25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
FRAMEWORK OF PERFORMANCE BASED FIRE SAFETY DESIGN BANGUNAN TINGGI PERKANTORAN DI DKI JAKARTA Manlian Ronald Adventus1, Budi Susilo Soepandji2, Ismeth. S. Abidin3, Bambang Trigunarsyah4
ABSTRAK: Bahaya kebakaran pada bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta mengakibatkan risiko nyawa manusia, risiko sosial, aset bangunan dan future value. Melalui penulisan ini dapat memberi masukan signifikan dalam peningkatan peraturan/standard pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta. Konsep Framework of Performance Based Fire Safety Design yang telah dikembangkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, selanjutnya digunakan untuk melakukan penulisan pada masa operasi pada bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta terhadap dampak dari hubungan antara performance factors dan determining factors. Studi literatur dilakukan terhadap state of art, benchmarking dan kondisi eksisting bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta, yang digunakan untuk mengidentifikasi risk variables dari faktor utama penulisan ini. Selanjutnya pakar digunakan untuk menyusun suatu kuesioner variabel definitif untuk meneliti lebih detail kondisi sikap para key potential stakeholder perihal peran dan dampak dari risk variables related causes, berikut treatment yang dapat lebih menjamin pencapaian performance yang diinginkan terhadap bahaya risiko kebakaran pada bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta. Dalam penulisan ini diperoleh performance factors of lifetime bangunan tinggi perkantoran terhadap bahaya kebakaran dan determining factors, yaitu Fire Safety Design yang terdiri atas: model design & supervision, model sistem proteksi aktif, model sistem proteksi pasif, dan model fire safety management. KATA KUNCI : framework, performance, fire safety design, risk management 1. PERMASALAHAN DKI Jakarta sebagai salah satu propinsi di Indonesia dengan jumlah penduduk 10-11 juta pada siang hari dan 8 juta pada malam hari menyumbangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Dalam rangka pertumbuhan ekonomi tersebut, dilakukan pembangunan khususnya pembangunan fisik. Pembangunan fisik yang berkualitas ini juga menyediakan berbagai fasilitas (infrastructure) untuk meningkatkan kualitas hidup, sistem sosial bahkan aktivitas perkonomian secara meluas. Dalam proses pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun operasional dan pemeliharaan diharapkan bahwa bangunan-bangunan itu mampu memberikan pelayanan yang baik kepada 1
2 3 4
Mahasiswa Program Doktor Bidang Ilmu Teknik - Program Studi Teknik Sipil - Kekhususan Manajemen Konstruksi Universitas Indonesia Dosen Tetap Jurusan Arsitektur - Magister Teknik Sipil - Fakultas Desain & Teknik Perencanaan - Universitas Pelita Harapan Guru Besar Bidang Ilmu Teknik - Program Studi Teknik Sipil - Universitas Indonesia Dosen Program Doktor Bidang Ilmu Teknik - Program Studi Teknik Sipil - Kekhususan Manajemen Konstruksi Universitas Indonesia Dosen Program Doktor Bidang Ilmu Teknik - Program Studi Teknik Sipil - Kekhususan Manajemen Konstruksi Universitas Indonesia
1
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
penggunanya, termasuk di dalamnya pelayanan dari sisi keselamatan terhadap berbagai ancaman yang mungkin terjadi sebagai bagian dari persyaratan keandalan bangunan gedung. Salah satu ancaman/risiko terhadap keselamatan bangunan yang mungkin terjadi adalah bahaya kebakaran. Bangunan tinggi khususnya perkantoran di DKI Jakarta sebagai salah satu jenis bangunan gedung yang memiliki jumlah lantai > 8 lantai memiliki kerentanan terhadap bahaya kebakaran yang sangat tinggi, oleh karena memiliki berbagai faktor kerentanan terhadap bahaya kebakaran, antara lain: jumlah penghuni yang banyak dan beragam (mix tenants) dalam satu bangunan tinggi perkantoran, sistem bangunan yang kompleks, aktivitas perkantoran yang tinggi/padat, adanya lapis bangunan yang banyak serta memiliki dampak terhadap lingkungan. Berkaitan dengan masalah kebakaran gedung ini maka tantangan yang dihadapi antara lain meliputi perkembangan pembangunan gedung di perkotaan yang semakin beragam dan kompleks yang mengakibatkan tuntutan yang semakin meningkat terhadap aspek keselamatan dan