PERBEDAAN KB SUNTIK DEPOMEDROXI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DAN PIL KOMBINASI TERHADAP TERJADINYA CLOASMA PADA AKSEPTOR KB DI DESA GLANGGANG KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK
Feni Wulandari, Andri Tri Kusumaningrum …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Efek samping kontrasepsi dirasakan berbeda-beda tiap akseptor KB. Survey awal pada 15 akseptor KB suntik di dapatkan 9 (60%) mengalami efek samping berupa kloasma pada wajah dan pada 15 ibu yang menggunakan KB pil kombinasi di dapatkan 10 (66%) mengalami efek samping yang sama. Tujuan penelitian adalah untuk mambandingkan perbedaan terjadinya kloasma antara KB suntik dan pil kombinasi. Desain studi komparasi dan pendekatan Cross-sectional. Populasi akseptor KB di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, yaitu 85 responden. Dengan tehnik total sampling, sampel penelitian ini sebanyak 85 responden. Instrument penelitian menggunakan lembar observasi. Variabel independen adalah KB suntik dan pil kombinasi sedangkan variable dependennya adalah terjadinya kloasma. Kemudian dianalisis dengan menggunakan uji mann whitney menggunakan SPSS 16.0. Dari pengumpulan data, lebih dari sebagian responden menggunakan KB suntik dan hampir sebagiannya mengalami kloasma mandibular. Dari uji mann whitney dengan α=0,05 didapatkan nilai Z=-0,302 dan p=0,763, sehingga p>0,05 maka H0 diterima, sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan efek timbulnya kloasma antara KB suntik DMPA dengan pil kombinasi di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan, Kabupaten Gresik. Oleh karena itu sebagai langkah untuk mengatasi masalah tersebut, maka petugas kesehatan khususnya bidan, diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan untuk mengatasi masalah kloasma seperti dengan memberikan motivasi untuk menjaga paparan radiasi terhadap wajah dan mengontrol stress sehingga kejadian kloasma dapat dikurangi. Kata Kunci: Akseptor KB, Kloasma PENDAHULUAN. …… . … …. Penyediaan ragam metode kontrasepsi yang sesuai bagi wanita dan pria merupakan bagian integral dari program perawatan kesehatan reproduktif yang menyeluruh. Layanan keluarga berencana seyogyanya dipandang sebagai layanan kesehatan reproduktif bagi wanita dalam konteks yang lebih luas. Seluruh tujuan program yang menangani masalah reproduktif wanita harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan wanita(Pendit, 2007). Menurut Hartanto Hanafi(2004) terdapat beberapa macam metode kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain: metode sederhana dan modern. Metode sederhana SURYA
dibagi menjadi dua yaitu dengan mengunakan alat dan tanpa menggunakan alat. Metode yang menggunakan alat yaitu kondom, diafragma, spons dan spermisid, metode yang tanpa menggunakan alat yaitu KB alamiah (amenore laktasi, lendir serviks, kalender) dan coitus interuptus, sedangkan metode modern yaitu pil, suntik, IUD, implant, MOP dan MOW. Salah satu jenis kontrasepsi yang menjadi pilihan PUS adalah KB suntik progestin. Adapun cara kerja kristal progestin dalam bentuk suspensi, tidak larut dalam air atau lipid, di simpan didalam jaringan melalui injeksi dan dengan perlahan diabsorbsi. Progestin menekan lonjakan LH, menghambat ovulasi, menyebabkan mukus serviks bukan tempat yang baik bagi sperma 56
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik dan menyebabkan endometrium mengalami atrofi dan tidak bisa menerima blastosit (Sinclair, 2010). Efek samping kontrasepsi dirasakan berbeda-beda tiap akseptor KB. Meskipun pasangan usia subur mengerti tentang manfaat dan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut, tetapi tetap disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi baik KB suntik maupun alat kontrasepsi lain, karena memakai salah satu kontrasepsi yang baik dan cocok jauh lebih baik daripada tidak memakai kontrasepsi sama sekali (Mochtar, 2002). Menurut data pencapaian akseptor KB aktif diJawa Timur tahun 2011 sebanyak 5.787.077 orang dengan rincian IUD 860.405 orang, MOW 299.216, MOP 24.216 orang, Kondom 71.716, implan 453.866 orang, suntik 2.820.980 orang, KB pil 1.276.475 orang. Sementra itu data akseptor KB aktif tahun 2011 di kabupaten Gresik sebesar 34.544 orang. Dikecamatan Duduk Sampeyan pencapaian peserta KB aktif tahun 2011 sebesar 1.448 orang dengan rincian, IUD 39 (2,69%) orang, MOW/MOP 8 (0,55%) orang, Implan 104 (7,18%) orang, suntik 706 (48,7%) orang, pil 591 (40,8%) orang, kondom 0 (0%) orang, obat vagina 0 (0%) orang, lainnya 0 (0%) orang. Sedangkan data di desa Gadukan pencapaian peserta KB aktif pada tahun 2013 sebesar 136 yaitu : akseptor suntik sebesar 104 (76%) orang, akseptor pil sebesar 20 (14%) orang, implan sebesar 6 (4,6%) orang, akseptor IUD sebesar 4 (2,9%) orang, akseptor MOW sebesar 3(2,5%) orang, MOP sebesar 0 (0%)orang, akseptor kondom sebesar 0 (0%) orang. