HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk perlakuan D2 terjadi penurunan dari 9-11 MST (panen). Penurunan rataan jumlah daun untuk perlakuan D1 terjadi lebih cepat daripada perlakuan D0 dan D2 yaitu pada 8 MST. Hal ini disebabkan karena jumlah daun yang tumbuh lebih sedikit daripada daun yang menguning sehingga menurunkan rataan jumlah daun. Daun tanaman yang menguning dapat disebabkan karena tanaman kekurangan nitrogen, dimana nitrogen merupakan bagian dari klorofil (zat hijau daun) yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis (Soepardi, 1983). Pada rumput taiwan tidak terjadi penurunan rataan jumlah daun dari pengamatan setiap minggunya. A. Rumput Raja
Jumlah Daun (lembar)
100
B. Rumput Taiwan
100
90
90
80
80
70
70
60
60
50
50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0 ton/ha (D0) 12,5 ton/ha (D1) 25 ton/ha (D2)
0 3
4
5
6
7
8
9
10
11
3
4
5
6
7
8
9
10 11
Waktu Pengamatan (MST)
Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit Hasil penghitungan rataan jumlah daun pada 3 MST, 8 MST, dan 9 MST (Lampiran 2, 7, dan 8) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pada jenis rumput. Rataan jumlah daun lebih banyak pada rumput taiwan untuk 3 MST, sedangkan pada 8 dan 9 17
MST adalah pada rumput raja. Rataan jumlah daun ini menunjukan bahwa pertumbuhan awal rumput raja lebih lambat daripada rumput gajah (cv taiwan), namun pertumbuhannya yang cepat dapat mengalahkan rumput taiwan (BPTHMT Baturaden, 1989). Perlakuan dolomit berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rataan jumlah daun tanaman rumput raja dan rumput taiwan untuk pemberian dolomit D1 dari 3 MST hingga 11 MST (panen) (Lampiran 2-10). Namun untuk pemberian dolomit D2 memberikan penghitungan jumlah daun rumput yang paling rendah dibandingkan dengan dolomit D1 dan D0. Pemberian dolomit D2 diduga tidak memberikan peningkatan jumlah daun karena dosisnya yang terlalu tinggi sehingga berlebihan bagi rumput. Pengaruh interaksi antara jenis rumput dengan dolomit sangat nyata (P<0,01) terlihat pada 5 MST, 6 MST, dan 7 MST (Lampiran 4-6) untuk rumput raja dengan pemberian D0 dan D1. Pemberian dolomit D0 dan D1 tidak terlihat perbedaan pengaruhnya, karena rumput raja masih bisa mentolerir kemasaman tanah sehingga dengan pemberian dolomit D0 tidak menurunkan rataan jumlah daun rumput raja. Pengaruh interaksi tidak nyata terhadap rumput taiwan dengan semua dosis dolomit dapat disebabkan oleh sifat rumput taiwan yang tidak responsif terhadap perlakuan dolomit. Tinggi Vertikal Hasil pengamatan setiap minggu menunjukan penurunan pertambahan tinggi vertikal rumput raja pada 9-11 MST (panen), sedangkan rumput taiwan pada 7-11 MST (panen). Penurunan pertambahan tinggi vertikal tanaman disebabkan karena rumput mulai memasuki fase pertumbuhan generatif. Fase pertumbuhan generatif merupakan tahap dimana tanaman akan beregenerasi yang ditandai dengan pembentukan bunga, buah, dan biji (Hindratiningrum, 2010). Hasil pengamatan menunjukan rumput mulai berbunga pada 10 MST, yang berarti rumput mulai memasuki fase generatifnya. Fase generatif muncul lebih cepat atau lebih lambat dipengaruhi oleh stres tanaman itu sendiri. Stres ini dapat berupa stres cahaya dan stres air. Pertambahan tinggi rumput masih terus terjadi hingga minggu terakhir panen karena fase vegetatif masih berlangsung diikuti dengan fase generatif, namun pertambahan tinggi vertikal 18
setiap minggunya terus mengalami penurunan. Perbedaan pertumbuhan tiap jenis tanaman disamping disebabkan oleh potensi genetiknya juga disebabkan oleh respon masing-masing tanaman terhadap iklim seperti jenis tanah dan kandungan air tanah, intensitas radiasi matahari, dan curah hujan (Tilman et al., 1983).
