K
t ,l-,'; :
&86!$TF"ATI KARYA ltT,li,qH DS$EN
I
t
x
CI
&
a \
t A f'!
q
t
r,r
I
rssN uta-n62
FORUM MIPA
i-.
Majalah Ilmia Jurusan MIPA FKIP Universitas Sriwijaya
a(/1..:
!
Volume 8 No.3
ber 2004
Penilaiai:, Pertbrnten sebagai Pertilaian berbasis kompetertsi dalanl Pem belajaran Maternatika
(Nyimas Aisyah)
-: l engaruh sianida (CN)
Terlradap Preriode Perkernbangan Larva Katak
Sarvah ( Ranu cunt'rivtrtr Grut'enhorst)
(Ermayanti)
Penggunaan Media Crafis'l'ransparattsi pad Strb llokok Baltasatt i Garafik FungsiTrigonometri (Ely Susanti)
i I
Pembelajar
(Syuhendri)
t/
!
I
"i
rssN 1410-t262 FORUM MIPA memuat karangan ilmrih benrpa gagasan, teor! oprni,
rrngkasan penelitian, tesis dan disertasi yang membahas masalah sarns, ilmu terapan, serta pendidikan MIPA, FORUM MIPA diterbrtkan olch Jurusan
Pendidikan
Sriwijaya.
MIPA Fakultas Kegunran d"n Ilmu pendidikan universitas
Penanggturg Jawab
Prof. Dr. Dlahir Basir, M.pd. (Dekan FKIP Universitas Sriwrjaya)
Pengarah
Dr. Sanlaya, M.Si. (Ketua Junusan Pendidrkan MIPA) Drs. Purwoko, M.Si. (Sekr*aris Jurusan Pendidikan MIPA)
Dewan Penyunting Ketua Anggota
Drs Je3em Mujamil Sufhrana, M.Si
l. Dra. Tasmania puspita, M Si. 2. Dra Lucia Mana Santoso, M.Sr. 3. Drs. Endang Dayat. M.Si 4 Dra Ratu Ilma lndra putri. M.Sr. 5 Drs. Budi Santoso, M.Si. 6 Drs. Sardianto MS., M.Si., M.pd 7. Wa. Murniatr, M.Si. 8. Drs Andr Suharman, M.Si. 9 Drs. Made Sukaryawan, M.Sr 10. Drs Ismet, MSi
Sekretaris
fhs. Khoiron Nazrp, M.Sr
Bendatr,ara
Dra. lndaryanti
Penerbrt menerrrna tuhsan dari dalam dan luar Uruvemitas sriwrygy4 d8n ykalisus berhak menyuntrng tulisan yang masuk. Tulisan yang dimuat tidak dengan sendinnya m€ncerminksn pendapat redaksi.
ISSN 1410-1262
FORUM MIPA Majalah Ilmiah Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sriwijaya Volume 8 No.3
ber 2004
Penrlaran Performen sebagar Pentlatan Berbasis Kompetensr dalam Pembelalaran Matematika
(Nyimas Aistah) Pengaruh Srantda (CN ) terhadap Periode Perkembangan Larva Katak Sau ah (llanq cdncrit'ttra Grqvenhorst) (
9
Ermay anti)
Konstruktn rsme dalam Pendidikan Kimra (Iceng Hidayatt
l8
Efek Rumah Kaca. Pemanasan Global dan Permasalahannya (Kistiono I
33
Penggunaan \ledra Grafis Transparansi pada Sub Pokok Bahasan Gratlk Fungsr Trrqonometri
(El.v
Susantr)
4l
pengaruh Penambahan Tepung Daun Nrmba (,4zadirachta indica A. :rsJ pa& Beras terhadap Mortaiitas Kumbang Betas(Sitophilus or):ae L )dan Model Pembelalarannya di Sekolah Menengah Umum
(Yenny
I
Anwar)
5l
Evolust Nlotrf Nbnl13 sebagai Fungsr Jumlah Ligan Oksigen dalam Nrobrum Oksrklonda
(Fakhili
Gulo)
61
Hrperteks dalam Pembela.;aran Sains Wadair Membangun Pengetahuan Pembela.tar-
lSyihendri)
I
>/<
11
'1# t
RgeBiRASt liAIiyA tLutAH DOSEI| 0
D
t
FORUM
9
6
HIPERTEKS DALAM PEMBELAJARAN SAINS: Wadah Membangun Pengetahuan Pembelajar Syuhendri-'
L--.-'--
Abstrak Akuisisi pengetahuan dilakukan dalam tiga tahap; Introductory' advanced, dan expertise.
