FORMULASI TABLET HISAP Spirulina platensis SEBAGAI SUPLEMEN MAKANAN
DIAH ANGGRAINI WULANDARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
RINGKSAN DIAH ANGGRAINI WULANDARI. C34040020. Formulasi Tablet Hisap Spirulina platensis sebagai Suplemen Makanan. Dibimbing oleh WINI TRILAKSANI DAN IRIANI SETIANINGSIH. Spirulina memiliki banyak manfaat bagi kesehatan antara lain sebagai “superfood” yang kaya akan zat gizi, vitamin B kompleks, asam lemak esensial, vitamin, mineral dan pigmen alami. Banyaknya khasiat dan manfaat Spirulina bagi kesehatan serta rendahnya konsumsi Spirulina, menginspirasi untuk mencari bentuk sediaan yang mudah dikonsumsi, mudah dibawa, disukai dan dapat digunakan sewaktu-waktu yaitu dengan memanfaatkannya dalam bentuk sediaan tablet hisap. Tablet hisap (troches dan lozenges) merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam rongga mulut. Troches dan lozenges biasanya dibuat dengan menggabungkan obat atau bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik, analgesik, atau bahkan vitamin, yang diinginkan dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menentukan formulasi tablet hisap Spirulina terbaik berdasarkan pengujian fisik dan uji hedonik tablet. membandingkan karakteristik kimiawi Spirulina komersial dan Spirulina hasil kultivasi. Serta membandingkan karakteristik kimiawi tablet hisap berbahan baku Spirulina komersial dan Spirulina hasil kultivasi. Penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan yaitu penentuan bahan pengikat tablet hisap. Penelitian utama terdiri dari formulasi tablet hisap, penentuan formula terbaik tablet hisap Spirulina berdasarkan uji fisik dan uji organoleptik, kultivasi Spirulina, analisis bahan baku Spirulina pembuatan tablet hisap Spirulina hasil kultivasi dengan metode kempa langsung dan analisis komposisi kimia tablet hisap Spirulina. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian fisik (Farmakope Indonesia) yaitu keseragaman bobot, kekerasan tablet, dan keregesan tablet, pengujian organoleptik, pengujian proksimat, pengujian antioksidan dan penentuan persentase angka kecukupan gizi. Berdasarkan uji hedonik dan karakteristik fisik (kekerasan, keregesan, keseragaman bobot) formulasi tablet hisap Spirulina terpilih yaitu tablet hisap dengan konsentrasi Spirulina 500 mg dan mint 0,5%. Spirulina hasil kultivasi memiliki kadar air, kadar abu, dan kadar lemak lebih tinggi dibandingkan dengan Spirulina komersial, sedangkan kadar protein Spirulina hasil kultivasi (56,27%) lebih rendah dibandingkan Spirulina komersial (63,74%). Tablet hisap Spirulina berbahan baku Spirulina kultur memiliki kadar air, kadar abu dan lemak lebih tinggi dibandingkan tablet hisap berbahan baku Spirulina komersial namun protein pada keduanya cukup tinggi yaitu 29,18% dan 30,38%. Protein tablet hisap Spirulina tersebut lebih tinggi dibandingkan tablet Spirulina komersial yang beredar di pasaran 28,33%, sedangkan aktivitas antioksidan tablet hisap komersial dan hasil kultivasi yang belum mengalami ekstraksi tergolong lemah dengan nilai IC50 2310,90 ppm dan 1621,82 ppm. Tablet hisap Spirulina dengan takaran saji 3,2 g menyumbangkan total energi 12,27 kkal dan 11,44 kkal dengan %AKG protein, lemak, karbohidrat pada tablet hisap Spirulina komersial berturut-turut sebesar 1,62%, 0,13%, dan 0,63%, sedangkan %AKG protein, lemak, karbohidrat tablet hisap Spirulina kultur berturut-turut sebesar 1,55%, 0,39%, 0,45%.
FORMULASI TABLET HISAP Spirulina platensis SEBAGAI SUPLEMEN MAKANAN
DIAH ANGGRAINI WULANDARI C34080020
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
SKRIPSI
Judul
: Formulasi Tablet Hisap Spirulina platensis Sebagai Suplemen Makanan
Nama
: Diah Anggraini Wulandari
NIM
: C34080020
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Wini Trilaksani, M.Sc NIP. 19610128 199601 2 001
Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS NIP. 19600925 198601 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Dr.Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil NIP. 195805111985031002
Tanggal Pengesahan :..................................................
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ” Formulasi Tablet Hisap Spirulina platensis sebagai Suplemen Makanan” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yan berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2013
Diah Anggraini Wulandari C34080020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung, pada tanggal 13 Maret 1991 dari pasangan Bapak Suryan dan Ibu Isnani sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Islam pada tahun 1995. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2002 di P
SDN 3 Yukum Jaya, pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2005, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2008. Pada tahun yang sama (2008) penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB di Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama studi di Institut Pertanian Bogor, penulis masuk kepengurusan Lembaga Sosial Bina Desa BEM-KM IPB periode 2008-2009 dan Himpunan Profesi HIMASILKAN Divisi Sosial Kemasyarakatan dan Peduli Pangan periode 2009-2011. Penulis juga menjadi asisten mata kuliah interdepartemen Avertebrata Air periode 2009-2010 dan periode 2010-2011, Asisten Diversifikasi dan Pengembangan
Produk
Perairan
periode
2011-2012,
Asisten
Teknologi
Pemanfaatan Limbah Hasil Perairan periode 2011-2012, Asisten Kimia Dasar periode 2011-2012, dan Asisten Biotoksikologi 2012 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian yang berjudul ”Formulasi Tablet Hisap Spirulina platensis Sebagai Suplemen Makanan” dibawah bimbingan Trilaksani M.Sc dan Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS
Dr. Ir. Wini
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
rahmat
dan
hidayah-Nya
kepada
penulis
sehingga
dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ” Tablet Hisap Spirulia platensis Sebagai Suplemen Makanan”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1
Dr. Ir. Wini Trilaksani M.Sc dan Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis.
2
Bapak Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.
3
Dr. Desniar S.Pi, M.Si selaku dosen penguji atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis.
4
Keluarga besar Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP), Staff Dosen dan Tata Usaha (TU) atas bantuan dan kerjasamanya
5
Keluarga terutama ayah dan ibu dan adik (Bagus dan Danda) tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6
Teman-teman THP 45 yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun material serta pihak lain yang telah banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini
7
Pak Didik dan Staff di Laboratorium Farmasi TNI-AL atas bantuan yang telah diberikan Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, April 2013
Diah Anggraini Wulandari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
1 PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1
1.2 Tujuan ....................................................................................................
2
2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
3
2.1 Spirulina platensis ..............................................................................
3
2.2 Kultivasi Spirulina platensis.................................................................
5
2.3 Tablet Hisap .........................................................................................
6
2.4 Bahan Pembantu pada Tablet Hisap ..................................................... 2.4.1 Bahan pengisi ............................................................................. 2.4.2 Bahan pengikat ........................................................................... 2.4.3 Bahan pemanis, dan pemberi rasa ............................................. 2.4.4 Bahan pelincir, dan anti lengket .................................................
7 7 7 7 7
2.5 Suplemen Makanan ..............................................................................
10
2.6 Antioksidan ..........................................................................................
10
2.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan DPPH ..................................
11
3 METODOLOGI .........................................................................................
13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
13
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................
13
3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 3.3.1 Penelitian pendahuluan ................................................................. 3.3.2 Penelitian utama ............................................................................
14 14 14
3.4 Prosedur Analisis .................................................................................. 3.4.1 Keseragaman bobot tablet ............................................................ 3.4.2 Kekerasan tablet ........................................................................... 3.4.3 Keregesan tablet ........................................................................... 3.4.4 Uji organoleptik tablet ................................................................. 3.4.5 Analisis kadar air.......................................................................... 3.4.6 Analisis kadar abu ........................................................................ 3.4.7 Analisis kadar protein .................................................................. 3.4.8 Analisis kadar lemak .................................................................... 3.4.9 Uji aktivitas antioksidan...............................................................
17 17 17 17 18 18 19 19 20 20
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
22
4.1 Penelitian Pendahuluan ..........................................................................
22
4.2 Penelitian Utama .................................................................................... 4.2.1 Formulasi tablet hisap Spirulina ................................................... 4.2.2 Karakteristik fisik tablet hisap Spirulina....................................... 4.2.3 Uji organoleptik tablet hisap Spirulina ........................................
23 23 24 27
4.3 Kultivasi Spirulina ................................................................................
32
4.4 Komposisi Kimia Bahan Baku Spirulina ..............................................
34
4.5 Komposisi Kimia Tablet Hisap Spirulina Formula Terpilih.................
36
4.6 Aktivitas Antioksidan Tablet Hisap Spirulina .....................................
37
4.7 Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tablet Hisap Spirulina .....
39
5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
42
5.1 Simpulan ................................................................................................
42
5.2 Saran .......................................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
43
LAMPIRAN ...................................................................................................
48
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Komposisi kimia beberapa jenis mikroalga .........................................
4
2
Kandungan mineral Spirulina .............................................................
5
3
Batas penyimpangan bobot tablet .......................................................
17
4
Formulasi bahan pengikat tablet hisap Spirulina komersial ................
22
5
Formulasi tablet hisap Spirulina komersial ..........................................
23
6
Kondisi umum kultivasi Spirulina .......................................................
33
7
Komposisi kimia bahan baku Spirulina platensis ................................
34
8
Komposisi kimia tablet hisap Spirulina formula terpilih .....................
36
9
Persentase AKG tablet hisap Spirulina untuk konsumen dewasa .......
39
10
Persentase AKG tablet hisap Spirulina untuk anak-anak ....................
39
11
Kandungan gizi tablet dalam berbagai takaran saji untuk dewasa .......
40
12
Kandungan gizi tablet dalam berbagai takaran saji untuk anak-anak ..
40
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Spirulina platensis ................................................................................
3
2
Diagram alir kultivasi Spirulina platensis ............................................
15
3
Diagram alir proses pembuatan tablet hisap Spirulina.........................
16
4
Tablet hisap Spirulina ..........................................................................
23
5
Histogram keseragaman bobot tablet hisap Spirulina ..........................
25
6
Histogram kekerasan tablet hisap Spirulina ........................................
26
7
Histogram keregesan tablet hisap Spirulina .........................................
27
8
Nilai penerimaan panelis terhadap kenampakan tablet hisap...............
28
9
Nilai penerimaan panelis terhadap warna tablet hisap .........................
29
10
Nilai penerimaaan panelis terhadap aroma tablet hisap .......................
30
11
Nilai penerimaan panelis terhadap rasa tablet hisap ............................
31
12
Nilai penerimaan panelis terhadap tekstur tablet hisap ........................
32
13
Aktivitas antioksidan tablet hisap Spirulina.........................................
38
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Score sheet uji hedonik tablet hisap Spirulina .....................................
49
2
Hasil uji Kruskal-Wallis tablet hisap Spirulina ....................................
49
3
Hasil uji lanjut Duncan parameter penampakan ..................................
50
4
Hasil uji lanjut Duncan parameter warna ............................................
50
5
Hasil uji ANOVA Kadar air tablet hisap Spirulina.............................
50
6
Hasil uji duncan kadar air tablet hisap Spirulina .................................
51
7
Hasil uji ANOVA kadar abu tablet hisap Spirulina ............................
51
8
Hasil uji duncan kadar abu tablet hisap Spirulina................................
51
9
Hasil uji ANOVA kadar lemak tablet hisap Spirulina ........................
51
10
Hasil uji duncan kadar lemak tablet hisap Spirulina............................
52
11
Hasil uji ANOVA kadar protein tablet hisap Spirulina .......................
52
12
Rekapitulasi data antoksidan tablet hisap Spirulina .............................
52
13
Perhitungan persentase AKG tablet hisap komersial ..........................
52
14
Perhitungan persentase AKG tablet hisap kultur ................................
53
15
Batas minimum penggunaan bahan tambahan tablet ...........................
54
16
Komposisi media kultivasi Spirulina ...................................................
54
17
Dokumentasi penelitian ........................................................................
55
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemenuhan gizi di Indonesia masih kurang merata, tercatat bahwa 17,9% balita mengalami kekurangan gizi (Ariani 2010). Masalah gizi yang dihadapi di Indonesia adalah masalah gizi makro dan gizi mikro. Masalah gizi ini disebabkan kurangnya asupan Fe, iodium, vitamin A dan protein. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan asupan protein dengan mengkosumsi berbagai pangan sumber protein seperti susu, telur, daging, kedelai serta sumber protein dari hasil perairan termasuk diantaranya adalah ikan dan mikroalga khususnya Spirulina. Spirulina adalah organisme yang termasuk kelompok alga hijau biru (blue green algae). Alga ini berbentuk silinder, tidak bercabang, dan berwarna hijau di dalam koloni yang besar. Warna hijau tua ini berasal dari klorofil dalam jumlah besar. Secara alami, Spirulina mampu tumbuh di perairan danau yang bersifat alkali dan suhu hangat, atau kolam dangkal di wilayah tropis. Spirulina merupakan salah satu sumber protein terbaik diantara sumber protein lainnya. Kandungan protein pada Spirulina 50-70% dari berat keringnya (Tietze 2004). Protein berfungsi untuk membentuk dan memperbaiki jaringan tubuh serta pembentukan enzim dan hormon (Lechninger 1982). Kelebihan Spirulina lainnya yaitu kandungan lemaknya kurang dari 5% dan sebagian besar merupakan lemak tidak jenuh. Mikroalga ini secara alami rendah kolesterol, kalori, lemak dan sodium serta mengandung sembilan vitamin dan empat belas mineral yang terkait dengan asam amino, hal ini memudahkan dan mempercepat proses asimilasi tubuh (Henrikson 2009). Alga hijau biru (blue green algae) memiliki banyak manfaat bagi kesehatan antara lain sebagai “superfood” yang kaya akan zat gizi, vitamin B kompleks, asam lemak esensial, vitamin, mineral, dan pigmen alami. Blue green alga mengandung pigmen fikosianin, klorofil, dan polisakarida yang membantu meningkatkan aktifitas unsur-unsur antibodi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit, sehingga tubuh memiliki daya tahan yang lebih kuat (Richmond 1988). Spirulina mengandung klorofil, vitamin B12, asam folat, dan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah sehingga konsumsi Spirulina
2
secara teratur akan mencegah terjadinya anemia (kurang darah). Spirulina juga mengandung antioksidan selenium, vitamin E, enzim SOD yang dapat memperkecil resiko kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas (Adam 2005). Banyaknya khasiat dan manfaat Spirulina bagi kesehatan, serta masih rendahnya konsumsi Spirulina oleh masyarakat menginspirasi untuk mencari bentuk sediaan yang mudah dikonsumsi, mudah dibawa, disukai, dan dapat digunakan sewaktu-waktu. Dewasa ini, Spirulina telah dikomersialkan sebagai suplemen dalam bentuk kapsul dengan harga yang relatif mahal dan kurang terjangkau di masyarakat. Selain itu bentuk sediaan kapsul identik dengan obat sehingga tidak disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa. Oleh sebab itu perlu adanya alternatif baru agar Spirulina dapat dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat, salah satunya dengan memanfaatkan Spirulina dalam bentuk sediaan tablet hisap. Tablet merupakan bentuk sediaan yang praktis, banyak ditemui, mudah dibawa dan diproduksi serta lebih aman dari penambahan bahan-bahan kimia lainnya. Tablet hisap (troches dan lozenges) merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam rongga mulut. Troches dan lozenges biasanya dibuat dengan menggabungkan obat atau bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik, analgesik, atau bahkan vitamin, yang diinginkan dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit (Lachman et al. 1994). Penggunaan bahan tambahan (excipient) dalam tablet hisap akan mempengaruhi karakteristik tablet hisap, untuk itu perlu dicari formulasi tablet hisap yang tepat dengan bahan utama Spirulina platensis.
