F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 127
FUNGSI PERMAINAN REMAJA NINI DHIWUT DUSUN GEBANG SANANWETAN BLITAR (KAJIAN MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI-NILAI EDUKASI) Hendra Hermawan* Abraham Nurcahyo* Abstrak Penelitian ini membahas Permainan Nini Dhiwut yang diperuntukkan para remaja berupa warisan lisan masyarakat Dusun Gebang. Penelitian ini ditujukan guna menganalisis Fungsi ,makna simbolik serta nilai-nilai edukasi di dalamnya. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif khususnya kajian teks dan etnohistoris terutama penggunaan dimensi waktu (sejarah) sebagai komparasi. Sumber data menggunakan sumber data primer berupa wawancara dan obervasi. Data sekunder berupa kajian teks yang relevan dan kearsipan. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan fungsi wujud (manifest) Permainan Nini Dhiwut telah bergeser menjadi pertunjukkan yang bersifat hiburan, adapun fungsi tersembunyi (laten) terdiri dari fungsi emosi keagamaan, ritual inisiasi para remaja, teater rakyat berbentuk drama liturgi dan drama simbolis serta fungsi gotong royong dan fungsi pendidikan. Makna Simbolik pertama dari permainan Remaja Nini Dhiwut menyajikan unsur hiburan yang dibalut, ritual Animistik, shaman, pengaruh Hindu, Islam serta tradisi lokal. Makna simbolik kedua dari permainan mengajarkan Nilai kedudukan perempuan terdiri dari perjodohan, kesuburan, kepasrahan, pengorbanan, dan kesetiaan. Pada aspek perlengkapan yang dihadirkan yaitu terdiri atas nilai kesuburan, tanggung jawab, keteguhan dan peran domestik perempuan Jawa. Sedangkan makna simbolik pada tembang berupa ajaran lisan yang mempunyai makna religi terdiri atas sifat mawas diri, unsur ruwat, makna kedua yaitu inisiasi (pengukuhan), makna ketiga berupa tanggung jawab makna keempat bersifat romantika (perjodohan). Nilai–nilai edukasi yang dapat dimaknai dan dikorelasikan dengan pendidikan karakter antara lain nilai religius, kejujuran, dan tanggung jawab. Kata Kunci: Nini Dhiwut, Simbolik, Nilai Edukasi Pendahuluan Indonesia dikenal
membentuk terdiri dari
masyarakat
Indonesia
multikultural.
beragam suku bangsa dengan adat
yang
Pulau Jawa yang menjadi salah satu
berbeda
awal
wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan
perkembangan sampai menjadi sebuah
budaya, dan secara umum bisa dikatakan
bentuk negara kesatuan hingga sekarang,
unsur-unsur beberapa upacara
proses interaksi budaya
keyakinan dalam pandangan Jawa terkesan
dan
satu
mampu
persilangan sama
sama
lain.
Pada
terus dibangun
menciptakan
ataupun
interaksi,
pra logis, namun bukan berarti aktifitas
dan saling melengkapi satu
yang dilakukan tanpa penghadiran makna
lain dengan karakteristik yang khas
bagi pendukung budayanya.
* Hendra Hermawan adalah Alumni Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI MADIUN * Abraham Nurcahyo adalah Dosen Prodi Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI MADIUN
128 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Budaya Jawa
atau istilah kejawen
nama lain
yang berkembang di daerah
dalam Mulder (1996: 16), menyatakan arti
Jawa tengah dan Jawa timur, tepatnya di
umum dalam bahasa Inggris adalah Javanes,
Solo mempunyai nama Ni Towok,daerah
Javanism yang merupakan suatu deskriptif
Magetan dengan nama Nini Edok, atau Kaki
bagi unsur Jawa yang khas, diperkirakan
Diwoet. Sedangkan Kendal sekitar Semarang
berasal dari masa Hindu-Budha dalam
dikenal dengan istilah Nini Soendring,
sejarah Jawa dan bergabung dalam suatu
daerah Cianjur dikenal dengan istilah Nini
filsafat serta sistem khusus dari dasar
Buyut. Sedangkan kesamaan nama varian di
perilaku kehidupan. Dimensi
daerah Magetan dan di daerah Blitar
kehidupan
sosial budaya masyarakat Jawa, memiliki
dengan nama Nini Dhiwut.
berbagai aspek kepercayaan religius yang
Permainan Nini Dhiwut
yang
kadang bersifat mistik spiritual, adapun hal
dulunya tumbuh dan perkembangan
tersebut
juga
pengaruh
sekitar Jawa Tengah maupun Jawa Timur,
terhadap
tubuh sosialnya termasuk juga
memiliki ciri khas yang cukup menarik
memberikan
pada media berupa permainan tradisional. Permainan masyarakat permainan dua
Jawa
tradisional
dalam
terdapat
beberapa
yang bisa dibedakan menjadi
kategori, yaitu (1) permainan yang
karena
di
menyajikan konsep supranatural
dan relasinya dengan
roh–roh halus.
Pada beberapa sumber yang didapatkan, sifat
dari
permainan
Nini
Dhiwut
diperuntukkan
sarana hiburan,
bersifat sakral (suci) ataupun yang bersifat
sering diadakan
saat
(2) profan (biasa). Menurut Overback
bertepatan dengan bulan purnama (tanggal
(dalam
180)
lima belas bulan Jawa) dikutip dari sumber
anak–
http//www.Blitarian.com diunduh tanggal
Dananjaya
1991:
mengklasifikasikan permainan
anak Jawa yang dapat juga dimainkan oleh
yang
waktu senggang
20 Agustus 2010).
anak laki–laki kecil dalam tiga kategori (1)
Salah satu ciri yang menarik dari
permainan biasa (2) permainan towok
permainan ini pemegang boneka yang telah
permainan gaib (3) permainan gaib lainya.
dihias yang memang berasal dari alat dapur
Salah satu permainan yang sarat mistis atau
berupa siwur (gayung) dan juga senik atau
bersifat sakral yang jejaknya
masih bisa
rinjing (tempat sayuran) yang sebelumnya
bertahan yaitu, permainan Nini Dhiwut di
telah diisi roh halus dan yang memegang
Blitar.
haruslah remaja perempuan dengan syarat Nini Dhiwut merupakan salah satu
permainan ritual sakral Jawa yang memiliki
perawan ataupun dalam keadaan suci. Kondisi
permainan
Nini
ragam dan nama yang berbeda Menurut
sendiri melalui
Hazeu
dengan informan oleh peneliti pertama kali
(1901:
38-50)
mendeskripsikan
wawancara
Dhiwut
observasi
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 129
diselenggarakan
kembali
pada tahun
Selain hal tersebut terbuka lagi
2009, tepatnya digunakan untuk merayakan
dalam menjelaskan
hari Kemerdekaan Republik Indonesia di
dalam pendidikan. Nilai-nilai pendidikan
dusun
karakter
Gebang
kelurahan
Sananwetan.
yang
terkait kontribusi
disosialisasikan
Permainan tersebut dikemas melalui seni
pemerintah
pertunjukkan
melalui
nampaknya bisa menjadi alternatif untuk
kembali
menggali lebih lanjut konsep permainan ini
sarana
yang
tersebut
menggugah
sederhana, masyarakat
kembali
permainan
yang
sengaja tidak dilakukan pada kurun waktu faktor
salah
satunya
aspek
pemegang yang banyak menikah. terdapat makna
sekarang
nilai kearifan lokal. Dengan
berbekal
harapan
itu
permainan Nini Dhiwut yang dikenal sarat mistis bisa digunakan pendekatan dalam
Permainan Nini Dhiwut beberapa diyakini
masa
untuk menggugah nilai identitas berbasis
1960an tepatnya semenjak 1967 karena berbagai
pada
oleh
simbolik baik
upaya menguraikan secara mendalam aspek diakronik
maupun
sinkronik
simbol
tradisi pitutur melalui wahana tembang
perangkat serta norma sehingga menjadi
mantra bersifat
modal
simbolik
dari
sakral maupun aspek benda
yang
dimainkan.
Permainan Nini Dhiwut sebagai bagian hasil aspek kesejarahan,
mitos ataupun sastra lisan diungkapkan, dengan
yang dapat
harapan terdapat
pada
guna rekayasa masa
Untuk itu, peneliti mengupas kajian Fungsi Permainan Remaja Nini Dhiwut Dusun Gebang Sananwetan Blitar (Kajian Makna Simbolik dan Nilai-Nilai Edukasi). Berdasarkan latar belakang di atas, maka
Melalui fakta sosial ini, setidaknya
budaya
depan tanpa harus tercerabut akarnya.
makna yang dapat direfleksi dalam konteks masa sekarang dan yang akan datang.
ketahanan
pendidikan nilai,
tradisi budaya Jawa, memiliki kekayaan tuturan lisan terkait
dasar
permasalahan
dirumuskan:
(1).
