Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
FENOMENA GEN X DAN TANTANGANNYA DI TEMPAT KERJA Oleh :
Sugembong - Star Energy Sudarmoyo - UPN ”Veteran”
ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, akhir-akhir ini kita merasakan bagaimana sulitnya memotivasi anak-anak kita untuk meraih sukses, demikian juga kita merasakan bagaimana sulitnya memotivasi karyawan untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Sering perintah atau anjuran tersebut terasa berlalu begitu saja tanpa hasil. “Nggak nyambung, nggak connect” kata mereka. Kalau sudah begitu apa yang terjadi selanjutnya ? mereka akan bekerja dalam dunianya masing-masing, dengan cara mereka sendiri. Teknologi terus berkembang dengan cepat, globalisasi melanda dunia dengan segala implikasinya. Orang bisa berkomunikasi setiap saat, kapan saja, dimana saja tanpa ada batas waktu dan tempat, borderless. Mal dan plaza menggantikan pasar tradisional, Café menggantikan warung kopi. “Dugem” pun marak dimanamana menggantikan disco tradisional dari rumah ke rumah jaman dahulu. Handphone ditenteng tiap hari kemana-mana seolah olah tiada hari yang pas tanpa dia. Setiap hari kita jumpai gerombolan anak muda di “Star buck” yang mana jarang kita jumpai sebelumnya. Dunia telah berubah ! Perang Dunia II telah lama berlalu, generasi baby boomer mulai menyurut dan pensiun satu demi satu. Muncullah generasi baru, generasi X yang akan menggantikannya. Siapa Gen-X, bagaimana sifat dan tabiatnya, apa dampak keberadaan mereka di tempat kerja, dan bagaimana menanggulangi fenomena ini ? Semua akan dibahas dalam paper ini.
PENDAHULUAN Akhir-akhir ini banyak manager human resources merasakan kesulitan dalam mengelola tenaga kerjanya. Terutama mereka yang mempunyai talenta yang tinggi dan berkerier dengan baik pada suatu perusahaan tiba-tiba keluar. Berbagai caracara dan metoda untuk menahan pegawai telah dilakukan namun tidak sepenuhnya berhasil. Fenomena ini tidak hanya terjadi di perusahaan minyak yang akhir-akhir ini banyak eksodus dari perusahaan.
Kalau suatu perusahaan tidak mampu membendung eksodus tersebut, hal ini tidak hanya mengganggu kinerja saat ini namun juga kinerja jangka panjang perusahaan. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penulis mencoba mengamati dan menganalisa kejadian-kejadian tersebut melalui berbagai cara baik dari interviewinterview yang dilakukan terhadap pegawai yang akan masuk maupun yang akan keluar, diskusi dengan beberapa direktur, VP dan manajer human resources, studi referensi dan survei sederhana kepada kurang lebih 88 generasi muda.
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-44
PERUBAHAN GENERASI Dari buku ”Motivating the Workforce”, menunjukan bahwa setelah perang Dunia II berakhir terjadi peledakan penduduk dunia, jumlah bayi lahir meningkat sampai 3.5 juta pertahun yang sebelumnya berkisar dibawah 2.5 juta pertahun. Jumlah bayi lahir tersebut meningkat terus dari tahun ketahun hingga mencapai 4.5 juta setahun ditahun 1960 an yang kemudian menurun secara perlahan. Penduduk dunia yang lahir pada periode tersebut dikenal dengan sebutan ”Baby Boomer” Baby boomer tersebut saat ini menduduki posisiposisi penting didalam organisasi dan perusahaan, dimana usia mereka antara +/- 47 sampai dengan 62 tahun, usia yang matang untuk menduduki