Gara-gara Iri, Rekan Kerja Dianiaya PURWOREJO,FP – Diduga lantaran itu hati, PEK (24) warga Purworejo nekad menganiaya Sugito (22) rekan kerjanya di toko stiker Moeroep Purworejo. Penganiayaan dilakukan di mess toko stiker Moeroep, Jumat (16/9). Akibatnya PEK harus berurusan dengan polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kapolres Purworejo AKBP Satrio Wibowo.SIK melalui Kapolsek Kota, AKP Bambang Sulistyo menjelaskan, kejadian berawal saat Sugito datang ke mess untuk ganti baju kerja. Tiba-tiba tersangka mengambil leher knalpot yang berada di bawah kursi dan langsung memukul kepala korban hingga tiga kali. Namun serangan mendadak itu ditangkis dengan tangan oleh korban sehingga mengakibatkan tangan kirinya retak. “Akibat menangkis pukulan tulang tangan kiri korban retak dan harus mendapat perawatan medis,” kata Kapolsek. Diterangkan, saat ini perkara penganiayaan itu sudah ditangani Polsek kota dan tersangka sudah diamankan di sel tahanan Polsek Kota Purworejo. “Tersangka akan dikenai pasal 351 KUHP dengan ancaman 2 tahun 8 bulan penjara,” terangnya.
Siswi SMK Taman Karya Hilang Usai Pamit Renang KEBUMEN, FP – Linda Alfiani (17) siswa kelas X SMK Taman Karya Kebumen hilang dan hingga kini belum diketahui nasibnya semenjak meninggalkan rumah pada Selasa (28/3) sekitar pukul 14.00 WIB. Menurut ibunya, Karsinah, anaknya pamit hendak renang di kolam
renang Gading, Pejagoan, Kebumen. Saat pergi Linda Alfiani mengenakan seragam sekolah dan mengendarai sepeda motor Honda Beat warna pink. “Tapi sampai saat ini anak saya belum kembali juga,”kata Karsinah yang tinggal di Dukuh Kemangguan, Desa Bumirejo, Klirong, Kebumen. Dituturkan Karsinah, sehari atau tepatnya Rabu (29/3) setelah Linda pergi dirinya pernah mengecek keberadaan anaknya disekolah tapi tidak ada. “Teman satu kelasnya bilang terakhir melihat Linda pada hari Senin (27/3) setelah itu nggak melihat lagi karena hari Selasa libur sekolah, ” ucap Karsinah. Dikatakan Karsinah, semenjak Linda pergi pihak keluarga sudah berusaha mencari kemana-mana namun belum juga ketemu. Pihak keluarga juga tidak tahu kenapa Linda nekad pergi tanpa sebab yang jelas. “Selama ini hubungan dengan keluarga tidak ada masalah, baik-baik saja, “terang Karsinah. Kata Karsinah, karena sudah berusaha mencari tapi tidak membuahkan hasil, akhirnya pihak keluarga melaporkan peristiwa hilangnya Linda ke Polsek Klirong.
UMP Wisuda 665 Sarjana. 75 Sandang Predikat Cumlaude PURWOREJO- Sebanyak 665 Purworejo (UMP) periode Sarjana ke-55 UMP ini wisudawan, 75 di antaranya
Sarjana Universitas Muhammadiyah September 2016 diwisuda. Wisuda cukup istimewa. Dari total 665 menyandang predikat cumlaude.