Gambar 5. Bunga Rumput Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)
Jenis rumput memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi vertikal rumput. Hasil pengamatan mingguan menunjukan rumput taiwan memiliki tinggi vertikal yang melebihi tinggi rumput raja. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Tudsri et al. (2002) bahwa rumput taiwan memiliki batang yang relatif tinggi. Ini yang menjadi salah satu keunggulan dari rumput taiwan. Pengaruh terhadap perbedaan jenis rumput ini dapat dilihat pada 3-11 MST (Lampiran 11-19). Pada minggu terakhir pengamatan, rataan tinggi vertikal rumput taiwan 329 cm sedangkan rumput raja 287 cm. Pemberian dolomit juga sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi tinggi vertikal rumput. Pada 3 dan 4 MST (Lampiran 11-12) pemberian dolomit D0 dan D1 memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi vertikal rumput, akan tetapi pada 5, 6, 9, 10, dan 11 MST (Lampiran 13, 14, 17-19) terlihat pengaruh pemberian dolomit untuk D1. Namun hasil pengamatan hingga minggu terakhir (panen) tidak menunjukan adanya pengaruh interaksi jenis rumput dengan pemberian dolomit terhadap tinggi vertikal rumput.
19
A. Rumput Raja
B. Rumput Taiwan
350
350
325
325
300
300
Tinggi Vertikal (cm)
275
275
250
250
225
225
200
200
175
175
150
150
125
125
100
100
75
75
50
50
25
25
0
0 ton/ha (D0) 12,5 ton/ha (D1) 25 ton/ha (D2)
0 3
4
5
6
7
8
9
10
11
Waktu
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pengamatan (MST)
Gambar 6. Perubahan Tinggi Vertikal Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit Penelitian sebelumnya oleh Zain (1998) yang menggunakan tanah latosol sebagai media penanaman rumput gajah mini menunjukan tidak ada pengaruh yang nyata terhadap perlakuan dolomit 25 ton/ha (D2). Pemberian dolomit hingga taraf D2 diduga melebihi kebutuhan tanaman sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun maupun tinggi vertikal rumput. Produktivitas Rumput Produktivitas adalah kemampuan tanaman untuk menghasilkan produk yang dapat berupa bunga, buah, daun, ataupun batang sesuai perlakuan yang diberikan. Produktivitas rumput dapat diukur dari berat segar daun dan batang rumput. Pengukuran juga dilakukan terhadap berat kering rumput, karena produksi dan produktivitas hijauan pakan ternak dicirikan oleh produksi bahan kering (Lukiwati et al., 2005).
20
Produksi Daun Perlakuan dolomit D0 memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap produksi berat segar daun rumput raja dan rumput taiwan. Pengaruh reaksi dolomit pada taraf D0 mengindikasikan bahwa reaksi dolomit (D1 dan D2) berjalan lebih lambat terhadap tanah, sehingga tidak mendukung produksi daun hingga akhir masa panen (Soepardi, 1983). Selain itu, rumput raja dan rumput taiwan masih mentolerir kemasaman tanah hingga 5,6 sehingga tanpa pemberian dolomit atau D0 rumput masih dapat berproduksi. Produksi berat segar daun rumput raja dan rumput taiwan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Berat Segar Daun Rumput Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
------------------------------ (g/tanaman)------------------------D0 (0 ton/ha)
1120±454
1383±1067
1252±761a
D1 (12,5 ton/ha)
1043±286
533±169
788±228b
D2 (25 ton/ha)
515±105
447±135
481±120b
Rataan
893±282
788±457
840±370
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Tabel 5. Produksi Berat Kering Daun Rumput Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
------------------------------ (g/tanaman)------------------------D0 (0 ton/ha)
218,1±81,8a
329,3±249,1b
