FEMINISME LIBERAL DALAM WACANA FENOMENA KORUPTOR PEREMPUAN PADA RUBRIK TOPIK KITA DI MAJALAH NOOR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Aulia Rahmi NIM. 1110051100055
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN Denganinisayamenyatakanbahwa: 1. Skripsiinimerupakanhasilkaryasaya
yang
diajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratanmemperolehgelarStara 1 (S1) UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semuasumber
yang
telahsayacantumkansesuaidenganketentuan
sayagunakandalampenulisanini, yang
belaku
di
UIN
SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jikakemudianhariterbuktibahwakaryainihasilplagiatatauhasiljiplakankarya orang lain, makasayabersediamenerimasanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Desember 2014
AuliaRahmi
ABSTRAK Aulia Rahmi Feminisme Liberal DalamWacana Fenomena Koruptor Perempuan Pada Rubrik Topik Kita di Majalah Noor. Majalah merupakan salah satu media komunikasi massa dalam menyampaikan pesan kepada khalayak dengan sangat terperinci karena memiliki karkteristik yang berbeda dari media cetak lainnya. Pemberitaan di majalah dihadirkan dalam bentuk yang menarik dan isinya yang lebih imajinatif. Salah satu pemberitaan yang menjadi topik hangat di media cetak beberapa waktu lalu adalah kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat perempuan. Namun, diantara beberapa media, baik media elektronik maupun media cetak yang memuat berita mengenai fenomena koruptor perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks yang dibangun oleh majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan ?Bagaimana kognisi sosial yang melatar belakangi wacana yang dibentuk pada rubrik topik kita di majalah Noor? Bagaimana pula kontekssosial yang melatar belakangi wacana dalam pemberitaan mengenai fenomena koruptor perempuan pada rubrik topik kita di majalah Noor? Teori yang digunakan dalam instrument penelitian ini adalah teori feminisme liberal yang diuraikan dalam buku Feminist Thought karya Rosmarie Putnam Tong, dimana penganut aliran feminisme liberal menekankan bahwa keadilan gender menuntut kita untuk membuat aturan permainan yang adil, yang didalamnya perempuan dapat merasakan hak yang sama dengan laki-laki baik dalam memperoleh pendidikan dan bermanfaat di ruang publik. Karena itu, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan keterikatan antara teori feminisme liberal dengan permasalahan mengenai koruptor perempuan menggunakan pisau analisis wacana kritis milik Teun. A. Van Dijk. Metodologi penelitian ini menggunakan paradigm kritis dengan pendekatan kualitatif. Paradigma kritis bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan wartawan dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita. Metode ini menekankan pada level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang berhubungan dengan berita yang ditampilkan pada rubrik topic kita di majalah Noor agar menjadi sebuah pembelajaran untuk dapat menyampaikan pesan komunikasi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada berita terdapat makna teks yang meliputi enam struktur teks. Selain itu terdapat kognisi sosial yang meliputi empat skema berupa skema person, skema diri, skema peran, dan skema peristiwa. Pemberitaan tersebut juga dilatarbelakangi oleh konteks sosial berupa praktik kekuasaan dan akses yang mempengaruhi wacana di dalamnya. Kata kunci: Media cetak, Feminisme liberal, Rubrik topik kita, Koruptor perempuan.
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT ., Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan nikmat, karunia, dan ridhoNya . Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta para sahabat dan keluarganya, yang telah menjadi panutan yang baik bagi umat Muslim di seluruh dunia. Serta hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selama kurang lebih enam bulan lamanya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Kritis Citra Koruptor Perempuan Pada Rubrik Topik Kita di Majalah Noor”, yang disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini juga berkat doa, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Mereka adalah:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, H. Sunandar, M.A.
ii
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si. serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan. Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada Ketua dan Sekretaris terdahulu, Rubiyanah, MA. dan Ade Rina Farida, serta Dosen Pembimbing Akademik Dr. Rully Nasrullah, atas bantuan dan petuahnya kepada peneliti selama ini.
3. Dosen Pembimbing, Wati Nilamsari, M. Si., yang telah bersedia meluangkan
waktunya
untuk
membimbing,
mengarahkan,
memberikan banyak pelajaran, baik dari segi keilmuan maupun tulisan, dan selalu memotivasi peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Ibu selalu dilimpahkan karunia dan nikmat serta senantiasa selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
yang telah memberikan ilmu-ilmu
yang sangat
bermanfaat bagi penulis, .
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya sehingga penulis mendapat banyak referensi dalam penelitian ini.
6. Narasumber Penelitian, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jetti R. Hadi, Wartawan Penulis Badriyah Fayumi, serta Sekretaris Redaksi
iii
Majalah Noor, Riri atas bantuannya guna melengkapi syarat penelitian ini.
7. Orangtua tercinta, Ayahanda Drs. Gustiri MAK dan Ibunda Ende Juju Julaeha serta keluarga besar yang tiada henti menyemangati peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu, serta memberikan dukungan berupa doa, moril, dan materil yang tak terhingga jumlahnya. Semoga Allah senantiasa memberikan mereka nikmat sehat dan umur panjang agar bisa menjadi saksi hingga anaknya menjadi pribadi yang sukses serta berguna bagi nusa dan bangsa.
8. Fajar Febrianto, yang senantiasa apapun, termasuk dalam
membantu peneliti dalam hal
doa, semangat, serta tidak pernah lelah
mengingatkan peneliti agar menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan bermanfaat. Terima kasih atas segala perhatian yang telah diberikan. Semoga Allah membalas budi baikmu.
9. Sahabat terbaikku yang senantiasa menjadi pelipur lara, Norma Gustiany, Athifa Rahmah, Dea Nuva, Bella Stevany, Ira Wati, Latifah, Ika Suci Agustin, Revalia Ayunda, Alica, Faradilla Nurul Rahma, Vera. Terima kasih kalian selalu berhasil membuat saya tertawa bahagia.
10. Teman-teman seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik 2010, Jurnalistik A, Septinia, Tezar Aditya, beserta teman Najua lainnya, teman-teman Jurnalistik C, dan khususnya Jurnalistik B, Ntep, Diyah, Damar, Tyo, Damar, Bunbun, Nissa, Sri, Fauziah dan teman-teman JB lainnya yang tidak dapat peneliti tuliskan satu-persatu. Terima kasih untuk
iv
kenangan selama empat tahun lamanya, dalam belajar, berkarya, berimajinasi, dan belajar bersama menjadi calon Jurnalis yang baik
11. Keluarga besar Radio Dakwah dan Komunikasi (RDK FM), yang telah memberikan banyak pelajaran berharga. Terima kasih telah memberikan pengalaman yang terbaik bagi peneliti untuk terus belajar dan belajar.
12. Keluarga besar Unity Agency, khususnya Terry Sintawati Latif yang telah banyak memberikan peneliti waktu untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Terima kasih atas motivasi dan pelajaran yang selalu diberikan.
13. Teman-teman KKN SIMFONI 2013 Tanjakan Mekar. Terima kasih atas pengalaman hidup selama satu bulan, dan canda tawa yang kita lalui bersama dengan penuh rasa kekeluargaan. Pada penulisan skripsi ini, peneliti sadar masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Namun, peneliti telah semaksimal mungkin berupaya agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini menjadi manfaat bagi yang membacanya. Aamiin. Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 12 Desember 2014
Aulia Rahmi
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR…………………………………………………....…........i DAFTAR ISI……………………………………………………………....…..…v DAFTAR TABEL……………………………………………………….….....viii DAFTAR GAMBAR………………………………………………...................ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………….....1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………..………...6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………...7 D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian……………………….…..…8 2. Pendekatan Penelitian………………................…9 3. Metode Penelitian………………………….….....11 4. Teknik Pengumpulan Data………….…………....11 5. Teknik Analisis Data……………………….....…14 6. Subjek dan Objek Penelitian…………................15 7. Waktu dan Tempat Penelitian……….………......15
vi
E. Tinjauan Pustaka……………………………….…..…...15 F. Sistematika Penulisan……………………..………..…..17 BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori 1. Feminisme……………………………………….19 a. Feminisme Liberal………………………......23 2. Analisis Wacana………………………………....25 a. Analisis Wacana Kritis Van Dijk……….......28 B. Kerangka Konseptual 1. Korupsi a. Pengertian Korupsi……………….……….…35 b. Korupsi di Indonesia………………….……..38 2. Perempuan dalam Perspektif Islam……………..40 3. Media Massa a. Pengertian Media Massa……………..….…..45 b. Fungsi Sosial Media Massa………………....48 c. Media Cetak……………………………..….49
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJALAH NOOR A. Gambaran Umum Majalah Noor……………...…...53 1. Visi dan Misi Majalah Noor……………......…56 2. Logo Majalah Noor………………………........57 3. Struktur Redaksi Majalah Noor……….....…....57
vii
B. Gambaran Umum Rubrik Topik Kita 1. Rubrik Topik Kita…………………..……..…...59 2. Karakteristik Pembaca Majalah Noor…...…......60 BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Struktur Teks Berita……………………….………62 1. Analisis
Teks
Berita
“Agar
Perempuan
Tak
Rentan”…….............................................................63 2. Analisis Teks Berita “Peta Identitas Perempuan: Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan (31/12/2013)….…......74 B. Analisis Level Kognisi Sosial………………………........…88 C. Analisis Level Konteks Sosial……………………………....93 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………97 B. Saran…………………………………………………….....99
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………100 LAMPIRAN…………………………………………………………………..103
viii
DAFTAR TABEL TABEL
HALAMAN
Tabel 1: Struktur Teks Analisis Wacana Van Dijk……………………………...31 Tabel 2: Elemen Teks pada Wacana Teun A. Van Dijk………………………...32 Tabel 3: Skema pada Level Kognisi Sosial……………………………………..33 Tabel 4: Struktur Redaksi Majalah Noor……………………………...………..58 Tabel 5: Analisis Level Teks Berita Berjudul “Agar Perempuan Tak Rentan”....70 Tabel 6: Analisis Level Teks Berita Berjudul Peta “Identitas Perempuan: Menyikap Fenomena Koruptor Perempuan”……………………………………82
ix
DAFTAR GAMBAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1: Logo Majalah Noor………………………………………………….32
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas dunia tidak bisa hanya diamati melalui mata dan telinga saja, perlu pihak ketiga yaitu media massa.1 Media massa memiliki peran penting dalam komunikasi. Media massa itu sendiri sebagai alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal.2 Sedangkan komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Pada awal perkembangannya, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komuniksi massa) yang dihasilkan oleh teknologi modern.3 Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi komunikasi media massa mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi tersebut telah mengantarkan masyarakat agar semakin mudah dalam berhubungan antara satu dengan lainnya. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beredar surat kabar sebagai sumber informasi media cetak pertama kali. Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan
1
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h.2. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), h.72. 3 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, h.3 2
2
melalui benda cetak.4 Keberadaan surat kabar sebagai media cetak pertama kali dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman. Sedangkan keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, serta zaman orde lama dan orde baru. Setelah beredarnya surat kabar di Indonesia, munculah komunikasi berupa tulisan yang lebih beragam konten beserta isinya, yaitu majalah. Majalah
merupkan
salah
satu
media
komunikasi
massa
dalam
menyampaikan pesan kepada khalayak dengan sangat terperinci karena memiliki
karakteristik
yang berbeda
dari
media
cetak
lainnya.