Prosesi wisuda yang masuk rangkaian Rapat Senat Terbuka kali ini diselenggarakan dalam 2 gelombang, Jumat (9/9) dan Sabtu (10/9). Pada hari pertama wisuda diikuti 304 lulusan dari 4 Program Studi (Prodi), yakni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Agribisnis, dan Teknik Sipil. Wisuda hari kedua diikuti 361 lulusan dari 7 Prodi, yakni Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (PBSJ), Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika,
Pendidikan Tenik Otomotif, Manajemen, dan Peternakan. Sebagian mahasiswa peraih predikat cumlaude diwisuda hari pertama terdiri atas 9 mahasiswa PBSI, 23 mahasiswa PBI, 9 mahasiswa Agribisnis, dan 1 mahasiswa Teknik Sipil. Pada hari kedua terdiri atas 3 mahasiswa PBSJ, 12 mahasiswa Pendidikan Matematika, 1 mahasiswa Pendidikan Fisika, 12 mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif, dan 4 mahasiswa Manajemen. Selain itu, sebanyak 11 wisudawan dinyatakan lulus terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tertinggi untuk tiap Prodi. Empat di antaranya diwisuda hari pertama, yakni Kartikasari Fadillah dari Prodi PBSI (IPK 3,71), Lilis Setyowati Prodi PBI (IPK 3,68), Isnaeni Noviana Dewi Prodi Agribisnis (IPK 3,83), dan Devie Kusumawati Prodi Teknik Sipil (3,51). Adapun 7 lainnya diwisuda hari kedua, yakni Wulan Octaviana Prodi PBSJ (IPK 3,67), Dewi Ratnawati Prodi Pendidikan Ekonomi (IPK 3,46), Umi Habibah Prodi Pendidikan Matematika (IPK 3,68), Anni Prastiwi Prodi Pendidikan Fisika (IPK 3,67), Mutia Noviriana Prodi Pendidikan Teknik Otomotif (IPK 3,73), Yasinta Dwi Swasti Ayu Prodi Manajemen (IPK 3,88) dan Lely Apriani Prodi Peternakan (IPK 3,67). Rektor UMP Drs H Supriyono MPd berharap wisudawan dapat meningkatkan kualitasnya secara berkelanjutan di tengah ketatnya pesaingan tenaga kerja di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Wisudawan juga harus memiliki sikap moral dan etika yang luhur serta religiusitas tinggi yang mencerminkan akhlakul karimah. “Sebagai intelektual lulusan UMP yang mempunyai visi unggul dalam ilmu dan mulia dalam akhlak, tentunya memiliki perbedaan dalam bertindak, bersikap, maupun bergaul jika dibandingkan dengan mereka yang bukan lulusan UMP atau bahkan tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan tinggi,” katanya. Dijelaskan, untuk meningkatkan kualitas dan memberikan peluang
masyarakat menempuh pendidikan tinggi, pada tahun akademik 2016/2017 ini UMP mulai menyelenggarakan perkuliahan dua Prodi baru, yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Hukum (S1). Pembukaan Prodi Teknologi Informasi (S1) sudah dalam proses akhir dan saat ini menunggu terbitnya surat keputusan dan izin dari Kemenristek Dikti. “Pada tahun akademik 2016/2017 UMP masih memberikan kesempatan pendaftaran mahasiswa baru sampai akhir September ini,” jelasnya. Sementara itu, Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti SH dalam sambutan yang dibacakan Kabag Kesra Drs Bambang Sadyo Hastono MH berpesan agar wisudawan dapatmemahami bahwa di Indonesia saat ini terjadi ketidakseimbangan antara angkatan kerja dengan dunia kerja. Namun, hal itu diharapkan tidak disikapi sebagai kendala, melainkan tantangan yang mesti dihadapi bersama dengan optimis. “Buktikan
bahwa
lulusan
UMP
mampu
memberi
warna
dalam
berkiprah di masyarakat luas,” tandasnya. (War)
Data Kekeringan Di Kabupaten Purworejo Berbeda Hampir semua wilayah di Jawa Tengah terjadi kekeringan ekstrem selama beberapa bulan terakhir. Bahkan sampai berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda hujan mau turun. Daerah-daerah di sepanjang Pantai Selatan Jawa Tengah, Pantura, Wonogiri, Karanganyar selama lebih dari 100 hari terakhir tidak turun hujan sama sekali. Dalam kondisi kekeringan ekstrem dan tidak ada “ awan hujan “, praktis hujan buatan tidak dapat dilakukan.
