Part 1
Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamarku berhasil membangunkanku. Huah rasanya masih ingin terlelap. Kulirik jam dinding, ya menunjukkan pukul 06.15 pagi hari. Aku segera menyambar handukku dan siap-siap untuk ke sekolah. Hai, namaku Putra. Aku siswa kelas 3 SMA. Saat ini, adalah tahun ajaran baru. Aku termasuk salah satu anggota OSIS, yang bertugas untuk ‘memlonco’ para murid baru. Atau yang lebih dikenal dengan Masa Orientasi Siswa. Ini adalah ajang untuk para siswa/siswi senoir untuk mencari mangsa baru atau sekedar PDKT dengan adik-adik kelas. Mungkin disini aku termasuk kakak kelas yang ‘kece’ dan tampan kali ya hahaha. Terbukti loh, soalnya selama MOS ini banyak banget adek kelas yang follow akun twitterku. Ceileh. “Eh, lo bantu gue ya ke kelas 1-A. Gue ribet nih,” “Yaelah Ndo. Gitu doang ribet. Ogah ah gue banyak urusan,” aku menimpali jawaban Nando, lalu pergi. Sebenernya aku pengin masuk ke kelas 1-A. Tapi ada sesuatu yang bikin aku males. Sesuatu itu adalah mantanku sendiri. Ya, Vina namanya. Apalagi kalau diinget kelas 1-A terkenal cantik-cantik banget di tahun ajaran ini. Hmm setelah berfikir sekian detik, aku memutuskan untuk pergi ke kelas 1-A. Bodo amat deh, ketemu Vina ya kusamperin, syukur-syukur sih nggak ketemu. Aku pun mengintip dari balik jendela kelas 1-A. Kulihat Vina sedang memarahi seorang murid baru, kayaknya sih gara-gara telat. “Ma..maaf kak,” “Apa? Maaf? Kamu telat udah lewat dari 15 menit dek. Siapa sih nama kamu? Baru hari pertama MOS aja udah berani bikin onar.. Hmm, nama kamu Beby ya?,” tanya Vina dengan garang sambil memperhatikan kertas bertuliskan nama yang digantungkan di leher gadis itu. Aku memutuskan untuk tidak memasuki kelas itu. Ini nih yang aku nggak suka dari Vina, dia suka memperbesar masalah yang sebenernya sepele.
“Eh lo ngapain disini? Katanya nggak mau ke kelas ini?,” kata Nando mengagetkanku. “Sssst, jangan keras-keras Ndo. Vina liat gue, bisa berabe. Males gue ketemu Vina. Eh itu siapa sih yang telat? Berani juga dia ya, murid baru udah dateng telat,” “Namanya Beby. Pindahan dari Surabaya. Dia telat soalnya dia ke bandara dulu jemput ayahnya. Makanya gue mau bilangin ke Vina, biar jangan semena-mena gitu sama Beby,” “Oh gitu, yaudah gue pergi dulu ya Ndo. Mau cek kelas lainnya,” Baru beberapa langkah menjauh dari kelas 1-A, terdengar sebuah suara...... “Putra, berhenti dulu dong,” kata Vina sambil menarik tanganku. “Hai Vin, sorry ya gue keburu-buru. Mau cek kelas lain,” “Put kenapa sih lo ngehindar terus dari gue. Oke gue tau, kita emang udah putus. Tapi lo tau kan ka..,” Aku segera pergi dari hadapan Vina sebelum dia menyelesaikan perkataannya. Tak kupedulikan suara Vina yang masih memanggil-manggilku dari kejauhan. Aku inget 2 tahun lalu, ketika aku dan Vina baru PDKT. Indah banget. Bahkan sampai sekarangpun, rasa sayang dan kagumku ke Vina masih ada. Tapi rasa ini nggak sebanding sama sakit hati yang aku rasain.
