GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) Tahun 2016-2020
GEREJA BATAK KARO PROTESTAN
(GBKP)
1 |GBP GBKP 2016-2020
KATA PENGANTAR Memasuki usianya yang ke 125 tahun, GBKP dihadapkan kepada berbagai tantangan besar, dua di antaranya ialah erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo dan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung sejak menjelang akhir tahun 2013 dan belum menunjukkan tanda-tanda kapan berakhir merupakan suatu fenomena alam yang telah menimbulkan korban besar baik secara ekonomi maupun sosial pada masyarakat Karo yang sebagian besar adalah warga GBKP. Masyarakat yang terkena dampak negatif yang jumlahnya tidak kurang dari tiga ribu keluarga telah merasakan penderitaan yang amat besar karena kehilangan harta benda tidak terkecuali rumah tempat tinggal dan lahan-lahan pertanian yang menjadi sumber utama kehidupan mereka. Kendati berbagai bantuan telah mengalir, akar masalah yang dihadapi mereka masih belum tercabut. GBKP yang basisnya berada dilingkungan masyarakat tersebut merupakan ujung tombak dan sekaligus tumpuan mereka dalam penanggulangan penderitaan. Dalam situasi ini GBKP harus benar-benar mampu memberikan jawaban yang memuaskan harapan tersebut. Berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean yang diawali pada akhir tahun 2015 dan seterusnya pada intinya ialah pengakuan bersama oleh seluruh negara-negara anggota bahwa Asean merupakan basis produksi dan pasar tunggal yang terintegrasi bagi seluruh negara anggota. Hal ini bermakna bahwa setiap komoditas negara anggota termasuk Indonesia harus memenuhi standard Asean baik dalam mutu, maupun dalam sistem dan prosedur tata-niaganya agar produk-produk setiap negara lancar memasuki pasar global. Masyarakat Indonesia tidak terkecuali masyarakat Karo basisnya GBKP masih belum terbiasa bekerja dengan menggunakan sistem dan prosedur baku untuk menghasilkan produk-produk yang dipersyaratkan oleh pasar global. Akan sangat ironis apabila komoditas masyarakat Karo yang sebagian besar adalah warga GBKP terpinggirkan oleh persaingan apabila tidak mampu melakukan penyesuaian dan pengembangan metode berproduksinya. GBKP kembali menjadi tumpuan dan harapan untuk meberikan pencerahan bagi meraka karena bagaimanapun keberadaan GBKP melekat pada warganya. Garis-garis Besar Pelayanan GBKP tahun 2016-2015 ini disusun dengan memperhatikan ke dua faktor di atas bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya yang diperkirakan membawa pengaruh besar pada GBKP dan keberlanjutannya. GBP GBKP 2016-2020 ini juga disusun berdasarkan berbagai data dan informasi terutama dari pengalaman yang diperoleh dari sejarah panjang pelayanan GBKP dan berbagai masukan terbaru baik dari hasil penelitian Litbang GBKP, Fokus Group Discussion (FGD), capaian dan masalah dalam implementasi GBP GBKP sebelumnya, Tata Gereja, dan tidak terkecuali masukan-masukan berharga dari sidang-sidang Pleno Sinode tahun ke 2015. Berdasakan masukan tersebut ditetapkan visi dan misi GBKP 2016-2020 berikut tujuan sasaran yang akan dicapai serta indikator dan pokok-pokok program pelayanan setiap bidang pelayanan. Berdasarkan visi dan misi GBP GBKP 2016-2020 dan situasi yang saat ini serta perkiraan perkembangan dalam 5 tahun ke depan, maka ada delapan bidang pelayanan yang dipandang perlu ditangani dengan baik yaitu bidang koinonia, marturia, diakonia, usaha dan dana, pembinaan, sumberdaya manusia, organisasi dan keuangan. Untuk masing-masing bidang, telah digariskan tujuan, sasaran, indikator kinerja dan program-program pokok yang semuanya diharapkan dapat menjadi acuan yang jelas bagi masing-masing manajemen pada wilayah Runggun, Klasis dan Sinode dalam menyusun program tahunannya secara sinergis dan berkesinambungan dari tahun ke tahun yang terbebas dari duplikasi. Di samping itu, keterpaduan dalam implementasi program-program yang dirumuskan pada wilayah Runggun, Klasis dan Sinode harus benar-benar diupayakan karena keterpaduan implementasi tidak hanya akan menghemat penggunaan anggaran tetapi juga akan mepercepat proses tranformasi jemaat GBKP ke arah perwujudan visi GBKP yaitu menjadi kawan sekerja Allah untuk menyatakan rahmat Allah kepada dunia. Kiranya GBP GBKP 2016-2020 ini akan menjadi sebuah tonggak sejarah keberhasilan GBKP mewujudkan visinya dalam situasi yang sangat menantang.
2 |GBP GBKP 2016-2020
Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Ringkas Pelayanan GBKP B. Masalah, Tantangan, Peluang dan Harapan Pelayanan GBKP BAB II VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI GBKP 2016-2020 A. Visi GBKP 2020 B. Misi GBKP 2016 – 2020 C. Tujuan GBKP 2016 – 2020 D. Sasaran GBKP 2016 – 2020 E. Strategi GBKP 2016 -2020 BAB III GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN GBKP 2016 -2020 A. Umum 1. Pengertian GBP GBKP 2. Tujuan GBP GBKP 2016-2020 3. Manfaat GBP GBKP 2016-2020 4. Tata Cara Penyusunan dan Sumber Data GBP GBKP 2016-2020 5. Tata Cara Impelentasi GBP GBKP 2016-2020 6. Pengendalian dan Evaluasi GBP GBKP 2016-2020
B. Pokok-Pokok Program Pelayanan GBKP 2016-2020 1. Bidang Koinonia 2. Bidang Marturia 3. Bidang Diakonia 4. Bidang Usaha dan Dana 5. Bidang Pembinaan 6. Bidang Sumberdaya Manusia 7. Bidang Organisasi 8. Bidang Keuangan
BAB IV PENUTUP
Lampiran-Lampiran
3 |GBP GBKP 2016-2020
BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Ringkas Pelayanan NZG dan GBKP Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) merupakan hasil dari kegiatan pekabaran injil para misionaris Perhimpunan Para Pekabar Injil Belanda yang di negara asalnya disebut NZG (Nederlandsche Zendelings Genootschap). Misi NZG dimulai sejak diutusnya Pdt. H.C. Kruijt kepada masyarakat Karo pada tahun 1890. Pendeta H.C Kruijt memutuskan untuk tinggal dan memulai pelayanannya di Buluh Awar sebuah desa kecil yang dekat dengan Desa Sibolangit dan dibantu oleh 4 orang guru injil dari Minahasa. Agar misi NZG mudah diterima oleh masyarakat Karo maka mereka terutama Pendeta H.C. Kruijt menggunakan pendekatan budaya mulai dari belajar bahasa Karo dan berpakaian mengikuti tradisi Karo. Pendekatan budaya ini berhasil mengambil simpatik masyarakat Karo terlihat dari kemauan masyarakat untuk partisipasi pada setiap gotong royong (aron), perawatan orang sakit dan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap
berbagai penyakit sosial seperti judi, menghisap candu, merawat orang sakit dan lainlain. Pelayanan dengan metode pendekatan yang tidak berbeda dilakukan oleh Pdt. Wijngaarden yang menjadi penerus dari Pdt. H C Kruijt. Pendekatan yang efektif ini kemudian berbuah besar yang ditandai dari berlangsungnya Sakramen Baptisan Kudus pertama kepada 6 orang Karo pada tanggal 20 Agustus 1893 dan Perjamuan Kudus pertama pada tanggal 3 April 1896 yang dilayani oleh Pdt. Meint Joustra. Berbeda dengan keberadaan kolonial Belanda di Indonesia di Tanah Karo pada khususnya, kehadiran gereja yang kental dengan nilai-nilai suci yang secara persuasif ditanamkan kepada orang Karo, secara bertahap berhasil membawa perubahan (pembaharuan) dalam kehidupan masyarakat Karo. Terlebih lagi para misionaris yang tidak kenal lelah memperkaya cara-cara pelayanannya yang antara lain ialah pengadaan buku-buku pelajaran sekolah, pembuatan Kamus Bahasa Belanda-Karo, pengadaan buku pelajaran agama dalam Bahasa Karo, pengadaan buku nyanyian berbahasa Karo. Ketika petani Karo gagal panen akibat kemarau panjang yaitu pada tahun 1901, para misionaris yang antara lain ialah Pdt. M. Joustra; H. Guilaume turun tangan untuk meringankan beban masyarakat. Pada tahun 1902 mereka melakukan upaya pertanian sayur-mayur, persawahan, menggerakkan berbagai pertukangan seperti kayu, besi dan mas, memperkenalkan peternakan, mendirikan Koperasi Lumbung Padi. Upaya memajukan pendidikan bagi masyarakat Karo semakin diintensifkan dengan mendirikan sekolah-sekolah, pendidikan kesehatan masyarakat sekaligus membangun Rumah Sakit. Pengaruh tumbuhnya nilai-nilai kasih yang diajarkan oleh gereja melalui para misionaris tersebut, tokoh-tokoh Karo sendiri kemudian melahirkan gerakan kekristenan di lingkungan masyarakat Karo yang dikenal dengan Zending Karo pada 26 Juli 1926, yang diawali oleh pendirian Sekolah Tinggi / Guru Agama di Raya. Gerakan kekristenan
4 |GBP GBKP 2016-2020
ini juga kemudian membuka pikiran dan menumbuhkan motivasi para pemuda Karo untuk belajar. Mereka bersama orang tua kemudian membentuk kelompok penelaahan Alkitab yang merupakan cikal bakal dari Perpulungen Jabu-Jabu (PJJ) GBKP. Zending Karo tidak hanya bergerak dalam pekabaran injil sampai ke daerah-daerah yang terpencil tetapi juga penguatan nilai-nilai sosial di lingkungan masyarakat Karo. Kelahiran Zending Karo mendapat dukungan luas dari masyarakat yang ditandai dari kesediaan masyarakat Karo mendukung dana sesuai batas kemampuan masing-masing dengan harapan bahwa pada suatu ketika masyarakat Karo akan mempunyai gereja sendiri. Harapan memiliki gereja sendiri kemudian ternyata terwujud. Gereja yang baru lahir iini melaksanakan sidang sinode pertama di Desa Sibolangit pada tanggal 21-23 juli 1941. Pada sidang tersebut dihasilkan beberapa keputusan :
1. Gereja yang menjadi wadah masyarakat Karo ini secara resmi disebut Gereja Batak Karo Protestan disingkat GBKP yang beraliran Calvinis. Dalam perkembangan selanjutnya, ditetapkan pula
sistem pengorganisasiannya menurut sistem
presbiterial sinodal. 2. Tata gereja GBKP
kemudian disusun yang pertama kali masih dalam bahasa
Belanda) 3. Sistematika (tata urutan) kebaktian ditetapkan 4. Pengurus Sinode / Moderamen GBKP diangkat yang pertama kali diketuai Pdt. J. van Muijlwijk.