Reni Kaningtyas, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah mengungkapkan, hampir semua wilayah di Jawa Tengah selama lebih dari 60 hari tanpa hujan sama sekali. Daerah yang terpantau sesekali masih turun hujan hanya di Jawa Tengah bagian tengah, yakni Banyumas dan sekitar Gunung Slamet. Menurut perkiraan, baru pada akhir Oktober atau awal November “awan hujan” mulai muncul mengawali datangnya musim hujan. “ Jika tidak ada awan hujan, bagaimana NaCI ( garam ) bisa disebar ?” ujarnya. Sarwa Pramana, Kepala Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Jawa Tengah menuturkan kalau BPPD seluruh Jawa Tengah sekarang berkonsentrasi pada penanganan tanggap darurat guna mengatasi kekeringan. Guna mengatasi kekeringan, Jawa Tengah menerima bantuan sebesar Rp 9,5 milyar dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dana itu digunakan untuk pembuatan embung dan sumur bor. Dua kabupaten yang paling terdampak pada kekeringan yakni Wonogiri dan Klaten. Berbeda Data. Sementara itu di Kabupaten Purworejo yang merupakan lumbung padinya Jawa tengah, kekeringan mulai terasa sejak menjelang musim panen MT 2. Akibatnya, sejumlah wilayah tidak dapat panen secara normal. Ada wilayah yang masuk katagori dapat panen namun kurang air bahkan ada pula yang gagal panen ( puso ). Namun yang membingungkan, dua instansi yang menangani telah menyajikan data berbeda tentang luasnya areal gagal panen (puso). Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan (DPPKP) dalam jumpa pers yang dilakukan di Ruang Bagelen, Setda Purworejo, mengutarakan kalau wilayah gagal panen (puso) terdapat di enam kecamatan dengan luas mencapai 467 Ha. Wilayah terluas gagal panen di Kecamatan Purworejo yang mencapai 210 Ha dan terkecil di wilayah Kecamatan Bener yang hanya enam hektar. Menurut DPPKP, kekeringan terjadi akibat pemanasan global dan lahan tangkapan air berkurang.
Tetapi data dari Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo per 31 Agustus 2015 yang merupakan data terakhir MT2, menunjukkan bahwa wilayah gagal panen ( puso) mencapai 560 Ha. Artinya, wilayah puso dari Dinas Pengairan lebih luas 100 Ha dari data yang ada di DPPKP. Dengan perbedaan data yang cukup besar , menimbulkan pertanyaan, dinas mana yang mampu menyajikan data paling akurat ? Kenapa terjadi selisih hingga seluas itu ? Lalu bagaimana cara menghitung dari masing-masing dinas sehingga terjadi perbedaan luas areal puso ? Sedang areal puso merupakan areal riil yang menyangkut kehidupan petani. Sehingga kurang layak bila cara menghitungnya hanya serampangan. Joko Wagiyono, Kepala Bidang Irigasi Dinas Pangairan Kabupaten Purworejo ketika dimintai konfirmasinya menegaskan kalau luas areal gagal panen ( puso ) di wilayahnya mencapai 560 Ha yang tersebar di 21 Daerah Irigasi (DI). Wilayah terluas mengalami gagal panen di DI Kedung Putri yang mencapai 271 Ha. Dirinya yakin, data tersebut benar karena untuk melayani kebutuhan air petani menjelang musim panen MT2, selalu dilakukan oleh Mantri Pengairan siang malam. Masing-masing Mantri harus membuat laporan lengkap 15 hari sekali. Dari debet air yang ada, kemudian disesuaikan dengan luas areal yang membutuhkan, pasti dapat dihitung luas areal yang tidak dapat terlayani sepenuhnya hingga terjadi gagal panen.” Ujarnya.” Karena sudah ada rumusan pasti mengenai kebutuhan air untuk mengelola padi sejak ditanam hingga menjelang panen. Tanggal 31 Agustus merupakan hari terakhir penghitungan luas wilayah sehingga sudah terdapat angka pasti mengenai wilayah yang berhasil panen normal, kekurangan air namun dapat panen serta wilayah puso.” DPPKP juga mengakui kalau dinasnya dengan dinas lain ada penghitungan berbeda karena ada perbedaan definisi dalam penghitungan. Tetapi jika muncul perbedaan yang cukup mencolok layak dipertanyakan mengenai keakuratannya. Watujagir,
