pada helm dengan strain gage terpasang pada arah: x dan y. Dari hasil pengujian helm langsung ini, akan menampilkan karakteristik gelombang tegangan melalui grafik hasil pengukuran data uji yang menggunakan excel, hal ini untuk mengetahui seberapa besar respon tegangan impak dan tegangan insiden pada helm dengan variasi jarak impak yaitu: 40 mm s.d 120 mm dan 40 s.d 100 mm. Pada pengujian ergonomik dilakukan dengan mengenakan helm langsung selama 60 menit.di lapangan terbuka pada siang hari, dan kondisi cuaca cerah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui data hasil pengukuran temperatur udara yang bersirkulasi pada bagian dalam dinding helm dengan model saluran angin (DSA) maupun tanpa saluran angin (TSA) terhadap udara di sekitarnya dengan menggunakan alat termokopel. 4.2.
Desain dan Pabrikasi Helm Komposit
Pembuatan helm komposit dilakukan dengan proses pencetakan yang menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up. Untuk memudahkan pelaksanaan proses pembuatan helm komposit tersebut adalah dengan menggunakan dua bentuk cetakan secara terpisah yaitu: (1). Bentuk cangkang bagian atas. (2) bentuk kerangka bagian bawah (brim) yang didesain dan dibuat dari material plat setebal 2 mm. Sebelum dilakukan proses pencetakan helm komposit tersebut, awalnya dilakukan dengan memotong bentuk cangkang digunakan sebagai alat cetakan bagian atas,
helm standard yang
untuk mendapatkan
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
kontur atas
cangkang helm. Sedangkan kerangka bagian bawah helm dicetak secara terpisah. Kedua bagian helm tersebut dicetak dengan susunan dua lapis serat E-glass, selanjutnya
bagian helm yang telah di cetak dikeringkan atau di jemur pada
temperatur kamar selama 12 jam. Setelah proses pengeringan, maka kedua bagian helm tersebut masing-masing dibuka dari cetakan. Sebelum dilakukan proses penyambungan, terlebih dahulu dilakukan perataan atau merapikan kedua bagian ujung yang akan disambung dengan menggunakan mesin grinda tangan. Dari hasil penyambungan kedua bagian tersebut, maka terbentuklah helm komposit. Setelah itu dilanjutkan pada pembuatan model helm dengan membentuk saluran angin yang berukuran 40 x 4 mm pada keempat sisi dinding helm tersebut, untuk memenuhi sebuah bentuk model helm industri yang ergonomik sesuai dengan yang direncanakan. Gambar 4.1 berikut ini adalah menunjukkan bentuk konstruksi helm komposit setelah tersambung dari kedua bagian yang dicetak secara terpisah.
Daerah Sambungan
a). Tampak Samping
Brim
b). Tampak Atas
Gambar 4.1 Bentuk konstruksi helm setelah tersambung Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Cangkang
a). Model Helm Tanpa Saluran Angin (TSA)
c). Penampang Helm Bagian dalam dengan tali jaringan
b). Model Helm Dengan Saluran Angin (DSA)
d). Model Helm setelah Pewarnaan
Gambar 4.2 Helm Komposit Hasil Produksi Setelah proses pencetakan helm, selanjutnya dilakukan pembentukan saluran angin (wind channel) pada keempat sisi dinding helm yang dikerjakan dengan menggunakan mesin grinda tangan (hand grinding) dan kikir halus, hingga saluran angin tersebut terbentuk sesuai desain bentuk model helm yang di inginkan seperti pada gambar 4.2 b di atas. Selanjutnya helm diberi warna dengan proses pengecatan (gambar 4.2 d) dengan mencampurkan bahan pewarna pada resin polyester sebelum dilakukan proses pencetakan. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
4.3.
Pengujian Statik
Pada pengujian statik ini, dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik material komposit polimer GFRP dengan bentuk spesimen uji menurut standard
ASTM 638 D. Dari hasil pengujian ini, untuk harga modulus elastisitas (E) spesimen diperoleh berdasarkan pembacaan pada gambar 4.3 yaitu hubungan beban F dan pertambahan panjang Δl . Gaya F yang dihasilkan diubah ke bentuk tegangan, dengan cara membagi gaya F dengan luas penampang A pada daerah pengukuran. Sementara regangan yang terjadi diperoleh dengan cara membagi Δl dengan panjang daerah pengukuran l. Tegangan tarik maksimum yang diperoleh dari pembacaan grafik (Gambar 4.3) merupakan nilai tertinggi pada pengujian yaitu sumbu Y (stress) menunjukkan ( σ max ) = 277 MPa. Dari tiga kali pengujian dapat diketahui harga rata-rata kekuatan tarik adalah: 401,3 MPa, dan modulus elastisitas material helm komposit GFRP (E) sebesar 782 MPa = 0,782 GPa, dan elongation 51,33%. Variasi data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil pengujian statik, harga rata-rata modulus elastisitas diperoleh sebesar (E) = 782 MPa = 0,782 GPa. Harga modulus elastisitas (E) sebagai material dasar pembuatan helm komposit ini dibandingkan dengan material dasar helm non standard yang dibuat dari material PE, PP, dan helm
standard dari material PE, PP, dan ABS. Untuk ini diambil perbandingan dari salah satu jenis material tersebut yaitu helm non standard dari material polimer biasa (PE) memiliki harga modulus elasitisitas (E) sebesar 522 Mpa. Dari perbandingan harga Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
(E) tersebut, ternyata helm komposit memiliki harga (E)
jauh lebih besar
dibandingkan dengan helm non standard. Berikut ini ditunjukkan gambar grafik hasil pengujian statik menggunakan spesimen uji menurut standard ASTM 638 D dengan alat uji HT 9502 Computer
σ
Hidrolic Universal Testing Machine.
ε
Gambar 4.3 Tipikal Grafik Tegangan Vs Regangan Spesimen Komposit Dari pembacaan grafik hasil uji tarik (Gambar 4.3) di atas, maka didapatkan harga modulus elastisitas (E) material komposit polimer GFRP seperti ditunjukkan pada tabel 4.1. berikut ini. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4.1 Hasil Uji Tarik Spesimen Komposit GFRP No.
Kekuatan Tarik (Mpa)
Modulus Elastisitas (Mpa)
1.
349,33
680,56
2.
436,36
850,1
3.
418,2
814,73
Rata-Rata
401,3
782
Sumber: Hasil Penelitian 4.4.
Pengukuran Temperatur Udara pada bagian dalam dinding Helm
Pengujian ergonomik ini dilakukan dengan cara mengenakan helm secara langsung dalam kondisi cuaca cerah pada temperatur udara terbuka: 310C s.d 330C, kelembaban relatif
54 s.d 95%, dan kecepatan angin rata-rata 2 s.d 5 m/det
(Lampiran 1,sumber data BMG- Medan, April 2006). Pengujian ini adalah untuk mengetahui besar temperatur udara yang
terakumulasi di bagian dalam dinding
helm, yang bersirkulasi melalui saluran angin terhadap udara di sekitarnya. Pengujian ergonomik dilakukan pada kedua model helm yaitu: (1). Helm tanpa saluran angin (TSA), dan (2). Helm dengan saluran angin (DSA). Pengujian ergonomik dilakukan pada kedua model helm, dengan mengukur temperatur udara pada permukaan dinding helm bagian dalam, dan hasil pengukuran akan di bandingkan. Dari hasil pengukuran temperatur udara pada model helm tanpa saluran angin (TSA) diketahui temperaturnya = 39 0C lebih tinggi dibandingkan dengan model helm yang menggunakan saluran angin (DSA) sebesar 33,16 0C. Datadata hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 berikut ini. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Udara pada Helm TSA Titik Pengukuran
Waktu Pengukuran
Pembacaan Temperatur Udara
1.
