1
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN
Oleh: I Kade Suardana, S.Pd, M.Si (NIP.196812071994031002) Dr. A.A.I.A Rai Sudiatmika, M.Pd (NIP.196006221986032001) Dewi Oktofa R., S.Si, M.Si (NIP.197012101995012001) Drs. Rai Sujanem, M.Si (NIP.196410311992031002)
Dibiayai dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK No: 0795/023.04.2.01/20/2012 revisi I, tanggal 27 Februari 2012
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA/FMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012
2
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1. Judul OSN
: Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan
2. Bidang Penerapan Ipteks 3. Ketua Pelaksana : a. Nama b. Jenis Kelamin c. NIP. d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan g. Fakultas h. Alamat i. Telp/Faks j. Alamat rumah
: Pendidikan : I Kade Suardana, S.Pd, M.Si :L : 196812071994031002 : Pendidikan Fisika dan Fisika Murni : Pembina / IV a : Lektor Kepala : MIPA : Jalan Udayana Singaraja-Bali : (0362) 25072 / (0362) 25735 : BTN. Asri Agung Persada A-9 Singaraja
4. Jumlah Anggota Pelaksana a. Nama Anggota I b. Nama Anggota II c. Nama Anggota III
: 3 orang : Dr. A.A.I.A. Rai Sudiatmika, M.Pd : Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si : Drs. Rai Sujanem, M.Si
5. Lokasi Kegiatan
: SMP N di Kota Tabanan (dipusatkan di SMP N 2 Tabanan) 6. Jumlah biaya: : Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah). 7. Waktu Pelaksanaan Program : 6 bulan (2 Mei – 31 Oktober 2012) -----------------------------------------------------------------------------------------------------Singaraja, 31 Oktober 2012 Mengetahui, Dekan FMIPA Undiksha,
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. I B Putu Arnyana, M.Si NIP. 195812311986011005
I Kade Suardana, S.Pd, M.Si NIP. 196812071994031002
Mengetahui, Ketua LPM Undiksha,
Prof. Dr. Ketut Suma, M.Si NIP.195901011984031003
3
Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis OSN Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan Oleh: I Kade Suardana, AAIA. Rai Sudiatmika, Dewi Oktofa. R, Rai Sujanem Universitas Pendidikan Ganesha Abstrak Tujuan utama kegiatan P2M ini adalah 1) meningkatkan kemampuan guru pendamping pembina olimpiade OSN fisika di SMP di kota Tabanan dalam menyusun dan mengembangkan asesmen fisika berbasis olimpiade, dan 2) meningkatkan respon para peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pendampingan penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN. Untuk mencapai tujuan di atas, telah dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pendampingan yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2012 bertempat di SMP N 2 Tabanan. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang guru (sains- fisika) SMP N Kota Tabana. Data yang telah dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, teknik angket dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa 1) kemampuan guru pendamping pembina OSN fisika di SMP N di kota Tabanan kecamatan Mengwi dalam menyusun dan mengembangkan asesmen fisika berbasis olimpiade meningkat setelah kegiatan pendampingan, dan 2) para guru pendamping pembina OSN fisika di SMP N di kota Tabanan sebagai peserta pelatihan menunjukan respon positif terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan ini. Beberapa hal positif yang diperoleh setelah kegiatan pendampingan ini adalah 1) para guru pendamping pembina olimpiade fisika memperoleh pendalaman materi-materi fisika dalam tataran OSN, 2) para guru peserta pelatihan mengetahui teknik penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN yang secara langsung dapat diterapkannya dalam membina kegiatan olimpiade, dan 3) tersedianya asesmen fisika SMP berbasis OSN yang akan dapat digunakan oleh para guru pembina dan para siswa sebagai salah satu acuan sumber belajar dalam persiapan menghadapi OSN. Kata-kata kunci: asesmen, fisika, pendampingan, OSN
4
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya-lah laporan pengabdian kepada masyarakat 2012 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan segenap tenaga dan usaha telah dicurahkan sepenuhnya untuk pelaksanaan kegiatan ini, namun demikian disadari bahwa hasil kegiatan ini tentu masih jauh dari sempurna. Dengan sangat terbuka, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak kami harapkan demi kesempurnaan hasil yang diperoleh ini dan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan berikutnya. Terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Ditlitabmas Dikti melalui DIPA Universitas Pendidikan Ganesha tahun anggaran 2012 yang telah memberikan pendanaan kegiatan pengabdian ini 2. Ketua beserta staf Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha, sebagai mediator sampai terlaksananya kegiatan ini 3. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Fisika yang telah membantu sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat terlaksana. 4. MGMP Fisika kabupaten Tabanan atas kerjasamanya 5. Para guru mata pelajaran fisika SMP di kota Tabanan atas partispasintya dalam kegiatan ini. Semoga hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Singaraja, 31 Oktober 2012 Pelaksana
5
DAFTAR ISI Halaman COVER HALAMAN PENGESAHAN ABSTAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I
II
III
i ii iii iv v
PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Kegiatan 1.4 Manfaat Kegiatan
1 4 5 5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karateristik Pelajaran Fisika dan Peranan Guru dalam Pembelajaran 2.2 Hubungan Pengetahuan Bidang Studi dengan Berpikir 2.3 Strategi Pemecahan Masalah dan Kompetensi Dasar Fisika
6 7 9
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah 3.2 Metode Pelaksanaan 3.3 Keterkaitan 3.4 Khalayak Sasaran 3.5 Teknik Evaluasi dan Analisis Data
11 12 12 13 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan 4.2 Pembahasan
16 19
PENUTUP 5.1 Simpulan 5.2 Saran-saran
21 21
DAFTAR PUSTAKA
22
IV
V
LAMPIRAN Lampiran 01. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan P2M DIPA TA. 2012 ke LPM dan Susunan Acara Pelaksanaan P2M Lampiran 02. Dokumentasi Pelaksanaan P2M Lampiran 03. Lembar Hasil Monev LPM dan Surat Keterangan Kepala SMPN 2 Tabanan Lampiran 04. Daftar hadir peserta kegiatan P2M
23-
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Kegiatan ini dirancang merupakan hasil tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan P2M yang dilaksanakan Rai Sudiatmika, dkk (2011) dimana berdasarkan hasil refleksi dan rekomendasi pelaksanaan pembinaan olimpiade di SMP N di Kabupaten Tabanan disarankan kepada para guru pembina agar menyediakan asesmen fisika yang berbasis olimpiade sehingga pelaksanaan pembinaan dapat lebih terarah sesuai dengan tuntutan Silabus Olimpiade Sains Nasional (OSN). Saran yang direkomendasikan ini diperkuat oleh temuan peneliti, selaku pelaksana P2M ( baik pada saat menjadi nara sumber diklat guru pendamping OSN se-provinsi Bali yang dilaksanakan Disdikpora Provinsi Bali maupun nara sumber di beberapa kabupaten di provinsi Bali sehubungan dengan pembinaan siswa menjelang pelaksanaan OSN), menunjukan sampai saat ini para guru pendamping dalam pelaksanaan pembinaan OSN di lapangan belum dapat menyediakan asesmen yang terdiri dari soal-soal dan pemecahannya yang relevan dengan tuntutan Silabus OSN
yang memiliki
karateristik berbeda dengan soal ujian sekolah: 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem evaluasi menggunakan passing grade. Di bidang pendidikan, kabupaten Tabanan yang terletak di Bali Selatan memiliki cukup potensi dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia ditinjau dari segi input siswa, dukungan sarana dan prasarana pembelajaran, dan guru (jumlah guru berlatar belakang Pendidikan Fisika 7 orang dari 16 orang guru sains di tiga SMP N di kota Tabanan, yaitu SMP N 1 Tabanan, SMP N 2 Tabanan, dan SMP N 3 Tabanan). Namun kenyataannya di bandingkan dengan kodya Denpasar, kabupaten Gianyar dan kabupaten Buleleng,
perolehan tiket OSN Fisika yang mewakili
Provinsi Bali dari kabupaten Tabanan sekaligus sebagai duta kabupaten Tabanan untuk 2 tahun terakhir adalah 1 orang (dari 6 orang pada OSN 2010 dan 5 orang pada OSN 2011) (Dikdispora, 2010: 2011).
7
Salah satu ditengarai sebagai penyebabnya, siswa SMP di kabupaten Tabanan belum terbiasa mengerjakan soal-soal fisika berbasis olimpiade yang memiliki tingkat kesukaran soal yang relatif lebih tinggi, bahkan lebih mengacu pada pendalaman materi pada tingkat lebih lanjut, seperti materi-materi fisika tingkat SMA dan materi perguruan tinggi. Sedangkan penyajian materi dalam pembinaan olimpiade fisika SMP kurang mengkaji lebih mendalam terhadap materi-materi teori maupun paktek yang harus diberikan untuk menghadapi OSN.
Hasil temuan
Suardana, dkk (2009) dan Rai Sudiatmika, dkk (2011) dalam pembinaan siswa untuk menghadapi olimpiade, guru pendamping masih mengandalkan tipe-tipe soal yang ada di buku-buku SMP, kurang bersifat aplikatif kearah pemecahan masalah. Masih kurangnya sumber belajar terutama materi fisika yang berorientasi OSN yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya kemungkinan disebabkan oleh masih kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan asesmen tersebut. Sebagai dampaknya guru dan siswa hanya mengandalkan buku-buku yang mereka miliki yang tak jauh beda dengan buku regular mereka di sekolah, tanpa pendalaman materi berorientasi OSN dan strategi pemecahan masalah. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembinaan adalah faktor pendidikan dan spesialisasi bidang studi guru pembina. Seperti di tiga SMP N di kota Tabanan kualifikasi pendidikan guru berlatar belakang fisika (Pendidikan Fisika atau Fisika murni) adalah 37,5% (6 orang dari 16 orang guru sains) juga sangat menentukan tingkat keberhasilan guru dalam pemahaman materi seminar ini. Banyak guru yang tidak berlatar belakang pendidikan fisika atau ilmu fisika membina kegiatan olimpiade fisika, dan sebaliknya. Ungkapan-ungkapan ini sangat relevan dengan hasil perolehan data kemapuan peserta pelatihan dalam penerapan strategi pemecahan masalah terutama dalam tahap membuat penyelesaian soal-soal dan tahap pengembangannya. Rata- rata baru 55% (Rai Sudiatmika, dkk, 2011; Suardana, dkk,
2009)
peserta
yang
mampu
menyelesaikan
soal-soal
dan
mampu
mengembangkan soal-soal yang telah dibuat dengan cukup baik setelah mengetahui teknik ini diberikan. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di SMP di kabupaten Tabanan, khususnya dalam pembinaan olimpiade fisika terdapat berbagai permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan perlu dicermati, sebagai berikut.