1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menentukan formulasi tablet hisap Spirulina terbaik berdasarkan pengujian fisik dan uji hedonik tablet. Membandingkan karakteristik kimiawi Spirulina komersial dan Spirulina hasil kultivasi. Membandingkan karakteristik kimiawi tablet hisap berbahan baku Spirulina komersial dan Spirulina hasil kultivasi.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spirulina platensis Spirulina adalah organisme mikroskopis yang termasuk kelompok alga hijau biru (cyanobacteria). Kelompok alga ini memiliki bentuk tubuh spiral. Alga ini dalam koloni yang besar berwarna hijau tua. Warna hijau tua ini berasal dari klorofil dalam jumlah tinggi. Secara taksonomi Spirulina dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Garrity et al. 2001): Kingdom
: Bacteria
Filum
: Cyanobacteria
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Cyanophyceae
Ordo
: Nostocales
Famili
: Oscillatoriaceae
Genus
: Spirulina
Gambar 1 Spirulina platensis (Henrikson 2009). Alga hijau biru ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan, pakan, suplemen, dan pangan fungsional. Spirulina mudah dicerna karena memiliki lapisan berupa membran tipis yang mudah dicerna. Membran tersebut merupakan gugus gula yang mudah dicerna dan diserap. Alga ini sangat bermanfaat walaupun dikonsumsi dalam jumlah sedikit (Tietze 2004). Selain itu, Spirulina menunjukkan efektifitas dalam penyembuhan dan pencegahan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes, obesitas, asma, tekanan darah tinggi, infeksi, peradangan, dan berbagai penyakit degeneratif (Adam 2005). Selain Spirulina, mikroalga jenis Chlorella, Dunaliella, dan lainnya juga memegang peranan penting dalam perairan, karena mikroorganisme air
4
fotosintetik bersel tunggal tersebut menunjukkan kandungan protein yang tinggi. Komposisi biokimia beberapa mikroalga disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi kimia beberapa jenis mikroalga (% berat kering) Jenis Mikroalga
Protein
Karbohidrat
Lemak
Chlorella
51-58
12-17
14-22
Dunaliella
57
32
6
Porphyridium
28-39
40-57
9-14
Scenedesmus
50-56
10-17
12-14
Spirulina
60-71
13-16
6-7
Sumber: Spolaroe et al. 2006
Spirulina memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama protein dan vitamin sehingga Spirulina dapat dimanfaatkan sebagai protein sel tunggal (Susanna et al. 2007). Kandungan Spirulina bervariasi dari 50% hingga 70% dari berat keringnya. Spirulina mengandung 4-7% lipid atau lemak dan sebagian besar dalam bentuk asam lemak esensial. Setiap 10 gram Spirulina mengandung 225 mg asam lemak esensial dalam bentuk linoleat dan Gamma Linolenic Acid (GLA) (Henrikson 2009). Karakteristik ini menyebabkan Spirulina tidak membutuhkan proses pengolahan khusus (Richmond 1988). Kandungan vitamin pada Spirulina cukup tinggi terutama vitamin B12 serta mengandung asam amino yang cukup lengkap. Kandungan vitamin B12 Spirulina lebih dari 300µg per 100 g Spirulina. Vitamin B12 sangat berperan bagi tubuh. Kekurangan vitamin B12 menyebabkan anemia pernisiosa, degenerasi syaraf, dan lain-lain (Tietze 2004). Alga ini kaya akan Gamma-Linolenic Acid (GLA), Alpha-Linolenic Acid (ALA), Linolenic Acid (LA), Stearidonic Acid (SDA), Aicosa Pentalenic Acid (EPA), Decosa Hexaenoic Acid (DHA), dan Arachidonic Acid (AA). Vitamin yang terkandung pada Spirulina adalah B1, B2, B3, B6, B9, vitamin C, vitamin D, vitamin E. Alga ini mengandung potassium, kalsium, krom, tembaga, besi, magnesium, mangan, fosfor, selenium, sodium, dan seng (Henrikson 2009). Kandungan mineral Spirulina disajikan pada Tabel 2.
5
Tabel 2 Kandungan mineral Spirulina Komposisi Mineral (per 1gr Spirulina ) Kalsium Iron Magnesium Sodium Potassium Fosfor Zinc Mangan Copper Chromium
Jumlah 7 mg 1 mg 4 mg 9 mg 14 mg 9 mg 0,03 mg 0,05 mg 12 mcg 2.5 mcg
Sumber: Farms (1995) dalam Henrikson (2009)
2.2 Kultivasi Spirulina Kultivasi atau produksi Spirulina pada dasarnya meliputi pertumbuhan ganggang (kultur), pemanenan, pencucian, pengeringan dan penyimpanan produk (Angka dan Suhartono 2000). Faktor lingkungan utama yang berpengaruh pada kultivasi Spirulina adalah nutrisi, suhu, dan cahaya (Richmond 1988). Kultur Spirullina dilakukan dengan membiakkan bibit Spirulina dalam media zarrouk. Kemudian dilakukan pengaturan pH hingga mencapai 8,3 dengan penambahan HCl. Kultur diletakkan didekat sumber cahaya dan diberi aerasi atau pengadukan (Diharmi 2000). Spirulina hidup dalam lingkungan pH yang tergolong basa dengan kandungan senyawa-senyawa karbonat tinggi. Kisaran pH optimum untuk pertumbuhan Spirulina antara 8,3-11. Spirulina dapat mentoleransi perubahan pH jika tidak bersifat tiba-tiba. Perubahan pH yang cepat pada Spirulina akan menyebabkan kematian alga. Hal itu dapat ditanggulangi dengan penambahan larutan penyangga (buffer) pada media. Larutan penyangga yang baik pada media tumbuh adalah 0,2 M NaHCO3 (Zarouk 1996 dalam Arylza 2005a). Spirulina memerlukan cahaya dan CO2 untuk fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dapat meningkatkan kandungan O2 dalam media pertumbuhannya. Unsur nitrogen harus dipasok karena mikroalga ini tidak
6
mendapatkannya dari udara dan jika kondisi pertumbuhan sesuai, biomassa kering Spirulina dapat mencapai 60-70 ton/hektar kolam (Arylza 2005b) Nutrien dalam media tumbuh sangat berpengaruh dalam kultivasi Spirulina. Bila keberadaannya tidak merata maka pertumbuhan kultur akan terganggu. Faktor utama dalam media tersebut sangat tergantung dari hara nitrogen dan fosfat serta faktor eksternal pertumbuhan seperti cahaya dan suhu. Agar penyebaran ketiga faktor tersebut merata maka diperlukan pengadukan (Colla et al. 2004) Spirulina merupakan alga fotoautotrof yang berarti tidak dapat tumbuh dalam gelap dan media tumbuh yang mengandung sumber karbon organik. Namun, bila terkena sinar dapat menggunakan karbon dari karbohidrat dalam bentuk glukosa yang ditambahkan sebanyak 0,1% (b/v) dalam media tumbuh (Richmond 1998). Suhu optimum Spirulina untuk kultur di laboratorium berkisar antara 35 – 37○C. Suhu minimum berkisar antara 18-20○C. pada daerah beriklim tropis, Spirulina dapat tumbuh optium pada kisaran suhu 25- 35○C (Kuniastuty dan Isnansetyo 1995). Pengeringan Spirulina dapat dilakukan dengan pemanasan yang dirancang sedemikian rupa hingga suhu berkisar antara 40-60○C. Suhu pengeringan diatas 60○C akan menyebabkan degradasi fikosianin dan timbulnya reaksi Maillard (Desmorieux dan Decaen 2006). Kondisi pengeringan secara konveksi pada lapisan tipis yang paling optimum dilakukan pada kondisi suhu dibawah 40○C. penyimpanan Spirulina dilakukan dalam keadaan kering karena Spirulina kering tidak mudah terfermentasi (Angka dan Suhartono 2000).
2.3 Tablet Hisap Tablet hisap (troches dan lozenges) merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam rongga mulut. Troches dan lozenges biasanya dibuat untuk menggabungkan obat atau bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik, analgesik, atau bahkan vitamin. Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahanlahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit (Lachman et al. 1994). Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang mempunyai cita rasa serta
7
ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau tenggorokan (Banker dan Anderson 1994).
2.4 Bahan Pembantu pada Tablet Hisap 2.4.1
Bahan pengisi Bahan pengisi ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi serta daya
alir, sehingga dapat dikempa langsung untuk memacu aliran. Bahan pengisi pada tablet hisap berupa gula-gula yang dapat pula berfungsi sebagai pemanis. Bahan pengisi yang digunakan biasanya adalah laktosa, dekstrosa, manitol, avicel, kalsium karbonat, kalsium fosfat, dan dikalsium fosfat (Lachman et al. 1994). 2.4.2 Bahan pengikat Bahan pengikat adalah bahan padat yang digunakan untuk mengatur sifat adhesi dan kohesi. Tujuannya untuk membentuk granul dengan menjamin penyatuan partikel serbuk. Bahan pengikat akan membentuk sifat kohesi terhadap serbuk sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pengempaan. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif bila ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan pengikat yang umum digunakan antara lain gom akasia, gelatin, sukrosa, povidin, metal solulose, karboksimetil selulose, dan pasta kanji terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulose mikrokristalin, yang umum digunakan dalam pembuatan tablet kempa langsung (Lachman et al. 1994). 2.4.3 Bahan pemanis dan pemberi rasa Pemanis ditambahkan terutama untuk memberi rasa yang enak pada mulut dengan menutupi atau memperbaiki rasa obat, bila bahan obat yang digunakan kurang enak. Pemanis yang biasa digunakan adalah manitol, laktosa, sukrosa, dan dekstrosa. Manitol merupakan gula yang paling banyak digunakan dalam tablet kunyah dan tablet hisap karena dapat memberi rasa dingin dan enak di mulut (Salminen et al. 2002). 2.4.4
Bahan pelincir dan anti lekat Bahan pelincir adalah zat yang bertujuan untuk mengurangi gesekan
selama proses pencetakan dan mencegah masa tablet melekat pada cetakan. Zat pelincir yang banyak dijumpai adalah talk, asam stearat, garam-garam stearat dan
8
derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat (Lachman 1994). Jumlah pelincir yang digunakan untuk membuat tablet berbeda-beda. Umumnya penggunaan bahan pelincir mulai dari 0,1% berat tablet hingga 5%. Magnesium stearat Mg(C18H35O2)2 merupakan salah satu pelincir yang digunakan untuk pembuatan tablet hisap. Antilengket atau zat pelincir adalah zat yang meningkatkan aliran bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi halus dan mengkilap (Ansel 1989). Bahan-bahan pembantu yang digunakan pada tablet hisap antara lain: Avicel. Avicel atau Microcristalline celulose merupakan bahan pengisi yang sering digunakan pada tablet terutama pada metode kempa langsung. Bahan ini berasal dari selulosa kayu alfa yang dimurnikan dengan cara hidrolisis asam untuk menghilangkan partikel selulosa yang tidak beraturan sehingga yang tertinggal adalah kristal mikro yang berbetuk jarum (Shangraw 1989). Penggunaan avicel secara berlebihan pada pembuatan tablet hisap dapat meningkatkan disintegrasi tablet sehinga tablet cepat meleleh saat dihisap, menimbulkan rasa berkapur (chalky) dan kering.
Namun penambahan avicel
kurang dari 20% dapat meningkatkan kompresibilitas tablet tanpa menimbukan efek negatif Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan (Peters 1989). Sorbitol. Sorbitol merupakan isomer optik dari manitol. Manitol merupakan gula paling mahal yang digunakan sebagai pengisi tablet, terkadang sorbitol dan mannitol penggunaannya dicampur untuk mengurangi biaya. Sorbitol bersifat higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori (4 kal/g) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan gula (sukrosa) (Lachman et al. 1994). Sorbitol cocok digunakan dalam tablet hisap yang terkikis di mulut secara lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memiliki tekstur licin, dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu sorbitol tidak bersifat karsiogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters 1989)
9
Mint dan Asam sitrat. Pencita rasa atau flavor yang digunakan dalam tablet hisap adalah mint dan asam sitrat. Rasa pedas, segar dan dingin (mint) dapat berasal dari senyawa peppermint (L-menthol), Spearmint (L-carvone), dan eucalyptus. Pada produk farmasi seperti tablet kunyah, jumlah pecita rasa yang ditambahan serkisar antara 1-3% (Gordon 2002). Asam terdapat secara alami, baik dalam bentuk asam organik maupun anorganik (Sulaeman 1990). Asam sitrat dan asam malat merupakan asam organik utama pada buah-buahan. Asam sitrat banyak terdapat pada buah, sitrus, pear dan stroberi (Fourie 1996). Asam dalam makanan berperan sebagai pembuat rasa asam dan tart taste, serta merangsang atau meningkatkan persepsi akan senyawa pembawa rasa yang lain dalam makanan (Fennema 1996). Fungsi lain adalah sebagai penegas rasa yang lain dalam makanan. Fungsi lainnya adalah sebagai penegas rasa dan warna, mempermudah proses pengolahan, bersifat sinergis terhadap antioksidan (Winarno 2002). Zat yang bersifat sinergis terhadap antioksidan dapat membantu meningkatkan atau mempertahankan kerja antioksidan. Walaupun asam sitrat mudah terurai karena panas. Produk uraian tersebut juga dapat berperan sebagai sinergis suatu antioksidan. Asam sitrat merupakan salah satu bahan yang termasuk aman atau Generally Recognized as Safe (GRAS) ( Fennema 1996) Magnesium stearat dan talk. Magnesium stearat berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaanya ditujukan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dan dinding pencetak tablet, pada saat tablet ditekan keluar. Pelumas yang banyak digunakan adalah asam stearat, garam-garam asam stearat dan derivat-derivatnya. Bentuk garam stearat yang banyak dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat (Lachman et.al 1994). Selain magnesium stearat, pelumas atau pelincir yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap adalah talk. Penambahan talk pada konsentrasi diatas 0,25% dapat meningkatkan aliran granulasi (Peters 1989). Aerosil. Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus adsorben pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan seterusnya tetap sama. Sebagai adsorben, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan yang
10
agak basah/cair tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorben biasanya ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E) sebelum dicampur dengan bahan lainnya (Peck et al. 1989).
