Gambar I. 1 Lawang Gapit Lor Solo
1
BAB I PENDAHULUAN I.1
Pengertian Judul
Uraian ini berisi penjelasan singkat mengenai arti dan maksud dari judul yang dipilih dalam landasan konseptual perencanaan dan perancangan ini. Tujuan adanya uraian ini adalah untuk mencapai kesamaan pemahaman guna mempermudah peninjauan tulisan. Pengertian Festival Kata ‘Festival’ berasal dari sebuah kata dalam Bahasa Latin yaitu ‘Festa’ yang berarti pesta. Secara umum, festival dapat diartikan sebuah acara meriah atau sebuah perayaan yang diadakan dalam rangka mensyukuri, memperingati atau mempertunjukkan sesuatu yang dianggap penting ataupun bersejarah. Dalam konteks khusus, festival dapat juga diartikan sebagai perlombaan atau sayembara karena konten kegiatannya seringkali memuat perlombaan 1. I.1.1
Pengertian festival menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2 adalah: fes•ti•val /féstival/ n 1 hari atau pekan gembira dl rangka peringatan peristiwa penting dan bersejarah; pesta rakyat:-- kesenian daerah dalam rangka peringatan 17 Agustus; -- sendratari Ramayana; 2 perlombaan: -- lagu-lagu keroncong akan diselenggarakan pada bulan ini I.1.2
Pengertian Centre Kata ‘Centre’ merupakan kata serapan bahasa Inggris yang berarti pusat. Kata ‘Centre’ sudah lazim digunakan dalam berbagai istilah sehari-hari bersama dengan bahasa Indonesia. Beberapa pengertian ‘Centre’ menurut berbagai kamus bahasa 3 antara lain: • • • • • •
Sebuah daerah yang kira-kira berada di tengah dari beberapa wilayah yang lebih besar. Sebuah tempat di mana beberapa aktivitas tertentu terkonsentrasi. Sebuah bagian yang terpilih atau yang paling penting dari beberapa ide atau pengalaman. Sebuah obyek yang merupakan fokus dari seluruh minat dan perhatian. Sekelompok sel-sel saraf yang mengatur proses tubuh tertentu. Sebuah bangunan yang didedikasikan untuk kegiatan tertentu.
W.J.S Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Arti Kata Festival”, diakses dari http://kbbi.web.id/festival, pada tanggal 03 November 2014 pukul 21:26 WIB. 3 Artikata.com, “Arti Kata Centre”, diakses dari http://www.artikata.com/arti-30722-centre.html, pada tanggal 03 November 2014 pukul 21:30 WIB. 1 2
2
Dalam konteks spasial, centre merupakan sebuah tempat yang berfungsi sebagai pusat konsentrasi serta pusat pengembangan sebuah kegiatan dan menjadi pusat bertemu dari komunitas yang terkait dengan kegiatan tersebut. I.1.3
Pengertian Festival Centre Berdasarkan pemahaman dari kata ‘Festival’ dan kata ‘Centre’ diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Festival Centre adalah sebuah tempat yang berfungsi sebagai pusat pengembangan dan pusat berkegiatan dari acara perayaan, pertunjukkan, perlombaan maupun acara sejenis yang bersifat meriah, dan sekaligus berfungsi sebagai meeting point dari orang-orang yang terkait dengan kegiatan tersebut. I.1.4
Pengertian Event Architecture ‘Event Architecture’ atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi ‘Arsitektur Event’ adalah sebuah konsep pendekatan dalam metode perencanaan dan perancangan arsitektur yang pertama kali dirumuskan oleh Bernard Tschumi –seorang arsitek, penulis, dan akademisi kelahiran Swiss- dengan salah satu hasil aplikasi pendekatan ini yang paling populer adalah Parc de la Villette, sebuah taman di Paris, Perancis. Secara garis besar, Arsitektur Event adalah sebuah cara berpikir dalam arsitektur yang memiliki pemahaman yang lebih mendalam dalam hubungan dan keterikatan antara space/ruang, event/peristiwa dan movement/gerakan. Dalam pola pikir ini, tidak ada yang dapat membentuk pengalaman arsitektur lebih baik dari pada hubungan dinamis yang terbentuk dari ketiga unsur ini. Hubungan dinamis yang terbentuk dapat berupa hubungan timbal balik, hubungan ketidakpedulian maupun konflik 4. I.1.5
Pengertian ‘Solo Festival Centre’ dengan Pendekatan Event Architecture Adalah perencanaan dan perancangan tempat yang berfungsi sebagai pusat dari penyelenggaraan kegiatan festival di Kota Surakarta –sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang dikenal luas dengan sebutan ‘Kota Solo’- yang dapat mewadahi seluruh kegiatan penunjuang yang melekat dalam penyelenggaraan kegiatan festival; dan prosesnya dilakukan dengan cara memahami hubungan antara ruang, peristiwa dan gerakan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Prima Widia Wastuty, “Space, Event, Movement dalam Karya Bernard Tschumi” dalam LANTING Journal of Architecture, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2013, hlm 100-111.
