FOKUS
No. 7 / Th. VII / Juli 2008
No. 7 / Th. VII / Juli 2008
Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma
Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma
Fokus : Panggilan Terdalam Alumni USD Sharing : Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di Indonesia
Daftar Isi Sekapur sirih..........................................................................................................................................
Sharing : Dunia Kerja Berpaling pada Karakter Berita Alumni : Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan Alumni Farmasi USD dan Softskill
4
Fokus: Panggilan Terdalam Alumni USD....................................................................................
5
Bekerjasama untuk Semakin Baik dan Semakin Berarti...............................
7
Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di Indonesia.............................. 10 Pelindung Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta P. Wiryono Priyatamtama, S.J.
Penanggung Jawab Wakil Rektor III P. Kuswandono
Pemimpin Redaksi
Berita Fakultas: Alumni Farmasi USD dan Softskill. .............................................................................. 20 Aneka Info dari Fakultas Psikologi USD..................................................................... 23
Profil Karyawan............................................................................................................................... 25
Ign. Adjie R. Primantoro
Sharing: Redaktur A. Rumadi M. Martono Tjita Singo
Alamat Universitas Sanata Dharma Mrican, Tromol Pos Yogyakarta 55002 Telp. (0274) 513301 e-mail:
[email protected] Contact Person Alumni: Ibu Nova (HP: 081804116007)
Dunia Kerja Berpaling pada Karakter. ........................................................................... 27 Alumni sebagai Agen PMB....................................................................................................... 29 Sepenggal Kisah – Dunia Kuliah dan Dunia Kerjaku. .................................. 32 Berita Alumni: Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan. ......................................................................... 35 Opini: Membaca Manusia Membaca “Dunia”. ....................................................................... 36 Mengenal Karakteristik Remaja Usia Sekolah Menengah. ........................ 39 Resensi Buku ........................................................................................................................................ 43
Redaksi menerima kiriman naskah (opini, buku, atau berita) dan foto-foto dari Alumni Sanata Dharma. Naskah diketik dalam kertas quarto spasi satu setengah maksimal 4 halaman. Naskah dapat dikirim via e-mail atau pos. Naskah dan foto yang tidak dimuat akan dikembalikan.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
3
FOKUS
Sekapur Sirih Perguruan tinggi yang baik akan melahir kan alumnus yang baik. Ini analogi yang dapat kita pakai ketika kita memaknai Visi Ignasian. Semasa menuntut studi di USD, kita tentu akrab dengan Visi Ignasian ini. Visi Ignasian intinya mengajak orang masuk ke dalam realitas konkret yang dihidupinya dan memahami realitas yang ada dalam kerangka sebuah tujuan yang lebih baik. Dalam tulisannya di Kasadhar edisi ini, Romo Greg. Heliarko SJ menekankan kembali makna Visi Ignasian ini yakni kita bertindak tidak dimulai dengan ‘doing’, me lainkan ‘seeing’ yang lebih baik, yang sekaligus menggerakkan orang lain menjadi lebih baik, dan dengan demikian juga akan membuat diri sendiri lebih baik. Visi Ignasian dapat menjadi bekal bagi kita dalam memecahkan persoalan bangsa kita yang hingga kini keadaannya belum membaik. Sebagai alumni USD yang dianugerahi cara pandang Ignasian, kita di harapkan senantiasa mencari potensi-potensi kreatif dalam diri siapapun yang dapat dikembangkan ke arah terlahirnya ‘men and women for others’, yang mampu melahirkan paradigma-paradigma baru yang memberi
4
kontribusi bagi kebaikan sesama dan du nia, serta lebih mampu menemukan arti kepenuhan hidup oleh karena berorientasi kepada Kemuliaan Allah. Sesuai dengan tema yang diangkat “Character Building”, Kasadhar memang banyak menyajikan tulisan-tulisan tentang “pembangunan watak” di edisi ini. Untuk itu jangan lewatkan Sharing-Sharing menarik yang ditulis oleh beberapa alumnus kita, salah satunya Saudara Didiek Dwinarmiyadi, yang membuka mata hati kita bahwa dunia kerja pun kini berpaling pada karakter. Untuk masa sekarang ini, lulusan per guruan tinggi yang pandai dengan IPK tinggi saja rasanya tidak cukup. Perusahaanperusahaan telah mulai mengidentifikasi bahwa karyawan yang berhasil bukan yang pandai tetapi justru yang memiliki karak ter. Maka lembaga pendidikan tinggi, terma suk USD tentu saja, perlu mengupayakan agar lulusannya mampu terserap di dunia kerja. Jadi berikan perhatian khusus pada kompetensi perilaku mahasiswanya, selain tetap meningkatkan mutu pengajarannya. Sampai bertemu kembali di Kasadhar edisi depan! Tuhan memberkati.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
Panggilan Terdalam Alumni Universitas Sanata Dharma Oleh: Greg.Heliarko SJ (Dekan FST)
Salam Sanata Dharma. Saudara-Saudari Alumni USD di mana pun berada. Dengan penuh rasa sukacita Saya sampaikan doa dan harapan kami untuk segala tugas dan perjuangan yang sedang Anda geluti. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Anda dan keluarga. Dalam kesempatan ini, pertama-tama Saya ingin mengajak Anda sekalian untuk mengenang kembali masa-masa berahmat, ialah saat Anda mengarungi sepenggal perjalanan hidup Anda sebagai mahasiswa di USD. Tentu ada banyak kesamaan kegiatan bila dibandingkan dengan kegiatan di Perguruan Tinggi lain. Namun, tentu ada sesuatu yang mungkin terlalu spesifik untuk dapat disamakan. Sesuatu ini akan semakin terasa bila kita memiliki kesempatan untuk merenungkannya kembali. USD didirikan dan dikelola bukan semata untuk menambah jumlah perguruan tinggi yang sudah ada. Sebaliknya, USD menggunakan tradisi perguruan tinggi yang sudah berabadabad umurnya untuk mengusung sebuah misi yang melampaui misi sebuah perguruan tinggi semata. Maka pengalaman belajar di USD
seharusnya tidak hanya membawa mahasiswamahasiswi memiliki password untuk dapat masuk dan berkiprah ke dalam profesi-profesi tertentu. Malahan lebih dalam lagi, pengalaman itu seharusnya memampukan alumni untuk membawa profesi yang dimasukinya ke dalam kesadaran yang lebih luas, seperti dijadikan lapangan pergulatan USD sendiri, ialah lapangan atau visi pergulatan Ignasian. Visi Ignasian mengajak orang masuk ke dalam realitas konkret yang dihidupinya, bukan menolaknya. Melampaui apa yang dapat dilihat mata, didengar telinga, dan dirumuskan oleh pikiran. Visi Ignasian mengajak orang memahami realitas yang ada dalam kerangka sebuah tujuan yang lebih baik yang mungkin diupayakan. Inilah yang dimaksud dengan semangat magis itu. Tidak dimulai dengan ‘doing’, melainkan ‘seeing’ yang lebih baik, yang sekaligus menggerakkan. Apa yang menjadi ukuran lebih baik? Terutama adalah membuat orang lain menjadi lebih baik, dan dengan demikian juga akan membuat diri sendiri lebih baik. Bukan sebaliknya, dan juga bukan sekedar membuat sebuah lembaga menjadi lebih baik. Inilah yang dikenalkan sebagai menjadi ‘men and women for others’.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
5
FOKUS
Semakin banyaknya orang yang lebih baik inilah sekaligus berarti semakin dimuliakannya Allah, Ad Maiorem Dei Gloriam (AMDG). Ada begitu banyak orang baik di Indonesia, namun mengapa sebagai keseluruhan bangsa ini tidak beranjak menuju sebuah keadaan yang lebih baik? Ketika sistem yang otoriter diganti dengan sistem yang lebih demokratis, keadaan tidak juga menjadi lebih baik. Bahkah ada dimensi-dimensi tertentu dari perilaku manusia yang justru semakin tidak baik. Apa kah masih ada kambing hitam lain lagi yang bisa kita jadikan sasaran untuk memindahkan kejengkelan dan frustrasi ini? Pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh karena pertanyaan ini salah. Tidak perlu mencari kambing hitam oleh karena persoalannya bukan apakah kambingnya hitam atau putih, melainkan adakah dari sekian kambing ini yang bisa duduk berperan sebagai pemimpin? Jadi, lebih tepatnya, kita sedang mengalami krisis kepemimpinan. Marilah menengok sebentar ke dalam. Apa kah visi, misi dan budaya yang dihidupi USD memberikan peran dalam melahirkan para pe mimpin baru? Berapa banyak alumni USD yang berhasil menemukan perannya yang tepat sebagai pemimpin di tengah lingkungannya maupun lingkungan yang lebih tinggi? Apakah alumni USD dibekali sekedar perangkat untuk dapat menjadi pekerja yang baik pada sebuah institusi? Ataukah alumni USD juga sudah dibekali dengan pengenalan diri dan visi sebagai perangkat dalam ikut serta mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih sejahtera dan bermartabat? Alumni USD adalah bagian dari USD itu sendiri yang oleh karena hakekat keberadaan nya, ikut bertanggung jawab terhadap per tanyaan yang terakhir itu. Di manakah gema
6
idealisme ‘memanusiakan manusia’ masih akan terdengar apabila perangkat belum tersedia? Padahal kita butuh pemimpin-pemimpin yang akan mengarahkan seluruh gerak dinamika dan pembangunan ini ke arah kemanusiaan yang lebih adil dan lebih beradab. Oleh karena dipersatukan Visi Ignasian, Alumni adalah bagian dari kekuatan USD untuk turut serta melahirkan para pemimpin yang mampu menangkap desain realitas se hingga mampu bekerja sama dengan Sang Pen cipta sendiri yang terus bekerja melakukan pembebasan dengan tanpa harus terjebak dalam dan frustrasi oleh fragmen-fragmen kehidupan; pemimpin yang menjadikan kemanusiaan se bagai nilai tertinggi untuk diperjuangkan di tengah masyarakat yang majemuk; pemimpin yang tanpa henti memperjuangkan dan mem promosikan nilai dan budaya kehidupan ber hadapan dengan tawaran nilai dan budaya kematian yang mampu melakukan metamorfosa ke dalam segala segi kehidupan. USD mengundang putra dan putrinya untuk kembali ke kesadaran paling dalamnya sebagai satu keluarga besar yang dianugerahi cara pan dang Ignasian dalam men-ziarahi hidup ini, me lalui ketekunan untuk terus mencari potensipotensi kreatif dalam diri siapapun yang dapat dikembangkan ke arah terlahirnya ‘men and women for others’, yang mampu melahirkan paradigma-paradigma baru dimana setiap orang lebih mudah menjadi ‘magis’ dalam berkontribusi bagi kebaikan sesama dan dunia, serta lebih mampu menemukan arti kepenuhan hidup oleh karena berorientasi kepada Kemuliaan Allah yang lebih “AMDG”. Marilah impian ini kita wujudkan lewat komunikasi yang makin intensif.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
FKIP USD:
Bekerjasama untuk Semakin Baik & Semakin Berarti Oleh: T. Sarkim (Dekan FKIP)
M
enulis artikel untuk dimuat dalam majalah KASADHAR terasa menyapa langsung alumni yang berada di berbagai wilayah di Tanah Air. Ada banyak informasi yang ingin kami sampaikan kepada alumni yang setia mengikuti perkembangan USD. Semoga informasi ini menjawab sebagian pertanyaan yang sering ditanyakan oleh alumni tentang situasi USD, khususnya FKIP, saat ini. Bagi rekan alumni yang sudah lama me ninggalkan Sanata Dharma, terlebih dulu baik kiranya kami informasikan beberapa infor masi statistik FKIP. Pada saat ini di FKIP ter dapat 11 Program Studi yaitu: Program Studi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK, berlokasi di kampus V Kotabaru), Program Studi D2 PGSD dan Program Studi S1 PGSD (keduanya berada di kampus VI Pringwulung, kerjasama tempat dengan AKS Tarakanita), Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK), Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Studi Pendidikan Ekonomi (PE), Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID), kelima program studi ini berlokasi di Kampus I Mrican, dan dua program studi yaitu Program Studi Pendidikan Fisika dan Program Studi Pendidikan Matematika yang keduanya berlokasi di kampus III Paingan. Pada semester genap tahun akademik 2007-2008 jumlah mahasiswa berjumlah 3.656 orang, dan dosennya berjumlah 110 orang. Dalam tiga tahun terakhir jumlah maha siswa yang diterima dengan jumlah maha siswa yang lulus setiap tahun berimbang da lam kisaran antara 700 - 750 mahasiswa per tahun. Perlu kiranya kami informasikan di sini bahwa pada saat ini USD sedang menanti ijin pembukaan Program Studi Pendidikan Biologi dari Dikti. Selain itu FKIP juga sedang melakukan studi kelayakan untuk membuka program S2 Pendidikan. Kepercayaan Pemerintah Berikutnya adalah informasi tentang keter libatan dengan program pemerintah atau dapat juga dimaknai sebagai bentuk kepercayaan
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
7
FOKUS
pemerintah kepada FKIP USD. Salah satu ama nat dari Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah guru dan dosen diakui sebagai tenaga profesional, dan untuk diakui sebagai tenaga profesional maka guru dan dosen harus memiliki Sertifikat Pendidik. Proses pemberian sertifikat itu disebut Sertifikasi. Setelah melalui berbagai diskusi, polemik dan perdebatan akhirnya pemerintah mene tapkan bahwa sertifikasi dilakukan melalui dua jalur yaitu jalur Penilaian Portofolio dan Jalur Pendidikan. Sertifikasi melalui penilaian portofolio dilaksakanan dalam rayon-rayon. Setiap rayon terdiri dari beberapa perguruan tinggi/LPTK. USD terlibat dalam sertifikasi melalui penilaian portofolio dengan menjadi anggota Rayon 11. Rayon 11 adalah pelaksana sertifikasi melalui penilaian protofolio untuk wilayah DIY dan beberapa kabupaten di wilayah Jawa Tengah. Rayon 11 diketuai oleh Universitas Negeri Yogyakarta dan beranggotakan USD, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, dan Universitas Ahmad Dahlan. Selain menjadi pelaksana sertifikasi melalui penilaian portofolio, USD juga mendapat tugas dari pemerintah untuk menyelenggarakan program sertifikasi melalui jalur pendidikan selama satu tahun. Para peserta program sertifikasi jalur ini adalah guru-guru SD yang ditunjuk oleh pemerintah, berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur, NTB dan dua kabupaten di Sulawesi. FKIP USD bermitra menjalin kerjasama untuk meningkatkan kapasitasnya. Untuk mening katkan kemampuannya dalam mempersiapkan calon guru menjadi guru yang kompeten dan memiliki kepribadian yang dewasa, serta untuk meningkatkan kemampuannya memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat Indonesia melalui pendidikan, FKIP USD aktif menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga swasta dan pemerintah dari dalam dan luar negeri. Kerjasama dengan instansi-instansi swasta itu dilakukan dalam bentuk penyediaan tenaga