38
2.
38
3.
40
4.
Gambar 4.4 Model helm TSA
60
40
5.
39
6.
39
Temperatur rata-rata
:
39
Sumber: Hasil Penelitian
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Temperatur Udara pada helm (DSA) Titik Pengukuran
Waktu Pengukuran
4.
31
5.
33
6.
36
4.
Gambar 4.5 Model Helm DSA
Pembacaan Temperatur Udara
60
31
5.
36
6.
32
Temperatur rata-rata
: 33,16
Sumber: Hasil Penelitian
Pada pengujian ergonomik,
pengukuran temperatur udara pada helm
dilakukan selama 60 menit adalah kondisi yang paling optimum bagi pengguna helm di lapangan. Jadi dari data hasil pengukuran temperatur udara pada kedua model helm tersebut (lihat tabel 4.2 dan tabel 4.3) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dalam penelitian ini, hasil desain model konstruksi helm industri dari bahan komposit polimer
GFRP, untuk model helm (DSA) menunjukkan
temperatur hasil pengukuran pada dinding bagian dalam adalah sebesar 33,160C Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
yang berarti sama dengan temperatur udara di sekitarnya sebesar 330C. Dari data hasil pengukuran ini merupakan data yang telah diketahui untuk memenuhi salah satu persyaratan helm industri yang ergonomik. Berikut ini adalah data hasil pengujian ergonomik seperti pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil Pengujian Helm Ergonomik No.
Model Helm
1. Model Helm Dengan Saluran Angin (DSA) 2. Model Helm Tanpa Saluran Angin (TSA)
Material
Komposit polimer
Berat Helm (gram)
Temperatur Udara (0C)
365
33,16
385
39
GFRP Komposit polimer GFRP
Sumber: Hasil Penelitian
Untuk pengukuran berat helm juga dilakukan dengan menggunakan alat timbangan Digital SAUTER D-7470 west germany, type EB 60 dengan ketelitian 0,001. Hasil pengukuran berat helm seperti pada tabel 4.4 di atas, dan menunjukkan perbedaan berat dari kedua model helm tersebut, dengan selisih berat yaitu sebesar: 385 – 365 = 20 gram. Perbedaaan ini oleh karena adanya perubahan kontur pada permukaan dinding helm yang didesain, dengan bentuk model saluran angin pada ke empat sisi dinding yang berlubang yaitu model helm DSA (no.1). Jadi dari hasil pengukuran berat
model helm (DSA) adalah 365 gram, jauh lebih ringan
dibandingkan dengan helm TSA yang beratnya 385 gram. Dalam hal ini tentu ada pengaruh terhadap proses pembentukan saluran angin pada ke empat sisi dinding Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
helm tersebut, karena terjadi pembuangan atau pengurangan material pada masingmasing permukaan dinding helm yaitu sebesar lubang saluran angin yang berukuran 40 x 4 mm sebanyak 4 buah. Pada pengujian ergonomik, pengukuran berat helm juga dilakukan pada helm standard dari jenis polimer: Polyethylene (PE), Polypropylene, dan
Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), yang digunakan sebagai alat cetakan helm komposit, dan dari hasil pengukuran beratnya dapat dibandingkan. Dari pengukuran berat helm standard diketahui seberat 290 gram, sedangkan berat helm komposit adalah 365 gram. Jadi perbandingan berat helm standard dengan helm komposit memiliki selisih berat sebesar 365 gram – 290 gram = 75 gram. Perbedaan berat dari kedua jenis helm ini
disebabkan dari beberapa faktor perbedaan yaitu:
komposisi material, dan proses pembuatannya. Dalam penelitian ini proses pembuatan helm komposit adalah menggunakan
metode hand lay up, sehingga pengaruh tebal dinding helm komposit yang tidak merata, terutama pada kontur tulangan bagian atas, terjadi penumpukan cairan resin yang lebih tebal pada permukaan cetakan bagian bawah yang tidak dapat dihindari. Hal inidisebabkan karena letak cetakan helm pada posisi terlentang ke atas, dan pada pelapisan matrik dan serat disusun secara bertahap, sehingga sebelum cairan resin di dalam cetakan tersebut mengering, cairan resin cenderung mengalir turun
ke
permukaan cetakan yang lebih rendah (bagian bawah cetakan), dan akibatnya terjadi penumpukan resin yang lebih tebal pada daerah bagian bawah cetakan. Berat helm Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
juga dipengaruhi pada daerah sambungan antara cangkang dengan kerangka bawah (brim), sehingga hasil pencetakan menyebabkan helm komposit lebih berat dari helm
standard. 4.5.
Pengujian Kekuatan Helm Komposit dengan Beban Impak
4.5.1. Pengukuran respon batang penerus (batang input) Batang penerus (input bar) yang digunakan pada set up alat uji KOMPAK ini terdiri dari bahan aluminium paduan AA 2024 T3. Uji respon batang input tanpa helm terpasang, bertujuan untuk mengetahui respon batang penerus terhadap beban impak menggunakan tekanan udara konstan 0,4 MPa, dan jarak impak yang divariasikan, mulai dari 40 mm s.d 200 mm dapat diketahui tegangan impak yang diterima oleh batang penerus (input bar).
Gambar 4.6 dan 4.7 adalah hasil pengukuran respon tegangan pada batang penerus tanpa spesimen (uji kosong). Dari masing-masing gambar grafik terlihat bahwa kenaikan jarak impak akan menyebabkan kenaikan amplitudo tegangan, tetapi hal ini tidak mengubah harga-harga waktu yang diperoleh, seperti: waktu impak, waktu mencapai puncak gelombang, waktu untuk satu gelombang penuh, waktu antara setengah gelombang, dan waktu untuk setengah gelombang. Besarnya tegangan yang dihasilkan untuk masing-masing jarak impak pada pengujian respon batang penerus tanpa spesimen ditunjukkan pada Tabel 4.5. Dari data hasil pengukuran pada Tabel 4.5 adalah menggambarkan bentuk grafik dengan variasi jarak impak pada batang penerus. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
30
ID ID ID ID ID ID ID ID ID
Tegangan (Mpa)
20 10
0 250
350
450
550
40 60 80 100 120 140 160 180 200
650
-10 Batang Striker
SGA
Batang Input
-20
-30 Waktu (μ s)
Gambar 4.6 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage a untuk berbagai variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 MPa
50 ID ID ID ID ID ID ID ID ID
40 30 Tegangan(Mpa)
20 10 0 230 -10 -20 -30
330 Bat ang St riker
430 SGB
530
40 60 80 100 120 140 160 180 200
630
Bat ang Input
-40 -50 Waktu (μ s)
Gambar 4.7 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage b untuk berbagai variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 MPa
Gambar 4.6 dan 4.7 memberikan informasi, untuk mengetahui besarnya respon tegangan yang dihasilkan dari pengimpakan ini, dengan variasi jarak impak: Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
40 mm s.d 200 mm menunjukkan semakin besarnya respon tegangan. Jadi kenaikan respon tegangan yang diterima oleh gage a dan gage b seiring dengan bertambah besarnya jarak impak atau dapat di informasikan bahwa selisih tegangan yang diterima oleh gage a dan gage b bertambah besar dengan bertambah jauhnya jarak impak. Tabel 4.5 Respon Batang Penerus pada lokasi Gage a dan b Tegangan Impak (MPa ID (mm)
Gage a
Gage b
Selisih a-b
40 60 80 100 120 140 160 180 200
362 362 362 362 362 363 364 365 366
324 326 328 331 333 335 336 337 339
38 36 34 31 29 28 28 28 27
Sumber: Hasil Penelitian 4.5.2. Pengukuran Respon Helm secara Langsung Dalam riset ini, pengukuran respon helm akibat beban impak dilakukan dengan menggunakan strain gage rossete, dan hanya menggunakan dua arah pengukuran, yaitu pada arah: x dan y dengan jarak 15 mm dan 30 mm dari titik pengimpakan. Spesifikasi strain gage rosette diperlihatkan dalam Tabel 4.6. Letak dan posisi
pemasangan strain gage pada spesimen seperti pada Gambar 4.8.