2.5 Suplemen Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mendefinisikan suplemen makanan sebagai produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempuyai nilai gizi atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (BPOM RI 2005). Suplemen makanan berfungsi sebagai zat tambahan yang berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuh. Zat aktif yang dikandungnya hanya mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh, tidak dapat mengobati atau mencegah suatu penyakit. Anjuran penggunaan suplemen hanya diberikan bila asupan zat gizi seseorang tidak mencukupi kebutuhannya (Loni 2001). Peraturan perundang-undangan dibidang suplemen makanan menyatakan bahwa suplemen makanan harus memiliki kriteria sebagai berikut: (a) menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan keamanan serta standard dan persyaratan yang ditetapkan; (b) Komposisi atau bahan yang digunakan memiliki manfaat yang dapat dibuktikan dan didukung oleh data; (c) Diproduksi dengan menerapkan cara pembuatan yang baik; (d) Penandaan yang harus mencantumkan informasi yang lengkap, objektif, benar, dan tidak menyesatkan; (e) Dalam bentuk sediaan pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, setengah padat dan cairan yang tidak dimaksud untuk pangan. Selain itu, suplemen makanan harus diproduksi dengan menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu sesuai dengan Farmakope Indonesia atau standar yang diakui (BPOM RI 2005).
2.6 Antioksidan Antioksidan berfungsi untuk melindungi lemak dan peroksidasi oleh radikal bebas. Antioksidan dapat bekerja secara efektif karena antioksidan mampu
11
mendonorkan sebuah elektron untuk radikal bebas. Apabila radikal bebas telah mendapatkan elektron dari antioksidan maka radikal bebas akan kehilangan kemampuannya untuk menyerang sel dan rantai reaksi oksidasi akan terputus. Setelah mendonorkan elektronnya antioksidan akan beruah menjadi radikal bebas. Akan tetapi dalam fase ini antioksidan tidak berbahaya karena antioksidan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan perubahan elektron tanpa berubah menjadi reaktif (Dekkers et al. 1996 dalam Widianingsih 2008). Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer (chain breaking antioxidant) dan antioksidan sekunder (preventive antioxidant). Antioksidan dapat bereaksi dengan radikal lipid dan mengubahnya menjadi bentuk yang stabil. Sebuah senyawa dapat disebut antioksidan primer apabila senyawa tersebut dapat mendonorkan atom hidrogennya dengan cepat ke radikal bebas atau radikal antioksidan yang dihasilkan lebih stabil dari radikal lipid atau dapat diubah menjadi produk lain yang lebih stabil (Gordon 1990). Senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah vitamn E (tokoferol), Vitamin C (asam askorbat), β-karoten, dan sistein (Taher 2003). Antioksidan sekunder berfungsi sebagai antiosidan pencegah yaitu menurunkan kecepatan inisiasi dengan berbagai mekanisme seperti melalui pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen dan penguraian hidroperoksida menjadi produk-produk non radikal. Contoh antioksidan sekunder antara lain turunan asam fosfat, asam askorbat, senyawa karoten, sterol, fosfolipid, dan produk-produk reaksi maillard (Gordon 1990).
2.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1- diphenyl-2 picrylhydrazil) Aktivitas antioksidan suatu bahan dapat diukur dengan berbagai metode. Prinsip dasar pengukuran aktivitas antioksidan adalah penghambatan proses oksidasi oleh senyawa antioksidan yang terdapat dalam bahan pangan atau ekstrak bahan alam (Aryudhani 2007). Salah satu metode yang sering digunakan untuk mengetahui
aktivitas
antioksidan
adalah
degan
DPPH
(1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl). Senyawa DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) adalah senyawa radikal bebas yang stabil yang dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal
12
dari suatu antiokasidan membentuk DPPH tereduksi. Kelebihan dari metode DPPH adalah sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Blois 1958 dalam Aryudhani 2007). Metode DPPH merupakan model radikal lipofilik. Rantai reaksi radikal lipofilik diinisiasi oleh autooksidasi lemak. Aktivitas penangkapan radikal bebas dari ekstrak kasar tumbuhan di determinasi dari hasil reduksi melalui adsorbansi pada panjang gelombang 517 nm sebagaimana penangkapan radikal bebas DPPH yang bersifat stabil. Pengukuran kuantitatif terhadap aktivitas antioksidan suatu bahan dapat diketahui dari terjadinya peluruhan warna ungu bahan DPPH (Gupta et al. 2003 dalam Setyaningsih 2009). Jika larutan DPPH ditambahkan pada bahan yang mengandung antioksidan, intensitas warna larutan DPPH akan menurun sesuai dengan kosentrasi dan daya hambat bahan yang mengandung antioksidan
(Molyneux
2004).
Parameter
yang
digunakan
untuk
menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah EC50 (Efficient concentration) atau biasa disebut IC50 (inhibition concentration). IC50 merupakan konsentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50% (Molyneux 2004).
13
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Produktivitas Lingkungan Manajemen Sumberdaya Perairan, Laboratorium Nutrisi Ikan Budidaya Perairan dan Laboratorium Lembaga Farmasi TNI Angkata Laut (LAFIAL), Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret hingga bulan Desember 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spirulina platensis bubuk komersial yang diperoleh dari Jepara- Jawa Tengah dan Spirulina plantensis yang dikultivasi di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo-Jawa Tengah. Bahan-bahan untuk media kultivasi meliputi klorin, tiosulfat, air tawar, air laut, MgSO4, K2SO4, CaCl2, CuSO4, Na2HPO4, NaHCO3, urea, ZA, vitamin B12, media Walne, akuades, asam sitrat dan alkohol 70%. Bahan tambahan tablet meliputi talk dan mint, magnesium stearat, dan sorbitol diperoleh di toko kimia, avicel dan aerosil diperoleh dari Univesitas Pancasila. Bahan analisis meliputi DPPH, metanol, H2SO4, NaOH 40%, H3BO3, HCl 0,1N. Alat yang digunakan meliputi peralatan kultivasi yaitu akuarium, toples, bak kultivasi, nylon mesh, selang, aerator, gelas ukur, corong, filter, pipet volumetrik, pengaduk kayu, kain lap atau tisu dan Water Quality Meter (WQM). Alat pengujian meliputi mikropipet, labu takar, tabung reaksi, sudip, tissue, alumunium foil, gelas piala, timbangan digital, spektrofotometri, tabung kjeltab, desikator, cawan porselen, oven, tanur, erlenmeyer, gelas arloji, pengempa tablet, friabilitimeter, dan hardness terster. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan yaitu penentuan jenis bahan pengikat tablet menggunakan Spirulina komersial. Penelitian utama terdiri dari formulasi tablet hisap menggunakan Spirulina komersial, penentuan formula terbaik berdasarkan uji fisik dan uji hedonik, kultivasi Spirulina, analisis bahan baku
14
Spirulina, pembuatan tablet hisap Spirulina hasil kultivasi dan analisis komposisi kimia tablet hisap Spirulina. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian fisik, pengujian organoleptik, pengujian proksimat, pengujian antioksidan, dan penentuan nilai AKG. 3.3.1 Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mencari jenis bahan pengikat yang baik dalam pembuatan tablet hisap. Penentuan jenis bahan pengikat tablet dilakukan dengan trial and error menggunakan tiga jenis bahan pengikat yang berbeda yaitu hydroxypropyl methylcellulose (HPMC), avicel dan gum arab dengan menggunakan metode kempa langsung. 3.3.2 Penelitian utama Penelitian utama terdiri dari beberapa tahap yaitu formulasi tablet hisap Spirulina platensis, pemilihan formula terbaik, pembuatan tablet hisap Spirulina hasil kultivasi dan analisis komposisi kimia tablet hisap Spirulina. 1) Formulasi tablet hisap Spirulina platensis Tahap formulasi menggunakan serbuk Spirulina komersial sebagai bahan bakunya. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari bahan aktif (utama) yaitu serbuk Spirulina platensis komersial, bahan pengisi seperti sorbitol dan avicel, bahan pelincir seperti Mg stearat, aerosil, dan talk serta bahan pemberi cita rasa mint. Bahan-bahan tersebut terbagi menjadi dua fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam merupakan bahan-bahan yang mempunyai komposisi besar atau utama dalam tablet, sedangkan fase luar merupakan bahan tambahan dalam jumlah kecil. Formulasi tablet hisap terdiri dari empat jenis formula dengan perbedaan konsentrasi Spirulina dan konsentrasi mint. Sorbitol merupakan bahan terakhir yang ditambahkan untuk memperoleh jumlah total (100%) sehingga jumlah sorbitol tidak sama pada setiap formula. 2) Pemilihan formula terbaik Pemilihan formula terbaik dilakukan berdasarkan uji karakteristik fisik tablet dan uji hedonik tablet hisap Spirulina. Uji karakteristik fisik tablet hisap Spirulina terdiri dari beberapa uji yaitu keseragaman bobot, kekerasan tablet dan keregesan tablet, sedangkan uji hedonik tablet dilakukan dengan pengujian
15
terhadap 30 orang panelis pada parameter kenampakan, warna, rasa, aroma, dan tekstur tablet. 3) Kultivasi dan pemanenan Spirulina platensis Kultivasi Spirulina platensis bertujuan untuk memperoleh biomasa Spirulina yang digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan tablet hisap. Tahapan pada kultivasi Spirulina platensis adalah persiapan alat, kultur bibit Spirulina menggunakan media Walne dengan penambahan bibit 10-15%. Pemanenan bibit Spirulina dilakukan setelah 7 hari kemudian bibit dikultivasi di akuarium menggunakan media MT. Spirulina selanjutnya dikultivasi kembali ke dalam tandon menggunakan media MT. Pemanenan Spirulina pada tahap ini dilakukan setelah 22 hari dengan OD >0,5 (fase stasioner). Spirulina disaring menggunakan plankton net ukuran 90 mesh sehingga diperoleh biomassa Spirulina dalam bobot basah. Selanjutnya Spirulina dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 40○C selama 24-48 jam kemudian digerus hingga menjadi serbuk Spirulina sebagai bahan dasar pembuatan tablet hisap. Diagram alir proses kultivasi Spirulina platensis dapat dilihat pada Gambar 2. Kultivasi Spirulina dalam media Walne
Kultivasi Spirulina dalam media Walne- MT*
Kultivasi Spirulina dalam media MT-MT*
Pemanenan
Biomasa Spirulina
Pengeringan
Serbuk Spirulina
Analisis komposisi kimia dan aktivitas antioksidan
Gambar 2 Diagram alir kultivasi Spirulina platensis (MT*: Modifikasi Zarrouk, komunikasi pribadi Hastuti 2011).
16
4) Analisis bahan baku Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia, aktivitas antioksidan bahan baku Spirulina komersial dan Spirulina hasil kultivasi yang meliputi pengukuran kadar air, kadar abu, lemak, protein, dan karbohidrat. 5) Pembuatan tablet hisap Spirulina hasil kultivasi Setelah diperoleh serbuk Spirulina hasil kultivasi langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan serbuk Spirulina tersebut dalam pembuatan tablet dengan formula terpilih. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap Spirulina adalah metode kempa langsung dengan tahapan sebagai berikut: penimbahan bahan, pengayakan, pencampuran, dan pengempaan. Bahan yang digunakan terdiri dari bahan aktif yaitu serbuk Spirulina platensis hasil kultivasi, bahan pengisi sorbitol, dan avicel, bahan pelincir Mg stearat, aerosil, dan talk, dan pemberi cita rasa mint. Diagram alir proses pembuatan tablet hisap Spirulina dapat dilihat pada Gambar 3.
Penimbangan bahan-bahan
Serbuk Spirulina dan bahan-bahan tambahan tambahan Pencampuran dalam kantung plastik
Pengocokan
Pengempaan tablet ( metode kempa langsung)
Tablet hisap Spirulina
Analisis komposisi kimia dan aktivitas antioksidan
Gambar 3 Digram alir Proses pembuatan tablet hisap Spirulina platensis (Lachman 1994).