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan masih banyaknya minat akseptor KB yang memilih metode kontrasepsi suntik. Sedangkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti tanggal 31 Januari 2013 di desa kecamatan Duduk Sampeyan kabupaten Gresik dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 15 ibu yang menggunakan KB suntik di dapatkan 9 (60%) mengalami efek samping dari KB suntik berupa kehitaman pada wajah dan ingin berhenti ber Kb, sedangkan pada 15 ibu yang SURYA
menggunakan KB pil kombinasi di dapatkan 10 (66%) mengalami efek samping yang sama. Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan bahwa di desa Glanggang kecamatan DudukSampeyan kabupaten Gresik masih banyak akseptor KB suntik yang mengalami efek samping KB suntik berupa cloasma. Cloasma adalah kelainan kulit berupa bercak-bercak kehitaman dan kecokelatan disekitar wajah. Hormon progesteron dapat merangsang pembentukan cloasma. Gejala singkat dimulai sebagai bercak-bercak hitam dan cokelat dipipi yang selanjutnya meluas di seluruh wajah (Siregar R.S, 2005). Metode suntik 3 bulan membuat hiperpigmentasi pada wajah yang merupakan hal dilematis pada penggunanya. Hal ini dikarenakan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan yang lama yaitu lebih dari 2 tahun, mengakibatkan penumpukan hormon progesteron dalam tubuh sehingga mempengaruhi timbulnya hiperpigmentasi pada wajah (Suprayanto, 2010). Menurut Suhaemi (2009) dalam Journal of Libido dan pengaruhnya, dampak dari hiperpigmentasi adalah wanita merasa tidak pede (percaya diri) dengan penampilan wajahnya yang dihinggapi bintik-bintik hitam sehingga banyak wanita yang berusaha untuk menghilangkan noda hitam dengan menggunakan kosmetik yang sangat berbahaya. Kebanyakan wanita setelah menggunakan kosmetik tidak menjadi putih terkadang bertambah hitam (Dr.Suprayanto, 2010). Apabila efek samping atau keluhankeluhan tersebut tidak tertangani dengan baik maka akan berdampak pada kegagalan akseptor dan drop outnya akseptor KB (BKKBN, 2004). Perilaku akseptor KB suntik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi, presepsi, kecerdasan, minat dan emosi (Notoatmodjo, 2003). Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari (Sunaryo, 2004). Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin 57
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Motivasi merupakan faktor yang paling mendominasi kesalahan manusia, misalnya kurangnya penerimaan individu atau pasangan terhadap prosedur yang dijalankan untuk metode kontrasepsi tertentu dan dapat diimbangi dengan motivasi yang mereka miliki (Varney, 2006). Peresepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (Notoatmodjo, 2003). Efek samping awal yang tidak terprediksi membuat klien menjadi ragu. Berbagai praktik pribadi dan klinik akan meminta klien wanita mereka untuk menandatangani lembar persetujuan yang menyatakan bahwa mereka memahami resiko yang ada dan telah mendapatkan pengetahuan tentang metode yang akan mereka gunakan(Varney, 2006). Kecerdasan (intelegensi) merupakan kemampuan untuk berfikir abstrak, dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu (Sunaryo, 2004). Pasangan suami istri atau perindividu memiliki kebutuhan dan hak untuk mengetahui kemungkinan munculnya efek samping berbagai metode tersebut sehingga mereka dapat mengambil keputusan (Varney, 2006). Minat merupakan kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Program yang menawarkan banyak metode kemungkinan besar akan menarik lebih banyak akseptor daripada program yang pilihan metodenya terbatas karena mereka dapat memenuhi kebutuhan kontrasepsi (Pendit, 2007). Namun Tersedianya berbagai metode dapat menyebabkan klien yang kurang puas dengan suatu metode dapat berpindah ke metode lain yang dapat diterima (Varney, 2006 ). Emosi dapat mengarahkan perilaku individu seperti halnya motif dasar dapat menyertai perilaku termotivasi (Sunaryo, 2004). Para penyedia layanan kesehatan reproduktif seyogyanya mencoba memastikan bahwa berbagai kebutuhan dan keinginan spesifik klien mereka terpenuhi. Hal yang juga menjadi perhatian bagi banyak SURYA