4
3
I.2
Latar Belakang
Latar belakang ini berisi kumpulan isu yang menjadi dasar pemikiran dari tulisan ini. Pembahasan latar belakang dibagi menjadi dua bagian, yaitu latar belakang secara umum dan latar belakang secara khusus. Latar belakang umum terdiri dari isu yang bertajuk “Tren Pariwisata Minat Khusus MICE di Indonesia”; sedangkan latar belakang khusus terdiri dari isu “Keseriusan Kota Surakarta dalam Pengembangan Pariwisata MICE” dan “Kecenderungan Penyelenggaraan Festival di Kota Surakarta” I.2.1
Latar Belakang Umum: Tren Pariwisata Minat Khusus MICE di Indonesia Dewasa ini pariwisata menjadi kegiatan yang menjadi semakin tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Dengan kemudahan akses yang dimiliki masyarakat, wawasan mereka mengenai berbagai kegiatan yang terjadi di seluruh penjuru dunia bertambah luas dan minat masyarakat untuk berpergian bertambah tinggi secara pesat. Dengan didukung oleh teknologi yang ada pada saat ini, peristiwa yang terjadi di suatu daerah dapat dengan mudah diketahui masyarakat luas di penjuru dunia lain sehingga peluang untuk mendatangkan turis mancanegara dalam kegiatan pariwisata pun bertambah besar. Besarnya potensi yang menjanjikan di dalam sektor pariwisata di masa depan menyebabkan semakin banyak negara yang bergantung pada industri ini sebagai sumber pajak dan pendapatannya, termasuk diantaranya adalah Indonesia. Salah satu strategi pembangunan ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan industri pariwisata adalah meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa lokal kepada orang non-lokal. Sebagai dampak dari penerapan strategi tersebut, maka tren pariwisata di Indonesia mulai bergeser dari pariwisata massal menjadi pariwisata minat khusus. Belakangan ini, MICE adalah bentuk pariwisata minat khusus yang giat dikembangkan di Indonesia 5. Sebagai salah satu jenis wisata minat khusus memiliki pontensi yang sangat menjanjikan karena ia relatif tidak bergantung pada keindahan alam sehingga pengembangannya tidak tergantung pada kondisi geografis, cuaca maupun tren musim wisata massal yang fluktuatif. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia (INCCA), pada tahun 2008 kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia tidak memenuhi target Visit Indonesia Year; hanya tercatat sejumlah 6,3 juta orang. Namun jika dilihat dari jumlah pemasukannya, dari total devisa sekitar US$ 7,4 miliar yang diperoleh, 40% dari devisa tersebut disumbangkan oleh industri pariwisata MICE 6. Disamping besaran jumlah itu, sebagaian besar dari pendapatan yang diperoleh ini langsung diserap oleh masyarakat yang berkecimpung dalam rantai industri wisata; mulai dari perhotelan, restoran, transportasi, sampai kerajinan tangan. Fenomena
Suara Pembaharuan Online, “Wisata Minat Khusus menjadi Tren”, 22 Juni 2012, diakses dari http://sp.beritasatu.com/gayahidup/wisata-minat-khusus-menjadi-tren/21573, pada tanggal 18 Oktober 2014 pukul 21:52 WIB. Pada artikel ini terdapat cuplikan pernyataan dari Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus dan Mice Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Achyaruddin 6 Anonim, “Melihat Peluang Wisata MICE 2010”, CV AdPRO Indonesia MICE Marketing Communication, diakses dari http://adproindonesia.wordpress.com/2010/04/28/melihat-peluang-wisata-mice-2010/, pada tanggal 18 Oktober 2014 pukul 21:58 WIB. 5
4