Introductory learning dapat didekati dengan instruksional tradisional,
sedangkan expertise dibentuk melalui pengalaman. Tahap advanced,lembatan kedua 'melewati sejumlah kutub, punya karakteristik tersendiri. Satu sisi pembelajar belum pengalaman, pada sisi lain mereka diharapkan menguasai kompleksitas pengetahuan dan mampu menerapkan secara fleksibel pada situasi baru. Hal seperti ini menuntut
kemampuan fleksibilitas kognisi. Hiperteks dipercaya dapat meningkatkan kemampuan ini karena sifatnya sejalan dengan Teori Fleksibilitas Kognisi. Dalam pembelajaran sains, hiperteks sebagai struktur bangunan konsep melalui elaborasi dan progresi, melebihi peran peta konsep. Hiperteks juga mampu memperlihatkan susunan tiga dimensi materi-subyek.
Pendahulua n Vralaupr-ur rdenva sudah
'l'he drtuhs \-aniler al Bush drrektur .lruerican Of"/ice ct.\t'ienti/it'Researc'h atkl [),'\.'i',ltt riii pada tahun 19"15. hiperteks pertama kah drperkenalkan oieh I e d \eison (Carter' 1991 , Trausan-l\l1atu. 1997. Trarger. 1992 dalam Sr'.Lhendn. 2004). Neison men-lelaskan bahrva yang dtmaksudnr a dengan hrperteks adalah "non.\equenlial v,rrfing-text thqt branch oncl ulirttts thoic'es t0 the reqder, best read at qn interactive screeen" Dalam perkembangannya lsttlah
hiperteks mengalami perubahan yang cukup beragam Imphkasr darr srfatsilat hiperteks yang mehbatkan berbagar medra memunculkan rstrlah baru sepertl htpermedra dan multimedia lang serlng menlmbulkan polemik Banyak yang mempertanyakan istrlah mana rang leblh luas cakupannya Apakah hrperteks bagran da1 hrpermedra dan multrmedra atau sebaltkny'a. Dalam prakteknya, walaupun rstriah-rsttlah tru sellng drpertukarkan. sebagtan ahh membedakan antara hiperteks dengarr hrpermedta dan multtmedra dengan hrpermedra Kenyatan yang mllncul belakangan rni nampaknya muiai menylrnakan pertentangan itu Dengan berbagar media yang drlibatkan dalam penyusunan hiperteks memper-1elas bah$a hiperteks adalah multimedia atau hipermedia, karena drdalamnya terltbat antmasl. stmulast, vrdro khp, slide,
fi1m. dan sebagarnya disamprrg teks-teks murrll Kesrmpulan yang drkemukakan Altun (2000) bahw'a karaktelstik hrperteks bentpa non*rDosen
Program Studr Pendrdrkan Fisika FKIP Unsn
7l
/SSN I4l0 - 1262
"FORUM MIPA Vol.8 No. 3 Edisi Septemb* 2004" sekuensial (nonhnier), elektronrk (digitized), multrmedia, dan interktif memenuhi kondrsi hiperteks masa kini. Salah satu perbedaan yang cukup mendasar antara hiperteks dengan prinled-text adalah ketersedian ruang yang tak terbatas. Jrka padaprinted-text
tulisan hanya dikembangkan dalam dua dimensi berupa progresi dan elaborasr maka pada hiperteks tulisan drkemas dalam tiga dimensi. Drmensi ketrga memberikan peluang kepada penulis untuk memperhhatkan ke-dalam
konsep yang diurakannya. Kemudian, ketersediaan fasilitas
tautan
menladikan hiperteks berstruktur nonhnier, suatu kondisi yang mustahil diwujudkan dalam teks biasa. Kondisr rri memposisrkan pembelalar sebagai autor lerhadap bahan yang dipela"larinya. lni merupakan aspek hiperteks yang bisa mengembangkan fleksibilitas kognisi pembelajar. Lebih .1auh, ini
merupakan modal yang bark untuk proses pembelajaran sains. Drsamping itu,
sifat-sifat interaktif dar. on-line .1uga memberikan nilai tambah kepada hiperteks sebagai medium bela3ar Beberapa hal di atas dicoba diangkat dalam tulisan ini Anarisis drmulai dengan melihat pentrngnya hiperteks dalam tahapan rnstnrksional pembela.laran Kemudian, peranan hiperteks dalam pembelajaran sains. pada
bagian akhir dikemukakan kelebihan hrperteks dibandingkan peta konsep dalam hal memperlihatkan struktur dan hrarkrs konsep-konsep yang bisa m
embantu pembelaj
ar
mengk on struk pengetahuannya.