273,7±165,4
D1 (12,5 ton/ha)
235,5±61,0a
123,7±36,2b
179,6±48,6
D2 (25 ton/ha)
112,7±21,0b
115,1±47,8b
113,9±34,4
Rataan
188,8±54,6
189,4±111,0
189,1±82,8
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Produksi berat kering daun rumput menunjukan adanya pengaruh yang nyata (P<0,05) dari interaksi jenis rumput dengan dosis dolomit yang diberikan. Hasil yang ditampilkan pada Tabel 5 menunjukan bahwa rumput raja dengan pemberian dolomit 21
D0 dan D1 berbeda nyata (P<0,05) terhadap rumput raja D2 dan rumput Taiwan D0, D1, dan D2. Walaupun rumput raja D0 dan D1 berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, namun rumput raja D0 dan D1 tidak berbeda nyata. Pengaruh yang diberikan oleh dolomit belum terlihat, sehingga pengaruh tanpa dan dengan dolomit terhadap berat kering rumput raja tidak tampak. Jika dilihat dari pengamatan mingguan untuk rataan jumlah daun pada minggu terakhir pengamatan (11 MST), maka jumlah daun rumput taiwan lebih banyak. Hasil pengukuran terhadap produksi daun menunjukan rumput taiwan memiliki produksi daun yang lebih kecil. Hasil ini dapat menjadi indikator untuk mencirikan daun rumput Taiwan yang memiliki berat yang lebih kecil dibandingkan daun rumput raja untuk setiap helainya. Namun jenis rumput tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi daun. Salah satu ciri tanaman yang dapat digunakan sebagai hijauan pakan adalah tanaman yang mampu menghasilkan daun yang banyak (Mansyur et al., 2005). Produksi Batang Interaksi jenis rumput dengan dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi berat segar batang rumput. Rumput raja dengan pemberian dolomit D0 dan D1 memiliki produksi batang yang tertinggi. Produksi batang yang tinggi mendukung ciri rumput raja yang memiliki bentuk batang yang lebih besar daripada rumput taiwan dan dengan pemberian dolomit meningkatkan produksi batang rumput. Pada rumput raja dengan pemberian dolomit D2 memiliki produksi batang terendah, sama halnya untuk rumput taiwan dengan pemberian dolomit D2. Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan bahwa pemberian dosis dolomit hingga taraf D2 tidak memberikan hasil yang maksimal. Pemberian dolomit hingga taraf D2 diduga melebihi kebutuhan atau ketoleranan rumput terhadap kemasaman tanah yang berubah oleh pemberian dolomit. Pengaruh interaksi dari yang tertinggi hingga yang terendah untuk produksi batang adalah rumput raja D0 dan D1, rumput taiwan D0 dan D1, dan rumput raja D2 dan rumput Taiwan D2. Produksi berat segar batang rumput raja dan rumput taiwan disajikan pada Tabel 6.
22
Tabel 6. Produksi Berat Segar Batang Rumput Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
----------------------------- (g/tanaman)-----------------------D0 (0 ton/ha)
2543±1096a a
1580±347b
2062±721
b
2533±751
D1 (12,5 ton/ha)
3450±993
1617±510
D2 (25 ton/ha)
1217±292c
1057±356c
1137±324
Rataan
2403±794
1418±404
1911±599
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Pengaruh interaksi tidak terlihat untuk hasil produksi berat kering batang rumput. Dalam hal ini pengaruh dolomit yang terlihat sangat nyata (P<0,01) terhadap berat kering batang rumput. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pemberian dolomit D0 dan D1 berbeda nyata (P<0,05) terhadap dolomit D2. Namun pengaruh dolomit D1 tidak berbeda nyata terhadap D0 sehingga tidak terlihat pengaruh terbaik untuk mendapatkan produksi berat kering batang rumput. Tabel 7. Produksi Berat Kering Batang Rumput Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