orang adalah keamanan berbagai metode kontrasepsi. Penyedia layanan dapat menggunakan diskusi kelompok fokus untuk mengidentifikasi kekhawatiran khusus mengenai efek samping jangka panjang metode yang digunakan atau seberapa sering efek samping kontrasepsi mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan seseorang (Pendit, 2007). Upaya menurunkan kejadian cloasma dengan meningkatkan motivasi ibu untuk menerima dan menyadari efek samping dari KB suntik DMPA. Memberikan masukan serta membangkitkan self-competition dengan jalan menimbulkan perasaan puas terhadap hasil yang dicapai sehingga diharapkan Ibu tetap memakai KB suntik DMPA. Disamping itu peran keluarga juga sangat penting dan berpengaruh terhadap suatu tindakan yang dapat memotivasi ibu. Sebagian besar pendidikan kesehatan, konseling dan petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan Depo-Provera diberikan selama proses pemilihan metode kontrasepsi ini. Konseling yang adekuat sebelum metode dilakukan bertujuan memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut dan klien juga harus benar-benar memahami efek samping tersebut (Varney, 2006). Berdasarkan kenyataan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana perbedaan kejadian cloasma pada akseptor KB suntik DMPA dengan pil kombinasi di Desa Glanggang Kecamatan DudukSampeyan Kabupaten Gresik.
METODE PENELITIAN.…
… .… Desain penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian non eksperimental dengan desain studi komparasi dan pendekatan Cross-sectional. Pada penelitian ini penulis bertujuan ingin mengungkapkan antara variabel. Hubungan korelasi mengacu pada kecendrungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel lain. Sedangkan alasan peneliti memakai pendekatan Cross-sectional. Karena jenis penelitian ini menekankan pada 58
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik pengukuran atau observasi dan variabel independent dan dependent hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2009). Pengumpulan data menggunakan lembar observasi cloasma berupa check list dan uji yang digunakan adalah uji Mann-Whitney UTest.
Perguruan Tinggi responden (3,03 %).
yaitu
sebanyak
2
(3) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik No. Pekerjaan Frekuensi % 1. Tidak bekerja 30 orang 45.4% 2. Petani 16 orang 24,2% 3. Wiraswasta 15 orang 22,7% 4. PNS 5 orang 12.5% Jumlah 66 orang 100% Dari tabel 3 dapat disimpulkan hampir sebagian responden tidak bekerja yaitu sebanyak 30 responden (45,4 %) dan sebagian kecil responden bekerja sebagai pekerja swasta atau PNS yaitu sebanyak 5 responden (7,5%).
HASIL .PENELITIAN … 1. Data Umum 1) Karakteristik Responden (1) Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik No. Umur Frekuensi Prosentase 1. 30-39 20 30 orang 45.5% tahun 2. 40 – 49 30 orang 45.5% tahun 3. >50 tahun 6 orang 9.0% Jumlah 66 orang 100% Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian responden berumur 30 – 39 tahun yaitu sebanyak 30 responden (45,5 %) dan sebagian kecil responden berumur > 50 tahun yaitu sebanyak 6 responden (9,0%).
2. Data Khusus 1) Kejadian Kloasma pada KB Pil Kombinasi Tabel 6. Kejadian Kloasma pada KB Pil Kombinasi Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik No. Kejadian Frekuensi Prosenta kloasma se 1. Tidak ada 10 orang 30,2% 2. Mandibular 19 orang 57,6% 3. Malar 4 orang 12,1% Jumlah 33 orang 100%
(2) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik No. Pendidikan Frekuensi Prosentase 1. SD/sederajat 32 orang 48.4% 2. SMP/sederajat 20 orang 30.3% 3. SMA/sederajat 12 orang 18.1% 4. Perguruan 2 orang 3.03% Tinggi Jumlah 66 orang 100%
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini lebih dari sebagian mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 19 responden (57,6 %) dan sebagian kecil responden mengalami kloasma malar yaitu sebanyak 4 responden ( 12,1%).