17
3.4 Prosedur Analisis Analisis yang dilakukan pada serbuk Spirulina adalah analisis proksimat sedangkan analisis yang dilakukan untuk mendapatkan tablet formulasi terbaik yaitu uji karakteristik fisik tablet hisap Spirulina meliputi: keseragaman bobot, kekerasan, keregesan, dan organoleptik. Tablet Spirulina terpilih akan dilakukan analisis meliputi: kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar protein, antioksidan dan penentuan nilai AKG. 3.4.1 Keseragaman bobot (Departemen Kesehatan RI 1995) Keseragaman bobot diukur dengan menimbang 20 tablet secara satu persatu. Kemudian setiap tablet dihitung bobot rata-ratanya. Berdasarkan Departemen Kesehatan RI syarat keseragaman bobot tablet yaitu tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari kolom A dan tidak ada satu tablet yang bobotnya menyimpang dari kolom B. Batas penyimpangan bobot rata-rata tablet dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Batas penyimpangan bobot rata-rata tablet. Bobot rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg sampai 150 mg 151 mg sampai 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan bobot rata-rata A B 15% 30% 10% 20% 7,5% 15% 5% 10 %
Sumber: Departemen Kesehatan RI (1995)
3.4.2 Kekerasan tablet (Departemen Kesehatan RI 1995) Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat Hardness Tester. Tablet yang akan diuji diletakan pada posisi vertikal diantara dua posisi logam penjepit dari alat pengukur kekerasan. Setelah itu tekan tombol start pada alat sehingga logam penjepit bergerak dan tablet pecah. Catat nilai yang tertera pada alat ketika tablet hancur. Kekerasan tablet dinilai dengan satuan kg/cm2 atau Kp. Kekuatan tekan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg/cm2 (Lachman et al. 1994). 3.4.3 Keregesan tablet (Departemen Kesehatan RI 1995) Sebanyak 20 tablet yang sudah dibebas debukan ditimbang, setelah itu dimasukan kedalam alat uji keregesan tablet. Alat diset dengan kecepatan 25 rpm
18
selama 4 menit. Setelah itu tablet dikeluarkan dan dibebaskan debukan kembali. Selanjutnya tablet yang sudah dibebas debukan ditimbang guna mengetahui perbedaan berat sebelum dan sesudah uji. Tablet yang baik memiliki keregesan <1%. (Departemen Kesehatan RI 1995). Rumus perhitungan kekerasan tablet hisap adalah sebagai berikut: Keregesan tablet = W1- W2 x 100% W1 Keterangan : W1= Bobot tablet sebelum diuji W2= Bobot tablet setelah diuji 3.4.4 Uji organoleptik Uji
organoleptik
dengan
menggunakan
indera
manusia
sebagai
instrumennya. Pengujian organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui peneriman sensori terhadap produk tablet hisap dengan 30 orang panelis untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap warna, aroma, rasa, kenampakan dan tekstur dimana tanggapan tersebut dapat berupa suka atau tidak suka yang divisualisasikan dengan angka 1 hingga 9. 3.4.5 Analisis kadar air (AOAC 1995) Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen daam oven pada suhu 102-105○C selama 30 menit. Cawan tersebut diletakan kedalam desikator (kurang lebih 30 menit) hingga dingin dan ditimbang hingga beratnya konstan. Kemudian cawan dan sampel seberat 1-2 gram ditimbang terlebih dahulu. Cawan dimasukan kedalam oven dengan suhu 102-105○C selama 6 jam. Cawan tersebut dimasukan kedalam desikator dan dibiarkan hingga dingin kemudian ditimbang, penimbangan diulang sampai berat konstan. Perhitungan kadar air:
Keterangan:
A= Berat cawan kosong (gram) B = Berat cawan dengan sampel (gram) C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringan (gram)
19
3.4.6 Analisis kadar abu (AOAC 1995) Cawan abu porselen dikeringkan didalam oven selama 30 menit dengan suhu 105○C, lalu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 2-5 gram yang telah dihomogenkan dimasukan kedalam cawan abu porselen. Cawan abu porselen dipijarkan dalam tungku pengabuan bersuhu sekitar 300-400○C sampai tidak berasap. Selanjutnya cawan dimasukan kedalam tanur pada suhu 600○C selama 6 jam. Proses pengabuan dilakukan sampai abu berwarna putih. Setelah itu cawan porselen didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang beratnya Perhitungan kadar abu: % kadar abu = Keterangan:
x 100%
A= Berat cawan abu poselen kosong (gram) B = Berat cawan abu porselen dengan sampel (gram) C = Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan
3.4.7 Analisis kadar protein (AOAC 1995) Prinsip dari analisis protein, yaitu untuk mengetahui kandungan protein kasar (Crude protein) pada suatu bahan. Tahap-tahap yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. (1) Tahap destruksi Sampel ditimbang seberat 1 gram, kemudian dimasukan kedalam tabung Kjeltab selanjutnya ditambahkan 10 ml H2SO4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukan kedalam alat pemanas dengan suhu 400○C. Proses destruksi dilakukan sampai bening. (2) Tahap Destilasi Isi labu dituangkan kedalam labu destilasi, lalu ditambahkan dengan aquades (50 ml). Air bilasan juga dimasukan kedalam alat destilasi dan ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 20 ml. Cairan dalam ujung kondensor ditampung dalam erlenmeyer 125 ml berisi larutan H3BO3 dan 3 tetes indikator (Cairan methyl red dan brom cresol green) yang ada dibawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh
20
200 ml destilat yang bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlemeyer. (3) Tahap titrasi Titrasi dilakuan dengan menggunakan HCL 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah (warna asam borat semula). Perhitungan jumah nitrogen dalam bahan: %Nitrogen=
% Kadar Protein = % nitrogen x faktor konversi (6,25). 3.4.8 Analisis kadar lemak ( AOAC 1995) Sampel seberat 2 gram (W1) dimasukan kedalam kertas saring dan dimasukan kedalam selonsong lemak, kemudian dimasukan kedalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan tabung soxlet. Selongsong lemak dimasukan kedaam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung reaksi dipasang pada alat destilasi soxhlet, lalu dipanaskan pada suhu 40○C dengan menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut lemak (n-heksan) yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung diruang eksekutor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali kedalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringan dengan oven 105○C, setelah itu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3) Perhitungan kadar lemak
Keterangan :
W1 = Berat sampel (gram) W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram) W3 = Berat abu lemak dengan lemak (gram).
3.4.9 Uji aktivitas antioksidan (Molyneux 2004) Biomassa kering Spirulina platensis dan tablet hisap Spirulina dilarutkan dalam metanol p.a. dengan konsentrasi 200, 400, 600 800 dan 1000
ppm.
21
Antioksidan alami alfa tokoferol digunakan sebagai pembanding dan kontrol positif, dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut metanol p.a. dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm. Larutan DPPH yang akan digunakan, dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut metanol dengan konsentrasi 1 mM. Proses pembuatan larutan DPPH 1 mM dilakukan dalam kondisi suhu ruang dan terlindung dari cahaya matahari. Larutan bahan baku, produk dan larutan antioksidan pembanding tokoferol yang telah dibuat, masing-masing diambil 4,5 ml dan direaksikan dengan 500 µl larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi yang berbeda dan telah diberi label. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dan diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Absorbansi dari larutan blanko juga diukur untuk melakukan perhitungan persen inhibisi. Larutan blanko dibuat dengan mereaksikan 4,5 ml pelarut metanol dengan 500 µl larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi. Aktivitas antioksidan dari masing-masing contoh dan antioksidan pembanding alfa tokoferol dinyatakan dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan formulasi sebagai berikut: % inhibisi = (Absorban blanko – Absorban contoh) x 100% Absorban blanko Nilai konsentrasi contoh (bahan baku, produk ataupun antioksidan pembanding tokoferol) dan persen inhibisinya diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx digunakan untuk mencari nilai IC50 (inhibitor concentration 50%) dari masing-masing contoh dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50. Nilai IC50 menyatakan besarnya konsentrasi larutan contoh (ekstrak ataupun antioksidan pembanding alfa tokoferol) yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%.
22
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan bahan pengikat yang baik dalam pembuatan tablet hisap Spirulina yang digunakan sebagai bahan acuan pada penelitian utama. Formulasi penentuan bahan pengikat tablet hisap ini menggunakan bahan baku Spirulina komersial dengan perbedaan jenis bahan pengikat tablet. Formulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Formulasi penentuan bahan pengikat tablet hisap Spirulina komersial Jenis Bahan Spirulina platensis* Sorbitol Talk Mg Stearat Asam sitrat Aerosil Avicel* HPMC* Gum arab*
Formula 1 (%) 62,5 (500mg) 29 1 1 0,5 3 3 Bobot tablet = 800 mg
Formula 2 (%) 62,5 (500mg)
Formula 3 (%) 62,5 (500mg)
29 1 1 0,5 3 3 -
29 1 1 0,5 3 3
Keterangan *: Modifikasi Rahingtyas 2008
Berdasarkan formulasi dengan perbedaan bahan pengikat, formulasi terbaik tablet hisap Spirulina adalah formula 1 dan 2 dengan bahan pengikat avicel dan HPMC. Hal ini diperoleh berdasarkan kenampakan dan kerapuhan tablet. Avicel dan HPMC (hydroxypropyl methylcellulose) merupakan bahan pengikat yang baik dalam pembuatan tablet dengan metode kempa langsung. Avicel atau selulosa mikrokristalin memiliki sifat alir yang baik. Selain digunakan sebagai pengikat, avicel juga berperan sebagai bahan pengisi dan penghancur di dalam mulut. HPMC adalah pengikat dan perekat yang umum digunakan. HPMC berperan sebagai pengikat dalam keadaan kering pada pencetakan langsung, sedangkan larutan HPMC berperan sebagai bahan perekat (Lachman 1994). Formula 3 dengan bahan pengikat gum arab memiliki kenampakan yang kurang menarik dan tablet yang dihasilkan lebih rapuh dibandingkan dengan tablet lain, hal ini disebabkan gum arab memiliki komposisi dan penampilan yang berbedabeda tergantung pada sumbernya. Penambahan gum arab kurang dari 5% akan
23
menghasilkan tekstur yang rapuh (mudah hancur), sedangkan jika lebih dari 5% akan menghasilkan mouthfeel yang berpasir. Bahan ini lebih efektif bila ditambahkan dalam bentuk larutan pada pembuatan granul dari pada bentuk kering ke formula pencetakan langsung (Purushotham et al. 2011) 4.2 Penelitian Utama Penelitian utama yang dilakukan meliputi formulasi tablet hisap menggunakan Spirulina komersial, penentuan formula terbaik tablet Spirulina berdasarkan uji fisik dan uji hedonik, kultivasi Spirulina, analisis komposisi kimia Spirulina, serta analisis komposisi kimia tablet hisap Spirulina hasil kultivasi dan tablet hisap Spirulina komersial. 4.2.1 Formulasi Tablet Hisap Spirulina Formula berpengaruh pada karakteristik fisik produk yang menentukan tingkat penerimaan konsumen atau tingkat kesukaan seseorang terhadap suatu produk. Formulasi tablet hisap ini mengacu pada hasil dari penelitian pendahuluan dengan bahan pengikat terpilih yaitu avicel. Avicel merupakan bahan pengikat yang paling baik dalam metode kempa langsung. Formulasi tablet hisap dengan bahan baku Spirulina komersial dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Formulasi tablet hisap Spirulina komersial Jenis Bahan S.platensis* Sorbitol Talk Mg Stearat Mint * Aerosil Avicel *
Formula 1 (%) 62,5 (500 mg)
Formula 2 (%) 62,5 (500 mg)
29 28,5 1 1 1 1 0,5 1 3 3 3 3 Bobot tablet = 800 mg
Formula 3 (%) 31,25 (250 mg)
Formula 4 (%) 31,25 (250 mg)
60,25 1 1 0,5 3 3
59,75 1 1 1 3 3
Keterangan *: Modifikasi Rahingtyas 2008
Berdasarkan penelitian pendahuluan, diperoleh formulasi terbaik pada pembuatan tablet hisap Spirulina platensis dengan perbedaan konsentrasi Spirulina platensis, mint dan sorbitol. Konsentrasi sorbitol meningkat seiring berkurangnya konsentrasi Spirulina. Pemilihan konsentrasi Spirulina didasarkan pada suplemen Spirulina komersial yaitu 500 mg/kapsul sedangkan pemilihan
24
konsentrasi mint bertujuan untuk meningkatkan mouthfeel dan kesegaran tablet. Kenampakan tablet hisap Spirulina dapat dilihat pada Gambar 4.
A
B
Gambar 4 Tablet hisap Spirulina platensis (A: tablet hisap 500mg Spirulina , B: tablet hisap 250 mg Spirulina ).
4.2.2 Karakteristik fisik tablet hisap Spirulina platensis Pengujian karakteristik fisik tablet hisap bertujuan untuk mengertahui mutu dan kualitas tablet hisap. Pengujian ini meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, dan keregesan tablet. 1) Keseragaman bobot Keseragaman bobot merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam produksi. pembuatan tablet hisap guna mengetahui variasi bobot dari tablet yang dihasilkan. Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan. Faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah keseragaman pengisian die dan jumlah bahan yang akan diisikan ke dalam die (Lachman 1994). Volume bahan yang diisikan kedalam die harus sesuai dan alat harus diatur sehingga diperoleh tekanan yang diinginkan. Bobot tablet hisap Spirulina platensis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 800 mg. Persyaratan untuk tablet lebih dari 300 mg adalah tidak boleh ada lebih dari 2 tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi 5% dari bobot rataratanya dan tidak ada satupun tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi 10% dari bobot rata-ratanya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995). Hasil uji keseragaman bobot tablet hisap Spirulina dapat dilihat pada Gambar 5.
keseragaman bobot (mg)
25
0.805 0.800
0.800
0.800 0.796
0.793
0.795 0.790 0.785 THD131
DHT132
HTD133
TDH134
Formula Gambar 5 Histogram keseragaman bobot tablet hisap Spirulina platensis (THD 131= Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132= Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133= Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134= Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Berdasarkan hasil uji keseragaman bobot semua formula yang diuji memenuhi syarat keseragaman bobot tablet karena tidak ada dua tablet dari masing-masing formula yang penyimpangan bobotnya melebihi 5% (tidak kurang dari 760 mg dan tidak lebih dari 840 mg), dan tidak ada satupun tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi 10% (tidak kurang dari 720 mg dan tidak lebih dari 880 mg). 2) Kekerasan Tablet Kekerasan
tablet
adalah
kekuatan/gaya
yang
diperlukan
untuk
menghancurkan tablet. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadinya keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan, dan pemakaian. Kekerasan dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Kekuatan tablet ditentukan
dengan besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk memecah tablet (Lachman et al. 1994). Salah satu ciri khas dari sediaan tablet hisap adalah bentuk yang kompak dan keras karena dapat terasa dimulut dan tenggorokan. kekerasan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah ukuran tablet, bobot tablet, tekanan pada pencetakan serta kemampuan ikat dari bahan pengikat. Syarat kekerasan tablet 800 mg adalah 4-8 kg/cm2 atau 4-8 Kp (Kilopound) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995). Histogram kekerasan tablet hisap Spirulina platensis dapat dilihat pada Gambar 6.
kekerasan (Kp)
26
8.36
10.00
8.13 5.15
4.79
HTD133
TDH134
5.00
0.00 THD131
DHT132
Formula Gambar 6 Histogram kekerasan tablet hisap Spirulina platensis (THD 131= Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132 = Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133 = Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134 = Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan hardness tester dapat diketahui bahwa kekerasan menurun dengan berkurangnya konsentrasi Spirulina dan bertambahnya jumlah sorbitol pada tablet. Tingginya jumlah sorbitol menyebabkan kemampuan mengikat dari bahan pengikat (avicel) berkurang karena jumlah bahan pengikat yang digunakan tetap sedangkan bahan pengisi yang digunakan meningkat. Namun, bila dibandingkan dengan standar yang berlaku, maka semua formula tablet hisap Spirulina ini sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu 4-8 Kp. 3) Keregesan tablet hisap Parameter lain yang digunakan untuk mengukur kekuatan tablet adalah pengujian terhadap keregesan tablet. Keregesan tablet (friability) adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Semakin tinggi keregesan tablet menunjukkan bahwa kualitas tablet semakin buruk (Lachman 1994). Keregesan tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekerasan tablet, jenis bahan pengikat, dan kadar air bahan-bahan yang digunakan. Tablet yang baik memiliki nilai keregesan <1% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995). Histogram keregesan tablet dapat dilihat pada Gambar 7.