Dalam periode 1942-1945 yang dikenal sebagai era pendudukan Jepang di Indonesia menggantikan pemerintahan Hindia Belanda, GBKP mengalami penderitaan. Sejalan dengan berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda berakhir pula dukungan misionaris Belanda terhadap GBKP. Situasi ini memaksa GBKP harus mandiri baik dalam kepengurusan maupun mencari daya dan dana. Dalam periode yang sulit terasebut, GBKP menyelenggarakan sidang sinode yang yang ke dua pada tanggal 29 september 1943 di Sibolangit. Dalam sidang sonode ini diambil dua keputusan penting yaitu :
1. Tata gereja GBKP diterjemahkan ke Bahasa Karo 2. Menetapkan pengurus sinode yang baru dari orang Karo
yaitu Pdt. Th. Sibero
sebagai Ketua dan Pdt. P. Sitepu sebagai Wakil Ketua.
Pada masa penderitaan inilah iman jemaat teruji dan ternyata solidaritas antar jemaat semakin tinggi dan gaya hidup ‘kekristenan’ mereka menjadi kesaksian bagi warga sekitar untuk menerima Yesus. Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, GBKP ikut berperan secara aktif dalam mendukung perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. Dari berbagai bentuk dukungan tersebut, salah satu diantaranya iala mengagendakan doa syafaat untuk bangsa dan negara dalam setiap
5 |GBP GBKP 2016-2020
kebaktian minggu. Agenda doa inilah yang menjadi cikal bakal liturgi dan doa untuk peringatan hari kemerdekaan. Dalam rangka membangun hubungan oikumenis, pada tahun 1950 GBKP menjadi anggota DGI (sekarang PGI) dan WCC. Selanjutnya, pada tahun 1957 menjadi anggota WARC (yang pada tahun 2010 berubah nama menjadi WCRC) dan tahun 1963 menjadi anggota VEM (sekarang dikenal sebagai UEM yaitu United Evanglical Mission). Beberapa tonggak sejarah yang telah mengukir nama GBKP sehingga mendapat respek tidak hanya di lingkungan masyarakat Karo tetapi juga di pemerintahan dan gereja lain ialah intensitas dan kualitas pelayanan yang bersifat stratejik. Misalnya, terkait dengan peristiwa G 30 S pada tahun 1965 yang menyebabkan banyak anggota masyarakat menjadi sangat terpuruk, GBKP tidak memusuhi
tetapi merangkul dan
membina mereka sehingga menjadi warga gereja dengan kehidupan yang normal. Dalam sejarah pelayanan GBKP, pro-kontra terhadap benturan dengan budaya Karo menjadi salah satu penghambat dalam peningkatan jumlah warga GBKP. Ketika GBKP mampu mentransformasi budaya Karo (menerangi budaya Karo dengan Injil), jumlah warga GBKP semakin bertambah. Misalnya, pengakuan gereja terhadap alat-alat musik tradisional Karo (gendang Karo) sebagai bagian dari alat ibadah mendapat persetujuan dalam Sidang Sinode IX di Kabanjahe pada tanggal 25-28 April 1966. Pengakuan ini merupakan salah satu contoh dari upaya berteologi kontekstual GBKP. Dalam perjalanannya, GBKP terus melanjutkan pelayanan yang diwariskan oleh zending dan keterlibatan GBKP
dalam pelayanan sosial masyarakat. Beberapa di
antara pelayanan tersebut ialah pengadaan Rumah Sakit Kusta Lau Simomo, Panti Asuhan di Lau Simomo (belakangan dipindahkan ke desa Sukamakmur dengan nama Gelora Kasih), pendirian lembaga Partisipasi Pembangunan (Parpem), pendirian Yayasan Kristen Penyandang Cacat (YKPC) Alpha Omega dan tidak terkecuali pengadaan Bank Perkreditan Rakyat Pijer Podi Kekelengen untuk membantu pendanaan bagi masyarakat bawah. Kontribusi Parpem GBKP dalam pelestarian lingkungan telah membuahkan penghargaan nasional Kalpataru dari Presiden RI pada tahun 1985. Dalam bencana besar erupsi Gunung Sinabung yang terjadi pada tahun 2010 dan penghujung tahun 2013 yang menimbulkan korban nyawa dan arus besar pengungsi, peran dan kontribusi GBKP dalam pelaksanaan tanggap darurat demikian besar. Peran dan kontribusi GBKP dalam pelayanan ini telah menghantarkan GBKP meraih penghargaan bidang kemanusiaan dari BNPB yaitu penghargaan "Reksa Utama Anindha" yang diberikan dalam rangkaian Puncak Peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana di Bengkulu pada tanggal 13 Oktober 2014 di Hotel Santika – Bengkulu. Pelayanan GBKP terhadap masyarakat yang berjalan secara konsisten di samping pelaksanaan misi utamanya penginjilan membuat GBKP diterima secara luas tidak hanya di daerah kelahirannya, tetapi di seluruh wilayah Indonesia dan belahan dunia lain. Hal ini terlihat dari peningkatan, jumlah warga GBKP yang hingga tahun 2013 telah mencapai 301.171 orang.
6 |GBP GBKP 2016-2020
B. Masalah, Tantangan, Peluang dan Harapan Pelayanan GBKP 1. Masalah dan Potensi Terbatasnya kemampuan GBKP baik dalam menjemaatkan tritugas gereja yaitu koinonia, marturia, diakonia, pembinaan warga, peningkatan sumberdaya manusia, penataan organisasi, maupun dalam hal keuangan bagi pengembangan aktivitas gereja. Keterlibatan GBKP dalam berkontribusi dengan gereja-gereja internasional terkait dengan penanganan masalah-masalah global masih perlu tetap ditingkatkan. Sejarah panjang GBKP diawali oleh keterlibatan NZG yang merupakan lembaga keagamaan (missioner) dan sangat berpengalaman sebenarnya telah memberikan pelajaran besar bagi GBKP mengenai cara mengelola gereja secara efektif.
2. Tantangan Pesatnya perkembangan lingkungan eksternal yang dipicu oleh berbagai faktor seperti kemajuan ekonomi, perkembangan teknologi, kemajuan pendidikan, tata pergaulan internasional serta rembesan budaya luar dan lain-lain yang saling memberi pengaruh secara bersama-sama semakin menumbuhkan dan mengentalkan nilai-nilai sekularisme, individualisme dan konsumerisme di masyarakat. Pengentalan nilai-nilai sekularisme terlihat jelas dalam meningkatnya sikap individualisme, materialisme dan merosotnya toleransi di masyarakat. Perubahan orientasi nilai-nilai tersebut tidak hanya menuntut peningkatan kuantitas sumberdaya gereja (GBKP) tetapi juga kualitas sistem pendekatan.
3. Peluang Sejarah panjang kelahiran GBKP sebagai lembaga agama pertama yang tumbuh dan berkembang di Tanah Karo telah menempatkan GBKP pada posisi yang sangat strategis yaitu orang Karo sering diidentikkan sebagai warga GBKP. Situasi ini merupakan suatu peluang besar bagi GBKP untuk memasyarakatkan visi / misinya serta seluruh aktivitas di lingkungan masyarakat Karo. Di samping itu, kondisi sosial ekonomi masyarakat Karo khususnya di pedesaan yang mengalami berbagai keterpurukan termasuk merebaknya penyakit-penyakit sosial merupakan ‘lahan’ yang sangat efektif bagi GBKP untuk menunjukkan jati diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat melalui sikap proaktif dalam penanggulangan masalahmasalah tersebut baik secara swadaya maupun melalui kerjasama dengan lembagalembaga terkait dalam dan luar negeri.