8
guru melalui informasi langsung dari yayasan penyelenggaran pendidikan kepada para lulusan serta rekrutmen langsung di kampus USD. Kerjasama dengan instansi swasta juga di lakukan dalam program peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan untuk kepala sekolah dan guru. Kerjasama dengan instansi pemerintah diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengadaan guru, peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah, dan peningkatan kompetensi guru. Kerjasama dengan pemerintah di antaranya dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Belu, NTT, Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Pemerintah Kabupaten Asmat yang keduanya berada di Papua. Sementara itu, kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri dilakukan dengan: (1) Hogeschool van Arnhem et Nijmegen (HAN) Belanda. Kerjasama yang dilakukan adalah pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa dan mengadakan workshop atau seminar bersama. Pada semester ganjil tahun akademik 2008-2009 akan ada satu orang dosen dari HAN yang berada di USD dan secara periodik akan mengadakan pelatihan tentang pembelajaran sejarah di USD; (2) Kerjasama dengan Rotterdam University Belanda. Kerjasama yang dilakukan difokuskan pada implementasi dan pengembangan Pen didikan Matematika Realistik di sekolah-sekolah di Indonesia dan juga pengajaran bahasa Inggris untuk anak Sekolah Dasar; (3) Kerjasama dengan Loyola University Chicago yang berada di bawah payung kerjasama Komisi Pendidikan Yesuit. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka mengembangkan pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah dalam hal school leadership. Melalui berbagai kerjasama itu, FKIP USD sedang berusaha mencapai cita-cita pengem bangannya yang diarahkan agar dalam waktu lima tahun ke depan mampu mempersiapkan guruguru yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah-sekolah seperti
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
mampu melakukan pembelajaran yang mendidik serta komunikatif sesuai dengan karakter remaja, memiliki kompetensi akademik yang tinggi, memiliki keterampilan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, serta sebagian lulusan FKIP dari non-PBI memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Selain menghasilkan lulusan yang mam pu menjawab kebutuhan pendidikan di Indo nesia, FKIP USD juga sedang berusaha untuk memberikan pelayanan nyata lebih luas untuk menjawab kebutuhan peningkatan mutu pen didikan di berbagai daerah di Tanah Air. Citacita itu semua akan diwujudkan melalui pe ningkatan kemampuan dosen dan lembaga dalam melaksanakan pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kerjasama dengan alumni Keinginan agar FKIP dapat lebih menyapa alumninya dan menjalin kerjasama lebih nyata sudah sejak beberapa waktu yang lalu
dipikirkan dan secara bertahap dilaksanakan. Kami menyadari bahwa saat ini terdapat banyak kelompok alumni yang di dalam setiap kelompok itu terjadi interaksi yang cukup kuat, akan tetapi sejauh kami ketahui juga, antar ke lompok itu belum ada interaksi yang kuat. Ka mi juga menyadari bahwa sampai saat ini kami belum menemukan format yang tepat bagaima na kerjasama yang saling mendukung di antara alumni dan antara alumni dengan almamater itu dapat dilakukan. Sejauh komunikasi kami dengan kelompok-kelompok kecil yang sudah ada, kerinduan untuk membangun jaringan dan kerjasama ini begitu kuat. Saran atau usulan untuk mewujudkan hal ini sangat kami hargai, silahkan disampaikan melalui: sarkim@staff. usd.ac.id. Demikianlah informasi ringkas tentang FKIP saat ini dan rencana yang sudah diper siapkan dan sedang diimplementasikan serta tantangan yang berada di depan. Semoga informasi ini dapat memberi kontribusi dalam memperkuat komunikasi antara alumni dengan almamater. Terimakasih
Melakukan kesalahan dalam hidup bukan saja lebih terhormat, tetapi bermanfaat daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali. (George Bernard Shaw)
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
9
FOKUS
Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di Indonesia Y.B. Adimassana (Dosen FKIP-Universitas Sanata Dharma)
Harapan di tengah kelesuan Sertifikasi untuk para guru dalam jabat an melalui uji portofolio telah dijalankan sejak tahun 2006. Tahun 2008 ini adalah tahun ke tiga. Para guru sempat menyangsikan keserius an pemerintah dalam mengimplementasikan program ini karena uji portofolio untuk peserta sertifikasi tahun 2006 sempat tertunda hingga tahun 2007. Kelegaan di kalangan para guru muncul ketika beribu-ribu guru dinyatakan lu lus sertifikasi dan mendapatkan predikat “guru profesional”. Banyak guru mengadakan syukuran karena merasa yakin akan mendapat tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok setiap bulannya. Wajah mereka menjadi cerah karena harapan untuk dapat menikmati kesejahteraan yang selama ini diimpikan akan segera menjadi ke nyataan. Betapa tidak? Siapa yang masih sang si bahwa harapan tersebut tidak akan ter penuhi? Bukankah janji pemerintah tersebut telah dituangkan dalam Undang-undang? Dan
10
bukankah sertifikasi sudah dijalankan dan Surat Keterangan Lulus Sertifikasi sudah di tangan? Betul, hampir semua guru yakin yang se yakin-yakinnya bahwa janji pemerintah tidak akan diingkari. Keyakinan tersebut bertambah mantap ketika guru angkatan pertama yang lulus sertifikasi lewat uji portofolio men dapatkan tunjangan profesi untuk 3 bulan (Oktober, November, dan Desember 2006) yang dibayarkan pada bulan Januari 2007. Namun, di tengah masih berbunga-rianya harapan tersebut, menyelinaplah kesangsian, kegundahan, dan kekecewaan di hati para guru yang telah lulus sertifikasi, karena tunjangan untuk bulan-bulan berikutnya tidak kunjung ditambahkan ke rekening bank mereka. Beberapa guru menjadi kembali lesu dan kehilangan semangat karena harapannya yang semula pasti kini menjadi tidak menentu lagi. Kendatipun demikian para guru generasi berikut yang sudah berijasah S-1 tetap saja hiruk-pikuk menyiapkan kelengkapan berkas untuk portofolio yang akan mereka ajukan,
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
sementara itu para guru yang belum S-1 sibuk mencari peluang untuk dapat mengikuti program pendidikan S-1 dan bisa lulus secepatnya. Tidak sedikit guru yang menempuh jalan pintas dengan mengambil program S-1 kilat melalui perkuliahan di universitas ”Kutunggu” (Kuliah Sabtu dan Minggu). Begitulah hirukpikuk dan gegeran yang terjadi di kalangan para guru, tak terkecuali para alumni Sanata Dharma. Hampir setiap hari berkas legalisasi fotokopian Ijasah dan Akta IV yang harus ditandatangai oleh Dekan FKIP USD menumpuk setinggi Gunung Merapi. Apa gerangan yang menjadi pemicu gonjang-ganjing di kalangan para guru tersebut? Jawabnya tak lain adalah gagasan untuk meningkatkan profesionalitas para guru di negeri kita ini. Logika yang diplintir Awal dari kehebohan di kalangan guru adalah realita bahwa kualitas pendidikan kita rendah, bahkan lebih rendah dari kualitas pendidikan di negara-negara tetangga di Asia Tenggara, padahal sekitar 3-4 dasa warsa yang lalu SDM Indonesia banyak disewa menjadi tenaga pengajar di negara-negara tetangga. Ini bukti bahwa kualitas pendidikan kita di masa silam pernah di atas negara-negara lain dan kini justru merosot. Pemerintah berpikir bahwa untuk me ningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia perlu dilakukan pembenahan, yaitu melalui standarisasi di 8 aspek dalam penyelenggaraan pendidikan. Maka, muncullah Peraturan Peme rintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang disosialisasikan lewat Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tak lama kemudian muncullah UU Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang menetapkan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi bagi guru profesional sebagai jaminan kualitas guru serta sekaligus
menetapkan pemberian tunjangan profesi se besar satu kali gaji pokok bagi para guru yang memenuhi standar kualitas tersebut. Dari situlah UUGD kemudian dikenal sebagai ”UU kesejahteraan guru” karena menjanjikan tunjangan profesi bagi kesejahteraan guru. Oleh khalayak, logika berpikir tersebut kemudian ”diplintir” atau ”diputar-balik”, yang semula ”demi meningkatkan kualitas perlu standarisasi dan mereka yang memenuhi standar mutu akan diberi tunjangan profesi demi peningkatan kesejahteraan mereka” berubah menjadi ”demi meningkatkan profesionalitas para guru sesuai dengan standar perlu ada peningkatan kesejahteraan bagi mereka”. Dengan kata lain isu sertifikasi berubah menjadi isu peningkatan kesejahteraan bagi para guru. Logika yang mana yang mesti kita ikuti? Pemerintah mencoba membantah ”logika kesejahteraan” karena tujuan pemerintah bukan untuk meningkatkan kesejahteraan melainkan menjamin profesionalitas, namun dalam so sialisasi terkesan yang ditekankan adalah pe ningkatan kesejahteraan. Dan tampaknya memang tak mungkin ada peningkatan kualitas tanpa ada peningkatan kesejahteraan. Maka, para guru pun lebih tergiur oleh iming-iming ”peningkatan kesejahteraan” tersebut daripada oleh urgensi untuk peningkatan kualitas/ profesionalitas. Oleh sebab itu dalam praktek penyusunan portofolio ada kesan para guru dengan mudah menghalalkan segala cara, yang penting bisa lulus dan mendapatkan tunjangan profesi yang dijanjikan. Setelah terbukti lulus, benarkah ada peningkatan profesionalitas? Dan benarkah ada peningkatan kesejahteraan? Di sinilah tidak ada jawaban yang pasti, karena ada indikasi portofolio-portofolio pa ra guru itu sekedar memenuhi persyaratan administratif, tidak mencerminkan adanya pe ningkatan profesionalitas. Begitu pula dalam hal kesejahteraan, ada isu yang mengatakan bahwa
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
11
FOKUS
tunjangan tersebut akan dibayar dengan yen, maksudnya yen ana duwite (kalau ada uangnya) atau yen ora lali (kalau tidak lupa). Kalau tidak ada uang? Ya, tentu bisa saja hanya akan dibayar sebagian saja atau bahkan tidak akan dibayar sama sekali. Tampaknya tidak semua Pemda siap untuk itu. Di tengah ketidakpastian tersebut, ada satu hal yang dapat dicatat yaitu bahwa UUGD telah menetapkan perubahan secara esensial dalam pekerjaan sebagai guru, yakni bahwa sekarang guru merupakan profesi yang setara dengan profesi di bidang-bidang lain seperti profesi dokter, psikolog, konselor, advokat, dan lainnya dengan standar keprofesionalan yang lebih jelas. Profesi selalu berhubungan dengan orang-orang dari kalangan masyarakat luas yang dilayani, misalnya: guru dengan muridnya, dokter dengan pasiennya, advokat dengan kliennya, konselor dengan konselinya, psikolog dengan kliennya, pendeta/pastur dengan umat/jemaatnya, dsb. Layanan seorang profesional tidak sekedar untuk mendapatkan uang (nafkah-pencaharian) melainkan terutama untuk pelayanan bagi masyarakat luas. Maka, dalam melaksanakan pelayanan, mereka terikat pada tanggung ja wab moral yang oleh organisasi profesi yang bersangkutan dirumuskan dalam format standar perilaku etis yang disebut kode etik. Arah-tujuannya pun adalah untuk membuat profesi betul-betul dijalankan demi menjunjung keluhuran martabat manusia. “Guru Profesional” Dengan ditetapkannya dalam UUGD bah wa pekerjaan sebagai guru adalah suatu pro fesi, maka pekerjaan sebagai guru harus me menuhi standar-standar ke-profesional-an di bidang yang bersangkutan. Jadi, menjadi guru sebagai suatu profesi (profession) bukan lagi merupakan pekerjaan biasa yang sekedar
12
sebagai pencaharian (occupation). Secara lebih luas suatu profesi ditandai dengan ciri-ciri keprofesional-an yang meliputi : 1. memenuhi standar keahlian/profesionalitas di bidang yang bersangkutan. 2. menekankan pelayanan/pengabdian kepa da masyarakat luas, bukan semata-mata mencari pendapatan bagi diri sendiri. Da lam hal ini setiap profesi selalu memiliki kelompok sasaran yang menjadi ”klien”nya, misalnya: guru-murid, dokter-pasien, kon selor-konseli, pastor-umat, dsb. 3. pelaksanaan profesi tersebut dilandasi penghormatan terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan – maka ada Kode Etik yang menjadi standar perilaku etis dalam men jalankan profesi tersebut. 4. mempunyai organisasi profesi yang meng koordinasikan pelaksanaan profesi tersebut dan yang berwenang mengontrol proses sertifikasi atau pemerolehan “lisensi” (ser tifikat) bagi mereka yang memasuki profesi tsb. 5. membutuhkan proses yang relatif lama untuk mencapai standar keahlian/profesi onalitas melalui studi dan pelatihan. Universitas Sanata Dharma, khususnya FKIP sebagai fakultas penyiap calon-calon guru selalu mencoba mengikuti perkembangan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan berusaha merespon secara positif terhadap setiap kebijakan yang dibuat, namun tetap juga kritis. USD sangat setuju dengan esensi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui PP No. 19 maupun UUGD, yaitu demi peningkatan mutu pendidikan kita perlu ada standarisasi. Bahkan seandainya tidak ada iming-iming tunjangan profesi pun, USD tetap akan berjalan di garis depan untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya untuk pendidikan calon guru.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
Pasal tentang pemberian tunjangan pro fesi dalam UUGD tampaknya merupakan pasal kecelakaan, karena terlanjur ditulis, tanpa menengok kondisi keuangan negara. Padahal apa yang sudah tertulis mestinya tetap tertulis dan berlaku. Dalam urusan ini, tentu pemerintah harus bertanggungjawab atas apa yang telah ditulisnya, kecuali jika mau dijuluki sebagai pemerintah yang mencla-mencle (tidak konsisten) dan leda-lede (tidak jelas sikapnya).