pada posisi puncak, bahkan diantara mereka sebagian sudah pada mulai pensiun, dimana usia pensiun dibeberapa negara seperti Indonesia 56 tahun. Secara alamiah beberapa posisi yang ditingggalkan oleh generasi tersebut harus digantikan oleh generasi berikutnya untuk menjaga kelangsungan kehidupan organisasi dan perusahaan. Generasi ini berbeda dengan generasi pendahulunya dari sifat dan sikap hidupnya. Hal ini bisa diamati dan dirasakan keberadaanya. Dari berbagai sumber dan beberapa ahli menamakan generasi ini dengan generasi X untuk membedakan dengan generasi Baby Boomer. Populasi tenaga kerja baby boomer saat ini mencapai 45% selebihnya terdiri dari : generasi tua (generasi yang lahir sebelum perang dunia II) 5% dan generasi muda 50%. Generasi muda ini terdiri dari generasi X dan generasi milenium. Generasi X yang lahir antara tahun 1960an sampai dengan 1980an dan generasi Y yang lahir setelahnya. Didalam dunia kerja saat ini, generasi baby boomer sangat dominan dan ”mengontrol” bisnis, etika kerja Baby Boomer hampir sama dengan generasi tua dimana keadaan perang saat itu sangat mempengaruhinya. Dimana mereka menciptakan dunia kerja dengan sistem komando yang kaku , hirarki diperlakukan dengan ketat. Promosi dan hadiah diberikan setelah yang bersangkutan mengabdi dan membuktikan dirinya mampu dan siap pada posisi lebih tinggi. Pegawai bekerja keras
untuk mencapai posisi dan jabatan yang penting dan tinggi. Mereka mempunyai definisi kesuksesan yang sama : meniti karier untuk mendapatkan penghargaan dan tanggung jawab yang lebih tinggi hingga mencapai posisi puncak. Dua asumsi umum yang sering dilakukan generasi ini kepada generasi barikutnya adalah : 1) Generasi berikutnya akan mengukur kesuksesan sama dengan generasi mereka. 2) Generasi tua percaya bahwa generasi yang lebih muda akan menjalani step (path) yang sama dengan mereka.
GENERASI X Pada saat generasi X lahir, mereka dibesarkan oleh generasi baby boomer dimana etika kerja generasi ini sangat kuat, kerja keras adalah jalan menuju sukses. Sehingga banyak waktu yang tersita ditempat kerja. Pada umumnya mereka bekerja mulai pagi hari dan pulang pada waktu hari sudah mulai malam. Tidak jarang kedua orang tua mereka bekerja, sehingga anak-anak tersebut dititipkan di day-care. Keadaan ini akan mengurangi kuantitas dan intensitas hubungan emosi antara orang tua dan anak. Pada saat itu pula perubahan dunia terjadi begitu cepat antara lain kemajuan teknologi televisi dan komputer yang begitu cepat, sehingga arus informasi dan pengetahuan dunia dapat dengan mudah dilihat. Perubahan tatanan sosial, budaya dan politik terus berlangsung menjadi tatanan dunia. Kultur lokal mulai dimasuki oleh kultur dari luar yang mendunia. Kondisi ekonomi orang tua generasi X berbeda dengan orang tua generasi baby boomer, dimana kerja keras baby boomer telah meningkatkan tingkat perekonomian sehingga generasi X mempunyai kesempatan untuk mulai menikmati kemajuan teknologi baik melalui televisi, permainan-permainan dan teknologi informasi. Sejak kecil mereka sudah mengenal dengan komputer (PC) dan teknologi lain. Bagi mereka teknologi sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Teknologi digunakan untuk melihat ”dunia” dan mendapatkan informasi ”dunia” yang akan membantu dalam mengerjakan tugas-tugas.