----------------------------- (g/tanaman)-----------------------D0 (0 ton/ha)
202,5±81,0
154,3±74,9
178,4±78,0a
D1 (12,5 ton/ha)
284,5±78,6
240,7±69,9
262,6±74,3a
D2 (25 ton/ha)
118,9±34,7
155,4±58,2
137,2±46,5b
Rataan
202,0±64,8
183,5±67,7
114,9±66,3
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Hasil pengamatan pertumbuhan rumput, rumput taiwan memiliki tinggi vertikal yang melebihi tinggi rumput raja. Tingginya batang rumput taiwan tidak didukung dengan berat yang tinggi, sehingga produksi batang pun rendah. Berat yang rendah mencirikan rumput taiwan memiliki ukuran batang yang lebih kecil daripada rumput raja (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bidang Produksi Peternakan, 2010). 23
Perbandingan Produksi Berat Kering Daun dan Batang Perbandingan produksi daun dan batang dibutuhkan karena sebagian besar konsumsi ternak adalah daun. Salah satu ciri tanaman yang dapat digunakan sebagai hijauan pakan adalah tanaman yang mampu menghasilkan daun yang banyak (Mansyur et al., 2005). Perbandingan daun dan batang rumput berdasarkan berat keringnya disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Perbandingan ini diambil berdasarkan data produksi berat kering daun dan batang pada Tabel 5 dan Tabel 7. Tabel 8. Perbandingan Produksi Berat Kering Daun dan Batang Rumput Raja Dosis Dolomit
Produksi Daun
Perbandingan Batang
Daun
Batang
------------ (g/tanaman) ---------- --------------- (%) ------------D0 (0 ton/ha)
218,1
202,5
51,85
48,15
D1 (12,5 ton/ha)
235,5
284,5
45,29
54,71
D2 (25 ton/ha)
112,7
118,9
48,66
51,34
Rataan
188,8
202,0
48,60
51,40
Tabel 9. Perbandingan Produksi Berat Kering Daun dan Batang Rumput Taiwan Dosis Dolomit
Produksi Daun
Perbandingan Batang
Daun
Batang
------------ (g/tanaman) ---------- --------------- (%) ------------D0 (0 ton/ha)
329,3
154,3
68,09
31,91
D1 (12,5 ton/ha)
123,7
240,7
33,95
66,05
D2 (25 ton/ha)
115,1
155,4
42,55
57,45
Rataan
189,4
183,5
48,20
51,80
Perbandingan daun dan batang untuk rumput raja maupun rumput taiwan tidak berbeda jauh. Perbandingan berat kering daun dan batang adalah sekitar 48 : 51. Kandungan air yang tinggi pada batang menyebabkan turunnya berat kering batang hingga perbandingan antara daun dan batang relatif sama.
24
Produksi Berat Segar Produksi berat segar didapatkan dari hasil akumulasi produksi berat segar daun (Tabel 4) dan batang (Tabel 6) rumput. Produksi berat segar rumput raja dan rumput taiwan ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Produksi Berat Segar Rumput Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
-------------------------- (g/tanaman) ------------------------D0 (0 ton/ha)
3663±1548a
2963±770a
3313±1159
D1 (12,5 ton/ha)
4493±1237a
2150±679b
3322±958
b
1618±442
2206±646
2751±853
b
D2 (25 ton/ha)
1732±394
Rataan
3296±1060
1503±490
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Interaksi antara jenis rumput dengan pemberian dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap berat segar rumput. Rumput raja D0 dan D1 serta rumput Taiwan D0 berbeda nyata (P<0,05) terhadap rumput raja D2 dan rumput taiwan D1 dan D2. Sama halnya untuk produksi berat segar daun dan berat segar batang rumput raja perlakuan dolomit D0 dan D1 juga lebih tinggi. Namun, antara pemberian dolomit D0 dengan D1 tidak berbeda nyata sehingga pemberian dolomit tidak telihat. Pengaruh pemberian dolomit belum terlihat karena masa penanaman hanya untuk satu kali panen sehingga dolomit belum memberikan reaksi yang maksimal terhadap rumput. Pada rumput taiwan, berat segar semakin menurun dengan