4.
Harapan Gereja (GBKP) sebagai sebuah lembaga pembaharu nilai-nilai kehidupan jemaat yang berorientasi kepada kehendak Allah, dalam menjalankan misinya harus tetap kokoh dan efektif sebagai: a. Gereja sebagai Lembaga penguatan iman bagi seluruh lapisan jemaat b. Gereja sebagai Lembaga penguatan nilai-nilai sosial antar jemaat dan kepedulian terhadap kemanusiaan
7 |GBP GBKP 2016-2020
c. Gereja sebagai Lembaga pendorong bagi perbaikan dan penguatan ekonomi jemaat d. Gereja sebagai Lembaga yang mampu menjalankan peran “ombudsman” (lembaga yang efektif dalam menemukenali, menampung dan membantu penyelesaian konflik antar warganya) berdasarkan keimanan dan kesaksian e. Gereja sebagai Lembaga yang efektif dalam melakukan pembinaan warga jemaat f.
Gereja sebagai Lembaga yang efektif dalam pengembangan potensi sumberdaya manusia
g. Gereja sebagai Lembaga yang professional dalam pengelolaan organisasi dan manajemen
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI GBKP 2016-2020 A. Visi GBKP 2016-2020 GBKP menjadi kawan sekerja Allah untuk menyatakan rahmat Allah kepada dunia. Dalam Bahasa Inggris: to be God’s fellow-workers to manifest God’s mercy to the world (1 Korintus 3:9 dan I Petrus 2:9-10). Dalam bahasa Karo diartikan sebagai “GBKP aron Dibata guna jadi pasu-pasu man isi doni”. B. Misi GBKP 2016-2020 Misi GBKP adalah: 1. Turut serta dalam karya penyelamatan Allah di dan bagi dunia dengan melaksanakan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan. 2. Menumbuhkembangkan spiritualitas berbasis Alkitab. 3. Menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan Allah. 4. Menggali dan menumbuhkembangkan potensi jemaat. 5. Memperkuat semangat gotong royong antar sesama jemaat dan masyarakat. C. Tujuan GBKP Meningkatnya panggilan dan komitmen warga dalam melakukan pelayanan (berteologi, pendidikan dan kesehatan, berpolitik dan kegiatan ekonomi, pelestarian lingkungan, budaya dan pemanfaatan teknologi informasi)
D. Sasaran GBKP Sasaran yang ingin dicapai dalam periode 2016-2020 ialah terjadinya transformasi warga GBKP secara efektif dengan tahapan sebagai berikut: 1. Tahun 2016
8 |GBP GBKP 2016-2020
Meningkatkan komitmen warga GBKP yang misioner untuk berpartisipasi dalam pelayanan 2. Tahun 2017 Meningkatkan kemampuan
warga GBKP dalam kehidupan
berteologi dan
menumbuhkan motivasi belajar secara mandiri (self learning) 3. Tahun 2018 Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran warga GBKP dalam bidang politik, hubungan dengan masyarakat dan pemerintah 4. Tahun 2019 Meningkatkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) warga GBKP dalam bidang ekonomi, serta kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan 5. Tahun 2020 Meningkatkan kemampuan
warga GBKP dalam pengelolaan informasi dan
keterampilan dalam penggunaan teknologi informasi
E. Strategi GBKP 2016 - 2020 Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran lima tahun di atas adalah sebagai berikut : 1. Menjalin dan mengefektifkan kerjasama GBKP dengan pusat-pusat pembinaan warga gereja dalam dan luar negeri guna membangun komitmen dalam pelayanan 2. Menjalin kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Teologi dan lembaga lainnya yang diakui GBKP dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kualitas warga GBKP di bidang teologi dan pendidikan. 3. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pemerintah, PGI, UEM, WCC, WCRC, Institut Leimena, LSM dan lembaga-lembaga politik, untuk meningkatkan dan mendewasakan warga GBKP dalam berpolitik. 4. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ekonomi, kesehatan, hukum dan lingkungan hidup. 5. Menjalin kerjasama dengan Lembaga-lembaga Manajemen Informasi dan Teknologi untuk meningkatkan kemampuan warga gereja dalam pengelolaan informasi dan keterampilan dalam penggunaan teknologi informasi.
BAB III GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) 2016 - 2020 A. Umum 1. Pengertian Garis Besar Pelayanan (GBP) Garis-Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP 2016-2020 ialah pokok-pokok pelayanan atau juga disebut program induk yang berfungsi sebagai sumber, acuan, dan arah dalam perumusan program dan kegiatan pelayanan tahunan GBKP baik di wilayah
9 |GBP GBKP 2016-2020
runggun, klasis, maupun sinode untuk periode 2016-2020 dalam mencapai tujuan dan perwujudan visi GBKP.
2. Tujuan GBP GBKP 2016-2020 Tujuan dari penyusunan GBP ialah untuk mendapatkan pokok-pokok program pelayanan dalam 7 bidang yaitu koinonia, marturia, diakonia, pembinaan, sumberdaya manusia, organisasi, dan keuangan yang merupakan operasional dari misi GBKP dalam mewujudkan visi GBKP.
3. Manfaat GBP GBKP 2016-2020 Keberadaan GBP memberikan manfaat sebagai berikut: a. GBP menampung semua aspirasi dan keinginan jemaat GBKP yang selaras dengan pencapaian visi GBKP. b. GBP memudahkan runggun, klasis, dan sinode dalam menyusun program dan kegiatan tahunan yang sinkron dan saling memperkuat baik secara hierarkis (runggun–klasis–sinode) maupun horizontal (antar bagian dalam struktur) secara sistemik dalam mewujudkan visi GBKP. c. GBP akan memudahkan manajemen GBKP melakukan evaluasi kinerja tahunan dan lima tahunan baik pada wilayah runggun, klasis, maupun sinode.
4. Tata Cara Penyusunan dan Sumber Data/ Informasi GBP GBKP 2016-2020 Penyusunan GBP GBKP 2016-2020 dilakukan oleh Panitia Penyusunan GBP GBKP 2016-2020 berdasarkan SK Moderamen No. 0406/VIII-c/2013. Proses penyusunan dilakukan melalui serangkaian diskusi, baik dalam internal tim maupun dengan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan stakeholder/pemangku kepentingan GBKP seperti mantan ketua Moderamen, Moderamen, intelektual gereja, dan tidak terkecuali dengan para ketua-ketua klasis se-GBKP, serta secara eksternal dengan tokoh nasional.
Data dan informasi yang menjadi sumber utama ialah rumusan Konfesi GBKP, Tata Gereja GBKP, dokumen-dokumen persidangan GBKP 2010-2014 dan berbagai bahan lainnya yang dianggap relevan.
B. Tata Cara Implementasi GBP GBKP 2016-2020 1. Umum a. GBP hanya memuat garis-garis besar atau pokok-pokok pelayanan yang merupakan program induk yang akan dijadikan sumber dan acuan dalam menyusun program dan kegiatan tahunan selama lima tahun ke depan untuk mendapatkan paling tidak standar pelayanan minimum pada setiap wilayah pelayanan di lingkungan GBKP. Sehubungan dengan itu, pada setiap wilayah organisasi GBKP mulai dari runggun, klasis, dan sinode, perlu menyusun program/kegiatan operasional atau pelaksanaan masing-masing butir GBP 10 |GBP GBKP 2016-2020
tersebut sesuai kebutuhan pada wilayahnya disertai dengan penetapan target yang terukur yang berdasarkan kondisi dan potensi masing-masing. b. Program operasional/kegiatan pelaksanaan GBP yang telah disusun oleh masing-masing wilayah perlu disosialisasikan kepada stakeholder masingmasing untuk menumbuhkan/membangun kesamaan persepsi guna mendapatkan dukungan dalam implementasinya. c. Implementasi GBP pada masing-masing wilayah perlu dimonitor dan dievaluasi secara periodik tentang kemajuan pelaksanaan/capaian target serta masalah yang dihadapi, sehingga penyesuaian/perbaikan dapat dilakukan dalam periode berikutnya.
2. Perencanaan Program, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan GBP a. Perencanaan Program Perencanaan program ialah penyusunan rencana program-program pelayanan tahunan untuk masing-masing wilayah (runggun, klasis, dan sinode) dengan menggunakan GBP GBKP 2016-2020 sebagai acuan utama. Setiap rencana program harus disertai dengan tujuan dari program, indikator kinerja, dan besarnya taget yang ingin dicapai. Tentang target tahunan, sedapat mungkin atau jika dimungkinkan, target-target yang ingin dicapai haruslah terukur (dapat diukur secara kuantitatif)
Pada wilayah runggun, kelompok sasaran program pelayanan ialah warga di runggun tersebut dengan materi yang bersifat aplikatif dalam tri-tugas gereja (marturia, koinonia, diakonia) dan pembinaan. Pada wilayah klasis kelompok sasaran program pelayanan adalah seluruh Pertua dan Diaken dengan materi pelayanan bersifat mikro (teknis). Pada wilayah sinode, kelompok sasaran dari program pelayanan adalah pelayan khusus gereja yaitu seluruh Pendeta, Pertua dan Diaken dengan materi pelayanan bersifat makro.