Respon tegangan yang diukur adalah tegangan yang diterima helm akibat beban impak. Beban impak diberikan dengan tekanan udara dari kompresor pada tekanan: Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
0,4 MPa. Jarak impak dibuat bervariasi, dimulai dari jarak 40 mm s.d jarak 120 mm yang akan mengakibatkan kegagalan pada helm. 4.5.2.1. Pengimpakan atas helm TSA dengan strain gage arah: X
Striker 500 mm
Input Bar
30
15
Strain gage Arah: X
1500
Gambar 4.8 Pengujian Langsung pada Helm 4.5.2.2. Respon Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada: ID = 60 mm, dan Strain Gage arah: X Dalam pengujian ini menggunakan teknik pengukuran dua gage untuk mengukur respon helm terhadap beban impak. Respon tersebut dapat di artikan sebagai ketahanan helm untuk mendukung respon gelombang tegangan impak yang masuk ke lokasi impak melewati ujung input bar. Respon helm berbeda, tergantung dari lokasi impak, intensitas beban, dan geometri ujung input bar yang bersentuhan langsung dengan permukaan helm. Dari grafik menunjukkan bahwa intensitas tegangan insiden (Gambar 4.9 b) tergantung pada tegangan impak (Gambar 4.9 a) yang dihitung dari hasil pengukuran pada lokasi a dan b. Intensitas tegangan impak tergantung kepada kecepatan luncur batang striker dan sifat-sifat mekanik kedua batang impak dan batang penerus. Pada tekanan 0,4 MPa, jarak impak (ID) = 60 mm, dan strain gage arah: X pada jarak = 15 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
mm diperoleh tegangan impak pada lokasi a sebesar 64,43 MPa. Sedangkan besarnya tegangan yang dapat ditransmisikan ke dalam helm (tegangan insiden) hanya sebesar 24,50 MPa. Di sini, terlihat bahwa ada pengaruh faktor transmisi tegangan. Konfigurasi tegangan insiden akibat ujung rata dengan diameter input bar 20 mm, dan panjangnya 1500 mm memberikan beberapa informasi, antara lain adalah waktu impak untuk jarak 60 mm, (ti) = berkisar 150 μs. Waktu impak ini tergantung pada ukuran batang impak yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan batang impak yang panjangnya 500 mm, batang penerus 1500 mm, jarak strain gage a, dan b 200 mm.
200
200
P = 0,4 Mpa
Striker
Input Bar
500 mm
1500
a
c
b
60
100
64.43
40
24.50
b
20
0
Stress (MPa)
Tegangan (MPa)
50
0
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
a 0
50
c 100
150
f 200
250
300
-20
-50 -40
-100
-60
ti Tim e (μs)
d
Waktu (μs)
a).
b).
Gambar 4.9 Tipikal Tegangan Impak dan Insiden (P = 0,4 MPa, ID = 60 mm) Tegangan insiden adalah besarnya respon tegangan yang masuk (diserap) ke helm melalui interface batang penerus tergantung pada variasi jarak pengimpakan. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Semakin besar jarak impak, maka dari grafik memperlihatkan semakin besar pula respon tegangan insiden seperti pada grafik (Gambar 4.9b). Hal ini pada prinsipnya sama dengan karakteristik gelombang tegangan impak pada batang, semakin besar jarak impak, maka grafik menunjukkan semakin besar pula gelombang tegangan impak yang terjadi seperti terlihat pada grafik (Gambar 4.6, dan 4.7). a). Karakteristik pengukuran respon gelombang tegangan lewat strain gage: a Sg. a
Sg.b
100
64.43 b b‘ c
Tegangan (MPa)
50
TeganganTarik
TeganganTekan a
a‘
0 0
200
400
600
d
‘ 800 c 1000
-50
f‘
d‘
1200
e‘
g
1400
1600
f
-100 Waktu (μs)
Gambar 4.10
Respon Tegangan Impak vs Waktu SG. = 15 mm, Arah: X), Pada (ID = 40 dan 120 mm) (Impak Atas Helm TSA), P = 0,4 MPa
Pengimpakan dari batang impak (striker) yang diberikan tekanan udara sebesar 0,4 MPa ke batang input melalui interface, maka timbul gelombang tegangan impak pada batang input sebesar ( σ imp. ) = 64,43 MPa, insiden stress( σ ins ) = 24,50 MPa. Gelombang tegangan yang terjadi pada ujung batang penerus tersebut
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
dirambatkan sampai ke ujung batasnya sepanjang (L) dalam waktu (t), dan gelombang ini terekam oleh semi conductor strain gage a
b dengan jarak (ℓo)
sebagai gelombang tegangan tekan satu dimensi (a b) dalam waktu (t), dan setelah mencapai ujung batas batang penerus (L) rambat gelombang tegangan tersebut diteruskan ke spesimen melalui interface batang penerus, hingga ujung batas spesimen (antara permukaan spesimen dan batang input) sejauh (b c) dalam waktu t + t1. Disini terjadi penundaan waktu (time delay) pada interface akibat dari tegangan
impak batang penerus ke spesimen, sehingga sebagian gelombang tegangan masuk ke spesimen, dan sebagian lagi direfleksikan kembali ke batang input melalui
interface. Selanjutnya rambat gelombang tegangan pada batang input tersebut kembali melewati semi conductor strain gage (b terekam sebagai gelombang tegangan tarik (c
a) yang berjarak (ℓo), dan
d) dalam waktu t, dan selanjutnya
gelombang tegangan dirambatkan sampai ke ujung batang penerus, hingga mencapai ujung batasnya, melalui interface (d
e) gelombang tegangan tersebut sebagian
masuk ke batang striker, dan sebagian lagi ditransmisikan kembali dan melewati semi
conductor strain gage (a
b) adalah sebagai gelombang tegangan tekan, dengan
propagasi gelombang tegangan yang sama seperti diatas terus berlanjut secara berulang. Dari Gambar Grafik di atas terlihat bahwa batang penerus telah memberi respon terhadap beban impak yang diberikan. Hal ini menunjukkan adanya gelombang tegangan tarik yang merambat ke batang impak (striker) dan telah ditransmisikan kembali melalui interface ke batang penerus sebesar (d
e) dalam
waktu (t - t1), kemudian rambat gelombang tegangan dari interface ke ujung batang Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
diteruskan dan melewati semi conductor strain gage (a
b) adalah sebagai
gelombang tegangan tekan kembali. b).