8
1)
Pihak sekolah (guru pembina) belum dapat menyediakan materi ajar, latihan soal-soal dan pemecahannnya yang relevan dengan tuntutan OSN. Siswa masih mengandalkan buku-buku SMP yang telah digunakannya untuk memperdalam materi, latihan soal, padahal karakteristik soal olimpiade berbeda dengan soal ujian sekolah, 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut kemampuan
berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem
evaluasi menggunakan passing grade. 2) Penyajian materi dalam pembinaan olimpiade sains kurang mengkaji lebih mendalam terhadap materi teori maupun praktek yang harus diberikan untuk menghadapi tahapan pelaksanaan OSN. Hal ini disebabkan padatnya materi fisika yang harus diselesaikan di sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dampaknya adalah para
siswa akan merasa kewalahan pada saat mereka
berhadapan dengan sosl-soal tipe olimpiade yang mempunyai tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, bahkan lebih mengacu pada pendalaman materi pada tingkat lebih lanjut, seperti materi-materi fisika tingkat SMA dan PT. Di samping itu masih kurangnya kemampuan akademik sebagian besar guru pendamping dalam menyelesaikan dan mengembangkan soal-soal OSN tahuntahun sebelumnya juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal OSN. Mengingat guru adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran maka mereka harus mampu sebagai seorang fasilitator dan mediator pembelajaran. Berkaitan dengan materi olimpiade fisika sesuai silabus OSN dititikberatkan pada pengoptimalan kapabalitas
lebih
keterampilan intektual siswa,
terutama keterampilan pemecahan masalah yang bertujuan untuk melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi mencakup
(1) critical thinking
meliputi (kemampuan
menguji, menghubungkan, mengevaluasi aspek-aspek situasi atau memfokuskan masalah pada bagian-bagian masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, menentukan jawaban yang rasional, menentukan simpulan yang valid, dan menganalisis serta mengadakan refleksi), dan (2) creative thinking meliputi (kemampuan menghasilkan produk yang
9
original, efektif, dan kompleks; mensintesis; menggeneralisasi; dan mengaplikasikan ide-ide). Keterampilan berpikir ini akan berkembang dan bisa dimiliki oleh siswa apabila dalam kegiatan pembelajaran mereka dilatih belajar dalam kegiatan pemecahan masalah. Berpikir kreatif merupakan kelanjutan dari proses berpikir kritis. menggambarkan tingkatan keterampilan berpikir sebagai berikut. Siswa hendaknya melatih keterampilan memecahkan masalah, untuk mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan analisis, keterampilan mengevaluasi dan keterampilan memetakan konsep adalah sebagian dari kemampuan berpikir yang atributnya dapat ditanamkan dalam pembelajaran. Sasaran hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi menetapkan pencapaian siswa yang memerlukan informasi aplikasi, analisa, sintesis, dan evaluasi. Terdapat berbagai strategi pemecahan masalah dalam fisika yang diusulkan oleh para ahli tetapi pada prinsipnya strategi yang diusulkan oleh para ahli tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu: analisis masalah, merencanakan solusi, menyelesaiakan rencana solusi, dan mencek dan mengevaluasi solusi (Tao, 2001). Berdasarkan uraian di atas diharapkan seorang guru pembina olimpiade dapat menyediakan siswanya soal-soal yang mampu melibatkan siswa menggunakan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, proses-proses berpikir, keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan pengetahuan isi dengan berpikir untuk memahami fenomena dunia nyata.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut. 1. Kompetensi para guru pembina OSN fisika SMP di kota Tabanan dalam menyusun dan mengembangkan materi ajar berorientasi OSN yang dilengkapi soal-soal dan pemecahannya dapat ditingkatkan melalui kegiatan pendampingan ini. 2. Para guru Pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan peserta pelatihan memberikan respon postif terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan ini.
10
1.3 Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini sebagai berikut. 1)
Meningkatkan kompetensi guru pembina olimpiade OSN fisika SMP di kota Tabanan untuk menyusun materi fisika yang berorientasi OSN yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya..
2)
Meningkatkan
respon
para
peserta
pelatihan
terhadap
pelaksanaan
pendampingan penyusunan asesmen OSN fisika
1.4 Manfaat Kegiatan Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi positif terhadap usaha peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan fisika di jenjang SMP. Secara eksplisit kontribusi hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) Para guru pembina OSN fisika memperoleh pendalaman materi-materi fisika dalam tataran OSN sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademiknya dalam membina siswanya dalam persiapan menghadapi OSN fisika. 2) Tersedianya materi ajar yang dilengkapi soal-soal dan pemecahannya yang akan dapat digunakan oleh para guru pembina melatih siswanya dalam persiapan menghadapi OSN.Fisika
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Pelajaran Fisika dan Peranan Guru dalam Pembelajaran Mata pelajaran fisika yang termasuk salah satu pelajaran sains (IPA)
memiliki karakteristik sangat kompleks. Belajar fisika melibatkan kemampuan dan keterampilan interpretasi fisis, tranformasi besaran dan satuan, logika matematis, dan kemampuan numerasi yang akurat. Karakteristik pelajaran semacam itu mestinya secara tidak langsung menggiring para praktisi untuk kreatif dan antisifatif terhadap keefektifan akan pembelajarannya di sekolah. Oleh karena itu, para guru perlu memperhatikan tiga wawasan berpikir tentang belajar dan mengajar fisika yaitu: (1) to present subject matter is not teaching, (2) to store stuff away in the memory is not learning, and (3) to memorize what is stored away is not proof of understanding. Guru fisika diharapkan dapat mengubah pandangan dan metode mengajarnya dalam mengajar, sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar fisika. Tujuan pembelajaran fisika bukan hanya menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori yang mapan, tetapi juga mengembangkan kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan memperbaharui kembali praktek dan kemampuan penalarannya dalam rangka mengkonstruksi pemahaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dianjurkan untuk kreatif dalam mengembangkan aktivitas yang dapat mendorong para siswa
membangun pengetahuan dan
pemahaman mereka. Guru hendaknya menyediakan prosedur pembelajaran yang dapat membantu para siswa untuk memformulasikan kembali informasi baru atau merestrukturisasi pengetahuan
awal
mereka
melalui
penyediaan
inferensi
informasi
baru,
mengelaborasi informasi tersebut secara mendetail, dan membangkitkan hubungan antara informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal siswa. Hal ini dapat dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasan, pengemasan rancangan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi fisika dan karakteristik pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam pembelajaran fisika di kelas. Strategi pembelajaran fisika berbasis keterampilan berpikir siswa sangat tepat untuk
12
pembelajaran fisika yang memiliki karakterstik yang sangat kompleks. Peranan guru dalam pembelajaran berbasis keterampilan berpikir adalah sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator dalam pemerosesan kognitif siswa. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif dan metakognitif. Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa. Sebagai mediator proses-proses kognitif siswa, guru memandu mengetengahi antar
siswa,
membantu
para
siswa
memformulasikan
pertanyaan
atau
mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir keras.