Dalam menterjemahkan GPB GBKP 2016-2020 ini ke dalam rencana program pada masing-masing wilayah, dua faktor penting yang perlu diperhatikan ialah faktor duplikasi/tumpang tindih (overlapping) dan faktor sinergitas. Rencana program pelayanan pada setiap wilayah haruslah terhindar dari duplikasi dan tumpang tindih baik antara rencana program di wilayah yang sama maupun dengan rencana program pada wilayah yang lebih luas dan yang lebih sempit. Tetapi sebaliknya, antara rencana program baik pada wilayah yang sama maupun dengan wilayah yang lebih luas dan wilayah yang lebih sempit sedapat mungkin memiliki sinergitas (sifat saling menunjang) yang kuat. Perencanaan program merupakan tanggung jawab pimpinan pada masing-masing wilayah yaitu BP. Majelis Sinode/Moderamen untuk rencana program sinode, BP. Majelis Klasis untuk rencana program klasis dan BP. Majelis Runggun untuk rencana program runggun. 11 |GBP GBKP 2016-2020
b. Monitoring Monitoring diartikan sebagai suatu proses manajemen untuk mendapatkan masukan yaitu informasi akurat dan tepat waktu mengenai pelaksanaan program-program pelayanan pada setiap wilayah manajemen yaitu runggun, klasis dan sinode. Melalui monitoring manajemen gereja akan dapat mengetahui seberapa jauh setiap rencana program telah terlaksana, seberapa besar target telah dicapai dan apa saja masalah yang sedang dihadapi. Berdasarkan informasi ini, berbagai tindakan perbaikan (corrective action) akan dapat dilakukan untuk mencegah kegagalan dari program-program tersebut. Sehubungan dengan itu, monitoring harus dilakukan secara periodik dalam rentang waktu yang teratur (tidak hanya pada akhir pelaksanaan program). Manajemen pada setiap wilayah perlu menetapkan tim yang diberi kewenangan untuk melakukan kegiatan monitoring ini, mekanisme pelaksanaannya, metode pemerosesan hasil monitoring tersebut serta cara mengambil tindakan koreksi seperlunya.
c. Evaluasi Pada setiap akhir tahun anggaran, evaluasi tentang capaian kinerja programprogram pelayanan secara keseluruhan pada setiap wilayah (runggun, klasis dan sinode) harus dilakukan. Evaluasi dilakukan oleh unit Litbang pada masingmasing wilayah. Evaluasi kinerja program runggun dilakukan oleh seksi Litbang Runggun, evaluasi kinerja program-program klasis dievaluasi seksi Litbang Klasis, dan evaluasi kinerja program-program sinode dievaluasi oleh Biro Litbang GBKP. Karena demikian penting peran Litbang dalam pelaksanaan evaluasi kinerja tersebut maka jika dimungkinkan (apabila ukuran jumlah jemaat memadai) setiap runggun sebaiknya memiliki seksi Litbang. Untuk runggun yang jumlah jemaatnya kecil, beberapa runggun dalam klasis yang sama secara bersama-sama membentuk sebuah tim Litbang dengan kedudukan di klasis yang bersangkutan.
Hasil evaluasi seksi Litbang runggun diserahkan kepada seksi Litbang klasis untuk di review dan hasil review tersebut diserahkan ke Biro Litbang GBKP untuk direview dan dianalisis secara keseluruhan guna mengukur capaian kinerja GBKP secara menyeluruh dalam satu tahun anggaran. Hasil evaluasi kinerja secara menyeluruh ini disajikan dalam sebuah buku laporan evaluasi kinerja tahunan disertai dengan permasalahan dan penjelasannya dan saran tindakan berikutnya. Pada akhir periode GBP 2020, Biro Litbang GBKP juga harus membuat laporan evaluasi lima tahun yang bersumber dari hasil evaluasi kinerja tahunan selama lima tahun.
C. Pokok-Pokok Program Pelayanan 2016-2020 12 |GBP GBKP 2016-2020
1. Bidang Koinonia a. Kondisi dan Permasalahan Di lingkungan GBKP, pelayanan di bidang koinonia diartikan sebagai seluruh upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan interaksi positif dalam komunitas GBKP. Tujuannya ialah terbangunnya komunitas GBKP di mana setiap individu dan kelompok yang ada di dalamnya menunjukkan sikap saling memberi, dan secara aktif/proaktif mengambil bagian dalam setiap aktifitas yang terkait dengan kepentingan komunitas dan gereja. Secara garis besar, pelayanan koinonia mencakup tiga aspek persekutuan yaitu pembaharuan, pembangunan dan pemersatuan.
Aspek pembaharuan gereja meliputi pembaharuan pola pikir dan gaya hidup komunitas serta pola kelembagaan gereja sehingga semakin sesuai dengan nilainilai kristiani yang merupakan inti dari pelayanan GBKP. Aspek pembangunan gereja meliputi perwujudan gereja sebagai tubuh Kristus di mana para jemaat memiliki kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Kristus sebagai anak Allah. Pembangunan gereja dilaksanakan melalui pemanfaatan seluruh nilai budaya, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman modern yang positif bagi penguatan gereja sebagai tubuh Kristus. Aspek pemersatuan meliputi panggilan untuk menunjukkan diri (gereja) sebagai keesaan dalam Tuhan secara lebih nyata sehingga efektif menjadi saksi bagi dunia.
GBKP telah memiliki sejumlah badan pelayanan koinonia yaitu KAKR, Moria, Permata, Mamre, Lansia, dan Pastoral Konseling. Tidak tertutup kemungkinan GBKP akan terus menambah badan-badan pelayanan koinonia lainnya jika dipandang penting. Namun demikian, kondisi yang dihadapi ialah sebagian besar badan-badan tersebut belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Perkembangan yang dimaksud ialah peningkatan jumlah anggota berpartisipasi secara aktif dan pertumbuhan nilai-nilai yang diharapkan dari pelayanan. Rendahnya perkembangan tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain lemahnya manajemen pelayanan koinonia yang meliputi kemampuan dan keterampilan melayani, tidak jelasnya program pelayanan, dan rendahnya intensitas pelayanan.
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Menumbuhkembangkan budaya berkoinonia dalam organisasi GBKP yang ditandai dari meningkatnya jumlah warga GBKP dalam kegiatan-kegiatan di bidang koinonia yang efektif menstimulasi warga GBKP lainnya untuk melakukan hal yang sama
c. Indikator Kinerja
13 |GBP GBKP 2016-2020
Meningkatnya persentase jumlah yang signifikan dari jemaat GBKP terlibat secara aktif dan proaktif dalam kegiatan-kegiatan di bidang Koinonia. Bergiat melibatkan diri dalam kegiatan koinonia yang meneguhkan iman, persekutuan, dan kerinduan untuk bersekutu.
d. Program-program Pokok Pelayanan 1) Meningkatkan kesadaran jemaat dalam berkoinonia. 2) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan jemaat dalam berkomunikasi massa (mass communication). 3) Mempersiapkan modul-modul koinonia yang dapat dijadikan penuntun bagi jemaat dalam berkoinonia.
2. Bidang Marturia a. Kondisi dan Permasalahan Kehidupan warga gereja pada dasarnya adalah panggilan untuk bersaksi kepada seluruh umat manusia di manapun mereka berada. Pelayanan Marturia yang berintikan pekabaran injil dalam berbagai bentuk haruslah menjadi kehidupan sehari-hari jemaat GBKP dan bukan hanya tugas para pelayan khusus (pendeta, diaken, dan pertua). Sifat pekabaran injil juga harus dilakukan dengan “bijak” dalam arti tidak memiliki potensi konflik karena di negara yang masyarakatnya memiliki keimanan yang sangat majemuk, masalah kesaksian/pekabaran injil menjadi sangat peka.
GBKP dalam struktur organisasinya telah memiliki sejumlah badan pelayanan marturia yaitu PI ke dalam dan PI ke luar (Evanglisasi), Wisata Rohani Buluh Awar, DAI, Varia GBKP, dan lain-lain. Badan-badan pelayanan Marturia lainnya akan ditambahkan sesuai kebutuhan.
Walaupun badan-badan Pelayanan Marturia telah ada serta kegiatan pekabaran injil dan bersaksi terus menerus dilakukan baik pada wilayah runggun, klasis dan sinode, namun pelayanan marturia oleh jemaat GBKP hingga kini masih belum membudaya. Berbagai pola pekabaran injil telah dicoba seperti pengadaan desa binaan, dialog antar iman dan lain-lain, namun belum ditemukan pola pelayanan yang cukup efektif. Keterlibatan jemaat masih berdasarkan kesadaran masingmasing dan tidak sedikit jumlah jemaat yang memandang pelayanan marturia sebagai kewajiban teologis. Tenaga-tenaga detaser yang dibina GBKP sebagai tenaga pekabaran injil ke daerah-daerah sasaran sebagian besar belum memiliki kompetensi. Di samping itu, GBKP juga belum memiliki sistem dan pola pelayanan yang komprehensif antara runggun, klasis, dan sinode. Jika kondisi seperti ini tidak segera diatasi maka tumbuhnya budaya bermarturia pada jemaat GBKP akan sulit diharapkan.