Permen Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (untuk SD dan Sekolah Menengah) ditegaskan bahwa program sarjana atau diploma empat tersebut harus sesuai dengan bidangnya. Dalam praktiknya pemberlakuan pasal ini dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah memberi batas akhir tahun 2015 semua guru harus sudah berpendidikan S-1.
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi dalam Profesi Guru Sejak UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan memang perhatian pemerintah pada bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya pada profesi guru semakin serius. Keseriusan tersebut tampak dari usaha-usaha pemerintah untuk menata bidang pendidikan dan pendidikan guru melalui perundang-undangan, misalnya dengan disahkannya UUGD Tahun 2005. Tujuan pemerintah kiranya sudah jelas, yaitu ingin meningkatkan kualitas pendidikan se cara nasional. Untuk itu langkah pertama yang diambil adalah meningkatkan kualitas sekaligus profesionalitas para guru di Indonesia, yaitu dengan meningkatkan kualifikasi dan kom petensi guru melalui sertifikasi profesi guru. Sehubungan dengan itu, maka dalam UUGD, Pasal 8, ditulis bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Berikut ini akan kita lihat satu per satu.
Pada UUGD pasal 10 ditulis bahwa kom petensi yang harus dimiliki oleh para guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepri badian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (ayat 1). Penjabaran lebih rinci dari empat (4) kompetensi yang harus dimiliki oleh guru terdapat pada Permen Nomor 16 Tahun 2007, yaitu : Kompetensi pedagogik merupakan ke mampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi-kompetensi inti sebagai berikut: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
2. Kompetensi
1. Kualifikasi akademik Menurut UUGD tersebut, guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi pendidikan Sarjana. Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S-1) atau program diploma empat (Pasal 9). Dalam
1) Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik 2) Mengembangkan kurikulum yang ter kait dengan bidang pengembangan yang diampu. 3) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik 4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengem bangan 6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi kan berbagai potensi yang dimiliki
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
13
FOKUS
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 9) Memanfaatkan hasil penilaian dan eva luasi untuk kepentingan pembelajaran 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Kompetensi kepribadian merupakan profil kepribadian yang harus dimiliki oleh guru, yakni meliputi kompetensi-kompe tensi inti sebagai berikut: 1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan ber wibawa 4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. c. Kompetensi sosial merupakan kemam puan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompe tensi-kompetensi inti :
14
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena per timbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat
3) Beradaptasi di tempat bertugas di selu ruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4) Berkomunikasi dengan komunitas pro fesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi profesional merupakan ke mampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ini meli puti kompetensi-kompetensi inti sebagai berikut : 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif 4) Mengembangkan keprofesionalan seca ra berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Hal yang agak janggal di sini adalah peng gunaan istilah ”kompetensi profesional” untuk penguasaan bidang studi. Mengapa janggal? Karena seolah-olah dengan menguasai kompe tensi tersebut seorang guru sudah dapat disebut ”profesional”, padahal itu hanyalah salah satu kompetensi dari empat kompetensi yang harus dikuasai yang secara keseluruhan menjadikan seorang guru betul-betul profesional. Selain itu banyak ahli tidak sependapat jika kompetensi keguruan dikotak-kotak atau dipisah-pisahkan dalam 4 bidang secara tegas, karena memberi kesan tiap-tiap kompetensi dapat dikuasai secara terpisah dari kompetensi yang lain, sedangkan dalam kenyataannya keempat kompetensi ter
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
sebut - dan mungkin masih ada kompetensikompetensi lain – saling terkait erat dan tidak mudah dipisahkan satu sama lain. 3. Sertifikat pendidik Menurut UUGD pasal 11 (2), sertifikasi pendidik dibedakan menjadi dua : sertifikasi guru dalam jabatan dan sertifikasi guru pra jabatan. Untuk guru dalam jabatan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, pemerolehan sertifikat pendidik dilakukan dengan meng ikuti Program Sertifikasi Guru yang di selenggarakan oleh pemerintah. Program ini dilaksanakan dalam dua jalur, yaitu: (1) jalur uji kompetensi melalui penilaian portofolio, dan (2) jalur pendidikan melalui kuliah di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Hal ini diatur dalam Permen Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Pada pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa sertifikasi tersebut dilaksanakan melalui uji kompetensi dan pada pasal 2 ayat (2) dituliskan bahwa ”Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio”. Sedangkan sertifikasi lewat jalur pendidikan melalui kuliah diatur dalam Permen Nomor 18 pasal 3. Untuk sertifikasi guru prajabatan (calon guru yang belum diangkat bekerja sebagai guru tetap) pemerolehan sertifikat guru dilaku kan dengan mengambil Program Profesi sebagai kelanjutan dari pendidikan S-1 yang telah diselesaikannya. Program ini terbuka bagi lulusan S-1 kependidikan maupun nonkependidikan. Isi Program Profesi ini adalah penambahan/pemantaban penguasaan kompe tensi pedagogik, sosial, dan profesional dengan mengikuti perkuliahan (yang jumlah sks-nya sekitar 36-40) pada LPTK yang ditunjuk oleh pemerintah (UUGD, pasal 11, ayat 2). Sampai saat ini belum dibuat aturan tentang penye lenggaraan program profesi bagi guru prajabat an ini.
Untuk tahap pertama, mulai bulan September tahun 2007 program Sertifikasi Guru dalam jabatan telah dilaksanakan untuk sekitar 200.000 guru yang sudah S-1 dan yang memenuhi kriteria (usia, masa kerja, dan golongan) sebagaimana ditentukan oleh pemerintah. Sekitar 50 LPTK telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai penyelenggara ser tifikasi guru dalam jabatan. USD termasuk salah satu dari mereka. Untuk sertifikasi melalui jalur penilaian portofolio USD menjadi mitra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Rayon 11 bersama dengan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Di samping itu USD juga ditunjuk untuk menyelenggarakan program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan untuk sejumlah 25 orang guru dari NTT dan Jawa Timur (pada tahun 2007/2008). 4. Sehat jasmani dan rohani Persyaratan untuk kesehatan jasmani dan rohani dipenuhi dengan menunjukkan surat dokter (hasil pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh). 5. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional Guru yang profesional adalah guru yang juga mampu melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah digariskan di negaranya. Ini ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan guru yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni tercapainya manusia Indonesia yang seutuhnya. Yang bertugas mengembangkan ketentuan tentang standar kompetensi guru tersebut adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan,
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
15
FOKUS
memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi stan dar nasional pendidikan dalam rangka menjaga mutu pendidikan di Indonesia (PP No. 19, Tahun 2005). Selanjutnya BSNP dalam menjalankan tugasnya berpegang pada PP No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Lingkup kerjanya meliputi 8 bidang yang harus distandarisasikan, yaitu: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan (PP No. 19, Tahun 2005, Ps. 2, ay. 1). Pada saat sekarang ini, 8 standar tersebut sudah mulai diatur oleh pemerintah dengan Permen, yaitu: Standar Isi (SI) diatur dalam Permen No. 22 Tahun 2006; Standar Kom petensi Lulusan (SKL) diatur dalam Permen No. 23 Tahun 2006; Standar Proses diatur dalam Permen No...... (belum jelas);) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (SPTK) diatur dalam Permen No. 16 Tahun 2007 (tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru), Permen No. 12 Tahun 2007 (tentang Standar Pengawas Sekolah), Permen No. 13 Tahun 2007 (tentang Standar Kepala Sekolah), Standar Sarana dan Prasarana diatur dalam Permen No. 24 Tahun 2007, Standar Pengelolaan diatur dalam Permen No. 19 Tahun 2007, Standar Pembiayaan diatur dalam Permen No... (belum jelas), dan Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Permen No. 20 Tahun 2007. Catatan kritis: a. Demi profesionalitas guru dibebani dengan tumpukan tuntutan Usaha peningkatan kualitas pendidikan di negeri kita ini sebetulnya telah dimulai sejak beberapa tahun sebelum proses ser tifikasi berjalan, yaitu ketika sekolahsekolah dan guru-guru telah dihebohkan
16
oleh tuntutan mutlak untuk pengembangan KTSP sebagaimana telah diatur melalui Permen 22, 23, dan 24 tahun 2006. Ini berarti beban guru bertambah berat, tetapi “demi peningkatan kualitas pendidikan kita” para guru dan sekolah-sekolah tampaknya merespon secara positif. Sekarang ini hampir tidak ada sekolah yang belum mengembangkan KTSP. Bagi guru, melaksanakan KTSP berarti harus membuat silabus dan RPP secara rutin, lengkap dengan LKS dan evaluasinya. Dengan demikian beban tugas guru menjadi menumpuk, sementara kesejahteraan yang dijanjikan belum juga menjadi kenyataan. Bahkan ada isu (semoga ini hanya kabar burung) bahwa tunjangan tidak akan di berikan setahun 12 x gaji pokok, melainkan hanya sekitar 3 bulan saja. Oleh sebab itu, rekening bank seorang guru yang sudah lulus sertifikasi yang dibuka dengan dana awal 50 ribu, makin lama justru makin habis karena tiap bulan terkena potongan beaya administrasi. Bagaimana mungkin kualitas dan profesionalitas guru ada peningkatan jika beban tugas begitu berat sehingga guru tidak dapat berpikir jernih dan kreatif. Maka tidak mengherankan jika oleh sementara guru tuntutan-tuntutan administratif tsb dipenuhi dengan main ”sulap”, yaitu copy paste hasil karya orang lain. b. Permen itu seberapa sih kekuatan hukumnya? Permen adalah bahasa hukum yang baru bagi kita. Yang biasanya dibuat adalah SK Menteri dan SKB Menteri. Peraturan yang mengikat publik dalam struktur hukum yang ada selama ini adalah Peraturan Pemerintah (Pemerintah Pusat) dan Peraturan Daerah (Perda). Permen itu suatu hukum yang berlaku sementara, selagi PP belum ada. Setelah PP disahkan, maka Permen bisa
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
tidak berlaku lagi. Dan lagi kekuatan Permen tampaknya sebatas menteri yang bersangkutan masih menjabat sebagai menteri. Jika ganti menteri, Permen pun bisa ganti. c. Kesenjangan antara kemauan baik dan kondisi keuangan negara Profesi guru di berbagai negara maju sungguh menjanjikan penghidupan yang layak (di atas tingkat hidup minimum). Di Amerika Serikat guru yang berpendidikan S-1 (Undergraduate) dan baru saja mulai bekerja bisa mendapat gaji sekitar US $ 30.000 per tahun atau US $ 2.500 per bulan (= Rp 20.000.000,- per bulan). Melalui UUGD tampaknya pemerintah RI berniat baik untuk meningkatkan kesejahteraan para guru dengan memberikan tunjangan profesi kepada para guru yang memenuhi kualifikasi. Ini diatur dalam pasal 15-19. Pada UUGD pasal 15 (1) ditulis bahwa ”Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi”. Pada UUGD pasal 16 (1) dan (2) ditulis bahwa: (1) Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat; (2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Benarkah apa yang sudah tertuang dalam pasal-pasal tersebut akan dilaksanakan oleh pemerintah secara konsisten sementara keuangan negara terpuruk? Niat baik pe merintah boleh diacungi jempol, tetapi apalah itu artinya jika tidak dilaksanakan secara konsekuen? Bagaimana mungkin harapan akan adanya peningkatan kesejah teraan guru terwujud, jika pemerintah akan membayarkan tunjangan profesi mereka dengan yen? Penutup Harapan masyarakat pada umumnya dan harapan guru pada khususnya akan masa depan yang lebih baik oleh adanya perubahanperubahan kebijakan yang menjanjikan pe ningkatan kualitas pendidikan maupun kesejah teraan guru tampaknya terpaksa terganjal oleh ketidakpastian dalam pelaksanaan pasal-pasal UU yang telah ditetapkan. Jika sudah sampai taraf UU saja tidak menjamin kepastian dalam pelaksanaannya, mau kita cantelkan pada apa lagi harapan kita? Apakah para guru di Indonesia memang harus menerima ”nasib” menjadi pahlawan ”tanpa tanda jasa” dan ”tanpa balas jasa” yang setimpal? Kiranya kendatipun demikian ke adaannya, kita masih tetap boleh berharap bahwa kinerja para guru tidak akan luntur. Demi menggapai cita-cita mencerdaskan bang sa kiranya masih banyak guru yang tetap sedia bekerja keras biarpun tidak mendapatkan ”ke sejahteraan” yang sepadan. Semoga para guru, khususnya alumni Sanata Dharma tidak menyikapi gonjang-ganjing profesi guru ini secara fatalistis sebagai ”nasib buruk” yang menimpa diri mereka, melainkan tetap memandang profesi guru sebagai ”pilihan” yang luhur, entah seperti apapun imbalan maupun beban-risikonya.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
17
FOKUS
Daftar Pustaka UU RI Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. PP RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. UU RI Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen.