Hubunganku dan Vina awalnya sangat mesra. Mesra pake banget. Kita bahkan pernah jadi pasangan idola di sekolah. Aku sayang sama dia. Dan pada awalnya pun kukira dia sangat menyayangiku. Hingga semakin hari sikap Vina berubah. “Vin, jalan yuk. Lama loh ga nge-date?,” kataku “Emmm, maaf ya nggak bisa sekarang. Aku banyak tugas,” Awalnya aku memaklumi, karena aku memang tau bahwa Vina adalah gadis yang rajin dan pintar. Dia sekretaris OSIS, dan aku tau itu membuatnya super sibuk. Aku berusaha memahaminya dan membuatnya tidak terbebani akan hubungan kita. “Vin, pulang bareng yuk?,” “Eh engga deh, aku dijemput supir hehehe,” Berulang-ulang, kejadian seperti itu terjadi. Awalnya kumaklumi. Hingga suatu hari
aku melihat nilai Vina merosot drastis. Hingga Bu Guru, yaitu Bu Diasta sempat menyalahkanku. “Lebih baik kamu sudahi hubungan kamu sama Vina. Kamu lihat kan nilai Vina sekarang?,” kata Bu Diasta. “Ibu harus tau, bahwa sekarang bersama Vina pun saya jarang Bu. Saya kira hubungan saya dan Vina sama sekali tidak mengganggu dia. Untuk telfon-telfonan dengan Vina pun saya nggak pernah Bu,” kata ku. Hingga suatu hari, salah satu temenku, namanya Brian memberitahu sebuah hal kepadaku. “Put, lo masih sama Vina nggak sih?,” tanyanya “Heh, masih lah. Gue mah awet sama dia,” “Masa? Kemaren gue tanding basket sama anak SMA Nusantara tuh. Gue liat Vina sama salah satu anak basket. Mesra banget. Boncengan bro,” “Hah? Vina nggak gitu. Gue tau kok,” kataku sambil meninggalkan Brian. Jujur, Brian sahabatku dari kita SMP. Mana mungkin dia berbohong? Aku mulai mencari tau kebenarannya. Aku meminta tolong temanku, yaitu Edwin. Dia adalah seorang hacker ternama di sekolah ini. Aku memintanya untuk membuka facebook Vina. Yah meskipun aku harus membayarnya dengan tiket nonton film. Tapi it’s okay. Aku rela. Facebook Vina pun terbuka. Kubuka dan kulihat pesan masuknya. Aku menemukan sebuah fakta yang tidak bisa kupungkiri. From: Nino Angkasa W Besok jangan lupa ya Vin, kita date bareng. Aku jamin deh, nggak akan ketauan Putra hahaha. See you Reply: Hahaha ok gue sih gampang aja. See you tomorrow. Oh. Jadi ini. Aku terus membaca pesan masuknya. Hingga kutemukan bahwa esok, Vina dan Nino akan nge-date ke Kafe Bloody seberang sekolahannya Nino. Oke fine. Besok aku bakalan nongol disana.
Tepat keesokan harinya, pukul 15.00.... Aku sengaja tidak menampakkan batang hidungku di Kafe itu. Aku bersembunyi di balik sebuah tirai dan mengamati perbincangan mereka. “Gue sebenernya nggak mau gini terus. Sama aja gue jadi selingkuhan lu Vin,” kata Nino. “Sabar Nin. Gue bakal cari waktu yang pas untuk.... Belum selesai Vina berbicara, akupun muncul. “Untuk apa Vin? Untuk mutusin gue? Yakan? Gak nyangka gue. Kalo emang itu yang lo mau, gue bakal nurutin. Longlast buat kalian berdua ya,” kata ku sambil pergi. Semenjak itu, hingga sekarang ini. Semua memori tentang aku dan Vina berusaha kuhilangkan. Meskipun belum sepenuhnya hilang. Aku nggak tau gimana kelanjutan hubungan mereka, dan aku pun sama sekali nggak ingin tau tentang itu. “Woy ngelamun aja lu. Yuk ikut gue sekarang,” Siapa lagi kalau bukan Nando, teman ku yang satu ini emang paling suka bikin orang kaget. “Ngapain sih? Lagian siapa juga yang ngelamun?,” “Ih, sekarang bagian lu buat ngawasin persiapan anak kelas 1 unjuk bakat besok. Elu kebagian ngawasin ruang musik sama ruang dance. Haha gue tau elu ngelamun barusan, mikirin Vina ya pasti? Atau ada adek kelas yang bakal jadi gebetan lo? ” katanya meledek. “Kenapa mesti gue coba? Ih apa sih lu? Harusnya elo tuh yang cari gebetan, dari dulu lo kan jomblo mulu. Yodah gue cabut ya,” Jam 10 pagi.. Hmm ini jadwal latian unjuk bakat untuk kelas 1-A. Berharap sih semoga nggak ada Vina. Soalnya aku tau banget, ruang kesukaan Vina adalah ruang musik. Dan kebetulan dia jadi kakak pembimbing di kelas 1-A. Wah bisa gawat kalau ketemu. Aku inget waktu Vina bawain lagu kesukaan aku dan dia di ruang musik. Duh flashback lagi nih kan jadinya.
