Ekosistem Hutan Bakau
BAB 5 EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) Hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digambarkan untuk mendeskripsikan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan dalam peraiaran asin. ”Bakau” adalah tumbuhan daratan yang berbunga yang mengisi kembali pinggiran laut. Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangal ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini.
Gambar 31 Hutan bakau 1. Struktur dan Adaptasi Mangal meliputi pohon-pohonan dan semak terdiri dari 12 genera tumbuhan berbunga dalam 8 famili yang berbeda. Yang paling penting atau dominan adalah genera Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, dan Sonneratia. Bakau mempunyai sejumlah khusus yang 103
Ekosistem Hutan Bakau
memungkinkan mereka untuk hidup di perairan laut yang dangkal yaitu berakar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tudung akarnya yang khas tumbuh dari batang atau dahan. Akar-akar yang dangkal sering memanjang yang disebut pneumatofor ke permukaan substrat yang memungkinkannya mendapatkan oksigen dalam lumpur yang anoksik dimana pohonpohon ini tumbuh. Daun-daunnya kuat dan mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpanan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Beberapa bakau mempunyai kelenjer garam yang menolong menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam. Bakau tertentu (Bruguiera, Rhizophora) yang berkembang sendiri diperairan lautan mempunyai perkembangan bentuk yang khusus pada perkembangan dan penebaran benih. Benih ini ketika masih tumbuh pada induknya, berkecambah dan mulai tumbuh dalam semaian tanpa mengalami istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah sehingga menjadi lebih berat pada bagian terluar dan akhirnya lepas. Semaian ini jatuh dari pohon induk dan karena distribusi berat mengapung dipermukaan air. Kemudian dibawa oleh aliran air sampai memasuki perairan yang cukup dangkal dimana ujung akarnya dapat mencapai dasar. Bila hal ini terjadi, maka akar akan dijulurkan dan dipancangkan kemudian terus tumbuh menjadi sebuah pohon. Keuntungan sistem reproduksi ini sangat penting untuk tumbuh-tumbuhan yang hidup dipinggir laut. Mempunyai benih yang mampu mengapung memungkinkan penyebaran melalui arus air. Sedangkan kenyataan
104
Ekosistem Hutan Bakau
bahwa benih mengapung tegak lurus dengan lebih banyak bagian berada didalam air, berarti bahwa ketika air cukup dangkal untuk dicapai agar bakau dapat tumbuh disitu maka benih itu akan tumbuh dengan sendirinya. 2. Penyebaran Asosiasi mangal tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik. Mereka mampu tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang, bila keadaan pantai sebaliknya benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlidung dari angin atau serangkaian pulau atau pada pulau atau massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung. Mereka berkembang biak khususnya dalam daerah estuaria tropik dan mencakup daerah yang terbesar. Bakau terdapat pada daerah geografi yang lebih luas daripada terumbu karang dan mugkin juga ditemukan pada daerah diluar daerah tropik seperti dipantai utara Teluk Meksiko, sepanjang pantai barat dari bagian sentral dan utara Amerika Utara dan Afrika, dimana terumbu karang jarang atau tidak dijumpai dan sampai keselatan pulau utara di Selandia Baru. Bakau biasanya tidak terdapat pada atol-atol dan pulau-pulau yang terisolasi seperti Hawai. 3. Kondisi Fisik Hutan Bakau Karena bakau dapat berkembang sendiri yaitu pada tempat dimana tidak terdapat gelombang, kondisi fisik yang pertama yang
105
Ekosistem Hutan Bakau
harus terdapat pada daerah bakau adalah gerakan air yang minimal. Kurangnya gerakan air ini mempunyai pengaruh yang nyata. Gerakan air yang lambat menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap dan berkumpul didasar. Gerakan awal air yang lambat pada hutan bakau selanjutnya ditingkatkan oleh bakau sendiri. Banyak bakau mempunyai akar penyangga yang khas yang memanjang kebawah dari batang dan dahan. Akar ini sering kali sangat banyak dan kusut sehingga sukar ditembus diantara permukaan lumpur dan permukaan air. Adanya sistem akar yang padat ini akan mengurangi gerakan air sehingga partikel yang sangat halus mengendap disekeliling akar bakau, membentuk kumpulan lapisan sedimen. Sekali mengendap sedimen biasanya tidak dialirkan keluar lagi. Faktor fisik yang terakhir yang kan diterangkan adalah pasang surut. Kisaran pasang surut dan tipenya bervarisasi bergantung pada keadaan geografi bakau. Mangal berkembang hanya pada perairan yang dangkal dan daerah intertidal sehingga sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Pasang surut dan kisaran vertikalnya yang membedakan periodesitas penggenangan hutan. 4. Zonasi Daerah yang menghadap ke arah laut dari mangal Pasifik sebagian besar didominasi oleh satu atap atau lebih spesies Avicennia. Bagian pinggir Avicennia biasanya sempit, karena benih Avicennia tidak dapat tumbuh denga baik pada keadaan teduh atau berlumpur yang biasanya terdapat didalam hutan.