Karakteristik dari majalah dapat dilihat dari isi pesan yang disajikan. Dalam penyajian pesannya, majalah menyajikan pesan lebih banyak serta memiliki cover/sampul sebagai daya tarik. Majalah terbit secara berkala dan isinya meliputi beragam liputan jurnalistik, pandangan tertentu, topik aktual yang layak diketahui konsumen pembaca, artikel, dan sastra. Penerbitan majalah dibedakan atas majalah mingguan, bulanan, dan sebagainya. Menurut pengkhususan isinya, majalah dibedakan atas majalah wanita, berita, remaja, olahraga, sastra, dan ilmu pengetahuan tertentu. Dan segmentasi pembacanya pun berbeda-beda. Salah satu majalah wanita yang ada di Indonesia yaitu majalah Noor.
4
Zaenudin HM, the journalist (Jakarta: Prestasi Pusta Karya, 2007), h.12
3
Majalah Noor adalah majalah wanita yang terbit bulanan, dimana di dalam majalah ini terdapat beberapa rubrik yang dapat menjadi inspirasi bagi para pembacanya seperti info kesehatan, perjalanan, karier, kecantikan dan berbagai hal menarik di dalamnya. Majalah yang mempunyai tagline “Yakin Cerdas Bergaya” ini merupakan majalah yang bernafaskan Islam. Konten yang terdapat didalamnya terdiri dari 11 rubrik. Salah satu rubrik yang menarik dan membedakan majalah Noor dengan majalah lainnya adalah rubrik Topik Kita. Rubrik topik kita merupakan rubrik tentang pengetahuan yang didalamnya terdapat pandangan Islam. Rubrik topik kita hadir di setiap edisi majalah Noor dengan ulasan tema yang berbeda-beda setiap bulannya. Salah satu tema yang dihadirkan dalam rubrik topik kita yaitu tentang fenomena koruptor perempuan pada majalah Noor edisi Vol X th. XI/2013. Dalam rubrik edisi tersebut membahas tentang persoalan politik yang kian ramai diperbincangkan. Dan tidak hanya dituliskan tentang fenomena yang sedang terjadi, tetapi dijelaskan juga mengenai pandangan dalam Islam terhadap perempuan. Perempuan merupakan makhluk yang sangat dimuliakan. Hal tersebut yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana beliau sangat menghormati ibunya. Pada hakikatnya, perempuan tercipta untuk menjadi makmum (orang yang berdiri di belakang imam), tetapi seiring berkembangnya zaman, perempuan tidak hanya menjadi seorang pengikut laki-laki dan berproses menjadi seorang pemimpin layaknya kaum pria.
4
Dalam
fikih
siyasah
(politik)
maupun
fikih
munakahah
(pernikahan), kaum perempuan dipandang tak berhak menjadi pemimpin sebagai kepala pemerintahan maupun kepala keluarga.5 Realitanya, banyak kaum perempuan yang didaulat sebagai seorang pemimpin. Dimulai dari hal kecil, kedudukan ketua kelas yang semula hanya dipimpin oleh kaum lelaki, sekarang perempuan pun bisa menjadi seorang ketua kelas. Dalam sejarah politik Indonesia, tercatat Indonesia pernah memiliki seorang pemimpin Negara dari kaum perempuan yaitu Megawati Soekarno Putri. Dan kini semakin marak perempuan yang mencalonkan dirinya sebagai pemimpin penyalur aspirasi rakyat Indonesia. Menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah karena bertanggung jawab atas banyak jiwa. Tetapi banyak diantara pemimpin wanita yang mencalonkan dirinya untuk menunggang popularitas saja. Dalam suatu Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: “Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarga, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin di rumah
suaminya,
dan
akan
dimintai
pertanggungjawaban
atas
kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Oleh
5
h.169
karena
itu,
kalian
sebagai
pemimpin
akan
dimintai
Nasarudin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010),
5
pertanggungjawaban kalian atas kepemimpinannya.”6 Dalil tersebut menjelaskan bahwa apabila sudah diberi amanat berupa jabatan yang baik lalu tidak dapat mempertanggungjawabkannya dengan baik seperti berbuat curang yaitu dengan melakukan tindak pidana korupsi, maka Allah akan meminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Meskipun tindak korupsi merupakan tindakan terlarang baik secara hukum maupun agama, tidak sedikit pemimpin yang melakukannya. Fenomena koruptor di Indonesia kian merajalela, dan pelakunya bukan hanya dari kalangan pria, tetapi juga wanita. Wanita yang terdaftar sebagai koruptor di Indonesia, beberapa diantaranya ialah Angelina Sondakh, Miranda Goeltom, Nunun Nurbaeti, Siti Hartati Murdaya,dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Menurut survey yang dilakukan oleh pihak Transparency International Indonesia (TII), Indonesia menempati urutan ke-118 dalam urutan Negara terkorup. Pihak TII juga melansir Indonesia berada di empat Negara terbawah dalam urutan tingkat korupsi dengan kondisi yang semakin memburuk.7 Kondisi tersebut membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi-institusi Negara dalam upaya pemberantasan korupsi menurun. Melihat realitas yang ada, menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk meneliti fenomena koruptor perempuan di Indonesia dalam rubrik 6
604.
7
Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid Satu, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.
Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Membasmi Kanker Korupsi, (Jakarta Pusat, T. Np, 2005), h. 223.
6
topik kita di majalah Noor yang akan diteliti dengan cara mencari makna tersembunyi (latent) pada suatu teks di media yang menjadi rujukan utama dalam penelitian. Untuk menganalisis sebuah makna yang terkandung dalam sebuah teks dapat diteliti melalui sebuah studi analisis data kualitatif, berupa analisis wacana. Penelitian ini difokuskan pada pemberitaan mengenai koruptor perempuan tentang Fenomena Koruptor Perempuan dan Agar Perempuan Tak Rentan edisi Desember 2013, karena melihat pada bulan tersebut isu ini sedang ramai diperbincangkan. Maka Penelitian ini mengangkat judul “Feminisme Liberal dalam Wacana Fenomena Koruptor Perempuan Pada Rubrik “Topik Kita” di Majalah Noor.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar lebih fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah Analisis wacana pada fenomena koruptor perempuan pada majalah Noor yaitu dalam rubrik Topik kita di majalah Noor edisi Vol X th. XI/2013. Terdapat kurang lebih tiga berita mengenai hal ini dalam majalah Noor pada bulan Desember 2013. Namun, peneliti fokus pada dua berita. Dari pembatasan masalah tersebut perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana teks yang dibangun oleh majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan?
7
2. Bagaimana kognisi sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan? 3. Bagaimana konteks sosial yang melatarbelakangi wacana dalam pemberitaan fenomena koruptor perempuan di majalah Noor? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang tertulis di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui makna teks yang terdapat pada rubrik topik kita di majalah Noor tentang fenomena koruptor perempuan di Indonesia. 2. Untuk mengetahui kognisi sosial ditinjau dari analisis wacana terhadap majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan dalam rubrik topik kita. 3. Untuk mengetahui konteks sosial ditinjau dari analisis wacana terhadap majalah Noor mengenai fenomena koruptor perempuan dalam rubrik topik kita D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang tengah terjadi di masyarakat. Seperti hal-hal yang enggan dan dianggap tabu untuk diberitakan, sama halnya dengan apa yang terjadi ditengah masyarakat Indonesia khususnya dalam kancah politik.
8
2. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif khususnya pada bidang ilmu komunikasi, terutama dalam konteks analisis wacana, serta rubrik yang terkait dengan bidang sosial, ekonomi dan politik. 3. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi peneliti, praktisi komunikasi, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tim redaksi majalah, dan berbagai konten masyarakat lainnya bahwa dalam produksi suatu berita, teks tidak berdiri secara netral. Namun, banyak aspek yang ikut mempengaruhi di dalam memproduksi sebuah berita. Termasuk kondisi kognisi wartawan dan pandangan masyarakat dalam melihat suatu isu yang ditampilkan oleh suatu media. Penelitian ini juga guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mempelajari praktik karya jurnalistik. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan. Paradigma kritis bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan wartawan
9
dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita.8 Dalam pandangan kritis, realitas merupakan kenyataan semu yang telah terbentuk oleh proses kekuatan sosial, politik, dan ekonomi. Analisis wacana dalam pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.9 Analisis wacana kritis tidak dipusatkan pada benar atau tidaknya struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktivisme, karena pada paradigma kritis kelompok dominan sangat berperan dan terlihat ingin menunjukan diri mereka dengan mengemas sebuah wacana untuk selanjutnya dilemparkan ke publik sehingga dianggap sebagai nilai yang dapat diterima bersama oleh khalayak. 2. Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari suatu perwujudan makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat.10 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan analisis yang bersifat non-kuantitatif. Karena
dalam
melakukan
penelitian
kualitatif
adalah
dengan
menggunakan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan. Dalam melakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, terdapat beberapa kriteria, diantaranya ialah kredibilitas yang digunakan
31.
8
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
9
Eriyanto, Analisis Wacana, h.48 Eriyanto, Analisis Wacana, h.302.
10
10
untuk mendeskripsikan/memahami fenomena yang menarik perhatian dari suatu sudut pandang. Kedua, transferabilitas yang merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif yang dapat masuk akal. Ketiga, dependabilitas yang secara esensial berhubungan dengan kemungkinan memperoleh hasil yang sama sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Keempat, konfirmabilitas yang berasumsi bahwa setiap peneliti membawa perspektif yang unik ke dalam penelitian.11 Selain kriteria, hal yang juga sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah objek analisis. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif ialah makna dari gejalagejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat
bersangkutan
untuk
memperoleh
gambaran
mengenai
kualitatif,
penulis
kategorisasi tertentu. Dengan
menggunakan
pendekatan
menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang dikemukakan Teun A. Van Dijk. Analisis wacana diartikan sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Terdapat perbedaan antara analisis wacana dengan analisis isi kualitatif yaitu analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi, sedangkan analisis isi lebih menekankan pada pernyataan apa (what) dalam sebuah teks.12
11
2009), h.