Bagaimana hubungan fungsi permainan
memberi kesempatan menguraikan
latar
Nini Dhiwut dalam kehidupan masyarakat
permainan
garis
Dusun Gebang Sananwetan Blitar?, (2).
atau
bahkan
Bagaimana makna simbolik dari permainan
menafsirkan ulang penghayatan
masa
Nini Dhiwut?, (3). Apa saja nilai-nilai
sekarang perihal fungsi permainan bagi
edukasi yang terkandung dalam permainan
pendukung budaya. Proses pelestarian dan
Nini Dhiwut dalam pembelajaran.
pewarisan
ini,seperti dugaan yang
putus
dinamika yang terjadi pada permainan Nini Dhiwut,
Tinjauan pustaka
menjadi motif dalam mendorong
Secara pengertian, fungsionalisme
peneliti untuk penjelasan komprehensif
adalah dari suatu paham yang menyatakan
mengenai fenomena ini.
bahwa
unsur-unsur
dalam
suatu
130 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
masyarakat
atau
saling
memberikan sumbangan pada penyesuaian
dan menjadi kesatuan yang
atau adaptasi sistem yang dikehendaki dan
berfungsi (Suyono, 185: 126). Berawal
disadari oleh partisipan dan fungsi laten
kerangka penelitian ini,
suatu
bergantung
kebudayaan
fungsionalisme
merupakan suatu teori yang menekankan bahwa
unsur-unsur
di
dalam
ihwal budaya yang tidak disadari
oleh masyarakat.
suatu
Fungsi yang lain
da n cukup
masyarakat atau kebudayaan yang saling
menonjol dalam genre kepercayaan rakyat
bergantung dan menjadi kesatuan yang
berfungsi sebagai penebal emosi keagamaan
berfungsi.
atau kepercayaan. Hal itu disebabkan
Radcliffe Brown dalam penelitiannya
manusia
yakin
tentang agama dan masyarakat menyatakan
makhluk
gaib
bahwa setiap objek atau peristiwa memiliki
sekeliling tempat tinggalnya dan yang
pengaruh penting terhadap kesejahteraan
berasal dari jiwa orang-orang mati
masyarakat (Syam, 2007: 29-35). Apabila
manusia takut akan krisis dalam hidupnya,
dihubungkan dengan keterkaitan mengenai
manusia yakin akan adanya gejala yang
hubunganya kajian fungsi dengan konsep
tidak dapat diterangkan dan dikuasai oleh
kebudayaan. Fungsi
menurut Saifudin
akalnya, atau manusia mendapat suatu
(2006:156) adalah sebuah tugas sosial,
firman dari Tuhan, atau semua sebab
suatu kegiatan yang harus dilaksanakan
tersebut di atas Koentjaraningrat (dalam
dengan tingkat ketepatan tertentu apabila
Danajaya, 1967: 218).
ada
pengelompokan
sosial
dan
mempertahankan keanggotaan kelompok. Di antara tugas-tugas ini terdapat rentang
wilayah
yang
makluk
menempati
adanya
alam
konteks
atau
pada
paragraf sebelumnya maka dengan konsep fungsi menjadi analisis dalam menjelaskan peran atau guna dari permainan Nini Dhiwut
sosialisasi dan pendidikan kalangan muda,
serta keterkaitan pengaruh sosial di dalam
pengaturan hal ihwal ekonomi dan politik,
kehidupan
regulasi pelaku kejahatan dan selanjutnya.
Sananwetan
Blitar.
Kaplan & Manner Terjemahan Landung
Permainan
secara etimologis menurut
(2002:
Kamus Bahasa Indonesia (2008: 897)
memperdalam
yang
adanya
meliputi
79),
kerja
Dengan
akan
menyatakan konsep
guna fungsi,
berarti
masyarakat
atraksi,
dusun
Gebang
Sedangkan
aspek
pertunjukkan
atapun
berbuat
untuk
memperkenalkan pembedaan antar fungsi
tontonan
manifest dan fungsi laten (fungsi tampak
menyenangkan
dan
menggunakan alat kesenangan, melakukan
fungsi
tindakan
terselubung),
atau
unsur
dalam
budaya.
suatu Fungsi
manifest adalah konsekuensi objektif yang
perbuatan
main
untuk
hati,
atau
dengan
menyenangkan
hati.
Menurut Huizingga dalam Simon (2008: 70)
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 131
konsep permainan (play) menarik karena permainan
merupakan
elemen
dasar
kebudayaan.
Permainan
merupakan
aktifitas yang
memiliki dimensi waktu
Permainan anak–anak merupakan bagian
dari
permainan
rakyat. Peserta
tidak terbatas pada umur, tua maupun muda
putra maupun putri semua dapat
luang guna memberi kebebasan dalam
menjadi peserta. Sedangkan permainan
proses kreatifnya.
anak–anak pesertanya terbatas pada umur
Permainan
dalam
folklor
banyak
muncul
terutama
pada
bangsa
di dunia umumnya mempunyai
kelompok anak, ialah semasa mereka belum
setiap
berkeluarga. Sedangkan pada klasifikasi jenisnya,
dalam
suatu
rakyat.
juga
permainan dibedakan pada permainan yang
termasuk
folklor karena diperolehnya
bersifat sakral (suci) dan profan (biasa).
melalui warisan lisan. Hal terutama berlaku
Dalam kategori sakralisasi permainan ini
pada
kanak-kanak,
yang mempunyai kecenderungan aspek
karena permainan ini disebarkan melalui
mistis dan berhubungan dengan dunia gaib,
tradisi lisan dan banyak di antaranya
menurut Koentjaraningrat (2002: 377),
disebarluaskan
pembicaraan
rakyat
tanpa
ini
berdasarkan
permainan
permainan
Kegiatan
juga
bantuan
orang
terkait ilmu gaib dibagi
dewasa seperti orang tua mereka atau guru
menjadi dua pokok khusus,
sekolah mereka (Dananjaya,1991: 171).
religi dan ilmu gaib. Hal itu kemudian
Menurut James Dananjaya (1991: 460),
bentuk–bentuk folklor
dijelaskan,
emosi
yaitu sistem
kegamaan
yang
(folklore
mendorong bahwa suatu benda, suatu
yang termasuk dalam kelompok
tindakan atau gagasan mendapat nilai
folklor lisan adalah sebagai berikut: (1).
keramat, atau Sacred Valuae, dan dianggap
Bahasa
sebagai tindakan keramat.
games)
rakyat,
(2)
ungkapan,
(3)
pertanyaan tradisional, (4) puisi rakyat, (5)
Mengenai
segi pembagian waktu
cerita prosa rakyat, (6) nyanyian rakyat.
yang berhubungan dengan durasi, Eliade
Bentuk–bentuk
folklor yang termasuk
menyatakan (2002: 69), waktu sakral
folklor sebagian lisan
merupakan ungkapan sebuah pengulangan
adalah sebagai berikut: (1). Kepercayaan
yaitu penghadiran kembali waktu mitos
dan takhayul (supersttion), (2) permainan
(mytichal time)
dan
and
menjadi makna kesucian dari seluruh
(4) tari
bagian waktu yang sifatnya profan. karena
rakyat, (5) adat kebiasaan, (6) upacara-
konsepnya mengenai yang sakral tidak
upacara dalam lingkaran hidup, (7) Pesta–
hanya berpusat pada Tuhan. Segala konsep
pesta rakyat (Feast and festivals).
yang berada dalam ruang lingkup antara
dalam kelompok
hiburan
rakyat
(games
amusesment), (3) teater rakyat,
manusia
waktu pertama
yang
dengan yang nir-duniawi (non
132 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
fisik) dapat dikatakan sebagai sesuatu yang sakral.
Pada
kategori
kedua,
289) menyatakan suatu hal yang berkaitan
kriteria
dengan objek kejadian atau bahkan tertulis
pesertanya yaitu; (1). anak laki–laki (2)
yang diberi makna oleh manusia, bentuk
anak perempuan (3) orang dewasa.
dari simbol salah satunya adalah bahasa.
Permainan
yang
Simbol menurut Saefudin (2006:
dikategorikan
Pada kategori umur bagi peserta
Namun
pada
sisi
yang
lain
manusia
permainan, dibagi menjadi tiga yaitu; (1).
berkomunikasi menggunakan tanda dalam
anak-anak (2) remaja (3) orang dewasa.
lukisan, tarian, musik, aritektur, mimik
Permainan
memang
wajah, pakaian, agama, kekerabatan dan
melibatkan banyak orang dari segala usia,
bentuk bentuk yang lain sehingga manusia
namun penelitian ini
mengkhususkan
dapat memberikan makna kepada setiap
remaja
inti
kejadian atau objek yang berkaitan dengan
Nini
karena
Dhiwut
dalam
permainan
tersebut melibatkan remaja secara penuh, terutama aspek material yang dipegang
pikiran gagasan serta emosi. Pada pengertian tersebut maka bisa
berupa boneka Nini Dhiwut dan juga gandik
disederhanakan
atau alu yang dipegang laki–laki. Sehingga
menekankan korelasi suatu penafsiran akan
fokus
bentuk,
penelitian
menguraikan
ini
akan
akar
mencoba
mendasar
dari
pengertian remaja serta perempuan. mempunyai penafsiran Semua
obyek
yang sangat luas.
apapun
tentang
pemahaman
hasil
simbol
dari
lebih
penampakan
visual ataupun non visual berupa tindakan maupun
Kebudayaan sebagai sistem simbol
makna
komunikasi.
merupakan dalam
Konteks
bahasa
alat bantu yang menunjang
memahami
mengimajinasi
hubungan
tentang
yang
serta
simbol
baik
kebudayaan yang mempunyai makna secara
diacu,
awam dapat disebut simbol. Kebudayaan
kebendaan dalam permainan Nini Dhiwut
dipahami
beserta perilaku, dengan konteks latar nilai–
sebagai
perpaduan
gagasan,
simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya
nilai masyarakat pendukungnya.
dari tindakan manusia.. Melalui ulasannya terkait
simbol,
Spradley
(terjemahan
maksud
memproyeksikan,
Pendidikan merupakan salah satu narasi
dalam
agenda
suatu
bangsa.