PERUBAHAN KEBUTUHAN
TINGKAH
LAKU
&
Pengalaman pada saat anak-anak dan remaja akan membentuk sifat dan tingkah laku dimasa dewasa. Paradigma terbentuk dari sesuatu kondisi yang dilihat, dirasakan dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pemimpin saat itu. Generasi Baby Boomer dipengaruhi oleh situasi dengan keberadaan TV, Rock & Roll, perang dingin, dan ancaman nuklir. Generasi X melihat keberadaan PC, AIDS, single parent, percampuran budaya, dan pengurangan pegawai. Generasi sekarang hidup dengan internet, cable vision, globalisasi, September 11, dan masalah lingkungan. Dengan kondisi orang tua mereka yang sangat sibuk, dimana pada umumnya mereka sebagai pekerja yang masuk kerja sebelum matahari terbit dan pulang kerja setelah matahari terbenan, belum ditambah dengan pekerjaan kantor yang dibawa kerumah, maka intensitas hubungan antara orang tua dan anak jauh berkurang dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hubungan orang tua - anak menjadi hambar, anak-anak mencari figur dengan caranya sendiri. Pada generasi X mereka sudah sulit mencari figur dibandingkan generasi sebelumnya. Sehingga sebagian dari mereka bahkan tidak punya figur atau tokoh yang diidamkan. Dari survei, pada generasi X : 37.5 % tidak punya tokoh sedangkan pada generasi Y mencapai : 70%. Kecendeungan generasi muda yang serba instant ini terlihat pada pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang dapat ditunjukkan dari survei dimana semakin muda semakin banyak persentase pemenuhan kebutuhan sekarang (Gen X : 25% & gen Y : 34%). Perubahan ini terjadi karena pada generasi ini, tingkat kehidupan mereka jauh lebih bagus pada masa anak-anak, sehingga kebutuhan lebih mudah dipenuhi oleh orang tuanya. Kebiasaan ini terbawa sampai mereka dewasa. Perubahan tingkah laku di tempat kerja Perubahan tingkah laku terjadi karena pengaruh dari lingkungan keluarga, pengaruh lingkungan sekitar dan kebutuhan yang ingin dicapai. Perubahan sikap tersebut bisa terbawa sampai ke perubahan sikap dan tingkah laku di tempat kerja, beberapa
perubahan sikap dan tingkah laku tersebut bisa terlihat dengan jelas seperti : pekerja yang mudah berpindah tempat, pekerja yang ingin serba cepat, kebutuhan bersosialisasi dan mencari figur leader ditempat kerja. Pekerja mudah berpindah tempat Pekerja sekarang cenderung sering berpindah tempat karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan dengan segera, sehingga mereka mencoba berpindah-pindah untuk mendapatkan pendapatan lebih tinggi guna memenuhi kebutuhan. Fenomena ini terjadi karena juga didukung oleh sarana teknologi yang tersedia seperti teknologi informasi, internet, handphone dll, sehingga tawaran pekerjaan bisa didapat dengan mudah dan proses perekrutan pegawai dilakukan secara jarak jauh. Saat ini banyak lembaga atau perusahaan yang sudah membidik pangsa pasar akibat perubahan teknologi dan tingkah laku ini dengan mendirikan perusahaan pencari tenaga kerja, job hunter, head hunter dll. Pekerja ingin serba cepat Dengan semakin meningkatnya kebutuhan saat ini, generasi X cenderung tidak mau meniru langkahlangkah generasi sebelumnya. Jalan yang ditempuh generasi baby bommer dinilai lambat, hal ini ditunjang bahwa mereka punya banyak teman yang bisa membantu untuk mengerjakan pekerjaan , selain itu mereka juga lebih menguasai teknologi sehingga dengan bantuan teknologi maka pekerjaan bisa dikerjakan jauh lebih cepat. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya dimana teknologi komputer (PC) masih belum tersedia pada saat itu. Keinginan serba cepat ini tidak hanya didalam hal memperoleh pendapatan namun juga dalam hal mendapatkan jabatan. Dalam kenyataannya, saat ini banyak pekerja usia 40an sudah menduduki jabatan utama di banyak perusahaan. Pekerja perlu waktu untuk bersosialisasi Saat ini banyak bertumbuhan mal, plaza, tempat karaoke, cafe-cafe sampai tempat-tempat klub malam, hal ini menarik minat orang untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Fenomena ini membuat suatu kebutuhan baru bagi mereka. Mereka butuh sebagian waktunya untuk melakukan hal-hal
yang dianggap penting bagi mereka yaitu berkumpul dan menikmati kehidupan saat ini. Akibat dari hal ini, pekerja harus bekerja lebih cepat dikantor sehingga ada sebagian waktunya yang bisa dipakai untuk berkumpul. Dari pengamatan menunjukan bahwa mereka tidak betah lebih dari 12 jam bekerja dikantor. Mereka merasa mampu bekerja lebih cepat.