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini hampir sebagian responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 32 responden (48,4 %) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendidikan SURYA
59
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik timbulnya kloasma antara KB suntik DMPA dengan pil kombinasi di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan, Kabupaten Gresik.
2) Kejadian Kloasma pada KB Suntik Tabel 7. Kejadian Kloasma pada KB Suntik Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik No. Kejadian Frekuen Prosen Kloasma si tase 1. Tidak ada 10 orang 30,2% 2. Mandibular 20 orang 60,6% 3. Malar 3 orang 9,1% Jumlah 33 orang 100% Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini hampir sebagian mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 20 responden (60,6%) dan sebagian kecil mengalami kloasma malar, yaitu 3 responden (9,0%).
PEMBAHASAN .… .… 1) Kejadian Kloasma pada Akseptor KB Pil Kombinasi
Dari tabel 6 dapat dilihat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 33 akseptor KB jenis suntik, lebih dari sebagian mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 19 responden (57,6 %) dan sebagian kecil responden mengalami kloasma malar yaitu sebanyak 4 responden ( 12,1%). Faktor predisposisi lain yang dapat menyebabkan timbulnya kloasma pada KB suntik adalah pekerjaan. Berdasarkan data pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa hampir sebagian Akseptor bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 30 akseptor (45,4 %) dan sebagian kecil akseptor bekerja sebagai pekerja swasta atau PNS yaitu sebanyak 5 responden (7,5%).
3) Perbedaan KB Suntik DMPA dengan Pil Kombinasi dengan Terjadinya Cloasma Tabel 8. Tabulasi Silang Perbedaan KB Suntik DMPA dengan Pil Kombinasi dengan Terjadinya Cloasma Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik Jenis KB Sunti k Pil Total
Timbulnya Kloasma Mandibul Malar Tidak ada ar ∑ % ∑ % ∑ % 9,0 10 30,3 20 60,6 3
∑
%
66
100
10 20
66 66
100 100
30,7 19 57,6 4 12,1 30,3 39 59,1 7 10,6 Z = -0,302 ; p = 0,763
Lingkungan tempat bekerja sangat memberikan pengaruh wajah untuk menimbulkan adanya kloasma, seperti saat wajah terpapar dengan panas, terutama pada saat terpapar lansung pada matahari. Selain itu factor stress bekerja juga dapat memicu terjadinya kloasma pada ibu. Terkait paparan lingkungan, Siregar (2004) menyebutkan bahwa kloasma dapat terbentuk oleh karena adanya pengaruh dari radiasi di sekitar lingkungan. Pigmentasi akibat UV terjadi terutama akibat radiasi UVA pada individu yang telah mempunyai pigmentasi. Pigmentasi akibat UV yang menyebabkan tanning dinamakan facultative skin color. Radiasi UV-B memiliki keaktifan biologis tertinggi pada sinar matahari dan penyebab reaksi eritema setelah paparan dengan matahari. Disebut juga UV gelombang tengah atau sumber UV radiation. Selain itu ada juga radiasi UV-C, radiasi ini tidak ditemukan dalam spectrum sinar matahari pada permukaan bumi karena di
Jumlah
Berdasarkan tabel 8 didapatkan bahwa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagaian besar responden yang menggunakan jenis KB suntik mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 20 responden (60,6%). Sedangkan sebagaian besar responden yang menggunakan jenis KB pil mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 19 responden (57,6%). Hasil uji mann whitney menggunakan SPSS 16.0 dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 menghasilkan nilai Z = -0,302 dan sign 2tailed (p) = 0,763, sehingga P > 0,05, yang berarti H0 diterima, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan efek SURYA
60
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik saring oleh ozon dan air. Disebut juga radiasi germisidial karena dapat membunuh mikroorganisme. Radiasi ini adalah UV gelombang pendek, karena merupakan panjang gelombang terpendek pada spectrum UV. Radiasi UV-C sering diartikan dengan panjang gelombang 259 nm karena sesuai dengan panjang gelombang yang diemisi oleh lampu merkuri bertekanan rendah (lampu germisid) sebagai sumber radiasi UVC.