bertambahnya dosis dolomit. Pemberian dolomit D0 berbeda nyata (P<0,05) terhadap dolomit D1 dan D2. Pemberian dolomit D1 dan D2 tidak berbeda nyata terhadap hasil produksi berat segar rumput taiwan. Penurunan jumlah produksi berat segar dapat disebabkan karena tanaman kurang responsif terhadap perlakuan dolomit yang diberikan dan karena masa penanaman yang terlalu pendek. Menurut Hindratiningrum (2010) pengaruh lamanya umur potong cenderung meningkatkan produksi berat segar rumput. Polakitan dan Kairupan (2009) juga menyatakan hal yang sama bahwa pengaruh umur potong yang berbeda-beda 25
memberi pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap produksi berat segar rumput. Peningkatan interval pemotongan juga akan meningkatkan hasil panen untuk semua jenis rumput, namun tidak sama halnya untuk protein kasar. Peningkatan interval pemotongan dapat berakibat pada penurunan konsentrasi protein kasar di daun dan batang (Tudsri et al., 2002). Pemberian dolomit pada tanah yang bersifat masam dalam kasus ini adalah tanah latosol, memberikan nilai ekonomis yang baik. Pemberian dolomit pada awal penanaman selama tahun pertama dan kedua setelah pemberian, mampu mempertahankan keseimbangan pH tanah sehingga tidak bersifat masam. Selain daripada itu, dua tahun awal pemberian dolomit dapat meningkatkan produksi panen rumput. Setelah itu produksi akan menurun, sehingga dibutuhkan pemberian dolomit dan pupuk lainnya untuk menyediakan kebutuhan mineral rumput (Couto et al., 1991; Wheeler, 1998; Brown et al., 2008). Produksi Berat Kering Produksi berat kering didapatkan dari hasil akumulasi produksi berat kering daun (Tabel 5) dan batang (Tabel 7) rumput. Persentase produksi berat kering rumput raja dari D0, D1, dan D2 berturut-turut adalah 11,48%, 11,57%, dan 13,37%. Persentase produksi berat kering rumput taiwan D0, D1, dan D2 berturut-turut adalah 16,32%, 16,96%, dan 18,00%. Hasil persentase dari berat segar ke berat kering pada rumput raja dan rumput taiwan mengalami peningkatan dengan adanya perlakuan dolomit. Pemberian dolomit D0 dan D1 berbeda nyata (P<0,05) terhadap dolomit D2. Pengaruh pemberian dolomit D0 dengan D1 tidak nyata, seperti yang dikemukakan oleh Carvalho et al. (2000) bahwa pemberian kapur tidak mempengaruhi produksi berat kering rumput, walaupun terjadi perubahan dari sifat kimia tanah. Rumput yang digunakan adalah Imperata brasiliensis Trin. dan Brachiaria decumbens. Namun, perbedaan jenis rumput yang ditanam dapat menyebabkan penyerapan dolomit oleh tanaman berbeda-beda. Produksi berat kering rumput raja dan rumput taiwan disajikan pada Tabel 11.
26
Tabel 11. Produksi Berat Kering Rumput Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
------------------------ (g/tanaman) ------------------------D0 (0 ton/ha)
420,6±160,3
483,7±263,0
452,1±211,6a
D1 (12,5 ton/ha)
520,0±138,9
364,4±105,9
442,2±122,4a
D2 (25 ton/ha)
231,5±55,3
270,5±105,5
251,0±80,4b
Rataan
390,7±118,2
372,9±158,1
381,8±138,1
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Pengaruh perlakuan dolomit yaitu D2 memberikan pengaruh yang terendah terhadap berat kering rumput. Penyebabnya diduga karena perlakuan dolomit D1 sudah mencukupi kebutuhan rumput, sehingga perlakuan dolomit D2 yang mana dosisnya dua kali lipat dari D1 diduga berlebihan. Pemberian dolomit yang berlebihan dapat mengganggu ketersediaan dan serapan unsur lainnya seperti fosfor dan boron yang berdampak pada terganggunya metabolisme tanaman serta kekurangan besi, mangan, tembaga, dan seng (Soepardi, 1983). Alasan