14 |GBP GBKP 2016-2020
b. Tujuan / Sasaran Menumbuhkembangkan budaya bermarturia dalam organisasi GBKP yang ditandai dari kehidupan gereja dan jemaatnya sarat dengan kegiatan kesaksian dan pekabaran injil baik di lingkungan masing-masing maupun di luar lingkungannya pada setiap kesempatan yang tersedia dengan metode dan cara yang tidak menimbulkan konflik di masyarakat.
c. Indikator Kinerja Meningkatnya persentase yang signifikan jumlah warga GBKP yang memperlihatkan cara hidup atau kehidupan bermasyarakat yang kristiani dan layak ditiru, serta aktif dan proaktif dalam kegiatan-kegiatan marturia (kaya dengan nilai- nilai marturia). Ia menunjukkan cara hidup yang bertanggungjawab serta mampu membawa kebaikan bagi orang lain, dan semangat bermarturia semakin meningkat, dan sesuai dengan konfesi GBKP.
d. Program-Program Pokok Pelayanan 1) Menyusun rencana induk pelayanan pekabaran injil/bersaksi secara komprehensif antara wilayah runggun, klasis, dan sinode. 2) Meningkatkan keterampilan warga dan tenaga-tenaga pelayan khusus dalam bermarturia melalui proses pembimbingan, konsultasi dan pelatihan
3. Bidang Diakonia a. Kondisi dan Permasalahan Sejarah perjalanan GBKP sangat kental dengan pelayanan diakonia. Hingga saat ini GBKP telah memiliki sejumlah unit yang menjadi sasaran pelayanan berdiakonia, beberapa di antaranya telah mendapat dukungan pemerintah. Badan pelayanan yang telah ada saat ini ialah Alpa-Omega, Pusat Pelayanan Orangtua Sejahtera, Badan Pelayanan Kesehatan GBKP dan HIV/AIDS-NAPZA, Panti Asuhan Gelora Kasih, dan satu yayasan: Yayasan Ate Keleng/Parpem GBKP (PT
BPR Pijer Podi Kekelengen, CU) Sesuai dengan orientasi misi GBKP yang bersifat universal, pelayanan diakonia GBKP harus mencakup internal dan eksternal GBKP dan juga mencakup pelayanan domestik dan pelayanan global. Dengan kapasitas dan sumberdaya yang dimiliki, pelayanan diakonia GBKP secara umum telah cukup menggembirakan terutama pelayanaan internal GBKP dan domestik. Kontribusi GBKP dalam penanggulangan berbagai bencana, yang terbaru adalah erupsi Gunung Sinabung walaupun tetap harus ditingkatkan merupakan contoh nyata besarnya komitmen GBKP terhadap pelayanan diakonia. Namun, pada pelayanan diakonia masih lebih menunjukkan sifat charity dan bukan pemberdayaan (empowerment). Pelayanan yang bersifat charity ini akan menimbulkan
15 |GBP GBKP 2016-2020
ketergantungan yang berkepanjangan. Pada pelayanan tataran global, GBKP masih dapat disebut dalam keadaan absen. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pelayanan diakonia baik secara internal, maupun eksternal (domesik dan global) ialah sebagai berikut: 1) Internal GBKP: Kurangnya tenaga-tenaga pelayanan kompeten (terampil dan memiliki komitmen tinggi) untuk pemberdayaan baik pada wilayah runggun, klasis maupun sinode. 2) Domestik: Kurangnya tenaga-tenaga pelayan yang memiliki kecakapan dan kemauan melayani masyarakat bermasalah 3) Wilayah global: Langkanya tenaga-tenaga pelayan profesional wilayah global yang dimiliki GBKP, rendahnya keterlibatan GBKP dalam membangun dan memanfaatkan jejaring internasional.
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Menumbuhkembangkan budaya berdiakonia dalam organisasi GBKP yang ditandai dari kehidupan gereja dan jemaatnya yang kaya dengan kegiatan berdiakonia di dalam dan di luar lingkungan GBKP tanpa membedakan suku, agama, ras, daerah, dan bangsa)
c. Indikator Kinerja 1) Meningkatnya jumlah warga GBKP yang berpartisipasi secara aktif dan proaktif dalam berdiakonia di lingkungan GBKP. Spontanitas warga jemaat dalam Kepedulian di bidang kemanusiaan misanya bencana alam, kelaparan, kemiskinan, penyakit social, disabilitas dan masalah kemanusiaan lainnya 2) Meningkatnya kepedulian kontribusi GBKP secara organisasi dan partisipasi yang aktif dan proaktif warga GBKP dalam berdiakonia di luar lingkungan GBKP. Kepedulian di bidang kemanusiaan misanya bencana alam, kelaparan, kemiskinan, penyakit sosial, disabilitas dan masalah kemanusiaan lainnya
d. Program-Program Pokok Pelayanan 1) Penataan sistem administrasi dan manajemen diakonia GBKP yang meliputi tata cara/prosedur, organisasi, sistem evaluasi dan pengendalian, penjaringan informasi, dan lain-lain. 2) Penguatan nilai-nilai diakonia yang produktif warga GBKP melalui proses sosialisasi yang efektif. 3) Membangun kerjasama antar gereja dalam membangun jejaring informasi terkait diakonia di luar GBKP (dalam dan luar negeri)
4. Bidang Dana dan Usaha a. Kondisi dan Permasalahan GBKP sebagai sebuah lembaga pemberdayaan jemaat dalam arti luas sangat membutuhkan jaminan ketersediaan dana baik untuk pembiayaan program16 |GBP GBKP 2016-2020
program pembangunan dan pelayanannya maupun untuk pembiayaan rutin yang volumenya meningkat dari tahun ke tahun. Pembiayaan program pembangunan meliputi pengeluaran antara lain untuk pengadaan fisik (antara lain bangunan, kendaraan dan perlengkapan gereja). Pembiayaan pelayanan meliputi pengeluaran untuk pelaksanaan tritugas gereja dengan segala kelengkapan pendukungnya. Pembiayaan rutin meliputi antara lain pembiayaan administrasi, kesejahteraan pendeta dan lain-lain.
Hingga saat ini sumber-sumber dana GBKP sebagian besar adalah kontribusi jemaat walaupun juga sebagian bersumber dari berbagai aktivitas produksi di wilayah Runggun dan Sinode semakin berkembang. Namun sangat disadari bahwa ke dua sumber pendanaan tersebut masih sangat terbatas. Kontribusi jemaat misalnya bersumber dari kolekte, persembahan persepuluhan, ucapan syukur, kontribusi jemaat untuk pembangunan sarana/PI/diakonia, pesta panen, acara khusus pengumpulan dana dan lain-lain. Aktivitas produksi yang menjadi sumber dana GBKP antara lain Usaha Perkebunan, Percetakan (Abdi Karya), Asrama Maranatha, dan lain-lain.
Terbatasnya penerimaan GBKP dari sumber-sumber tersebut mengakibatkan program-program pembangunan GBKP yang terkait dengan pembangunan, pelayanan tritugas gereja serta kesejahteraan personalia menjadi sangat terbatas (sulit ditingkatkan). Beberapa pokok permasalahan pada sumber-sumber penerimaan di atas antara lain ialah:
1) Kontribusi jemaat : Belum meratanya kesadaran jemaat untuk memberikan kontribusi sebagai bagian dari kewajiban iman (Ulangan 14: 22-29, Bilangan 18: 25). Hal ini terlihat dari rendahnya persentase jemaat yang berkontribusi dan juga kecilnya jumlah kontribusi rata-rata. Sebagian jemaat juga masih berada pada posisi kelompok ekonomi kurang mampu. 2) Usaha produksi : Belum tumbuhnya profesionalisme dan kewirausahaan (enterpreneurship) dalam pengelolaan unit-unit usaha produksi yang dikelola Moderamen Rendahnya keterlibatan jemaat dalam menjalankan usaha berbasis kewirausahaan (enterpreurial business)
Karena ketersediaan dana GBKP sangat strategis maka upaya-upaya yang lebih efektif perlu diambil agar pencapaian visi sebagai bentuk tanggung jawab GBKP kepada seluruh jemaat tidak terhambat.