Begitu banyak waktu ku tempuh Untuk mencari cinta
Tapi apa daya kecewa kudapatkan nanana Begitu banyak waktu kujalani, tanpa sebuah jawaban Dan inilah saatnya kau akhir penantianku huwooo Kan bener kan, sayup-sayup lagu itu. Lagu milik Kerispatih yang sering kita nyanyikan bersama dulu. Ku mengintip di balik pintu ruang musik. Vina menyanyi dengan anggunnya. Diiringi piano yang dimainkan oleh tangan mungilnya. Membuat perasaanku semakin dalam padanya. Ah udahlah, aku harus liat ruang dance juga. “1..2..3..4, Eh bukan gitu gerakannya Mel. Salah tuh, harusnya gini.. Iya iya gitu,”.... Suara siapa sih itu? Sok jadi guru dance banget. Karena penasaran, aku segera masuk ke dalam ruang dance. “Loh itu kan Beby? Anak yang tadi pagi telat? Loh jago dance juga dia,” gumamku. Tak kusadari keberadaanku membuat mereka berhenti menari. Mungkin karena malu. “Ih ngapain sih kamu? Ngapain masuk ruang dance? Mau ngikutin gerakan kita ya? Pergi sanah,” kata Beby dengan nada tinggi. Aku kaget dan setengah melonjak. "Eh engga kok, beneran deh." jawabku gugup. Lalu kulihat seorang temannya memanggil dan membisikkan Beby sesuatu. “Hah? Masa sih dia kakak kelas? Duh gue nggak tau Pris,” kata Beby sambil memandangku. “Iya. Ah elu kemane aje sih Beb,” Aku tersenyum melihat pembicaraan mereka. Walaupun mereka berbisik-bisik, namun aku bisa melihat dan menebak apa yang mereka bicarakan lewat mimik mulut dan wajah mereka. “Ehem, ngapain bisik-bisik? Baru sadar kalo aku kakak kelas?,” kataku dengan nada sedikit menyindir. “Hehe maafin Beby ya kak. Dia belum tau kalo kakak itu kakak kelas. Kenalik kak, aku Frieska. Ini Beby,” “Oke. Gak masalah. Silahkan lanjut latihannya. Sukses buat besok ya,” kataku sambil tersenyum dan menutup pintu. Aku sempat mengintip beberapa saat melalui celah pintu di ruang dance. Begitu
energic. Siapa? Ya Beby tentunya. Akupun mendengar pembicaraan mereka. "Ih payah banget gue. Bisa-bisanya nggak nyadar kalo itu kakak kelas. Mana cakep banget," kata Beby. "Ah jatoh citra lu deh Beb di mata kaka ganteng tadi," kata Frieska menyahut. Aku hanya tersenyum di balik pintu dan kembali berjalan menyusuri lorong.
Part 2
Lumayan capek ya ngawasin adik kelas yang mau unjuk bakat. Kulihat di ujung lapangan, Vina menangis dan merenung. Samperin nggak ya. Hmm akhirnya sebagai ‘mantan’ yang baik, aku berniat untuk menghampirinya. “Hai Vin, kenapa lu? Ada masalah sama Nino?,” tanya ku. “Lu bener ya, karma pasti ada. Kemaren gue putus sama Nino. Dia selingkuh. Gue nyesel banget lepasin lu demi dia,” kata Vina dengan tatapannya. Duh tatapan Vina yang
kayak gini nih yang bikin aku nggak tega. “Hmm Vin. Lu gak bakal bisa putar waktu. Kalau bisa,mungkin gue juga udah puter waktu. Biar gue gak pernah ngerasain rasa cinta sedalam cinta gue ke elu. Tapi gimanapun, life must go on. Jalanin yang ada di depan, jangan menyesal akan apa yang udah di lakuin di masa lalu. Tiap masalah ada jalan keluarnya sendiri-sendiri kok,” "Thanks ya Put. Gue tau, lo sekarang benci banget sama gue. Dan disaat lo benci sama guepun, lo masih bisa bikin gue tenang kayagini," "Siapa bilang gue benci sama lo? Gue sayang sama lo kok, ya sebatas sahabat sih memang. Gue duluan ya Vin. bye," aku melambaikan tangan dibalas oleh lambaian tangan Vina. Duh berasa kayak pendakwah handal aja nih hahaha. Aku segera mengambil motorku dan pulang. Nah beneran kan, followers di twitter ku nambah 37 orang. Dan itu adek kelas semua haha.
“@beby_ananda: @putrabmskti kak follback dong hehehe ☺” Tanpa pikir panjang, langsung kutekan tombol ‘follow’ di akun Beby. “@putrabmskti: @beby_ananda sudah de☺” Entah kenapa ya, aku penasaran banget sama Beby. Berani juga tuh anak, tanpa minta maaf atas kejadian tadi siang, langsung aja dia minta follback di twitter. Jarang tuh cewek kayakgitu. Nggak sadar, aku mulai ‘stalking’ twitter Beby. Dan kudapati bahwa dia adalah seorang gadis yang energic. Buktinya dia sering menjuarai kompetisi dance. Hmm aku jadi penasaran sama nih anak.