lainnya adalah respon dari tanaman terhadap dolomit dan juga kebutuhan mineral lain yang dibutuhkan bagi rumput tidak dapat disediakan oleh dolomit (Carvalho et al., 2000). Kebutuhan rumput akan unsur lainnya dapat mempengaruhi produksi rumput. Diperlukan penambahan pupuk lainnya (TSP, KCl) yang dapat membantu dolomit untuk menyediakan unsur-unsur penting lainnya yang dibutuhkan oleh rumput. Penelitian sebelumnya oleh Zein et al. (1993) terhadap rumput raja yang ditanam pada tanah latosol dengan menggunakan dolomit dan urea, sangat nyata (P<0,01) meningkatkan rata-rata produksi bahan kering rumput raja. Penggunaan pupuk TSP dan KCl sebagai pupuk dasar juga dapat berperan terhadap peningkatan produksi berat kering, seperti yang ditunjukan pada penelitian Zain (1998) pengaruh perlakuan tanpa dan dengan menggunakan dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi berat kering rumput gajah mini. Penyebab lainnnya adalah umur potong yang berbeda. Semakin lama umur potong, maka dapat meningkatkan produksi berat kering rumput. Hal ini didasarkan pada umur tanaman yang masih muda memiliki kandungan air yang tinggi 27
dibandingkan dengan umur tua. Semakin tua umur rumput, kandungan serat kasarnya akan semakin tinggi yang menyebabkan kandungan air semakin rendah. Menurut Prawirawinata et al. (1981) umur tanaman dapat mempengaruhi kandungan air tanaman, kandungan bahan kering semakin meningkat seiring dengan semakin tua umur tanaman. Kualitas Rumput Kualitas rumput dapat diukur dari kandungan zat nutrisinya. Menurut Hindratiningrum (2010) kualitas hijauan yang terbaik adalah pada akhir fase vegetatif atau menjelang fase generatif (reproduktif). Pengukuran kualitas rumput dapat dilakukan menggunakan bagian daun rumput. Penggunaan daun sebagai penentu kualitas didasarkan pada reaksi fotosintesis yang berlangsung di daun, sehingga kandungan nutrisinya lebih banyak terdapat di daun (Polakitan dan Kairupan, 2009). Protein Kasar Interaksi jenis rumput dengan dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap protein kasar rumput. Hasil analisis menyatakan bahwa rumput Taiwan untuk semua perlakuan dolomit berbeda nyata (P<0,05) terhadap rumput raja untuk semua perlakuan dolomit. Protein kasar rumput raja (13,5%) (Hendrawan, 2002) lebih tinggi daripada rumput taiwan (10,85%) (Manurung et al., 2001). Pemberian dolomit berhasil meningkatkan protein kasar rumput taiwan. Selain itu, rumput taiwan juga memberikan respon terhadap pemberian dolomit untuk meningkatkan protein kasarnya. Rendahnya protein kasar rumput raja bila dibandingkan dengan hasil analisis protein kasar oleh Hendrawan (2002) yaitu 13,5% berhubungan dengan waktu pemotongan rumput. Rumput yang sudah memasuki fase generatifnya akan menurun protein kasarnya. Pemotongan hijauan rumput yang terbaik adalah pada saat fase vegetatif
(Siregar,
1989)
atau
menjelang
fase
generatif
(reproduktif)
(Hindratiningrum, 2010). Hasil pengamatan pertumbuhan rumput menunjukan rumput mulai berbunga pada 10 MST yang berarti rumput sudah memasuki fase generatifnya, sehingga menyebabkan penurunan protein kasar rumput. Hasil analisis protein kasar daun rumput raja dan rumput taiwan disajikan pada Tabel 12. 28
Tabel 12. Protein Kasar Daun Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
-------------------------------- (%) ----------------------------D0 (0 ton/ha) D1 (12,5 ton/ha)
10,55±0,12b
12,44±0,06a
11,50±0,09
b
a
10,93±0,60
9,89±0,68
11,97±0,52
D2 (25 ton/ha)
10,41±0,93b
11,06±1,00a
10,74±0,96
Rataan
10,29±0,58
11,82±0,53