‘Multiplier Effect’ 7 inilah yang menjadi nilai tambah dari penyelenggaraan industri pariwisata MICE. Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator dari keseriusan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan pariwisata MICE 8 antara lain dengan didirikannya Direktorat MICE Depbudpar melalui program Visit Indonesia Year, diadakannya seminar nasional guna merencanakan strategi bisnis pariwisata MICE setiap tahunnya yang dinamakan MICE Outlook, dibentuknya apresiasi tahunan terhadap pelaku industri MICE melalui Indonesia MICE Award, dan yang dirumuskannya 14 kota utama tujuan pariwisata MICE di Indonesia oleh Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif 9. Kedua kegiatan berskala nasional, MICE Outlook dan MICE Award, telah berlangsung selama beberapa tahun dan membawa dampak yang sangat positif bagi kemajuan pariwisata MICE. Pada seminar MICE Outlook, dibahas kondisi politik dan ekonomi yang mempengaruhi bisnis MICE oleh para politik dan ekonomi guna membantu pelaku industri dalam menyusun strategi bisnis dengan matang. Selain itu, diharapkan pula para pengambil keputusan di daerah bisa mendapatkan arahan untuk menangkap tren yang terjadi untuk diadaptasi dengan kondisi dan kebutuhan daerahanya masing-masing. Sedangkan penyelenggaraan kegiatan penghargaan MICE Award memiliki tujuan untuk menetapkan tolak ukur standar kualitas tahunan sebagai acuan target yang harus diraih semua pelaku industri MICE demi peningkatan kualitas produk dan layanan. I.2.2 Latar Belakang Khusus: Keseriusan Kota Surakarta dalam Pengembangan Pariwisata MICE Pada tahun 2009, Kota Surakarta masuk dalam daftar 14 kota utama destinasi MICE Indonesia yang dicanangkan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan Medan, Palembang, Padang dan Bukit Tinggi, Batam, Bintan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Lombok. Kota Surakarta memang tidak memiliki lahan pertanian, sehingga sektor perdagangan dan jasa menjadi sumber utama pendapatan daerah. Salah satu alasan dibalik keberhasilan Kota Surakarta terpilih sebagai kota utama destinasi MICE adalah karakternya yang kuat. Pada tahun 2013, Kota Surakarta terpilih sebagai salah satu dari empat kota yang diajukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada tahun 2013 sebagai “Creative City” ke UNESCO 10. Kota Surakarta dikategorikan sebagai kota kreatif berbasis disain. Dikenal dengan budayanya yang kental dan terjaga, serupa seperti Yogyakarta, Kota Surakarta juga berhasil membentuk city branding 11 untuk menjual kotanya sebagai kota MICE yang syarat budaya. Keseriusan pemerintah Kota Surakarta hal ini terlihat dari upaya pemerintah dalam mendirikan Badan Promosi Pariwisata Daerah serta Tourism Adalah suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya kegiatan lain. Loc.cit 9 Anonim, Indonesia: Top Destination for Meeting & Incentive Travel, Ministry of Tourism and Creative Economy Republic of Indonesia, Jakarta, 2012. 10 Harian Kompas Online, “Solo, Inspirasi Kota Kreatif untuk Semua”, 24 Juni 2014, diakses dari http://travel.kompas.com/read/2014/06/24/1612518/Solo.Inspirasi.Kota.Kreatif.untuk. Semua, pada tanggal 07 Desember 2014 pukul 19:00 WIB 11 Adalah strategi pembentukan merek dari suatu negara atau daerah dengan tujuan pembentukan posisi yang kuat didalam benak target pasar mereka melaui penggunaan ikon, slogan atau bentuk media promosi lainnya. 7 8
5
Information Center, merevitalisasi area-area penting yang dapat dijual dalam industri pariwisata dan secara rutin mengadakan cultural event yang didasarkan pada slogan ‘Solo – The Spirit of Java-‘.