Pengukuran gelombang tegangan impak lewat strain gage: b Dari impak (batang striker) yang diberikan ke batang penerus (input bar)
melalui interface, maka timbul gelombang tegangan disepanjang (L) batang penerus. Dengan cara pembacaan yang sama grafik pada pengukuran strain gage a, (Gambar 4.9 a), maka gelombang tagangan yang terjadi pada batang penerus diteruskan ke spesimen adalah dari titik (a´- b´) dalam waktu (t – t1), tertangkap oleh semi conductor strain gage (a
gelombang tegangan ini
b) sebagai gelombang tegangan
tekan, dan setelah mencapai ujung batas batang penerus gelombang tegangan ini direfleksikan kembali melewati semi conductor strain gage (b
a) dan terekam
sebagai gelombang tegangan tarik (b´- c´). Selanjutnya melalui interface spesimen ke batang penerus terjadi penundaan waktu (time delay) selama waktu (c´- d´), dan rambat gelombang tegangan ini diteruskan sampai ke ujung batas batang penerus, setelah mencapai ujung batas batang penerus gelombang tegangan ini direfleksikan melalui interface batang impak ke batang penerus, dan kembali melewati semi conductor strain gage (a b) sebagai gelombang tegangan tekan, dan hal yang sama seterusnya gelombang tegangan berpropagasi secara berulang. c). Pengukuran respon tegangan insiden pada helm Pengukuran kekuatan pada lokasi impak (batang input dan helm) berdasarkan pada teori rambat gelombang elastis satu dimensi. Pada Gambar 4.9 b menunjukkan Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
tegangan insiden, yaitu tegangan yang berpropagasi ke dalam helm dengan amplitudo sebesar ( σ in ) = 24,50 Mpa. Pungukuran tegangan insiden (yaitu tegangan yang masuk kedalam helm) dengan memasang semi conductor strain gage a pada jarak 15 mm, dan semi conductor strain gege b yang berjarak 30 mm dari titik pengimpakan. Dari pengimpakan batang impak melalui interface batang penerus, rambat gelombang tegangan yang ditransmisikan ke batang penerus dan diteruskan ke spesimen melalui
interface spesimen, sehingga gelombang tegangan yang masuk ke spesimen terukur melewati semi conductor strain gage (a
b) yang berjarak 15 mm dari titik impak
terpasang pada spesimen, dan dalam waktu (t ) adalah sebesar ( σ in ) = 24,50 MPa, sebagai gelombang tegangan tekan satu dimensi (a
b), setelah mencapai ujung
batang penerus, sebagian gelombang tegangan tekan ini diteruskan ke spesimen dan sebagian akan direfleksikan sebagai gelombang tegangan tarik menuju interface batang impak dan batang input dan tertangkap oleh strain gage b dan a sejauh (b- c). Pada saat yang sama setelah impak, pada batang impak juga merambat gelombang tagangan tekan dari interface menuju ujung bebasnya. Setelah mencapai ujung bebasnya, gelombang tegangan ini direfleksikan menuju interface dan diteruskan ke batang penerus. Pada saat menuju ujung batang penerus, gelombang tegangan tersebut akan tertangkap oleh strain gage a b sebagai gelombang tegangan tarik satu dimensi sebesar (c d). Setelah mencapai ujung batang penerus, gelombang tegangan ini sebagian diteruskan ke spesimen dan sebagian kembali menuju interface batang penerus dan batang impak dan terekam oleh strain gage b dan a sebagai
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
gelombang tegangan tekan sebesar (d f). Jadi besar gelombang tegangan tarik yang merambat ke batang impak ditransmisikan kembali ke batang penerus (input bar), dan diteruskan ke spesimen. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: sifat-sifat mekanis material batang uji, ukuran panjang batang uji, dan jenis material spesimen yang akan di uji. Ketiga hal tersebut harus dipertimbangankan, agar data hasil pengujian yang didapatkan terukur dengan baik. 4.5.2.3. Respon tegangan impak atas helm tanpa saluran angin (TSA), pada ID = 40 mm, dan ID = 120 mm, SG. arah: X
P : 0,4 MPa
Striker
Input Bar
Impact distance: 40 mm dan 120
18 ID 40 ID 120
12
Stress (MPa)
6
0 0
1000
2000
3000
4000
-6
-12
-10.96 -18 Waktu (us)
Gambar 4.11
Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas,TSA
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
18 ID 40 ID 120
12
5.89 Stress (MPa)
6
0 0
1000
2000
3000
4000
-6
-12
-18 Waktu (us)
Gambar 4.12 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.atas, TSA 4.5.2.4. Respon impak atas helm dengan saluran angin (DSA), pada ID = 40 mm dan ID = 120 mm, SG. arah: X
25 ID 40 ID 120
Stress (MPa)
15
5
-5
0
1000
2000
3000
4000
-15
-21.61
-25 Waktu (us)
Gambar 4.13 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas, DSA Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
25 ID 120 ID 40
Stress (MPa)
15
5
-5
0
1000
2000
3000
4000
-11.02
-15
-25 Waktu (us)
Gambar 4.14 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.atas, DSA 4.5.3.
Pengimpakan samping helm TSA dengan Strain gage arah: X
4.5.3.1. Respon impak samping helm tanpa saluran angin (TSA), pada ID = 40 mm dan ID = 100 mm, SG.arah: X
10 ID 40 ID 100
Stress (MPa)
5
0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
-5
-6.61 -10 Waktu (us)
Gambar 4.15 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.samp. TSA Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
10 ID 40
6.00
ID 100
Stress (MPa)
5
0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
-5
-10 Waktu (us)
Gambar 4.16 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.samp.TSA 4.5.3.2. Respon impak samping helm dengan saluran angin (DSA), pada ID = 40 mm dan ID = 100 mm, SG.arah: X
10 ID 40 ID 100
Stress (MPa)
5
0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
-5
-4.24
-10 Waktu (us)
Gambar 4.17 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.samp.DSA Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
10 ID 40 ID 100
4.64
Stress (MPa)
5
0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
-5
-10 Waktu (us)
Gambar 4.18 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.samp.DSA 4.5.4. Pengimpakan atas helm TSA dengan strain gage arah: Y Pengimpakan atas pada helm seperti ditunjukkan pada Gambar 4.19 menggunakan metoda dua gage dengan berbagai variasi jarak impak (ID). Gambar 4.20,dan 4.21 menunjukkan tegangan impak dan tegangan insiden (yaitu tegangan yang masuk ke dalam helm) dengan tekanan 0,4 MPa masing-masing pada jarak impak 60 mm dan 140 mm. Sedangkan Gambar 4.22 merupakan grafik gabungan respon tegangan insiden. Dari gabungan kedua grafik tersebut (Gambar 4.22) menunjukkan semakin besar jarak impak, maka semakin besar pula respon tegangan impak dan tegangan insiden yang diterima helm. Berikut ini ditunjukkan data-data hasil pengukuran dengan jarak impak yang bervariasi menunjukkan besarnya respon tegangan impak dan tegangan insiden seperti terlihat pada Tabel 4.7. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4.6 Hasil perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai variasi (ID) : 60 mm s.d 140 mm ID
Tegangan Impak
Tegangan Insiden
Faktor Transmisi
(mm)
(MPa)
(MPa)
(α) %
60
67,77
26,28
38,78
80
73,81
28,76
38,96
100
78,53
31,07
39,56
120
86,37
33,56
38,85
140
91,89
36,80
40,04
Rata-Rata
79,67
31,29
39,24
Sumber: Hasil Penelitian
Konfigurasi tegangan insiden dapat ditunjukkan pada Gambar 4.22. Dari bentuk gelombang tegangan tersebut memberikan beberapa informasi penting, antara lain : waktu impak untuk jarak 60 mm dan 140 mm sebesar (ti) = 300 μs. Waktu impak ini tergantung pada ukuran panjang batang impak yang digunakan. Semakin pendek batang impak yang digunakan waktu impak akan semakin kecil.