12
Prof. Dr. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Raja Grafindo,
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Rosdakarya, 2001), h.68.
11
3. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif model Analisis Wacana Kritis. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori milik Teun A. Van Dijk, dimana teks memiliki ideologi dan kecenderungan tertentu terhadap suatu pemberitaan. Dalam menganalisis menggunakan Analisis Wacana Kritis model Van Dijk diperlukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.13 Analisis wacana berfokus pada pencarian makna terhadap suatu pesan yang sifatnya tersembunyi (latent). Dalam perangkat wacana milik Van Dijk, jika ada suatu teks yang memarjinalkan wanita, dibutuhkan suatu penelitian lebih dalam untuk melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks itu memarjinalkan wanita. Dan penelitian ini sangat khas Van Dijk karena melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.14 4. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
14
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h. 201 h. 221.
12
a. Observasi Non Partisipan Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan. Observasi berupa pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang akan diteliti yaitu teks berita mengenai fenomena koruptor perempuan pada rubrik Topik Kita di Majalah Noor edisi Desember 2013. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian non partisipan dimana peneliti mengobservasi tanpa bantuan dari partisipan.15 b. Wawancara Mendalam Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.16 Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam kepada narasumber terkait yaitu Jetti Rosilla Hadi (Pemimpin Redaksi Majalah Noor) dan Badriyah Fayumi (Penulis dan Redaktur rubrik Topik Kita). Wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur (wawancara secara mendalam). Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya telah ditetapkan sebelumnya dan telah disediakan pilihan jawabannya, sedangkan wawancara tak terstruktur disebut
15
John W. Creswell, Research Design. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 268. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bhineka Cipta, 1996), cet ke-10, h.72. 16
13
sebagai wawancara mendalam (intensif) yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk-bentuk informasi dari semua responden yang disesuaikan dengan cirri-ciri setiap responden.17 Wawancara dalam penelitian kualitatif berlangsung dari alur umum ke alur khusus. Wawancara pada tahap pertama biasanya hanya bertujuan untuk memberikan deskripsi dan orientasi awal periset perihal masalah dan subjek yang dikaji. Tema-tema yang muncul kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada wawancara berikutnya, dan demikian seterusnya hingga mencapai
titik jenuh.
Periset
kualitatif dalam melakukan
wawancara dapat melakukan loncatan materi wawancara kepada responden yang secara natural memiliki informasi yang lebih banyak dan menjadi informan yang lebih penting.18 c. Dokumentasi Dokumentasi berupa data tertulis yang berisikan keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang bersifat aktual.19 Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto, arsip, dokumen, dan catatan-catatan yang terdapat di majalah Noor. d. Studi Pustaka
17
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2001), h.
103. 18
Agus Salim MS, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 17. 19 Kunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek, h. 77.
14
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari beberapa buku, jurnal, kamus, dan artikel media lain yang berhubungan dengan penelitian. 5. Teknik analisis data Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Analisis wacana oleh Van Dijk digambarkan sebagai analisis yang mempunyai tiga dimensi didalamnya, yaitu: level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Kesimpulan dari analisis ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang di masyarakat dalam suatu masalah.20 Setelah data terkumpul secara rapi dan lengkap, data yang didapatkan adalah hasil dari wawancara, arsip-arsip serta dokumentasi majalah Noor yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara mengklasifikasikannya dengan kerangka teori dan dibuat kesimpulan. 6. Subjek dan objek penelitian
20
h. 224.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
15
Subjek yang diteliti adalah pihak redaksi majalah Noor, sedangkan objek penelitiannya adalah teks berita dengan judul “Menyingkap Fenomena Koruptor Perempuan” dan “Agar Perempuan Tak Rentan” pada rubrik topik kita edisi Vol X th. XI/2013 di majalah Noor. 7. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di kantor Majalah Noor yang terletak di Jalan Karang Pola VI No. 7A, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 dan waktu penelitian dilaksanakan pada 07 Mei – 16 Juni 2014. 8. Pedoman Penulisan Pedoman penulisan ini mengacu pada buku pedoman penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. 9. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengdakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang berada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan dari hasil pencarian, penulis belum menemukan judul yang sama persis dengan judul yang akan diteliti. Hanya terdapat beberapa judul yang hampir sama dengan menemukan persamaan dan perbedaan yang terdapat di dalamnya. Skripsi yang dimaksud diantaranya ialah sebagai berikut:
16
a. Analisis Wacana Citra Perempuan dalam Tabloid Nova Edisi Khusus Kecantikan Tanggal 21-27 November 2011 yang ditulis oleh Tiara Mustika mahasiswa Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012. Pada skripsi ini terdapat kesamaan yaitu menggunakan analisis teks yang sama yaitu analisis wacana dengan model analisis wacana Teun A. Van Djik. Dan perbedaan yang terdapat di dalamnya adalah teori yang digunakan yaitu teori labeling, dan skripsi ini menggunakan tabloid Nova sebagai subjek dalam penelitiannya. b. Analisis Wacana Karakteristik Islam Rubrik Mutiara Dakwah pada majalah Ummi Edisi Maret-Juni 2009 yang ditulis oleh Erma Mulyana mahasiswa Jurusan konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2004. Pada skripsi ini tidak dijelaskan paradigma apa yang digunakan penulis, apakah paradigm positivis, konstruktivisme, ataupun kritis. Selain itu, media yang digunakan dalam penelitian adalah majalah UMMI dan
lebih
menekankan
kepada
penelitian
karakteristik
keislamannya. Dari beberapa skripsi tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti judul skripsi Analisis Wacana Teun A. Van Dijk pada rubrik topik kita mengenai fenomena koruptor perempuan di majalah Noor.
17
F. Sistematika Penulisan Agar penelitian skripsi ini lebih sistematis, penulisan ini disusun dengan lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: BAB I Penulis akan menjabarkan tentang Latar Belakang Masalah , Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustka, dan Sistematika Penulisan. BAB II Penulis akan menjelaskan pengertian umum tentang Teori Feminisme, Feminisme Liberal, Analisis Wacana, Analisis Wacana Kritis Van Dijk, Korupsi, Media Massa, serta perempuan dalam pandangan Islam. BAB III Menggambarkan secara umum tentang profil majalah Noor, sekilas tentang rubrik topik kita yang didapat dalam wawancara dengan tim redaksi. BAB IV Bab ini berisi hasil temuan dari hasil penelitian yang diperoleh penulis pada saat penelitian.
18
BAB V Bab ini berisi tentang kesimpulan atas analisis penelitian juga kritik dan saran dari permasalahan yang diangkat disertai dengan beberapa lampiran yang didapat.
19
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori 1. Feminisme Feminisme merupakan istilah yang digunakan oleh para kaum feminis kultural untuk mendeskripsikan ideologi superioritas wanita. Secara umum, istilah „feminisme‟ merujuk pada pengertian ideologi pembebasan wanita, karena yang melekat dalam semua pendekatannya ialah bentuk keyakinan bahwa wanita mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.21 Feminisme pada umumnya adalah tentang bagaimana pola relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, serta bagaimana hak, status, dan kedudukan perempuan di sektor domestik dan publik. Rosmarie Putnam Tong dalam bukunya yang berjudul Feminist Thought menyebutkan bahwa teori feminisme terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah feminisme liberal, feminisme radikal libertarian dan radikal kultural, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan gender,
feminisme
ektensialis,
feminisme
postmodern,
feminisme
multikultural dan global, serta feminisme ekofeminisme.22 Feminisme radikal menekankan bahwa budaya patriarkal ditandai oleh adanya kuasa, dominasi, hirarki, dan kompetisi.23 Laki-laki hanya diizinkan untuk 21
menunjukkan
karakteristik
maskulin,
sedangkan
perempuan
Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi Wanita dalam Iklan, (Yogyakarta: T.pn., 2008), h. 73. 22 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 1-10.
23
20
karakteristiknya hanya feminin saja. Maka feminisme radikal-liberal berfokus pada seks, gender, reproduksi. Seks, gender, dan reproduksi yang dimaksud Tong disini adalah jenis kelamin, sifat maskulin/feminin, dan apa yang dihasilkan perempuan dan laki-laki. Seperti, laki-laki tidak bisa melahirkan, menyusui layaknya seorang perempuan.24 Berbeda dengan Feminisme radikal-libertarian, feminisme radikalkultural bersifat ekslusifitas seksual di mana laki-laki dan perempuan tidak bisa dipersatukan. Dalam pandangan Tong, ekslusif seksual adalah perempuan termasuk dalam golongan yang tidak diizinkan untuk menikah dengan lakilaki. Bahkan untuk bekerja di ruang publik sekalipun, tidak diperbolehkan. Hal yang ingin diperjuangkan dalam gerakan feminisme ini adalah mengembalikan hak-hak kebebasan perempuan yang sangat mendasar.25 Gerakan feminisme marxis dan sosialis terbentuk karena adanya tuntutan ekonomi sehingga perempuan terpaksa terjun ke ranah publik untuk menghasilkan uang dan akhirnya hanya menguntungkan pihak laki-laki. Tujuan dari gerakan feminisme marxis dan sosialis adalah agar ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sehingga kepentingan laki-laki tidak terlalu diutamakan atas kepentingan perempuan.26 Berbeda dengan feminisme marxis dan sosialis, dalam feminisme psikoanalisis dan gender, laki-laki menganggap bahwa dirinya sebagai 24
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 3. 25 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 5. 26 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 188.