Pekerja mencari leader Dengan situasi hubungan orang tua dan anak yang makin terbatas pada saat generasi X dibesarkan, maka anak-anak tersebut cenderung mencari figur seseorang yang bisa dianggap mewakili orangtuanya. Pencarian ini berjalan terus menerus sampai akhirnya pada usia kerja. Generasi X cenderung mencari leader yang bisa diajak bicara bukan seorang bos atau manajer yang hanya memerintah. Mereka mencari seorang ”role model” yang tidak hanya menyuruh namun juga yang bisa memberi suri teladan. Seorang leader yang Walk the Talk dan Talk the Walk. Walk the Talk adalah seseorang yang melakukan tindakan dan bertingkah laku sesuai dengan ucapannya. Apa yang diucapkan itu yang dijalaninya, bukannya seorang yang hanya menyuruh orang lain untuk berbuat demikian sementara dia sendiri tidak melakukannya. Pada saat generasi baby boomer, hal ini tidak banyak masalah pada saat itu, kemungkinan tidak banyak “option” pada saat itu, namun hal tsb. akan punya banyak masalah pada saat sekarang. Talk the Walk adalah berbicara atau mengatakan sesutau yang telah dijalaninya dengan benar. Hal ini menyangkut masalah budaya honesty dan integrity. Generasi muda lebih mudah mencerna sesuatu yang jelas, hitam dan putih, ringkas, dan tidak berbelit belit. Kebenaran dan kejujuran akan sangat membantu generasi X untuk memahami keinginan leadernya. GENERATION GAP Generation Gap adalah perbedaan pandangan antara generasi satu dengan generasi lainnya.
Dalam buku ”Motivating the Workforce” oleh Cam Martson dikatakan bahwa budaya generasi tua sebelum perang dunia II (mature) hampir sama dengan generasi setelah perang (Baby Boomer). Namun budaya generasi Baby Boomer berbeda dengan generasi X yang lahir setelah tahun 60an. Beberapa sikap dan aspirasi baru karyawan generasi muda (generasi X dan generasi setelahnya yang biasa disebut generasi Y) adalah : • • • •
Etika kerja tidak lagi 10 jam per hari. Sangat mudah dan singkat menguasai teknologi yang ada ataupun teknologi yang baru akan muncul. Melemah loyalitas pada perusahaan Perubahan prioritas hidup dipengaruhi oleh sejarah kepegawaiannya.
Berikut ini, perubahan perspektif antara generasi tua dan generasi muda menyangkut : waktu, teknologi dan loyalitas. Waktu Waktu adalah uang. Namun beda generasi berbeda dalam menilai arti dari uang ini. Untuk baby boomer, waktu adalah hal-hal yang dapat kita investasikan untuk keperluan masa depan. Boomer bekerja dan menaruh banyak waktu (55 jam seminggu) dan mengharapkan suatu reward atas investasinya tersebut. Apakah mereka mendapatkan apa yang mereka harapkan ? pada umumnya tidak. Generasi muda menganggap waktu adalah sesuatu yang bisa mereka kontrol, seperti halnya uang. Contoh : kalau kita tidak mampu membayar pegawai muda maka kita harus membayar dengan waktu kita untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Generasi muda tidak ingin untuk menginvestasikan waktunya untuk pekerjaan yang tidak tentu. Dengan banyaknya pekerjaan yang tidak secure,layoff dan perubahan industri, mereka menganggap bahwa bekerja pada suatu perusahaan adalah punya potensi risiko ketidakpastian. Technology Gap Teknologi secara umum diakui sebagai kunci kesuksesan suatu perusahaan. Untuk perusahaan kecil penguasaan teknologi bisa didapat melalui konsultan