200
Striker
200
Input Bar Gage a Gage b
500 mm
1500 mm
Gambar 4.19. Impak Atas Helm TSA dengan Strain Gage arah: Y Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
P : 0,4 MPa
Striker
Input Bar
Impact distance: 60 mm
50
100
67.77099378
40
Insiden Stress (M Pa)
Tegangan im pak (M Pa)
75 50 25 0 750
1250
1750
-25 -50
26.28
30 20 10 0
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
-75
-10
-100
-20
ti Time (μs)
Waktu (μs)
Gambar 4.20. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm), Strain Gage arah: Y P : 0,4 MPa
Striker
Input Bar
Impact distance : 140mm 91.89524578
100
50
50 25 0 0
500
1000
-25 -50
1500
Insiden Stress (MPa)
Tegangan impak (MPa)
36.80
40
75
30 20 10 0 100
-10
-75
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
320
340
ti
-20
-100
Waktu (μs)
Time (μs)
Gambar 4.21. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P = 0,4 MPa; ID: 140mm)
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
80 60 Tengangan (MPa)
ID60=26.28 40
ID140=36.80
20 ID=60
0 -20
0
200
400
600
800
ID=140
-40 -60 -80 Waktu (μs)
Gambar 4.22. Grafik Gabungan Respon Tegangan Insiden Bentuk grafik (Gambar 4.22) di atas, menunjukkan besar respon tegangan insiden dari pengujian model helm TSA, pada jarak impak (ID) 60 s.d (ID) 140 mm. Penjalaran gelombang tegangan yang terjadi berbentuk amplitudo dan searah dengan sumbu batang uji. Tegangan impak pada (ID) = 60 mm sebesar 67,77 MPa, dan tegangan insiden sebesar 26,28 MPa, sedangkan pada (ID) = 140 mm, diperoleh tegangan impak sebesar 91,89 MPa dan tegangan insiden sebesar 36,80 MPa. Jadi semakin besar jarak impak (ID), maka semakin besar pula tegangan impak dan tegangan insiden pada helm. Pada kondisi ini permukaan helm belum menunjukkan kerusakan, tetapi pada bagian dalam helm sudah memperlihatkan perubahan warna
whitening zone di bawah lokasi titik impak. Dari hasil perhitungan tegangan impak dan tegangan insiden pada berbagai variasi jarak impak dapat dilihat bahwa rata-rata Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
faktor transmisi sebesar 39,24%. Hal ini menunjukkan bahwa tegangan yang masuk ke helm komposit sangat besar, artinya tegangan impak mampu diredam. 4.5.5.
Pengimpakan samping helm TSA, dengan Strain Gage arah: Y
Strain Gage terpasang pada Arah : Y Dan Arah Pengimpakan Samping. Titik
Gambar 4.23. Impak Samping Helm TSA dengan Strain Gage Arah: Y
Pengukuran respon tegangan impak pada helm dari arah samping ditunjukkan pada Gambar 4.24. Pada pengujian ini, pengukuran yang dilakukan mulai pada jarak impak (ID) = 60 s.d 120 mm, dengan tekanan 0,4 MPa. Gambar 4.24 dan 4.25 masing-masing memperlihatkan tegangan impak dan tegangan insiden, dan menunjukkan besar respon tegangan impak yang ditransmisikan ke helm sebesar 42,45 MPa, dan tegangan insiden pada helm sebesar 16,15 MPa pada (ID) = 60 mm, pada (ID) = 120 mm, respon tegangan impak yang di transmisikan sebesar 65,72, MPa, dan tegangan insiden pada helm sebesar 26,02 MPa. Pada kondisi ini helm sudah menunjukkan whitening zone. Berikut ini data hasil pengukuran yang ditabulasikan pada Tabel 4.8. Faktor transmisi dari berbagai variasi (ID) sebesar 38,75%, hal ini menunjukkan helm komposit lebih besar meredam tegangan yang masuk akibat beban impak kecepatan tinggi. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Pada pengujian impak bagian atas helm, menunjukkan besar faktor transmisi yang hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa semua bagian permukaan helm akan meredam tegangan yang diterima sebesar 60%. Respon tegangan insiden yang diperoleh ini, juga
menunjukkan kemampuan helm komposit untuk menahan
tumbukan beban impak, sehingga pada jarak impak (ID) sebesar 140 mm, dan strain
gage pada 15 mm dari titik pengimpakan, pada permukaan dinding helm yang terkena impak hanya menunjukkan whitening zone. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi perambatan gelombang tegangan yang menembus lapisan matrik, dan gelombang tegangan tersebut akan diteruskan ke lapisan serat penguat yang pertama. Tabel 4.7. Hasil perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai variasi (ID) : 60 mm s.d 120 mm ID
Tegangan Impak
Tegangan Insiden
(mm)
(MPa)
(MPa)
(α) %
60
42,45
16,15
38,04
80
51,82
20,02
38,63
100
59,22
22,93
38,72
120
65,72
26,02
39,59
54,8025
21,28
38,75
Rata-Rata
Faktor Transmisi
Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil pengujian helm impak atas dan samping dengan strain gage terpasang pada arah: Y menunjukkan besar respon tegangan insiden yang berbeda seperti terlihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 di atas. Pada impak atas, diperoleh tegangan insiden rata-rata sebesar
31,29 MPa, sedangkan pada impak samping,
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
diperoleh tegangan insiden rata-rata yang lebih kecil yaitu sebesar 21,28 MPa. Hal ini disebabkan adanya pengaruh pada bentuk sambungan antara cangkang dan brim.
P : 0,4 MPa
Striker
Input Bar
Impact distance: 60mm 30
60
42,45
40 20 0 -20 0
500
1000
20
Insiden Stress (MPa)
Tegangan impak (MPa)
80
1500
16,15
10 0 0
50
100
150
200
-10
-40
-20
-60
ti
-30
-80
Time (μs)
Waktu (μs)
Gambar 4.24. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm), Strain Gage Arah: Y
P : 0,4 MPa
Striker
Input Bar
Impact distance: 120 30
65,72
60 40 20 0 -20 0
26,02
20
500
1000
-40
1500
Insiden Stress (MPa)
Tegangan impak (MPa)
80
10 0 0
50
100
150
200
-10
-60
-20
-80
-30
Waktu (μs)
ti Time (μs)
Gambar 4.25. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P = 0,4 MPa; ID: 120mm), Strain Gage Arah: Y Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
60
Tegangan (MPa)
40 26,02 20 16,15 0 -20
0
100
200
300
400
500
ID = 60
-40
ID = 120 -60 waktu (s)
Gambar 4.26 Grafik Gabungan Respon Tegangan Insiden
Hasil pengujian impak atas dan samping pada helm
komposit di atas
dilakukan dengan posisi strain gage pada arah: X dan Y, dengan berbagai variasi jarak impak menunjukkan bahwa semakin besar jarak impak, maka semakin besar pula respon tegangan yang terjadi pada helm. Dari beberapa pengalaman
para
peneliti sebelumnya, berdasarkan data hasil pengukuran dengan pemasangan strain
gage arah: Y untuk helm standar menunjukkan respon tegangan impak yang lebih besar dibandingkan dengan posisi strain gage pada arah: X.