27
keregesan (%)
0.20%
0.21%
0.21% 0.20% 0.19%
0.18%
0.18%
0.18% 0.17% 0.16% THD131 DHT132 HTD133 TDH134
Formula
Gambar 7 Histogram Keregesan Tablet Hisap Spirulina platensis (THD 131= Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132 = Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133 = Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134 = Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Berdasarkan hasil uji keregesan tablet menggunakan friabilimeter menunjukkan bahwa keregesan meningkat seiring berkurangnya konsentrasi Spirulina dan bertambahnya konsentrasi sorbitol. Hal ini disebabkan semakin banyak bahan pengisi yang ditambahkan dalam formulasi dengan jumlah bahan pengikat yang tetap menyebabkan kemampuan mengikat dari bahan pengikat berkurang sehingga kekerasan menurun dan keregesan tablet meningkat. Namun, bila dibandingkan dengan syarat mutu yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, semua formula tablet hisap Spirulina telah memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu <1%. Hal ini menunjukkan bahwa keempat formula tersebut memiliki kualitas tablet yang baik. Bahan pengikat yang baik akan menghasilkan keregesan yang rendah. Bahan pengikat yang digunakan pada pembuatan tablet hisap Spirulina adalah avicel. Avicel merupakan bahan pengikat sekaligus pengisi yang cocok digunakan pada metode kempa langsung. Penambahan avicel 1-5% dapat meningkatkan komprebilitas tablet (Chandira et al. 2010).
4.2.3 Uji organoleptik tablet hisap Spirulina platensis Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Uji organoleptik yang dilakukan dengan menggunakan pancaindera yang dilakukan pada 30 orang panelis. Penilaian uji organoleptik ini meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan
28
kenampakan. Skala yang digunakan terdiri dari sembilan skala, format uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 1. 1) Kenampakan Kenampakan merupakan daya tarik awal suatu produk. Penilaian organoleptik kenampakan merupakan penilaian secara keseluruhan konsumen terhadap suatu produk, dan konsumen cenderung memilih makanan yang memiliki kenampakan menarik (Soekarto 1985). Nilai kenampakan rata- rata panelis terhadap tablet hisap berkisar antara 4,70 (agak tidak suka) hingga 5,80 (agak suka). Hasil pengujian penambahan Spirulina dan mint terhadap penilaian kenampakan oleh panelis disajikan pada
rata-rata uji hedonik
Gambar 8. 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
5.80a
THD 131
5.73a
DTH132
4.70b
4.90b
HTD133
TDH134
Formula Keterangan: angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
Gambar 8 Nilai penerimaan panelis terhadap kenampakan tablet hisap Spirulina (THD 131 = Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132 = Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133 = Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134 = Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi Spirulina memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap kenampakan tablet hisap. Berdasarkan hasil uji Duncan (Lampiran 3) kenampakan tablet hisap dengan penambahan Spirulina 500 mg berbeda nyata dengan penambahan Spirulina 250 mg. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak Spirulina yang ditambahkan kenampakan akan semakin baik karena warna Spirulina lebih dominan sehingga dapat menutupi bercak putih bahan pengisi yang tidak homogen.
29
2) Warna Warna memiliki peranan penting pada komoditas pangan. Peranan ini sangat nyata pada tiga hal yaitu daya tarik, tanda pengenal dan atribut mutu. Diantara produk-produk pangan, warna merupakan faktor yang paling mudah memberikan kesan menarik, tetapi sulit untuk deskripsikan dan sulit cara pengukurannya sehingga penilaian secara subjektif masih sangat menentukan (Soekarto 1985). Berdasarkan uji organoleptik dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk berbeda-beda. Nilai uji organoleptik tablet hisap pada parameter warna berkisar antara 4,63 (agak tidak suka) hingga 6,10 (agak
rata-rata uji hedonik
suka). Hasil uji organoleptik terhadap parameter warna disajikan pada Gambar 9.
7.00
6.10a
6.00
5.80a 4.63b
4.90b
HTD133
TDH134
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 THD 131
DTH132
formula Keterangan: angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
Gambar 9 Nilai penerimaan panelis terhadap warna tablet hisap Spirulina (THD 131 = Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132 = Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133 = Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134 = Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi Spirulina memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap warna tablet hisap Spirulina. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan bahwa tablet hisap dengan konsentrasi Spirulina 500 mg berbeda nyata dengan tablet hisap dengan konsentrasi Spirulina 250 mg. Perbedaan warna tablet hisap disebabkan karena konsentrasi Spirulina yang ditambahkan lebih kecil sedangkan konsentrasi bahan pengisi tablet yaitu sorbitol lebih besar sehingga warna semakin pudar.
30
Tablet hisap memiliki warna dominan hijau yang disebabkan adanya kandungan pigmen alami yaitu klorofil pada Spirulina. Warna merupakan atribut yang pertama kali diterima oleh indera manusia dan perbedaan warna meskipun sedikit memberikan efek yang berbeda terhadap penerimaan setiap individu. 3) Aroma Aroma merupakan salah satu parameter penilaian yang penting pada suatu produk. Selain itu Aroma merupakan salah satu ciri khas dalam sediaan tablet. Karena biasanya setiap sediaan memiliki aroma yang khas. Aroma pada tablet hisap dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan. Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma tablet hisap dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan dari tiap panelis hampir sama yaitu 4,8 hingga 5,17 dapat diartikan agak tidak suka hingga netral. Hasil uji organoleptik terhadap aroma tablet hisap disajikan
rata rata uji hedonik
pada Gambar 10.
5.17a
5.20 5.10 5.00 4.90
4.90a 4.80a
4.80a
4.80 4.70 4.60 THD 131
DTH132
HTD133
TDH134
formula Keterangan: angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 10 Nilai penerimaan panelis terhadap aroma tablet hisap Spirulina (THD 131 = Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132 = Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133 = Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134 = Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 2) menyatakan bahwa formulasi tablet hisap dengan perbedaan konsentrasi Spirulina dan mint tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap aroma tablet hisap yang dihasilkan. Hal ini disebabkan aroma Spirulina mendominasi keseluruhan aroma tablet sehingga aroma yang tercium sama, yaitu aroma khas bau amis Spirulina. Spirulina memiliki aroma yang khas karena kandungan proteinnya yang tinggi
31
yaitu 61,06%. Selain itu, aroma khas pada Spirulina diduga berasal dari senyawa geosmin dan metyl iso-borneol yang dihasilkan oleh blue-geen algae (Arsyad 2004) 4) Rasa Rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan untuk menolak atau menerima suatu produk pangan. Berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa dapat diketahui bahwa tingkat penerimaan terhadap rasa produk berbeda-beda. Tingkat penerimaan tersebut berkisar antara 4,77 (agak tidak suka) hingga 5,33 (netral). Hasil uji organoleptik terhadap rasa tablet hisap dapat dilihat
rata-rata uji hedonik
pada Gambar 11.
5.33a
5.40
5.23a
5.20 5.00 4.80
4.87a 4.77a
4.60 4.40 THD 131
DTH132
HTD133
TDH134
formula Keterangan: angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 11 Nilai penerimaan panelis terhadap rasa tablet hisap Spirulina (THD 131= Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132= Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133= Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134= Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 2) menunjukkan bahwa formula tablet hisap dengan perbedaan konsentrasi Spirulina dan mint tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap rasa tablet hisap Spirulina. Hal ini disebabkan keempat formula tablet memiliki rasa yang dominan pahit akibat penambahan Spirulina, mint dan bahan tambahan tablet lainnya seperti talk dan Mg Stearat. 5) Tekstur Tekstur dalam suatu bahan makanan umumnya dipengaruhi oleh kadar air, kadar lemak, protein, dan karbohidrat yang dikandungnya. Karakteristik tekstur
32
dalam tablet hisap ini adalah sensasi dimulut yang diterima ketika mengkonsumsi produk. Berdasarkan hasil uji organoleptik pada tekstur dapat diketahui bahwa tekstur tablet hisap hampir sama yaitu 5,67 hingga 5,80 atau dapat dikatakan agak suka. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur tablet hisap dapat dilihat pada
nilai rata-rata uji hedonik
Gambar 12.
5.85 5.80a
5.80a
5.80 5.75 5.70a 5.70
5.67a
5.65 5.60 THD131
DHT132
HTD133
TDH134
formula Keterangan: angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 12 Nilai penerimaan panelis terhadap tekstur tablet hisap Spirulina (THD 131= Spirulina 500 mg, mint 0.5%, DTH 132= Spirulina 500 mg, mint 1.0%, HTD 133= Spirulina 250 mg, mint 0.5%, TDH 134 = Spirulina 250 mg, mint 1.0%).
Hasil Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa formula tablet hisap dengan perbedaan konsentrasi Spirulina dan mint tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap tekstur tablet hisap yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena penambahan bahan-bahan dan proses yang dilakukan pada pembuatan tablet hisap Spirulina sama. Berdasarkan pengujian fisik dan organoleptik tablet, semua formula tablet hisap Spirulina telah memenuhi syarat karakteristik fisik tablet hisap, namun panelis lebih menyukai kenampakan dan warna tablet hisap konsentrasi 500 mg Spirulina dan mint 0,5% dengan nilai uji organoleptik 5,8 dan 6,10 yaitu agak suka, sehingga formula tablet hisap terpilih adalah tablet hisap dengan konsentrasi Spirulina 500 mg dan 0,5% mint. 4.3 Kultivasi Spirulina Kultivasi Spirulina bertujuan untuk mendapatkan biomassa Spirulina sebagai bahan baku pembuatan tablet hisap. Faktor lingkungan utama yang sangat
33
berpengaruh pada kultivasi Spirulina adalah nutrien, suhu dan cahaya (Richmond 1988). Spirulina platensis adalah makhluk uniseluler yang pertumbuhannya tidak seperti tumbuhan tingkat tinggi, nutrisi yang diperlukan harus sesuai dengan morfologi dan karakteristik taksonomi organisme yang dikultur (Diharmi 2000). Kondisi umum kultivasi Spirulina dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kondisi umum kultivasi Spirulina Parameter
Kultivasi Spirulina platensis
Suhu lingkungan pH
27○C 8
Intensitas cahaya
3000 lux
Suhu kultivasi Spirulina platensis, yaitu 27ºC. Suhu lingkungan kultivasi Spirulina berkisar antara 25-31ºC. Spirulina pada iklim tropis dapat tumbuh optimum pada kisaran suhu 25-35ºC. Iklim tropis menyebabkan fluktuasi suhu bervariasi setiap musimnya (Kusniastuty dan Isnansetyo 1995). Nilai pH merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan Spirulina yang dapat menentukan kemampuan biologi mikroalga dalam memanfaatkan unsur hara. Nilai pH pada kultivasi Spirulina platensis yaitu 8. Hal ini sesuai dengan Richmond (1988) yang menyatakan bahwa besarnya nilai pH pada media pertumbuhan Spirulina umumnya antara 8-11, namun ada beberapa jenis Spirulina yang dapat bertahan hidup pada lingkungan dengan pH mendekati 7 atau diatas 11. Cahaya dibutuhkan oleh semua organisme fotosintetik, apabila kekurangan cahaya maka fotosintesis berlangsung tidak normal. Pencahayaan pada kultur dapat dipengaruhi oleh tingkat intensitas pencahayaan, lama pencahayaan dan bergantung dari kepadatan sel yang akan mempengaruhi pembentukan bayangan sel itu sendiri (Richmond 1988). Intesitas cahaya pada kultivasi Spirulina yaitu 3000 lux. Hal ini sesuai dengan Chen et al. (1996) yang menyatakan bahwa intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina berkisar antara 1500-3000 lux dan tidak melebihi 4000 lux untuk menghindari penghambatan fotosintesis oleh cahaya (fotoinhibisi).