Misbah dkk, 1997: 121) memberi definisi,
Pendidikan dapat diartikan sebagai sesuatu
simbol
melibatkan tiga unsur,
yang bersifat kontekstual dengan berbagai
simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih
berbagai simbol sosial dan corak budaya
dan
dengan
masyarakat. Pemaknaan pendidikan tidak
merupakan
hanya diterjemahkan dalam bangku formal
sendiri
hubungan
antara
simbol
rujukan. Ketiga hal tersebut
dasar bagi semua makna simbolik.
melalui kelembagaan sekolah tetapi juga nilai–nilai dalam proses pewarisan budaya
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 133
baik melalui keseharian maupun bentuk
karakter (2011: 8)
tradisi lisan
berikut :
khusususnya
permainan
ataupun kesenian. Melalui permainan yang bersifat rekreatif
dan
sebagai
Nilai religius, kejujuran, Toleransi, Semangat kebangsaan, bersahabat/ komunikatif, peduli lingkungan, Dispilin, kerja keras, kreatif, Cinta Tanah air, peduli sosial, Mandiri, Demokratis, rasa ingin tahu, Menghargai prestasi, Gemar memebaca, Tanggung Jawab.
membangun,
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang produktif pada nilai pendidikan. Menurut Tirtarahardja
diuraikan
(2005:
33), secara fungsi pendidikan berkontribusi salah satunya sebagai transformasi budaya
Permainan
Nini
yang dapat diartikan sebagai pewarisan
dikorelasikan
budaya dari generasi satu ke generasi yang
edukasi maka harapanya terdapat dekripsi
lain
nilai yang terkandung dibalik
dan
kebudayaan
mengalami
dengan
Dhiwut
sifat nilai–nilai tata cara
transformasi dari generasi tua ke muda
sekaligus saat permainan ini berlangsung.
dengan nilai yang masih cocok diteruskan
Unsur dalam permainan Nini Dhiwut dapat
dan
dikorelasikan
kurang
cocok
untuk
diperbaiki.
dengan
konteks
yang
Menurut Elmubarok (2008: 23) konsep
berkembang dalam masa kini, sehingga baik
pendidikan
adalah suatu proses
aspek folklor, sejarah, dan juga deskripsi
seseorang menemukan maknanya sebagai
yang lain didapatkan guna menjadi bagian
pribadi dimana nilai itu memberikan arti
materi yang terintegrasi untuk disampaikan
bagi jalan hidupnya..dan harapanya dapat
dalam materi pelajaran di sekolah.
nilai
menyentuh bagian terdalam diri manusia
Metode Penelitian
seperti daya refleksi, intropeksi analisa dan kemampuan
menemukan
dirinya
dan
betapa besar harga dirinya. Menurut beberapa pengertian maka Nilai dapat diartikan sebagai ide dalam bahan pertimbangan baik dalam pikiran, maupun
berperilaku
dan
hal
ini
dikorelasikan dengan fenomena permainan Nini Dhiwut. Fungsi pendidikan dikhususkan
terutama
hal ini
menyangkut
pendidikan karakter. Adapun nilai-nilai yang diharapkan berupa delapan belas (18) nilai
karakter
menurut
Kementerian
pendidikan Nasional. Panduan pendidikan
Pendekatan menggunakan
dalam
penelitian
ini
kualitatif. Penelitian yang
sifatnya kualitatif, dalam Moleong (2012:6), bahwa
dalam
merupakan fenomena
cara
penelitian
kualitatif
untuk memahami
subjek penelitian berkaitan
dengan perilaku ataupun persepsi dengan cara
mendeskripsikan
kata-kata atau
bahasa guna memberikan pemahaman dari hasil pengamatan pada suatu konteks khusus dan alamiah. Jenis penelitian yang dipakai
adalah
penelitian
deskriptif
khususnya kajian pustaka dan etnohistoris
134 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
terutama
penggunaan
dimensi
waktu
narasumber kunci dan masyarakat yang
(sejarah) sebagai komparasi dan analisa.
menonton
Aspek percampuran dalam metode ini
permainan tersebut. Sumber data sekunder
digunakan
keilmuan
diperoleh melalui kajian literatur atau
merekonstruksi dan
penelitian terdahulu dan juga artikel yang
sebagai
interdispliner guna
asas
dan
berpartisipasi
menguraikan fenomena dalam penelitian
memperkuat data pertama.
ini.
B. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
sebagai
terdahulu
upaya
yang
menganalisis
sejenis varian
dalam
Dalam penelitian di lapangan bisa
permainan dengan karakter dan kajian
melalui
teoritik yang berbeda guna memudahkan
pengamatan langsung dan mencatat secara
mengambil cara pandang dalam mengupas
deskripsi.
idalah pencatatan subtansi,
penelitian. Dengan adanya dua gabungan
persiapan
permainan, ritual, dan segala
metode ini maka mengisyaratkan adanya
prosesi serta kebendaan permainan
penelitian lapangan yang memungkinkan
Dhiwut
untuk
mengetahui
secara
jelas
beberapa
langkah
berupa
Nini
dalam
Metode observasi digunakan untuk
memenuhi kedalaman kajian ini. Konteks
sumber data dan hasilnya yang diharapkan
metode
penelitian
suatu penelitian. Dari penggunaan metode
Sejarah
sebagai
budaya. ilmu
Pendekatan
bantu
dalam
dan teknik observasi ini, penulis bertindak
penelitian ini meliputi, aspek simbol dan
sebagai
latar belakang
memungkinkan
sejarah
dengan beberapa sumber
dan teks
masa
lampau
pengamat
dan
untuk
kemudian
dengan
mudah
yang
memperoleh segala variasi informasi, yaitu
dianggap relevan. Sebagai tambahan seperti
dengan mengamati situasi dan kondisi dari
jurnal maupun penelitian terdahulu yang
objek yang diteliti.
serumpun oleh peneliti lain, sehingga aspek
C. Teknik wawancara mendalam
mikro maupun makro dalam permainan
Wawancara yang akan dilakukan berupa
Nini Dhiwut bisa dikaji diperbandingkan
yang
melalui beragam hasil penelitian.
unstandarrized interview (Koentjaraningrat,
A. Sumber Data
1983:
Sumber data yang digunakan adalah kualitatif
berupa
tindakan
kata-kata,
terencana 138).
dan Metode
lain-lain. Sumber data primer berasal dari
sehingga
kata-kata tindakan orang
pencarian data.
catatan ataupun alat perekam. Beberapa
unstandarrized
dalam mengulas dan memberikan informasi sebanyak-banyaknya
diamati serta diwawancarai melalui sebuah
terencana
interview dipilih karena lebih fleksibel
selebihnya tambahan seperti dokumen dan yang telah
tidak
tidak
kepada
terlalu
formal
peneliti dalam
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 135
Pembahasan
Dalam pandangan Keraton diperoleh Durga
A. Sejarah struktrur Permainan Nini
sebagai Pembina Asura dan pasangan Siwa,
Dhiwut
dan pandangan
yang lain
berupa Dewi
Arti kata dan juga nama terdapat
yang diseru bersama Makhluk dunia bawah
sejumlah tanda pembahasan sebelumnya,
dalam prasasati yang digunakan guna
pada tataran pertama kata yang diperoleh
menakuti sekaligus mematuhi isi parasasti
sebelumnya tentang Nini sebagai sosok
dicantumkan sehingga
wadon, simbah atau nenek dalam bahasa
negatif tersebar pada masyarakat peri peri
madya yang diasosiasikan nenek dengan
atau rakyat (Santiko, 1992: 295).
sifat pembawaan yang membimbing, namun
Nini
Dhiwut
dengan
variannya
berdasar
kontek religi tertuju pada pada
terdapat adanya dugaan kesenian dari
kata Nini dan Ra Nini, atau dikenal dengan
masyarakat Keraton namun sejak kapan
Bhatari Durga. Bhatari Durga dan Nini
pengaruh tersebut dikenal rakyat, perlu
Dhiwut
cerminan
diulas secara mendalam. Terdapat fakta
pengaruh nama yang sifatnya menjadi lokal,
dalam segi penulisan dalam History of Java
karena seperti ajaran Hindu di Jawa atau
yang menguraikan tentang permainan anak-
bahkan disamarkan, pengaruh tersebut
anak di bawah pohon besar yang bernama
hidup dalam angan dan pikiran orang Jawa
Brindung. Beberapa deskripisi diperoleh
sampai saat ini.
dari sumber antara lain etnografi
salah
satu
diketahui
ragam
pada tataran yang kedua dalam indeks
menjadi
yang
berakibat citra
masyarakat,
dari
Kata Dhiwut ini memiliki kedekatan
Hazeu (1901) secara khusus membahasnya
bunyi (homofoni) berupa kata Dwiya yang
yang memang terdapat relasi Durga dan
berasal dari istilah Jawa kuna yang berarti
juga Kidung Sri Tanjung, Overback (1903)
Dewa, adikodrati, gaib dan berasal dari
menggolongkan sebagai permainan sakral
dunia lain (Wojowasito, tanpa tahun: 78).
di Kalangan anak–anak perempuan Jawa.
Sedangkan
untuk akhiran wut hal ini
mempunyai juwawut
kemiripan
dengan
penyebutan nama Nini dalam Kamus Jawa
yang artinya sekoi atau jenis
Kuno karangan Zoetmulder, tertuju pada
tanaman pangan Kesepadanan
kata
Pada paparan sebelumnya bahwa
(Purwadi, 2006: 126). kata
tersebut
penggabunganya mengarah pada Dhiwut. Menurut penelitian
dari Santiko
konsep
Ra Nini berdasar Sudamala, yang
merupakan bentuk atau sifat Durga dalam bentuk
Raksasi
dalam
kutukan
yang
memang dalam naskah atau relief
kuno
Kedudukan dan Peran Durga Abad X - XV di
salah satunya adalah Sudamala, kidung Sri
Jawa,
terjadi
Tanjung dan juga Gatotkacaswhra. Cerita
pergeseran makna dalam peran Durga.
Sudamala sendiri dipahatkan pada relief di
yang
mengisyaratkan
136 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Candi antara lain di Sukuh dan Tegowangi.
sekitar gunung Pawitra (Penangunggan).
Dugaan yang diperkuat aspek simbolik dari
Menurut Djafar (2009: 135), kemunculan
unsur permainan ini. Sehingga Tinjuan
selain corak bangunan diantaranya seperti
nama Ra Nini,
guna
pemujaan arwah nenek moyang, upacara
mendapatkan peran dan pengaruhnya pada
ruwatan, sihir dan perdukunan sampai
permainan Nini Dhiwut. Pemujaan
pada
dengan pandangan hidup, dan keagamaan
menurut penelitian dari
asli dicontohkan seperti Kidung Sudamala
Dewi
Durga,
perlu diulas
Santiko Kedudukan dan Peran Durga Abad
dan Tantu panggelaran.