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Permen No. 22 dan 23. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru).
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
••••••••••••••••
Sanata Dharma Tempo Doeloe Bahwa cikal-bakal Universitas Sanata Dharma dulu adalah IKIP Sanata Dharma, tentu kita telah mengetahuinya. Yang belum banyak kita tahu tentu, bagaimana bentuk bangunan kampusnya di masa lalu dan juga lingkungan sekitarnya. Seperti apakah penampilan para mahasiswanya, apa saja aktivitasnya? Semua dapat kita nikmati dalam sajian foto-foto Sanata Dharma yang berhasil didapat Kasadhar dari hasil dokumentasi USD berikut ini!
18
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
FOKUS
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
19
BERITA FAKULTAS
Alumni Farmasi USD dan Softskill Oleh: Rita Suhadi (Dekan F. Farmasi)
M
emasuki usia ke-13 Fakultas Farmasi USD, jumlah alumni keseluruhan dari Fakultas ini sudah mencapai angka 1192 orang untuk S1 dan 925 orang untuk profesi apoteker. Bersyukur sekali di tengah persaingan yang begitu ketat, lulusan Fakultas Farmasi USD sebagian besar (>90% lulusan berdasarkan data yang terkumpul) sudah bekerja atau berbisnis di bidang farmasi. Para alumni Fakultas tersebar dari Sabang sampai Merauke bahkan di luar negeri dan berada terutama di apotek, rumah sakit, dan industri baik skala nasional maupun internasional. Sebagai informasi terdapat >60 institusi pendidikan farmasi di seluruh Indonesia dan menghasilkan lulusan Farmasi S1 ada 5000an orang dan lulusan apoteker 2500an per tahun. Alumni adalah bagian yang sangat pen ting dari Fakultas. Oleh sebab itu dalam 2 tahun terakhir ini, kami menyempatkan diri mengunjungi alumni. Dekan beserta 5 dosen Fakultas (dibagi dalam 2 kelompok) meng adakan studi tur ke Jakarta 17-18 Januari 2007. Pada acara itu kami mengunjungi Depar temen Farmasi UI, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan PT Mandom. Kami juga sempat bertemu beberapa alumni yang bekerja di PT
20
Pharos, Soho, dan Ferron. Tanggal 17 malam secara khusus kami mengadakan Temu Alumni yang bekerja di Jabotabek dengan acara Soto Bersama. Meski diadakan Rabu (hari kerja), sekitar 30 alumni menyempatkan diri berkumpul. Pada akhir tahun 2007, beberapa dosen juga mengunjung alumni yang berada di Kota Khatulistiwa dan Pulau Dewata, dan diresmikanlah pula Palfasadha cabang Kalbar dan Bali. Luar biasa senangnya menyaksikan almuni/anak didik kami sudah berhasil. Topik yang sering diangkat saat Temu Alumni adalah: ”cukupkah bekal softskill (dan ilmu) yang telah diberikan Fakultas kepada alumni dalam menghadapi dunia kerja?” Ba nyak definisi softskill, salah satunya softskill adalah COLLEGE, yaitu communication skills; organizational skills; leadership; logic; effort; group skills, dan ethics (versi Putra dan Pratiwi, 2005). Jawabannya sangat beragam karena bersifat individual. Softskill itu seperti nasib hanya 10% adalah urusan genetik sedangkan 90%nya adalah dampak suatu proses, serta akhirnya softskill itu juga yang akan sangat menentukan nasib seseorang. Beberapa bagian softskill yang sering dikeluhkan alumni (kelompok tertentu saja) adalah rasa percaya diri, ketangguhan,
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
BERITA FAKULTAS
kemandirian, dan bahasa Inggris yang belum maksimal. Untuk itu Fakultas berjuang untuk meningkatkan softskill setiap anggotanya, ter utama mahasiswa yang sedang studi. Seberapa Fakultas memberikan pembinaan untuk meningkatkan softskill mahasiswanya? Fakultas (dan Universitas) mempunyai beberapa agenda rutin/singkat untuk peningkatan softskill mahasiswa, hal ini penting tetapi belum cukup. Mahasiswa Farmasi yang sehari-hari menghabiskan waktu terbanyak dengan kuliah dan praktikum dengan segala laporan, tugas, dan tes, maka cara terbaik membangun softskill mahasiswa adalah mengintegrasikan penajaman softskill melalui kegiatan akademik di kelas dan praktikum. Mungkin tanpa disadari mahasiswa, aktivitas tugas perorangan/kelompok, mencari jurnal, presentasi, laporan, tes, jadwal kuliah dan praktikum yang padat adalah cara yang sangat efektif untuk memupuk kedisiplinan, manajemen waktu, ketangguhan, kejujuran, kemadirian, percaya diri, dan kerja sama kelompok, bahkan kemampuan berbahasa Inggris (asal saja semua aktivitas itu dilakukan dengan sungguhsungguh). Dikatakan efektif karena proses ini merupakan latihan softskill yang berulang-ulang dan dalam durasi yang panjang. Mengingat integrasi peningkatan softskill melalui kegiatan rutin lebih efektif, banyak sekali mata kuliah di Fakultas yang sudah diubah dari model lecturing atau teacher centered learning ke model student centered learning (SCL). Beberapa contoh kuliah/praktikum model SCL di S1 adalah praktikum dengan menyelesaikan suatu proyek formulasi sediaan, proyek uji farmakologi produk/jamu/sediaan di pasaran ataupun hasil karya dari praktikum lain, peng ujian sampel berdasarkan atas permintaan dari masyarakat/industri, pelayanan home care bagi pasien Poskes, pelayanan informasi obat di masyarakat, belajar kasus di rumah sakit dan yang akan datang adalah program KKN di puskesmas serta magang di apotek yang lebih sesuai dengan dunia kefarmasian. Pembelajaran
SCL ini diharap akan lebih mengasah softskill mahasiswa. Selain kegiatan perkuliahan, peningkatan softskill juga dapat dicapai dengan mengadakan penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen dan mahasiswa. Dalam 1-2 tahun terakhir aktivitas ini makin sering diadakan baik dengan bantuan dana Hibah DIKTI, Kopertis V, maupun swasta (industri). Interaksi antara dosen dan mahasiswa di luar kegiatan Tridharma PT juga sangat bermanfaat dalam membangun softskill, oleh sebab itu Fakultas dalam banyak kesempatan juga mengikutsertakan mahasiswa, misalnya: evaluasi kinerja Fakultas, penyusunan kurikulum dan renstra, kepanitiaan, dan ke akraban. Kemampuan softskill akan makin berkem bang bila mereka juga aktif dalam kegiatan organisasi dan mengikuti kegiatan non-aka demik baik di dalam maupun di luar kampus serta belajar dari pengalaman-pengalaman hi dup maupun kesuksesan dari tokoh/senior/ panutannya. Jadi Fakultas akan berterimakasih sekali bila ada alumni yang akan men-sharing pengalaman selama kuliah dan bekerja kepada adik-adik kelasnya baik secara terencana (kuliah tamu) maupun sambilan saat berwisata/pulang mudik Jogja. Fakultas punya kerinduan mengumpulkan seluruh staf, mahasiswa, alumni (PALFASADHA), dan Paguyuban Orang Tua Mahasiswa Fakultas Farmasi (POFASDHA) bersama-sama berdialog, bersinergis dengan topik utama pembinaan softskill mahasiswa dan kewirausahaan. Alumni bersedia mendukungkah? Usaha meningkatkan softskill adalah proses yang panjang bahkan suatu life-long learning process. Fakultas sadar (pasti SADHAR, bahasa klise) usaha ini masih jauh dari sempurna se hingga perlu peningkatan. Untuk segenap alum ni tercinta: Kuatkanlah hatimu, janganlah ken dor semangatmu, karena ada upah bagi usaha dan karyamu. Salam.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
21
BERITA FAKULTAS
Agenda Dies Fakultas ke-13
Tanggal
Acara
7 Juni 2008
Berkunjung ke keluarga mantan anggota Farmasi USD dan ziarah ke makam beberapa dosen almarhum (Imono Argo Donatus, Joko Suharjono, Noordin)
Misa Syukur
14 Juni 2008
Puncak Dies Fakultas
Peresmian Lab Hayati Imono
21 Juni 2008
Keakraban Fakultas Farmasi USD (dosen, karyawan, mahasiswa)
Seminar Nasional dan Presentasi Hasil Penelitian
November 2008
Rita Suhadi (
[email protected]) Email fakultas:
[email protected]
Kekuatan bukan bersumber dari kemenangan. Perjuangan Andalah yang melahirkan kekuatan. Ketika menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, itulah kekuatan Anda. (Arnold Schwarzenegger)
Persahabatan itu seperti uang, gampang dicari ketimbang disimpan. (Samuel Butler)
22
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
BERITA FAKULTAS
Aneka Info dari Fakultas Psikologi USD Oleh: P. Eddy Suhartanto
S
ejak berdiri 1996, Fakultas Psikologi USD sudah memiliki alumni sekitar 850 an yang tersebar di berbagai tempat dengan aneka jenis pekerjaan. Apa kabar para alumni ? Fakultas, adik-adik angkatan menunggu kabar dari para alumni semua. Jika belum ada kabar hingga saat ini berarti sukses semua, semoga! Fakultas Psikologi, dalam usia yang ke 12 mencoba berbenah untuk tetap memberikan pelayanan yang lebih baik. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya prodi psikologi di Indonesia (ada kira-kira 90 an prodi psikologi). Persaingan semakin ketat! Salah satu usaha untuk meyakini model pelayanan yang lebih baik, pada akhir Mei 2008 diadakan Lokakarya Kekhasan Fakultas Psikologi USD. Hasilnya adalah kesepakat an bahwa kekhasan Fakultas Psikologi USD yaitu komunikasi dengan perspektif budaya. Oleh karena itu dalam perencanaan kuriku lum dan aktivitas lain diarahkan pada tujuan tersebut. Misalnya, ada mata kuliah berkaitan dengan komunikasi sekitar 12 sks, ada produk komunikasi, kajian/kritik komunikasi. Upaya
tersebut juga dilakukan melalui pengembang an laboratorium dan peningkatan produk pe nelitian baik dosen dan mahasiswa. Hal ini akan dirancang supaya kekhasan ini dipersepsi sama baik dosen dan mahasiswa. Maka sangat diharap kan masukan dari alumni, terutama berkaitan dengan rencana evaluasi kurikulum (yang akan berubah, hasil dari Kolokium Psikologi Indonesia 2008) sekaligus keterkaitan kurikulum S1 dan magister profesi, rencana pembukaan program magister profesi (sedang dalam proses). Tentu aspek-aspek lain berkaitan dengan pengembangan pribadi tetap diperhatikan, misalnya masukan dari pertemuan alumni Fa kultas Psikologi Desember 2007 tentang perlu nya soft skill (awal April 2008, salah seorang alumni mengisi pelatihan persiapan masuk kerja) dan kemampuan berbahasa Inggris bagi para lulusan. Beberapa informasi lain misalnya kerjasama yang sedang berlangsung antara Fakultas Psiko logi USD dengan Holy Cross College, USA sejak tahun 2007 (Juli 2008, ada 3 dosen yang ikut workshop ke HCC), kerjasama dengan Kyoto
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
23
BERITA FAKULTAS
University (sedang dirintis/6-8 Juli 2008 ada pertemuan), studi dosen (tahun 2009 se-mua staf /23 dosen sudah minimal S2), beberapa mulai studi S3, kerjasama dengan KARINA dalam program DRR Gunung Merapi, diharapkan makin meningkatkan kualitas Fakultas Psikologi. Makin disadari bahwa berkembangnya Fakultas Psikologi dan juga suksesnya para alumni Psikologi tidak lepas dari peran serta/keterlibatan para alumni sekalian. Harapan kami adalah Ikatan Alumni Psikologi yang sudah terbentuk menjadi media
yang baik untuk komunikasi antar alumni dan fakultas, dan juga semakin banyak alumni yang aktif… semoga. Masukan, kritik.atau komentar dapat di sampaikan melalui milis yang sudah lama terjalin :
[email protected] atau ke
[email protected] atau kaprodipsi@ staff.usd.ac.id, dimana informasi perkembangan psikologi, lowongan, perbincangan dapat ditemukan, harapannya makin banyak alumni yang terlibat.. Kami tunggu. Salam.
Orang disebut beruntung atau tidak berutung tergantung pada perbandingan antara apa yang mereka peroleh dan apa yang mereka harapkan. (Samuel Butler)
Jangan terlalu banyak berpikir. Bertindaklah. Hidup ini eksperimen. Makin sering bereksperimen makin baik. (RWE, 1803-1883, penulis esai/penyair)
24
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
PROFIL KARYAWAN
Pak Pargi :
“Pesan-pesan dari Romo Danu banyak manfaatnya bagi saya sampai sekarang…”
Y
anuarius Pargiyono, begitu nama lengkapnya. Karyawan yang terbilang “sangat senior” ini penampilannya tentu sudah tak asing lagi bagi para alumnus Sanata Dharma, baik semasa masih berstatus IKIP hingga Universitas seperti sekarang. Pak Pargi, begitu beliau biasa disapa, dalam kesehariannya di USD bisa kita temui di gedung Perpustakaan USD Mrican. Beristerikan Coleta Sumaryuti, Pak Pargi yang kelahiran Gunungkidul 12 April 1956, dikaruniai dua putra: Fabianus Yan Purnomo dan Y.B. Dwi Ariyono Wibowo, yang semuanya sudah rampung studi di perguruan tinggi. Berikut ini petikan perbincangan KASADHAR dengan Pak Pargi di sela-sela kesibukannya bekerja melayani mahasiswa di perpustakaan. Sejak kapan mulai bekerja di USD? Tanggal 1 Agustus 1983.