34
4.4 Komposisi Kimia Bahan Baku Spirulina Analisis komposisi kimia dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi bahan baku Spirulina platensis. Pengujian komposisi kimia bahan baku Spirulina dilakukan dengan cara uji proksimat yang meliputi kadar protein, kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan karbohidrat yang diukur dengan metode by-defference. Komposisi kimia Spirulina yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap Spirulina dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi kimia bahan baku Spirulina platensis Karakteristik
Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Karbohidrat (%)
Hasil pengujian (%) Spirulina kultivasi Spirulina komersial Basis Basis Basis Basis Basah Kering basah kering 7,66 4,28 28,15 30,48 5,99 6,25 52,10 56,27 61,06 63,74 1,48 1,6 0,14 0,14 10,61 11,65 28,53 29,87
By difference
Aktivitas antioksidan (IC50)
801,48 ppm
931,00 ppm
Komposisi kimia Spirulina tidak selalu sama, komposisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu dan media kultivasi yang dapat berpengaruh terhadap biomassa, protein, lemak, dan fenol. Kandungan protein Spirulina komersial lebih tinggi dibandingkan Spirulina hasil kultivasi. Hal ini disebabkan Spirulina kultivasi dikultivasi menggunakan media Zarrouk teknis modifikasi, sedangkan Spirulina komersial dikultivasi dengan media Walne. Goksan et al. (2006) menyatakan bahwa pada media yang kandungan N nya tercukupi akan mendukung produksi protein dan lemak, tetapi akan menurunkan sintesis karbohidrat. Sumber N pada media Walne adalah amonium nitrat (NH4NO3) dengan kadar 100 g/L, sedangkan sumber N pada media Zarrouk teknis modifikasi adalah urea (N2H4CO) dengan kadar 0,31 g/L, sehingga kadar protein Spirulina komersial lebih tinggi dibandingkan Spirulina kultivasi Kandungan karbohidrat Spirulina komersial (29,87%) lebih tinggi dibandingkan Spirulina kultivasi (11,65%). Perbedaan kandungan karbohidrat tersebut diduga karena jumlah kandungan abu, protein, dan lemak pada Spirulina hasil kultivasi lebih tinggi dibanding jumlah kandungan protein, abu, dan lemak
35
pada Spirulina komersial, sehingga secara proposional karbohidrat pada Spirulina kultivasi lebih rendah. Kadar abu pada Spirulina hasil kultivasi 30,48% (basis kering), sedangkan Spirulina komersial 6,25% (basis kering). Tingginya kadar abu pada Spirulina kultivasi disebabkan oleh perbedaan media kultivasi, Spirulina hasil kultivasi diduga masih mengandung karbonat tinggi yang berasal dari NaHCO3. Richmond (1988) mengemukakan bahwa biomassa alga yang tidak dibilas dengan cukup air asam untuk membersihkan senyawa karbonat dapat mengandung kadar abu hingga mencapai 25% dan kandungan protein akan menurun menjadi 50% atau kurang. Kandungan lemak pada Spirulina hasil kultivasi lebih tinggi (1,6% pada basis kering) dibandingkan dengan Spirulina komersial (0,14% pada basis kering). Richmond (1988) mengemukakan bahwa kandungan lemak Spirulina sangat bergantung pada jenis dan kondisi lingkungannya. Spirulina merupakan alga dengan kandungan lemak yang rendah yaitu 6-7% dan 25-60% dari total lemak merupakan asam lemak tidak jenuh (Spolaore 2006). Sedangkan Henrikson (2009) menyatakan bahwa kandungan lemak pada Spirulina kurang dari 5%. Kadar antioksidan bahan baku Spirulina kultivasi dan Spirulina komersial adalah 801,48 ppm dan 931 ppm. Molyneux (2004) menyatakan bahwa semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas antioksidan dalam sampel semakin besar dan bahan dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat apabila memiliki IC50 kurang dari 50 ppm dan dikatakan lemah apabila lebih dari 200 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku Spirulina komersial dan Spirulina kultivasi yang belum mengalami ekstraksi memiliki aktivitas antioksidan yang lemah. Hasil penelitian Herrero et al. (2004) menunjukkan aktivitas antioksidan Spirulina yang diekstraksi dengan berbagai pelarut cukup tinggi. Nilai IC50 pada ekstrak Spirulina yang ekstraksinya menggunakan empat pelarut yaitu heksan, petroleum eter, etanol, dan air, berturut-turut sebesar 116,81 ppm,171,5 ppm, 143,07 ppm dan 217,38 ppm. El Baky et.al 2008 menyatakan bahwa total antioksidan yang terkandung di dalam alga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap aktivitas antioksidan. Antioksidan yang mungkin terkandung di dalam Spirulina
36
meliputi total karotenoid (T-CAR), fikosianin, tokoferol, asam askorbat (AA), total senyawa fenol, glutathione dan klorofil. Perbedaan antioksidan Spirulina kultivasi dan Spirulina komersial dipengaruhi oleh perbedaan media dan sumber nitrogen pada bahan baku Spirulina. Colla et al. (2007) menyatakan bahwa kadar nitrogen dalam media kultivasi berpengaruh terhadap sintesis komponen fenol. Kandungan fenol mengalami peningkatan dengan semakin meningkatnya sodium nitrat yang ditambahkan dalam media. Apabila kadarnya berkurang atau berada dibawah standar maka proses sintesis fikosianin dan komponen lain akan terganggu. Fenol atau polifenol merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alami terdapat tanaman, sayur, dan buah. Polifenol mempunyai kemampuan untuk menghambat reaksi oksidasi dan menangkap radikal bebas. Selain itu, polifenol juga mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antiradikal (Winarsi 2007).
4.5 Komposisi Kimia Tablet Hisap dengan Formula Terpilih Berdasarkan pengujian analisis karakteristik fisik dan uji hedonik diperoleh formula terbaik dari keempat formulasi yaitu tablet hisap Spirulina dengan konsentrasi Spirulina 500 mg, mint 0,5%. Selanjutnya dilakukan analisis komposisi kimia pada formula terpilih. Komposisi kimia dalam bahan pangan dapat diketahui melalui analisis proksimat yang meliputi pengujian kadar air, kadar abu, protein, lemak dan karbohidrat. Komposisi kimia tablet hisap Spirulina formula terpilih dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Komposisi kimia tablet hisap Spirulina formula terpilih Karakteristik
Hasil pengujian (%) Tablet hisap Spirulina Tablet hisap Spirulina kultivasi Komersial Basis Basis Basis Basis basah kering basah kering Kadar air (%) 9,83 7,28 Kadar abu (%) 18,17 20,15 a 6,75 7,27 b Kadar protein (%) 26,32 29,18 a 28,19 30,38a a Kadar lemak (%) 6,47 7,70 2,40 2,58 b Karbohidrat (%) 39,21 42,97 55,38 59,77
Tablet telan komersial *Earthrise Spirulina
28,33 3,33 8,33
By difference
Sumber Spirulina yang berbeda memberikan pengaruh nyata dengan taraf kepercayaan 95% (p<0,05) pada parameter kadar air, kadar abu dan kadar lemak,
37
namun tidak berpengaruh nyata (p>0,05) pada parameter kadar protein tablet hisap Spirulina. Perbedaan ini sesuai dengan kandungan air, abu, dan lemak pada bahan baku Spirulina kultivasi dan Spirulina komersial. Kadar air tablet hisap Spirulina (9,83% dan 7,22%) lebih besar dibandingkan bahan baku Spirulina (7,66% dan 4,28%). Hal ini disebabkan penambahan bahan pengisi seperti sorbitol yang bersifat higroskopis pada kelembaban lebih dari 65% (Lachman 1994). Tingginya Kadar abu tablet hisap Spirulina dibandingkan dengan bahan baku Spirulina dipengaruhi oleh penambahan Mg Stearat dan talk. Mg Stearat mengandung mineral Mg dengan rumus molekul C6H70MgO4, sedangkan talk mengandung mineral Mg dan silikat (Si) dengan rumus molekul Mg(SiO5)(OH)4 (Rowe 2006). Kadar lemak tablet hisap (7,7% dan 2,58%) lebih tinggi dibandingkan bahan baku Spirulina (1,6% dan 0,14%). Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan magnesium stearat. Magnesium stearat merupakan magnesium dengan campuran asam-asam padat yang diperoleh dari lemak. Mg stearat terdiri dari asam stearat dan asam palmitat dengan perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO (Rowe 2006).
Protein pada tablet hisap Spirulina kultivasi yaitu 29,18% (basis kering) sedangkan pada Spirulina komersial 30,38% (basis kering). Kandungan protein tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tablet telan Spirulina komersial yang beredar dipasaran, yaitu 28,33%. Tablet hisap berbahan baku Spirulina hasil kultivasi memiliki kandungan protein yang tidak berbeda nyata dengan protein pada tablet hisap berbahan baku Spirulina komersial, namun tablet hisap Spirulina hasil kultivasi memiliki kadar abu yang lebih tinggi tinggi disebabkan tingginya karbonat pada bahan baku Spirulina yang berasal dari media kultivasi sehingga perlu dilakukan uji kelayakan konsumsi dan keamanan pangan tablet hisap.
4.6 Aktivitas Antioksidan Tablet Hisap Spirulina Pengujian aktivitas antioksidan pada bahan baku Spirulina dan tablet hisap Spirulina menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.
38
2500
2310.90 a
2000
1621.87 b
1500 1000 500 0 tablet komersial
tablet kultivasi
Gambar 13 Aktivitas antioksidan tablet hisap Spirulina Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa nilai IC50 tablet hisap Spirulina kultivasi 1621,87 ppm berbeda nyata dengan tablet hisap Spirulina komersial
2310,90 ppm (p<0,05). Perbedaan ini dipengaruhi oleh kandungan
antioksidan pada bahan baku Spirulina yang digunakan. Selain itu, tingginya aktivitas antioksidan tablet hisap Spirulina kultivasi dibanding komersial diduga disebabkan perbedaan metode dan suhu pengeringan bahan bahan baku yang digunakan. Spirulina kultivasi dikeringkan menggunakan oven sedangkan Spirulina komersial dikeringkan menggunakan Spray dryer. Pengeringan dengan oven menggunakan suhu 40-60○C sedangkan pengeringan dengan Spray dyer menggunakan suhu 170-200○C (Fadilah et al. 2010), diduga komponen fenol dan senyawa aktif pada Spirulina komersial mengalami kerusakan akibat pemanasan suhu tinggi. Suhu pengeringan diatas 60
○
C akan menyebabkan degradasi
fikosianin dan timbulnya reaksi Maillard (Desmoriex dan Decaen 2006). Molyneux (2004) menyatakan bahwa semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas antioksidan dalam sampel semakin besar dan bahan dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat apabila memiliki IC50 kurang dari 50 ppm dan dikatakan lemah apabila lebih dari 200 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa tablet hisap Spirulina memiliki aktivitas antioksidan yang lemah. Hasil penelitian Herrero et al. (2004) yang melaporkan bahwa aktivitas antioksidan Spirulina yang diekstraksi dengan berbagai pelarut cukup tinggi. Nilai IC50 pada ekstrak Spirulina yang ekstraksi menggunakan empat pelarut yaitu heksan, petroleum eter, etanol dan air berturut-turut sebesar 116,81 ppm, 171,5 ppm, 143,07 ppm, dan 217,38 ppm. Rendahnya nilai IC50 pada tablet hisap Spirulina dan bahan baku Spirulina disebabkan tidak adanya proses ekstraksi terlebih dahulu dalam pengujian
39
antioksidan menggunakan metode DPPH. Menurut Abd El Baky et al. (2008) antioksidan yang terkandung dalam Spirulina berasal dari fikosianin, betakaroten, tokoferol, γ-linoleic acid dan komponen fenol.
4.7 Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tablet Hisap Spirulina Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang secara fisiologis dibutuhkan seseorang untuk mencapai dan mempertahankan status gizi cukup Sedangkan angka kecukupan gizi adalah kecukupan gizi untuk rata-rata penduduk menurut umur, gender, dan keadaan fisiologis tertentu misalnya hamil dan menyusui (Almatsier et al. 2011). Pesentase terhadap angka kecukupan gizi tablet hisap Spirulina untuk kosumen umum dan anak-anank dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10. Tabel 9 Persentase terhadap angka kecukupan gizi (AKG) tablet hisap Spirulina untuk konsumen dewasa Takaran saji Per sajian kemasan Total energy Nutrisi Karbohidrat Protein Lemak
3,2 g 12,27 kkal % AKG Spirulina komersial 0,63 1,62 0,13
11,44 kkal %AKG Spirulina kultivasi 0,45 1,55 0,39
Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal
Tabel 10 Persentase terhadap angka kecukupan gizi (AKG) tablet hisap Spirulina untuk konsumen anak-anak Takaran saji Per sajian kemasan Total energy Nutrisi Karbohidrat Protein Lemak
3,2 g 12,27 kkal % AKG Spirulina komersial 0,95 2,70 0,20
11,44 kkal %AKG Spirulina kultivasi 0,68 2,66 0,61
Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal
Kebutuhan gizi per hari mengacu pada kebutuhan perhari untuk konsumen umum dari BPOM (2005) yaitu karbohidrat 300 g (1200 kkal), protein 60 g (240 kkal), dan lemak 62 g (560 kkal), sedangkan kebutuhan perhari untuk konsumen
40
anak-anak yaitu karbohidrat 200 g (800 kkal), protein 35 g (140 kkal), dan lemak 40 g (360 kkal). Tablet hisap Spirulina dengan takaran saji 3,2 gram dengan anjuran Spirulina 2 gr perhari menyumbangkan karbohidrat 0,70 % dan 0,46 %, protein 2,70% dan 2,66 %, lemak 0,13% dan 0,39% untuk konsumen dewasa. Sedangkan tablet hisap Spirulina ini menyumbangkan karbohidrat 0,95% dan 0,68%, protein 1,62% dan 1,55%, lemak 0,2 % dan 0,6 % untuk konsumen anakanak. Angka kecukupan gizi tablet hisap Spirulina komersial lebih besar dibanding tablet hisap kultivasi disebabkan kandungan gizi pada keduanya berbeda sesuai dengan bahan baku yang digunakan. Food and Agriculture Organization (FAO) (2008) menyatakan bahwa Spirulina merupakan pangan yang GRAS (Generally recognized as safe) atau yang sudah dinyatakan aman. Spirulina yang digunakan sebagai pangan, konsumsi per sajinya diperbolehkan pada kisaran 2,0 sampai 8,0 gram, yang berarti mengandung 60% protein berkisar 1,2–4,8 gram. Saran penyajian berbagai takaran saji tablet hisap Spirulina untuk konsumen dewasa dan anak-anak dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11 Kandungan gizi tablet hisap Spirulina dalam berbagai takaran saji untuk konsumen dewasa Jumlah yang disumbangkan Kandungan Takaran saji Takaran saji Takaran saji Takaran saji Gizi 3,2 g 6,4 g 9,6 g 12,8 g Gram %AKG Gram %AKG Gram %AKG Gram %AKG Karbohidrat 1,91 0,63 3,82 1,27 5,73 1,91 7,65 2,55 Protein 0,97 1,62 1,94 3,24 2,91 4,86 3,88 6,48 Lemak 0,08 0,13 0,165 0,26 0,24 3,40 0,33 0,53 Total kalori 12,27 kkal 24,55 kkal 36,83 kkal 49,12 kkal Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal
Tabel 12 Kandungan gizi tablet hisap Spirulina dalam berbagai takaran saji untuk konsumen anak-anak Jumlah yang disumbangkan Kandungan Takaran saji Takaran saji Takaran saji Takaran saji Gizi 3,2 g 6,4 g 9,6 g 12,8 g Gram %AKG Gram %AKG Gram %AKG Gram %AKG Karbohidrat 1,91 0,70 3,82 1,91 5,73 2,86 7,65 3,82 Protein 0,97 2,70 1,94 5,55 2,91 8,33 3,88 11,11 Lemak 0,08 0,20 0,16 0,41 0,24 0,61 0,33 0,82 Total kalori 12,27 kkal 24,55 kkal 36,83 kkal 49,12 kkal Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal
41
Tablet hisap Spirulina dengan takaran saji 3,2 g, 6,4 g, 9,6 g dan 12,8 g sesuai dengan anjuran konsumsi yang diperbolehkan oleh FAO sebagai pangan yang GRAS (2 sampai 8 g) menyumbangkan protein 1,62%, 3,24%, 4,86%, dan 6,84% untuk konsumen dewasa dan menyumbangkan protein 2,70%, 5,55%, 8,33%, dan 11,11% untuk anak-anak. Catatan FAO (2008) menunjukkan bahwa 10 gram Spirulina menyediakan 1,3 mg kolesterol dan 36 kkal energi, sedangkan dalam jumlah yang sama, telur menyediakan 300 mg kolesterol dan 80 kkal energi. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan kolesterol telur jauh lebih tinggi dibanding Spirulina. Jittanoonta et al. (1999) melaporkan bahwa dalam 9 gram Spirulina yang diujikan pada tikus memiliki kandungan asam nukleat 1,21 g/kg berat badan. Batas asam nukleat dalam tubuh berdasarkan acceptable daily intake (ADI) adalah 4,33 g/kg berat badan, sehingga penambahan 9 gram Spirulina masih aman untuk dikonsumsi.