rasa aman dalam bangunan gedung dan lingkungannya, serta teknologi proteksi kebakaran terus berkembang, dan adanya globalisasi dan pasar bebas yang menuntut standarisasi untuk semua aspek kehidupan, yang seluruhnya dituangkan dalam desain dan peraturan/standard bangunan tinggi khususnya di DKI Jakarta. Saat ini, standard mengenai aspek keselamatan bangunan mengacu kepada Perda 3/92 Tentang Penanggulangan Kebakaran Gedung Di DKI Jakarta dan Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 tahun 2002. Batasan masalah dalam penelitian ini menganalisis: risiko keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran pada desain komponen bangunan tinggi perkantoran setelah dibangun (after construction) dan pada tahap operation, dan lokasi penelitian di DKI Jakarta. 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menemukan risiko performance based fire safety design pada bangunan tinggi terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan memberi masukan kepada proses peningkatan peraturan/standard kebakaran pada bangunan tinggi di DKI Jakarta. 3. BUILDING LIFE CYCLE Proses pengadaan jasa konstruksi dalam life cycle construction, khususnya bangunan tinggi perkantoran, dimulai sejak tahap feasibility study, design, procurement, construction, operation and maintenance, hingga dampaknya terhadap lingkungan (bionomic). Tahap feasibility study merupakan tahapan awal yang berisi studi komprehensif kelaikan proyek sejak owner mengemukakan idenya yang kemudian dituangkan dalam berbagai analisis potensi proyek sampai proyek tersebut dimanfaatkan. Desain merupakan tahapan kegiatan perancangan dan penyusunan desain proyek. Tahapan ini terdiri dari dua tahapan, yaitu: rekayasa dan desain awal (preliminary design), rekayasa dan desain detail (detail engineering & design). Pengadaan (procurement) melibatkan dua tipe kegiatan utama kegiatan, yang pertama adalah pemborongan dan pensubkontrakan untuk jasa-jasa kontraktor konstruksi serta yang kedua adalah mendapatkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk membangun proyek. Tahapan konstruksi merupakan suatu proses dimana rencana dan spesifikasi perancang dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Tahapan selanjutnya adalah operasi bangunan sesuai fungsi bangunan yang telah didesain pada tahap sebelumnya. Dalam life cycle construction setiap tahapan kegiatan merupakan rangkaian yang saling berhubungan. Desain tidak dapat berjalan sebelum ada input dari feasibility study, desain kemudian memberikan input kepada procurement process agar procurement dapat berjalan sesuai rencana. Sebelum pelaksanaan pembangunan (construction) dikerjakan, perlu dipersiapkan berbagai kebutuhan alat, bahan dan seluruh sumber daya yang diperlukan. Hal ini penting oleh karena construction process tidak dapat ditunda, sehingga persiapan awal di tahapan procurement menjadi salah satu jalur kritis dalam construction process. Setelah proyek konstruksi terbangun, maka tahapan selanjutnya dapat
2
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
dilakukan yaitu operation and maintenance process dan evaluation sesuai fungsi masing-masing proyek dan bangunan. Pada penelitian ini khusus membahas design of fire safety pada tahapan operation bangunan tinggi perkantoran. Pemahaman desain dalam hal ini adalah serangkaian proses perancangan yang mencakup karya/komponen rancangan, si perancang itu sendiri, pemilik proyek, dan si pembangun. Hal ini menjadi kesatuan yang utuh yang kemudian diimplementasikan dalam gambar contract document sebagai dasar pengoperasian bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta. Fire Safety Design pada awalnya dikembangkan dari desain mechanical electrical sebagai fire protection bangunan tinggi khususnya perkantoran. Namun, perkembangan selanjutnya berdasarkan penelitian dan referensi yang ada, fire safety design berkembang sebagai pengetahuan yang luas dan multi disiplin. Sehingga konsep fire safety design dijadikan konsep desain khusus dalam desain bangunan tinggi yang saling menunjang secara holistik dengan komponen bangunan lainnya. Selanjutnya Fire Safety Design dapat diklasifikasikan: Fire Protection Design dan Fire Safety Management. Fire Protection Design dapat diklasifikasikan: Active Protection System, Passive Protection System. 