Gaun Pengantin Modern Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian gaun pengantin adalah: 1. Gaun
: Baju wanita (model Eropa) yang dipakai pada waktu tertentu
(pesta dsb) 2. Pengantin : Orang yang sedang melangsungkan perkawinannya.
Sedangkan menurut wikipedia.com, pengertian gaun pengantin adalah pakaian yang dikenakan oleh pengantin wanita pada upacara pernikahan. Warna, gaya dan berbagai kepentingan untuk proses upacaranya sangat penting, tergantung agama, dan kebudayaan kedua mempelai. Pada tradisi modern, warna gaun pengantin barat adalah putih. Putih dalam hal ini termasuk juga yang bernuansa putih seperti, putih gading, ivory, putih kulit telur. Kepopuleran warna putih ini dimulai pada tahun 1840 pada pernikahan Ratu Victoria dan Prince Albert of Saxe-Coburg-Gotha. Ratu Victoia (1819-1901) memiliki nama panjang Alexandria Victoria,menjadi Ratu Kerajaan Inggris Raya dari tahun 1837-1901 dan juga menjadi kaisar wanita India dari tahun 1876-1901.
Sang ratu memilih
menggunakan gaun putih pada acara tersebut untuk melambangkan kesucian cintanya, walaupun sebenarnya warna gaun pernikahan kerajaan pada saat itu adalah perak. Pernikahan tersebut disebarluaskan besar-besaran, maka para wanita pun menjadi terinspirasi untuk melakukan hal yang sama pada pernikahannya. Dan tradisi tersebut berlanjut hingga kini. Walaupun sebelumnya para wanita menikah dengan gaun pengantin berbagai warna kecuali hitam. Tetapi warna putih telah menjadi simbol kesucian hati dan kepolosan. Dari pernikahannya tersebut mereka dikarunia 4 putra dan 5 putri.
Foto pernikahan Ratu Victoria - Albert of Saxe-Coburg (sumber: wikipedia.com) Pada kebudayaan timur, misalnya Cina gaun pengantin biasanya berwarna merah yang melambangkan keberuntungan, tetapi saat ini para pengantin wanita lebih memilih gaun pengantin modern berwarna putih untuk pernikahannya. Juga di India bagian utara, warna gaun pernikahan tradisional mereka adalah merah. Orang India Selatan menggunakan warna putih atau krem pada sari yang mereka gunakan sebagai gaun pengantin. Kelsey McIntyre dalam tulisannya berjudul “The History of White Wedding Dress “ juga mengemukakan pendapat yang sama jika tradisi gaun pengantin putih ini dimulai oleh Ratu Victoria pada pernikahannya, dan memberikan pengaruh yang sangat besar. Pada buku “Godey’s Lady’s Book”, 1849, terdapat kalimat ini: “Custom has decided, from the earliest ages, that white is the most fitting hue, whatever may be the material. It is an emblem of the purity and innocence of girlhood, and the unsullied heart she now yields to the chosen one.” Juga terdapat puisi kuno tentang bagaimana warna memberikan pengaruh terhadap masa depan: “Married in white, you will have chosen all right. Married in grey, you will go far away. Married in black, you will wish yourself back. Married in red, you’ll wish yourself dead. Married in blue, you will always be true. Married in pearl, you’ll live in a whirl. Married in green, ashamed to be seen, Married in yellow, ashamed of the fellow. Married in brown, you’ll live out of town. Married in pink, your spirits will sink.”
Revolusi Industri juga membawa dampak perubahan. Mulai tahun 1890 dan kemunculan department store, hampir semua wanita dapat mewujudkan impiannya untuk menikah dengan mengenakan gaun pengantin yang baru. Gaun pengantin putih menjadi populer, dan pada tahun 1890, Ladies Home Journal menulis: “That from times immemorial the bride’s gown has been white”. Walaupun pernyataan ini kurang tepat, namun ini menunjukan betapa sangat diterimanya jika gaun pengantin berwarna putih. Pada saat pesta pernikahan, gaun pegantin biasanya dilengkapi oleh beberapa aksesoris, yaitu: a. Veil / kerudung. Bangsa Yunani dan Romawi Kuno percaya bahwa veil dapat menjaga pengantin perempuan dari kekuatan jahat. Pada budaya timur, pemakaian veil berkaitan dengan mitos bahwa pengantin pria tidak boleh melihat wajah pengantinnya sebelum upacara pernikahan, untuk menghindari hal-hal yang buruk. Di zaman Victoria, veil menjadi bagian penting dari sebuah gaun pengantin. Pernikahan Ratu Victoria memang menjadi acuan dalam tradisi pernikahan di abad 19. Ia memadukan veil dengan bunga orange blossom yang kemudian menjadi tren. Pada masa kini, bahan yang biasanya digunakan sebagai bahan veil adalah kain tule. Veil berbahan kain tule ini pertama kali digunakan oleh Nellie Curtis, anak perempuan dari George Washington, presiden Amerika Serikat yang pertama. Berawal saat Nellie sedang duduk dibalik tirai tule saat ayahnya berjalan memasuki kamarnya. b. Tiara Sejak zaman Mesir dan Yunani kuno, tiara yang awalnya menyimbolkan kedaulatan dan kekuasaan, hanya dipakai oleh raja-raja dan pemuka agama yang dianggap tinggi dan terhormat. Seiring berjalannya waktu, penggunaan tiara menjadi semakin popular. Pemakaiannya berkembang mulai dari zaman Napoleon, sampai setelah restorasi monarki di Prancis. Wedding tiara adalah adaptasi dari tradisi kuno. Sebelumnya, baju pengantin tradisionaltidal memakai tiara. Tiara pertama kali dipakai sebagai aksesori
yang melengkapi gaun pengantin oleh para pengrajin perhiasan di Inggris pada abad ke-19. Ini merupakan simbol kekayaan seseorang pada masa itu. Sementara itu menurut artikel Regalia Tiara pada majalah Bazaar Harper’s Wedding Idea, karangan Dien Tirto Buwono, secara tradisional, yang dimaksud tiara adalah mahkota tinggi berbentuk silinder dan meruncing. Seringkali terbuat dari kain ataupun kulit berornamen. Baru pada abad ke 19 tiara tampil dalam bentuk seperti yang kita ketahui sekarang. Terbuat dari logam dan dihiasi dengan berbagai batuan.mulai dikenakan oleh para wanita dalam bentuk separuh lingkaran sebagai perhiasan dan bukan hanya untuk simbol status.saat ini beberapa monarki mempertahankan penggunaan mahkota dan tiara sebagai simbolisasi kekuasaan. Konon Ratu Elizabeth II disebut sebagai pemilik koleksi tiara seta mahkota terbesar dan paling berharga di dunia. Salah satunya Crown Jewels of England yang bertahtakan berlian legendaries Koh i Noor. Berasal dari India dan sempat bergelar berlian terbesar di dunia, namanya yang dalam bahasa Urdu berarti “Mountain of Light”.