2.2 Hubungan Pengetahuan Bidang Studi dengan Berpikir Teori-teori kognitif (Marzano et al, 1988) meyakini bahwa keterampilan berpikir merupakan satu kesatuan dengan bidang studi (content), karena bidang studi sangat
terkait
dengan
kognisi. Karenanya,
penting adanya
upaya
untuk
mengintegrasikan pembelajaran keterampilan berpikir dengan pembelajaran bidang studi. Dalam hal ini, bidang studi dapat dianggap sebagai pendekatan alternatif untuk penyelidikan. Pembelajaran menghubungkan pengetahuan bidang studi dengan berpikir ditujukan untuk perbaikan miskonsepsi dan pemahaman konsep. Hendaknya
13
dibedakan antara penguasaan konsep dan pemahaman konsep. Penguasaan konsep tidak menjamin terjadinya transfer belajar dan pemahaman untuk diterapankan di dunia nyata (Bransford dalam Santyasa, 2004). Sedangkan pemahaman konsep diyakini dapat menjamin transfer belajar dan pemahaman tersebut di dunia nyata. Pemahaman dicirikan oleh kemampuan seseorang untuk mengemukakan gagasan, perspektif, solusi, dan produk mereka yang siap direnungkan, ditinjau, dikritik, dan digunakan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya lebih mengutamakan proses dan keterampilan berpikir, seperti: mendefinisikan dan menganalisis masalah, memformulasikan prinsip, mengamati, mengklasifikasi dan memverifikasi. Terdapat perbedaan yang tajam cara belajar antara ahli dan siswa. Para ahli memperoleh pengetahuan melalui proses mental dan pendekatan penyelidikan. Para ahli mengoranisasikan pengetahuannya di sekitar konsep-konsep kunci yang menghasilkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip dasar. Berbeda dengan para siswa, mereka membutuhkan pembelajaran mengaitkan bidang studi dalam berpikir dan pembelajaran melalui strategi-strategi kognitif untuk menuju pemahaman konseptual. Hal ini sekaligus untuk melakukan perbaikan miskonsepsi yang mungkin dialami siswa. Pengetahuan awal yang berlabel miskonsepsi merupakan penghalang siswa mengembangkan skemata. Roth dan Roychoudhury (1994) menemukan bahwa para siswa kesulitan merubah miskonsepsi mereka karena kesalahan pemerosesan informasi, antara lain: terlalu yakin dengan pengetahuan awalnya, terlalu yakin dengan kata-kata dalam teks, tidak mengaitkan fakta-fakta dalam teks, memisahkan pengetahuan bidang studi dengan pengetahuan dunia nyata. Roth dan Roychoudhury (1994, dalam Suardana, 2002) juga menyatakan bahwa para siswa yang lebih siap mengalami perubahan konseptual adalah mereka yang: sadar akan pernyataan-pernyataan kunci dalam teks yang tidak koheren dengan pengetahuan awal mereka, mengenal konsep-konsep utama dalam teks, menyadari konflik antara penjelasan teks dan miskonsepsinya sendiri serta rela menghapus miskonsepsinya untuk memecahkan konflik tersebut, menyadari bahwa teks mengarahkan perubahan dalam berpikir mereka sendiri mengenai pengetahuan dunia nyata, menyadari penjelasan tertentu dalam teks yang membingungkan sebagai akibat konflik dengan keyakinan mereka sebelumnya, dapat menggunakan ide-ide
14
teks untuk menjelaskan fenomena dunia nyata.
2.3 Strategi Pemecahan Masalah dan Kompetensi Dasar Fisika
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu alat utama dalam pengajaran fisika (Heller, et al,1992). Sebagai suatu alat, pemecahan masalah digunakan untuk memperdalam pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama, dan membantu pebelajar untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsipprinsip itu pada berbagai persoalan. Tujuan utama pengajarn fisika
adalah
membantu siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dan bagaimana menerapkannya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian pemecahan masalah merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran fisika ( Tao, 2001). Dalam praktek, pembelajaran fisika selalu dimulai dengan penjelasan materi pelajaran dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, kemudian disertai dengan contoh-contoh pemecahan masalah, dan diakhiri dengan latihan memecahkan masalah baik di kelas maupun di rumah. Permasalahan-permasalahan itu biasanya dalam bentuk kualitatatif, atau kuantitatif, atau gabungan dari keduanya. Terdapat berbagai strategi pemecahan masalah dalam fisika yang diusulkan oleh para ahli seperti Tao (2001). Pada prinsipnya strategi yang diusulkan oleh para ahli tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu: analisis masalah, merencanakan solusi, menyelesaiakan rencana solusi, dan mencek dan mengevaluasi solusi. Depdiknas (2003) menyatakan kompetensi adalah kemampuan secara umum yang harus dimiliki seorang lulusan atau merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih kompeten, atau memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melaksanakan tugas. Dalam pembelajaran, definisi tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa penilaian hasil belajar haruslah memenuhi kompetensi dan standar tertentu. Kompetensi dasar merupakan pengetahuan minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
15
bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu, sedangkan kompetensi dasar mata pelajaran fisika dalam KTSP adalah mengandung pengetahuan dalam materi, sejumlah kemampuan atau keterampilan, sikap atau nilai ilmiah Siswa diharapkan dengan kompetensi dasar memiliki kemampuan seperti apa yang harus dipahami, merencanakan atau melaksanakan percobaan, memilih, mengkomunikasikan, menyempurnakan pertemuan, serta kemampuan mengapresiasikan atau menghargai sesuatu. Kompetensi dasar fisika mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif) membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi, keterampilan (psikomotor) berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik, serta sikap (afektif) berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, dan apresiasi (penghargaan). Penilaian kognitif semata-mata menilai sejauh mana siswa memiliki pengetahuan fakta, konsep, dan teori. Penilaian afektif adalah penilaian yang mengukur sejauh mana sikap dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian psikomotor adalah mengukur kemampuan keterampilan siswa dalam bekerja ilmiah, mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan seperti kegiatan praktikum. Penilaian terhadap kompetensi perlu dilakukan secara obyektif, berdasarkan kinerja siswa, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sebagai hasil belajar. Penilaiannya dapat berbentuk tes tulis, kinerja, dan portofolio. Dengan demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaiannya tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.