Gambar I. 2 City Branding Surakarta Sumber Gambar: http://www.globalindonesianvoices.com/879/solo-the-spirit-of-java/, diakses pada 07 Desember 2014 pukul 19:01 WIB
Sejak tahun 2009, tepatnya dibawah kepimimpinan Walikota Kota Surakarta periode tersebut, Joko Widodo, Kota Surakarta memang kerap menawarkan diri sebagai tuan rumah penyelenggaraan berbagi kegiatan mulai dari yang berskala lokal, nasional, hingga internasional. Strategi yang digunakan oleh pemerintah Kota Surakarta adalah dengan ngajukan penawaran untuk menanggung biaya akomodasi, makan serta transportasi lokal peserta kegiatan. Biaya yang dikeluarkan dinilai lebih sedikit dari multiplayer effect bagi berkembangnya ekonomi rakyat sehingga dapat diperhitungkan sebagai investasi jangka panjang. Langkah ini terbukti mampu membangun reputasi Kota Surakarta di bidang pariwisata. Industri pariwisata MICE menjadi konsentrasi utama pembangunan pariwisata Kota Surakarta karena ketahanannya terhadap krisis ekonomi lebih tinggi daripada pariwisata massal. Pada tahun 2009, Walikota Kota Surakarta, Joko Widodo, mendapatkan penghargaan MICE Award 2009 untuk kategori Kepala Daerah Tingkat II Terbaik 12. Pada tahun yang sama, Kota Surakarta juga mendapatkan penghargaan Indonesian Tourism Award (ITA) 2009 dalam kategori Indonesian Best Destination dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia bekerja sama dengan majalah Swa Sembada. Digelarnya Konferensi dan Pameran Kota-kota Pusaka Dunia, Konferensi Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan Asia Pasifik, Kongres Tahunan Ke-30 Federation ASEAN Cultural Promotion, World Toilet Summit, dan pertemuan pra-APEC dapat diperhitungkan sebagai indikator kesusksesan Kota Surakarta menjadi kota utama destinasi MICE. Disamping itu, lebih dari 50 kegiatan seni budaya sudah dijadwalkan dalam kalender tahunan pariwisata dan disosialisasikan dengan baik guna menarik wisatawan. Peningkatan jumlah wisatawan di Kota Surakarta tercatat meningkat hingga hampir dua kali lipat hanya dalam kurun waktu dua tahun. Pada 2010, wisatawan mancanegara yang menginap di hotel di Kota Surakarta tercatat 16.880 orang, sementara wisatawan nusantara 925.661 orang. Pada 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang menginap meningkat menjadi 32.932 orang, sementara wisatawan Harian Kompas Online, “Solo Terima MICE Award 2009”, 21 November 2009, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2009/11/21/10485432/Solo.Terima.MICE.Award.2009, pada tanggal 07 Desember 2014 pukul 18:43 WIB
12
6
nusantara 1.287.334 orang. Iklim investasi di Kota Surakarta pun membaik, terbukti dengan tingginya minat investor di sektor perhotelan. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada 2010 tercatat jumlah hotel di Kota Surakarta sebanyak 79 hotel dengan jumlah kamar 1.916 unit, tetapi pada 2012 meningkat menjadi 142 hotel melati dan berbintang serta pondok-pondok wisata dengan jumlah kamar mencapai 4.533 unit 13. Namun dibalik semua perkembangan baik dalam pembangunan Kota Surakarta sebagi kota kreatif destinasi parwisata MICE, Kota Surakarta belum memiliki sebuah fasilitas yang memadai, terpusat, komprehensif dan juga berstandar internasional yang dapat menjadi pusat pengembangan pariwisata MICE terstandar. Meskipun memiliki konsep yang bagus, namun saat ini seluruh kegiatan masih tersebar di berbagai titik lokasi. Padahal, jika dilihat kaitannya dengan pengembangan industri pariwisata MICE yang bersifat stabil dan dapat berlangsung disetiap waktu disepanjang tahun, perlu adanya sebuah pusat pengembangan kegiatan pariwisata MICE yang spesifik dan pasti guna menjamin keberlangsungan acara pendukung yang berkaitan. I.2.3 Latar Belakang Khusus: Kecenderungan Penyelenggaraan Festival di Kota Surakarta Sebagai kota tujuan utama destinasi MICE di Indonesia, jika ditinjau dari secara umum dari frekuensi penyelenggaraan kegiatan Meeting, Incentives, Convention, dan Exhibition, maka kegiatan Exhibition menjadi kegiatan dari wisata MICE yang paling menonjol dan populer di Kota Surakarta. Secara khusus, festival kebudayaan adalah kegiatan yang paling mendominasi didalamnya. Menonjolnya kegiatan exhibition, dalam hal ini penyelenggaraan festival, bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang kompleks. Salah satu fakto utama adalah karakter Kota Surakarta sendiri sebagai ‘Creative City’. Energi dan atmosfer seni yang kental dibentuk dari kultur lokal daerah yang dijaga dengan baik, dukungan penuh pemerintah, serta pertumbuhan pesat di bidang pariwisata menyuburkan kreativitas warga Kota Surakarta dan sekitarnya secara signifikan.