21
maskulin dan perempuan menganggap bahwa dirinya sebagai feminin. Padahal dalam realitanya, laki-laki juga memiliki sifat feminin dalam dirinya, hal tersebut terbukti dari tingkat emosional yang laki-laki miliki. Sementara perempuan juga memiliki sifat pemberani dalam dirinya seperti laki-laki. Tujuan gerakan feminisme ini adalah untuk menuju masyarakat yang androgini, yaitu perempuan memiliki kedua sifat tersebut, feminin dan maskulin.27 Contohnya, laki-laki juga bisa menangis saat kehilangan seseorang yang disayang. Sedangkan perempuan single parent yang mampu menghidupi anak, baik sebagai ibu maupun sebagai seorang ayah, yaitu mengasuh anak dan mencari nafkah yang seharusnya menjadi tugas suami. Aliran feminisme yang lain yaitu, feminisme eksistensialis. Menurut Beauvoir, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan perempuan dalam mencapai suatu perubahan. Pertama, perempuan bisa bekerja di lingkungan yang kebanyakan adalah laki-laki. Kedua, perempuan bisa membuat perubahan dengan cara pandangannya sendiri dalam suatu pekerjaan. Ketiga, perempuan dapat bekerja untuk mencapai perubahan sosial khususnya di masyarakat.28 Gerakan selanjutnya yaitu feminisme posmodern yang ditujukan untuk mencapai kebebasan perempuan dari perbedaan ras, kelas, kecenderungan seksual, etnisitas, kebudayaan, umur, agama, dan sebagainya. Feminisme posmodern berkaitan dengan pemikiran posmodernisme yang secara garis 27
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 190. 28 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 274-275.
22
besar menekankan bahwa perempuan bisa mengeskpresikan dirinya sebagai perempuan, karena perempuan dan laki-laki berbeda. 29 Sedangkan pada feminisme multikultural dan global cenderung menekankan pada perbedaan antara perempuan kulit hitam dan perempuan kulit putih. Beberapa perempuan diuntungkan hanya karena ras dan kelas mereka. Di mana perempuan kulit hitam hanya boleh berbicara atau mengemukakan pendapat atas perempuan kulit hitam lainnya, dan begitu pula dengan perempuan kulit putih. Sedangkan feminisme global menekankan pada bergantung apakah seorang perempuan dalam menghadapi perannya sebagai warga negara.30 Aliran feminisme yang selanjutnya adalah ekofeminisme. Ekofeminis berpendapat ada hubungan konseptual, simbolik, dan linguistik antara feminis dan isu ekologi. Dalam ekofeminisme, terdapat hubungan antara perempuan dengan alam. Di mana laki-laki dianggap yang paling dominan dalam merusak alam, sehingga adanya gerakan ini untuk mencapai kesetaraan baik laki-laki maupun perempuan dalam memperbaiki lingkungan tanpa adanya dominasi dari kedua belah pihak.31 Dari berbagai macam aliran feminisme yang ada, aliran feminisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah feminism liberal.
29
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 283. 30 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 309. 31 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 359.
23
a. Feminisme Liberal Feminisme liberal merupakan aliran yang ada sejak abad ke-18. Akar feminisme liberal berawal dari pemikiran Alison Jaggar pada abad ke-18 dan ke-19 yang mengamati pemikiran politis liberal yang mempunyai konsepsi atas sifat manusia, yang menempatkan keunikan kita sebagi manusia dalam kapasitas untuk bernalar.32 Pada abad ke-18, pekerjaan produktif (pekerjaan yang menghasilkan pendapatan untuk menghidupi sebuah keluarga) telah dilakukan di sekitaran rumah, baik perempuan maupun laki-laki. Tetapi kemudian kekuatan kapitalisme industri mulai menarik tenaga kerja keluar rumah, dan kemudian memasuki ruang kerja publik. Pada mulanya, proses ini bergerak perlahan dan tidak teratur, dan meninggalkan dampaknya yang paling besar pada perempuan borjuis yang sudah menikah.33 Perempuan kelompok ini tidak intensif bekerja di luar rumah karena rata-rata menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Sedangkan perempuan kelas menengah juga tidak mempunyai kebebasan, bahkan dalam hal bernalar sekalipun. Wollstonecraft menegaskan bahwa jika nalar adalah kapasitas yang membedakan manusia dari binatang, yakni masyarakat wajib memberikan pendidikan kepada perempuan, seperti halnya juga dengan lakilaki. Karena setiap manusia berhak mendapat kesempatan yang setara untuk mengembangkan kapasitas nalar dan moralnya.
32
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h.15. 33 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 18.
24
Pada abad ke-19, John Stuart Mill dan Hariet Taylor (Mill), memandang nalar tidak saja secara moral, namun sebagai kapasitas untuk mengambil keputusan secara otonom, tetapi juga melalui pemikiran yang hatihati. Mill dan Taylor mengklaim cara yang dapat memaksimalkan kegunaan yang total (kebahagiaan/kenikmatan), adalah dengan membiarkan setiap individu untuk mengejar apa yang mereka inginkan.34 Jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual, dan keadilan gender, maka masyarakat harus membiarkan perempuan hak politik dan kesempatan, seta pendidikan yang sama dengan laki-laki. Mill berpendapat bahwa setelah perempuan mendapat pendidikan penuh dan hak pilih, kebanyakan dari mereka akan memilih untuk tetap berada di dalam lingkungan ranah pribadi untuk “mempercantik diri” dan bukan untuk “mendukung” kehidupan. Sebaliknya, Taylor berpendapat dalam tulisan berjudul Enfranchisment of Women bahwa tugas perempuan dan laki-laki adalah sama-sama untuk “mendukung” kehidupan.35 Perempuan seharusnya tidak hanya mencari kesempatan untuk membaca buku dan memasukkan suara dalam pemilu. Mereka juga harus dapat menjadi partner laki-laki dalam usaha, keuntungan, risiko, dan pendapatan dari industri produktif. Taylor bersikeras, bahwa secara psikologis, sangatlah penting bagi seorang perempuan untuk bekerja, tidak masalah apakah pekerjaan yang dilakukan akan menghasilkan kegunaan atau tidak.
34
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 23. 35 Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h.24.
25
Mill juga menyampaikan bahwa salah satu perbedaan yang terdapat pada perempuan dan laki-laki terdapat pada pencapaian intelektualnya, di mana laki-laki lebih lengkap menerima pendidikan dibandingkan perempuan, dan posisi laki-laki yang lebih diuntungkan. 2. Analisis Wacana Istilah wacana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kontemporer mencakup tiga hal. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur kata. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan suatu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang terealisasi pada bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, dan artikel.36 Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, serta komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur”.37 Menurut Riyono Pratiko, proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya.38 Semakin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu. Kajian terhadap wacana tersebut sering disebut sebagai analisis wacana. Menurut pandangan Littlejohn, terdapat beberapa rangkaian tentang
36
Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h.1709 37 Ismail Muhaimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), h.26. 38 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, (cet ke-5; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.10.
26
analisis wacana. Pertama, seluruhnya tentang analisis wacana disusun, prinsip yang digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Kedua, wacana dipandang sebagai aksi, yaitu dengan cara melakukan segala hal, biasanya dengan kata-kata. Ahli analisis wacana berasumsi bahwa pengguna bahasa mengetahui bukan hanya aturan tata bahasa kalimat, namun juga aturan-aturan untuk mengetahui unit yang lebih besar dalam menyelesaikan tujuan-tujuan pragmatic dalam situasi sosial. Ketiga, analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang digunakan oleh komunikator aktual melalui perspektif mereka seperti, ia tidak memedulikan ciri atau sifat psikologis tersembunyi atau fungsi otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang dikelola dan dipecahkan.39 Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap suatu linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa yang sempurna. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti unsur bahasa terikat pada konteks pemakaian. Berdasarkan analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan antara lain: Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat, analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi, analisis wacana merupakan suatu pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik, analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam berbahasa, analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional.40 Dari kelima ciri dan sifat wacana berdasarkan analisisnya,
39
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 49-50 40
27
dapat disimpulkan bahwa analisis wacana berkaitan pada bahasa untuk mencari makna yang terdapat pada teks. Dari beragam ciri dan sifatnya, analisis wacana memiliki tiga pandangan mengenai bahasa. Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris.41 Oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Maksudnya ialah adanya pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya, konsekuensi logis dari pemikiran ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna subjektif dari sebuah teks, karena yang terpenting ialah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis merupakan bidang utama dari aliran positivism-empiris tentang wacana. Pandangan
kedua
disebut
sebagai
pandangan
konstrutivisme.
Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. 42 Aliran ini adalah kebalikan dari aliran positivism-empiris, karena di dalam pandangan kostruktivisme,
subjek
dan
objek
bahasa
tidak
dapat
dipisahkan.
Konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Pandangan ini mencoba mengoreksi pandangam konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun
h.4.
41
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
42
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 5.
28
institusional.43 Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pandangan yang ketiga yaitu pandngan kritis atau analisis wacana kritis. a. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Analisis Wacana Kritis dibangun oleh sekelompok pengajar Universitas East Angelia pada tahun 1970-an. Dalam Analisis Wacana Kritis, wacana tidak dipahami semata-mata sebagai suatu studi bahasa. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks yang ada.44 Dalam analisis wacana kritis, bahasa dilihat sebagai suatu faktor yang penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Terdapat beberapa Analisis Wacana dengan Paradigma kritis, beberapa diantaranya yaitu Fairclough dan Wodak, serta Teun A. Van Dijk. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing.45 Analisis Wacana Kritis milik Fairclough dan Wodak melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai
43
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 6. Aris Badara, Analisis Wacana; Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.27-28. 45 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.7 44
29
bentuk dari praktik sosial.46 Praktik sosial dimaksudkan sebagai pihak yang memiliki kekuasaan dalam memaknai suatu teks bahasa. Dalam Analisis Wacana Kritis, terdapat lima karakteristik diantanya sebagai berikut:47 Pertama, tindakan, prinsip pertama wacana ditandai sebagai sebuah tindakan, dimana seseorang menulis, berbicara, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Kedua, konteks, wacana dalam analisis wacana kritis dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Ketiga, historis, wacana baru akan dipahami apabila kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Keempat, kekuasaan, dalam analisis wacana kritis terdapat elemen kekuasaan di dalam analisisnya. Karena di setiap wacana yang muncul dalam analisis wacana kritis dipandang sebagai sesuatu yang bersifat alamiah, wajar, dan netral, tetapi juga merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kelima, ideologi. Ideologi dalam analisis wacana kritis dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Pandangan semacam ini, wacana tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah, karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Kekuatan yang dimiliki Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah kemampuannya dalam melihat dan membongkar politik ideologi di dalam media. Hal tersebut menjadi sangat penting karena dalam wacana yang bersifat kritis diyakini bahwa teks merupakan bentuk dari praktik ideologi atau
46 47
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 7. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 8-14.