Jadi berdasarkan
pengalaman pada pengujian helm standard ini, maka hasilnya dapat dibandingkan dengan helm komposit
yang memiliki bentuk tulangan pada bagian atas dan
samping, tentu bentuk konstruksinya lebih kokoh, dan kuat. Pada pengujian helm komposit ini dilakukan dengan menggunakan alat strain gage yang diletakkan pada posisi arah: X dan Y, dari hasil pengujian helm komposit pada impak atas dan samping menunjukkan besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
berbeda. Sebagai perbandingan data hasil pengukuran, maka dapat ditunjukkan seperti pada contoh berikut ini: Dari hasil pengukuran pada pengimpakan atas helm komposit, dengan P = 0,4 MPa, ID = 140 mm, diperoleh besar respon tegangan impak ( σ imp. ) = 91,89 MPa, tegangan insiden ( σ ins. ) = 36,80 MPa, dan faktor transmisi ( α )= 40,04%. Sedangkan dari data hasil pengujian helm standard yang dilakukan oleh Iqbal yaitu : pada tekanan 0,4 MPa, dan jarak impak 140 mm, diperoleh tegangan impak hasil pengukuran sebesar 73,41 MPa. Akan tetapi, besarnya tegangan yang dapat ditransmisikan ke dalam helm (tegangan insiden) hanya sebesar 8,82 MPa, dan faktor transmisi ( α ) =12,01%. Dari data hasil pengukuran kedua jenis helm tersebut di atas, telah menunjukkan besar respon tegangan berbeda antara jenis material komposit dengan polimer biasa. Dalam hal ini
helm komposit jauh lebih baik
menerima (meredam) beban impak dibandingkan dengan jenis helm standard dan non standard. 4.6.
Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Produksi Menggunakan Solidwork 2005
Dalam penelitian ini, pembuatan gambar desain model konstruksi helm komposit ini masih perlu dilakukan setelah proses produksi, penggambaran model konstruksi helm dengan menggunakan softwre solid work 2005. Pada desain gambar dengan solidwork ini tentu diperlukan seluruh dimensi helm tersebut dengan cara pengukuran langsung pada helm komposit hasil produksi. Dari hasil pengukuran Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
dimensi tersebut digunakan sebagai dasar untuk penggambaran dengan solid work, sehingga membentuk konstruksi helm komposit sesuai dengan hasil produksi. Desain penggambaran ini dilakukan untuk memperjelas kontur helm komposit, dan memverifikasi bentuk konstruksi helm setelah di pabrikasi. Berikut ini di perlihatkan pada gambar 4.27 adalah bentuk model produk helm komposit tanpa saluran angin (TSA) yang telah diproduksi sesuai dengan bentuk yang direncanakan. 300
195
235
190 9
230
20
147
152
226
a). Tampak Depan
b). Tampak Samping
Cangkang
Hasil Sambungan yang berfungsi sebagai tulangan pada brim
Brim
c). Isometrik Gambar 4.27 Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit menggunakan Solidwork 2005 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian desain dan pabrikasi ini, telah menunjukkan hasil produksi helm yang ergonomik dari bahan komposit GFRP, dengan melakukan berbagai pengujian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Desain dan Pabrikasi Helm Komposit Dari hasil desain dan pabrikasi telah memperlihatkan hasil produksi helm industri dari material komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up. Pada proses pencetakan helm dilakukan dengan metode pencetakan secara terpisah yaitu: (1). Cetakan cangkang, dan (2). Cetakan brim. Metode pencetakan ini lebih berhasil dibandingakan metode pencetakan langsung. Pada proses pabrikasi helm komposit yang menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pada teknik pencetakan helm seperti: desain model konstruksi helm, modifikasi cetakan, dan metode pencetakan. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi helm yang lebih baik, dan helm tanpa mengalami cacat atau gagal produk. Jadi pada proses pencetakan helm ini dapat disimpulkan, dengan metode pencetakan secara terpisah ini terbukti lebih efisien dibandingkan dengan metode pencetakan langsung menggunakan helm standard, yang hasilnya cenderung gagal untuk diproduksi. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
95
2. Pengujian Statik Pengujian
statik dengan menggunakan spesimen uji yang dibuat dari
material komposit polimer GFRP dengan susunan dua lapisan serat E-glass jenis
Chopped Strand Mat (CSM). Spesimen dibentuk menurut standarisasi ASTM 638 D (standard pengujian). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik material dasar helm komposit. Dari hasil uji tarik spesimen, maka diperoleh harga modulus elastisitas rata-rata (E) = 782 MPa,
kekuatan tarik maksimum rata-rata
( σ trata 2 )= 401,3 MPa, dan Elongation ( ε rata 2 ) = 51,33%. Dari data-data hasil pengujian tersebut di atas, menunjukkan bahwa harga: (E), ( σ trata 2 ), dan ( ε rata 2 ) yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan jenis material polimer biasa (material helm non standard) yang telah diteliti sebelumnya oleh Nayan, A [4]. Dari hasil penelitiannya memperoleh data-data sebagai berikut: harga modulus elastisitas ( E) = 522 MPa, kekuatan tarik ( σ t ) = 29,74 MPa, dan Elongation at Break ( ε rata 2 ) = 24,15%. Dari hasil pengujian spesimen jenis material komposit polimer GFRP ini diperoleh harga (E) = 782 MPa. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis material komposit GFRP lebih keras, dan ulet dibandingkan dengan jenis material polimer biasa. 3. Pengukuran Temperatur Udara pada bagian dalam dinding Helm Pengujian ergonomik dilakukan untuk mengetahui perbedaan temperatur udara di dalam dinding dari kedua model helm tersebut, yang pengujiannya dengan mengenakan helm langsung di lapangan (udara bebas) pada kondisi iklim cuaca Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
cerah: temperatur rata-rata 310C s.d 330C, dan kecepatan angin rata-rata 2 s.d 5 m/detik dengan kelembaban relatif 54 s.d 95%. Pengujian menggunakan alat ukur termokopel, dari hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata dalam dinding helm tanpa saluran angin
(TSA) sebesar 390C. Dengan cara yang sama juga
dilakukan pengukuran temperatur pada model helm dengan bentuk saluran angin (DSA), hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata di dalam dinding helm sebesar 33,160C. Dari data hasil pengujian temperatur, maka kedua model helm tersebut menunjukkan perbedaaan temperatur udara sebesar: 390C – 33,160C = 5,84 0
C, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi persyaratan model helm
ergonomik adalah model helm dengan bentuk saluran angin (DSA). Sedangkan temperatur udara di dalam dinding helm yang terakumulasi adalah: akibat pengaruh suhu badan manusia sebesar 340C melalui kulit kepala, dan panas akibat radiasi matahari melalui permukaan dinding luar helm. Dari hasil pengukuran temperatur udara di atas, menunjukkan temperatur udara panas di dalam dinding helm dapat bersirkulasi dengan udara luar melalui saluran angin pada ke empat sisi permukaan dinding helm, sehingga dari hasil pengukuran temperatur udara pada bagian dalam dinding helm diketahui sebesar 33,160C, yang berarti sama dengan temperatur udara disekitarnya. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran terhadap berat kedua model helm (TSA dan DSA), dari hasil pengukuran (penimbangan) berat model helm DSA = 365 gram, dan berat model helm TSA = 385 gram. Dengan demikian model helm DSA lebih ringan dari model helm TSA. Hasil pengujian ergonomik telah menunjukkan tingkat kenyamanan helm, dalam arti tidak panas pada Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
penggunaannya, dan helm komposit lebih keras dan liat di bandingkan dengan helm standard dari material polimer biasa. 4. Pengujian Kekuatan Helm Komposit Hasil pengujian kekuatan helm dilakukan dengan pengimpakan pada bagian atas dan samping kedua model helm TSA dan DSA, dengan (P) = 0,4 MPa, pada jarak impak (ID) = 60 mm, dan posisi pemasangan strain gage arah: X pada jarak 15 mm menunjukkan tegangan impak sebesar ( σ imp ) = 64,43 MPa, dan tegangan insiden ( σ ins ) = 24,50 MPa yaitu tegangan yang masuk (diserap) pada helm. Sedangkan respon tegangan impak untuk model helm TSA, dengan variasi jarak impak (ID) = 40 s.d 120 mm, dan strain gage pada jarak 15 mm dari titik impak adalah sebesar ( σ imp ) = - 10,96 MPa, strain gage pada jarak 30 mm menunjukkan respon tegangan impak ( σ imp ) = 5,89 MPa. Untuk model helm DSA, pengukuran strain gage pada jarak 15 mm dari titik impak diperoleh respon tegangan impak sebesar ( σ imp ) = - 21,61 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm menunjukkan ( σ imp ) = - 11,02 MPa.