16
BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah dari kegiatan P2M ini, disajikan pada bagan Gambar 01. ANALISIS KEBUTUHAN Mengidentifikasi tipe-tipe soal olimpiade fisika untuk 5 tahun terakhir Mengkaji silabus OSN Fisika
PELATIHAN Penyegaran materi fisika tingkat lanjut Menyusun kisi-kisi soal berdasarkan indikator hasil belajar dalam silabus Menyusun draf materi ajar OSN fisika dan soal-soal dan pemecahannya
IMPLEMENTASI Menyusun dan mendokumentasikan hasil pelatihan berupa draf materi ajar OSN fisika dan soal-soal dan pemecahan-nya
EVALUASI PROGRAM Melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat yang dipandu oleh narasumber Membuat solusi dari soal yang telah teruji Mendokumentasikan soal dan solusinya
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemecahan Masalah Kegiatan P2M
Berdasarkan bagan pada Gambar 01, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pendampingan penyusunan asesmen fisika berbasis OSN ditempuh dengan langkah-langkah, sebagai berikut. 1) Mengidentifikasikan soal-soal OSN Fisika untuk lima tahun terakhir, sebagai bahan dan acuan penyusunan asesmen 2) Mengkaji silabus OSN 3) Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian hasil belajar yang lebih ditekankan pada penggunaan konsep, teori, hukum untuk memecahkan masalah 4) Membuat kisi-kisi dan kartu soal berdasarkan cakupan materi dalam silabus OSN
17
5) Melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat dan nara sumber. 6) Memilih soal yang telah teruji 7) Membuat solusi dari soal yang telah teruji 8) Mendokumentasi soal dan solusinya
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pendampingan, dengan tahapan sebagai berikut. a. Informasi, tanya jawab, dan diskusi Metode ini dimaksudkan untuk memperdalaman dan pemahaman wawasan guru
pembina tentang tipe-tipe soal-soal fisika berbasis OSN dan cara
pemecahannya dengan strategi pemecahan masalah. Pemberian informasi melalui diberikan oleh nara sumber dari tim pembina olimpiade fisika provinsi Bali dan melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha b. Latihan dan Praktek Metode ini dimaksudkan untuk merealisasikan teori yang diperoleh melalui infomasi, tanya jawab dan diskusi, sehingga keterampilan guru pembina dapat ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, peserta secara bersama-sama dalam bentuk kerja kelompok menyusun soal-soal tipe olimpiade fisika dan solusinya. Dalam kegiatan pendampingan ini secara langsung dibimbing oleh nara sumber sumber dari tim prmbina olimpiade fisika provinsi Bali dan melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha. 3.3 Keterkaitan Instansi-instansi yang terkait dengan kegiatan ini adalah sebagai berikut. 1. . Disdikpora kabupaten Tabanan yang bertanggung jawab langsung terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di kabupaten Tabanan. Secara tak langsung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
akan
merasakan
manfaat kegiatan ini, karena kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran fisika. 2. Universitas Pendidikan Ganesha yang merupakan instansi dari tim pengabdian
18
sebagai penghasil tenaga pendidik. 3. Sekolah-sekolah SMP N
di kota Tabanan, dimana
para gurunya mendapat
pelatihan langsung dalam kegiatan P2M ini.. Kegiatan ini akan bermanfaat langsung
bagi sekolah-sekolah yang bersangkutan, karena setelah mengikuti
kegiatan ini para guru akan langsung menerapkan pengetahuan, keterampilan serta pengalamannya di sekolah tersebut.
3.4 Khalayak Sasaran Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa muara dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika menuju olimpiade fisika. Terkait dengan hal ini, khalayak sasaran yang strategis dan tepat untuk dilibatkan dalam kegiatan ini adalah semua guru pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan (SMP N 1, SMP N 2, dan SMP N 3), yang berjumlah 21 orang.
3.5 Teknik Evaluasi dan Analisis Data
3.5.1 Prosedur dan Alat Evaluasi Data yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah kompetensi pengembangan produk-asesmen
fisik. Data dikumpulkan teknik observasi, teknik pencatatan
dokumen, dan teknik angket dan wawancara.
3.5.2 Analisis Data Semua data dalam kegiatan ini dianalisis secara deskriptif dan interpretatif. Penyimpulan didasarkan pada kriteria keberhasilan yang diacu sebagai dasar mengambil keputusan dalam kegiatan ini didasari oleh standar penilaian yang digunakan untuk masing-masing data yang akan dikumpulkan. 1)
Data kompetensi guru Pembina OSN fisika dalam mengembangkan materi
ajar soal-soal dan pemecahannya menyelesaiakan soal-soal olimpiade fisika serta pengembangannya dianalisis secara deskriptif dengan jenjang kualifikasi yang dikategorikan berdasarkan rerata skor ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dengan lima kategori : Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB),
19
Kurang Baik (KB) dan Sangat Kurang Baik (SKB) (Nurkancana & Sunartana, 1992) ; dengan rubrik penilaiannya ditunjukan pada Tabel 01.
Tabel 1. Rubrik Penilaian Pengembangan Asesmen Fisika Skor
Kriteria
5
Lengkap, referensis, ilmiah, menekankan pemecahan masalah
4
Lengkap, referensis, ilmiah, kurang menekankan pemecahan masalah
3
Lengkap, referensis, tidak ilmiah, kurang menekankan pemecahan masalah
2
Lengkap, tidak referensis, tidak ilmiah, tidak menekankan pemecahan masalah
1
Tidak lengkap, tidak referensis, tidak ilmiah, tidak menekankan pemecahan masalah
2) Data respon peserta pelatihan dianalisis secara deskriptif dengan jenjang kualifikasi berdasarkan rerata skor ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dengan lima kategori: Sangat Positif (SP), Positif (P), Cukup Positif (CP), Kurang Positif (KP) dan Sangat Kurang Positif (SKP) (Nurkancana & Sunartana, 1992), seperti ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Penggolongan Respon Para Peserta Pelatihan. Skor
Kualifikasi
MI + 1,5 SDI X
Sangat positif (SP)
MI + 0,5 SDI X < MI + 1,5 SDI
Positif (P)
MI - 0,5 SDI X < MI + 0,5 SDI
Cukup positif (CP)
MI - 1,5 SDI X < MI – 0,5 SDI
Kurang positif (KP)
X < MI- 1,5 SDI
Sangat kurang positif (SKP)
3.5.3 Indikator Keberhasilan Program Indikator lain sebagai keberhasilan pelaksanaan kegiatan P2M yang disesuaikan dengan rumusan masalah di atas, sebagai berikut. 1) Kemampuan guru pembina OSN Fisika SMP di kota Tabanan untuk
20
mengembangkan materi ajar OSN Fisika yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya minimal berkategori Cukup Baik (CB) sebesar 70%. 2) Respon guru pendamping peserta pelatihan yang memiliki respon minimal berkategori positif (P) terhadap pelaksanaan kegiatan sebesar 70%.