11,05±0,55
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%. Hasil Analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2012)
Serat Kasar Interaksi antara jenis rumput dengan pemberian dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap serat kasar daun rumput. Serat kasar daun seperti yang ditampilkan pada Tabel 13 menunjukan rumput raja D0 dan D1 berbeda nyata (P<0,05) terhadap rumput raja D2 dan rumput taiwan D0, D1, dan D2. Rumput raja memberikan respon terhadap pemberian dolomit, namun untuk pemberian dolomit D0 dan D1 tidak berbeda nyata sehingga tidak terlihat pengaruh dolomit jika dibandingkan D0 dengan D1. Tabel 13. Serat Kasar Daun Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
--------------------------------- (%) ----------------------------D0 (0 ton/ha)
27,70±0,69a
25,45±0,60b
26,58±0,64
D1 (12,5 ton/ha)
27,78±0,58a
24,62±0,79b
26,20±0,68
D2 (25 ton/ha)
25,06±1,72b
25,90±0,76b
25,48±1,24
Rataan
26,85±1,00
25,33±0,72
26,09±0,86
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 5%. Hasil Analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2012)
Adanya peningkatan serat kasar rumput raja selain karena respon terhadap pemberian dolomit, juga dimungkingkan karena pemanenan rumput (11 MST) sudah 29
memasuki fase generatif yaitu pada 10 MST, sehingga terjadi peningkatan serat kasar daun. Serat kasar erat hubungannya dengan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman, maka serat kasar akan meningkat. Nilai serat kasar ini akan berbanding terbalik dengan protein kasar. Jika serat kasar meningkat, maka protein kasar tanaman akan menurun dan begitu pula sebaliknya (Hindratiningrum, 2010). Kandungan Kalsium (Ca) Dolomit merupakan kapur yang mengandung kalsium dan magnesium dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Dolomit dapat memperbaiki kemasaman tanah serta menekan jumlah aluminium (Al) dalam tanah sehingga dalam jumlah yang tidak meracuni tanaman. Hasil analisis tanah yang telah dilakukan pH tanah latosol sebesar 5,59 dengan kandungan aluminium sebesar 0,03 me/100 g. Nilai pH tanah ini bersifat masam, namun untuk kandungan aluminium sangat rendah sehingga tidak bersifat racun bagi tanaman. Selain untuk meningkatkan pH tanah, dolomit juga digunakan untuk meningkatkan kandungan kalsium dan magnesium tanah. Pengecekan pH akhir juga dilakukan setelah panen. Untuk masing-masing perlakuan D0, D1, dan D2 nilai pH-nya adalah 6,09, 6,70, dan 7,28. Hasil analisis pH tanah menunjukan adanya peningkatan pH tanah dengan adanya pemberian dolomit. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukan pemberian dolomit berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pH H20, P tersedia, Ca-dd, Mg-dd, dan Zn serta sangat nyata (P<0,01) menurunkan Al-dd, Mn, dan serapan K (Sarkad, 1986). Hasil yang didapat membuktikan dolomit berhasil mengurangi kemasaman tanah. Jika dilihat dari hasil analisis tanah, kandungan mineral kalsium tanah latosol setelah pemberian dolomit adalah 9,38 me/100 g. Kandungan kalsium tanah latosol ini bila dibandingkan dari hasil analisis tanah latosol tanpa pemberian dolomit oleh Feniara (1999) yaitu 2,10 me/100 g sangat meningkat. Interaksi jenis rumput dengan dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan kalsium daun. Rumput raja D2 dan rumput taiwan untuk semua perlakuan dolomit berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap rumput raja D0 dan D1. Perbedaan ini disebabkan karena rumput taiwan sangat responsif
terhadap
pemberian
dolomit
khususnya
kandungan
kalsiumnya.