Posisi Hiperteks Dalam Proses Pembelajaran Jonassen (dalam Swrrdler, 2001) mengidentifrkasi tiga tahap akuisisr pengetahuan'. introductory, advanced, dan expertise. Dalam pembelajaran dasar (introductory learning), fokus pembelalaran terletak pada reproduksi pengetahuan dan bukan pada penggunaan pengetahuan (Swindlei, 2001). Pada tahap ini pembelajar dianggap sudah menguasai pelajaran lrka sudah mampu memperhhatkan fakta atau konsep-konsep kunci walaupun tidak secara mendalam. Spiro et al ( 1994) mengemukakan ranah pengetahuan pada tahap ini bersifat u,ell-structured, dimana the application of general princiltle and abstract concepts can proceed in routinized monner, i.e. in roughly the same v'ay across large number of case. Sedangkan keteramprlan yang dikehendaki menurut Jonassen (daiam Swindler, 2o0l ) terbatas puat " ...reproductive tasks and elemental applicarions of knowledge based upon rigid example.sfrom a limited number of oversimplified cases". Pada level advanced (lanlutan), tujuan pembelajaran bergeser kepada dua harapan, yaitu pengulsaan kompleksitas dan penerapan yang fleksibel pada situasi baru. Disini karakteristrk ill-structured, yaiu, srfat pengetahuan yang dapat ditampilkan dalam berbagar representasi (multipte representation) sesuai dengan trngkat pendidikan (Sregar, 2002) menjadi masalah serius dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Ranah ill-structured ini had"ir
72
ISSN 1410 - 1262 I
"FORIIM MIPA Vot.
I
No. 3 Edisi September 20A4"
pada berbagai bidang seperti kedokteran, sejarah, studi literatur, pendidrkan t"g*rr*, sains dan sebagarnya. Matematika yang lebih terdefinisi dan terstrukfur dengan baik pun bisa juga memiliki karakteristik ill-structured pada level yang lebih trnggi. Tahap expertise (keahlian) dibentuk setelah seseorang memilikl segudang pengalaman dalam bidang yang ditekuninya Calon guru yang telah menyelesarkan S 1 kependidikan tidak serta merta dapat menerapkan ilmunya pada masa-masa awal sebagai guru. Banyak ha1 yang ditemui dilapangan terbeda dengan apa yang dipelajarinya. Juga, walaupun ia memiliki berbagai konsep yang sebenamya cukup untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, namun guru baru rni belum bisa mensinergiskan semua konsep tersebut untuk dihadapkan pada persoalannya. Pematangan yang dimiliki Hari demi hari yang dilalurnya _1ustru datang melalui proses yang dgalamnya. merupakan pembelalaran yang diperoleh ggru baru untuk memahami elemen penting pengetahuan dan keterampilan yang harus dimilki sebagai seorang g._rr,r. semakin lama ia mengajar maka semakin ahli dalam menjalankan profesrnya. Apa yang dialami guru di atas merupakan contoh expertise pada tahap akuisrst pengetahuan. Seorang pembelajar tentu belum sampai pada tahap expertise Tapt
materi pelajaran yang dihadapi yang bersifat ill-structured memrntut kemampuan untuk menguasai elemen-elemen pentulg pengetahuan dan menerapkannya pada situasi baru yang berbeda. Kelihatan bahwa tahap
merupakan jembatan antara tahap introductory ke tahap expertise. Seorang pelajar fisika umpamanya, setelah menerima materi
ath,qnced
rni
pelajaran dan contoh-contoh soal dari gurunya, diharapakan dapat menyelesaikan soal-soal lain yang tidak sama model dan kerumitannya dengan yang dipelajannya. Pada kondisi ini pembelajar perlu terlebih dahulu menganalisis, mengorganisasikan, menurunkan lebih lanjut serta mensintesis konsep-konsep atau rumus-rumus yang ada sebelum digrinakan.