Ketika
India
masuk
menjadi
jajahan
Inggris,
berlian
ini
dipersembahkan kepada Ratu Victoria. Untuk meningkatkan kualitas kilau dan pantulan cahaya, oleh Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, berlian tersebut dipotong dari awalnya 186,06 karat (37,21 gram) menjadi 105,602 karat (21,61 gram). Setelah itu berlian Koh I Noor menjadi centerpiece mahkota bersama dengan lebih dari dua ribu berlian lainnya. Untuk kalangan keluarga bangsawan, dewasa ini tiara lazim dikenakan pada upacara-upacara kenegaraan. Untuk saat ini kesempatan bagi kaum wanita dari masyarakat biasa untuk mengenakan tiara tidak terlalu banyak. Paling tidak, pemenang ratu sejagat atau Miss Universe juga menganakan tiara pada saat hari kemenangannya saja. Sementara itu, bagi wanita biasa, momen „ratu‟ sehari adalah pada hari pernikahannya. Karakteristiknya yang anggun dan feminin sesuai untuk mencerminkan regalia dan keindahan hari bahagia tersebut. Bergaya tradisional maupun modern, sifatnya mudah untuk beradaptasi sesuai gaya yang diinginkan.
c. Sarung tangan Di zaman Victoria, pemakaian sarung tangan yang dipadankan dengan gaun pengantin menyiratkan seorang perempuan yang mempunyai tata karma. Sejak abad pertengahan, sarung tangan memang memiliki arti yang berhubungan dengan cinta dan kesetiaan. Ada tradisi yang mengharuskan calon pengantin pria menghadiahkan sarung tangan sebagai hadiah pertunangan, dan pengantin perempuan memakainya di hari pernikahan mereka. Walaupun sempat menghilang, pemakaian sarung tangan bagi pengantin perempuan kembali hidup pada tahun 1930-an. d. Cincin kawin Ide awal cincin kawin muncul saat sejak masa manusia masih tinggal di gua. Mereka melingkarkan jalinan rumput, kulit, tulang, bahkan gading pada pergelangan tangan dan kaki sang istri. Mereka percaya ini dapat mengikat roh sang istri agar tidak meninggalkan tubuhnya. Bangsa Mesir mulai menggunakan cincin yang dilingkarkan di jari,dan disempurnakan oleh Bangsa Yahudi yang menggunakan emas polos sebagai cincin kawin. Cincin bermata
berlian pertama kali digunakan oleh Archduke Maximillian dari
Austri sebagai tanda ikatan pertunangan dengan Mary of Burgundy, pada tahun 1477. dan menjadi sangat popular di kalangan pasangan pengantin. Pertukaran cincin antara pasangan pengantin adalah symbol ikatan yang abadi. Bentuknya yang bulat sempurna menyimbolkan cinta tak berujung, tak berawal dan tak berakhir. Warna emas menyimbolkan cinta abadi, kesucian dan kekuatan ikatan sebuah pernikahan.masyarakat Irlandia bahkan percaya, bila tidak menggunakan cincn emas,pernikahan akan berakhir dengan kesialan. Sedangkan berlian dipercaya merupakan simbol dari kekuatan, kepercayaan dan kasih sayang. e. Sepatu pengantin Di masa lampau sepatu pengantin perempuan merupakan simbol dari kepemilikan dan kekuasaan. Bangsa Mesir percaya bahwa sandal pengantin perempuan yang diberikan oleh sang ayah kepada pegantin pria adalah simbol dari persetujuan dari pemindahan kekuasaan atas pengantin
perempuan. Pada zaman Victoria, sepatu pengantin perempuan dipercaya menjadi simbol kekayaan. f. Buket bunga Semula pengantin perempuan hanya membawa sejumput tanaman obat, karena dipercaya wanginya dapat menangkal pengaruh kekuatan jahat, kesialan dan penyakit. Bawang putih adalah tanaman yang paling sering digunakan. Pada zaman Yunani dan Romawi, tradisi ini digantikan dengan mengenakan rangkaian bunga di rambut sebagai simbol kehidupan baru dan kesuburan.