X-XV,
pengaruh
yang
mengisyaratkan
terdapat
nampaknya
Secara
unsur
permainan
Nini
pergeseran dalam peran Durga sebagai
Dhiwut apabila dilacak jejak sebelumnya
Raksasi Uma yang memang jauh dari
pada wawancara sebelumnya, memiliki
interpretasi dari sisi Keraton dan tersebar
aspek religi masa Pra aksara dimana unsur
pada masyarakat peri peri.
kepercayaan
Sehingga ajaran mengenai pemujaan
Nenek
moyang
tetap
dipertahankan, sehingga rentangan waktu
kepada Durga kurun waktu tersebut dapat
menjadi
ditarik pada periode Abad XI-XV. Pada
masyarakat di awal sebelum pengaruh
periode
Hindu
pada masa Majapahit akhir
bagian atau
Budha
tepatnya periode Girindrawardhana, pada
kebudayaan Jawa.
Prasasti (Jiyu) Triyalokyalopuri I-III yang
Deskripsi
menyebutkan
upacara
pemujaan
terpenting
cerita
masuk
dari ke
Sudamala
corak dalam berupa
yang
cerita Sri Huma yang bermain serong
dilakukan dharmmasima di Tailokyapuri,
dengan Hyang Brahma dan dikutuk oleh
terutama pemujaan bagi San Rsiswara
Hyang Guru menjadi Bhatari Dhurga yang
Bharadhawaja, Bhatara Wisnu, Pemujaan
dikenal dengan nama Ra Nini. Ia harus
kepada Yama, Bhatari Durga dan Pemujaan
menjalani hukuman selama 12 tahun, dan
di Kabuyutan (Djafar, 2009: 129). Sehingga
selama ini itu ia harus tinggal di kuburan
pemujaan selain aliran Syiwa berlangsung
Setra Gandamayu, Setelah 12 tahun ia
sampai dengan akhir masa Majapahit.
diruwat oleh Sadeva. Bagian kitab lain yang
Pada fase semasa periode Majapahit
menceritakan hal sama terkait kutukan dan
akhir, pengaruh latar religi ini secara tidak
harus berada. Kidung Sri Tanjung sebagai
langsung
hubungan dengan cerita Sudamala yang
terdapat
kondisi
kemunculan
kembali beberapa corak agama asli yang
mengkisahkan
cukup
dengan
berkembang
pada
masa
yang
bersamaan. Hal ini diperlihatkan seperti
Sidapaksa
Istrinya
Sri
anak
Sadewa
Tanjung
tentang
menghidupkan kembali mayat Sri Tanjung.
corak bangunan batu besar Megalithik suci
Pada aspek Sejarah penggubahan
di gunung Lawu maupun yang tersebar di
Kidung Sudamala menurut (Endraswara,
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 137
2015: 134-135) pembacaan
terdapat interpretasi
angka
tahun
atau
Wong Kalang di Kendal, yaitu kepercayaan terkait mitos asal asul bahwa mereka
candrasengkala, teja bayu wangsitipun yang
merupakan
apabila diangkakan 1753 S atau Oktober
penjelmaan Dewata atau seorang mendapat
1831
kutukan dari orangtuanya, dan perkawinan
oleh seorang Puphutut (cantrik)
bernama
Citragothra,
Kidung
keturunan
anjing
dari
yang
dengan seorang putri dan diyakini pula
bercirikan karya sastra Jawa pertengahan
sebagai titisan raja (Muslichin, 2011: 170).
dengan ciri karya sastra pedesaan dan
Selain di daerah Kendal, mitos asal–usul
kemungkinan
Wong Kalang yang lain tersebar di daerah
merupakan karya sastra
Mandala atau karya sastra yang digubah di
timur
pertapaan.
cerita lisan antara lain seperti Kyai Iniwirio,
Kontinuitas nampak seperti
Hoery (2011: 65-74) berpendapat
halnya pengaruh terutama Islam berupa
Siluman
tembang Sunan Kalijogo
tembang
Magetan), Dewi Rayungwulan, Bandung
anak–anak Lir ilir yang memang digunakan
Bondowoso, dan terakhir Joko Sasana yang
untuk penyebaran Islam. Ritus ini pun
berasal dari Bali sebagai tukang pahat pada
berubah
masa Sultan Agung.
yaitu
sedikit fungsi namun makna
persebaran
Islam
tercermin
dalam
Benyang
Yungyang
(daerah
Cerita Kyai terdapat empat cerita
permainan Ini. Pada hakikatnya jika ditarik
mulai
dari
Kyai
Iniwirio,
makna dan nilainya, peristiwa dalam dua
Rayungwulan,
cerita bersetting religi yang
menunjukkan gejala yang sama keterkaitan
Bandung
Dewi
Bondowoso
Dari beberapa observasi dan juga
yaitu adanya sifat kutukan yang tertuju
berbagai informasi Nini Dhiwut di Gebang
keturunan Dewa dan kedua sifat perubahan
memang ditemukan beberapa benda yang
menjadi hewan anjing dan dianggap cikal
dibungkus daun jambu
yang memiliki
bakal dari nenek moyang Wong Kalang.
simbol dalam semiotika dinyatakan sebagai
Sedangkan pada cerita Jaka Sasono yang
indeks, berupa hubungan lebih lanjut yang
bekerja sebagai tukang pahat di Keraton
menurut informan inti kurang bagus untuk
Mataram, hal ini disebabkan ungkapan
dipublikasikan
kemurkaan Sultan Agung
kekerabatan
masyarakat
karena Joko
yang mendukung dari unsur permainan ini
Sasono (berasal dari Bali) menghamili putri
tertuju pada unsur wong Kalang yang
Keraton,
dimitoskan sebagai keturunan anjing oleh
pergeseran menjadi Sona“ atau anjing
kebanyakan masyarakat Jawa.
menjadi tafsiran Putri Ambar Larung kawin
Guna memperoleh informasi yang
ungkapan
Sultan
dan
dengan anjing dan keturunannya yang
jelas, korelasi tentang kedudukan hewan
kemudian disebut orang
tersebut, terdapat pada
mempunyai ekor.
studi tinjauan
“Sana
Kalang
yang
138 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Cerita tersebut tersebar di daerah Purwokerto,
Tegalgendu
(Kota
Gede)
diketahui dari informasi yang memang belum diungkap secara terbuka karena
sampai dengan Sala, Sragen dan Malang
memang informan inti
Selatan
Sehingga
putusnya alih generasi dari Mbah Atmorejo
tidak menutup kemungkinan indeks ini
ataupun Mbah Martoderi akan makna dan
memberikan petunjuk dari identitas dan
filosofi dari permainan Nini Dhiwut. Namun
latar religi
masyarakat Kalang. Guna
pada
memperoleh
deksripsi
penuturannya, Mbah Martoderi berasal dari
(Hoery, 2011: 72-73).
Kalang
dan
tambahan
mengakui adanya
informasi
dari
dari
pengaruhnya dalam permainan ini perlu
Tulungagung
menelusur jeli kedudukan dan peran Kalang
sering
sebelumnya.
Masyarakat Kalang sendiri
Martoderi dan saudaranya sering berdagang
dalam teks sejarah pada masa Perniagaan
dengan pedati (Cikar) menyediakan jasa
kuno disekitar bengawan Solo digunakan
pengantaran barang perdagangan antara
istilah untuk penyedia jasa dalam menarik
Tulungagung
pedati (Lombard 2008: 32).
sampai ke Solo (Surakarta) mengantarkan
Kalang masyarakat
merupakan yang
salah
terbentuk
tepatnya Kalangbret, dulu
diceritakan
dan
pula
bahwa
Trenggalek
Mbah
bahkan
satu
batik dengan corak khas Tulungagung. Dua
dari
ciri
antara lain tukang dan juga penarik
representasi teks pinggiran sejak perluasan
pedati dalam masyarakat Kalang sendiri
wilayah dan perluasan pembabatan hutan
memperkuat asal-usul dari Martoderi yang
Jawa yang mengakibatkan mereka terpaksa
membawa tradisi ini di tengah kekerabatan
merubah gaya hidup, yang memang di mata
di lingkungan Gebang kidul.
masyarakat
dalam
perkembangannya
Sebagai perbandingan dalam sumber
kelompok ini di rangkul Sultan Agung, dan
lain melacak persebaran dan pengaruh
dulunya penebang kayu atau penarik pedati
masyarakat
kemudian seringkali beralih profesi menjadi
Sastroatmodjo
pengarajin kayu (Lombard, 2008: 44).
mengemukakan (2011: 81) ada empat tipe
Mengenai pengaruh Kalang dan juga aspek lain setidaknya ada beberapa catatan, hal
ini
masyarakat
Kalang
sendiri
Kalang
Bojonegoro,
dalam
Hoery
masyarakat Kalang yang tersebar di Jawa diantaranya: a) Kalangjantra
(Kalangbret
atau
mempunyai kepercayaan dan lingkungan
Kalangabrit) yang tersisa di sekitar Blitar
yang
Tulungagung
cukup
terisolir
sepanjang
abad
yang
aslinya
adalah
XVI-XIX. Pada konteks yang lain dalam
pengembaran b) Kalangjarakan yaitu suku
menelusuri unsur kekerabatan nampaknya
Kalang yang tinggal di sepanjang kali
pendukung dan riwayat
Brantas c)
ini diturunkan
secara lisan dari beberapa generasi hal ini
Kalangtulis yang tinggal di
sepanjang pesisir tanah Jawa dan muara
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 139
sungai dan menganut kemurnian sikap
Pada data yang diperoleh baik dari segi
hidup animistis d) Kalangpawilang yaitu
pelaksanaan
golongan berdarah pendeta yang berasal
bergantung tanggapan dari luar daerah.
dari perdikan masa Hindu dan masih taat
Salah satu penyebabnya tiadanya tanah
dengan
lapang
pengaruhnya
sebagai
yang
maupun
tempat
biasanya
masih
dipakai
dalam
Owahgingingsirnya Wong Kalang. Sehingga
Permainan Nini Dhiwut.
dalam temuan data di atas maka identitas
kesempatan hanya sekitar
dari unsur permainan tersebut
penyelenggaraan di daerah asalnya. Dari
dapat
Dalam beberapa
diduga berasal dari golongan Kalangjantra
empat
terutama persebarannya meliputi di daerah
hingga penelitian dilangsungkan hal ini
Tulungagung sampai dengan Blitar.
masih
Sehingga dalam merekonstruksi aspek permainan
ini,
maka
dapat
penyelenggaraan
empat kali
dikatakan
permainan
bukan
lagi
ini
sekedar
rutinitas atau sifat tradisi (keberulangan).
diperoleh
Dari informasi diperoleh selama kurang
permainan Nini Dhiwut terdapat dugaan
lebih enam tahun setelah kebangkitan sejak
pengaruh Keraton yang dibawa orang
tahun
Kalang
penyelenggaraan
terutama dari arah barat yaitu
2009,
terdapat di
enam
ruang
kali
lingkup
Tulungagung yang sampai sekarang masih
Kelurahan Sananwetan dan empat kali
tersimpan
diselenggarakan di luar lingkup wilayah itu.
ingatan
masyarakat
kolektifnya
Dusun
Gebang
oleh terutama
berasal dari warisan lisan Martoderi. Kasiyati
merupakan
maupun
generasi
dari
seni
Sutrisno
instrument
pendukung
dalam
segi
pementasan. Unsur latihan baik gladi bersih,
pewaris lisan pada masa sebelum gejolak
Nini Dhiwut telah menjadi sebagai bagian
politik
pemain
dari seni pertunjukkan yang ditandai segi
merupakan anak turun dari Martoderi dan
persiapan pergelaran. Seperti halnya pada
Atmorejo kerap bermain Nini Dhiwut di
aktifitas persiapan ibu-ibu, dan para remaja
sekitar lingkungan rumah.