Jika keahlian dibentuk melalui pengalaman, pembelajaran
melalui rrstruksional tradisional, maka perlu medium lain
dasar
untuk
pembelajaran lanjut Interpretasi konstruktivisme selama ini ytrrg menekankan pada reffieval (pemanggilan) paket-paket pengetahuan atau skema dari rngatan untuk memahami informasi atau menyelesaikan masalah, tidak bermasalah untuk pembelajaran dasar. Model pembelajaran tradisional yang disajikan dalam bentuk linier, misalnya vidio diputar dari awal sampai akhr atau buku teks dibahas bab demi bab sampai bab akhir masih bisa diandalkan. Namtrn gnhrk pembelajaran lan1ut, dimana pembelajar tidak sekedar memanggil paket pengetahuan yang ada tetapi juga perlu mengorganisasikan bagian pengetahgan agar bersifat adaptif terhadap tuntutan situasi baru, cara seperti ini tidak memadai lagi. Disini diperlukan kemampuan fleksibilitas kognisr. Spiro dan kawan-kawan (1994)
73 t-
/SSN 1410 - 1262
"FORUY ilIIPA
V?tl.
I i\o. 3 Edisi September 2004'
mengemukakan bahwa hiperteks bisa membantu dalam pembelajaran seperti rni karena karakteristik random acces dari hiperteks selalan dengan teori fleksibilitas kognisi.
Hiperteks dalam Membangun Pengetahuan Pembelajar Pertanyaannya yang mendasar pula adalah apakah semua hrperteks efektif membantu siswa membangun pengetahuannya. Jika hiperteks digunakan sebagai media penyampalan informasi belaka, maka rri tidak ada bedanya dengan kehadiran buku teks dan guru selama rni. Potensi hiperteks 3uga bisa hilang oleh penavrgaslan yang tidak terencana dengan baik. Seiama melakukan navigasi tidak ada yang akan menghalangi pembaca menelusurr link (tautan) yang ada. Ha1 seperti rni dapat menyebabkan navigasr berakhr dengan kebmgunan pembaca. Pembaca bisa saja menemukan bebagai rnformasr. tapi rrkoheren. lnformasi yarg banyak ditemukan tidak tersruktur dengan bark akibat navigasr yang kurang terarah. Upaya yang dapat dilakukan agar penavigasran berlalan dengan logis
adalah membuat hiperteks berbasiskan wacana argumentatif. Sregar et al (2003) mengemukakar tanpa menerapkan wacana argumentatif sebagar fasilitas pendukung hrperteks, navigasi berlangsung tanpa atwan logis dengan rangkaian yang srkular, rekrusif, atau ganda. Lebrh;auh, wacana argumentatif sekaligus akan mengembangkan keterampilan rrtelektual pembelajar. Karena setrap wacana argumentatif adalah penjewatahanan dari keterampilan yang diperlukan dalam membangun pengetahuan. Sedangkan untuk mengatasi kebrrgrngan pembaca dapat dilakukan dengan membentuk hiperteks yang berstruktur awal Hiperteks berstruktrir awal artinya hiperteks yang simpul awahrya merupakan tawaran awal navigasi. Adanya srmpul awal ini merupakan pewujudan wacana argumentatrf yang brsa membuka peluang unhrk penggabungan makro (macro chunkng) oleh pembaca. Hiperteks sepertr rm dapat mengurangi kebrngungan pembaca terutama yang masrh terbatas pemahamannya mengenai topik tertentu. Organrsasi hiperteks berdasarkan wacana argumentasi dan berstruktur awal dapat diwakili oleh model representasr teks yang dikembangkan Sregar (2000 dalam Syuhendri, 2004) dengan sedrkit penyesualan sepertt gambar berrkut.