30
peencerminan ideologi tertentu.48 Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media” karangan Eriyanto, didalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mengembngkan analisis wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan dikemukakan oleh Eriyanto tersebut, di antaranya Roger Fowler dkk (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideologi, Sara Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai feminism, Theo Van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang yang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model van Dijk adalah model yang paling sering digunakan dalam berbagai penelitian teks media. Meski pada umumnya penelitian Van Dijk mengenai rasialisme namun tidak menutup kemungkinan terhadap objek penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti. Teun A. Van Dijk memiliki tiga kerangka analisis, diantaranya sebagai berikut: 1. Dimensi Teks Dalam melihat suatu teks, Van Dijk memiliki beberapa struktur/tingkatan masing-masing yang saling mendukung. Tingkatan tersebut terdiri atas 3 (tiga) bagian, meliputi: struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Jika digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:
48
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 7-8.
31
Tabel 1.49 Struktur Teks Analisis Wacana Van Dijk Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Struktur mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Dalam dimensi teks ini, teks tidak semata dipahami melalui suatu teks berita, tetapi juga elemen yang nembentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Sehingga bisa diketahui lebih dalam maknanya, seperti bagaimana cara media dalam menyampaikan pesan tersebut, dan retorika seperti apa yang digunakan.50 Dalam pandangannya Van Dijk menilai, bahwa segala teks dapat dianalisis dengan menggunakan elemen teks ini. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua elemen itu merupakan kesatuan, saling berhubungan, dan mendukung satu sama lainnya. Terdapat 15 elemen yang mendasari wacana Van Dijk, diantaranya yaitu tematik, skematik, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, grafis, dan metafora. Semua elemen tersebut sangat berkaitan dengan struktur wacana khususnya dimensi teks, dimana 49
h. 227.
50
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, (cet ke-5; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.74
32
semuanya adalah bagian dari struktur wacana makro, superstruktur, dan struktur mikro. Tabel 2.51 Elemen Teks pada Wacana Teun A. Van Dijk Struktur Wacana Struktur Makro
Superstruktur
Srtuktur Mikro
Struktur Mikro
Struktur Mikro
Struktur Mikro
Hal yang Diamati Tematik Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita. Skematik Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh. Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misalnya, dengan member detil pada satu sisi atau membuat eksplisit dan mengurangi detil sisi lain. Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan.
Elemen Topik
Skema
Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi.
Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti. Leksikon
Grafis, Metafora, Ekspresi
2. Kognisi Sosial Dalam kerangka analisis Van Dijk, dimensi kognisi sosial sangat penting karena ada peran wartawan di dalamnya. Kesadaran mental
51
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 228-229.
33
wartawan membentuk makna dari suatu teks tersebut. Setiap teks pada dasarnya terbentuk lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang di dalamnya terdapat cara pandang terhadap manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Beberapa skema atau model yang digunakan dalam analisis kognisi sosial digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.52 Skema Pada Level Kognisi Sosial Skema person (Person Schemas) Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Skema Diri (Self Schemas) Skema ini berhubungan dengan bgaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang. Skema Peran (Role Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Skema Peristiwa (Event Schemas) Skema ini merupakan skema yang paling sering digunakan, karena setiap hari selalu ada peristiwa yang terjadi. Dan dari setiap peristiwa tersebut selalu dapat ditafsirkan dan dimaknai dalam skema tertentu. Dalam dimensi kognisi sosial dijelaskan bagaimana cara wartawan dalam mempresentasikan kepercayaan atau prasangka dan pengetahuan strategi dalam pembentun teks peristiwa yang spesifik dan
52
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 260.
34
tercermin melalui berita. Dan skema yang tersedia menunjukan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang dating dari lingkungan sekitar. 3. Konteks Sosial Dalam analisis sosial model Van Dijk mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting, yaitu: kekuasaan (power), dan akses (access). Berikut akan dijelaskan beberapa faktor tersebut: a. Praktik kekuasaan Teun A. Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok untuk mengontrol kelompok dari kelompok lain. Selain berupa control yang sifatnya langsung dan tidak langsung, kekuasaan juga dipahami Van Dijk yang berbentuk persuasif yang secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan perhatian yang besar terhadap apa yang disebut dominasi. Dominasi direproduksi oleh pemberian akses yang khusus pada suatu kelompok dibandingkan kelompok lain (diskriminasi). b. Akses mempengaruhi wacana Dalam buku
milik Eriyanto dijelaskan bahwa Van dijk
mendefinisikan kekuasaan sebagai alat kontrol yang bersifat langsung dan fisik,
serta
berbentuk
persuasif,
yaitu
kepercayaan,
sikap,
dan
pengetahuan. Sedangkan akses adalah jalan masuk antara masing-masing
35
kelompok dalam suatu masyarakat. Pada umumnya, kelompok elit memiliki akses yang lebih besar dibandingakan kelompok yang tidak berkuasa.53 Oleh karena itu, kelompok elit mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam mempengaruhi khalayak melalui akses media yang dimiliki. Struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang integral dalam kerangka analisis wacana milik Van Dijk. Dan akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.54 B. Kerangka Konseptual 1. Korupsi a.
Pengertian Korupsi Korupsi merupakan permasalahan serius di banyak negara Asia.
Perkembangan korupsi
mengakibatkan terancamnya stabilitas dan
keamanan masyarakat nasional dan internasional, melemahkan institusi dan nilai-nilai demokrasi dan keadilan serta membahayakan pembangunan berkelanjutan dan penegakan hukum. Di Indonesia, dari waktu ke waktu tindak pidana korupsi sudah begitu meluas dalam masyarakat. Perluasan itu tidak hanya dalam jumlah kerugian keuangan negara dan kualitas tindak pidana yang dilakukan, tetapi korupsi semakin sistematis dan meluas sehingga menimbulkan bencana terhadap perekonomian nasional 53 54
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 272-273. Eriyanto, Analisis Wacana, h. 274.
36
dan juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat. DR. Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Patologi Sosial menyatakan bahwa korupsi adalah tingkah laku yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mendapat keuntungan pribadi yang merugikan kepentingan umum dan negara.55 Dan semakin hari tingkat praktik korupsi semakin meningkat. Praktik korupsi sudah banyak meruak di Indonesia. Melihat kondisi tersebut, dalam tiga tahun terakhir lembaga riset Political and Economic Risk Consultancy (PERC) selalu menempatkan Indonesia sebagai juara korupsi di Asia. Predikat tersebut juga datang dari Transparency International yang selalu menempatkan Indonesia sebagai salah satu Negara terkorup di dunia.56 Akibatnya negara Indonesia yang seharusnya dapat menjadi negara yang bersih dari praktik korupsi masih menjadi wacana yang hingga kini belum terealisasikan karena banyaknya peluang di pemerintahan untuk para pejabat melakukan tindak pidana korupsi. Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan bobroknya system pengawasan dalam waktu bersamaan. Korupsi dapat dimulai dari mana saja: suap ditawarkan pada seorang pejabat, atau sebaliknya seorang pejabat meminta (atau bahkan dengan cara memaksa) dengan uang pelican. Orang menawarkan sesuatu karena ingin memperebutkan apa yang bukan haknya (uang rakyat). Namun kasus korupsi yang terjadi tidak 55 56
Np, 2005.
DR. Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), h. 80. Masyarakat Transparansi Indonesia, Di balik Palu Mahkamah Konstitusi, Jakarta: T.
37
pandang dia laki-laki ataupun perempuan. Semakin banyaknya kasus korupsi di Indonesia yang melibatkan perempuan di dalamnya membuat Indonesia membenah diri dengan sistem hukumnya. Sistem hukum yang wajib dibenahi dan dikaji lebih dalam lagi, dimaksudkan agar Indonesia tidak kehilangan peran hukum di dalamnya. Hilangnya peran hukum yang adil dalam kehidupan sosial politik di berbagai Negara modern mengakibatkan perjalanan bangsanya terganggu, tidak terarah, dan menimbulkan korupsi dengan berbagai corak dan variasinya.57 Korupsi politik tidak hanya terjadi di negara Asia, tetapi juga di Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika Latin, maupun Amerika Utara. Korupsi di dunia politik tidak terlepas dari faktor kekuasaan, struktur sosial politik yang tidak adil dan lemahnya kontrol sosial, kontrol politik, dan kontrol hukum. Sedangkan terjadinya korupsi disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ialah sebagai berikut58: 1. Adanya
nafsu
memperluas
politik
kekuasaan,
untuk
mempertahankan
karena
kekuasaan
dan
adalah
kewenangan untuk mengatur kehidupan kewarganegaraan. Terutama kewenangan dalam mendistribusikan ekonomi dan
sumber
daya
alam,
serta
kekuasaan
untuk
melaksanakan kebijakan politik.
57
Artidjo Alkostar, Korupsi Politik di Negara Modern, Yogyakarta: FH UII Press, 2008,
58
Artidjo Alkostar, Korupsi Politik di Negara Modern, hal. 383.
hal.382.
38
2. Tersedianya sarana dan prasarana ekonomi dan politik yang steril dari budaya dialogis. 3. Tidak adanya kontrol yang efektif dari rakyat. 4. Faktor iklim sosial dan politik yang krisis akan keteladanan dan kevakuman moral. 5. Faktor iklim penegakan hukum yang tragikomis, dimana kredibilitas penegak hukum merosot, karena adanya krisis institusi dan mental dari aparat penegak hukum itu sendiri. b. Korupsi di Indonesia Pada
29
November
2002,
terbentuklah
RUU
mengenai
pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri atas 12 bab dan 17 pasal didalamnya dan telah disetujui oleh DPR.59 Terbentuknya RUU mengenai pembetukan KPK cukup membantu dalam pemberantasan korupsi di Indonesia yang dinilai sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Korupsi di Indonesia semakin menjadi saat negeri ini beranjak menuju demokratisasi. Pasca lengsernya rezim otoriter Soeharto, kasus korupsi merebak dimana-mana, dan dilakukan oleh berbagai kalangan. Semua lembaga pemerintah yang dibentuk untuk kepentingan publik terjangkiti korupsi.60 Padahal, pembahasan mengenai korupsi sudah dilakukan juga oleh semua kalangan.
59
Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Membasmi Kanker Korupsi (Jakarta Pusat: T.pn., 2004), h. 211. 60 Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Membasmi Kanker Korupsi, h. 223.
39
Di Indonesia, sudah banyak membuat perangkat hukum dengan tujuan untuk memberantas korupsi. Seperti UU No. 3/1971 tentang pemberantasan korupsi. Bahkan, jauh sebelum itu pada tahun 1950-an dan 1960-an juga sudah muncul peraturan-peraturan yang terkait dengan upaya pemberantasan
korupsi.
Tap.
MPR
No.