106
Ekosistem Hutan Bakau
Dibelakang pinggiran Avicennia terdapat zona Rhizophora yang didominasi oleh satu atau lebih spesies Rhizopoda. Pohonpohon ini adalah komunitas mangal yang paling khas karena mempunyai akar tunggang yang melengkung yang mengakibatkan daerah ini sukar ditembus manusia.
Gambar 32 Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon bakau, Rhizophora sp. Didepan yang menghadap kedaratan, zona berikutnya adalah zona Bruguiera. Pohon-pohon genus Bruguiera berkembang padas sedimen yang lebih berat (tanah liat) pada tingkat air pasang purnama yang tinggi. Zona mangal yang terakhir dan kadang-kadang adanya adalah zona Ceriops, suatu asosiasi dari semak-semak yang kecilkecil. Bila ada, maka zona yang variabel dan kenyataannya dapat bergabung dengan pohon-pohon dari zona Bruguiera.
107
Ekosistem Hutan Bakau
Zonasi juga dibatasi oleh pasang surut. Bila kisaran pasang kecil, maka zona intertidal juga terbatas seperti haknya hautan bakau. Kebanyakan hutan-hutan yang luas berkembang pada pantai-pantai yang mempunyai kisaran pasang surut vertikal yang besar.
Gambar 33 Diagram zonasi bakau di berbagai daerah 5. Organisme yang Berasosiasi Komunitas mangal yang bersifat unik, disebabkan luas vertikal pohon dimana organisme daratan menempati bagian atas sedangkan hewan lautan yang sebenarnya menempati bagian bawah. Hutan-hutan bakau, membentuk percampuran yang aneh antara organisme lautan dan daratan dan menggambarkan suatu rangkaian dari darat ke laut. Organisme daratan tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup dialam mangal, karena mereka melewatkan hidupnya diluar jangkauan air laut pada bagian pohon tertinggi meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan lautan pada saat pasang surut.
108
Ekosistem Hutan Bakau
Organisme lautan ada dua tipe: yang hidup pada substrat keras yaitu pada sejumlah besar akar-akar bakau dan yang menempati lumpur. Asosiasi mangal berbeda terutama dengan pantai berlumpur karena adanya daerah permukaan yang keras dan luas dari akar-akar yang tersedia bagi organisme yang tidak terdapat pada tipe pantai berlumpur. Kelompok hewan lautan yang dominan dalam hutan bakau adalah moluska, udang-udang tertentu dan beberapa ikan yang khas.
Gambar 34 Makrofauna hutan bakau 6. Perkembangbiakan Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem,
109
Ekosistem Hutan Bakau
kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya. Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon. Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh. Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
110
Ekosistem Hutan Bakau
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur. Pneumatophore Pneumatophore adalah nama lain untuk menyebut tipe akar mangrove yaitu akar nafas. Jenis akar ini tumbuhnya tegak, muncul dari dalam tanah, dan pada kulitnya terdapat celah-celah kecil yang berguna untuk pernafasan. Contoh spesies mangrove yang memiliki tipe akar seperti ini adalah dari jenis Sonneratia spp dan Avicennia spp. Kriptovivipari dan Vivipari adalah tipe biji yang terdapat pada mangrove. Kalau Kriptovivipari artinya biji telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induk, tetapi masih tertutup oleh kulit biji. Contohnya pada jenis buah mangrove Avicennia spp dan Sonneratia spp. Sedangkan Vivipari adalah biji telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induk, dan tidak tertutup/keluar dari kulit biji. Contohnya pada jenis buah Rhizophora spp dan Bruguiera spp.
111
Ekosistem Hutan Bakau
Gambar 35 Buah dan Kecambah Rizophora sp 7. Suksesi dan Kematian Asosiasi mangal merupakan sasaran kematian dari sejumlah sebab yang ditimbulkan oleh perubahan keadaan alam dan oleh manusia. Mereka berada dalam kondisi yang seimbang termasuk kecepatan pengendapan yang tetap, gerakan air yang minimal, keadaan pasang surut, dan salinitas air dan tanah tertentu. Setiap perubahan yang mengganggu keseimbangan ini akan menimbulkan perubahan berantai dalam komunitas mangal. Jika perubahan tersebut lambat maka akan terdapat perubahan setahap demi setahap atau suksesi. Mungkin penyebab utama dari kematian dalam jumlah yang besar adalah angin topan dan badai. Badai dahsyat ini merusak daerah hutan bakau dengan mencabut pohon-pohon sampai
112
Ekosistem Hutan Bakau
keakarnya atau oleh pengendapan yang masif atau mengubah salinitas air dan tanah. Sumber kematian yang lain adalah isopoda kecil. Isopoda ini merusak akar penunjang bakau dengan cara melubanginya. Daundaunan menjadi penyebab utama erosi substrat yang kemudian menyebabkan pohon-pohon jatuh ke air. Pada keadaan ini seluruh hutan perlahan-lahan terkikis dan rusak. Kegiatan manusia merupakan penyebab kematian masif yang terbesar. Mungkin kerusakan yang terbesar yang terakhir terjadi disebabkan penyemprotan herbisida pada hutan bakau di Vietnam selama peperangan. Hutan-hutan
bakau
juga
dirusak
oleh
penimbunan,
penggalian dan oleh pembuatan saluran-saluran air.