Penambahan unsur yang mengandung kalsium ini cepat diserap oleh rumput sehingga terjadi peningkatan kandungan kalsium daun. Jika untuk produktivitas 30
pemberian dolomit pada taraf D2 dinilai berlebihan, akan tetapi untuk peningkatan kandungan kalsium memberikan pengaruh yang baik untuk kedua jenis rumput. Banyaknya jumlah kalsium yang tersedia dari dolomit untuk taraf dolomit D2 memudahkan akar untuk menyerap kalsium lebih banyak. Hasil analisis kandungan kalsium daun yang tersaji pada Tabel 14 memperlihatkan bahwa rumput taiwan sangat respon terhadap keberadaan kalsium sehingga kandungan kalsium rumput taiwan lebih tinggi daripada rumput raja. Berdasarkan hasil ini dapat dimungkinkan sebagai pertimbangan pengembangan rumput taiwan di Indonesia sebagai salah satu hijauan pakan secara komersil. Rumput dengan kandungan kalsium yang tinggi dapat digunakan sebagai hijauan pakan khususnya untuk ternak perah. Tabel 14. Kandungan Kalsium Daun Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
------------------------------- (%) ----------------------------D0 (0 ton/ha)
0,103±0,012b
0,120±0,006a
0,111±0,009
D1 (12,5 ton/ha)
0,097±0,007b
0,137±0,003a
0,117±0,005
D2 (25 ton/ha)
0,123±0,009a
0,133±0,013a
0,128±0,011
Rataan
0,108±0,009
0,130±0,007
0,119±0,008
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 1% Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (2012)
Kandungan Magnesium (Mg) Soepardi (1983) menyatakan bahwa pemberian dolomit selain dapat meningkatkan kandungan kalsium, juga dapat meningkatkan kandungan magnesium. Hasil analisis kandungan magnesium tanah yang mendapat perlakuan dolomit adalah 3,73 me/100 g. Kandungan magnesium ini meningkat bila dibandingkan dari hasil analisis tanah latosol yang dilakukan pada tanah latosol tanpa pengapuran yaitu 0,76 me/100 g (Feniara, 1999). Kandungan mineral tanah latosol meningkat karena adanya penambahan dolomit. Hal ini sesuai dengan pendapat Soepardi (1983) bahwa dolomit berfungsi untuk meningkatkan kandungan magnesium tanah.
31
Interaksi antara jenis rumput dengan pemberian dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan magnesium daun rumput. Rumput raja untuk semua perlakuan dolomit berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap rumput taiwan untuk semua perlakuan dolomit. Rumput raja mampu menyerap ketersediaan magnesium oleh dolomit lebih cepat, sehingga kandungan magnesium daunnya lebih tinggi. Hasil yang didapat untuk perlakuan dolomit D0, D1, dan D2 tidak berbeda nyata. Tidak adanya perbedaan perlakuan tanpa (D0) dan dengan pemberian dolomit (D1 dan D2) untuk kedua jenis rumput dikarenakan akar belum menyerap magnesium sepenuhnya, sehingga kandungan magnesiumnya tidak berbeda nyata. Kandungan magnesium daun ditampilkan pada Tabel 15. Tabel 15. Kandungan Magnesium Daun Dosis Dolomit
Jenis Rumput Rumput Raja
Rumput Taiwan
Rataan
------------------------------- (%) -----------------------------D0 (0 ton/ha)
0,100±0,045a
0,057±0,047b
0,078±0,046
a
b
D1 (12,5 ton/ha)
0,143±0,007
0,020±0,000
0,081±0,003
D2 (25 ton/ha)
0,093±0,037a
0,020±0,000b
0,056±0,018
Rataan
0,112±0,030
0,032±0,016
0,072±0,022
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama menunjukan berbeda nyata pada taraf uji 1% Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (2012)
Reaksi dolomit yang lambat menyebabkan lamanya proses penyerapan akar terhadap magnesium. Alternatif untuk pemberian dolomit pada tanah adalah pemberian dolomit yang umumnya diaplikasikan pada daerah permukaan tanah saja, sebaiknya diberi lebih dalam mendekati zona akar agar lebih efektif dan mempercepat penyerapan mineral oleh akar (Yost dan Ares, 2007). Penelitian oleh Zein et al. (1993) terhadap rumput raja yang ditanam pada tanah latosol dengan pemberian dolomit dan urea menunjukan peningkatan kandungan kalsium dan magnesium rumput. Pemotongan yang mempertimbangkan pemanenan dengan beberapa tahap panen dan pengaturan interval panen memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi dan kualitas rumput (Hindratiningrum, 2010). 32