XI/MPR/1998
tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, dan UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Antikorupsi). Terakhir, UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga sudah ditetapkan.61 Namun, peraturan-peraturan tersebut tampaknya belum terlihat bukti jelasnya, terbukti skala korupsi semakin tinggi. Korupsi kian menjadi-jadi karena beberapa hal, diantaranya yaitu sistem pemerintahan/negara yang memberi peluang untuk korupsi, rendahnya moralitas dan kesadaran masyarakat, serta tidak ada kontrol yang ketat dan serius baik dari masyarakat maupun pihak yang berwenang. Dan sebab korupsi lainnya adalah pandangan dunia (mind-set) sebagian masyarakat yang keliru, yang terpengaruh oleh nilai-nilai agama dan budaya yang tidak kondusif bagi kehidupan yang bersih tanpa korupsi.62 Ada sebab, pasti ada akibat atau dampak dari perilaku tindak pidana korupsi. Dampaknya tidak hanya bersifat ekonomis dan politik seperti high cost economy dan kerugian negara, tetapi juga bersifat moral dan budaya. 61
Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Membasmi Kanker Korupsi, h. 224. 62 Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Membasmi Kanker Korupsi, h. 231.
40
2. Perempuan dalam Perspektif Islam Dalam Islam, wanita bukanlah musuh atau lawan kaum laki-laki. Sebaliknya wanita adalah bagian dari laki-laki demikian pula laki-laki adalah bagian dari wanita, keduanya bersifat saling melengkapi. (QS. AlImran (3) : 195). Di sisi lain, banyak para filosofis yang menganggap wanita sebagai penyebab terjadinya berbagai bentuk bencana dan tindak kriminalitas di dunia. Negara hancur karena wanita. Seorang pangeran bahkan ada yang rela menanggalkan mahkota kerajaannya karena wanita. Pertikaian muncul akibat perebutan wanita. Bahkan muncul permasalahan dari kaum agama bahwa wanitalah yang menyebabkan Nabi Adam as turun ke bumi. Wanita dianggap penyebab terjadinya dosa. Pada dasarnya, wanita dan laki-laki diciptakan dengan potensi yang berbeda-beda, tetapi dalam agama Islam, wanita adalah makmum dari kaum pria. Namun, banyak yang menilai, bahwa sejak munculnya emansipasi wanita, para wanita
bebas
melakukan
apa
yang
laki-laki
lakukan,
sehingga
kepempimpinan pun menjadi salah satu pekerjaan wanita pada saat ini. Sebagai contoh, pada zaman Nabi, Ummul Mukminin Aisyah menjadi perempuan yang terkenal dengan kebijaksanaan dan ketajaman dalam membaca situasi.Padazaman modern, beberapa Negara yang dipimpin oleh wanita seperti Swiss, Finlandia, Denmark, dan Belgia. Banyaknya jabatan yang dipegang perempuan di eksekutif, yudikatif, dan legislatif menjadi faktor penting yang mengantarkan Negara-negara ini menjadi Negara maju. Peran media massa khususnya majalah Noor
41
terhadap perempuan sangatbesar, karena majalah Noor adalah majalah wanita yang berlandaskan Islam. Dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa perempuan ditempatkan pada posisi sederajat dengan laki-laki dalam aktivitas kehidupan di dalam bermasyarakat. Namun pada realitanya, sebuah data menyebutkan bahwa perempuan di Indonesia yang menjadi kepala keluarga, 1 dari 10 kepala keluarga miskin adalah kepala keluarga perempuan yang jumlahnya diperkirakan sekitar 1,2-1,5 juta jiwa dan rata-rata berpendidikan tidak tamat SD. Hal ini juga pernah ditegaskan oleh data dari Badan Pusat Statistik tahun 1999, sebagaimana dilaporkan dalam harian umum Media Indonesia, bahwa 13,2% rumah tangga di Indonesia dikepalai oleh perempuan. Soal kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih menjadi sebuah kontroversi yang menimbulkan
perdebatan menarik, baik
kepemimpinan di keluarga maupun di area publik. Karena sebuah kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat dan bernegara.63 Sedangkan dalam Islam sejak masa Rasul SAW, perempuan sudah banyak tampil sebagai sosok yang dinamis. Hal tersebut didorong oleh semangat kitab suci Al-Qur‟an yang memberikan jaminan pada perempuan
63
Subhan, Zaitunah, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: El-Kahfi, 2008, hal.93
42
untuk ikut berpartisipasi dan berkiprah dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya peran publik sebagai pemimpin.64 Setiap muslim dalam ajaran Islam wajib melakukan amar ma‟ruf nahi munkar sebagai tanggung jawab dan amanah bersama dalam rangka memperbaiki kehidupan sosial. Sehingga berkiprah di politik juga merupakan implementasi dari tugas manusia (laki-laki atau perempuan) sebagai khalifah fil ardl. Karena perempuan dan laki-laki memiliki tugas untuk saling bekerja sama dalam kebaikan. Allah SWT menegaskan dalam surat At Taubah ayat 71 mengenai ajaran amar ma‟ruf nahi munkar baik laki-laki maupun
perempuan.
Ajaran amar ma‟ruf nahi munkar dapat disebut sebagai salah satu bentuk aktivitas politik. Ayat ini mempertegas bahwa sebagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban dan mempunyai hak melakukan hal yang baik untuk publik.65 Terbukti dalam ayat tersebut, baik laki-laki maupun perempuan berhak menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar, mencakup segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa. Bidang
politik
merupakan
bagian
dari
pergaulan
sosial
kemasyarakatan, maka perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki., tidak terdapat diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin. Tetapi pada realitanya, perempuan dianggap
64
Subhan, Zaitunah, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: El-Kahfi, 2008, hal.95 65 Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan; Relasi Jender menurut Tafsir Al-Sya‟rawi, Jakarta : Teraju, 2004, hal.182-183
43
sebelah mata dan dianggap sebagai suatu kaum minoritas oleh beberapa kalangan. Padahal di dalam Islam, perempuan dan laki-laki mempunyai fungsi, dan eksistensi yang sama di mata Allah SWT. Posisi laki-laki dan perempuan juga sama di bidang publik, tidak ada peraturan dalam Islam yang secara tekstual menempatkan perempuan sebagai pihak kedua.66 Dalam Qur‟an surat An-Nisa ayat 34 ditegaskan bahwa laki-laki merupakan pemimpin wanita.
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian dari mereka (lakilaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dank arena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka, wanita yang shalehah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanklah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Kalimat ar-rijal qawwamun ala an-nisa yang terdapat dalam surat di atas menjadi salah satu alasan (dasar normatif) suprioritas laki-laki terhadap perempuan. Dalam tafsir al-Manar disebutkan (Rasyid Ridla, 1973, I:608) bahwa laki-laki lebih utama dari pada perempuan, sehingga lebih pantas untuk memimpin. Argumen yang dimunculkan dalam ayat ini, 66
Tari Siwi Utami, “Realitas Politik Perempuan di Indonesia,” dalam Proseding Seminar Internasional, Keterwakilan Perempuan dan Sistem Pemilihan Umum, Jakarta: National Democratic dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2001, hal. 106.
44
mengapa kaum laki-laki bisa menjadi kaum perempuan, adalah karena dua hal, yaitu: pertama, ketentuan Allah yang telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan). Kedua, karena kaum laki-laki (suami) memberikan nafkah kepada istri. Akan tetapi, Al-Qur‟an hanya mengatakan bahwa laki-laki adalah qawwam (lebih unggul/kuat) dimana menurut gramatikal bahasa Arab: posisi kata dalam kalimat tersebut adalah sebagai khabar (predikat) dan tidak mengatakan bahwa mereka “harus” menjadi qawwam. Bila susunan Al-qur‟an itu menyatakan “harus” maka ayat ini merupakan sebuah pernyataan normatif dan yang demikian ini akan mengikat bagi kaum perempuan pada semua masa dan dalam semua keadaan, meskipun sebenarnya tidak demikian.67 Peran suami memberikan nafkah kepada istri bukan merupakan keadaan “hakiki”, melainkan hanya perbedaan “fungsional” saja. Senada dengan argumentasi di atas, Imam Khomeini mengatakan bahwa perempuan dalam Islam memiliki peranan penting dalam pembangunan masyarakat Islam, sehingga kaum perempuan juga memiliki tanggung jawab yang sama beratnya dengan laki-laki dalam mengatasi problematika di pemerintahan Islam.68 Karena perempuam Islam di masa Rasulullah juga tidak takut untuk bertindak terhadap pemimpin Negara apabila terjadi kesalahan dalam suatu pemerintahannya.
67
Zaitunah Subhan, Perempuan dan Politik dalam Islam, Jakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2004, hal. 26-31. 68 Imam Khomeini, Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini, Jakarta: Lentera, 2004, hal. 79-98
45
Dalam realitas sosial, banyak diantara kaum perempuan yang mandiri secara ekonomi, bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Makna sosiologis atas laki-laki itu berjalan (bergerak) dan berusaha di ruang publik, sedangkan perempuan tinggal di rumah. Dan konsekuensi yang didapatkan dari pemikiran logis tersebut adalah jika perempuan lebih aktif dibandingkan laki-laki, maka perempuan tersebut akan menjadi lakilaki jika dilihat dari sudut pandang sosiologis. Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa para perempuan di awal Islam telah memerankan kiprah politik (publik) yang cukup penting. Apalagi jika dilihat dari latar belakang sosial seorang perempuan, yang awalnya tidak diperhitungkan sama sekali oleh masyarakat Arab jahiliyah. Meskipun kiprah perempuan sangat sederhana, tetapi setidaknya dapat disimpulkan bahwa peran dan politik perempuan adalah bukan barang haram dalam Islam. Dengan melihat peran perempuan awal Islam ini, banyak pihak yang pada akhirnya mengakui bahwa kiprah politik bukan hanya persoalan jenis kelamin. Tetapi persoalan tanggung jawab bersama untuk memperbaiki kehidupan sosial. 3. Media Massa a. Pengertian Media Massa Secara etimologi media massa berasal dari dua term bahasa yaitu media dan massa. Media merupakan jamak dari bahasa Latin, yaitu “median” yang berarti perantara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media diartikan sebagai alat komunikasi seperti koran, radio, televisi, film,
46
poster, dan spanduk.69 Media tersebut merupakan media penyampai pesan dengan cara berbeda sesuai dengan kategorinya. Menurut Marshall McLuhan (1964), media merupakan pesan itu sendiri. Artinya media menjadi pembawa pesan dari informasi bagi organisasi media kepada khalayak.70 Media sebagai suatu alat untuk menyampaikan pesan berupa berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media yang dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris. Kemudian menurut Antonio Gramsci, media merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetensi (the battle ground for competing ideology).71 Gramsci memberikan penjelasannya tentang media sebagai ruang di mana berbagai ideologi dipresentasikan. Artinya, satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran sebuah ideologi baik dari ideologi yang berkuasa maupun dari ideologi yang berlawanan dengan penguasa. Sedangkan massa merupakan khalayak. Media massa (pers) sering disebut juga the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosialekonomi dan politik. Hal ini terutama disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dimainkan oleh media massa dalam kaitannya dengan
69
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi III, h. 726. 70 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006) h. 31. 71 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30.