14
/.ssN t4t0 - 1262
"FORUM MIPA Vol. I No. 3 Eilisi September 2004" ELABORASI
JU SIMPUL
LryEL 1 5IMPUL EVEL 2
SIMPUL LEVEL 3
1-1
I
E
a
C
t E
C a'
E
I
Gambar
l.
s
Modet Navigasi Hiperteks Pengembangan "Model Representast Teks
Sregaf' (SYuhen&i, 2004)
Melalui posisi sentral model representasi teks dimungkrnkan pengembangan dokumen hiperteks secara lebih komprehensif dengan
*"t-iUa*an eksplanasi ilmiah, materi-subyek, dan hiperteks akademrk. Aspek kebahasaan dan aspek keilmuan dari tulisan ilmiah dalam model tersebut menempati dimensi progresi dan dimensi elaborasi. Dimensi progresi ,o"**i tahapan berupa tindakan makro yang ditempuh penulis lntuk mengembangkan tulisannya. Dimensi elaborasi mewadahi pengembangan substansi keilmuan dengan menggrrnakan keterampilan inteiektual' Hubgngan tindakan makro dan keterampilan intelektgal adalah hubgngan predrkat dan argumen. Jadi tindakan penulis terhadap substansi umunnya iiduk t*gr,ntg, melainkan melalui keterampilan intelektual yang selanjutnya menjadi kerangka unhrk menangani substansi. Pada attri*yu, hiperteks berbasai wacana argumentasi melibatkan interaksi antar tiga komponen uta[ra PBM, yaitu teks masukan (mewakili penulis, gunr, atau dosen), pembaca (pembelajar), dan rnaterl-subyek. tAa*an wacana penulis terhadap materi-subyek sebagai target dari tindakan diharapkan mudah dijangkau oleh pembaca. Tindakan wac;lna dikategorikan
ke
dalam menginformasikan (informing), menggali (eliciting),
dan dan substansi, konterl aspek dengan mengendalikan (directing) yang sejalan
r*t tt tut dari materi-subyek
Istilah mudah dijangkau merupakan kategori
yang
menggambarkan partisipasinya dalam membangr[r pengetahuan. Kategori im terdiri atas inteligibel, plausibel, dan frurtful.
pemahaman pembaca
75
/ssN
1410
-
1262
l
"FORUl( MIPA L'al. I
lr{a. -1 Edisi September 20A4,,
Hiperteks dalam Pembelajaran Sains Keberadaan model representasi teks sebenarnya dapat meningkatkan pemanfaatan hiperteks dalam poses pembelajaran. Dimensi progresi dan elaborasrnya dapat memetakan materi pelajaran sebelum dituangkan ke
dalam hiperteks. Model representasi teks juga dapat
menJembatani
kesenjangan antara struktur web dergan stnrktur ilmu yang disajikan oleh teks tersebut. Pengalaman selama ini yang mengorbankan struktur ilrnu ketrka men)rusun struktur hiperteks kelihatannya biJa diatasi. Jadi model rni dapat menyempumakan penavigasian dan sekaligus dapat meperlihatkan hubungan dan hrarkis satu konsep dengan konsep lainnya. Model Representasi Teks ini juga bisa memadukan struktur-luar dan strukhn dalam hiperteks. perpaduan stnrktur-luar dengan struktur-dalam materi-subyek memberi kesan tersendiri kepada pembelajar dalam men)rusun
kerangka konseptual materi-subyek dalam prkirannya. Karena stmktur materi-subyek sains tersusun secara hrarkis dangan baik. pembelajar akan
mengerti bagaimana stnrkhr dari ilrnu yang sedang dipelajarinya Sebagaimana yang diutarakan, materi-s*byek sains sebagar keilmuan tersusun dengan bark mulai dari konsep yang sederhuru rr-pui ke konsep yang lebih trnggi. Jrka dalam penyajian pengarff atau penulii dapat secara eksplisit memperlihatkan hubungan ini tentu akan sangat membantu pembelajar melihat keutuhan konsep-konsep sains itu. Kalau peta konsep dapat dibangun oleh pembelajar yang sudah memahami keterkaitan maslngmasing konsep, maka sebenarnya hiperteks dapat membuatnya lebih dari itu. Tabel 1. Perbedaan Pet4 Konsep
Memperlihatkan konsep-konsep dan proposi-proposi bidang studi
2. Menyatakan hubungan 3.
l.
Hiperteks
Memperlihatkan tindakan yang diambil agar materi subyek bidang studi dikuasai
konep-
konsep Gambar dua dimensi suatu bidang
2. Menyatakan hubungan
konsep-
konsep, atau proposi -proposi
3. Gambar tiga dimensi bidang studi, dimensi ketiga merupakan additjonal
i4formation terhadap konsep
4. 5.
atau
wacana yang ditinjau
Memperlihatkan tingkat eksklusif
4.Memperlihatkan tingkat eksklusif
konsep-konsep
konsep-konsep atau proposi-proposi
Membentuk Hirarki konsep-konsep
5. Membentuk progresi dan elaborasi
konsep-konsep
atau
proposisi. Progresi
hirarki, prograi
proposisimenyatakan menyatakan
pengembangan.