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan terprogram, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rincian Kegiatan P2M tahun 2012 No 1
Kegiatan
Sosialisasi program 2012 dengan menyampaikan dan menindaklanjuti hasil yang dicapai pada pelaksanaan P2M 2011
Pemberian informasi, diskusi dan tanya jawab seputar soal-soal fisika berorientasi OSN
2
3
Pemberian pre-tes pada peserta
Pendampingan penelahan silabus fisika OSN 2012
Pemetaan soal-soal OSN dari tahun 2008 s.d 2012
Seminar dan lokakarya teknik penyusunan dan pengembangan asesmen fisika yang berorientasi OSN
Latihan dan praktek penyusunan asesmen fisika beorientasi OSN untuk beberapa pokok bahasan dan pengembangan
Evaluasi, pemberian post-tes, dan pemberian angket serta wawancara
Sebelum kegiatan inti dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan sosialisasi program 2012, dengan menyampaikan hasil yang refleksi kegiatan P2M 2011 di Kabupaten Tabanan (Rai Sudiatmika, dkk, 2011) serta informasi, diskusi dan tanya jawab seputar soal-soal fisika berorientasi OSN, serta penelahan silabus fisika OSN 2012, memetakan soal-soal OSN dari tahun 2008 s.d 2012 dan pemberian pre-tes. Kegiatan inti dilaksanakan dalam bentuk pendampingan melalui kegiatan seminar dan lokakarya yang diselenggarakan selama satu hari penuh pada hari Sabtu pada tanggal 27 Oktober 2012 dari pukul 08.00 – 17.00 WITA. Kegiatan ini
22
melibatkan 21 orang guru fisika SMP N di kabupaten Tabanan (17 orang guru sains di kota Tabanan dan 4 orang guru sains berasal dari luar kota Tabanan). Kegiatan ini dipusatkan di SMP N 2 Tabanan. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Kepala SMP N 2 Tabanan, atas seijin Tim Monev Internal LPM sebagai wakil Ketua LPM Undiksha. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan momen yang sangat penting
bagi para guru untuk meningkatakan
kemampuannya sebagai calon pembina olimpiade fisika SMP agar dapat dihasilkan siswa yang cerdas dan kompetitif yang mampu bersaing baik di tingkat nasional dan intenasional, mengingat propinsi Bali adalah salah satu propinsi yang sangat diperhitungkan mutu lulusannnya di tingkat nasional. Momen melalui seminarlokakrya seperti ini sangat jarang dilakukan, sehingga para guru dapat mengikuti kegitan ini dengan baik, dan natinya pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan untuk mengembangkan diri mereka tentunya sebagai calon-calon pembina fisika SMP di sekolah mereka masing-masing. Tepat pukul 09.00 WITA, Ibu Dr. A.A.I.A Rai Sudiatmika (didampingi tim pelaksana P2M) dari Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha mempresentasikan makalahnya dengan judul “ Teknik penyusunan asesmen fisika berorientasi OSN”. Presentasinya diawali dengan menyampaikan teori dan praktek asesmen sains, kemudian dilanjutkan model asesmen yang dikembangkan khususnya untuk mata ajar fisika yang berorientasi OSN yang menitik beratkan karaketeristik soal-soal OSN: 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem evaluasi menggunakan passing grade. Dalam penyampaian makalahnya, nara sumber menekankan langkahlangkah yang ditempuh dalam penyusunan asesmen fisika berbasis OSN, sebagai berikut. 1) Mengkaji silabus OSN 2) Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian hasil belajar yang lebih ditekankan pada penggunaan konsep, teori, hukum untuk memecahkan masalah
23
3) Membuat kisi-kisi dan kartu soal berdasarkan cakupan materi silabus OSN 4) Melalui diskusi pleno, melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat dan nara sumber 5) Memilih soal yang telah teruji 6) Membuat solusi dari soal yang telah teruji 7) Mendokumentasi soal dan solusinya
Diakhir presentasinya, diberikan cara mengembangkan soal-soal OSN dengan cara pemetaan soal OSN dari tahun ke tahun agar para guru tahu bagaiamana cara mengembangkan berdasrkan soal-soal yang telah ada. Satu jam ke depan diisi dengan seison tanya jawab seputar materi seminar. Ada beberapa pertanyaan terungkap dari peserta pelatihan yang pada intinya mengungkapkan kesulitan dalam menyusun dan mengembangkan soal-soal fisika berorientasi OSN karena beberapa alasanmasih antara lain: 1) masih sulitnya para guru memperoleh/mengakses informasi seputar soal-soal fisika,
2) sulitnya
mempredeksi soal-soal olimpiade yang memang memiliki karaketeristik berbeda dan tingkat kesukaran yang lebih dibandingkan dengan soal-soal fiiska umumnya, dan 3) keterbatasan kemampuan guru dalam pemahaman materi aplikasi. Beberapa saran dan kritik juga terungkap dalam sesion tanya jawab ini adalah 1) kegiatan model ini dapat dijadikan program rutin bagi jurusan Pendidikan Fisika, tidak semata diadakan bila ada proyek penelitian/pengabdian, karena kegiatan model ini dapat dijadikan ajang bagi para guru dan dosen untuk bersama-sama melakukan kajian lebih mendalam tentang prediksi dan pemecahan soal-soal olimpiade yang secara langsung dapat membantu kesulitan guru dalam pembinaan olimpiade, 2) mengharapkan jurusan Pendidikan Fisika sebagai fasilitator untuk melaksanakan kegiatan model ini dengan mendatangkan nara sumber dari pusat, seperti Prof. Yohanes Surya, Ph.D selaku Ketua TOFI Indonesia, dengan harapan diperolehnya strategi yang lebih jitu dalam menghadapi seleksi olimpiade baik tingkat kabupaten-kota, propinsi, nasional dan internasional. Terhadap pertanyaan, saran dan kritik di atas, nara sumber memberikan tanggapan sebagai berikut. Khusus untuk pembinaan menuju olimpiade fisika, sebaiknya dibentuk club-club fisika yang keanggotaannya terdiri dari siswasiswa yang memang berminat dan mencintai fisika, karena jika minat fisika siswa