47
pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan politik masyarakat.72 Untuk itu hal terpenting dalam memahami media massa adalah bagaimana media massa merekonstruksi nilai-nilai masyarakat untuk kemudian disampaikan kepada khalayak. Seperti yang dikatakan oleh Gramsci media menjadi arena perang antar ideologi tentu menjadi dasar bahwa realitas yang ditampilkan kepada khalayak tidak terlepas dari cara pandang yang dimiliki oleh komunikator media tersebut. Sesuai yang dikatakan oleh Tony Bennet, media dianggap sebagai agen konstruksi sosial yang didefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.73 Artinya, media bukan hanya dapat berperang ideology dalam mendefinisikan suatu realitas, tetapi juga mengkonstruksi apa yang terjadi sesuai dengan kepentingan yang ada di dalam suatu media. Lebih jelas lagi tentang media massa, Dennis McQuail menyatakan media massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya dan sekaligus kendala yang menghalangi kebenaran. Artinya berita pada suatu media massa adalah suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau kelompok orang yang dilaporkan. Dengan kata lain, berita yang terdapat pada suatu media tidak hanya menyampaikan, melainkan juga menciptakan makna. Makna tidak secara sederhana dianggap sebagai reproduksi bahasa tetapi sebuah pertentangan sosial (social struggle), sebuah perjuangan dalam memenangkan wacana.74 Dalam hal ini berarti titik tekannya pada
72 73
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h. 36. 74
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 40.
48
bagaimana
media
melakukan
politik
pemaknaan.
Dalam
sebuah
tulisannya, “The Rediscovery of Ideology: Return of The Repressed in The Media Studies,” Stuart Hall – kutip Erianto – menyatakan, makna tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih kepada praktik pemaknaan. Dalam pandangan Hall, makna adalah suatu produk sosial, suatu praktek konstruksi. Media massa, menurut Hall, pada dasarnya tidak mereproduksi, melainkan menentukan (to define) realitas melalui pemaknaan kata-kata terpilih.75Media massa pada dasarnya terbagi menjadi dua kategori, yakni media massa elektronik dan media massa cetak. Media massa cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.76 Baik surat kabar maupun majalah, keduanya sama-sama memiliki fungsi sosial di dalam menyampaikan pesan. b. Fungsi Sosial Media Massa Setiap media massa mempunyai bentuk yang berbeda, tetapi fungsi sosial pada media massa satu dengan yang lain adalah sama. Harold Laswell menyatakan bahwa media memiliki tiga fungsi sosial, yakni:77 Pertama, fungsi pengawas sosial (the surveillance of the environment), adalah upaya media massa dalam menyebarkan informasi agar lingkungan masyarakat terkendali. Media menjadi pengamat lingkungan yang objektif. 75
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 37. Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 103. 77 Darwanto Sastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 32-33. 76
49
Kedua, fungsi korelasi sosial (the correlation of part of society inresponding to the environment), yaitu media massa melakukan korelasi antara informasi dan antara kelompok sosial yang ada agar tercipta kesepakatan. Ketiga, fungsi sosialisasi budaya (the transmission of the social heritage from one generation to the next), bertujuan sebagai pewaris dan penyalur nilai-nilai budaya kepada generasi-generasi selanjutnya. Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut: “Communicative
acts
primarily
intended
for
amusement
irrespective of any instrumental effect they might have”. Maksudnya, media massa sebagai penyaji sarana komunikasi juga memiliki fungsi hiburan. Demi menjaga ketertarikan masyarakat media memberikan hiburan-hiburan populer kepada masyarakat lewat kontennya. Bahkan, terkadang karena fungsi hiburan inilah khalayak mengonsumsi media massa.78 c.
Media Cetak Media cetak berupa surat kabar merupakan media massa yang
paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Pada awalnya pesan disampaikan dengan menggunakan selebaran/manuskrip dan penyebarannya pun masih menggunakan tenaga manusia untuk membawa pesan tersebut pada tujuan. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar
78
Darwanto Sastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan.
50
dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guternberg pada abad ke-14 di Jerman.79 Media cetak memiliki fungsi tersendiri yakni informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif. Fungsi yang paling menonjol pada media cetak adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Tetapi tidak dikesampingkan juga dengan fungsi hiburan karena tersedianya rubrik-rubrik dengan artikel ringan.80 Jenis media cetak yang memiliki rubrik menarik dan penuh warna yaitu majalah. Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Kurniawan Djunaedhi, majalah merupakan penerbitan pers berkala yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi foto-foto.81 Majalah merupakan media cetak yang dapat menarik minat pembaca dengan warna dan foto yang menarik. Meskipun pada dasarnya setiap media cetak, baik koran maupun majalah merupakan jenis media cetak, tetapi majalah memiliki karakteristik tersendiri dalam penyajiannya, yaitu sebagai berikut82: 1. Penyajian lebih dalam
79
Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 105. 80 Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 111. 81 Kurniawan Djunaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia,( Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, T.T) , hal. 154-155. 82 Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 121-122.
51
Pada umumnya, frekuensi terbit majalah adalah mingguan, dwi mingguan, bahkan bulanan. Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya mempunyai waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Analisis beritanya dapat dipercaya dan didasarkan pada buku referensi yang relevan dengan peristiwa yang disajikan menjadi sebuah berita. Selain itu, berita-berita yang disajikan dalam majalah lebih lengkap karena ditambahkan dengan latar belakang peristiwa. Unsur why dan how dikemukakan secara lengkap dan jelas. 2. Nilai aktualitas lebih lama Koran sebagai jenis media cetak lain hanya berumur satu hari, sedangkan majalah memiliki nilai aktualitas lebih lama sampai dengan satu minggu atau lebih. 3. Gambar/foto lebih banyak Jumlah
halaman
majalah
lebih
banyak,
sehingga
selain
penyampaian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan berwarna. Foto-foto yang ditampilkan dalam majalah memiliki daya tarik yang membuat pembaca merasa tertarik untuk terus membaca. 4. Kover sebagai daya tarik Selain gambar/foto yang menarik, kover atau sampul majalah juga memiliki daya tarik tersendiri. Kover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik
52
tidaknya kover suatu majalah tergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi atau keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya. Misalnya majalah Noor, pada majalah Noor selalu menampilkan sosok perempuan berhijab dalam setiap kovernya. Selain karakteristik, di dalam majalah juga terdapat bagian-bagian atau disebut juga sebagai rubrik. Rubrik merupakan kepala ruangan, bab, atau pasal. Di dalam surat kabar atau majalah, rubrik diartikan sebagai “ruangan”, misalnya rubrik tinjauan Luar Negeri, rubrik ekonomi, rubrik olahraga, dan rubrik kewanitaan.83 Sedangkan Onong Uchjana Effendi dalam bukunya Ilmu Komunikasi dan Praktek menyatakan bahwa rubrik adalah ruangan pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya, mengenai aspek atau kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat, seperti rubrik kewanitaan, rubrik olahraga, serta rubrik lainnya yang bersangkutan dengan kehidupan bermasyarakat.84
83 84
Komarudin Hidayat, Kamus Istilah skripsi dan Tesis, (Bandung, Angkasa. 1985), h.74 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.149-150.
53
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH NOOR A. Gambaran Umum Majalah Noor Majalah noor adalah majalah yang berdiri sejak tahun 2003. Majalah Noor terbit atas kehendak mewujudkan media cetak yang dapat membawa bangsa khususnya muslimah menjadi berkualitas serta mampu memberikan informasi yang dapat membuka mata khalayak lebih luas dengan wawasan ilmu pengetahuan yang disertai dengan nilai keagamaan di dalamnya. Kemunculan majalah Noor awalnya dilatarbelakangi oleh adanya rasa prihatin melihat banyaknya majalah yang menyajikan berita tanpa syiar islam. Majalah Noor merupakan salah satu majalah yang didalamnya terdapat pesan dakwah. Majalah muslimah Indonesia dengan tagline “Yakin Cerdas Bergaya” ini, terus berusaha memberikan kontribusi yang terbaik yang berhubungan dengan nilai-nilai islam dalam kehidupan bagi pembaca. Majalah Noor hadir di tengah banyaknya informasi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Selain penyajian beritanya yang menarik, tampilan majalah Noor pun didesain dengan sangat menarik sehingga tidak heran jika majalah Noor masih dapat menunjukan eksistensinya hingga sekarang. Majalah yang terbit pada tahun 2003 ini diprakarsai oleh tiga wanita hebat, yakni Ratih Sanggarwati, Sri Artaria Alisjahbana, Jetti Rosilla Hadi dan juga didukung oleh Mario Alisjahbana dan Isson Khairul. Majalah ini juga ingin membuat pencitraan bahwa Islam identik dengan kecerdasan, kekinian, dan modis.