Joko Wagiyono juga mengungkapkan kalau persoalan pengairan memang cukup banyak. Sebab air merupakan kebutuhan utama bagi petani. Apalagi Kabupaten Purworejo dikenal sebagai daerah agraris dan lumbung padinya Jawa Tengah. Untuk memantau persoalan air memang ada daerah yang harus ditangani lebih dari daerah lain karena terjadi kasus pengairan yang cukup serius. Seperti saat ini Dinas Pengairan sedang berupaya menangani DI Watujagir, di wilayah Kecamatan Bruno. DI tersebut bermanfaat untuk mengoncori sawah seluas 215 Ha dan Saluran Sekunder Watujagir mengoncori Desa Blimbing serta Kaliwungu dibutuhkan untuk mengairi 72 Ha sawah . Sampai tahun 1982 Saluran Sekunder Watujagir berjalan normal. Tetapi akibat degradasi dan sifat sungai yang aneh, kini saluran tidak berfungsi sama sekali. DI Watujagir mengandalkan air dari Sungai Brengkok. Sungai tersebut mempunyai perilaku aneh yakni, aliran sungai dalam tempo sekejap bisa berpindah. Sering sekali aliran Sungai Brengkok pindah Dapat saja, tanah datar dan kering yang semula agak jauh dari aliran sungai, dalam tempo sekejap mendadak berubah jadi daerah aliran sungai. Sedang daerah yang semula jadi aliran sungai berubah menjadi kering. Sifat sungai seperti itu yang sering membingungkan warga,” ujar Joko Wagiyono. Akibat tidak berfungsinya Saluran Sekunder Watujagir yang mengakibatkan 72 Ha sawah tidak bisa mendapat suplisi air, akhirnya masyarakat membuat usulan untuk dibangun checkdam di Sungai Bengkok kiri. Harapannya, tahun 2016 sudah diadakan review desain dan tahun 2017 pelaksanaan pembangunan fisik sudah terealisasi. Sebab ceckdam itu sangat dibutuhkan petani di Blimbing dan Kaliwungu. Usulan sudah disepakati oleh Ketua GP3A DI Watujagir, Ketua P3A Desa Blimbing (Kabupaten Wonosobo), Ketua P3A Desa Kalikarung dan diperkuat oleh Balai PSDA Progo, Bogowonto dan Lukula, PPL Kecamatan Bruno serta Dinas SDA/ ESDM Kabupaten Purworejo. Baik diketahui, DI Watujagir terletak di perbatasan wilayah Kabupaten Purworejo dan Wonosobo. Manfaat airnya untuk petani
di dua kabupaten tersebut. (AD/berbagai sumber)
Mulai Januari 2017 Tarif SKCK Bakal Naik KEBUMEN, FP – Terhitung mulai tanggal 6 Januari 2017 mendatang, biaya penerbitan SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) bakal naik. Hal ini diungkapkan langsung Kapolres Kebumen AKBP Alpen, SH, SIK, MH melalui Kasat Intelkan Polres Kebumen AKP Cipto Rahayu. Dijelaskan AKP Cipto, kenaikan tarif penerbitan SKCK yang semula hanya 10.000 rupiah akan menjadi 30.000. Dan nantinya kenaikan biaya itu akan masuk kas negara sebagai PNBP. Kenaikan itu, berlaku di seluruh jajaran kepolisian dalam melayani masyarakat dalam permohonan penerbitan SKCK maupun perpanjangan SKCK. “Hal ini sesuai Peraturan Pemerintah No. 60 Th 2016 tentang penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di lingkungan Polri,” terang Kasat Intel AKP Cipto saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (27/12). Diungkapkan, kenaikan tersebut nantinya akan diberlakukan mulai tanggal 06 Januri 2017. “ Saat ini masih dalam tahap sosialisasi. Kami sudah pasang papan pengumuman di loket pembayaran SKCK, agar para pemohon dapat mengerti informasi itu. Dan ini salah satu upaya kita dalam mendukung program keterbukaan informasi pelayanan publik di Polres Kebumen,” tandas AKP Cipto.