mereka lebih memiliki pemahaman tentang KB, sehingga bagi ibu – ibu muda pemahaman tentang KB merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting, oleh karena itu adanya pendidikan kesehatan tentang KB terutama saat melakukan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care pendidikan KB sangatlah dibutuhkan oleh ibu hamil. Widianingrum (2005), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memberikan penilaian yang lebih baik terhadap kualitas pelayanan yang diterima dibandingkan wanita yang berpendidikan rendah dan tidak bekerja. Sedangkan Soekidjo Notoatmodjo (2003) juga mengemukakan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat persepsi dan pemahaman seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah pula mereka mencerna informasi untuk dijadikan dasar dalam pemilihan alat kontrasepsi AKDR. Sedangkan pada ibu-ibu yang tidak bekerja justru lebih banyak waktu luang yang dimiliki sehingga lebih mudah mengikuti penyuluhan tentang kesehatan.
2) Kejadian Kloasma pada Akseptor KB suntik Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 33 akseptor KB jenis suntik, hampir sebagian mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 20 Akseptor (60,6%) dan sebagian kecil mengalami kloasma malar, yaitu 3 Akseptor (9,0%). Tetapi yang tidak mengalami cloasma juga cukup besar 38,5% artinya bagi akseptor yang menggunakan KB pil ada kecendrungan mengalami cloasma malar, oleh karena itu seorang bidan apabila melayani akseptor KB dengan metode pil perlu dipertimbangakan hal yang penting untuk mengatasi terjadinya kecendrungan. Terdapat beberapa faktor yang dapat dapat menjadi predisposisi timbulnya kloasma pada penggunaan KB. Salah satu kecocokan antara jenis KB dengan akseptor KB. Sedangkan pemilihan program dan jenis KB dipengaruhi oleh factor pendidikan calon akseptor KB. Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan hampir sebagian responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 32 responden (48,4 %) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 2 responden (3,03%). Sebagau bahan pertimbangan yang sangat penting, sering kali ibu – ibu muda yang akan memilih jenis KB, belum mengetahui kelebihan dan kelemahan padasetian jenis KB. Ini terkait dengan latar pendidikan yang memang berbeda – beda. Pada ibu dengan latar pendidikan yang kurang, akan memiliki pemahaman yang sedikit tentang KB. Berbeda dengan ibu dengan latar pendidikan yang lebih tinggi, SURYA
3) Perbedaan antara Penggunaan Kb Suntik DMPA dengan Pil Kombinasi dengan Terjadinya Kloasma Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan jenis KB suntik mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 20 responden (60,6%). Sedangkan responden yang menggunakan jenis KB pil, sebagian besar mengalami kloasma mandibular yaitu sebanyak 19 responden (57,6%). Berdasarkan hasil uji mann whitney menggunakan SPSS 16.0 dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 menghasilkan sign 2-tailed (p) = 0,763, sehingga H0 diterima, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan KB suntik DMPA dengan pil kombinasi dengan terjadinya kloasma pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan, Kabupaten Gresik. 61
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik Setiap jenis KB memiliki kelebihan, kelemahan, dan efek sampingnya masing – masing, namun pada kebanyakan kasus kloasma merupakan efek samping yang dapt dijumpai pada setiap penggunaan jenis KB. Walaupun tidak sedikit pula pada penggunaan KB tidak menimbulkan timbulnya kloasma. Hal ini dikarenakan kloasma dapat terbentuk tidak hanya dari penggunaan KB, namun juga ada banyak faktor lain yang dapat memberikan pengaruh horomonal pada seorang wanita yang nantinya akan memicu terbentunya kloasma pada wajah. Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa dari 66 responden, sebagian besar responden mengalami kloasma mandibular dan sebagian kecil responden mengalami kloasma malar. Sehingga pada penggunaan KB suntik maupun pil kombinasi, kedua mempunyai tingkat kemungkinan yang sama terhadap terjadinya kloasma. Siregar (2004), berpendapat bahwa hormon estrogen, progesteron dan MSH dapat merangsang timbulnya pigmentasi/ melasma. Varney’s (2006), menambahkan bahwa metode suntik 3 bulan membuat hyperpigmentasi pada wajah yang merupakan hal dilematis pada penggunaannya. Hal ini dikarenakan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan yang lama yaitu lebih dari 2 tahun, mengakibatkan penumpukan hormon progesteron di dalam tubuh sehingga mempengaruhi timbulnya hyperpigmentasi pada wajah. Sulistyawati (2011), menyebutkan bahwa pengaruh esterogen dan progestin pada pil kombinasi juga dapat memicu terjadinya kloasma. Kloasma pada ibu yang sedang menjalani KB dapat dikurangi dengan cara mengganti jenis kontrasepsi. Seperti yang dijelaskan Sinclair (2009), bahwa untuk menghilangkan kloasma pada pengguna KB, pertama dapat dilakukan dengan menyingkirkan penyebab hiperpigmentasi lain seperti penyakit addison kemudian mengganti kontrasepsi lain dengan kadar aktivitas progestasional dan estrogeniknya lebih rendah dapat mengurangi pigmentasi, kendati kloasma tidak sepenuhnya dapat SURYA