76
Is^!,ry 1410
-
1262
J
"FORUM MIPA Vol"
I
No. 3 Edisi September 2004"
Dalam hiperteks trdak hanya hubungan antar konsep yang dapat drbangun tetapi luga struktur konsep, akan kelihatan konsep mana yang lebih dasar atau teUrtr umufii dan konsep mana yang menjadi bawahan dari konsep tersebut. Sebagai contoh jrka satu srmpul hiperteks membicarakan tentang *gerak" maka dafl simpul tersebut dapat dibuat tautan ke simpul larn yang ", atau ke "gerak yang berbicara "kecepatan sesaat", "kecepatan ratq-rata kecepatannya berubah". Dengan demikian pembelajar sekahgus terbantu dalam membangrrn kerangka besar fisika yang sedang dipelajarinya. Penutup dalam
tiai yang cukup berarti dikemukakan adalah model representasl teks bentuk struktur global dapat memadukan stnrktur-dalam dan struktur-
iuar hrperteks. Proses navrgasl yang menggunakan struktur global sekahgus mempermudah dan mengatasi masalah disorlentasr pembeia-1ar daiam *.rr"i,rrur, lautan yang ada Kriterta strukur-luar yang trdak terlalu lebar dan terlalu dalam untuk merrngankan beban pembaca dalam memperoses rnformasr yang drtampilkan, trdak lagi menladr batasan hrperteks dengan struktur global rnt Mengatasl masalah disortentasr yang mengorbankan struktur t1mu, mulat dapat dlatasr. Penulis bisa membuat stnrktur hiperteks yang mengedepankan struktur ilmu Lebrh 1auh, dengan struktur global pembela;ar;uga terbantu dalam membangun konsep yang sedang dlpelalarr, melebrler peranan peta-konsep Model representasi ini dengan dlmensi elaborasr dan progresmya, tldak hanya dapatmenghubungkan konsep dengan konsep akan tetapi dapat memperhhatkan h[arkis dan konsep-konsep tersebut, yang sangat pentmg dalam pembelalaran sarns Pada bagran akhir rni, luga drekomendaskan untuk membuat hiperteks berdasarkan wacana argumentatrf dengan struktur global dan melakukan
u.1i
cobanya.
Daftar Pustaka
Altun,
A
(2000) "Pattems rn Cognrtive Processmg and Strategtes Ln Hypertext Reading.A Case Study of Two Experienced Computer Users" Dalam Journal
[Online]. Vol 9
o;f Educalionql
Multimediq and Hypermedia
(1). halamar 35-55
Tersedia'
htbr,//www easteate corrlstoryspace/madewith/madewith.html [15 Februari 20031 Siregar,
N. (2002). "Potensi Hiperteks sebagai [eti Pengembangan Skripsi untuk Menanggulangi Kesulitan Pengajaran dan Pembelajaran". Bandung: Jurusan PendidrkanKimia, FPMIPA UPI-
77
rssN 1410 - 1262
*FORUM MIPA Vol. B No.3 Edisi September 2004,' Sregar, N. et al. (2003) "Dasar wacana Argrrmentatif dari Hiperteks Ilmiah untuk Menrngkatkan pemanfaatannya oleh Kom,nitas Akademk,,. Laporan penelitian Hibah pasca Angkatan I. ppS rnr earra.rng
Spiro,
R'J' et al-
(1994). Cagnrtive Ftexibirity, Constructivisme, and Hypertext: Random Access rnstntctionar Advanced Knowredge for Acquisition in lil-structuretr Domain Februa'2003] [onhne]. [15
Swindler, G. (200r).
Hays
Frexibirity Theory: Literatur Revieu,. Fort
-Cognititte State University. tpdf,] .
Tersedia.
[l1 Maret2003]
Syuhendri (2004) "Anaiisrs Dokumen Hiperteks Akademrk berdasarkan wacana Argumentatif dalam Rangka penggalian Karakterrstrk
,ntuk
Pembelajaran
78
ISSN 14TO - 1262
J