17 |GBP GBKP 2016-2020
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Menumbuhkan dan mengembangkan minat dan bakat warga gereja dalam kewirausahaan agar termotivasi untuk memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam dalam kegiatan produksi atau jasa yang digemari masyarakat luas dan bernilai ekonomi. Dari nilai ekonomi yang diperoleh, warga bersangkutan tidak hanya berhasil dalam meningkatkan kesejahteran keluarga tetapi memberikan kontribusi kepada gereja.
c. Indikator kinerja 1) Bertambahnya jumlah jemaat GBKP yang berwirausaha secara profesional 2) Meningkatnya penerimaan finansial gereja baik dari hasil kerja produktif mereka maupun dari kontribusi jemaat 3) Semakin tingginya persentase jumlah jemaat memberikan kontribusi sebagai janji iman 4) Meningkatnya pemasukan kas umum GBKP untuk semua tingkatan
d. Program-Program Pokok Pelayanan Untuk menumbuhkan minat dan bakat warga gereja dalam berwirausaha, serta memanfaatkan semua potensi yang ada secara produktif maka pelayanan yang dilakukan ialah 1) Pembinaan dan peningkatan jiwa kewirausaan (enterpreneurship) para jemaat khususnya para pemuda (Permata) GBKP 2) Memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan berempati kepada jemaat untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih tinggi terhadap tanggung jawab dalam kontribusi dana kepada gereja 3) Menyelenggarakan lokakarya UKM dalam bidang produksi, keuangan, manajemen dan lain-lain bagi jemaat yang memiliki potensi 4) Menyelenggarakan berbagai program diklat dan percontohan disektor pertanian bagi para jemaat petani dipedesaan 5) Menyelenggarakan kunjungan (visitasi) warga GBKP yang pelaku UKM ke perusahaan/lembaga yang sukses membina/mengembangkan UKM 6) Mempersiapkan tenaga-tenaga pendamping/pembimbing yang profesional bagi UKM jemaat yang membutuhkan 7) Menyediakan dan menyebarluaskan informasi tentang UKM dalam semua sektor usaha seperti pertanian, usaha industri, dan jasa melalui berbagai media seperti brosur / leaflet kewirausahaan dalam berbagai sektor.
5. Bidang Pembinaan a. Kondisi dan Permasalahan Kegiatan pembinaan warga merupakan salah satu kegiatan yang paling strategis dalam sebuah organisasi termasuk organisasi gereja. Semakin kencangnya 18 |GBP GBKP 2016-2020
perubahan
lingkungan
eksternal
gereja
terutama
sejak
diberlakukannya
perdagangan bebas baik pada wilayah regional maupun wilayah global semakin tinggi pula peluang dan sekaligus ancaman yang dihadapi oleh gereja tidak terkecuali GBKP. Oleh karena itu GBKP harus bersifat proaktif dalam mengakses informasi dan menyaring informasi tersebut secara cermat untuk dikomunikasikan kepada jemaat dan juga untuk dimanfaatkan dalam penyusunan program dan kebijakan gereja. GBKP akan survive bahkan akan berkembang pesat apabila mampu mengantisipasi berbagai dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut tepat waktu dan sebaliknya akan mengalami “keterpurukan” apabila gagal meresponnya.
Untuk efektif dalam melakukan kegiatan-kegitan di bidang pembinaan, GBKP memiliki badan-badan pelayanan yang meliputi: Litbang, PPWG, Retreat Center, KWK, Kategorial Profesi, dan lain-lain bisa ditambahakan menurut kebutuhan.
Hingga saat ini GBKP belum memiliki sistem yang efektif dalam menjaring data dan informasi yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan strategis dalam lingkungan internal dan eksternal GBKP, mengolah dan menganalisis masalahmasalah serta berbagai kecenderungan yang ditimbulkannya. Hal ini berakibat berbagai kebijakan / keputusan yang perlu diambil oleh manajemen GBKP sering terlambat dan kurang efektif. Sebagai organisasi yang berada dalam lingkungan yang sangat dinamis, kegiatan pembinaan merupakan sebuah kebutuhan untuk dijadikan ujung tombak dalam melakukan trobosan dalam menangani perubahan di lingkungan internal dan eksternal yang dapat dipastikan tidak akan pernah berhenti bahkan dengan intensitas yang semakin meningkat.
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Tujuan pelayanan bidang pembinaan ialah menggali, mengolah/ menganalisis dan menyajikan berbagai informasi strategis yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal secara berkelanjutan yang dibutuhkan oleh GBKP
dalam
meningkatkan “daya saing” sehubungan dengan perubahan lingkungan eksternal gereja yang semakin cepat. Dengan informasi tersebut diharapkan GBKP akan semakin
akurat
dalam
merumuskan
kebijakan
untuk
pembinaan
dan
pemberdayaan seluruh perangkat gereja serta para jemaat sehingga mereka akan semakin mawas diri dan lebih terarah dalam melaksanakan kehidupan sosial ekonomi mereka di tengah persaingan yang semakin kompleks.
c. Indikator Kinerja 1) Meningkatnya jumlah hasil-hasil penelitian yang digali dari lingkungan internal dan eksternal GBKP dan relevan dengan strategi pengembangan GBKP dalam 5 tahun ke depan
19 |GBP GBKP 2016-2020
2) Meningkatnya jumlah program dan kebijakan manajerial GBKP yang berbasis kepada hasil-hasil penelitian. 3) Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan oleh para jemaat untuk pemberdayaan diri (self empowering) dalam menjalani kehidupan sosial ekonomi mereka 4) Meningkatnya program-program pembinaan perangkat gereja dan para warga baik dalam bidang budaya, politik, teknologi, etika, ekonomi dan sosial yang berbasis pada data dan informasi yang dihasilkan oleh kegiatan penelitian dan pengembangan
d. Program-Program Pokok Pelayanan Untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pembinaan maka program-program pokok yang dibutuhkan dalam 5 tahun ke depan ialah: 1) Penataan ulang organisasi yang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan yang meliputi struktur, personalia, uraian tugas, mekanisme pelaksanaan
kegiatan
penelitian,
pengembangan
dan
pembinaan,
penyebarluasan informasi (information dissemination), penganggaran, dan lain-lain. 2) Mensosialisasikan peran dan fungsi penelitian,
pengembangan, dan
pembinaan kepada seluruh perangkat gereja dan juga para jemaat dengan memanfaatkan runggun dan klasis untuk memberikan pemahaman dan dukungan kepada kegiatan penelitian, pengembangan dan pembinaan. Hal ini sangat penting karena mereka akan menjadi salah satu sumber informasi dan juga menjadi objek pembinaan kegiatan penelitian dan pengembangan dan pembinaan. 3) Pemberdayaan organ-organ penelitian, pengembangan dan pembinaan dalam penyusunan program dan kegiatan penelitian, pengembangan dan pembinaan. 4) Penyusunan roadmap penelitian dan pengembangan 5 tahun ke depan yang sejalan dengan strategi GBKP
6. Bidang Sumber Daya Manusia a. Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya manusia GBKP pada dasarnya ialah seluruh warga GBKP baik secara individu maupun kelompok yang secara formal adalah anggota GBKP. Pengertian sumberdaya manusia tidak terbatas hanya pada fisik tetapi jauh lebih luas yaitu mencakup seluruh potensi (pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, pengalaman, kearifan, kejujuran, dan lain-lain) sehingga layak dipandang sebagai sumberdaya yang efektif menggerakkan GBKP dalam mewujudkan visinya. Karena GBKP adalah lembaga pemberdaya jemaat maka secara garis besar sumberdaya manusia yang dimaksud dapat dikelompokkan atas dua bagian besar yaitu kelompok pemberdaya (empowering group) dan kelompok sasaran atau 20 |GBP GBKP 2016-2020
kelompok yang diberdayakan (target group). Kelompok pemberdaya meliputi para Diaken, Pertua dan Pendeta, serta seluruh tenaga administrasi organisasi GBKP sedangkan kelompok sasaran ialah seluruh warga yang terdaftar di wilayah Runggun.
Walaupun berperan sebagai kelompok pemberdaya, dalam kenyataan kelompok ini sebagaimana halnya dengan kelompok sasaran, masih banyak mengalami masalah, tidak hanya dalam kaitan dengan fungsinya di gereja tetapi juga dalam hal tanggungjawab sebagai warga negara khususnya dalam bidang politik. Secara lebih rinci, masalah-masalah yang masih ditemukan adalah sebagai berikut :
1) Warga Walaupun warga secara umum adalah target group dari pemberdayaan gereja, mereka pada dasarnya adalah kelompok dinamis yang memiliki potensi memotivasi diri (self motivating) untuk hidup (menunjukkan jati diri) sebagai jemaat yang kristiani di masyarakat. Corak kehidupan jemaat di masyarakat merupakan gambaran utuh dari mutu gereja di mata masyarakat. Secara umum, para jemaat belum menunjukkan corak kehidupan yang kristiani secara nyata dilihat dari unsur
keimanan, pengharapan, kasih di
tengah-tengah masyarakat. Dalam banyak aspek kehidupan masyarakat, prilaku jemaat GBKP hampir tidak dapat dibedakan dari perilaku anggota masyarakat lain termasuk dalam melaksanakan hak dan tanggungjawab politik yang sering menunjukkan contoh yang buruk. Rendahnya mutu pembinaan gereja, pengajaran (khotbah) pendeta, ruwetnya masalah ekonomi sebagian besar keluarga jemaat dan kurangnya penggembalaan oleh Pertua dan Diaken dalam kehidupan jemaat merupakan faktor-faktor penyebab masalah pada jemaat.