24
dapat ditumbuhkan maka fisika akan merupakan “kebutuhan” bagi siswa bukan sekedar “kewajiban” untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kegiatan ini jangan dijadikan ajang bisnis, dengan kata lain keanggotaan club ini tidak mesti banyak orang. Peningkatan kemampuan akademik guru juga perlu ditingkatkan sebagai pembina di sekolah mereka masing-masing, dengan harapan melalui peningkatan kemampuan akademik ini guru akan lebih mampu mempredikasi dan mampu melakukan pengembangan soal-soal olimpiade dan dapat menggunakan strategi pemecahan masalah dengan baik. Terhadap kritik dan saran, akan diupayakan bahwa jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Undiksha menjadikan model kegiatan ini sebagai program
rutin
jurusan,
termasuk
fasilitator
bagi
guru
pembina
dalam
mengembangkan diri dan membantu guru dalam kendala pemecahan masalah fisika. Setelah makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan sesion mengidentifikasi soal-soal fisika OSN, teknik penyusunan dan tahap pengembangannya dan diakhiri dengan penyampaian hasil dari wakil peserta. Sebagai akhir dari kegiatan ini adalah acara penutupan, yang ditutup oleh Ketua Pelaksana P2M dari kegiatan ini atas seijin Tim Monev Internal LPM Undiksha.
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan ini menunjukan secara umum kemampuan peserta pelatihan dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN mengalami peningkatan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan sebelum mereka mendapat pelatihan model ini. Hal ini terlihat dari hasil diskusi selama penyajian makalah, di mana hampir sebagian besar peserta pelatihan mengungkapkan mereka sangat senang diberikan teknik dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN. Di samping itu juga terungkap masih kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan strategi pemecahan masalah karena tidak tahunya guru tentang startegi pemecahan masalah model ini. Dalam menyelesaikan soal-soal yang diajarkan pada siswa, guru masih menerapkan model penyelesaian soal secara konvensional, dengan menuliskan : diketahui, ditanya, dan jawab, tanpa pernah mengajak siswa untuk memaknai soal lebih lanjut, apalagi menggolongkan
25
soal-soal tersebut ke dalam masalah akademik dan masalah dunia nyata. Seorang guru pembina olimpiade seharusnya dapat menyediakan siswanya soal-soal yang mampu melibatkan siswa menggunakan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, proses-proses berpikir, keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan pengetahuan isi dengan berpikir untuk memahami fenomena dunia nyata. Hal lain yang terungkap adalah faktor pendidikan dan spesialisasi bidang studi guru juga sangat menentukan tingkat keberhasilan guru dalam pemahaman materi seminar ini. Banyak guru yang tidak berlatar belakang pendidikan fisika atau ilmu fisika membina kegiatan olimpiade fisika, dan sebaliknya. Ungkapan-ungkapan ini sangat relevan dengan hasil perolehan data kemapuan peserta pelatihan dalam teknik dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN, terutama dalam tahap membuat penyelesaian soal-soal dan tahap pengembangannya. Rata- rata baru 55% peserta yang mampu menyelesaikan soal-soal dan mampu mengembangkan soal-soal yang telah dibuat dengan cukup baik setelah mengetahui teknik ini diberikan. Hasil pelaksanaan kegiatan ini diharapkan memberikan imbas positif terhadap pelaksanaan pembinaan olimpiade fisika di sekolah mereka masing-masing sehingga diharapkan wakil Bali dalam bidang fisika makin banyak kuantitas dan kualitasnya yang mampu berperan baik di tingkat nasional dan internasional. Respon para guru Pembina OSN sangat positif terhadap model kegiatan ini sangat positif, apalagi para guru yang jauh dari Perguruan Tinggi yang terlibat dalam kegiatan pembinaan OSN tingkat provinsi Bali. Ini terbukti dari keikutsertaan para guru Pembina OSN dalam kegiatan P2M. Berdasarkan undangan yang telah diedarkan dengan cakupan guru-guru sains di kota Tabanan (SMP N 1, SMP N 2, dan SMP N 3 Tabanan) yang direncanakan hanya 12 orang guru sains ternyata setelah dilaksanakan kegiatan ini P2M ini dikuti oleh 21 orang guru sains dengan 4 orang guru sains berasala dari luar kota Tabanan , yaitu 2 orang guru sains dari SMP N 2 Kediri, 1 orang guru sains dari SMP N 5 Baturiti, dan 1 orang guru sains dari SMP 1 Baturiti (lampiran daftar hadir). Mereka berharap model kegiatan P2M ini agar dilaksanakan secara regular sehingga pola pembinaan yang dilakukan guru-guru di sekolahnya dapat ditingkatkan kualitas karena para guru secara regular memperoleh penyegaran, apalagi kegiatan model yang telah dilakukan ini hanya mengkontribusikan pikiran dana tenaga, tanpa dipungut dana.
26
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Kompetensi para guru pendamping pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan dalam penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN dapat ditingkatkan setelah kegiatan pendampingan ini dilaksanakan. 2) Respon guru-guru pendamping pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan sangat positif terhadap pelaksaaan kegiatan ini.