4. RENCANA PENELITIAN a. Proses Penelitian Awal topik penelitian ini pada dasarnya merupakan minat penulis yang sudah dipelajari sejak sebelumnya, yang kemudian diteliti kembali yang nantinya akan menghasilkan temuan PBFSD (Performance Based Fire Safety Design) pada para pelaku jasa konstruksi bangunan tinggi khususnya perkantoran di DKI Jakarta. Hasil penelitian ini ditujukan untuk memberi masukan signifikan dalam peningkatan peraturan/standard pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi di DKI Jakarta. Existing condition berupa data aktual, standard-standard, teori dan berbagai literatur mendukung penelitian ini. Data sekunder ini akan dikonfirmasikan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dari berbagai jurnal internasional maupun buku-buku terbitan nasional. Selanjutnya data aktual di atas akan dikonfirmasikan ke para pakar untuk pengkajian relevansi metode penelitian, kelengkapan serta kedalaman prioritas, kepahaman para stakeholder utama (owner, konsultan, kontraktor, supplier). Penelitian sementara akan menghasilkan variabel definitif untuk meneliti lebih detail kondisi sikap para stakeholder key potential terhadap: Risk Variables, Frequency, Outcome, and related causes yang sebelumnya juga telah dikonfirmasikan ke para pakar. Analisis detail atas dasar peta sampel akan digunakan untuk pengukuran prioritas dari variabel risiko yang definitif. Variabel definitif kemudian digunakan untuk pengukuran conceptual design for fire risk management treatment system. Hasil simulasi penelitian tersebut selanjutnya divalidasi untuk menguji validitas penelitian secara iterative feedback. b. Research Factors Faktor penelitian ini secara umum dibagi dalam 2 komponen besar, yaitu: Performance Factors dan Determining Factors. Dua kelompok faktor penelitian ini akan mampu menjawab berbagai penelitian dan studi tentang bahaya kebakaran pada bangunan tinggi, yang belum diatur secara sistematis dan holistik. * Performance Factors Performance Factors dalam penelitian ini adalah ukuran kinerja pelayanan desain bangunan tinggi dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Performance ini dapat diukur
3
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
*
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
dengan umur bangunan (lifetime of building operation), kinerja fungsi bangunan, dan kemampuan bangunan dalam menanggulangi kebakaran selama bangunan beroperasi. Determining Factors Determining Factors dapat dibedakan dari dua kelompok utama, yaitu: kelompok dari bangunan itu sendiri /internal factors yang masih dapat dikendalikan dan kelompok di luar bangunan itu sendiri/external factors. Dalam penelitian ini akan banyak mempelajari dan menganalisis internal factors dari desain bangunan tinggi perkantoran terhadap risiko kebakaran. Internal Factors terdiri atas: design and supervision, active protection design, passive protection design, fire safety management.
c. Model Penelitian Model umum yang dipakai dalam proses penelitian ini, yaitu: Y = P [ R {f(Xijt) . f(Dijt) . f(Cijt) . f(Tijt)} ] …............................................................(1) Model di atas adalah model performance factors yang merupakan fungsi kebijakan (P) dari berbagai fungsi seperti: fungsi rencana (R), fungsi determining (X), fungsi dampak (D), fungsi penyebab (C), serta fungsi treatment (T). *
Model of Determining Factors Model of Determining Factors yang diperoleh yaitu: 1. Design and Supervision Dari hasil penelitian awal teridentifikasi hal pokok, yaitu: kursus/pelatihan/seminar tenaga ahli mengenai fire safety design, dan pengalaman tenaga ahli pada fire safety desain 2. Active Protection Design Dari hasil penelitian yang dilakukan terdiidentifikasi hal pokok, yaitu: mutu sistem deteksi dan alarm kebakaran , serta pengujian kelayakan sistem hidran 3. Passive Protection Design Dari hasil penelitian awal teridentifikasi hal pokok, yaitu: desain tanda-tanda penunjuk jalan keluar, desain pintu penyekat api (fire resisting doors), serta desain tempat parkir 4. Fire Safety Management Dari hasil penelitian awal teridentifikasi hal pokok, yaitu: inspection & maintenace kondisi sistem pompa & persediaan air setelah beroperasi, serta fire drill/ sosialisasi pentingnya latihan kebakaran gedung.