Warga Grabag Temukan Ratusan Butir Peluru PURWOREJO,FP – Ruli Fatika Riswanda (23) warga RT 01 RW 01 Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag, dan Triyoso (24) warga RT 02 RW 02 Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag menemukan tas cangklong berisikan 142 butir peluru hampa kaliber 5,56 mm. Dari jumlah tersebut 101 butir sudah digunakan atau ditembakkan dan 41 butir masih aktif. Selain peluru, didalam tas juga ditemukan dua potongan pipa besi panjang 4,5 cm dengan diameter 2 cm, dua buah korek api gas dalam kondisi rusak, satu jam tangan dalam kondisi rusak, satu obeng ukuran 12-14 kondisi rusak, dan satu emban cincin akik. Ratusan peluru tersebut ditemukan Rabu (21/9) sekitar pukul 10.00 WIB di jalan Dusun Awu-awu RT 02 RW 01 Desa Harjobinangun, Kecamatan Grabag. Kapolsek Grabag AKP Suwito saat dikonfirmasi di Mapolsek Grabag, Rabu (21/9) membenarkan adanya penemuan ratusan peluru tersebut. Dijelaskan, penemuan berawal saat Ruli Fatika Riswanda dan Triyoso sedang bersepeda ontel. Saat melintas di lokasi keduanya melihat tas cangklong warna coklat tergeletak di jalan. Keduanya kemudian mengambil tas itu dan sangat kaget saat diketahui tas itu berisikan ratusan butir peluru hampa. Tanpa pikir panjang tas itu kemudian dibawa pulang oleh keduanya. ” Dari pengakuan keduanya peluru itu akan dibuat liontin kalung,” kata Kapolsek. Sayangnya saat berusaha dicongkel dengan obeng peluru hampa itu meledak dan melukai kaki kiri Ruli. Tak pelak kejadian itu membuat warga geger hingga informasi itu sampai ke perangkat desa. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan penemuan itu kemudian dilaporkan ke Polsek Grabag. Saat ini tas berisi ratusan peluru itu sudah diamankan di Mapolsek Grabag. Menurut AKP Suwito, peluru hampa tersebut biasanya digunakan untuk latihan dan tembakan salvo dalam acara-acara tertentu.
SMP
Negeri
29
Purworejo
Menuju sekolah Hijau Sarat Prestasi Non Akademis PURWOREJO- FP SMP Negeri 29 Purworejo yang terletak di Desa Banyuasin Kembaran, Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo merupakan salah satu sekolah yang sarat prestasi bidang non akademis. Berbagai prestasi baik tingkat kabupaten, karesidenan maupun propinsi sudah di koleksi oleh sekolah ini. Padahal sekolah ini terletak sekitar 21 km dari pusat kota yang artinya masuk sekolah pinggiran. Prestasi yang berhasil di koleksi diantaranya, juara I, II dan III Jalan Cepat Putri tingkat Kabupaten, atas nama Dewi Salamah, Dwi Sisilia, Siti Mardiyah, juara I Lempar Cakram Putra tingkat Kabupaten (2014) atas nama Lukman Arifin, juara I Lempar Cakram Putra tingkat Kabupaten (2015) atas nama Lukman Arifin, juara I Tolak Peluru Putra tingkat kabupaten (2015) atas nama Lukman Arifin dan juara II Tahfid tingkat kabupaten atas nama Santoso Eko Prasetyo. Prestasi lainnya, juara Harapan I Menyanyi Solo tingkat kabupaten atas nama Dwi Sisilia, juara I Menari Tradisional tingkat kabupaten atas nama Dwi Sisilia dan Hestining Yunian, juara III PMR tingkat kabupaten, juara I Pencak Silat Tapak Suci tingkat kabupaten, juara I Tilawah atas nama Tri Rahmawati, juara I Sepak Takraw Putri tingkat Karesidenan (2015) atas nama Hendrika Catur Tri Utami, Retha Venti Agustina, Siti Mardiyah, Tri Yandari danjuara II Jalan Cepat Putri tingkat Karesidenan atas nama Dewi Salamah. Kepala SMP Negeri 29 Noimah SPd.MMPd didampingi Waka sekolahTopan Supriyadi SPd dan Misnah MPd mengatakan, prestasi yang berhasil diraih tidak lepas dari upaya dan kerjasama seluruh warga sekolah. “Utamanya adalah Muh. Gawat Dum Sidik SPd selaku guru olahraga yang selalu memberi bimbingan dan semangat para siswa,” kata Noimah.