menghilang (Sinclair, 2009). Hal inilah yang dijelaskan oleh bidan kepada akseptor KB mereka yang mengeluh terjadinya cloasma. KESIMPULAN DAN SARAN. … 1. Kesimpulan 1) Lebih dari sebagian akseptor KB suntik DMPA di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan, Kabupaten Gresik yang menggunakan jenis KB suntik mengalami kloasma mandibular dan lebih dari sebagian akseptor KB suntik DMPA yang menggunakan jenis KB pil, mengalami kloasma mandibular. 2) Hampir sebagian akseptor KB suntik DMPA di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan, Kabupaten Gresik mengalami kloasma mandibular. 3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kejadian kloasma antara penggunaan KB suntik DMPA dengan pil kombinasi di Desa Glanggang Kecamatan Duduk Sampeyan, Kabupaten Gresik. 2. Saran Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kebidanan terutama sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang efek penggunaan KB suntik dan pil kombinasi. Untuk perbaikan dalam penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperluas populasi dan variabel yang berkaitan dengan jenis KB dan kloasma sehingga lebih representatif. Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pelayanan KB sebaiknya lebih menekankan pada komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang informasi masingmasing alat kontrasepsi secara mendalam, sehingga calon akseptor KB pada saat pemilihan dapat memahami berbagai efek samping dari pemakaian KB, yang mana jika sudah menjadi akseptort akan menjadikan akseptor tersebut lestari, menurunkan angka kejadian dropout yang berdampak pada
62
Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Perbedaan KB Suntik Depomedroxi Progesteron Asetat (DMPA) dan Pil Kombinasi Terhadap Terjadinya Cloasma Pada Akseptor KB Di Desa Glanggang Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik menurunkan angka kejadian terjadinya kehamilan yang tidak rencanakan. Selain itu pada masyarakat yang sebagai calon akseptor baik istri maupun suami harus lebih aktif mencari informasi yang benar tentang efek dari pemakaian kontrasepsi dan meningkatkan aksesnya ke pelayanan kesehatan, dengan informasi diberikan pada pasangan suami dan istri maka informasi yang disampaikan petugas kesehatan lebih dapat diterima oleh pasangan dan jika suatu saat terjadi efek samping dari pemakaian kontrasepsi tidak akan menjadi suatu masalah. . .
.DAFTAR PUSTAKA
.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Pendit, Braham U. (2007). Ragam Metode Kontrasepsi.Jakarta ; EGC Pendit, Braham U. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi.Jakarta ; EGC Sinclaire
Costance, 2010. Buku Saku Kebidanan, Jakarta ; EGC
Sugiyono. (2006). Ststitika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
. .
____________. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika BKKBN, 2004. Panduan Praktis Memilih Kontrasepsi, Surabaya; Pala Indonesia
Suharsimi
Arikunto . (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ,Jakarta : Rineka Cipta
Sunaryo,
2004. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta ; EGC
Varney Hellen, 2006 Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta ; EGC
Dr.Suprayanto,M.Kes, Hiperpigmentasi (efek samping kontrasepsi suntik) http://www.cantrik.com/2010/09 /hiperpigmentasi-efek-samping.html
Widyaningrum, A. (2005). Kualitas Pelayanan KB dan perspektif Klien. Jakarta : UGM Press.
Farrer, Hellen . (2001) . Keperawatan Maternitas , Jakarta : EGC Graham-Brown, Robin 2005 . Dermatologi , Jakarta ; Erlangga Hartanto Hanafi, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta ; EGC Hidayat
A. Aziz Alimul.(2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah , Jakarta : Salemba Medika
Mochtar Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri , Jakarta ; EGC NotoatmodjoSoekidjo, 2003. Pendidikandan Perilaku Kesehatan, Jakarta: RhinekaCipta SURYA
63
Vol.03, No.XVI, Desember 2013