Awal mula bekerja di USD ?
Sebelum bekerja di USD, saya dulu bekerja di Pasturan Sanata Dharma bulan Maret 1974, pada saat itu Rektornya Romo Drost.
Suka duka bekerja di USD ?
Tidak semua orang mempunyai kesempatan bekerja di USD, kesejahteraan semakin baik dan bisa punya tempat/rumah sendiri biarpun melalui ngutang, dan dapat pen siun, dukanya setelah purnakarya tidak ada restitusi.
Pengalaman yang paling berkesan ?
Pada saat saya akan diangkat menjadi pegawai tetap, saya dipanggil oleh Romo Rektor, saat itu Romo Danu. Romo bertanya pada saya, Mas Pargi apakah sungguh sudah senang bekerja di IKIP Sanata Dharma ? Jawaban saya, “sudah Romo” dan Romo Rektor berpesan,”kalau begitu bekerjalah
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
25
PROFIL KARYAWAN
seperti saat di Pasturan yang ngemong semuanya”. Ternyata pesan-pesan dari Romo Danu banyak manfaatnya bagi saya sampai sekarang.
Apa hikmah yang didapatkan dari berkarya di USD?
Pekerjaan-pekerjaan di USD yang pernah ditangani apa saja Pak ?
Pertama di bagian layanan Parkir, ngosek WC atau rumah tangga, lalu ditugaskan di perpustakaan: bagian layanan sirkulasi, fotokopi dan loker.
Bisa mengembangkan diri dan dapat men jalankan pekerjaan yang dipercayakan dari pimpinan serta dapat bekerjasama dengan rekan kerja.
Pesan dan harapan bagi USD?
Yang sudah baik mohon dipertahankan, yang belum baik mohon diperbaiki.
Berceritalah, maka saya akan melupakannya; perlihatkanlah, maka saya akan mengingatnya; libatkanlah, maka saya akan memahaminya. (Peribahasa Cina)
Persaingan bukan tujuan melainkan hasil samping dari pekerjaan produktif. Orang yang kreatif termotivasi oleh kehendak untuk berprestasi, bukan oleh nafsu untuk mengalahkan orang lain. (Ayn Rand)
26
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
SHARING
Dunia Kerja Berpaling pada
Karakter
Oleh: A. Didiek Dwinarmiyadi
R
osabeth Moss Kanter (1997), seorang profesor dari Harvard, mengatakan bahwa agar dapat berkompetisi seca ra efektif, perusahaan harus menarik (me rekrut), mempertahankan, memotivasi dan mendayagunakan orang-orang paling potensial yang bisa diperoleh. Persoalannya adalah sulit memperoleh orang-orang yang potensial. Ke sulitannya bukan untuk mendapatkan calon pekerja tetapi mendapatkan mereka yang me menuhi syarat/kriteria perusahaan. Secara umum persyaratan jabatan meliputi pengetahu an (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap (Attitude). Walaupun pengetahuan dan ketrampilan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang di pekerjaannya, namun belakangan diketahui keduanya bukan penentu keberhasilan. Sikap (attitude) dalam bekerja ternyata dianggap lebih menentukan. Penelitian dari David C.Mcleland (1973) menemukan bahwa kepandaian (intelligence) memang mem pengaruhi kinerja, tetapi karakteristik pribadi lebih bisa membedakan antara yang berhasil dan yang tidak berhasil.
Kondisi pasar tenaga kerja Para Manajer SDM mengeluh tidak men dapat calon tenaga kerja yang dibutuhkannya. Sebagai contoh sebuah perusahaan media di Jakarta perlu menyeleksi sekitar 100 lamaran untuk bisa memperoleh satu orang calon warta wan. Setelah mendapatkan kandidat potensial tidak berarti mereka siap kerja, perusahaan masih harus keluar biaya untuk mengadakan pelatihan sampai mereka mampu bekerja. Mengapa hal ini bisa terjadi? Antara lain karena adanya kesenjangan pada dunia pen didikan dengan dunia kerja. Memang dunia pendidikan tidak mutlak harus menyesuaikan tujuannya untuk memenuhi pasar tenaga ker ja karena memang juga ada tujuan-tujuan lain. Namun harapan bahwa dunia kerja dapat mem peroleh tenaga kerjanya dari lulusan perguruan tinggi adalah juga harapan yang wajar. Sebenarnya kesenjangan yang terjadi bukan semata karena kemampuan pengetahuan dan ketrampilan yang kurang memadai. Banyak tenaga kerja memiliki IPK di atas 3 (skala 4). Namun persoalannya mereka kurang menam
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
27
SHARING
pakkan sikap (attitude) sebagai seorang sarjana yang memiliki kemampuan memadai.. Hal ini tampak dari jawaban-jawaban yang diberikan pada saat wawancara. Walaupun IPK tinggi, mereka tampak tidak menguasai bidang studinya sendiri (kadang dengan alasan lupa karena sudah lama). Mereka kadang kurang percaya diri, dorongan untuk berprestasi diragukan ka rena tidak memahami keinginannya sendiri. Kemampuan berpikir analitis dan konseptual lemah. Ini tercermin dari tutur katanya waktu menjawab yang tidak runtut dan cenderung ti dak fokus pada pertanyaannya. Demikian pula kalau kita telusur kompetensi perilaku lainnya. Rata-rata mereka memiliki kelemahan yang sama. Apakah memang tidak ada harapan? Tentu saja harapan itu ada, tetapi para Manajer SDM harus bersusah payah untuk mengadakan seleksi dengan ratio 1 : 100 atau mungkin lebih. Kontribusi Perguruan Tinggi Banyak usaha telah dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi untuk meningkatkan mutu lulusannya agar terserap di pasaran tenaga kerja. Mulai dari peningkatan kualitas para staf pengajar/dosen sampai memperbaiki sistem pendidikan dengan program Link and Match telah dilakukan. Kalau sampai sekarang hasilnya belum memuaskan mungkin perlu dicari faktorfaktor lain yang mempengaruhi. Faktor lain tersebut mungkin bisa disimak dari pendapat Rektor Universitas Sanata Dharma Paul Suparno di Buku Pendidikan Ma nusia Indonesia. “Banyak dosen di FKIP atau universitas pendidikan yang bermutu dalam bidang keahlian mereka. Namun yang sering dikeluhkan para mahasiswa adalah sikap me reka kepada mahasiswa yang masih sering tidak demokratis, kurang terbuka, dan kurang berdialog dengan mahasiswa”. Apakah sikap dosen ini ikut menyumbang pada mutu lulusan
28
yang lemah dalam kompetensi perilaku? Dugaan ke arah itu rasanya bisa dipahami namun untuk kebenarannya tentu saja perlu penelitian ter sendiri. Memang untuk masa sekarang ini, lulusan perguruan tinggi yang pandai dengan IPK tinggi saja rasanya tidak mencukupi. Perusahaanperusahaan telah mulai mengidentifikasi bahwa karyawan yang berhasil bukan yang pandai tetapi justru yang memiliki karakter. Karakter atau watak yang kemudian didekati dengan istilah kompetensi perilaku (soft competencies) menjadi pertimbangan utama dalam menerima karyawan atau tenaga kerja. Untuk itu rasa nya lembaga pendidikan tinggi juga perlu mempertimbangkan dengan serius bila ingin lulusannya diserap dunia kerja. Sikap atau perilaku dosen yang otoriter, gila hormat, dan mengajar hal yang itu-itu saja perlu diperbaiki. Dosen perlu memberikan contoh sebagai pribadi yang memiliki integritas, membangun hubungan interpersonal yang baik, memiliki daya analisa dan konseptual tinggi, bisa mengembangkan dirinya sendiri maupun orang lain (mahasiswa). Perguruan tinggi perlu lebih memberi perhatian pada kompetensi perilaku mahasiswanya, selain tetap meningkatkan mutu pengajarannya. Sebenarnya Universitas Sanata dharma (d/a IKIP Sanata Dharma) telah memiliki kualitas dosen yang bukan hanya pandai dan bermutu tetapi juga bisa memberikan contoh keteladanan dalam hal-hal yang disebut di atas. Itulah sebabnya para lulusan yang menjadi guru tersebar di hampir sekolah-sekolah yang bermutu dan favoritdi negeri ini. Demikian pula lulusan yang bergerak di bidang lain memiliki karakter pribadi yang menonjol dan bisa diandalkan. *) A. Didiek Dwinarmiyadi (alumni PBI, 1977) Praktisi SDM, tinggal di Jakarta
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
SHARING
Alumni sebagai Agen PMB Oleh: Rijal Fadilah, S.Si. *)
M
asih segar dalam ingatan saya ketika berpamitan untuk kembali ke kampung halaman, sekitar bulan Juli 2007 di ruang kerja Humas Universitas Sanata Dharma dalam suasana yang segar penuh keakraban – dengan sedikit nyek-nyekan tentu saja – Pak Tatang, almarhumah Bu Yanti (Selamat jalan Budhe…), Mbak Atiek, Mas Tjahjo, sempat bertanya “Bener nih sudah ikhlas ninggalin Humas? Nanti nggak ada jago promosi lagi lho…” Pertanyaan sederhana namun sangat berarti bagi saya, karena sungguh tidak menyangka berbekal hasil seleksi yang dilakukan bulan April 2004 oleh Pak Tatang dan Pak Ari Subagyo di ruang kerja Humas – saat itu masih di Kampus I – mengantarkan saya untuk betah mengabdi di Humas hingga Juli 2007. Meskipun di benak saya sempat terpikir, wah nanti di kampung halaman di Balikpapan saya gak ada kesempatan untuk berpromosi lagi, namun tentu saja “di mana ada kemauan di situ ada jalan”. Dengan tekad tetap semangat untuk membantu almamater tercinta, saya tetap berusaha untuk mensosialisasikan USD di manapun berada. Gayung pun bersambut, berbekal pengalam an terdahulu yang pernah berkali-kali mewakili USD untuk promosi di daerah Balikpapan,
Samarinda, Bontang bahkan sempat mengikuti Expo Pendidikan “Ayo Belajar di Jogja” yang diselenggarakan oleh Diknas Pemprov DIY di kota minyak ini, saya masih mengantongi se jumlah nomor telepon contact person Kepala Sekolah SMA-SMA yang menjadi target pro mosi, suatu keharusan yang diberlakukan Pak Tatang (Kahumas) jika promosi ke daerah harus dan wajib meminta nomor telepon contact person di sekolah, sehingga proses promosi bisa berkesinambungan. Mulai meniti karir pada Divisi Corporate Customer Care Centre (C4) Telkom Divre VI yang berkedudukan di Balikpapan tidak menyurutkan semangat saya untuk mempromosikan USD. Memanfaatkan hari libur, anggap saja sekalian refreshing, saya menyambangi beberapa SMA di Balikpapan untuk survei sekaligus meminta ijin mengadakan presentasi di SMA-SMA ter sebut. Ternyata pertemuan informal tersebut ditanggapi positif oleh mereka, saya pun kembali menghubungi Pak Tatang tentang rencana ini sembari meminta surat pengantar dari beliau untuk menggolkan acara presentasi tersebut. Dari hasil lobi tersebut, tanggal 25-30 Nopember 2007 Tim Promosi Universitas Sanata Dharma yang saat itu diawaki oleh Pak Tatang dan Donny (mahasiswa Farmasi), diberikan
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
29
SHARING
kesempatan untuk presentasi di seluruh kelas di SMAN 1, SMAN 4, SMAN 5, SMA Patra Dharma, SMA Kartika, SMA Katolik Yos Sudarso di Kota Balikpapan. Saya pun berhasil menghubungi rekan alumni Cicilia Eka (alumni psikologi) di Samarinda untuk melobi SMAN 1, SMA dan SMK Katolik Wr. Supratman. Tidak hanya sampai di situ, sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui, karena merasa senasib seperjuangan dengan tim promosi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya ajak mereka untuk presentasi bersama di sekolah-sekolah tersebut. Jadilah 2 sekawan, USD dan UAJY presentasi bersama di Balikpapan dan Samarinda. Apakah hanya sekedar melobi untuk pre sentasi? Tentu saja tidak, USD dan UAJY punya 2 jalur PMB yang sama yakni jalur prestasi dan jalur kerjasama. Saya pun menyediakan diri untuk melayani siswa-siswi SMA yang telah mengikuti presentasi tadi jika berminat bisa mendaftar langsung melalui saya, dengan menyediakan jalur telepon khusus 05425655999 untuk contact centre 24 jam PMB USD dan UAJY. Mengapa demikian? Setidaknya bagi siswa-siswi yang berminat tidak perlu bersusah payah menghubungi ke Yogyakarta untuk mendapatkan informasi sekaligus mendaftar, waktu penyelenggaraan tes pun bisa dikompromikan dan fleksibel, de ngan tujuan tidak mengganggu proses belajar mengajar di SMA siswa-siswi tersebut. Bahkan guru BK yang bertugas sebagai contact person di sekolah sangat terbantu dengan adanya perwakilan USD di Balikpapan, untuk menjawab kebutuhan informasi dari anak didiknya. Maklum, guru BK tidak hanya melayani USD saja, tapi perguruan tinggi lain seperti Universitas Tarumanegara, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogya karta, Universitas Bina Nusantara, Universitas Islam Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dan banyak universitas-universitas lain mengangkat
30
guru BK sebagai informan mereka untuk penerimaan mahasiswa baru. Tak ayal contact centre USD: 0542-5655999 sering dihubungi oleh guru-guru BK jika sewaktu-waktu meminta penyelenggaraan tes jalur kerjasama atau me minta saya untuk mengambil formulir jalur prestasi di sekolah mereka. Perangkat-perangkat pameran, mulai dari brosur, booklet, pamflet, spanduk, banner, for mulir pendaftaran, hingga perangkat tes jalur kerjasama sudah ke sekian kalinya dikirimkan Mas Tjahjo, untuk menunjang kesuksesan promosi di Balikpapan. Awalnya hanya untuk lobi presentasi, berbuntut panjang hingga mengikuti pameran di SMAN 1 Samarinda, SMAN 5 Balikpapan, kemudian berkali-kali mengadakan tes jalur kerjasama di SMA-SMA tersebut. Bagaimana dengan biaya penyeleng garaan dan operasional? Tentu tidak menjadi kendala, karena Mbak Atiek bersedia ngantri di Bank untuk mengirimkan dana tersebut langsung ke rekening saya. Begitu pula tentang LPJ nya, sehari setelah pelaksanaan selesai saya selalu mengirimkan kembali LPJ beserta berkas-berkas yang perlu dikembalikan ke Kampus USD termasuk mentransfer uang pen daftaran ke rekening USD, melalui Humas. Menjadi agen PMB Apa yang saya ceritakan di atas, sebenar nya lebih kepada mengajak rekan-rekan alumni Universitas Sanata Dharma bersama-sama ber gandeng tangan untuk turut mengembang kan kampus kita melalui jalur PMB. Mungkin saat ini kita belum bisa menyumbang sejum lah dana untuk membangun auditorium me gah di kampus, belum bisa menyisihkan se bagian penghasilan yang didapat untuk ikut berpartisipasi dalam Sanata Dharma Student Fund. Tapi kita punya kemampuan untuk ber komunikasi dengan lingkungan kita sekarang untuk sekedar melakukan pendekatan personal
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
SHARING
informal dengan dunia pendidikan di sekitar, mengenalkan kampus USD dan tidak menutup kemungkinan bisa melakukan promosi di seko lah-sekolah tersebut, atau dengan kata lain alum ni sebagai agen PMB di daerah. Tentunya dengan pemberdayaan alumni di daerah sebagai agen PMB, jalur penerimaan khususnya jalur prestasi dan jalur kerjasama bisa ditangani oleh alumni di daerah tersebut, yang tentu saja dari segi efisiensi biaya promosi bisa sedikit terbantu karena untuk melakukan tes jalur kerjasama di daerah tidak perlu mendatangkan tim dari Yogyakarta. Patut diakui dan dibanggakan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, memiliki jaringan alumni yang kuat tersebar di seluruh pelosok negeri, bisa dibuktikan dengan banyaknya tenaga pengajar di sekolah-sekolah yang merupakan alumni dari USD. Ini adalah salah satu kekuatan kita. Namun menurut saya ada tantangan besar, yakni bagaimana kita membuktikan bahwa Universitas Sanata Dharma tidak identik dengan guru dan tenaga pengajar alumni FKIP saja. Tapi kita juga punya Farmasi, Psikologi, Sains dan Teknologi, Sastra, Ekonomi, serta Teologi. Yang tentu saja siap bersaing dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lain.