Gambar 36 Ikan dari genus Periopthalmus dalam lumpur dan pada akar bakau
113
Ekosistem Hutan Bakau
8. Peran dan manfaat hutan mangrove 1.
Pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai.
2. Menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan
penyamak kulit, bahan atap, bahan
perahu, dll. 3.
Mempunyai potensi wisata
4.
Sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan satwa liar lainnya yang diantaranya endemik.
Gambar 37 Hutan mangrove
114
Ekosistem Hutan Bakau
9. Kekayaan Flora Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 spesies dari 20 genera, anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya. Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan Samudera Hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999). Berikut ini adalah daftar suku dan genus mangrove sejati, beserta jumlah jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986). Tabel 7 Jenis-jenis mangrove sejati Suku Acanthaceae (syn.: Avicenniaceae atau Verbenaceae) Combretaceae Arecaceae Rhizophoraceae
Genus, jumlah spesies Avicennia (api-api), 9 Laguncularia, 11; Lumnitzera (teruntum), 2 Nypa (nipah, 1 Bruguiera (kendeka), 6; Ceriops (tengar), 2; Kandelia (berus-berus),1; 115
Ekosistem Hutan Bakau
Sonneratiaceae
Rhizophora (bakau), 8 Sonneratia (pidada), 5
Tabel 8 Jenis-jenis mangrove Suku Acanthaceae Bombacaceae Cyperaceae Euphorbiaceae Lythraceae Meliaceae Myrsinaceae Myrtaceae Pellicieraceae Plumbaginaceae Pteridaceae Rubiaceae Sterculiaceae
Genus, jumlah spesies Acanthus (jeruju), 1; Bravaisia, 2 Camptostemon, 2 Fimbristylis (mendong), 1 Excoecaria (kayu buta-buta), 2 Pemphis (cantigi laut), 1 Xylocarpus (nirih), 2 Aegiceras (kaboa), 2 Osbornia, 1 Pelliciera, 1 Aegialitis, 2 Acrostichum (paku laut), 3 Scyphiphora, 1 Heritiera (dungun)2, 3
116
Ekosistem Hutan Bakau
Gambar 38 Pohon bakau, Rhizophora racemosa. Foto Jenis-jenis mangrove 10. Metode Penelitian Mangrove Sebelum
mengadakan
pengumpulan
data,
dilakukan
pengamatan lapangan yang meliputi keseluruhan kawasan hutan dengan tujuan untuk melihat secara umum keadaan fisik dan komposisi tegakan hutan serta keadaan pasang surut daerah setempat dan lain-lain. Pada lokasi dibuat transek yang memanjang dari tepi laut atau sungai ke arah darat. Panjang transek berkisar antara 100-150 m dari pinggir sungai atau pantai sampai ke area yang tidak ada pohonnya. Pengambilan sampel dilakukan pada jarak antara 0-10 m, 20-30 m, dan 40-50 m dari garis pantai dan seterusnya. Dari
setiap
transek,
data
vegetasi
diambil
dengan
2
menggunakan metode kuadrat berukuran 10x10 m untuk pohon berdiameter > 10 cm yang terletak di sebelah kiri dan atau kanan transek. Pada setiap petak tersebut, dibuat petak yang lebih kecil dengan ukuran 5x5 m2. Di dalam petak ini dikumpulkan data tentang anak pohon berdiameter 2-10 cm. Sedangkan untuk tingkat semai, data dikumpulkan dari setiap petak yang berukuran 1x1 m 2 yang ditempatkan dalam petak ukuran 5x5 m2. Pada setiap kuadrat tersebut, semua tegakan diidentifikasi jenisnya, diukur diameter dan tingginya serta dihitung jumlah masing-masing jenis. Tinggi pohon diukur dengan alat haga
117
Ekosistem Hutan Bakau
altimeter. Derajat keasaman tanah diukur dengan menggunakan kertas pH meter. Sampel tanah juga diambil untuk mengetahui sifatsifat tanah. Koleksi bebas juga dilakukan untuk melengkapi jenisjenis yang tidak termasuk dalam transek kuadrat. Sampel bagianbagian mangrove yang penting untuk diidentifikasi pada umumnya dijadikan herbarium kering. Data yang diperoleh dianalisis menurut cara COX, yaitu dengan menghitung nilai kerapatan relatif, dominasi relatif, frekuensi relatif dan kemudian nilai pentingnya. Secara kuantitatif dapat diketahui dengan mencari volume pohon berdasarkan rumus umum sebagai berikut : V = Ba x t x 0,75 Keterangan : V Ba t 0,75
: Volume : Luas Bidang Datar : Tinggi Pohon : Konstanta
118