yang membantunya, namun untuk organisasi besar perlu ada departemen khusus yang menangani teknologi tersebut. Teknologi juga berkembang terus menerus sehingga teknologi terus berubah. Bagi generasi tua penguasaan perubahan teknologi dirasa sesuatu yang tidak gampang dan menakutkan. Namun bagi generasi muda, mereka sangat antusias untuk mengeksplorasi perubahan teknologi tersebut bagi mereka penguasaan perubahan teknologi adalah sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Loyalitas Generasi muda punya banyak alasan mengapa mereka tidak mudah percaya dengan para pemimpinnya. Mereka sering mendapatkan kebohongan-kebohongan dari para pemimpin mereka, baik para pemimpin pemerintahan, militer, perusahaan dan bahkan pemimpin spiritual. Akibatnya mereka secara otomatis selalu mempertanyakannya. Saat ini mereka kehilangan kepercayaan pada institusi pemerintah dan swasta dan mereka cenderung menginvestasikan loyalitasnya pada individu yang mereka anggap benar. Mereka ingin bekerja pada ”bos” yang benar. Kalau mereka tidak bisa mendapatkannya maka mereka akan pindah tempat sampai menemukannya. Generasi tua tidak mempunyai kesempatan seperti itu. Bekerja pada pemimpin yang tidak disukai adalah bagian dari ”job description”, kalau suka pada bos itu adalah suatu bonus yang tak diduga sebelumnya. Tidak cukup alasan bagi mereka untuk keluar dari perusahaan hanya karena masalah bos nya. Namun pada saat ini, untuk generasi muda, dari suatu survei, loyalitas pada seseorang menjadi alasan no 1 untuk tetap tinggal pada perusahaan tersebut, terutama dalam masa kritis 3 bulan pertama. Ketidak sukaan pada bos adalah alasan utama mereka keluar dari suatu perusahaan. TANTANGAN & SARAN Dengan berjalannya waktu, generasi Baby Boomer yang sarat dengan pengalaman mulai pensiun satu demi satu. Di sisi lain, semua tahu kalau setiap generasi mempunyai sifat dan sikap berbeda dengan generasi lainnya. Generasi yang paling siap menggantikan generasi Baby Boomer adalah
generasi X. Maka sangatlah penting bagi para manajer untuk mengerti perubahan sikap dan tingkah laku pada generasi X. Dengan mengetahui sikap dan aspirasinya maka lebih mudah bagi para manajer mengelola tenaga kerjanya untuk mendapatkan keuntungan bisnis, berikut beberapa hal yang bisa dijadikan acuan tersebut : 1. Berkomunikasi secara lugas dan jelas Generasi muda (X dan Y) ingin dan butuh komunikasi yang lugas dan jelas (clear), langsung to the point, tidak berbelit belit. Mereka perlu diarahkan pada pekerjaan mereka. Tidak perlu ada ”hidden agenda or messages”. Pegawai muda lebih sedikit punya toleransi dibanding generasi sebelumnya. ”Kalau saya ingin mengerjakan sesuatu, katakan !. Kalau anda punya rencana yang jelas bagaimana saya bertindak, tolong beritahu saya”. Dari survei, yang dilakukan secara acak terhadap 24 pegawai Star Energy dan UPN pada usia generasi X, menunjukan bahwa hanya 8% yang ingin dijelaskan secara umum mengenai tugas dan pekerjaan mereka selebihnya 92% menginginkan pemimpinnya untuk menjelaskan pekerjaan secara rinci. 2. Jangan berasumsi Ketika Boomer berkata ”Saya tidak akan memberikan semua jawaban, kamu harus mencarinya seperti yang saya lakukan dahulu” Generasi X akan merespon ”Saya tidak akan mau bekerja dengan pekerjaan yang tolol ini, jika kamu mau saya mengerjakan apa, katakan !. Jangan berharap saya untuk mencari sesuatu yang tidak jelas yang kamu inginkan”. Generasi muda perlu dijelaskan apa, kapan dan bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan. Mereka berharap mereka diberitahu aturan dan caranya mengerjakan sesuatu pekerjaan, tidak berasumsi mereka akan mengerti dengan sendirinya.
3. Rayakan keberhasilan Pada generasi tua, perayaan ditempat kerja terjadi pada saat pensiun atau promosi besar ditandai dengan jam emas dan jabat tangan dari bos. Perayaan tersebut adalah refleksi dari pengakuan terhadap kerja keras selama ini. Untuk situasi pada saat ini perayaan harus lebih banyak dilakukan sebagai pengakuan dan apresiasi terhadap prestasi kerja mereka dan sekaligus membentuk budaya kerja. Perayaan tidak harus selalu besar, bisa berupa makan bersama, makan malam atau bahkan hal-hal sederhana seperti mencatumkan namanya dipapan pengumuman sebagai ”man of the month”, memasang balon di kursi kerja dll. Hal ini dilakukan untuk menunjukan perhatian dan pengakuan atas prestasi kerja yang dilakukannya.