Noimah, SPd.MMPd, Kepala SMP Negeri 29 Purworejo Dijelaskan, saat ini SMP Negeri 29 Purworejo sedang berbenah menuju sekolah hijau. Sejumlah pohon perindang maupun tanaman hias kini sudah mulai menghiasi lingkungan sekolah. “Program kami ingin menjadikan lingkungan sekolah yang hijau dan sehat,” ucapnya. Selain itu, lanjutnya, piihaknya ingin menjadikan SMP Negeri 29 sebagai sekolah yang religius. Untuk itu setiap hari Jumat para siswa akan mendapat penyuluhan ilmu agama secara umum dan shalat berjamaah. Dirinya berharap, ke depan SMP Negeri 29 akan menjadi sekolah religius dan mempunyai lingkungan belajar yang sehat dan hijau. “Dengan semua itu harapanya sekolah akan semakin maju dan berprestasi baik akademis maupun non akademis,” tambahnya. Saat ini jumlah siswa SMP Negeri 29 Purworejo
374 anak dengan
sarana dan prasarana cukup memadai. Diantaranya memiliki 15 ruang kelas, satu ruang UKS, ruang multimedia dan ruang komputer. Lingkungan cukup kondusif, terbukti sekolah ini sering dijadikan pusat kegiatan peringatan hari besar yang diselenggarakan pemerintah setempat. Kegiatan estra kurikuler meliputi pramuka, drum band, pencak silat, voli, tilawah, hafids, PMR, mading, hadroh, MTQ dan MIPA. Khusu untuk MIPA diselenggarakan setelah selesai kegiatan belajar mengajar (KBM). Kendati belum memiliki prestasi bidang akademis namun pencapaian nilai Ujian Nasional (UN) cukup membanggakan dan selalu lulus 100 %.
Sepeda Motor Ringsek Setelah di Hantam Kereta Api Lodaya KEBUMEN, FP -Perlintasan Keteta Api (KA) tanpa palang pintu di Desa Sidoagung RT.03 RW.02 Kecamatan Sruweng, nyaris memakan korban. Sebuah sepeda motor Honda Beat dengan nomor polisi AA 5744 VW yang dikendarai oleh Sartinah (53) warga RT 03 RW 01 Desa Sidoagung, Kecamatan Sruweng, Kebumen dihantam KA Lodaya jurusan Bandung – Solo, Kamis (29/12) sekitar pukul 16.20 sore. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Sartinah berhasil menyelamatkan diri, namun sepeda motornya ringsek setelah dihantam dan terseret sekitar 50 meter. Menurut penuturan warga sekitar, kejadian berawal saat sepeda motor Honda Beat yang dikendarai Sartinah melaju dari arah selatan menuju ke utara. Sesampainya dilokasi, ban depan sepeda motor terpeleset di rel KA yang mengakibatkan laju kendaraan Sartinah terhenti lalu roboh. Saat itulah, dari arah barat muncul KA kencang sehingga tabrakan tidak bisa motor Honda Beat dihantam KA Lodaya sekitar 50 meter dari lokasi kejadian, ”
lodaya melaju dengan dihindarkan. “Sepeda dan terseret sampai tutur warga sekitar.
Kapolres Kebumen AKBP Alpen SH SIK MH melalui Kapolsek Sruweng Polres Kebumen AKP Subagyo,SH MM saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. ” Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut hanya kerugian material diperkirakan Rp 10 juta, ” kata AKP Subagyio. Kapolsek Sruweng menghimbau,
agar masyarakat lebih berhati-
hati saat melintasi perlintasan kereta api, terutama pada perlintasan yang tidak berpalang pintu. “Pastikan dulu melihat ke arah kanan dan kiri sebelum melintas kalau sudah aman dan baru melintas.” himbau Kapolsek.