****** “Eh cepetan lu ke lapangan. Elu kan sekarang jadi juri adu bakat,” Marcell menghampiriku. “Iye bentar, emang siapa aja yang jadi juri?,” “Elu, Vina, sama Nando,” kata Marcell sambil menggeretku. "Nggak ada yang lain apa selain Vina? Males gue ketemu Vina," "Halah. Dalam hati lu juga bersorak kan," ledek Marcell sambil menertawakanku.
Huh ya nggak masalah deh. Aku harus mencoba bersikap stay cool ke Vina, anggap aja nggak pernah terjadi apa-apa. Lapangan sudah penuh sesak, ramai, seramai gejolak rindu di hatiku ini. Jujur deh, aku masih sayang banget sama Vina, tapi aku harus berusaha buat lupain dia perlahan. Lelaki juga bisa tersakiti loh. “Oke. Sekarang kita tampilkan dance dari kelas 1-A. Beri tepuk tangan meriahnya,”.... Alunan lagu Tak Ada Logika-Agnes Monica pun membuat dance kelas itu semakin bersemangat. Kulihat Beby menjadi pusat dan center dalam dance tersebut. Kudengar banyak orang meneriakan nama “Beby Beby”, seolah dia adalah ratu disini. Tanpa kusadari, badanku ikut bergoyang menikmati irama. “Ciyeeee, perlu gue pegangin gak nih, badan lu udah goyang-goyang,” ledek Irwan. “Yee apaan sih lu, ini dance nya keren abis,” jawab gue seadanya. “Iya, apalagi si Beby tuh ya. Cantik banget. Beruntung banget yang bisa jadi pacarnya,” Aku menanggapinya dengan sebuah lirikan. Tiba-tiba banyak suara keriuhan. “Kak Putra tolong dong, tuh Beby jatoh abis dance. Langsung pingsan,” beberapa teman Beby mendatangiku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju TKP. Langsung kugendong dalam rangkulanku. Kubaringkan dia di kasur UKS. “Dek, tolong ambilin obat dong sama kapas,” pintaku ke Frieska. “Iya ka, ini,” katanya sambil menyerahkan kotak obat padaku. “Kalo kamu mau balik ke lapangan, nggak masalah kok dek. Kaka bisa jagain Beby disini,” kataku. “Beneran ka? Yaudah aku balik ya ka, jagain Beby,” Aku melambaikan tangan ke Frieska sambil tersenyum. ***** “Loh, Kak Putra?,” Kudengar sayup suara Beby. Oh astaga, rupanya aku tertidur saat menunggu Beby. “Udah bangun de? Tadi kamu pingsan habis dance. Maaf, kaka malah ketiduran. Sampe-sampe nggak sadar kalo kamu bangun hehe,” kataku berbasa-basi.
“Santai aja ka. Eh ini jam berapa? Kok udah gelap ya, astaga ini udah jam 7 malem ka,” Beby terlihat ‘shock’ ketika melihat jam tangannya. “Hah? Aduh. Yaudah yuk pulang de. Serem. Kamu pulangnya gimana de?,” tanyaku. “Tadinya si mau bareng Frieska kak. Tapi dia udah pulang pastinya. Aku naik taksi aja deh ka, gampang hehe,” “Heh. Anak perempuan nggak baik malem-malem sendirian. Kaka anter ya?,” tawar ku. “Emm.. Bolehdeh. Tapi mampir makan dulu ya kak, hehe. Laper,” katanya dengan polos. Buset dahhhh. Jarang banget cewek yang kaya gini. Langsung bilang. Biasanya kan kalau cewek sukanya ‘kirim kode’ ya. Misalnya.. “Kak,laper nih” atau “Kak, perut aku bunyi nih,”. Keren nih cewek. “Hei gimana ka? Malah ngelamun? Mau ya? Nanti kalau nggak makan aku bisa pingsan di jalan,” katanya sambil memasang muka memelas. “Yaelah, baru nggak makan beberapa jam doang. Masa pingsan. Yaudah yuk cabut,” kataku. Aku dan Beby singgah di sebuah angkringan pinggir jalan. Maklum, aku bawa duit pas-pasan. Gitu juga sama Beby. Perbincangan kamipun terus mengalir. “Eh kak, kaka suka juga makanan pinggir jalan?,” tanyanya. “Iya, habis murah sih hehe,” jawabku sambil nyengir. “Hahaha samaan dong kak. Berasa romantis gitu ya,” Kita pun berbincang terus, hingga kita menemukan bahwa kita memiliki banyak kesamaan. Film action, musik rock, basket, hingga makanan kesukaan yaitu sambal terasi. “Waaah kita banyak kesamaan ya kak. Jangan-jangan jodoh nih,” katanya sambil tertawa dan tak mempedulikan keadaan sekitarnya. Aku hanya terdiam, tak tau harus menjawab apa. *****