13
Loc.cit
Gambar I. 3 Solo Batik Carnaval Sumber Gambar: http://images.solopos.com/2013/07/290613_SOLO _ruwet2.jpg,
7
diakses pada 07 Desember 2014 pukul 20:06 WIB
Banyaknya kegiatan pariwisata di Kota Surakarta memancing pertukaran budaya yang positif sehingga mendorong munculnya ide-ide baru dan keinginan untuk mengeksplorasi nilai budaya yang sudah dimiliki lebih jauh. Komunitas penggemar kesenian dan kegiatan khusus semakin banyak terbentuk dikalangan anak muda. Di satu sisi, bentuk dukungan pemerintah terasa nyata dan bermanfaat melalui kegiatan promosi terumuskan dalam ‘Kalender Event Solo' yang dipublikasikan setiap bulan. Kalender ini digarap dengan serius, disimpulkan dari kemudahan untuk mengakses informasi praktis berkenaan dengan jadwal penyelenggaraan kegiatan –sebagian besar berupa festival- di Kota Surakarta. Sebagai nilai tambah, konsep poster promosi kalender ini diselesaikan dengan baik dan ‘fresh’; up-to-date dengan selera pasar saat ini.
Gambar I. 4 Poster Kalender Event Solo 2014 Sumber Gambar: www.eventsolo.com/Event-Solo-2014.html, diakses pada 07 Desember 2014 pukul 19:18 WIB
8
Gambar I. 5 Kerangka Pemahaman Isu Latar Belakang Sumber Gambar: Pemikiran penulis
9
I.3
Rumusan Permasalahan
I.3.1
Permasalahan Umum Pengembangan industri pariwisata MICE di Kota Surakarta melalui kegiatan festival yang mendukung konsep kota kreatif yang berbudaya. I.3.2 • • • •
I.4
Permasalahan Khusus Pengembangan pusat festival di Kota Surakarta yang berkarakter kuat, memiliki ciri khas dan memperkuat city branding kota, Solo – The Spirit of Java Pengembangan pusat festival di Kota Surakarta yang mendukung dan terkoneksi secara langsung dengan pengembangan industri pariwisata MICE Pengembangan pusat festival di Kota Surakarta yang terpusat bagi kemajuan budaya kreatif di seluruh Kota Surakarta Pengembangan industri pariwisata MICE di Kota Surakarta yang berbasiskan pembangunan ekonomi kreatif Kota Surakarta
Tujuan
Mendukung pembangunan Kota Surakarta sebagai kota utama destinasi MICE di Indonesia yang berkarakter dan berbudaya kreatif melalui pengembangan kegiatan festival dan pagelaran.
I.5
Sasaran • •
I.6
Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang yang dibutuhkan untuk mengembangkan pusat festival dengan karakter budaya kreatif yang kuat Menerapkan strategi perencanaan dan perancangan pusat festival yang dapat mendukung kemajuan industri pariwisata MICE secara langsung
Lingkup Pembahasan
I.6.1
Fokus Pengembangan pusat festival berkarakter budaya kreatif yang mendukung industri pariwisata MICE secara langsung I.6.2
I.7
Lokus Kecamatan Purwosari; wilayah strategis dari Kota Surakarta.
Metedologi
I.7.1
Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan informasi dalam pembuatan laporan ini antara lain : • Studi pustaka 10
• •
Mempelajari bahan pustaka mengenai pariwisata MICE dan festival centre baik berupa referensi buku, hasil-hasil tulisan atau penelitian pemerintah ataupun perorangan Pengumpulan data dari studi kasus Melakukan studi komparasi terhadap beberapa festival centre yang ada. Observasi lapangan Pengamatan dan pengumpulan data melalui observasi langsung di lapangan mengenai data dan gambaran tentang keadaan dan kondisi sebenarnya dari obyek perencanaan dan perancangan.