42
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Formula tablet hisap Spirulina terpilih yaitu tablet hisap dengan konsentrasi Spirulina 500 mg dan mint 0,5%. Spirulina hasil kultivasi memiliki kadar air, kadar abu, kadar lemak lebih tinggi dibandingkan dengan Spirulina komersial, sedangkan kadar protein Spirulina hasil kultivasi lebih rendah. Tablet hisap Spirulina berbahan baku Spirulina hasil kultivasi memiliki kadar air, kadar abu dan lemak lebih tinggi dibandingkan tablet hisap berbahan baku Spirulina komersial namun protein pada keduanya tidak berbeda secara signifikan. Aktivitas antioksidan tablet hisap komersial dan kultivasi yang belum mengalami ekstraksi tergolong
lemah.
Tablet
hisap
Spirulina
dengan
takaran
saji
3,2
g
menyumbangkan total energi 12,27 kkal dan 11,44 kkal dengan %AKG protein 1,62% dan 1,55% untuk konsumen dewasa, 2,7% dan 2,66% untuk anak-anak. 5.2 Saran Penelitian pembuatan tablet hisap Spirulina merupakan penelitian awal sehingga membutuhkan penelitian lanjutan untuk menyempurnakannya. Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penambahan perisa sehingga dapat disukai oleh panelis, perlu adanya pengujian lanjutan mengenai umur simpan tablet, perlu adanya proses ekstraksi sebelum pengujian antioksidan menggunakan metode DPPH, perlu dicari metode pemanenan dan media kultivasi Spirulina yang lebih optimal agar kadar abu tablet hisap rendah, serta perlu adanya uji kelayakan konsumsi dan keamanan pangan tablet hisap Spirulina.
43
DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Official Analytical of Chemist. 1995. Official Methode of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington, Virginia, USA : Published by The Association of Official Analytical of Chemist, Inc. Abd El-Baky HH, Hussein MM, El-Baroty GS. 2008. Algal extract improve antioxidant defence abilities and salt tolerance of wheat plant irrigated with sea water. Journal environmental Agriculture Food Chemistry. 7(4): 2812-2832 Adam M. 2005. Superfood For Optimum Health: Chlorella and Spirulina . New York : Truth Publishing International. Hlm 42. Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Angka SI, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil-hasil laut. Bogor: PKSPLIPB. Hlm 144. Arsyad MN. 2004. Penyebab ikan bercita rasa lumpur dan penanganannya untuk konsumsi. Jurnal ilmu perikanan dan budidaya perairan 2(1): 16936442. Ariani M. 2010. Analisis konsumsi pangan tingkat masyarakat mendukung pencapaian diversifikasi pangan. Gizi Indonesia 33(1): 20-28 Arylza IS. 2005a. Isolasi pigmen biru fikosianin dari mikroalga Spirulina platensis. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia. 38: 79-92 Arylza IS. 2005b. Fikosianin dari mikroalga bernilai ekonomis tinggi sebagai produk industry. Jurnal Oseana 30(3) : 27-36 Aryudhani N. 2007. Kandungan Senyawa Fenol Rumput Laut Caulerpa racemosa dan Aktivitas Antioksidannya. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Ansel CH. 1989. Pengantar Bentuk Sediaaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press. Hlm 239-336 Banker GS, R. Anderson. 1994. Tablet. Dalam: L. Lachman, H. A. Lieberman dan J. L. Kanig (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi II. Terjemahan: S. Suyatmi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
[BPOM RI] Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Peraturan perundang-undangan dibidang Suplemen Makanan. Cetakan Pertama. Jakarta: BPOM RI
44
[BPOM RI] Badan Pengaasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Acuan Label Gizi Produk Pangan. Jakarta : Pemerintahan Indonesia. Colla LM, Furlog EB, Costa JAV. 2004. Fatty acids profile of Spirulina platensis grown under different temperature and nitrogen concentrations. Journal Naturforsch 59c: 55-59. Colla LM, Furlong EB, Costa JAV. 2007. Antioxidant properties of Spirulina (Arthrospira platensis) cultivated under different temperatures and nitrogen regimes. Brazilian Archives of Biology and Technology 50(1):161-167. Chandira M, Jayakar B. 2010. Formulation and evaluation of herbal tablets containing Ipomoea digitata linn. Extract. jorunal Pharmaceutical sciences 3 (1): 022 Diharmi A. 2000. Pengaruh pencahayaan terhadap kandungan pigmen bioaktif mikroalga Spirulina platensis strain lokal (INK). [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Danesi EDG, Rangel-Yagui C de O, de Carvalho JCM, Sato S. 2002. An investigation of effect of replacing nitrate by urea in the growth and production of chlorophyll by Spirulina platensis biomass and Bioenergy. Journal Biotechnology 23: 216-269 [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departeman Kesehatan Republik Indonesia Desmorieux H, Decaen N. 2006. Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal of food Engineering 77: 64-70 Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi ketiga. Muldjoharjo M, Penerjemah. Jakarta: UI press Diharmi A. 2001. Pengaruh pencahayaan terhadap kandungan pigmen bioaktif mikroalga Spirulina platensis strain lokal (INK). [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Fadilah, Distantina S, Winarti. 2010. Pengaruh metode pengeringan terhadap kecepatan pengeringan dan kualitas karagenan dari rumput laut Eucheuma cotonii. Seminar Rekayasa dan Proses. ISSN 1411-4216 [FAO] Food and Agriculture Organization. 2008. Fisheries and Aquaculture Circular No. 1034 : A Review On Culture, Production and Use of Spirulina as Food For Humans and Feeds For Domestic Animals and Fish. Rome : ISBN 978-92-5-106106-0.
45
Fennema OR. 1996. Food Chemistery. Ed ke-3. New York: Macel Deckker. Inc. hlm. 111. Fourie PC. 1996. Fruit and Human Nutrition. Di dalam: Arthey D, Ashurst PR, Editor. Fruit Processing. London: Blackie Academic and Professional. Hlm. 20-39. Garden JC. 1994. The Development of the functional food business in the United States and Europe. Didalam: Goldberg I, editor. Functional Foods: Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. New York: Chapman and Hall. hlm. 468-479. Goksan T, Zekeriyaolu A, Ilkanur AK. 2006. The growth or Spirulina platensis in different culture systems under greenhouse condition, Turkey Journal of Biology 31: 47-52 Gordon MH. 1990. The Mechanism Antioxidats Action In Vitro. Di dalam Hudson BJF (ed). Food Antioxidant. London: Elsevier Applied Science. Garrity GM, Bel JA, Lilburn TG, 2001. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, Ed ke-2. New York: Spinger. Hlm 172. Henrikson R. 2009. Earth Food Spirulina . Ed ke-6. Hawaii: Ronore Interprise, Inc Herrero M, Pedro J, Javier F, Cifuentes A, Elena I. 2004. Optimazation of accelerated solvent extraction of antioxidant from Spirulina platensis microalga. Journal Food Chemistry 93: 417-423 Hsieh CH, Wu WT. 2009. Cultivation of microalga for oil production with a cultivation strategy of urea limitation. Bioresource Technology 100: 3921-3926 Ichikawa T. Functional Food in Japan. 1994. Di dalam: Goldberg I, editor. Functional Foods: Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. New York: Chapman and Hall. Hlm. 453-467. Jittanoonta P, Cuptapun Y, Hengsawadi D, Limpanussorn J, Klungsub P, Poungshompoo S, Boonsom J, Ingthamajit S. 1999. Food safety on utilization of solar-dried Thai Spirulina. Kasetsart Journal Natural Sciece 33:277-283. Kurniastuty, Isnansetyo A. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Kanisius Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: The Teory and Practise of Industrial Farmacy. 645-735
46
Lechninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Thenawidjaja, penerjemah. Basic of Biochemistry. Jakarta: Erlangga Hlm. 137-140 Lorenz RT. 1999. Spirulina pacifica as a source of cobalamin vitamin B-12. Spirulina Pacifica Technical Bulletin 52:1-7 Loni. 2001. Perhatikan Informasi Gizi di Label kemasan. Media Indonesia, Juli. Hlm 13 Molyneux P. 2004. The User of Stabile Free Radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Journal Science and Technology. 26:211-219 Peck GE, Baley GJ, Mc Curdy VE, Banker GS. 1989. Tablet Formulation and Design. Di dalam: Liberman HA, Lachman L. Schwartz JB, editor. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. New York: marcel Dekker. Hlm. 75-128 Peters D, Medicated Lozenges. 1989. Di dalam: Liberman HA, Lachman L. Schwartz JB, editor. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. New York: marcel Dekker. Hlm. 419-580 Purushotham R, Ashok K, Afshanlaheji, Anilkumar. 2011. Formulation and evaluation of anti-asthmatic theophylline tablet lozengez. International Journal of Pharmaceutical Sciences 3 (1): 125-128 Rasool M, Sabina EP, Lavanya B. 2006. Antiinflamatory effect of Spirulina fusiformis on adjuvant-induced arthritis in mice. Biology Pharmacology Bulletin 29(12):2483-2487 Rahingtyas DK. 2008. Pemanfaatan jahe (Zingiber officinale) sebagai tablet isap untuk ibu hamil dengan gejala mual dan muntah. [Skripsi]. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Richmond A. 1988. Spirulina . Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor. Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press. Hlm 566. Riyono SH. 2008. Ekstrak klorofil. Jurnal Oseanografi 2(24): 8-12 Rowe RC, Paul JS, Owen SC. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth. London dan Chichago: P-Press. Hlm 398- 425 Salminen S, Hallikainen A. 2002. Sweeteners. Di dalam: Branen A.Davidson PM, Salminen S, Thorngate III JH, Editor. Food additives 2nd edtn. New York: marcell Deckker. Hlm. 447-476
47
Setyaningsih I, Saputra AT, Uju. 2011. Komposisi kimia dan kandungan pigmen Spirulina fusiformis pada umur panen yang berbeda dalam media pupuk. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 14(1): 63-69 Shangraw RF. 1989. Compressed Tablet by Direct Compression. Di dalam: Liberman HA, Lachman L. Schwartz JB, editor. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. New York: marcel Dekker. hlm. 195-245 Sulaeman A. 1990. Bahan Tambahan Makanan (Food Additives) Jenis dan petunjuk Penggunaannya. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Institut Pertanian Bogor. Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik. Bogor: Pusat Pengembangan Teknologi pangan. Institut Pertanian Bogor. Solleto D, Binaghi L, Lodi A, de Carvalho JCM, Converti A. 2005. Batch and fed-batch cultivation of Spirulina platensis using ammonium sulphate and urea as nitrogen Source. Journal Aquaculture 243: 217-224 Spolaroe P, Joanis CC, Duran E, Isambert A. 2006. Comercial application of microalgae review. Journal of Bioscience and Bioenginering.101,2: 8796 Stanca D, Provici E. 1996. Urea as nitrogen Source in modified Zarouk medium. Journal Biology. 41:25-31 Susanna D, Zakianis, Hermawati E, Adi H.K. 2007. Pemanfaatan Spirulina platensis sebagai suplemen protein sel tunggal (PST) mencit (Mus musculus). Makara, Kesehatan 11(1): 44-49. http://repository.ui.ac.id [26 September 2011] Tietze HW. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4, Australia: Harald W. Tietze Publishing. 78 Hal. Taher A. 2003. Peran fitoesterogen kedelai sebagai antioksidan dalam penanggulangan aterosklorosis. [Tesis]. Program pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 251. Widianingsih, Ridho A. Hartati R, Harmoko. 2008. Kandungan nutrisi Spirulina platensis yang dikultur pada media yang berbeda. Ilmu Kelautan.13 (3): 167-170. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 141