5. KESIMPULAN a.
b.
Dari uraian penelitian ini dapat disimpulkan: dalam penelitian ini Framework Performance Based Fire Safety Design pada bangunan tinggi perkantoran di DKI Jakarta, memiliki 2 faktor penelitian utama, yaitu: performance factors dan determining factors. Determining factors terdiri atas: internal factors dan external factors. Tahapan sistematis dari Framework Performance Based Fire Safety Design, yaitu: analisis existing condition konsultasi pakar analisis variabel definitif untuk meneliti lebih detail kondisi sikap para stakeholder key potential terhadap: Risk Variables, Frequency, Outcome, and related causes yang sebelumnya juga telah dikonfirmasikan ke para pakar, pengukuran conceptual design for fire risk management treatment system simulasi penelitian untuk menguji validitas penelitian secara iterative feedback.
4
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
6. DAFTAR PUSTAKA
perak MRK
Adventus, Budi, Ismeth, Bambang, Erdy. (2004). “The Influence of Passive Protection System To Performance Based Fire Safety Design on High Rise Office Buildings in Jakarta.” International Conference - Quality (QIR) in Research FTUI, Depok. Adventus. (2000). “Pengaruh Fire Safety Design Terhadap Kehandalan Bangunan Dalam Mencegah Terjadinya Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Tinggi Perkantoran di DKI Jakarta.” Jurnal Teknologi Universitas Indonesia (UI). Edisi No. 4 tahun XIV. Alberta, “Design Studies.”, www.learning.gov.ab.ca/k12/curriculum/bySubject/cts/design/des-rat.pdf, Canada. Al-Bahar, J. F., Crandall, K.C. “Systematic Risk Management Approach for Construction Projects.” Journal of Construction Engineering and Management. ASCE, Vol. 116, No.3. AS/NZS4 360. Asmaningprodjo., Yuwono (1998). “Fire Safety Through Architectural Desain.” International Conference & Exhibition on Fire. Jakarta. Badan Pusat Statistik. (2003). “Berita Resmi Statistik No. 42/VI/15 Agustus 2003.” Bochenski. (1965). “The Metods of Contemporary Thought.” Harper, New York Brian. (1999). “Integrating Human Behaviour and Response Issues Into Fire Safety Management of Facilities.” Journal of Facilities. ISSN : 0263-2772, Vol. 17. Cassidy. (1992). “Fire Safety Loss Prevention.” Butterworth-Heinemann. Choo. “Design of High Rise Building Against Fire Hazard.” Singapore. Craig. (2001). “Fire Safety Essentials.” Journal of Occupational Health & Safety. ISSN: 0362-4064, Vol. 70 Dodd, Donegan. (1994). “Prioritisation Methodologies in Fire Safety Evaluation.” NFPA Journal. Vol. 30, No.2. Donald. (1993). “Manajemen Konstruksi Profesional.” Erlangga. Donald, Thomas. (2002). “Fire Bell Alarm.”Journal of Canadian Insurance. ISSN: 0008-3879, Vol. 107. DPU. (1988). “Bangunan Gedung Pasca Kebakaran.” DPU. (1987). “Panduan Pemasangan Alat Bantu Evakuasi Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.” DPU. (1987). “Panduan Pemasangan Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.” DPU. (1987). “Panduan Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah & Gedung.” DPU. (1987). “Panduan Pemasangan Sistem Sprinkler Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.” DPU. (1987). “Panduan Pemasangan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung” DPU. “Pedoman Pemeriksaan Bangunan Setelah Terbakar.” DPU. (1987). “Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Rumah dan Gedung” DPU. (1987). “Spesifikasi Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Rumah dan Gedung.” Gemeny, Reiss. (2001). “Up To Snuff”. Journal of Consulting-Specifying Engineer. ISSN : 08925046. Gordon, Routley. “Fire Department Organization.” NFPA, Ch3 Greg. (2000). “Developments in Performance Based Building Codes & Standards.” Forest Products Journal. ISSN : 0015 7473, Vol. 50. Hendrickson, Tung Au. (1989). “Project Management For Construction.” Fundamental Concept for Owners.Engineer, Architects and Builders, Prentice Hall, New Jersey. Herbert. (1982). “The Sciences of The Artificial.” Cambridge, Massachussets. Hudson, Haas, Uddin. (1997). “Infrastructure Management.” Mc Graw Hill, USA.