I.7.2
Pengolahan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan informasi dalam pembuatan laporan ini antara lain : • Analisis Membandingkan hasil observasi dengan hasil studi pustaka untuk meninjau data dan informasi yang berkaitan dengan sasaran perencanaan dan perancangan guna mendapatkan standar, kriteria, dan syarat implementasi elemen desain yang baik pada festival centre • Sintesis Sintesa data dilakukan terhadap seluruh data yang sudah dianalisi guna menghasilkan hasil analisis data menjadi sebuah rumusan konsep perancangan sebagai sebuah solusi dari permasalahan dan dengan pendekatan tertentu. • Penyusunan Konsep Konsep perancangan kemudian dikembangkan menjadi dasar proses mendesain selanjutnya.
I.8
Sistematika Penulisan Laporan •
•
•
•
Bab I : Pendahuluan Berisi latar belakang pemilihan tema, permasalahan yang ada pada tema tersebut, tujuan pembahasan tema, manfaat pembahasan tema, arah dan lingkup pembahasan, metodologi penulisan yang digunakan serta kerangka berpikir. Bab II : Tinjauan Berisi tinjauan teori, definisi, aspek pendukung dan studi mengenai pariwisata, MICE, festival, creative city, pendekatan arsitektur event, dan studi studi kasus yang dilakukan pada berbagai karya arsitektur yang terkait dengan topik yang dianggap berhasil. Bab III : Tinjauan Lokasi Berisi pembahasan mengenai kondisi lokasi perancangan dari tinjauan skala makro, messo dan mikro. Pada bagian ini terdapat tinjuan khusus yang terkait langsung dengan penyelenggaraan festival di Kota Surakarta secara spatial. Bab IV : Analisis dan Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisi analisis mengenai lokasi, pembahasan mengenai pendekatan-pendektan yang akan dilakukan dalam proses perencanaan dan perancangan. Analisa ini 11
•
menyangkut hal yang bersifat fisik maupun non-fisik seperti karakter Kota Surakarta. Seluruh proses analisis disintesa lebih jauh dengan menggunakan prinsip dan metoda perancangan Arsitektur Event. Bab V : Konsep Perencanaan Dan Perancangan Membahas konsep dan arah pengembangan desain yang direncanakan terkait dengan tata ruang dalam dan luar, bentuk fisik bangunan dan sistem dalam bangunan.
12
I.9
Keaslian Penulisan
Pada tulisan ini penulis berfokus untuk membahas perancangan festival centre di Kota Surakarta dengan menggunakan metode pendekatan perancangan arsitektur event. Adapun judul tugas akhir mahasiwa lain yang relevan untuk dikomparasi dalam konteks pembuktian keaslian penulisan adalah: Tabel I. 1 Komparasi Keaslian Penulisan
JUDUL KARYA Teater Pagelaran Budaya di Taman Wisata Candi Borobudur Gedung Pagelaran Musik Hiburan Non Klasik di Daerah Istimewa Yogyakarta
Arena Pagelaran Wayang di Yogyakarta Sebagai Fasilitas Utama Bangunan Promosi Budaya Wayang Arena Pagelaran Tari, Sebagai Wadah Komunikasi, Kreasi dan Apresiasi: Pada Taman Hiburan Rakyat di Yogyakarta
Arena Pagelaran Seni Teater Pada Taman Hiburan Rakyat Yogyakarta Auditorium Pementasan Seni Tradisional di Dalam Kampus Pagelaran Seni di Surakarta Gedung Pagelaran Tari di Yogyakarta
Auditorium Pagelaran Seni Tradisional Pada Taman Budaya di THR Surabaya
KODE 72.043 / Pra / t/99112/1412-S
Prakasa, Adi Widya
72.043/Mas/A/4387/422-S
Mashudi
72.043/Sug/G/0489/539-S
72.043/ Sup/ A/ 787/ 386-S
72.043/ Han/ A/ 4586/ 334-S 72.043/ Tri/ A/ 6584/ 226-S
72.043/ Suh/ G/ 4184/ 204-S
72.043/ Han/ A/ 0284/168-S
Pengembangan Mice (Meeting, Incentive, 0398 SP Convention, and Exbhition) Kota Surakarta Kajian Kelayakan Wisata Mice ( Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
IDENTITAS PENULIS
0250 SP
Sumber Tabel: Basis data Perpustakaan JUTAP UGM, 2014
Sugama, Agung Yudha
Supartono Handoyotomo Trijono
Suherman, Nanang Hanum, Meivirina
KAWITAN, Gigih Marang DEWI, Erika Samya
13