Lokalisasi Gunung Riwayatmu Kini
Tugel
PURWOREJO, FP – Komplek lokalisasi Gunung Tugel Kutoarjo kini hanya tinggal kenangan. Tempat bisnis esek-esek itu kini sudah rata dengan tanah. Enam bangunan yang biasa digunakan untuk mereguk kenikmatan sesaat itu sudah dirobohkan oleh tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016). 40 PSK yang tiap malam siap melayani para hidung belang kini sudah kocar kacir. Sebagian ada yang mengikuti pelatihan ketrampilan di sebuah lembaga yang disediakan pemerintah, sisanya masih bertahan dengan profesinya meski harus ke luar daerah. Kendati ada yang tetap nekad beroperasi di Kutoarjo itupun harus secara sembunyi-sembunyi dengan resiko terjaring razia petugas. Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, pihaknya sudah memberi penawaran kepada eks penghuni lokalisasi Gunung Tugel untuk diberi pelatihan ketrampilan gratis di Solo selama satu tahun. Pelatihan ketrampilan disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing. Diantaranya menjahit, bordir dan salon kecantikan. “Setelah selesai mereka akan diberi modal untuk usaha,” kata Sri.
Sri Lestariningsih, Kabid Sosial Diskertransos Purworejo Namun demikian, lanjutnya, tidaklah mudah membina eks PSK. Banyak yang enggan untuk dibina dan mencari nafkah secara normal. Bahkan ada yang sudah ikut pembinaan kabur dan kembali beroperasi ke profesi semula. “Alasanya, mereka tidak percaya hasil usahanya kelak cukup menghidupi keluarga. “Mereka juga beralasan lebih mudah dan cepat cari uang dengan menjajakan diri,” tambahnya. Keberadaan tempat prostitusi di Gunung Tugel yang masuk wilayah Dusun Girirejo Timur Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo sejak tahun 1970 an. Awalnya lokasinya di sekitar pasar hewan. Seiring perkembangan wilayah tempatnya bergeser di pinggir sungai tak jauh dari Gunung Tugel. Namun lantaran diwilayah itu dibangun perumahan dan disertai penolakan warga, komplek wisata esek-esek itu kemudian pada tahun 1993 berpindah di Gunung Tugel. Gunung
Tugel
sendiri
merupakan
sebuah
perbukitan
yang
dijadikan area pemakaman etnis Tionghoa atau lebih dikenal dengan Bong Cina. Gunung Tugel dibelah oleh jalan beraspal yang menghubungkan Kutoarjo dan daerah sekitarnya. Karenanya tidak mengherankan meski wilayahnya berada di pinggiran namun cukup ramai dilalui kendaraan baik roda dua maupun empat. Nama Harjo Kubis disebut sebut sebagai orang yang pertamakali membuka bisnis haram itu. Hingga sebelum dihancurkan, dari enam rumah bordil itu salah satu micikarinya atau germo bernama Wiji yang masih trah Harjo Kubis. Bahkan Wiji dianggap orang yang paling berpengaruh setelah era Harjo Kubis Lokalisasi Gunung Tugel sebenarnya tidak begitu luas. Meski demikian kendaraan roda empat bisa masuk sampai komplek. Prostitusi di Gunung Tugel juga masuk kategori kelas menengah ke bawah. Tarifnya cukup terjangkau bagi hidung belang yang
modalnya pas pasan. Yakni berkisar Rp 50 ribu rupiah. Kalau toh ada yang tarifnya Rp 200 ribuan biasanya PSK pendatang dan dianggap “barang baru”, bagi pria yang suka ” jajan”,ditempat itu.