Pada tahun
pemegang Nini Dhiwut berkumpul untuk
2009-2010 dengan berbekal memori masa
menyamakan ritme dan juga arahan yang
kecil dari mereka yang masih melekat dan
dikoordinir oleh Kasiyati. Sehingga muncul
upaya pelestarian permainan Nini Dhiwut
kekompakan dan gerakan
kembali
arahan yang sebelumnya telah dilatih.
1965,
diselenggarakan
kedua
ciri seperti kostum, tata cara dan juga
dari
tahun
yang
bagian
pertunjukan, aspek permainan Nini Dhiwut
Para penerus dari permainan Nini Dhiwut
Sebagai
para
ke
dalam
lingkungan bersangkutan pada momentum
bisa
sesuai
Dorongan dalam mengemas permainan
HUT Kemerdekaan Republik Indonesia
dalam
segi
pertunjukkan
antara
lain
2. Fungsi permainan dalam segi Manifet
penambahan instrument pendukung seperti
140 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
kendang dan alat musik lainya. Tambahan
keagamaan cukup kental dalam dimensi
variasi tari, keseragaman kostum yang
religi orang Jawa. Termasuk keyakinan di
dipakai para pemain maupun swarawati
lingkungan kekerabatan Mbah Martoderi
pada saat permainan menjadi salah daya
dan
tarik visual. Secara aspek pertunjukkan
terdapat kemampuan spiritual mistis yang
modifikasi dapat ditemukan antara lain
diwariskan secara turun temurun.
tari–tarian, gerakan teatrikal serta proses interaktif
dengan
penonton
sengaja
Atmorejo
(penggiat
Nini
Dhiwut)
Emosi keagamaan tersebut nampak pada gejala kepercayaan adanya getaran
diadakan sebagai bentuk penghadiran Nini
jiwa
Dhiwut langsung kepada penonton.
konsepsi dunia gaib dalam permainan Nini
Modifikasi tanpa merubah struktur
maupun
Dhiwut.
kepercayaan
Nilai–nilai
berupa
kepercayaan
syarat terutama pemegang yang harus suci.
permainan Nini Dhiwut merupakan bentuk
Langkanya seni ritual permainan ini, masih
dasar dari emosi keagamaan.
banyak faktor yang berpengaruh terutama
2) Fungsi Inisiasi Permainan
pola
sistem
asli seperti bentuk boneka Nini Dhiwut dan
daya dukung internal masyarakat selain dari
dan
mengenai
Nini
perilaku
Dhiwut
pada
yang
kekerabatan pengusung.
dimainkan oleh para lelaki atau wanita
Fungsi Laten permainan Nini Dhiwut.
muda bersama sama dengan beberapa
1) Fungsi Emosi keagamaan
orang yang lebih tua menjadi satu cerminan
Permainan Nini Dhiwut tidak terlepas pula
hubungan
dengan
religi
tentang proses inisiasi (pengukuhan) yaitu
atau
tahapan integrasi dan pengukuhan. Ritus
dibawa
berupa pengukuhan terdapat beberapa
oleh Mbah Martoderi mengggunakan media
unsur contohnya pelajaran adat istiadat dan
salah satu benda yang ditinggalkan oleh
juga seluk beluk hubungan pria dan wanita
hewan tertentu yang menjadi prasyarat
(melalui media alat–alat dapur), tembang
permainan.
yang
kepercayaan orang Kalang yang
Pada
waktu
pembakaran
dinyanyikan
selama
permainan
kemenyan dan juga saat boneka dilakukan
berlangsung, dan
ritual
pihak yang lebih tua. Upacara melalui
penyucian,
kemenyan
dibakar
terdapat inisiator dari
bersama dengan bungkusan daun jambu.
kemasan
Dalam
sengaja dibiarkan dipisahkan dan kembali
perilaku
tahapan
tersebut
menandakan
penghormatan leluhur
Kalang
yang secara simbolis. Permainan
permainan tersebut
individu
disatukan dalam lingkungan baru. Ilustrasi adegan dari perkenalan dan
Nini
Dhiwut
saat membawa boneka Nini Dhiwut dan
melibatkan beberapa hal termasuk dukun
diasapi kemenyan menandakan prosesi
dan juga roh–roh halus, sehingga aspek latar
keterpisahan. Kemudian boneka yang dan
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 141
juga dibawa dengan posisi boneka dengan
melalui sifatnya
membelakangi
(bersifat
boneka dengan ilustrasi
yaitu
improvisasi),
tanpa naskah supel
artinya
cermin dan sisir oleh pawang disertai dialog
dipentaskan
antar swarawati menandakan arti kesiapan
terdapat improvisasi, sederhana, spontan,
perjalanan dari bentuk lama ke bentuk baru.
dan menyatu dengan kehidupan rakyat.
Dengan
Apabila mengacu pengertian di atas maka,
demikian
dianggap
siap
remaja secara
perempuan jiwa
dalam
bisa
disembarang tempat dan
dikatakan Permainan Nini Dhiwut
menyandang status baru dan juga sekaligus
sama dalam prinsip teater rakyat, yaitu latar
siap dalam memainkan Nini Dhiwut.
penyajian diruang terbuka, dan bentuk
3. Teater rakyat berbasis Drama Liturgi
interaktif
dan Drama Simbolis
suasana
pertunjukkan.
Kajian terutama konsep teater atau drama, permainan Nini Dhiwut
yang
4. Mengikat
kembali
identitas (Nilai
gotong royong)
memiliki latar cerita Sudamala maupun Sri Tanjung
menghidupkan
Kegotong royongan dalam upaya
dapat mengarah berupa Drama
membangkitkan permainan ini dimulai dari
Liturgi dan Simbolis. Drama Simbolis adalah
lingkaran kekerabatan keturunan Mbah
drama yang menggunakan lambang artinya
Martoderi dan Atmorejo mereka mengajak
pelukisan lakon tidak langsung ke sasaran
para tetangga lain yang meminati dan
kejadian yang dilukiskan dipergunakan
bahkan menarik perhatian utuk ikut andil
untuk melambangkan kejadian lain.
dalam permainan tersebut. Segala persiapan
Permainan Nini Dhiwut ditafsirkan
permainan yang saat ini dikemas dengan
berdasar sifat pengemasan baik tokoh yang
seni pertunjukkan dan proses persiapan
dibicarakan
sebelum
seperti
Ra
Nini,
Sadewa
tanggapan
gotong
dalam bentuk lain seperti benda maupun
lingkungan Dusun Gebang kidul. Sebelum
tembang merupakan sarana insiasi dan
permainan,
memperteguh nilai kedudukan perempuan.
bukan kerabat ikut berpartisipasi dalam
Selain itu permainan Nini Dhiwut memiliki
permainan
korelasi dengan teater rakyat berdasarkan
swarawati atau orang
sifat dan penyampaianya.
peralatan, sesaji dan lainya.
kajian
mengenai
dengan
secara
maupun Sri Tanjung sengaja dilukiskan
Pada
royong
dikerjakan
beberapa baik
swadaya
individu
sebagai
di
bahkan
pengrawit,
yang menyiapkan
Selama ini dalam permainan seni
perkembangan Teater di Indonesia teater
pertunjukkan
tradisi atau yang disebut dengan teater
dalam atau di luar dusun Gebang umumnya
rakyat
dengan sukarela karena Nini Dhiwut yang
Ahmad (dalam Waluyo, 2008: 75)
berpendapat ciri tersebut
dapat dikenali
yang
diselenggarakan
di
diusung oleh kekerabatan tidak mematok
142 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
tarif sebagaiamana kelompok seni profan
menjadi semacam mores tata kelakuan yang
yang lain.
memiliki unsur pemaksa dan pengendalian.
5. Fungsi Pendidikan
B. Makna
Mengenai permainan Nini Dhiwut terdapat beberapa tradisi lisan berupa tembang.
permainan
Nini
Dhiwut 1. Permainan sebagai Hiburan
tersebut
banyak
Permainan ini merupakan salah satu
dinyanyikan anak–anak dalam
rangka
bentuk ritus inisiasi bersandarkan cerita
hiburan
Lagu–lagu
Simbolik
dan
permainan.