dari nilai-nilai Balanced Value for Stake Holders, Respect People, Innovative & Entrepreneurial, Go the Extra Mile, Honesty & Integrity, Teach Yourself Daily, SHE, Teamwork, Awareness of Cost dan Relationships are Important. Dengan adanya nilai-nilai tersebut maka generasi X akan sangat mudah dan jelas untuk memahami sikap dan tingkah laku apa yang diharapkan oleh perusahaan dalam mengerjakan suatu tugas. Bagi mereka yang cocok dengan nilai-nilai tsb. akan lebih nyaman dalam bekerja karena sesuai dengan hati nuraninya, namun bagi yang tidak cocok akan segera meninggalkan perusahaan. Dengan adanya nilai-nilai ini maka memudahkan perusahaan dalam menseleksi pelamar kerja. Adanya budaya perusahaan akan membentuk suatu lingkungan kerja yang baik dan kondusif. Pengelolaan Manajemen Manusia Terpadu
TALENT MANAGEMENT Bagaimana suatu perusahaan atau korporasi bisa menarik, mempertahankan dan memotivasi pegawai yang punya talenta tinggi pada saat ini ? Beberapa pendekatan telah dilakukan dibanyak perusahaan termasuk di Star Energy yaitu melalui pendekatan pengelolaan sumber daya manusia yang terintegrasi. Program-program tersebut antara lain : 1. Mengamalkan Budaya Perusahaan 2. Pengelolaan Manajemen Manusia Terpadu 3. Kepemimpinan Transformational 4. Program Mentoring & Succession Planning Budaya Perusahaan Selain visi dan misi, perusahaan perlu mempunyai budaya. Budaya tersebut disebut sebagai budaya perusahaan. Budaya ini terdiri dari nilai-nilai dan sistem atau proses kerja. Nilai-nilai perusahaan yang akan memberikan warna sikap dan tingkah laku seseorang berbeda dengan orang lain. Budaya ini perlu dikomunikasikan, diajarkan, dan diamalkan oleh seluruh pegawai dari lini teratas sampai lini terbawah. Di Star Energy nilai-nilai ini terangkum dalam : BRIGHT STAR yang terdiri
Selain gaji, ”benefit” dan lingkungan kerja yang kondusif perlu dibarengi dengan pengelolaan tenaga kerja yang baik dan terpadu. Perusahaan perlu membuat career planning yang jelas dari mulai pegawai baru hingga masa usia pensiun. Pegawai baru perlu dijelaskan mengenai sistem evaluasi kinerja, sistem promosi, karier dan lain-lain di suatu perusahaan. Setiap leader harus memastikan sistem tersebut dimengerti oleh setiap pegawai. Sehingga pegawai mempunyai gambaran yang jelas akan karier dan masa depannya. Kepemimpinan Transformational Dalam mengelola generasi X akan sangat sulit kalau tipe kepemimpinan kita masih menggunakan caracara lama, seorang pimpinan yang hanya memerintah dan menyalahkan. Tipe kepemimpinan untuk saat sekarang sangat kritikal untuk menentukan betah tidaknya / loyalitas seorang pegawai bekerja pada suatu perusahaan. Seorang pimpinan harus bertindak sebagai leader bukan sekedar manajer atau bos. Kepemimpian transformasional adalah kepemimpinan yang mengubah mind-set dari seorang bos menjadi seorang leader. Seorang leader tidak hanya memberi perintah tetapi juga memberi contoh role model, dimana leader tsb. Bisa berperan sebagai coach (pelatih), leader yang bisa memberi inspirasi
kepada bawahan, mampu sebagai partner, mampu mengelola perkerjaan, mampu memberikan hasil yang optimal, mampu mempengaruhi pengikutnya dan mampu memilih penerusnya. Mentoring & Succession Planning Mentoring & Succession Planning adalah salah satu program yang sangat penting bagi pergantian kepemimpinan. Mentoring adalah jembatan atau media untuk mentransfer soft skill dan pengetahuan dari pegawai yang lebih senior kepada pegawai yang lebih muda. Hal ini dilakukan untuk menjembatani perbedaan (gap) antara 2 generasi. Generasi muda yang ingin segera menggantikannya namun disisi lain kekurangan dalam pengetahuan dan pengalaman dan generasi tua yang penuh pengalaman namun akan mencapai usia pensiun. Dengan adanya program mentoring maka akan terbentuk komunikasi antara kedua belah pihak untuk memastikan terjadinya transfer pengetahuan dan pengalaman. Dipihak lain, generasi muda bisa mengukur kemampuan dan pengalamannya sebelum menduduki jabatan tertentu. Dengan demikian generasi muda mempunyai kesabaran untuk mencari ilmu dan pengalaman yang cukup sebelum menduduki jabatan tersebut. Dengan mentoring program yang baik maka akan menghasilkan succession kepemimpinan dengan baik. KESIMPULAN Dari hasil penelaahan : pengalaman sehari-hari, studi referensi, diskusi dengan berbagai kalangan dibagian human resources dan survei yang dilakukan, maka bisa disimpulkan beberapa hal berikut : Perubahan dunia (teknologi, isu-isu sosial budaya, politik dll) mendorong terjadinya segmentasi antara satu generasi dengan generasi berikutnya. Yang secara umum bisa dibagi dalam : generasi Tua, generasi Baby Boomer, generasi X dan generasi Y. Keberadaan generasi Baby Boomer secara perlahan akan digantikan oleh generasi X yang mempunyai sifat dan aspirasi berbeda.