2) Pertua / Diaken Walaupun peran dan fungsi Pertua dan Diaken tidak identik dengan pendeta, kelompok fungsional ini juga berada pada wilayah strategis (berdampak besar dalam jangka panjang). Karena Pertua dan Diaken berasal dari jemaat dan hidup, tinggal, dan bergaul bersama jemaat maka merekalah yang paling memahami situasi dan permasalahan jemaat. Hal ini merupakan peluang besar bagi Pertua dan Diaken dalam meningkatkan kualitas pelayananya kepada jemaat dan
memotivasi mereka untuk berpartisipasi secara aktif
dalam seluruh aktifitas gereja. Dalam kenyataan, secara umum harapan yang demikian belum terjadi. Para Pertua dan Diaken masih belum memiliki atau menunjukkan sifat pelayan atau gembala bagi jemaat. Salah satu butir tugas Pertua dan Diaken seperti tertera dalam Tata Gereja yaitu menjadi teladan, pembimbing dan pendorong warga gereja dalam pertumbuhan menuju
21 |GBP GBKP 2016-2020
kedewasaan iman dalam kehidupan yang bersaksi, bersekutu dan melayani secara umum kenyataannya masih jauh dari harapan.
Seperti halnya Pendeta, permasalahan yang terkait dengan Pertua dan Diaken juga bersumber dari faktor internal dan eksternal. Masalah yang bersumber dari faktor internal ialah rendahnya kesadaran /komitmen Pertua dan Diaken terhadap tugas dan tanggungjawab yang harus diemban. Padahal sebagian besar diaken/pertua dipilih karena mereka mencalonkan diri secara antusias yang kelihatannya seperti penuh kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab penggembalaan jemaat. Masalah yang bersumber dari faktor eksternal ialah kurangnya pembinaan Pertua dan Diaken melalui programprogram peningkatan mutu pelayanan termasuk pelatihan untuk peningkatan motivasi berprestasi dan keterampilan berkomunikasi di masyarakat.
3) Pendeta Para pendeta merupakan kelompok fungsional yang strategis di gereja. Masyarakat pada umumnya melihat pendeta dan kehidupannya sebagai cerminan dari gereja bersangkutan. Sehubungan dengan itu jemaat sangat menuntut agar para pendeta memiliki nilai lebih dari kelompok fungsional lainnya dalam banyak hal seperti kepemimpinan, kemampuan pengajaran, pengembalaan, teamworking,
keterampilan
teknikal
(berkhotbah/berkomunikasi),
tidak terkecuali pengetahuan teologi, pengetahuan umum
(ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain) termasuk dalam menjalankan hak dan tanggung jawab politik yang terkait dengan kebutuhan pembinaan jemaat. Terhadap hal-hal di atas, para pendeta GBKP masih dirasakan adanya kendala baik pada faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal terkait dengan masih rendahnya motivasi pendeta untuk pemberdayaan diri (self empowering) dalam hal-hal sesuai dengan lingkup dan besarnya tanggung jawab yang harus diemban. Faktor eksternal terkait dengan lemahnya pembinaan pendeta melalui program-program Sinodal baik dalam hal materi, frekuensi dan jenjang pembinaan. Akibat kelemahan-kelemahan di atas secara umum, acceptability (pengakuan jemaat secara informal dan jujur atas prestasi kerja pendeta) belum dirasakan. Padahal, faktor acceptability sangat menentukan keberhasilan Pendeta dan GBKP dalam membina dan menggerakkan jemaat dalam mewujudkan visi gereja.
4)
Pegawai Dukungan para pegawai terhadap kelancaran roda GBKP dalam menjalankan misinya tidak dapat dikatakan kecil karena merekalah yang menjamin ketertiban dan keteraturan sistem-sistem
administasi GBKP.
Dengan
berjalannya waktu yang memberikan beban yang semakin berat kepada GBKP maka sistem administrasi GBKP juga semakin kompleks dan berubah 22 |GBP GBKP 2016-2020
semakin cepat. Sehubungan dengan itu, kapasitas para pegawai yang menjadi ujung tombak sistem administasi GBKP juga harus secara berkala ditingkatkan. Peningkatan kapasitas harus berkaitan dengan penguasaan sistem administrasi berbasis teknologi, kemampuan berkomunikasi secara profesional dan tidak kalah pentingnya ialah pengembangan wawasan.
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Menumbuhkembangkan kualitas sumberdaya manusia GBKP (Pendeta, Pertua, Diaken, dan jemaat) sesuai dengan tuntutan tugas pokok dan fungsinya dalam lembaga gereja GBKP yang meliputi: 1) Meningkatkan kepatuhan seluruh kelompok administratif dan fungsional GBKP
(pimpinan gereja, pendeta, pertua, diaken, pegawai dan lain-lain)
terhadap tata aturan gereja dalam semua lingkup baik dalam proses kepersonaliaan yang meliputi rekruitmen, penempatan, mutasi, pendidikan dan latihan, promosi/demosi, remunerasi, dan lain-lain. 2) Menumbuhkan sikap dan komitmen Pendeta, Pertua dan Diaken terhadap peningkatan kualitas dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan 3) Meningkatkan kesadaran jemaat GBKP terhadap seluruh tanggungjawab dalam berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan gereja. 4) Menumbuhkan kesadaran berpolitik yang berkualitas pada seluruh jemaat GBKP dan menstimulasi munculnya pemimpin dari jemaat. 5) Menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
c. Indikator Kinerja 1) Meningkatnya kualitas khotbah para Pendeta di mimbar, dan pelayanan khusus pendeta kepada jemaat (acara pemberkatan, pembinaan khusus keluarga, penggembalan jemaat dan lain-lain) 2) Meningkatnya kualitas Pertua dan Diaken dalam pelayanan jemaat baik dalam penyiapan acara Kebaktian Minggu, PJJ, sakramen, pemberkatan perkawinan, konflik dan penggembalaan di lingkungan jemaat dan lain-lain) 3) Meningkatnya persentase signifikan jumlah jemaat yang berpartisipasi aktif dan proaktif dalam kegiatan-kegiatan gereja (Kebaktian Minggu, PJJ, acaraacara rutin dan non-rutin gereja). 4) Meningkatnya persentase signifikan jumlah jemaat dan jumlah dana yang bersumber dari kontribusi aktif dan proaktif (kolekte kebaktian, ungkapan rasa syukur, pesta panen, kewajiban persepuluhan, penggalangan dana khusus dan lain-lain) untuk pendanaan program dan kegiatan gereja. 5) Menurunnya jumlah konflik-konflik horizontal dan vertikal yang tidak produktif pada semua wilayah organisasi GBKP (PJJ, runggun, klasis dan, sinode) 6) Meningkatnya partisipasi umat GBKP dalam proses politik (memilih dan dipilih) secara bermartabat baik pada wilayah nasional maupun wilayah daerah. 23 |GBP GBKP 2016-2020
d. Program-Program Pokok pelayanan 1) Penataan ulang sistem administrasi kepegawaian GBKP berbasis kinerja yang meliputi sistem rekruitmen, pendidikan dan latihan, mutasi, promosi dan demosi, remunerasi untuk pegawai, pendeta, dan lain-lain. 2) Pembentukan kelompok-kelompok kerja rekonsiliasi baik pada wilayah runggun, klasis, dan sinode untuk penanganan masalah-masalah konflik dan perilaku yang tidak produktif yang disesuaikan dengan kebutuhannya. 3) Menyelenggarakan pelatihan peningkatan motivasi berprestasi (Achievement Motivation Training) bagi para pendeta, diaken/pertua. 4) Menyelenggarakan workshop dalam bidang softskill dan hardskill bagi para diaken, pertua, dan pendeta dalam berbagai hal seperti organisasi dan manajemen, aplikasi teknologi informasi, pelayanan yang produktif, politik dan lain-lain. 5) Menyelenggarakan pembinaan dalam bentuk ceramah, seminar dan lainnya secara periodik bagi seluruh jemaat GBKP untuk meningkatkan kualitas jemaat dalam berteologi serta pengetahuan umum, keterampilan dalam pemeliharaan kesehatan, partisipasi politik dan lain-lain 6) Menyediakan dan menyebarluaskan kepada jemaat berbagai buku bacaan, majalah, leaflet praktis tentang manusia berkualitas di hadapan Tuhan
7.
Bidang Organisasi a. Kondisi dan Permasalahan Organisasi pada dasarnya adalah suatu struktur atau susunan seluruh organorgan suatu lembaga yang diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan keharmonisan, sinergitas peran dan fungsi seluruh organ dalam mencapai tujuan bersama. Ditinjau dari sifat peran dan fungsinya, organ-organ tersebut dapat dikelompokkan sebagai organ struktural (organ pembentuk struktur), organ fungsional dan organ pendukung.
Secara struktural, organisasi GBKP dipimpin oleh majelis. Organ-organ struktural GBKP seperti tertera dalam Tata Gereja GBKP, terdiri dari Majelis Runggun, Majelis Klasis dan Majelis Sinode, beserta organ kelengkapannya/ pelaksana hariannya, yaitu: BP. Majelis Runggun, BP. Majelis Klasis, Moderamen. Sesuai dengan sistem penataan presbiterial-sinodal yang dianut oleh GBKP, Majelis Klasis memimpin runggun-runggun dalam wilayah pelayanan klasis dan Moderamen memimpin runggun-runggun dalam seluruh wilayah pelayanan sinode.