5
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
Ikatan Arsitek Indonesia. (1991). “Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek dengan Pemberi Tugas.” International Fire Service Training Association. (1982). “Industrial Fire Protection.” 1st Edition, USA. John. (2000). “Stamping Out Fire Risk In The Work Place.” Journal of Occupational Hazards. ISSN: 0029-7909, Vol. 62. Kaming, Wibowo, Djaafar. (1988). “Analisis dan Manajemen Risiko Pada Konstruksi Perspektif Kontraktor.” Karya Penelitian Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Kem. (1997). “Concepts on The Design for Fire In Tall Buildings.” Seminar Teknologi dan Manajemen Proteksi Kebakaran, Jakarta. Kenneth. (1997). “Performance Based Fire Codes.” NFPA Journal. Koffel. (1997). “The Best Defense.” NFPA Journal. Lawson. (1990). “How Designers Think.” 2nd Edition, Great Britian: Butterworth Architecture. Merrit, Rickets. (1994). “Building Design and Construction Handbook.” 5th Sec.1, Building System, McGraw Hill, USA. O`Hagan T, Jhon. (1977). “High Rise/Fire and Life Safety.” USA. Pangaribuan. (2004). “Permasalahan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Umum & Komersial, Seminar Pekan Pencegahan Kebakaran Jakarta Tahun 2004.” Hotel Jayakarta, Jakarta. Peter. (1991). “Fire Loss Control.” Marcel Dekker. Inc. PMI. (2000). “A Guide to the Project Management Book of Knowledge.” 2000 Edition, Newtown Square, Pennsylvania, USA. Sanders, Daniel. (1994). “Fire Service and Fire Science: A Winning Combination.” NFPA Journal Setiani. (2002). “Metode Kerja Perancangan.” Jurnal HAKI. ISSN: 0216/5457Vol. 3, No. 2. Sekretariat Wilayah/Daerah–Biro Hukum. (1992). “Peraturan Daerah DKI Jakarta No.7 Tahun 1991 Tentang Bangunan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.” Stollard, Abraham. (1991). “Fire from First Principles; A Design Guide To Building Fire Safety.“ Chappman & Hall. Stephen. (1990). “Offices.” Butterworth Architecture. Suprapto.(1993). “Lokakarya Pengkajian Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit) Serta Tinjauan Penerapan Standar-Standar Teknis Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung.”Bandung. The Design and Construction Process. “www.ce.cmu.edu/pmbook /03/The Design_And_Construction_Process / html.” Tjahjono. “Metode Perancangan Suatu Pengantar Untuk Arsitek & Perancang.” Tony. (2001). “Mind Your PDAs: Working in a Wireless World.” Journal of Property Management. ISSN: 0022-3905, Vol. 66. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung WBDG Aesthetic Committee, Understand The Design Process. “www.wbdg.org / design / index.php / cn=2.2.3&cx=0.” Yeonjoo, Oh. “Design Thinking and Design Process.” www.courses.washington.edu / arch587 / 3. assignments 3 . Design_Thinking.thinking- yeonjoo.pdf. (2000). “Putting Fire Safety To The Test.”Journal of ENR. ISSN: 0891-9526, Vol. 244.
6