Para manajer perlu melakukan perubahan pendekatan dalam mengelola tenaga kerja generasi X untuk menghasilkan kinerja yang optimal bagi perusahaan. Para pemimpin harus mempunyai sifat kepemimpinan yang transformational untuk menjawab tantangan perubahan generasi. Perlu dibuat suatu pengelolaan manajemen manusia terpadu yang mengintegrasikan budaya perusahaan, perencanaan karier dan program mentoring & succession planning untuk mengelola tenaga kerja bertalenta tinggi guna kesinambungan bisnis perusahaan.
UCAPAN TERIMAKASIH Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Keluarga, Manajemen Star Eenrgy, Rekan-rekan HRD Star Energy, Rekan-rekan responden di Star Eenergy dan UPN “ Veteran” Yogyakarta, Para nara sumber dan siapa saja yang telah membantu sehingga selesainya “paper” ini. REFERENSI 1. Motivating the “What’s In It For Me?” Workforce, Marston, Cam., John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey. 2007 2. Understanding Generation Y, McCrindle, Mark, The Asutralian Leadership Foundation. Tabel 1 Jenis Kelamin & Pekerjaan Orang Tua Responden Jenis Kelamin
Usia 25-45 thn
Usia < 25 thn
Laki-laki
17
45
Perempuan
7
19
Total
24
64
Pekerjaan Orang Tua
Usia 25-45 thn
Usia < 25 thn
Karyawan
6
14
Peg. Negeri
5
23
Pengusaha
1
17
Lainnya
12
10
Total
24
64
Tabel 2 Hasil Survey Deskripsi 1 Apakah anda punya banyak teman 2 Apakah anda punya "hero" 3 Apakah mengikuti trend teknologi sekarang 4 Apakah anda menikmati kehidupan modern 5 Apa arti sukses bagi anda 6 Apakah anda mau bekerja keras utk cita-cita 7 Apa arti kerja bagi anda 8 Bagaimana tugas harus diberikan 9 Bagaimana pimpinan harus berperan 10 Berupa apa penghargaan harus diberikan 11 Kalau salah, apa sebaiknya yang diberikan 12 Apa arti birokrasi bagi anda 13 Berapa kali per minggu rapat dilakukan 14 Prioritas yang mana yg penting bagi anda
Generasi X (Usia 25-45 thn) ya tidak 23 1 ya tidak 15 9 ya tidak 20 4 ya tidak 20 4 kaya jabatan 1 1 ya tidak 24 0 serius fun 11 10 detail garis besar 10 2 arah contoh 5 3 uang barang 8 3 penjelasan hukuman 11 2 memperlancar menghambat 2 6 tidak ada 1 kali 1 20 sekarang jk panjang 6 18
lainnya 22 0 lainnya 3 keduanya 12 keduanya 16 lainnya 13 kesempatan 11 keduanya 16 lebih 2 kali 3
Generasi Y (Usia < 25 thn) ya 48 ya 19 ya 39 ya 48 kaya 15 ya 58 serius 36 detail 29 arah 7 uang 13 penjelasan 31 memperlancar 3 tidak ada 5 sekarang 22
tidak 16 tidak 45 tidak 25 tidak 16 jabatan 16 tidak 6 fun 28 garis besar 12 contoh 7 barang 11 hukuman 2 menghambat 17 1 kali 47 jk panjang 42
lainnya 33
lainnya keduanya 23 keduanya 50 lainnya 40 kesempatan 31 keduanya 44 lebih 2 kali 12