Pada pengimpakan samping model helm TSA, dengan tekanan (P) = 0,4 MPa, jarak strain gage 15 mm dari titik impak, (ID) = 40 s.d 100 mm, diperoleh respon tegangan impak ( σ imp ) = - 6,61 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm menunjukkan besarnya respon tegangan impak ( σ imp ) = 6,00 MPa. Pengimpakan samping model helm DSA, dilakukan dengan cara yang sama, maka dari hasil Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
pengukuran strain gage pada jarak 15 mm dari titik impak, diperoleh respon tegangan impak ( σ imp ) = - 4,24 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm ( σ imp ) = 4,64 MPa. Dari data hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa dari pengukuran strain gage arah: X, pada jarak 15 mm dan 30 mm dari titik impak, dengan variasi jarak impak yang berbeda menunjukkan besar respon tegangan tekan dan tarik yang bervariasi terhadap permukaan dinding helm, terutama pada jarak strain gage 15 mm dari titik pengimpakan. Sedangkan dari hasil pengukuran respon tegangan impak atas helm TSA, dengan (P) = 0,4 MPa, dan (ID) = 60 mm, dengan strain gage arah: Y, diperoleh besar respon tegangan impak ( σ imp. ) = 67,77 MPa, dan tegangan insiden sebesar ( σ ins. ) = 26,28 MPa. Pada (ID) = 140 mm, diperoleh ( σ imp. ) = 91,89 MPa, dan ( σ ins. ) = 36,8 MPa. Pada pengimpakan samping helm TSA, dengan (ID) = 60 mm, strain gage arah: Y, diperoleh respon tegangan impak ( σ imp. ) = 42,45 MPa, dan tegangan insiden ( σ ins. ) = 16,15 MPa. Untuk (ID) = 120 mm, diperoleh ( σ imp. ) = 65, 72 MPa dan ( σ ins. ) = 26,02 MPa. Hasil kedua pengukuran dengan posisi
strain gage arah: X dan Y di atas menunjukkan besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang berbeda. Kemudian diketahui respon tegangan impak dengan pengukuran strain gage arah: Y jauh lebih besar dibandingkan dengan pengukuran
strain gage arah: X, artinya penjalaran gelombang tegangan searah sumbu batang.
Hal ini sesuai dengan teori propagasi gelombang tegangan pada batang. Perambatan energi gelombang tegangan akibat beban impak adalah berbentuk Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
gelombang longitudinal atau gelombang yang arah gerakan partikelnya sejajar dengan arah rambatannya. Dari data hasil pengukuran respon tegangan oleh peneliti sebelumnya (Iqbal), pada pengujian impak atas jenis helm standard dari material polimer biasa dengan (P) = 0,4 MPa, (ID) = 140 mm, diperoleh: respon tegangan impak = 73,41 MPa, tegangan insiden = 8,82 MPa, dan faktor transmisi ( α ) = 12,01%. Sedangkan dari hasil pengujian impak atas helm komposit, pada (P) = 0,4 MPa, pada (ID) = 140 mm, diperoleh: ( σ imp. ) = 91,89 MPa, dan ( σ ins. ) = 36, 80 MPa, dengan ( α ) = 40,04%. Dari perbandingkan besarnya respon tegangan impak dan tegangan insiden tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan helm komposit jauh lebih mampu untuk menerima atau menyerap tumbukan akibat beban impak dibandingkan dengan helm standard dari bahan polimer biasa.
5. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Produksi Desain gambar konstruksi helm komposit dilakukan dari hasil pengukuran dimensi
setelah helm diproduksi. Dari hasil pengukuran dimensi helm tersebut,
digunakan sebagai kerangka dasar penggambaran, untuk mendapatkan bentuk model konstrukasi helm komposit dengan software solidwork 2005. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk memperjelas kontur seluruh permukaan helm komposit, terutama pada daerah sambungan antara bentuk cangkang (kerangka bagian atas), dan
brim ( kerangka bagian bawah) yang akan berfungsi sebagai tulangan pada konstruksi helm hasil produksi. Di samping itu, gambar desain model helm ini adalah untuk memverifikasi produk helm hasil produksi. Dengan demikian dari hasil Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
desain,
pabrikasi, dan modifikasi hingga meredesain gambar model konstruksi helm komposit ini diharapkan
menjadi standarisasi desain dan pabrikasi model helm
industri yang dapat diproduksi menggunakan metode hand lay up. 5.2 Saran
1. Diharapkan untuk proyek penelitian selanjutnya dalam bidang manufaktur khususnya pada proses produksi yang menggunakan jenis material Polymer
Matrix Composites (PMCs) dan Fiber Reinforced Plastic (FRP),
dapat
dikembangkan secara lebih luas dengan berbagai jenis peralatan dan metode proses antara lain seperti: spray up,
injection moulding, vacum moulding,
compression molding, dan hand lay up untuk tujuan riset yang berorientasi pada dunia industri. Hal ini perlu dilakukan untuk peningkatan dan pengembangan riset selanjutnya, dengan peninjauan dari berbagai aspek keperluan tentang penggunaan jenis material PMCs dan RFP melalui suatu proses produksi, sehingga dapat menghasilkan berbagai produk yang telah lolos uji
standard
sesuai dengan kebutuhan pasar. 2. Peningkatan fasilitas pendidikan, dan alat-alat laboratorium pengujian yang
standard di Pusat Riset Laboratorium pengujian, guna mendukung para peneliti untuk mendapatkan data hasil penelitian yang lebih optimal, sehingga dapat menyerap nilai-nilai keilmiahan yang mendasar sesuai dengan tuntutan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini, dan mampu bersaing baik ditingkat nasional maupun internasional dimasa mendatang. Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aik Suwarno, Perbaikan Lingkungan Kerja pada Pengrajin Ukiran Kelongsong Peluru dengan Menyesuaikan Meja Kerja, Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana, Jurnal Pemukiman Natah Vol. 3 No. 2 Agustus 2005.
2.
Amirican National Standard Institute for Industrial Head Protection, Z 89.11997, 1997.
3.
Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG), 2006, Medan.
4.
Dhanannjay Deo, Computerized Landmarking and Anthropometry OverLaser Scanned 3D Head and Face Surface Meshes Department of Mechanical Engineering andCenter for Product Design and ManufacturingIndian Institute of Science BANGALORE – 560 012 January 2006.
5.
G.A. Davis, E. D. Edmisten, R.E. Thomas, R.B. Rummer, D.D. Pascoe, Effect of ventilation safety helmets in a hot environment, International Journal of Industrial Ergonomics 27 (2001) 321- 329, USA.
6.
Gibson, R.F, Principles of Composite Material Mechanics, Mc Graw Hill, New York, 1994.
7. Groover MP, Fundamental of Modern Material Processes and System Manufacturing, Second Edition, 188 – 318, John Wiley & Sons,Inc, 2002, USA. 8.