5.2 Saran-saran.
Beberapa hal yang disarankan dari hasil kegiatan ini, sebagai berikut. 1) Guru-guru
pendamping
pembina
olimpiade
fisika
hendaknya
lebih
memantapakan pemahamannya tentang pemahamn materi fisika berorientasi dan lebih mengajarkan strartegi pemecahan masalah dalam pembinaan olimpiade fisika anak didiknya. 2) Melihat antusias keikutsertaan para peserta perlu diupayakan langkah yang lebih konkrit terutama oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan dengan bekerja sama dengan jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Undiksha untuk melakukan kegiatan pelatihan model ini secara terprogram dalam upaya meningkatakan kualitas dan kuantitas siswa-siswa SMP meraih tiket sebagai peserta olimpiade tingkat nasional dan internasional
27
Daftar Pustaka Depdiknas. 2003. Penilaian Hasil Belajar: Jakarta: Depdiknas Disdikpora. 2008. Laporan Pelaksanaan OSN 2008. Denpasar: Provinsi Bali Disdikpora. 2009. Laporan Pelaksanaan OSN 2009. Denpasar: Provinsi Bali Disdikpora. 2010. Laporan Pelaksanaan OSN 2009. Denpasar: Provinsi Bali Finegold, M & Mass, R. (1985). Diffrences in Processes of Solving Physics Problems Between Good Physics Problem Solver and Poor Physics Problem Solver. Research in Science and Technological Education. Vol. 3. Garrett, R.M. Satterly, D. Gill Perez, D. & Marttinez Torregosa, J. 1990. Turning Exercises into Problem: An Experimental Studi With Teachers in Training. International Journal of Science Education Vol. 12, No. 2. Kibbel, 1999. How do you approach a physics problem? Physics Education Vol 34 (2). Nurkancana, W. dan Sunartana, PPN. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Reif, F. 1995. Milikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. Vol 63, No.1, January, 1995. Suardana, I.K., dkk. 2006. Pelatihan Strategi Pemecahan Masalah Menuju Olimpiade Fisika Bagi Guru-guru SMA di kota Singaraja. Laporan P2M. Undiksha Suardana, I.K. ,dkk. 2009. Pendampingan Penyusunan Materi Ajar Fisika Berbasis Olimpiade Bagi Guru SMP di Kecamatan Mengwi Laporan P2M. Undiksha Suardana, I.K. 2010. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah Dengan Setting GI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Fisika Dasar 4. Laporan Penelitian. Undiksha Rai Sudiatmika. dkk. 2011. Pelatihan Penerapan Strategi Pemecahan Masalah dan Penyegaran Materi Menuju Olimpiade Fisika Bagi Guru-guru SMP di Kabupaten Tabanan. Laporan P2M. Undiksha Tao. Ping-Kee. (2001). Confronting Student Wiyh Multiple Solutions to Qualitative Physics Problem. Physics Education Vol 37, No.2, March. 2001
28
Lampiran 01. Nomor : 02/Pan-FIS.P2M/2012 2012 Lamp : Perihal : Pemberitahuan Pelaksanaan P2M DIPA TA. 2012
Singaraja, 23 Oktober
Kepada Yth. Bapak Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha diSingaraja Dengan hormat, Melalui surat ini kami tim pelaksana P2M DIPA Tahun Anggaran 2012 Judul
: Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis OSN Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan
Ketua Pelaksana : I Kade Suardana, S.Pd,M.Si (Pend.Fisika/FMIPA) akan menyelenggarakan kegiatan P2M pada Hari, tanggal Pukul Tempat Acara
: : : :
Sabtu, 27 Oktober 2012 09.00 WITA - selesai SMP Negeri 2 Tabanan Terlampir
Melalui pemberitahuan ini kami mengharapakan Bapak Ketua LPM Undiksha dan staf dapat memantau dan memonitoring pelaksanaan kegiatan yang kami selenggarakan ini. Atas perhatiannya Bapak kami ucapkan terimakasih
Ketua Pelaksana
I Kade Suardana, S.Pd, M.Si NIP.196812071994031002
29
Susunan Acara Pelaksanaan P2M pada tanggal 27 Oktober 2012 di SMP N 2 Tabanan
No
Waktu
Acara/Kegiatan
1.
08.00-08.30 WITA
Persensi
2.
08.30-09.00 WITA
Pembukaan
3.
09.00-09.30 WITA
Snack
4.
09.30-12.30 WITA
Penyajian makalah, diskusi
5.
12.30-13.00 WITA
Rehat
6.
13.00-16.30 WITA
Lokakarya
7.
16.30-17.00 WITA
Penutupan
30
Lampiran 02. Dokumentasi
Gambar 01. Lab IPA SMPN 2 Tabanan, Tempat Berlangsung Kegiatan P2M
Gambar 02. Pemakalah Dr. A.A.I.A. Rai Sudiatmika M.Pd dari Jurusan Pendidkan Fisika FMIPA Undiksha
31
Gambar 03. Materi Yang Disampaiakan Pemakalah dalam Kegiatan P2M
32
33
Gambar. 05. Para peserta pelatiahan kegiatan P2M
34
Lampiran 03. Lembar hasil monev LPM Undiksha dan Surat Keterangan SMP N 2 Tabanan LEMBAR MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Judul
: ………………………………………………………. ………………………………………………………. ……………………………………………………….
2. 3. 4. 5. 6.
: ………………………………………………………. : ……………………………………………………… : ………………………………………………………. : ………………………………………………………. : ………………………………………………………
Bentuk Kegiatan Sasaran/Subjek Penanggung Jawab Lokasi Kegiatan Tgl, Bln, Th Pelaksanaan
Sumber Dana dan besarnya ………………………………
Tahu Pelaksanaan ……………………..
Kerjasama dengan instansi lain ……………………………….
Nama Instansi ……………………
Hasil monitoring (uraiakan dengan menggunakan kreteria, indicator dan tolak ukur yang digunakan sesuai dengan proposalnya)
Saran Komentar/Catatan
Singaraja, ……………………….. Petugas Monitoring ………………………………….. NIP.