Ragam
lagu
Sudamala dan Sri Tanjung. Bentuk profan
dolanan anak meliputi; (1) proto folksong,
permainan
(2) lagu nina bobo (Lulaby,) (3) lagu profetik
hiburan
wawasan kebijaksanaan ke arah hidup yang
gabungan kekuatan fisik dan emosional dari
baik. Hal ini terkait dengan hal ke-Tuhanan
para pemain yang bersangkutan, baik
dan kemanusiaan, (4) lagu permainan
ketakutan atau kecemasan saat memegang
contoh
lagu
Nini Dhiwut yang dimasuki roh halus
perjuangan, (6) lagu jemah, (7) lagu mantra,
dengan harus memegang erat berlarian dari
(8) lagu sindiran (Endraswara,2005: 99).
tempat yang satu ke yang lainya. Sisi
Ilir–ilir
Gumanthi,
(5)
ini
merupakan
semata
yang
salah
satu
menghadirkan
Beberapa tembang permainan Nini
keberanian dalam mengenal dunia lain
Dhiwut diklasifikasikan lagu yang bersifat
ditanamkan sejak dini dikemas dengan cara
sebagai
mantra karena pemakaian yang
yang menyenangkan. Pada sisi sakralitas,
cenderung disakralkan oleh pendukung
boneka hanya boleh dipegang oleh mereka
budayanya. Dibalik ritual atau mantra dalam
yang disyaratkan pada kondisi suci, syarat
tembang ini terdapat unsur sastra lisan
dan niat yang baik.
berupa edukasi terutama sanepan untuk
2. Unsur
mengingatkan tanpa menyinggung perasaan
Shamanisme
(Pawang atau
Dukun)
dengan kemasan yang halus.
Kedudukan
pawang
dalam
Fungsi pendidikan yang kedua yaitu
permainan ini penting selama permainan
mengenalkan sifat dan ajaran tentang
berlangsung. Seringkali Pawang diambil
adanya makhluk lain sesuai dengan falsafah
dari kekerabatan Martoderi atau Mbah
orang Jawa dalam dimensi kehidupanya
Atmorejo seperti diteruskan oleh Kasiyati
sehingga
tidak
dan Sutrisno. Budaya Pawang atau dukun
langsung melalui permainan Nini Dhiwut.
dekat dengan Istilah Shaman. Konsep
Pada unsur yang ketiga tanggung jawab
Shaman dikenal sebagai dukun dalam
terhadap maratabat dan status yang telah
upacara religi di daerah Siberia akan tetapi
diinisiasi terutama kesucian kewanitaan
seringkali dipakai untuk segolongan dukun
keberanian
ditanamkan
yang
melakukan
upacara
khusus.
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 143
Memanggil arwah ataupun roh halus dalam
dalam kondisi suci, perawan dapat dimaknai
permainan Nini Dhiwut merupakan suatu
gadis yang belum bersuami dan bahkan
upaya menghidupkan boneka Nini dhiwut
dipahami sebagai identitas yang
yang dipegang oleh gadis remaja. Konsep
pernah melakukan hubungan seksual pada
Shaman sendiri merupakan ajaran Pra
lawan jenis. Remaja
akasara
yang
berbagai
berstatus perawan memiliki makna telah
belahan
dunia,
Nusantara
siap dalam menjalani proses berikutnya
diketemukan
yaitu perubahan status dengan pranata
praktiknya
dikenal
dalam
namun
masih
di
kental
dalam berbagai upacara religi. 3. Unsur
Animisme
belum
perempuan yang
pernikahan.
(Penghormatan
leluhur)
Pada aspek kedua terkait kedudukan Ra Nini yang juga disinggung dalam kidung Sri
Pada
bab
sebelumnya
telah
Tanjung
cerita
tersebut
secara
tidak
diuraikan fungsi laten permainan Nini
langsung memberikan beberapa gambaran
Dhiwut
tuturan lisan, terutama menyikapi
merupakan
keagamaan.
Bentuk
bentuk emosi
dengan latar atau sistem
emosi keagamaan
kepercayaan
perihal dunia gaib baik makhluk halus juga
rumah
tangga
mengenai
dengan
Petuah
aspek bijak
romantika, kepercayaan dan
ketulusan dalam perkawinan.
para leluhur tercermin melalui nilai yang
Simbol gandik maupun alu yang
anut sampai dengan tata cara permainan
dibawa oleh remaja laki-laki dapat pula
oleh masyarakat bersangkutan. Pada sajian
memberikan pesan moral akan posisi
cerita
kepercayaan
yang
bersandarkan
Sudamala
dan
kesetiaan
terutama
memiliki pandang lain terkait kedudukan
terhadap perempuan. Kedudukan wanita
Dewa, dan roh halus yang berbeda dengan
yang beralih status sering diibaratkan
India walaupun secara umum lakon ini
dalam masyarakat Jawa sebagai istilah estri.
berasal dari epos Mahabarata dengan tokoh
Estri sendiri mempunyai kereta boso yakni
Kunti, Nakula dan Sadewa Sehingga corak
Angestrining Jiwo (Jiwa kesetiaan) maupun
Animisme turut melatar belakangi
menyandang gelar, Garwa
ritual
permainan Nini Dhiwut. Leluhur dari Mbah
Nyawa yang berarti (separuh nyawa).
Martoderi yang diduga kuat berasal dari golongan
Kalang diselundupkan dalam
tahapan ritual Nini Dhiwut C. Makna
Simbolik
Sigaraning
Apabila bersandar dari latar cerita kedua adegan Nini Dhiwut yang mencari anak–anaknya merupakan cerminan ritual
Remaja pada
Permainan Nini Dhiwut Syarat yang telah diketahui dalam permainan Nini Dhiwut yaitu Perawan atau
pengorbanan memohon untuk mengalahkan para Kurawa, adegan ini makna
mengenai
peranan
dapat ditarik ibu
dalam
merawat dan juga ketulusan pengorbanan
144 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
orang tua kepada umum
anak–anaknya. Secara
perempuan
akrab
dihubungkan
suka cita seperti makan kinang akan merasakan
manis.
Begitulah
gambaran
dengan kesuburan, Daeng (2000: 106)
manusia hidup di bumi dalam mencari
menyatakan
hidup selalu ada pergulatan.
Ibu sering kali dihubungkan
dengan kemampuan untuk melahirkan dan ibu
adalah
ibarat
ladang
yang
Bungan setaman
akan
Bunga
setaman
merupakan
menghasilkan tanaman, dalam kedudukanya
representatif atau pesan yang mewakili
anak perempuan sering kali sejak umur
keberadaan tiga dimensi dalam orang Jawa
agak dewasa sudah harus mengambil alih
yaitu dunia atas tengah dan bawah.
tugas seperti ibunya dalam pengelolaan
Bungkusan daun Jambu
rumah tangga dan dapur di pedesaan.
Seperti yang diuraikan pada bab
Sehingga makna simbolik dari perempuan
sejarah dimana benda yang dibungkus
tidak hanya prinsip kesetiaan namun saat
merupakan salah satu syarat pendukung
beralih status mempunyai kontribusi yang
permainan Nini Dhiwut di Dusun Gebang.
penting baik sisi domestik, pengelolaan dan
Syarat tersebut merupakan satu isyarat
pola pengasuhan. Perempuan dengan peran
identitas pendukung bersangkutan
yang
yang
mempunyai
religi
multidimensi
menjadi
kontribusi
legitimasi
penting di dalam ranah keluarga, sebab
Wong
penanaman nilai dan moralitas yang dianut
penghormatan leluhur Wong Kalang.
oleh anak dapat tumbuh berkembang salah
Cermin dan Sisir
satunya
berkat
kelembutan
dan
Kalang
dan
pengaruh sebagai
bentuk
Cermin dan sisir menjadi unsur
pengorbanan perempuan.
makna
D. Unsur Makna
fisik berupa kecantikan ataupun sifatnya
perlengkapan
Simbolik berdasar dan
tembang
Permainan Nini Dhiwut
visual dan kesejatian baik secara
secara spiritual. 2. Makna tembang dalam Nini Dhiwut
1. Makna Simbolik Sesaji
Makna Tembang Nini Dhiwut antara
Pisang
lain sebagai berikut: Buah Pisang
merupakan salah
1) Makna Religi
perlambang dari kesuburan.
Lir lir tandure wis sumilir tak ijo royo-royo
Gulo Abang (Gula merah)
Tak sengguh penganten anyar
Gula Jawa adalah simbol sel telur. Inang
Cah angon – cah angon penekna blimbing kuwi
Sesaji
dalam
wujud
ubarampe
kinang dan boreh bermakna bahwa bayi yang lahir pasti disambut dengan suasana
Lunyu –lunyu penekna kanggo mbasuh dodotiro
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 145
Dodo tiro - dodo tiro kumitir bedah ing
mengundang
pinggir . Dondomono jlumatono, kanggo seba
akulturasi dan tujuan ritual ini mampu
mengko sore. Mumpung jembar Kalangane,
ditumpuk
mumpung padhang rembulane Suruak horee
mengurangi
(Lir –ilir) padi yang tumbuh berkembang
masyarakat yang masih mempercayainya.
dan
padinya
Nini
Dhiwut
sedemikian isi
menandai
rupa
tujuan
tanpa
dalam
akar
tampak Menghijau sekali
Tembang Lir ilir yang mengajarkan
Indah seperti pasangan penganten baru
mawas diri akan sebelum proses akhir
Pengembala panjatkan pohon blimbing itu
ditandai kalimat kanggo mbasuh dodotiro,
Biar licin
tetap panjatlah Sebagai bekal
kanggo sebo mengko sore. Secara pengertian
mencuci baju Bajumu itu telah robek
essensi ruwat memiliki makna bersih dari
pinggirnya
bekal
pengaruh jahat dan tataran indeks kedua
menghadap nanti sore Mumpung masih
jika melihat pengertian dari Sudamala
banyak kesempatan, dan rembulan yang
bersih dari kotoran.
menyinari, Soraklah sorak hore.
2) Makna Ruwatan
Jahitlah
sebagai
Konsep tembang Lir
ilir Menurut
sawah secara urut penggambaran hidup
Lir ilir lir gumanti, cabuk cinde lirgunanti Geang geong ngelayoni Ngelayoni Putra Agung No agung ndene Dewo Ndene sukma, midodari tumurana jo suwe “ dalam, ramekno cah dolanan, dolanane cah perawan Suruak hore Lir-lir (tumbuhan padi yang tumbuh
manusia. Lagu sakral itu menunjukkan
menghijau) berganti, sabuk cinde yang terus
mawas diri Sehingga adaptasi permainan ini
berganti (cinde berarti adalah sebutan ikat
mendapat pengaruh dari Islam.
pinggang yang bermotif cinde yang biasa
Endraswara (2006: 224-225) Dalam lagu ilir diyakini sebagai gambar
langkah–
langkah
manusia.