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1 Score sheet uji hedonik tablet hisap Spirulina Kuisioner Uji Hedonik (kesukaan) Nama panelis : Tanggal
:
Jenis produk : Tablet Hisap Spirulina Instruksi
: nyatakan penilaian anda sesuai kriteria
Kode Kenampakan
Parameter aroma
Warna
Rasa
Tekstur
THD131 DTH132 HTD133 TDH134 Kriteria 1= amat sangat tidak suka
6= agak suka
2= sangat tidak suka
7= suka
3= tidak suka
8= sangat suka
4= agak tidak suka
9= amat sangat suka
5= biasa/ netral
Lampiran 2 Hasil uji Kruskal-Wallis tablet hisap Spirulina Test Statisticsa,b Kenampakan Chi-Square Df Asymp, Sig,
warna
aroma
Rasa
Tekstur
15,440
21,870
,673
6,559
,191
3
3
3
3
3
,001*
,000*
,880
,087
,979
Keterangan = * : perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05), maka dilakukan uji lanjut,
50 Lampiran 3 Hasil uji lanjut Duncan terhadap parameter Kenampakan tablet hisap Spirulina Duncana Subset for alpha = 0,05 Kode
N
A
B
HTD133
30
4,7000
TDH134
30
4,9000
DHT132
30
5,7333
THD131
30
5,8000
Sig, ,554 ,844 Huruf A dan B menunjukkan pengaruh yang berbeda antar perlakuan (p<0,05),
Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap parameter warna tablet hisap Spirulina Duncana Subset for alpha = 0,05 Kode
N
A
B
HTD133
30
4,6333
TDH134
30
4,9000
DHT132
30
5,8000
THD131
30
6,1000
Sig, ,460 ,406 Huruf A dan B menunjukkan pengaruh yang berbeda antar perlakuan (p<0,05),
Lampiran 5 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap parameter kadar air tablet hisap Spirulina Source
DF 1
Sum of Squares 9,71553750
Mean Square 9,71553750
Model Eror
4
0,4258333
0,01064583
F Value
Pr>F
912,61
< 0,0001*
Corrected 5 9,75812083 total Keterangan = * : perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05), maka dilakukan uji lanjut,
51 Lampiran 6 Hasil uji Duncan terhadap parameter kadar air tablet hisap Spirulina Duncan Grouping
Mean
Kode
A
18,1750
Kultivasi
B
6,7550
Komersial
Huruf A dan B menunjukkan pengaruh yang berbeda antar perlakuan (p<0,05),
Lampiran 7 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap parameter kadar abu tablet hisap Spirulina Source
DF 1
Sum of Squares 156,4496800
Mean Square 156,4996800
Model Eror
3
0,1559000
0,0519667
F Value
Pr>F
3011,54
< 0,0001*
Corrected 5 156,655800 total Keterangan = * : perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05), maka dilakukan uji lanjut,
Lampiran 8 Hasil uji Duncan terhadap parameter kadar abu tablet hisap Spirulina Duncan Grouping
Mean
Kode
A
18,1750
Kultivasi
B
6,7550
Komersial
Huruf A dan B menunjukkan pengaruh yang berbeda antar perlakuan (p<0,05),
Lampiran 9 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap parameter kadar lemak tablet hisap Spirulina Source
DF 1
Sum of Squares 15,72122500
Mean Square 15,72122500
Model Eror
2
0,13045000
0,06522500
F Value
Pr>F
241,03
< 0,0041*
Corrected 3 15,85167500 total Keterangan = * : perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05), maka dilakukan uji lanjut,
52 Lampiran 10 Hasil uji duncan terhadap parameter kadar lemak tablet hisap Spirulina Duncan Grouping
Mean
Kode
A
6,4650
Kultivasi
B
2,5000
Komersial
Huruf A dan B menunjukkan pengaruh yang berbeda antar perlakuan (p<0,05),
Lampiran 11 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap parameter kadar protein tablet hisap Spirulina Source
DF 1
Sum of Squares 0,42250000
Mean Square 0,42250000
Model Eror
2
0,1352000
0,06760000
F Value
Pr>F
6,25
< 0,1296
Corrected 3 0,55770000 total Keterangan = * : perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05), maka dilakukan uji lanjut, Lampiran 12 Rekapitulasi data antioksidan tablet hisap Spirulina Konsentrasi 200 400 600 800 1000
% inhibisi Spirulina komersil 500 mg, Spirulina kultivasi 500 mg, mint 0,5% mint 0,5% 5,838 7,511 9,474 10,294 14,284 18,402 18,208 25,874 46,820
Lampiran 13 Perhitungan persentase karbohidrat, protein, dan lemak terhadap angka kecukupan gizi (AKG) tablet hisap Spirulina komersial Data proksimat Sampel Tablet hisap Spirulina komersial -
Kadar protein 30,38%
Kadar lemak 2,58 %
Kebutuhan kalori total 2000 kkal/hari a. Karbohidrat : 50-60 % Kebutuhan kalori karbohidrat = 60/100x2000 kkal= 1200 kkal Kebutuhan karbohidrat perhari =1200 kkal/4 = 300 gram/hari
Kadar karbohidrat 59,77%
53 b. Protein : 10-20 % Kebutuhan kalori protein = 12/100x2000 kkal = 240 kkal Kebutuhan protein perhari = 240 kkal/4 =60 gram/ hari c. Lemak : kurang dari 30% total kalori Kebutuhan kalori lemak = 28/100x2000kkal = 560 kkal Kebutuhan lemak perhari = 560 kkal/9 = 62,22 gram/hari Presentasi AKG tablet hisap Spirulina -
Kadar karbohidrat Serving size Kadar karbohidrat % AKG karbohidrat
= 59,77% = 3,2 g = 59,77/100 x 3,2 gram = 1,9 gram = 1,9/300 x 100% = 0,6%
-
Kadar protein Serving size Kadar protein % AKG protein
= 30,38% = 3,2 g = 30,38/100 x 3,2gram = 0,97 gram = 0,97/60 x 100% = 1,62%
-
Kadar lemak Serving size Kadar lemak % AKG lemak
=2,58% = 3,2 g = 2,58/100 x 3,2 gram = 0,08 gram = 0,08 /62,22 x100% = 0,13 %
Lampiran 14 Perhitungan persentase karbohidrat, protein, dan lemak terhadap angka kecukupan gizi (AKG) tablet hisap Spirulina hasil kultivasi Data proksimat Sampel Tablet hisap Spirulina hasil kultivasi
Kadar protein 29,18%
Kadar lemak 7,7%
Kebutuhan kalori total 2000 kkal/hari d. Karbohidrat : 50-60 % Kebutuhan kalori karbohidrat = 60/100x2000 kkal= 1200 kkal Kebutuhan karbohidrat perhari =1200 kkal/4 = 300 gram/hari e. Protein : 10-20 % Kebutuhan kalori protein = 12/100x2000 kkal = 240 kkal Kebutuhan protein perhari = 240 kkal/4 =60 gram/ hari f. Lemak : kurang dari 30% total kalori Kebutuhan kalori lemak = 28/100x2000kkal = 560 kkal Kebutuhan lemak perhari = 560 kkal/9 = 62,22 gram/hari Presentasi AKG tablet hisap Spirulina
Kadar karbohidrat 42,97%
54 -
Kadar karbohidrat Serving size Kadar karbohidrat % AKG karbohidrat
= 42,97 % = 3,2 g = 42,97/100 x 3,2 gram = 1,37 gram = 1,37/300 x 100% = 0,45%
-
Kadar protein Serving size Kadar protein % AKG protein
= 29,18% = 3,2 g = 29,18/100 x 3,2gram = 0,93 gram = 0,93/60 x 100% = 1,55%
-
Kadar lemak Serving size Kadar lemak % AKG lemak
= 7,7% = 3,2 g = 7,7/100 x 3,2 gram = 0,12gram = 0,12 /62,22 x100% = 0,19 %
Lampiran 15 Batas minimum penggunaan bahan tambahan tablet Jenis Bahan Tambahan Aerosil Talk Mg Stearat Sukralosa Sorbitol Asam Sitrat Avicel Na benzoate Mint
Penggunaan 1-5 % 1-10 % 0,25-5 % 0,03-0,24 % 25-90% 0,3-2 % > 20 % 0,02-0,05 % 0,1- 3%
Sumber: Rowe et al, 2006
Lampiran 16 Media kultivasi Spirulina Media Zarrouk teknis modifikasi (MT) Media Komposisi (NH4)2CO 0,13 g/L K2SO4 0,04 g/L ZA 0,06 g/L MgSO4 0,02 g/L CaCl2 0,004 g/L Na2HPO4 0,04 g/L FeCl3 0,001 g/L Na2EDTA 0,008 g/L NaHCO3 2 g/L Vit B12 1 μ/L NaH2PO4,2H2O NaNO3 Na2EDTA
Media Walne Media B12 B1 (NH4)Mo7O24,4H2O CoCl2,6H2O ZnCl2 CuSO4,5H2O Trace metal solution H3BO3 MnCl2,4H2O FeCl3,6H2O 20 g/L 100 g/L 45 g/L
Komposisi 0,5 g/L 10 g/L 0,9 g/L 2 g/L 2,1 g/L 2 g/L 1 ml dari 100 larutan 33,6 g/L 0,36 g/L 1,3 g/L
55 Lampiran 17 Dokumentasi penelitian
Bibit Spirulina
Pemanenan
Kultivasi dengan walne
Biomassa
Kultivasi walne-MT Kultivasi MT-MT
Sel Spirulina
Tablet hisap 500mg
Tablet hisap 250 mg
Alat kempa
Friabilimeter
Hardnesstester
Spektrofotometer
Soxhletasi
Destilasi
WQM
56 Lampiran 18 Hasil uji rata-rata keseragaman bobot tablet hisap Spirulina Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 rata-rata
THD131 (g) 0,79 0,79 0,78 0,79 0,79 0,78 0,80 0,79 0,79 0,79 0,78 0,79 0,78 0,80 0,79 0,77 0,79 0,80 0,79 0,79 0,79
DHT132 (g) 0,79 0,79 0,81 0,79 0,80 0,79 0,79 0,80 0,80 0,79 0,80 0,79 0,79 0,79 0,81 0,79 0,79 0,80 0,80 0,81 0,80
HTD133 (g) 0,80 0,81 0,80 0,81 0,81 0,80 0,80 0,81 0,79 0,79 0,79 0,78 0,79 0,80 0,79 0,79 0,79 0,79 0,78 0,79 0,80
TDH134 (g) 0,80 0,80 0,81 0,79 0,80 0,79 0,79 0,80 0,78 0,79 0,79 0,78 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79
Lampiran 19 Hasil uji kekerasan tablet hisap Spirulina Sampel
THD131 (kP)
DHT132 (kP)
HTD133 (kP)
TDH134 (kP)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8,40 8,00 9,00 7,50 8,25 9,16 8,33 7,66 8,66 8,50
9,08 8,75 8,00 8,33 8,08 8,08 7,66 8,16 6,83 8,33
4,00 4,83 5,66 5,50 5,83 5,25 4,50 5,16 4,75 6,00
4,66 4,50 4,50 5,66 4,33 4,50 4,83 5,25 4,66 5,00
Rata-rata
8,33
8,13
5,51
4,79
57 Lampiran 20 Hasil uji kekerasan tablet hisap Spirulina Ulangan 1 2 3
THD131 0,18% 0,17% 0,19%
DHT132 0,19% 0,18% 0,18%
HTD133 0,25% 0,19% 0,18%
TDH134 0,25% 0,18% 0,18%
rata-rata
0,18%
0,18%
0,20%
0,21%
Lampiran 21 Rekapitulasi data uji hedonik tablet hisap Spirulina A) Parameter penampakan Kode Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
THD131
DHT132 5 7 5 7 4 6 5 4 4 7 7 5 7 6 5 7 6 7 6 5 7 5 3 7 6 7 6 6 6 6
HTD133 7 6 3 4 4 6 5 3 6 4 7 7 7 7 6 7 5 7 7 5 7 6 4 7 6 4 7 6 6 6
TDH134 4 5 3 3 3 6 5 5 4 3 7 6 4 3 8 5 6 7 5 5 3 5 2 6 6 3 4 4 6 5
5 5 2 4 4 6 5 5 5 5 7 7 4 3 7 5 6 7 5 5 3 4 3 6 6 4 4 4 6 5
58 B) Parameter warna Kode Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
THD131
DHT132 7 6 7 7 4 5 7 6 6 6 5 7 7 8 7 4 8 6 5 4 2 7 5 7 6 7 7 7 6 7
HTD133 7 7 4 7 4 6 7 5 7 6 5 7 6 7 7 7 8 4 7 3 2 6 5 4 3 6 7 7 6 7
TDH134 6 4 3 7 4 6 3 4 4 6 5 5 5 5 4 6 7 4 5 5 3 6 3 3 3 4 4 5 5 5
6 4 4 5 3 5 3 4 4 7 4 7 8 5 4 7 7 4 6 6 3 6 3 4 2 5 6 5 5 5
59 C) Parameter aroma Kode Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
THD131
DHT132 6 6 5 3 6 4 4 4 4 5 8 6 6 4 5 5 5 6 6 5 6 5 3 4 3 3 4 3 4 6
HTD133 5 5 5 3 5 5 3 5 4 5 7 7 6 3 6 4 5 6 4 5 3 6 3 4 3 3 6 3 4 6
TDH134 5 5 5 3 4 5 3 7 4 5 7 6 5 3 8 5 7 6 4 5 3 6 3 5 3 4 4 4 5 5
5 5 6 3 6 4 4 6 5 5 7 7 3 3 7 5 6 6 4 5 6 5 3 4 3 4 6 4 5 5
60 D) Parameter rasa Kode Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
THD131
DHT132
HTD133
TDH134
2 2
3 2
4 4
4 6
3 4 5 4 5 4 4 3 4 5 5 7 4 5 7 4 5 5 5 5 6 7 4 6 4 7 6 6
3 3 3 4 3 4 3 4 5 4 5 5 6 6 7 3 4 5 3 5 4 7 6 6 5 5 4 5
3 3 2 5 3 4 6 4 5 5 7 5 7 7 8 5 5 6 7 6 6 7 7 4 6 7 6 6
3 3 3 6 4 4 4 3 4 4 7 5 8 6 7 5 3 5 6 5 5 7 3 5 6 5 5 5
61 E) Tekstur Kode Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
THD131
DHT132 7 6 3 7 5 6 7 5 7 7 7 5 7 7 7 4 4 6 4 6 7 4 5 6 6 3 4 7 7 8
HTD133 6 5 6 7 5 5 4 5 6 7 7 7 7 7 7 5 4 6 4 6 6 4 5 7 6 2 4 7 7 7
TDH134 6 5 6 8 5 6 6 6 6 6 7 6 7 6 7 6 4 6 5 6 3 6 5 7 6 4 4 7 6 6
5 5 3 7 5 6 5 5 7 7 7 7 7 6 7 6 4 6 4 6 6 6 5 5 6 4 4 7 6 6
62 Lampiran 22 Keamanan bahan tambahan makanan tablet hisap
Jenis Tahan Tambahan Kandungan zat
Batas aman
Pangan (BTM)
(per 100 g)
(per 100 g)
Avicel
3
GRAS
Semua produk
Asam sitrat
0,5
GRAS
Buah kaleng, minuman
Mint
1
Secukupnya
Semua produk
Mg stearat
1
GRAS
Semua produk
Talk
1
1
Susu bubuk
Sorbitol
60
GRAS
Semua produk
Sumber: JECFA 2004
Aplikasi pada produk