Indra, Pemodelan Bentuk Kepala dari Bahan Komposit Polimer dan responnya terhadap BebanIimpak, Prosiding Seminar Material dan Struktur (Mastruct), Medan, Januari, 2004.
9.
ISO TC22 / SC12/ WG5 World SID TG N396,WorldSID Anthropometry Requirements and Performance.
10. Japan International Standard for Protective Helmet for Vehicular Users, T– 8133, Japan, 1982. 11. Johnson, W, Impact Strength of Material, Edward Arnold, London, 1972. 12. Lyn Quine, D.R. Rutter and Laurence Arnold, Persuading School-age cyclist to use safety helmets : Effectiveness of an intervention based on the theory of Planned Behaviour, British Journal of Health Psychology (2001),6, 327-345, University of Kent at Canterbury, UK. 102 Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
13.
Mahadi, B, Bustami Syam, Metode Baru Pengukuran Kekuatan Helm Industri Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004.
14.
Nayan, BBA, Bustami Syam, Penyelidikan Perilaku Mekanik Helmet Industri Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004.
15. Patrick Kirk, Effect Outdoor Weathering on the effective life of forest industry safety helmets, International Journal of Industrial Ergonomic 25 (1999) 51-58, New Zealand. 16.
Shinroku Saito, Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita, Cetakan ke IV, 1999, Jakarta.
17. Standar Nasional Indonesia, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua untuk umum, SNI 19 – 1811 – 1990. 18. Suma’mur, P.K, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cet. 6, Jakarta, 1988. 19. Syam, B,Aplikasi Teknik Dua Gage Dalam Pengukuran Tegangan Insiden Pada Helmet Industri yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, Jurnal Ilmiah SINTEK, Vol.19, no.2 2003. 20. Syam, B, et.all, Pembuatan Alat Uji Air Gun Compressor dan Penyelidikan Perilaku Mekanik Berbagai Material Mekanik Akibat Beban Impak, Laporan Konprehensif Penelitian Hibah Bersaing VI/1 dan VI/2, Medan, 1999. 21.
Syam, B, Laporan Hasil Benchmarking ke SIRIM Berhad, Kuala Lumpur, Malaysia, Desember 2000 (tidak dipublikasikan.
22.
Syam, B, Laporan Hasil Benchmarking ke B4T Depperindag, Bandung, Maret 2001 (tidak dipublikasikan).
23.
Syam, B, Perilaku Mekanik Material Keramik Teknik Terhadap Beban Impak, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, FT. USU, Medan, 1996.
24.
Syam, B, A , Measuring Method for Impact Tensile Strength and Impact Fracture Behaviours of Brittle Materials, A Doctoral Dissertation, Muroran Institute of Technology, Muroran, Japan, March 1996, pp. 29 – 98. 25. Tomson R.D, S.P.Duckworth, A. Birkbeck, and M.T. Cassidy, The Performance of Industrial Safety Helmets Under Transverse Loading, Technology, Law and Insurance, 1997, 2 – 1-6,USA.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
26. UU. K3, No.1 Tahun 1970. 27. Yeh Liang Hsu, Chi-Yu Tai, Ting-Chin Chen, Improving Thermal Properties of industrial safety helmets, Industrial Ergonomic, International Journal of Industrial Ergonomics 26 (2000) 109-117, Taiwan.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 1. Data Cuaca dari Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG) MEDAN
Morning
07-04-2006
cloud
Comfortable : nyaman Humidity Min-Max : 54-95% Fire Danger : Low Flood Danger : Low
Temp : 23-29 oC Wind Speed : 05 Wind Direction : northwest
Noon
Evening
cloud Temp : 27-33 oC Wind Speed : 12 Wind direction : northeast
local rain Temp : 26-28 oC Wind Speed : 05 Wind direction :
Minimum Temp
Maximum Temp
Average Temp
23 oC
33 oC
28 oC
The Map Rain Average North Sumatera
The Map Average Weather North Sumatera Harbour Map Weather on the North Sumatera Sea
LAMPIRAN 2. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (1) Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 3. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (2) Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 4. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (3) Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 5. Applikasi Pengukuran Temperatur Udara Pada Helm Ergonomik Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 6. Oregon Aero Drop Tower Up & Down Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Product Testing and Manufacturing Extensive Product Testing One Part Of Success
Oregon Aero Designs Test Equipment Company Uses Data To Continue Cranial Helmet Development
Oregon Aero Tower Up
Oregon Aero Tower Down
Test conducted at US Government laboratory
Oregon Aero often designs its own testing and manufacturing equipment such as this computerized drop tower used during product development. The impact drop tests on the military helmet pictured above determined how much shock protection was provided by the experimental helmet liner system in the test helmet. The ballistic liner reduced transmitted shock in a standard helmet from 210G’s to 70G’s. The helmet is also stable and painless. (See Military Helmets).
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 7. Spesifikasi Strain Gage Biaksial
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Bag. Horizontal
70,3
Bag. Horizontal
56,2
27,9
20,3
Bag. Horizontal Bag. Horizontal Bag. Horizontal
42
13,7
6,7
LAMPIRAN 8. Bidang Referensi Bentuk Kepala
Bag. Horizontal Bag. Horizontal
Satuan : mm 1
1800
2
3 4
5 6 7
00 150
1650
300
1500 135
450
0
1200
75
900
1050
600
0
Gambar Bidang Reference Bentuk Kepala Tabel Dimensi Bidang Reference Bentuk Kepala Bagian Derajat
00 150 300 450 600 750 900 1050 1200 1350 1500 1650 1800
1
2
3
4
5
6
7
28,3 28,9 29,2 29,1 30,1 31,2 33,1 35,8 39,5 43 45 45 44,5
46 47 47,2 46,5 45,7 45,7 46,9 50,3 55,2 53,5 58,9 58 57,9
58,9 59,1 59,3 58 57 56,8 57,3 61 66,3 68,9 69,1 67,8 67,1
68,4 67,6 66,6 63 61,3 61,5 63,1 67 72,4 75,4 76,1 71,8 73,6
81,4 82,4 79,5 75,9 73 71,9 73,7 77 80,9 84,3 81,2 83 82,8
89,9 89,3 87 82 77,9 75,9 77,5 81,2 81,9 87,8 89,4 89 89,1
94,3 94,7 92 85,9 82,4 80,4 81,2 84 88,3 91,1 93,5 93,4 94,3
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 9. Standard Anthropometry Kepala manusia
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 10. Pengujian Impak Atas Helm TSA Dan Helm DSA
Strain Gage terpasang
Pengujian Impak Atas Helm TSA Pada ID = 40 mm s.d 120 mm, Strain Gage Arah : X Jarak SG. = 15 mm dan 30 mm, P = 0,4 Mpa
Pengujian Impak Atas Helm DSA Pada ID = 40 mm s.d 120 mm, Strain Gage Arah : X Jarak SG. = 15 mm dan 30 mm, P = 0,4 Mpa
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 11. Metode Pengukuran helm komposit setelah diproduksi
b).
a).
c).
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 12. Desain model konstruksi helm komposit setelah proses produksi menggunakan solidwork 2005.
a). Tampak Depan
b). Tampak Samping
c). Tampak Atas
d). Isometrik
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 13. Dimensi helm komposit setelah produksi
199 290,5
18
24
238
53
4
7
140
40 4
2
53
o
225 Tampak Depan
295
232
53
Tampak Samping
195 Tampak Atas Bagian dalam
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 USU Repository © 2008
Tampak belakang
215
1
7
40
215
14 0
15