Tempat Lokalisasi Gunung Tugel Dibongkar Paksa Para PSK Akan Diberi Pelatihan Ketrampilan PURWOREJO, FP – Tempat Lokalisasi di Gunung Tugel Kutoarjo dibongkar paksa oleh Tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016). Pembongkaran enam bangunan dilakukan karena para pemiliknya tidak mengindahkan surat teguran dan janji akan membongkar sendiri bangunan rumahnya. Selain untuk tempat porstitusi liar, bangunan di lokalisasi juga digunakan sebagai tempat peredaran minuman keras. Sebelumnya para penghuni sudah mendapat teguran sebanyak tiga kali namun tidak ada respon. Mereka kemudian diberi waktu sampai 10 Februari untuk membongkar sendiri bangunan milknya. Namun akrena sampai batas waktu tidak juga dibongkar maka pembongkaran paksa dilakukan oleh tim gabungan. Pembongkaran disaksikan langsung oleh Pj Bupati Purworejo Agus Utomo, Dandim 0708 Letkol Czi Tommy Arief Prasetyo, Wakapolres Kompol Sumayono dan perangkat kelurahan setempat. Pembongkaran tanpa ada perlawanan dari pemilik rumah karena sebelumnya mereka sudah mengosongkan tempat itu.
Pj Bupati Purworejo didampingi Dandim 0708 dan Wakapolres mengatakan, pembongkaran tersebut sudah sesuai prosedur dan perda yang ada. Apalagi pemilik rumah sudah sepakat akan membongkar sendiri dan sudah diberi waktu namun tidak juga dilakukan. “Pembongkaran ini sudah sesuai prosedur, perdanya juga ada. Keberadaan bangunan disini sudah mengganggu fungsi sosial karena digunakan untuk kegiatan prostitusi dan peredaran miras,” ungkap Pj bupati. Dia menjelaskan, bekas lokalisasi itu nantinya akan ditatanami bibit pohon untuk menghijaukan kawasan itu. “Saya berharap di Purworejo tidak ada lagi usaha-usaha seperti ini,” tambahnya.
Pj Bupati Purworejo melihat langsung bangunan
pembongkaran di lokalisasi
Gunung Tugel Sementara itu, Kasat Pol PP Purworejo Tri Joko Pranoto mengungkapkan, pembongkaran bangunan di Gunung Tugel sudah sesuai dengan Perda No 11 Tahun 2012 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Perda No. 8 Tahun 2014 tentang Ketertiban dan Perda No. 6 Tahun 2003 tentang Porstitusi. “Artinya pembongkaran bangunan ini sudah sesuai jalur hukum,” paparnya. Gunung Tugel terletak di Dusun Girirejo Timur, Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Keberadaan prostitusi di wilayah itu sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1970. Pada awalnya lokasinya berada di sekitar pasar hewan. Namun karena ada penolakan dari warga kemudian pindah di pinggir sungai tak jauh dari tempat semula. Tapi seiring perkembangan kota dan diwilayah itu akan dibangun perumahan maka komplek sekitar tahun 1993 lokalisasi berpindah di kawasan Gunung Tugel sampai sekarang. Gunung Tugel sendiri adalah tempat pemakaman orang Tionghoa.
Orang paling berperan dalam usaha lokalisasi ditempat itu adalah Harjo Kubis almarhum. Setelah Harjo Kubis tidak ada usaha diteruskan orang-orang yang pernah bekerja denganya. Sebelum dihancurkan petugas, ada enam rumah dan 40 kamar serta sebuah warung di lokalisasi. Meski tidak begitu luas namun kendaraan roda empat bisa sampai ke lokasi itu. Ada 25 Pekerja Sek Komersial (PSK) yang mangkal ditempat itu. 14 orang asli warga Kutoarjo dan sisanya PSK pendatang atau tidak menetap yang berasal dari daerah Kebumen dan Wonosobo. Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, para mantan PSK lokalisasi Gunung Tugel itu nantinya akan diberi penawaran. Bagi yang berminat akan dikirim ke sebuah lembaga di Solo untuk diberi pelatihan dan ketrampilan selama satu tahun secara gratis. Selama di Solo mereka akan diberi pelatihan ketrampilan sesuai minat bakat masing-masing. Diantaranya, menjahit, bordir dan rias kecantikan atau salon. “Setelah pulang dari pelatihan mereka akan diberi modal dan pendampingan untuk membuka usaha,” kata Sri Lestariningsih.