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, infor masi terbaru untuk Penerimaan Mahasiswa Baru tahun 2008 ini untuk di jalur prestasi terdata 2190 pendaftar, dengan jumlah yang diterima sebanyak 1798 sebagai calon mahasiswa. Untuk jalur kerjasama terdata 500 pendaftar, dengan jumlah yang diterima 317 sebagai calon mahasiswa. Saya berkeyakinan jika pemberdayaan alumni di daerah sebagai agen PMB dapat dilakukan secara optimal dan dengan pendampingan yang berkesinambungan dari Kampus, optimis angka di atas bisa terlampaui. Demikian pula kepada rekan-rekan alumni, banyak jalan untuk kembali mengabdikan diri kita ke Universitas Sanata Dharma yang kita cintai ini, sehingga kita tidak menjadi kacang yang lupa akan kulitnya. Salam hangat dari seberang…. *) alumni Program Studi Ilmu Komputer FMIPA USD Yogya, kini bekerja sebagai Engineering On Site C4 Telkom dan Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer (STMIK) STIKOM Balikpapan.
Nasib kita ditentukan oleh tindakan kita. Kita harus menemukan keunggulan diri, bukan dengan duduk manis dan menunggu keunggulan itu datang sendiri. (Aung San Sun Kyi)
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
31
SHARING
Sepenggal Kisah
Dunia Kuliah dan Dunia Kerjaku Oleh: Robertus Lilik Haryanto *)
K
ULIAH di Perguruan Tinggi hingga kini masih dianggap menjadi jaminan bekal masa depan. Hampir setiap tahun ajaran baru puluhan ribu calon mahasiswa berebut masuk ke Perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri. Sayapun termasuk satu di antara sekian calon mahasiswa tersebut yang ikut berjuang masuk ke Perguruan Tinggi yang saya idamkan dan saya percaya bisa mengantarkan saya menjemput masa depan. Mengapa saya berpikir dengan kuliah masih bisa dijadikan jaminan bekal masa depan? Pertama, gelar dan IPK selama ini menjadi per syaratan dasar yang dijadikan kualifikasi awal dalam menyaring kandidat. Meskipun pada proses recruitment lebih ditekankan pada skill tetapi dengan memiliki persyaratan dasar ter sebut kita sudah mendapatkan sebuah kunci yaitu kesempatan dan tinggal bagaimana ki ta menggunakannya. Kedua, bangku kuliah
32
menyediakan materi dan ketrampilan dasar yang menjadi bekal akademik untuk diaplikasikan di dunia kerja. Ketiga, Perguruan Tinggi memberi kan kesempatan bagi mahasiswa untuk me ngembangkan potensi diri di berbagai bidang seperti bidang kerohanian, kesenian, olah raga, dan sebagainya. Dengan fasilitas tersebut maka mahasiswa dapat mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Maka selama kuliah di Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta saya berusaha untuk memberdayakan diri saya seoptimal mungkin yaitu dengan mencapai nilai IPK semaksimal mungkin, mengembangkan materi dan ketrampilan dasar seluas-luasnya, dan ikut kegiatan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) “Cantus Firmus” untuk mewadahi hobi menyanyi saya. Meskipun demikian saya juga tidak bisa memungkiri bahwa kuliah dan lulus dengan
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
SHARING
nilai terpuji belum tentu mengantarkan ke masa depan yang baik. Akan tetapi kita bisa merancang masa depan sambil kuliah. Memang awalnya saya masih menganggap enteng kuliah, saya berorientasi pada bagaimana bisa mendapatkan nilai yang semaksimal mungkin dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Dan akhirnya, semester satu ditutup dengan Indeks Prestasi (IP) hanya dengan 2,7 saja. Tetapi ketika semester demi semester ber lalu, ada dorongan dari diri saya untuk bisa maju, berhubung saya memiliki ketertarikan akan dunia pemrograman yang banyak di hindari oleh mahasiswa pada umumnya karena “njlimet”. Ketertarikan ini semakin meningkat disaat saya bisa mendapatkan nilai sempurna pada ujian mata kuliah pemrograman 1 de ngan dosen pengajar Pak Puspaningtyas. Sejak saat itulah saya mulai menemukan semangat untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Saya berpikir bagaimana cara tepat untuk menyalurkan dan mengasahnya, maka ketika ada kesempatan untuk kerja part time di PT Inter Lintas Media (Rumahweb) sebagai programmer langsung saya terima. Sebenarnya banyak lapangan kerja part time di lingkungan kampus seperti jaga warnet, jaga rental CD, jaga taman bacaan sampai menjadi tukang foto kopi. Tetapi saya fokus pada tujuan awal saya bahwa saya kerja part time bukan untuk uang tetapi untuk bekal menuju masa depan. Memang waktu terkuras untuk bekerja tetapi saya tetap berusaha membagi waktu untuk belajar karena keduanya penting dan tidak bisa dikalahkan. Akhirnya dengan semangat dan perjuangan saya lulus tepat waktu dengan nilai yang cukup memuaskan. KERJA di perusahaan besar dengan Job Description yang sesuai minat serta salary tinggi memang tidak mudah tetapi patut diper juangkan. Sayapun harus melewati proses pan jang untuk mencapainya. Seusai Yudisium saya mengundurkan diri dari kerja part time
kemudian ke Jakarta untuk bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang GPS (Global Positioning System). Menunjukkan etos kerja yang tinggi menjadi prioritas utama saya saat itu karena ini kali pertama saya benarbenar terjun di dunia kerja. Tetapi kebijakan dan peraturan perusahaan saat itu membuat saya merasa tidak leluasa dan tidak bisa berkembang, maka saya memutuskan untuk mengundurkan diri. Mengingat pada saat itu memasuki bulan Oktober, dimana pada bulan November saya harus mengikuti wisuda, saya mencoba untuk mencari kerja di Yogyakarta dan diterima di Ebolink, dengan Bu Shienny sebagai salah satu pimpinan di sana. Belum genap satu bulan bekerja di Ebolink saya mendapat kesempatan untuk tes di PT Jatis Solutions Ecom, yang merupakan anak perusahaan PT Jati Piranti Solusindo (Jatis Solutions) yang memiliki klien perusahaan tele komunikasi ternama, seperti Indosat dan XL. Melihat ini adalah kesempatan emas untuk maju maka saya berusaha untuk lulus. Akhirnya hari itu juga seorang leader memberi tahu bahwa saya lulus tes dan merekomendasikan saya dengan alasan beliau senang melihat cara saya memecahkan masalah meskipun hasil tes belum tentu tepat. Di Jatis Solutions Ecom, saya banyak ber kenalan dengan teman-teman satu bidang (Java). Bahkan saya sempat minder karena hampir 90% rekan kerja merupakan alumnus Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan universitas ternama di Indonesia. Tapi keadaan tersebut mendorong saya untuk menunjukkan bahwa alumnus USD (Universitas Saking Deso) bisa bersaing dengan mereka baik dari segi intelektual maupun mental. Dunia kerja IT memang menuntut kita untuk terus belajar apalagi bila kita bekerja di perusahaan IT Consultant. Tetapi dengan fondasi kuat yang kita bangun saat kuliah,
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
33
SHARING
kita akan lebih mudah menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Meskipun perjuangan saya sudah cukup membuahkan hasil tetapi saya masih ingin terus belajar dan berkembang yaitu dengan memberdayakan ilmu saya dengan menulis artikel (majalah InfoLinux, IlmuKomputer. com, Benpinter.net), aktif di Mailing List pe mrograman, membuat website forum dis kusi pemograman dan basis data (www. secangkirkopipanas.org), dan mengajar di Binus Center Kelapa Gading Jakarta. Memang waktu senggang saya berkurang tetapi perjuangan tersebut berbuah manis. Saya mendapat banyak relasi yang kemudian mengantar saya diundang menjadi pembicara seminar di salah universitas swasta di Yogyakarta, selain itu muncul banyak proyek di luar kantor yang saya terima, dan banyak mahasiswa yang minta bimbingan skripsi pada saya, walaupun saya bukanlah se orang dosen.
Memang hal tersebut menggulirkan banyak nomimal pada saya, tetapi cita-cita saya lebih besar dari itu yaitu saya ingin bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Pada akhirnya, saya bangga bisa menjadi alumnus Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi Teknik Informatika. Walaupun dibilang Kampus Mewah (Mepet Sawah), tapi saya bisa memberikan kontribusi di dunia tek nologi informasi di Indonesia. Dari segi kuri kulum saya lihat sangat up to date dan menun jang mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja. Tetapi dari segi staf pengajar (dosen) memang ada beberapa dosen yang kurang kompeten dengan materi dari kurikulum yang telah di tentukan. Hal ini mungkin bisa menjadi ba han pertimbangan pihak prodi Teknik Infor matika agar mengupayakan kurikulum dapat dihantarkan pada mahasiswa dengan baik. Teruskan perjuanganmu, Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma. *) Alumni Teknik Informatika USD
Perubahan terjadi bukan lantaran ada yang memiliki keinginan besar sedangkan yang lain tidak, melainkan ada yang siap dan ada yang tidak siap untuk berubah. (James Gordon, M.D.)