Perjalanan
perjalanan hidup
hidup
manusia
diibaratkan
seperti tumbuhkan tanda (tanaman padi) di
Penguasaan
lima
nafsu
dalam
konteks religi dapat pula dimaknai sebagai unsur manajemen emosi dalam sifat dasar manusia. Unsur adaptasi ini bisa dapat dimaknai pada mantra awal seperti Lir ilir yang
diketahui
tembang Lir lir dalam
tembang dolanan anak
digunakan Sunan
Kalijogo sebagai dakwah agama Islam pada masa
perkembangan
awal
di
Jawa.
dipakai oleh bangsawan di jaman kuno) Terkaparlah jasadnya Jasadnya putera agung Putera Agung ada Dewa ada di dalam juga sukma, bidadari segera turunlah Jangan terlalu lama, ramaikan anak bermain, permainannya anak perawan sorak hore Lirik pada tembang No agung ndene Dewo Ndene sukma, midodari tumurana
Tembang Lir lir yang menjadi dalam satu
tersebut
pembuka
bersatunya Sadewa dengan Bhatara Guru
tembang
mantra
guna
menyajikan
ilustrasi
cerita
146 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
dalam meruwat Sadewa dan juga Ra Nini yang kemudian dalam bait selanjutnya telah berubah menjadi kembsli menjadi wujud cantik
dan
seisi
Gandamayu
berubah
bidadari. Pada lirik tembang tersebut dapat dimaknai
pada
tataran
bangkitnya Sri Tanjung
kedua
proses
ditandai dengan
diksi layon putro Agung (jasadnya putera
Yo mapak bocah bajang rambute arang abang (3x) Mari membuang anak bajang rambutnya jarang dan merah Manten anyar lagi teka 2x ( 3 x) Ayo menjemput anak bajang rambutnya merah jarang xxx Bagikan janda tua sedang datang, janda tua kamu bagikan Pengantin baru sedang datang Pada
lirik ke sembilan di atas hal
agung) yang dibangkitkan oleh Durga dan
tersebut juga ditunjukkan adanya proses
ruwatan telah dipaparkan dalam ulasan
perbedaan pengunaan
sebelumnya Ra Nini berhutang budi karena
(lirik keempat)
pernah diruwat Sadewa. diwakili pada
kesembilan
aspek transformasi atau perubahan menjadi
menunjukan substansi menjelang ruwatan
widodari bagi Ra Nini dan juga jiwa yang
akan tetapi pada bait ke Sembilan ini
bersih
bersifat
Sri
Tanjung
karena
kesetianya
terhadap sang suami.
antara Mbuwak
dan Mapak pada lirik
perbedaan
jika
kata
disandarkan
tersebut
pada
cerita
Sudamala terjadinya musabab kerasukan
Yo ngguwak bocah bajang rambute arang
Kunti karena dirasuki Kalika dan ditambah
abang (3x)
adegan boneka yang mencari alu maupun
(Mari membuang anak bajang rambutnya
gandik yaitu Nakula dan Sadewa. Apabila
jarang dan merah)
makna ini dtarik secara substansi Ruwat
Pada lirik keempat terdapat diksi Ngguwak
Bocah
sebelumnya
Bajang
Pada
atau lukat yaitu membersihkan pengaruh
bab
jahat, yang sampai hari ini aktifitas tersebut
bocah bajang dipahami oleh
masih dilakukan masayarakat Jawa sebagai
orang Jawa sebagi bayi yang meninggal pada
sarana keselamatan.
tataran kedua konteks ini menjadi bentuk
3) Makna Inisiasi
dan sifat tentang ruwat, adapun bocah bajang
yang
dikenal
adalah
pemotongan rambut gimbal
tradisi
di daerah
Dieng yang sekarang masih dilakukan. Lirik tersebut
juga
mewakili
latar
cerita
No agung ndene Dewo Ndene sukma, midodari tumurana jo suwe “ dalam, ramekno cah dolanan, dolanane cah perawan Suruak hore Pada bab fungsi inisiasi telah diulas
penyucian Sadewa yang memang masuk
mengenai aspek pubertas
dalan kategori Wong Sukerto
dewasa)
diuraikan
yang telah
bab kedudukan Durga dalam
latar cerita Sudamala sebelumnya.
(masa
lirik tembang ini bermakna
mempertegas
status
dan
pemegang boneka Nini Dhiwut.
kedudukan
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 147
4) Makna tanggung Jawab
jawab untuk berkerja dalam memenuhi
Nyo uceng nyo lengo dimar mancung ndang ulirno Mbok rondo jak dolanan, dolanane rujak degan Rujak degan ora doyan jalukane padhang bulan Suruak horee (Inilah lampu dan ini
minyak
sumbunya berdiri segera kelilinglah Janda tua ajak bermain, permainannya
rujak
kelapa muda Rujak kelapa muda tidak suka permintaannya bulan purnama sorak horee) Makna moral tembang ini kontekstual
dapat
diartikan
secara guna
memantapkan hati hal ini diperkuat dengan diksi “ rujak degan atau (rujak kelapa muda), (makanan yang dipercaya untuk selamatan
setelah
menikah)
karena
menikah dipercaya sebagai ritus peralihan dalam kehidupan yang memiliki jenjang cukup panjang dan berbagai konsekuensi (masa krisis) bagi pasangannya. Kil cukil kambil sing nyukil paman juragan Rujak degan ora doyan, jalukna padhang mbulan, re –re Wong lanang ra doyan gawe, yen mangan puluke gede suruak hore Mencungkil kelapa yang mencungkil paman juragan Rujak kelapa muda tidak suka, mintalah terangnya bulan, Laki–laki tidak suka bekerja jika makan dengan suapan banyak sorak hore Aspek tembang ini mengisyaratkan makna remaja laki-laki yang memegang alu dan gandik selaku calon kepala rumah tangga
mengamanahkan prosesi tanggung
kebutuhan rumah tangga. 5) Makna Romantika (perjodohan) Wok awi imo-imo” Delimo kembange putih yo bapak yo ndoro rabi patih isuk sore salin tapih ndoro muas, mas sinang kling suwangsa inten berlian bebet iket dua lolo ..ing “Wok awi imo – imo” Delima bunganya nampak putih ya bapak ya tuan muda “ Menikah dengan patih pagi sore berganti pakaian tuan muas Bagaikan logam mulia yang dihiasi intan dan berlian Ikatan kain dua lolo ..ing Diksi rabi demang
dapat diambil
makna terkait konteks dan latar struktur birokrasi dan tugas dalam kerajaan di masa lampau, sehingga lirik tersebut mewakili jiwa zaman
pemakaian permainan yang
digunakan oleh kalangan Keraton. Pada makna kedua Rabi demang menjadi salah satu isyarat perjodohan dalam melakoni fase pernikahan, sehingga makna indeks hubungan dalam permainan Nini Dhiwut para remaja perempuan dianjurkan dalam menghadapi proses
peralihan berupa
pernikahan. Kembang jambu sedompol isine telu, ono prawan ayu2, ono joko Mbanting kethu ..suruak horee Bunga jambu yang berisi tiga biji, ada perawan cantik, ada jejaka membanting peci ...bersorak hore (Kembang eleng “ enek dayoh gak dileleng. di deleng kelangan Tumpeng sing dideleng joko ganteng ...suruak horee
148 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Bunga eleng, “ada tamu tidak diperhatikan, dilihat kehilangan Tumpeng yang dilihat perjaka tampan). Makna tembang ini bisa ditafsirkan pada kalimat enek dayoh gak dileleng. di deleng kelangan tumpeng sing dideleng joko ganteng nasehat untuk gadis untuk tidak melihat
sesuatu
diibaratkan
dari
luarnya
yang
“perjaka tampan” sehingga
dalam aspek perjodohan harapan tersebut di amanahkan kehati–hatian dalam melihat sesuatu jangan dinilai dari luarnya. Karena tembang ini juga memiliki makna nasehat kehati-hatian
dalam
menjalani
aspek
romantika yang kental melekat dalam citra gadis remaja. Nilai
dalam permainan
halus
yang
pada
umumnya memang dalam setiap religi kerap diajarkan. Pada lagu Lir ilir aspek religi
tersebut
dapat
dimaknai
mengingatkan individu tentang
proses
kesalihan secara pribadi, daya introspeksi, berserah diri dan juga budi pekerti tentang pengendalian
sifat
dasar
emosional
manusia. 2. Nilai Kejujuran Pada saat memegang boneka Nini Dhiwut diisyaratkan pemegang atau orang yang berhak dalam kondisi suci. Dengan demikian
namun
dalam
syarat
oleh
pendukung budaya ini mempunyai makna kejujuran. Hal tersebut dapat
dicontohkan beberapa orang yang sukarela tanpa harus diperiksa secara kondisi status
Nilai edukasi
yang terkandung
permainan Nini Dhiwut
merupakan
roh-roh
dalam hal
Nilai Edukasi
Nini Dhiwut dalam
terhadap
amanat
dipandang penting
dan
pesan
ini yang
disampaikan secara
keperawanan ataupun kesucian dengan spontan
dengan
delapan
belas (18) nilai karakater, adapun aspek pendidikan Karakter
yang terkandung
dalam permainan Nini Dhiwut terdiri dari: 1. Nilai Religius Percaya
untuk memegangnya
selama permainan berlangsung. 3. Nilai Tanggung Jawab
tersurat maupun tersirat. Nilai edukasi tersebut dikorelasikan
bersedia
Nilai tanggung jawab merupakan sifat individu yang diharapakan menyangga, atau
menjaga
apa
yang
diamanahkan
bersikap ke dalam diri dan keyakinanya. Permainan Nini Dhiwut sebagai pengukuhan terhadap identitas status ditandai isyarat
kepada
Tuhan
pada
umumnya merupakan pengakuan terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta segala makhluk serta isi bumi dan alam semesta. Kepercayaan terhadap Tuhan diwujudkan dengan pemelukan terhadap salah satu agama tertentu dan
juga
kepercayaan
tentang kondisi masih suci (perawan) batas kesucian ini masih menjadi keyakinan dalam bahasa Jawa menjadi tatanan yang dikemas menjadi tontonan dan tuntunan yang sampai saat ini dipegang teguh oleh masyarakat Bentuk
nilai
lingkungan yang
Gebang
dikemas
kidul. melalui
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 149
permainan ini tercermin pola asuh dalam
indikator
segi gender terutama edukasi mengenai
Sekolah Menengah Atas. Sajian materi
status yang diemban oleh anak perempuan
tersebut dapat dikorelasikan pada materi
dalam menjaga status kesucian sampai
pokok pembelajaran Jejak sejarah di dalam
dengan batas yang telah disepakati seperti
sejarah lisan (foklor, mitologi, dongeng,
pernikahan sebagai pranata sosial dan
legenda, upacara, dan tembang tradis ) dari
pranata seksual. Tatanan atau pranata ini
berbagai daerah di Indonesia. Ada pun
dapat digolongkan sebagai bagian folkways
beberapa
maupun mores
menerangkan
dengan sanksi ringan baik
pembelajaran pada kelas X di
unsur hal
yang
dipakai
ini,
Nini
Dhiwut
secara ejekan maupun sanksi yang berat.