Berbagai permasalahan yang sering ditemui dalam bidang organisasi di lingkungan
GBKP
ialah
rendahnya
sinergitas
pelaksanaan
tugas-tugas
pelayanan baik dalam wilayah pelayanan tertentu maupun antar-wilayah 24 |GBP GBKP 2016-2020
pelayanan dalam struktur organisasi GBKP. Prinsip presbiterial-sinodal sering diartikan oleh sebagian runggun sebagai otonomisasi runggun sehingga sinergitas kegiatan pelayanan secara berjejaring mengalami hambatan.
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Tujuan dan sasaran dari Bidang Organisasi ialah mengokohkan komitmen seluruh personalia organisasi GBKP terhadap pencapaian kemajuan GBKP sebagai institusi keagamaan di Indonesia dalam menjalankan peran yang semakin penting di dalam dan luar negeri. Sasaran-sasaran yang ingin dicapai ialah: 1) Meningkatnya pemahaman dan kemampuan manajemen GBKP pada semua wilayah dalam menumbuhkembangkan organisasi GBKP yang meliputi penyesuaian dan penguatan struktur organisasi, uraian kondisi / tugas dan tanggung jawab jabatan, mekanisme kerja serta sistem kontrol organisasi sehingga GBKP memiliki postur organisasi yang adaptif dan handal terhadap perubahan lingkungan eksternal. 2) Meningkatnya kemampuan manajemen GBKP dalam penyusunan strategi, kebijakan dan program-program yang sinergetik (tidak bersifat tumpang tindih tetapi saling menunjang/saling mendukung) pada semua wilayah.
c. Indikator Kinerja 1) Rendahnya frekuensi komunikasi yang tersumbat baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas dan komunikasi secara horizontal untuk menghindari konflik yang tidak produktif. 2) Lancarnya pelaksanaan dari sistem dan mekanisme mutasi, promosi dan demosi baik terkait dengan pendeta atau pegawai, khususnya pada jabatan wilayah Sinode, Klasis, dan Runggun. Menurunnya penolakan terhadap pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem dan mekanisme gereja. 3) Rendahnya program
persentase jumlah program yang bersifat tumpang tindih, yang bersifat konflik dan program-program yang menggelantung
(dangled programs). Menurunnya program-program sedemikian rupa baik di wilayah runggun, klasis, dan sinode.
d. Program-Program Pokok Pelayanan 1) Mereview struktur organisasi GBKP dan seluruh kelengkapannya serta mempertegas hubungan fungsional antar unit, uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dan unit kerja. 2) Mereview/merancang ulang sistem insentif yang perlu diberlakukan pada setiap jenjang organisasi serta penetapan kriteria prestasi kerja 3) Pemantapan
pemahaman
personalia
oganisasi
mekanisme kerja oganisasi GBKP pada setiap jenjang 25 |GBP GBKP 2016-2020
terhadap
sistem
dan
4) Mengadakan/melengkapi sarana/fasilitas pendukung yang dibutuhkan seperti kendaraan dan lain-lain guna melancarkan kegiatan pelayanan pada semua wilayah organisasi GBKP.
8.
Bidang Kuangan a. Kondisi dan Permasalahan Hampir semua organisasi tidak terkeculi GBKP, masalah keuangan selalu dipandang sebagai salah satu masalah yang paling rumut dipecahkan. Hal ini disebabkan bidang ini memiliki dimensi yang paling luas dan paling menarik perhatian dari setiap unsur dari organisasi tersebut sehubungan dengan kuatnya keterkaitan antara bidang keuangan dengan seluruh bidang-bidang lain. Tidak ada kegiatan yang tidak terkait dengan Bidang Keuangan.
Secara umum, pembahasan Bidang Keuangan meliputi berbagai aspek antara lain ialah identifikasi sumber-sumber keuangan potensial, prosedur untuk menggali / mendapatkannya, standar penggunaanya, sistem pelaporan dan sistem pengendalian dan evaluasi kinerja keuangan dari organisasi tersebut. Mengingat sumber utama keuangan GBKP adalah kontribusi jemaat, maka salah satu faktor utama yang perlu dipahami dalam meningkatkan potensi sumber keuangan
GBKP
ialah
transparansi
baik
dalam
hal
penerimaan
dan
penggunaanya serta efisiensi dalam pemanfaatannya. Kedua hal tersebut hingga saat ini masih relatif lemah dalam sistem manajemen keuangan GBKP walaupun telah diupayakan secara maksimal. Salah satu hambatan utama rendahnya kontribusi jemaat terhadap keuangan GBKP tidak terlepas dari ke dua hal tersebut.
b. Tujuan dan Sasaran Pelayanan Tujuan dan sasaran pelayanan dari Bidang Keuangan ialah memantapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan mulai dari identifikasi sumber-sumber keuangan, penggalian, pemanfaatan,
pelaporan, pengendalian dan evaluasi
untuk menciptakan sistem keuangan GBKP yang transparan, efisien, efektif dan akuntabel secara berkesinambungan.
c. Indikator Kinerja 1) Meningkatnya kepecayaan stakeholder terhadap laporan keuangan GBKP baik pada Sinode, maupun Klasis dan Runggun. 2) Meningkatnya kontribusi jemaat sebagai sumber keuangan GBKP
d. Program-Program Pokok Pelayanan 1) Menentuka arah dan kebijakan keuangan GBKP secara umum baik di wilayah Runggun, Klasis maupun Sinodal.
26 |GBP GBKP 2016-2020
2) Menyusun sistem / prosedur penggalian sumber-sumber keuangan potensial yang sesuai dengan Tata Gereja dan ketentuan lain yang berlaku di lingkungan GBKP 3) Menyusun tata cara dan standar penggunaan keuangan dari masing-masing sumber. 4) Menyusun sistem pengendalian, evaluasi dan pelaporan keuangan yang efektif untuk pelaksanan cross check
BAB IV PENUTUP Garis-Garis Besar Pelayanan GBKP 2016-2020 memiliki kedudukan yang sangat penting karena tidak hanya memberi arah perjalanan GBKP dan pedoman dalam penyusunan program tahunan/kegiatan GBKP dalam lima tahun ke depan tetapi juga menjadi tonggak pengukur (milestone) keberhasilan GBKP dalam melintasi era persaingan bebas regional Asean (Masyarakat Ekonomi Asean) yang mulai efektif akhir tahun 2015. Gereja sebagaimana halnya dengan organisasi lainnya baik yang bersifat komersial maupun non-komersial tidak ada yang berada dalam lingkungan vakum atau tidak berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Garis-Garis Besar Pelayanan GBKP 2016 -2020 dibagi atas delapan bidang yaitu Bidang Koinonia, Marturia, Diakonia, Bidang Dana, Bidang Pembinaan dan Usaha, Sumberdaya Manusia, Organisasi dan Keuangan. Pada masing-masing bidang telah dicoba mengenali dan merumuskan masalahnya pada masa lalu dan antisipasi di masa lima tahun ke depan dan juga potensi serta peluang yang diperkirakan dapat dimanfaatkan oleh GBKP. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor tersebut,
tujuan dan sasaran, program-program pokok dan indikator
kinerja setiap bidang telah diidentifikasi. Rumusan program-program pokok ini yang menjadi sumber dan akan dijabarkan lebih lanjut menjadi program/kegiatan tahunan mulai tahun 2016 hingga 2020. Sesuai dengan struktur organisasi GBKP yang terdiri dari wilayah runggun (wilayah lebih kecil), klasis (wilayah menengah), dan sinode (wilayah paling luas) maka dalam penjabaran setiap program pokok harus dimulai dari wilayah sinode. Program-program tahunan wilayah sinode bersama-sama dengan program pokok masing-masing bidang akan menjadi masukan
27 |GBP GBKP 2016-2020
dan acuan bagi setiap klasis dalam menyusun program tahunannya. Selanjutnya programprogram pokok dan program tahunan klasis akan menjadi masukan dalam penyusunan program tahunan untuk setiap bidang pada wilayah runggun. Sehubungan dengan itu, GBP GBKP 2016-2020 ini perlu disosialisasikan secara luas paling tidak terhadap mereka yang menjadi unsur kunci pada setiap jenjang. Pihak-pihak yang dimaksud dengan unsur kunci pada wilayah Sinode adalah Moderamen bersama pemimpin badan-badan pelayanan dan biro. Pada wilayah klasis adalah Badan Pekerja Majelis Klasis bersama pemimpin badan pelayanan di wilayah klasis dan pada wilayah runggun adalah Badan Pekerja Majelis Runggun bersama pemimpin badan pelayanan di wilayah runggun. Sosialisasi perlu dilakukan secara intensif agar jabaran program yang adaptif dengan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 dapat dilakukan. Karena kemampuan implementasi programprogram tahunan hasil penjabaran tersebut juga perlu dipertimbangkan maka bahan masingmasing program pokok ditinjau dari kemampuan implementasi perlu disosialisasikan. Hanya dengan demikian, perkembangan GBKP dalam era persaingan bebas regional ini akan dapat efektif dan terkendali dengan baik. Semoga GBP GBKP 2016 – 2020 ini akan mampu menumbuhkan akar GBKP yang semakin kokoh.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
28 |GBP GBKP 2016-2020