34
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
BERITA ALUMNI
Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan
S
eorang teman memberi kaos oblong (t-shirt) dengan desain di dada bertuliskan “TRUST ME” dan di punggung bertuliskan ‘KALAU NIAT PASTI BISA!!!” Sebuah t-shirt dengan desain sederhana namun menciptakan motivasi luar biasa. Selama ini, jika hendak melakukan sesuatu, misalnya kumpul-kumpul (gathering) dengan teman-teman masa kuliah, pernyataan terdepan yang kita sampaikan adalah “Wah, saya tidak bisa. Saya harus begini… begitu….. dll.” Ketidakbisaan itulah yang diabaikan oleh para alumnus Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) baru-baru ini ketika mereka berniat bertemu untuk melepaskan rasa kangen bertemu temanteman lama dan baru (adik dan kakak kelas) yang selama ini berinteraksi lewat kecanggihan teknologi bernama mailing-list yang bernama mailing-list Revex2 dengan alamat http:// groups.yahoo.com/group/revex2/ Sabtu yang cerah tanggal 7 Juni 2008 lalu mereka sepakat bertemu di Taman Pesona Amsterdam, Cibubur, Jakarta. Adalah keinginan dan niat yang besarlah yang bisa menyatukan para alumnus PBI ini. Di sana, mereka men dendangkan lagu-lagu lama yang berjaya pada masa mereka kuliah, menari, berbagi, bagibagi door prize (sumbangan alumni juga), dan tentu saja memuaskan lapar dan dahaga serta ngobrol tentang kabar keluarga, menanyakan
kabar almamater sambil mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membantu para mahasiswa lewat paguyubannya dengan program BOLSIUS STUDENT FUND, sebuah program beasiswa untuk mahasiswa yang kurang beruntung secara finansial namun berjaya di bidang akademik. Tak ada lagi jarak usia yang membedakan mereka. Gathering berlangsung meriah dan semua pulang membawa buah tangan dan kenangan persahabatan yang indah. Belajar dari sana, KEINGINAN dan KE MAUAN menjadi faktor penting demi sebuah nostalgia. Alasan BISA atau TIDAK BISA haruslah dibuang demi mewujudkan “kegilaan” masa lalu. Segala suka-duka bersama kala mahasiswa ditambah romansa serta interaksi dengan sesama dosen dan karyawan bisa men jadi momentum berkesan dalam menapaki usia ketika sudah tak lagi bersama seperti masa kuliah. Rasanya, bertemu sahabat lama (dan baru) – saat beranjak senja – menjadi kenikmatan tiada tara ketika kita ingin mengulang masa lalu di kampus tercinta, Sanata Dharma. Jadi, mengapa kita tak menumbuhkan NIAT, KEINGINAN dan KEMAUAN bertemu sahabat lama sehingga reuni besar bisa terwujud dan bersama kita mengenang kegilaan masa lalu sambil memikirkan kemajuan Sanata Dharma??? (Singo, PBI angkatan 1985)
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
35
OPINI
Membaca Manusia Membaca “Dunia” Oleh: Wahyu Adi Putra Ginting *)
S
uatu malam, dalam sebuah percakapan, seorang teman pernah mengutarakan hasil perenungannya tentang “membaca manusia” kepada saya. Dengan suara serak dan mata yang agak sayu, teman tadi berucap, “cobalah untuk memahami seorang manusia secara menyeluruh, dan kau akan memahami dunia!”. Percakapan tersebut merupakan salah satu percakapan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Bersama dengan teman tadi, saya pun mencoba untuk mendiskusikan lebih lanjut perihal “memahami manusia” dan “memahami dunia”. Apa sebenarnya yang ada di dalam “manusia” sehingga bahkan dunia pun dapat terbaca dari sana? Apa pula yang ada di dalam “dunia” yang mampu merasuk ke alam pikir – dan -tindak manusia? Bagaimana pula kedua hal tersebut dapat saling mempengaruhi? Dan kami pun sepakat untuk tidak membahas masalah “akhirat” dalam pembicaraan tersebut. *** Dalam keadaannya yang serba pasca (pasca struktural, pascamodern, pascakolonial, dan “pascasila”), dunia mutakhir telah menjadi arena
36
persinggungan hal-hal yang seringkali saling “menipu”. Kerap kali kita merasa kesulitan untuk membaca motif orang melakukan sesuatu. Semakin banyak orang yang pintar menyamar kan motif aslinya demi tujuan tertentu. Buku yang dibaca, program televisi yang ditonton, gaya bahasa yang digunakan, bahkan sampai jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, mungkin dulu dapat dengan gamblang kita gunakan sebagai alat membaca karakter manusia – dan dari sudut pandang itulah terbaca motifmotif pribadi atau kolektif yang muncul. Namun, sudut pandang itu menjadi salah kaprah jika digunakan untuk mencari kebenaran atas sebuah “fakta” (baca: pembacaan karakter manusia). Sebuah perspektif atau lebih hanya dapat dipakai untuk merumuskan sebuah penafsiran saja. Ya, hanya berhenti pada sebuah penafsiran. Mengapa? Karena adalah terlalu berani dan ceroboh namanya kalau mengklaim kebenaran sebuah fakta dengan mengandalkan bermacam-macam sudut pandang sekalipun. Apalagi, jika “hal” yang dibaca adalah manusia, sebuah subjek pembahasan yang teramat jauh dari atribut pasti dan, seperti kata Pramoedya, ”tak pernah habis dikupas sampai kemput.”
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
OPINI
Membaca manusia sama dengan membaca secara kualitatif dan transformatif. Orangorang menyebutnya “Hermeneutika”. Membaca manusia dari satu bingkai kejadian saja adalah tidak adil. Membaca manusia hendaknya dilaku kan dengan sabar, menelusuri benang merah dari bingkai-bingkai kejadian yang pernah terjadi, atau dilakukan, dan menarik bingkai tersebut ke sebuah ruang kosmik yang lebih besar – sebuah sistem kehidupan yang menentukan irama terpahatnya bingkai rupa karakter manusia se karang -- untuk membaca materi-materi yang mempengaruhi apa yang dilakukan. Dulu kaum Traditional Theories Barat, melalui konsep “absolute idea”, bisa berkata, “manusia membentuk bahasa.” Bolehlah diterima akal kalau kita melihat bagaimana cara kitab suci menggambarkan Adam menamai tanaman dan binatang. Akan berbeda jika kita melihat keadaan sekarang: orang telah berkesimpulan bahwa “bahasalah yang membentuk manusia”, seperti konsep yang diutarakan oleh para tokoh pascastrukturalis (Lacan salah satunya), karena kita berangkat memahami gejala dari sebuah titik waktu relevan dan mutakhir, bukan dari titik alpha kehidupan yang entah itu. Dulu kita bisa berkata, “manusia (individu) membentuk masyarakatnya.” Bisa juga diterima akal. Namun, kita juga seharusnya sadar bahwa “masyarakat (juga) membentuk manusia.” Hollywood telah dipandang sebagai sebuah cultur(e)al center, tempat hegemoni konsep “budaya” berkedudukan dan dipasarkan. MTv telah menjadi titik tolak penampilan anaknongkrong saat ini, dan membentuk generasinya sendiri. Bahkan berbagai hand-and-body lotion, pemutih kulit itu, telah berhasil mengubah konsep kulit wanita Jawa yang tadinya kuninglangsat menjadi putih-langsat (saya pun tak sanggup membayangkan seperti apa putihlangsat itu). Mengapa berhasil? Karena banyak yang percaya! Mengapa banyak yang percaya? Karena manusia secara bertubi-tubi dicekoki dengan konsep tersebut.
Dalam hal ini, kita bisa mengerti bahwa perspektif yang digunakan manusia dalam me mandang sesuatu dikonstruksi oleh penge tahuan-pengetahuan yang didapat manusia ter sebut dari sebuah unit global bernama “dunia”. Zaman sekarang adalah zaman tanda – zaman semiotika. Seiring dengan itu, pencarian akan pengetahuan disertai oleh perkembangan media sebagai wadah “menimba ilmu”. Dalam media (sumur ilmu) inilah bertaburan tanda-tanda dengan usungan motifnya masing-masing. Dan pembaca (penimba ilmu) harus pintar-pintar mengenali motif-motif tersebut. Kehadiran media, sekarang ini, menjadi satu hal yang indah sekaligus rancu. Kembali saya teringat tentang “motif”. Semua media adalah alat propaganda motifmotif. Saya ambil media massa sebagai satu contoh. Chomsky, dalam bukunya Media Control: The Spectacular Achievements of Propaganda (1997), dengan jelas menggambarkan bagaimana Pemerintah Amerika Serikat, pada masa PD I, melalui otak intelektual membuat mual John Dewey, mengubah massa anti perang menjadi massa haus-perang hanya dengan menunggangi media massa sebagai alat penyampaian pro paganda. “Fakta-fakta” tentang “kekejaman” perang dimunculkan untuk memperkuat pro paganda itu, untuk membuatnya seakan-akan logis dan empiris, meyakinkan massa bahwa keikutsertaan AS dalam PD I adalah sebuah tanggungjawab “kemanusiaan” untuk me ngenyahkan si Jahat. Para intelektual dipakai jasanya untuk mengerahkan kemampuan rasio nalisasi mereka agar menjadikan kampanye tersebut sahih di mata publik. “Fakta” dan “inte lektualitas-kemanusiaan” tersebut dilempar kan ke masyarakat melalui media massa. Dan publik gagal membaca motif dasar propaganda tersebut, yaitu agar AS bisa terjun ke kancah PD I dengan misi perluasan kekuasaan ekonomi, karena dibungkus dengan moral-heroisme yang mempesona dan disuntikkan secara terus menerus secara ambisius.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
37
OPINI
Lalu, bagaimana menarik titik belajar yang bisa didapat dari gejala di atas? Apakah manusia benar-benar sudah kehilangan kuasanya untuk menentukan pahatan karakter individualnya? Apakah manusia sudah kehilangan nilai tawar di hadapan sebuah supra-struktur yang begitu menghegemoni pembentukan individuindividu? Tentu jawabannya adalah sebuah “Tidak!” Bagaimanapun juga, kemenangan harus berada di pihak ras manusia. Untuk dapat menjadi kritis dalam membangun karakter pribadi, manusia harus memiliki kemampuan membaca dan menalar yang kuat. “Dunia”, yang merasuki insan ”manusia” dengan beriburagam sudut pandang, gejala, doktrin, ideal isme, “fakta”, dan tafsir-fakta, tentunya akan menjadi peluru-tanpa-sasaran jika tidak me miliki ”manusia” sebagai tempat rasukannya. Di sinilah letak posisi tawar manusia terhadap supra-struktur bernama “dunia”. Tak bisa diingkari “manusia” dan “dunia” saling merasuki. Bahkan dalam dunia eksakta sekalipun, dalam kasus ilmu Fisika Modern, konsep rasuk-merasuki ini juga terjadi. Fritjof Capra, dalam bukunya The Uncommon Wisdom, mengutip bahwa fisikawan modern mengalami sebuah peristiwa metafisika ketika ia mendapatkan dirinya merasuk sekaligus di rasuki oleh objek (subjek?) penelitiannya itu. Maka dari itu, “manusia” memiliki porsi tawar yang sama-sama kuat dengan “dunia” karena keduanya saling menentukan makna dari keduanya. Kemampuan analisis yang kritis akan dapat membuat manusia mengenali motif dari sebuah ilmu, atau pemikiran, yang hadir dalam “dunia”.
38
Memang benar bahwa karakter manusia itu dikonstruksi oleh gejala-gejala yang terbang simpang-siur dalam ruang kosmik tempat manusia itu tinggal, sama seperti perkataan teman saya, yang menjadi pembuka tulisan ini. Namun, pengertian “memahami secara menyeluruh” tidak diterapkan untuk membaca orang lain semata. Alangkah baiknya jika konsep membaca kritis itu diterapkan pada diri si pembaca itu sendiri, yang merupakan bagian dari bentuk “menyeluruh” tadi. Akhirnya, seseorang, ketika telah berhasil membaca motif-motif dalam dirinya, akan menjadi karakter manusia yang kritis secara lengkap. Dan membaca diri sendiri bukanlah hal mudah. Pada hemat saya, jawaban untuk semuanya menuju pada satu titik pemikiran yang ternyata sangat manusiawi: keterbukaan dan kejujuran. Orang harus terbuka pada interpretasi. Kemudian, orang harus jujur dalam mengkritisi dirinya sendiri. Orang harus punya sikap dalam menolak atau menerima sebuah pemikiran tertentu, begitu juga dalam menghargai perbedaan pola-pikir dan idealisme. “Dunia” akan menjadi pembentuk mutlak karakter ketika “manusia” enggan membaca tanda-tanda, dan tentunya bukan keengganan macam itu yang kita harapkan. Lalu, marilah kita sama-sama membayang kan seluruh Indonesia berhasil dengan kritis membaca dirinya dan motif-motif yang melatar belakangi setiap tindak-tanduknya itu. Klaten, 1 Juni 2008 Terima kasih buat kawan Wahmuji atas masukan kritisnya
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
*) Alumni Sastra Inggris USD
OPINI
Mengenal Karakteristik Remaja Usia Sekolah Menengah Oleh: Thomas Buntoro S.Pd
Pengantar
Remaja dan Masanya
Bagi sebagian besar orang yang sudah ber anjak dewasa, bahkan melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang berkesan dalam hidup mereka. Sebaik atau seburuk apa pun saat itu, kenangan saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan. Dalam masa remaja inilah terkadang mereka mengalami benturan dengan orang tua mereka. Sebagian orang tua ada yang menganggap anak remajanya masih perlu dilindungi dengan ketat. Karena menurut pandangan orang tua, remaja masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya bagi para remaja, tuntutan internal mereka membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orang tua. Sebetulnya apa yang terjadi sehingga remaja merasa memiliki dunia tersendiri? Mengapa remaja sering merasa tidak dimengerti dan tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya? Dan mengapa remaja seolah-olah memiliki masalah unik dan tidak mudah dipahami?