merupakan
Pada aspek yang lain terutama senepan
menonjolkan unsur
pada tembang kil cukil kambil
dan kontinuitas sejarah. Adapun bahan ajar
hal ini
ritual
guna
permainan
yang
adaptasi, paralelisme
tercermin tanggung jawab serta kedudukan
yang dapat dipergunakan guru meliputi
pria akan menafkahi keluarga. Tidak hanya
a. Makna dan kedudukan perempuan Jawa
lirik yang banyak dibicarakan perempuan
1. Hubungan dengan alat alat dapur, dalam
namun kedudukan remaja laki laki sebagai
istilah Jawa sebagai repesentasi peran
calon suami tetap disinggung.
domestik perempuan.
Tanggung jawab yang lain yang
2. Makna
perawan,
dimana
makna
menjadi nilai budaya Jawa sampai saat ini
pubertas merupakan simbol peralihan
adalah peran dan kedudukan wanita sebagai
seksualitas
pelengkap
pendidikan seksual.
(konco
wingking)
sehingga
interpretasi perempuan acap kali sebagai sarana kesuburan pengelolaan
tersurat pula seperti
simbol
halnya
pola
bagi
perempuan
dan
b. Unsur nama terutama Ra Nini
yang
dipengaruhi unsur zaman Hindu Budha, Islam dan tradisi lokal
yang diambil
pengasuhan anak-anak. Nilai ini merupakan
dari Kidung Sudamala dan Kidung Sri
modal
Tanjung sehingga adaptasi budaya dan
sebuah
penghayatan
dan
juga
menjadi unsur penting bagi kedudukan
keberlanjutan
perempuan
yang
terus
mengalami
budaya lokal dan dikorelasikan dengan
pergulatan
tafsir
dalam
tantangan
perkembangan zaman. Pada sajian Kurikulum pendidikan sejarah
persilangan
materi Sejarah Nasional. c. Unsur
Kontribusi pada Mata pelajaran Sejarah
menjadi
Dinamika
Budaya
terdapat
pasang dan surut pendukung permainan ini.
terutama KTSP tingkat Satuan
d. Unsur tembang dalam bentuk (sastra
Pendidikan, beberapa nilai pada penelitian
lisan) yang dinyanyikan saat permainan
ini, dapat dikontribusikan
berlangsung.
ke dalam
150 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
e. Unsur pendidikan seni dalam permainan
masyarakat Kalang. Permainan Remaja Nini
Nini Dhiwut dikaji dari sudut pandang
Dhiwut dalam segi Pewarisan
aspek visual (gambar) dan teatrikal
dinamika dengan proses pasang surut dan
(olah gerak) dan seni vokal ataupun
hidup kembali. Permainan ini kembali
latar cerita.
dibangkitkan dan dimainkan kembali pada Penutup
Sejarah Dhiwut
Permainan
dusun
memiliki
tahun 2009 dengan dikemas sebagai seni remaja
Gebang
Nini
merupakan
permainan sakral sekaligus bersifat profan.
pertunjukkan diteruskan
yang oleh
sampai
saat
Kekerabatan
ini Mbah
Martoderi dan Atmorejo.
Nini Dhiwut merupakan salah satu dari
Nini Dhiwut Dusun Gebang sebagai
ragam permainan Nini Thowong ataupun
bentuk folklor Jawa lebih
sebutan yang tersebar baik di Jawa Tengah
hiburan dan pertunjukkan yang keberadaan
maupun
masih
Jawa
Timur.
Perjalanan
dipertahankan
berfungsi
masyarakat
yang
permainan Nini Diwut telah menjadi salah
bersangkutan. Adapun fungsi dari Nini
satu dari sekian contoh dari permainan
Dhiwut
lokal yang diajarkan dalam bentuk tuturan
sebagai pertunjukkan yang bersifat hiburan.
lisan yang kondisinya sempat mengalami
Fungsi
pasang surut bahkan mati suri karena
permainan Nini Dhiwut terdiri dari fungsi
berbagai
Dhiwut
emosi keagamaan, sebagai ritus atau sarana
merupakan bentuk kesenian Keraton yang
inisiasi para remaja, Teater rakyat dalam
pengaruhnya ke pinggiran dan menjadi
bentuk Drama Liturgi dan Drama Simbolik,
tradisi rakyat. Adapun sifat kesejarahan
Fungsi Gotong Royong, Fungsi pendidikan
dikaji dari segi aspek sastra lisan baik
dalam bentuk mores maupun folkways.
faktor.
Sejarah
Nini
instrument tembang dan aspek
simbolis
mengalami pergeseran peran Manifest
Makna
(tidak
Simbolik
disadari)
Pertama,
dari
dari
lainya menyimpan
berbagai. informasi
permainan Remaja Nini Dhiwut menyajikan
antara lain tentang
kedudukan Durga di
unsur hiburan yang dibalut, ritual Animistik,
Jawa, Karya sastra Jawa berupa Kidung
shaman dan juga pengaruh Hindu sampai
Sudamala dan Kidung Sri Tanjung, Sejarah
dengan Islam serta tradisi lokal. Makna
kertas
simbolik
(dluwang)
dan
konteks
Kedua,
Nilai
kedudukan
penggunaannya, kedudukan demang tugas
perempuan tentang kesuburan, dan nilai
dalam keraton, kedududukan dan religi
tentang
masyarakat Kalang. Riwayat permainan
kesetiaan. Pada aspek
Remaja Nini Dhiwut dusun Gebang dibawa
dihadirkan
oleh Mbah Martoderi yang berasal dari
kesuburan, tanggung jawab, keteguhan dan
Tulungagung
peran
diduga
kuat
merupakan
kepasrahan, pengorbanan, dan yaitu
domestik
perlengkapan yang terdiri
atas
perempuan
nilai Jawa.
F U N G S I P E R M A I N A N N I N I D H I W U T ………| 151
Sedangkan makna simbolik pada tembang mempunyai makna religi terdiri atas sifat mawas diri, unsur ruwat, sedangkan makna simbolik lainya
yaitu
inisiasi, tanggung
jawab dan romantika (perjodohan). Nilai– nilai edukasi yang dapat dimaknai dan dikorelasikan dengan pendidikan karakter antara lain nilai religius, kejujuran, dan tanggung jawab. Daftar Pustaka Dananjaya, J. (1991). Indonesia.Jakarta: Pustaka Grafiti.
Foklor Utama
Djafar, H. (2009). Masa Akhir Majapahit. Girindrawharddhana dan Masalahanya. Jakarta: Komunitas Bambu. Endraswara, S. (2015). Sejarah Sastra Jawa. Teori Evolusi dan Transformasi. Yogyakarta: Ombak. Endraswara, S. (2005). Tradisi Lisan Jawa.Warisan Abadi Budaya leluhur. Narasi: Yogyakarta Endraswara, S. (2006). Sinkretisme simbolik dan sufisme dalam budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi. Hazeu, G. A. J. (1901). Nini Towong . Tijdschrift voor Indhische..uitgegeven door het. Bataviaasch Genostchap Van Kunsten En Wetenschappen. Van Ronkel,PHS. (Ed). Taal,Land En Volkukenkunde door Deel XLIII. (hlm 36 -107). Batavia: Koninklijk Instituut Taa-,land-en Volkenkunde. Hoery, J. F. K. Mitos Asal usul wong Kalang. (2011). Anas Abdhul G & Dhanu Priyo Prabowo (Eds), Napak tilas Wong Kalang Bojonegoro. (hlm.77-82). Yogyakarta: Dewan Kepurbakalaan kabupaten Bojonegoro (DKKB), Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro, Elmetera Publishing.
Iskandar, A K. (2012). Pepak Bahasa Jawa.Cara Gampang Sinau Cepet lan Tuntas Basa Jawa.Yogyakarta: Penerbit Aswaja Pressindo. Kaplan.D & Manner, R. Terjemahan Landung Simatupang. (2002). Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Mulder, N. (1996). Pribadi Dan Masyarakat Di Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. cetakan ketiga puluh. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwadi. (2006). Siti Mazizah, Sugeng Purwanto dkk (Eds). Kamus Jawa – Indonesia Indonesia Jawa. Yogyakarta: Bina Media Prabowo. D P dkk. (2007). Glosarium Istilah Jawa. Yogyakarta: Narasi. Spradley, J P. (1997). terjemahan Misbah dkk. Metode Etnografi. Yogyakarta : PT Tiara Wacana. Syam, N. (2007). Madzab-Madzab Antropologi. Yogyakarta: Lkis. Sudikan, S Y. (2001). Metode Penelitian Kebudayaan.Surabaya: Citra Wacana. Tirtarahardja, Umar & La Sulo,S.L. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. http//www.Blitarian.com. Tradisi Nini Dewut. (online) Diunduh tanggal 20 Agustus 2010