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya sering tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja. Hal ini karena usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15 –18), kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas. Namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap meng hadapi dunia orang dewasa. Definisi yang dirumuskan oleh WHO me ngenai remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat:
(a) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda sek sual sekundernya sampai ia mencapai ke matangan seksualnya. (b) individu mengalami perkembangan psiko logi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
39
OPINI
(c) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri. Definisi lain mengenai remaja dapat ditinjau menurut hukum. Dalam hubungan dengan hukum, tampaknya hanya undang-undang perkawinan saja yang mengenal konsep remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undangundang adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (diatur dalam pasal 17 undangundang no.1/1974 tentang perkawinan). Mengenai rentangan usia dalam masa remaja ada beberapa pendapat walaupun tidak terjadi pertentangan. Menurut Hurlock rentangan usia remaja awal 13 atau 14 – 17 tahun dan remaja akhir 17 – 21 tahun. WHO menetapkan batas usia 19 – 20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO membagi kurun usia remaja dalam dua (2) bagian yaitu remaja awal 10 –14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun. Mengingat masa remaja sangat dipengaruhi oleh perbedaan perseorangan, penentuan usia saja belum cukup untuk mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru, telah atau belum dimulai. Diketahui bahwa remaja berada pada batas peralihan kehidupan dari anak-anak menjadi dewasa. Dari fisiknya sudah tampak dewasa, tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa, ia akan mengalami kegagalan dalam menunjukkan kedewasaannya. Ciri – Ciri Remaja Secara umum pada remaja sering terlihat adanya ciri-ciri sebagai berikut: (a) kegelisahan yang menguasai dirinya. (b) pertentangan yang terjadi dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. (c) keinginan untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
40
(d) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas seperti melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kepemudaan seperti pra muka, karang taruna. (e) suka mengkhayal atau berfantasi. (f) suka akan aktivitas kelompok. Tugas Perkembangan Remaja Sebagai seorang remaja kiranya perlu untuk mengenal atau menyadari tugas-tugas perkembangannya sebagai remaja. Menurut definisinya, tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosio-psikologis manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang jauh lebih luas dan kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan psikis yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Havighurst menjelaskan bahwa tugas per kembangan individu (baca: remaja) perlu dikait kan dengan fungsi belajar. Alasannya adalah pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari nilai dan norma kehidupan sosial budaya agar mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan nyata di masyarakatnya. Oleh karena itu, jenis tugas perkembang an remaja itu mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang waktu yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Havighurst mengemukakan sepuluh (10) jenis tugas perkembangan remaja yaitu: (1) mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenisnya secara lebih matang. (2) mencapai peran seks yang diterima secara sosial. (3) menerima keadaan fisiknya dan mengguna kannya secara efektif. (4) mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
OPINI
(5) mencapai kebebasan ekonomi. (6) memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan. (7) menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. (8) mengembangkan ketrampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang berkompeten. (9) menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara moral dan sosial. (10)memahami suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.
kognitif) merupakan suatu periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Pada periode ini idealnya remaja su dah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para re maja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Dimensi Moral
Bila kita mencermati secara jelas, memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan. Namun sering perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Satu sisi yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi ke hidupan dalam diri mereka. Untuk memahami remaja, perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut:
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan atau ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan ‘kenyataan’ yang baru. Perubahan inilah yang sering mendasari sikap ‘pemberontakan’ remaja terhadap peratur an atau otoritas yang sebelumnya diterima bulatbulat. Misalnya jika sejak kecil seorang anak diterapkan sebuah nilai moral bahwa korupsi itu tidak baik, pada masa remaja dia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur. Maka dari itu untuk membantu remaja dalam menyadari kembali soal penanaman moral dan etika, perlu melibatkan peranan orangtua atau pendidik dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh mereka.
Dimensi Biologis
Dimensi Psikologis
Pada saat seorang anak memasuki pubertas ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini, mood (baca: suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood yang drastis ini biasanya bisa dikarenakan oleh beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meskipun mood remaja mudah berubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Tugas-tugas perkembangan tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan karena remaja adalah pribadi yang utuh secara individual dan sosial. Dimensi Perubahan pada Remaja
Dimensi Kognitif Perkembangan kognitif remaja dalam pan dangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
41
OPINI
Dalam hal kesadaran diri, remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self–awareness). Maka tidak salah bila dalam masa seperti ini remaja kerap mempertanyakan “Siapakah Aku?” (Who Am I?). pertanyaan seperti sah dan wajar karena pada masa ini kesadaran diri remaja mulai berkembang dan mengalami banyak perubahan. Penutup Menyadari bahwa usia remaja merupakan masa di mana remaja mencari “jati dirinya”, maka sudah sepatutnyalah kepada mereka di beri kesempatan untuk mengeksporasi di ri secara utuh dan benar. Namun tak bisa
dipungkiri dalam pencarian “jati dirinya”, me reka masih memerlukan pendampingan dan perhatian dari semua pihak terutama orang tua di rumah dan pendidik (baca: guru) di sekolah. Dengan demikian akan terciptalah suasana yang mendukung baik siswa sebagai remaja dan guru/orang tua sebagai orang dewasa. Adanya komunikasi, perhatian dan dukungan dari semua pihak akan membantu siswa pada masa remajanya untuk mengenali diri mereka secara utuh dan seimbang. *) Thomas Buntoro, S.Pd Alumni FKIP-BK USD Konselor SMA Regina Pacis (Ursulin) Surakarta
Jika dalam melakukan segala sesuatu Anda sungguh-sungguh memegang prinsip “dengan sepenuh hati”, niscaya Anda dapat mengerjakan hal-hal yang luar biasa. (Norman Vincent Peale)
Lakukanlah apa yang takut Anda lakukan, maka rasa takut itu akan hilang. (Ralp Waldo Emersor)
42
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
RESENSI BUKU
Menyelusuri Lorong Gelap Sejarah Bangsa
Judul Buku : Pengarang : Penerbit : Tahun Terbit : Tebal :
P
Menyeberangi Sungai Air Mata, Kisah Tragis Tapol ’65 dan Upaya rekonsiliasi A. Sumarwan Kanisius, Yogjakarta 2007 408 halaman
ada 16 Nopember 2000 dilakukan peng galian kuburan massal dihutan Situkup, Dempes, Kaliworo, Wonosobo. Ketika tulang-tulang korban pembantaian 1965 ini hendak dimakamkan kembali di daerah Temanggung sebagai tanah kelahiran para korban, warga setempat menolak mereka. Sungguh tragis dan memilukan. Dalam se jarah buatan penguasa, mereka hampir tak pernah disebut-sebut. Kebanyakan sejarahwan pun kurang menaruh perhatian pada kisah mereka. Dalam kebanyakan tuturan sejarah, pembantaian itu meletus tiba-tiba dan kemudian selesai, bagaikan badai tropis yang mendadak datang dan berlalu tanpa bekas.
Kita tidak boleh lupa. Ada setengah juta manusia, saudara kita sebangsa, yang dilenyap kan pada periode 1965-1968 dari muka bumi Indonesia. Ini pembantaian terbesar pada Abad 20. Dari sini kita dapat bertanya: Siapakah mereka? Siapa yang membantai? Bagaimana mereka dibantai? Mengapa mereka dibantai? Pertanyaan-pertanyaan itu menyeret kita ke lorong gelap sejarah bangsa ini, sejarah yang bahkan terlalu pekat dan berbahaya untuk dimasuki para sejarahwan profesional. Membaca buku ini, kita dibantu memasuki lorong gelap tersebut. Sekurang-kurangnya kita mampu menemu kan peta atau sketsa pembantaianpasca G30S.
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
43
RESENSI BUKU
Dengan begitu kita tidak mengulangi kembali tindakan yang sungguh melawan kemanusiaan dan siksa yang tiada tara. Kisah para mantan tapol ’65 sebagaimana tersaji secara apik dalam buku ini, memberi gambaran hidup mengenai sejarah yang sebe narnya terjadi. Sejarah yang mengisahkan bagaimana satu setengah juta laki-laki dan perempuan ditangkap, diperiksa, disiksa, dipenjara, diasingkan dan kembali ke masyarakat sambil menanggung stigma. Mereka adalah beberapa korban yang selamat dan sedang berjuang merebut kembali kisah hidup yang sempat dirampas, dibungkam dan dicabik-cabik oleh penguasa masa itu. Siapa yang berkisah dalam buku ini? Sebut saja namanya: Sumarmiyati, Tin Wartinah, Surati yang salah ciduk, Cokrowiyono si kepala dusun, Ibnu Ruslan ilmuwan yang tergilas dan semua orang yang hidupnya pernah dalam satu titik aliran sungai air mata sejarah. Mereka semua mengalami kekejaman dan penyiksaan oleh ketidakadilan rezim dengan tuduhan politis yang tak manusiawi. Mereka tidak bisa melawan dan harus berhadapan dengan peristiwa yang sedikit pun tidak mereka kehendaki dan bayangkan akan pernah terjadi padanya. Para mantan tapol ’65, yang memberi kesaksian dalam buku ini adalah orang-orang yang memiliki semangat dan kepribadian kuat. Mereka berani dan tangguh mengalami penderitaan selama menjalani masa tahanan. Banyak yang meninggal selama masa tahanan, selain tentu yang secara sengaja dimusnahkan. Romo Sindhunata, ketika masih menjadi wartawan muda pernah mengunjungi para tapol di Pulau Buru, menangkap semangat itu dan menuliskan dengan amat indah, yang dikutif kembali dalam buku ini: “Jatuh delapan kali, bangun sembilan kali!” Tuhan, bahwa aku jatuh, itu adalah biasa. Tetapi bahwa aku bisa bangun dari kejatuhanku, itu yang luar biasa. Dan
44
itu hanya terjadi karena rahmat-Mu. Seperti manusia lain, para tapol mudah jatuh, apalagi kondisi tahanan yang jauh dari manusiawi. Tetapi mereka bisa bangun kembali. Ia tak pernah menyerah karena kelemahannya. Ia lebih yakin akan harapannya, yang digantungkan pada Tuhan. Ketahanan hidup para mantan tapol menjadi cermin bagi harapan yang tak pernah menyerah kalah. (hal 197). Buku ini adalah buah perjumpaan yang dimungkinkan oleh sebuah mata kuliah. Perjumpaan A. Sumarwan, penulis buku ini dengan para mantan tapol ’65 dan mata kuliah Teologi Rekonsiliasi Sosial. Dibantu oleh enam rekannya, sebagai anggota kelompok dalam studi proyek tersebut, menghasilkan kisahkisah penderitaan para korban mantan tapol ’65 yang terlalu miris untuk dilupakan. Perjuangan mereka untuk bertahan hidup terlalu berharga untuk tidak dikisahkan. Harapan mereka akan rekonsiliasi bangsa terlalu mulia untuk tidak didukung dan diwartakan. Semangat itulah yang membuat penulis mengolah kembali perjumpaan itu, menuliskan dan merefleksikan serta melengkapi dengan begitu banyak buku dan dokumen mengenai tragika tersebut. Kisah para korban dan refleksi yang begitu mendalam, menjadi undangan untuk memasuki ladang luas persoalan bangsa yang perlu terus diolah, dipikirkan dan diekspresikan. Harapannya karya ini juga menjadi bagian dari upaya spiritual untuk mewujudkan rekonsiliasi bangsa. Walaupun secara faktual usaha itu sudah kandas dengan dibatalkannya Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR) oleh Makamah Konstitusi pada 7 Desember 2006. Kita semua prihatin atas pelanggaran HAM yang terjadi selama ini. Nampaknya upaya yang berkaitan dengan rekonsiliasi, kebenaran di Republik ini bagaikan mimpi di siang bolong. Rekonsiliasi merupakan gagasan yang terpuji
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
RESENSI BUKU
dan suci, namun hanya mimpi. Sebagai bangsa yang besar dan bermartabat mestinya mau mengakui kesalahan masa lalu yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa dan memberi kom pensasi yang sungguh manusiawi sepadan de ngan penderitaan para korban yang sungguh melawan kemanusiaan dan Pencipta Kehidup an ini. Indonesia harus bangun dari amnesia sejarah. Pakar sejarah dari Universitas Sanata Dharma Dr. Baskara T. Wardaya, mengumpa makan masyarakat yang menderita amnesia sejarah itu seperti orang yang sedang bepergian tetapi tidak tahu dari mana ia berangkat, bahkan lupa mau ke mana atau untuk apa. Akibatnya orang itu mengalami disorientasi alias bingung. Kalau yang bingung hanya satu dua orang mungkin tidak apa-apa. Namun bagaimana kalau yang bingung itu dua ratus juta orang? Pasti akan banyak yang bertubrukan. Baginya konflik-konflik sosial yang merebak beberapa tahun terakhir ini salah satu pe nyebabnya adalah amnesia sejarah tersebut. Karena itu menurutnya, kita harus bersama-
sama melawan lupa terhadap kebenaran sejarah. Caranya? Sebanyak mungkin belajar sejarah yang benar. Di tengah pesimisme upaya rekonsiliasi, buku ini sekurang-kurangnya dapat menyegar kan ingatan kita kembali akan peristiwa yang terjadi di masa silam. Semoga jeritan para korban yang memilukan di barak-barak tahanan, dan ratusan ribu tulang-belulang yang berserakan di seluruh bumi negeri ini, mengetuk nurani kita semua sebagai bangsa untuk peduli pada saudara kita yang teraniaya di masa silam. Di samping upaya melawan lupa kebenaran sejarah, buku ini juga mengajarkan kita semua untuk belajar beriman kepada Sang Penyeleng gara Hidup ini. Dari kisah para mantan tapol’65 kita dapat belajar berpasrah dan rendah hati di hadapan Allah. Belajar berharap dan percaya pada-Nya, mesti harus berhadapan dengan pen deritaan dan kejahatan. *) D. Pujiyono Guru SMA Kolese De Britto, Alumni STFK “Pradnyawidya”.
Kemiskinan “yang sebenarnya” tidak datang dari Tuhan. Manusialah yang “memintanya”. (Peribahasa Persia)
Orang yang berhasil memindahkan gunung memulainya dengan mengambil lebih dulu batu-batu kecil. (Anonim)
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008
45
FOKUS
Aktivitas USD dalam Gambar
Begitu banyak aktivitas terjadi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam rentang waktu hingga Agustus 2008 ini. Kasadhar mencoba merangkum aktivitas tersebut dalam foto-foto di bawah ini.
46
Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008