54
Sesuai dengan tagline-nya, yakin “yakin, cerdas, bergaya”, majalah Noor ingin menjadi media yang dapat memberikan pesan kepada para pembaca khususnya muslimah, bahwa sebagai muslimah harus memiliki keyakinan terhadap apa yang sedang dijalani berdasarkan al-Qur‟an dan asSunnah, pemikiran yang cerdas dalam mengimplementasikan apa yang seharusnya dipahami dalam kehidupan sehari-hari, serta harus memiliki pemikiran yang cerdas, dan bergaya adalah bonus dari kedua hal baik tersebut.85 Majalah Noor hadir sebagai satu-satunya majalah yang tidak hanya memuat unsur-unsur budaya tetapi juga nilai-nilai Islam di dalamnya, yang diterbitkan oleh Group Pin Point Publications sebagai perusahaan besar. Kantor redaksi majalah Noor berada di kawasan industri Jati Padang, Pasar Minggu, tepatnya di Jalan Karang Pola VI No. 7A, Jakarta Selatan. Pencitraan Islam yang dilakukan oleh majalah Noor sesuai dengan sasaran dan target pasar yang ditujukan kepada kalangan menengah atas, dan lebih disarankan kepada kalangan elite.86 Respon masyarakat Indonesia cukup baik sejak awal mula terbitnya majalah Noor, sehingga majalah Noor selalu mengembangkan produksinya menjadi 20.000 eksemplar setiap bulannya yang disebar hingga seluruh Indonesia. Bahkan pada tiga tahun pertama, pembaca majalah Noor ada yang berasal dari Irian Jaya. Hal tersebut membuktikan
85 86
Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta
55
bahwa eksistensi majalah Noor tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di daerah terpencil.87 Sasaran pembaca dari majalah ini ialah perempuan muslim, dengan usia kisaran 25-45 tahun, berpendidikan, berkeluarga, status ekonomi sosial kelas menengah dan atas, berpikiran maju, dan mempunyai minat terhadap agama dan kesetaraan gender, serta suka mengikuti kegiatan bakti sosial. Tidak lengkap rasanya apabila didukung oleh mekanisme kerja yang baik, oleh karena itu mekanisme yang diberlakukan oleh majalah Noor dilakukan dengan sangat baik melalui rapat redaksi dan rapat perencanaan. Pada setiap rapat redaksi yang dilangsungkan, seluruh staff berpartisipasi dalam memberikan ide-ide terbaiknya. Rapat redaksi dilaksanakan satu kali dalam seminggu, tepatnya hari senin. Sedangkan rapat perencanaan dilaksanakan pada awal tahun dalam rangka menyusun dan membahas topik-topik yang akan diangkat selama satu tahun.88 Topik-topik tersebut tidak terlepas dari sesuatu yang memiliki maksud baik untuk perempuan yang ditulis berdasarkan al-qur‟an dan hadits, karena pada dasarnya majalah Noor adalah majalah wanita muslimah dimana setiap topik yang diberitakan di beberapa rubrik berkaitan dengan perempuan dan Islam. Dalam hal pemberian nama majalah, para pendiri memilih nama Noor agar mudah diingat oleh para pembaca, namun tetap memiliki arti yang baik. Noor yang dimaksud adalah Nuur yang memiliki makna cahaya. Pemberian nama Noor ini diharapkan bisa menjadi cahaya bagi pembacanya. 87 88
Jetti Rosila Hadi, Wawancara Ekslusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta. Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta.
56
Selain ulasan topik yang sangat bermanfaat, majalah Noor didesain dengan tampilan yang menarik. Majalah ini memiliki perbedaan dengan majalah lainnya yaitu Ruh nya. Maksud Ruh disini adalah setiap tulisan yang terdapat di majalah Noor merujuk pada Al-Qur‟an dan Hadits. Sehingga setiap tulisan di majalah Noor memiliki Ruh. Oleh karena itu, tidak sedikit penulis yang berasal dari luar (kontributor) menyumbangkan idenya dalam suatu tulisan yang nantinya akan dimuat di majalah Noor. Semua tulisan yang masuk ke majalah Noor akan dibaca oleh ahli agama yang memiliki background pesantren, lulusan sekolah Mesir, dan yang terpenting adalah yang hafal Al-Qur‟an dan Hadits. Sehingga apabila ada kesalahan penulisan, dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dikarenakan majalah ini sangat mengedepankan Islam di dalam setiap penulisannya. 1. Visi dan Misi Majalah Noor Visi: a. Majalah Noor hadir karena melihat banyaknya majalah yang kurang mendidik, tidak berbentuk syiar Islam, dan tidak ditujukan untuk muslimah/banyak mudharatnya. b. Ingin menghadirkan majalah Islami yang memiliki perspektif ke-Indonesiaan, kekinian, dan menjadikan kaum muslimah sebagai sosok yang yakin, cerdas, bergaya. Misi: a. Untuk selalu menjadi jembatan informasi seputar dunia Islam dengan cara mensyiarkan Islam dengan gaya bahasa ringan dan
57
mudah dimengerti oleh pembaca melalui media berupa majalah. 2. Logo Majalah Noor Gambar 189 Logo Majalah Noor
Logo majalah Noor dirancang dengan sangat menarik, simple, dan mempunyai ciri khas tersendiri. Di logo terdapat tagline yaitu “Yakin Cerdas Bergaya” yang memiliki arti bahwa setiap perempuan harus memiliki keyakinan terhadap Islam, harus yakin terhadap al-Qur‟an Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup yang diturunkan untuk sepanjang zaman.
Cerdas
yaitu
sebagai
perempuan
kita
harus
cerdas
dalam
mengimplementasikan apa yang kita pahami dalam kehidupan. Sedangkan gaya bukan merupakan fokus utama dari tujuan yang ingin disampaikan oleh majalah Noor.90 3. Struktur Redaksi Majalah Noor Pada awal terbentuknya majalah Noor, tercetus ide agar di dalam struktur kredaksian semuanya perempuan, namun pada kenyataannya, tidak bisa dipungkiri bahwa tenaga laki-laki juga dibutuhkan dalam keredaksian. Maka 89 90
Data Transkip milik Majalah Noor. Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif, Pemimpin Redaksi Majalah Noor, Jakarta.
58
karyawan pun tidak hanya dari golongan perempuan saja, tetapi untuk perempuan dan laki-laki. Hanya saja karena majalah ini merupakan majalah bernafaskan Islam, maka karyawan harus beragama Islam. Berikut struktur keredaksian majalah Noor. Tabel 4.91 Struktur Redaksi Majalah Noor Struktur Redaksi Majalah Noor Pemimpin Umum Sri Artaria Pemimpin Perusahaan Mario Alisjahbana Pemimpin Redaksi Jetti R. Hadi Redaktur Pelaksana Roos Farieanna Rowi Gita Wirasti Redaksi Yudiana Tirta Ade Nur Sa‟adah Putri Wulan M Sekretaris Redaksi Riri Redaktur Ahli Ratih Sanggarwati Badriyah Fayumi Aju Isni Karim Kontributor Amelia Prihanto Ade Aprilia Artistik Mardi Santoso Panca Akbari Fotografer Ramsy Promosi Osep Rahmat Majalah Noor terbit setiap satu bulan sekali, untuk itu redaksi mempunyai agenda rapat yang dilakukan setiap hari senin dan kamis di setiap minggunya. Hal-hal yang dibicarakan setiap rapat ialah tema majalah untuk edisi berikutnya, pembagian tugas dan pencarian berita, dan penentuan narasumber. Setelah berita selesai dihimpun, maka tugas selanjutnya adalah menyusun berita tersebut dengan space yang telah ditentukan, maksudnya setiap rubrik
91
Transkip Data milik Majalah Noor.
59
memiliki space yang berbeda untuk pemberitaan yang disajikan maka penyusunan berita pun disesuaikan dengan space pada rubrik yang ada. Kemudian berita diserahkan kepada pihak redaktur untuk proses editing, dan selesai pengeditan, naskah dilayout oleh bagian artistik. Selesai dilayout dengan warna hitam putih, maka selanjutnya naskah diserahkan kepada pemimpin redaksi untuk diedit. Setelah selesai proses pengeditan, persetujuan naskah, maka naskah siap naik cetak dan kemudian didistribusikan. B. Gambaran Umum Rubrik Topik Kita 1. Rubrik Topik Kita Kehadiran rubrik topik kita merupakan salah satu rubrik diantara banyaknya rubrik yang dihadirkan oleh majalah Noor sejak awal berdirinya majalah Noor tahun 2003. Rubrik topik kita hadir sebagai tulisan mengenai apa yang sedang dan telah terjadi pada bulan tersebut dengan mengedepankan fiqih di dalam setiap ulasannya. Sehingga pembaca tidak hanya disuguhkan dengan pemberitaan yang bersifat umum tetapi juga dari sudut pandang agamis. Beberapa rubrik lainnya antara lain Sampul Kita, Noor Craft, Perjalanan, Seni Budaya, Jendela Dunia, Profil, Kisah Noor, Info Kesehatan, Info Halal, serta Menu Utama. Namun diantara beragam rubrik, rubrik topik kita merupakan rubrik yang selalu terbit setiap bulannya dengan ciri khas yang mengedepankan fiqih dalam membahas persoalan di dalamnya. Salah satu tema di rubrik topik kita yang terbit pada bulan Desember tahun 2013 adalah mengenai Perempuan, dimana perempuan pada tahun tersebut banyak yang terlibat kasus korupsi.
60
Permasalahan tersebut menjadi suatu ketertarikan bagi penulis untuk dibahas sebagai bahan renungan yang bermanfaat. Perempuan yang berada di ruang publik banyak yang terjerat korupsi, hal itu yang melatarbelakangi ditulisnya tema ini. Perjuangan perempuan semakin berat karena banyak anggapan bahwa pada dasarnya perempuan mudah tergoda oleh uang, padahal orang jahat tidak bisa dikategorikan hanya dari jenis kelamin saja. Sosok koruptor perempuan pada dasarnya selalu dipojokkan apabila melakukan kesalahan, namun di topik kita edisi perempuan ini, perempuan direpreentasikan sebagai pihak yang tetap baik. 92 Berangkat dari fenomena sosial yang konkrit, didalamnya ingin membangun suatu kesadaran bahwa perempuan tetap bisa berpolitik, berkontribusi, dan menjalankan kewajibannya sebagai Ibu Rumah Tangga yang bisa membebaskan diri sendiri dari lingkungan dan keinginan korupsi. 93 2. Karakteristik Pembaca Majalah Noor Sama hal nya dengan majalah lainnya, setiap majalah memiliki karakteristik dan target pembacanya sendiri. Berikut adalah target dan karakteristik pembaca di majalah Noor: Perempuan Muslim dengan usia 20 – 45 tahun, Berkeluarga, Sosial Ekonomi Status (SES) A & B+, Modern : mengikuti trend/perkembangan terkini dalam berbagai bidang aktif di : Dunia Profesi, Organisasi Sosial, dan Pengajian, Pendidikan S1 dan Akademi, perhatian terhadap Agama dan kesetaraan Gender, menyukai gaya hidup modern, gemar 92
Wawancara langsung dengan Badriyah Fayumi, Penulis rubrik Topik Kita di Majalah Noor, 16 Juni 2014 93 Wawancara langsung dengan Badriyah Fayumi, Penulis rubrik Topik Kita di Majalah Noor, 16 Juni 2014
61
meng-update ilmu pengetahuan dan keep up dengan perkembangan teknologi, passion terhadap fashion, memiliki strong bonding dengan pers, concern terhadap gaya hidup sehat, pekerjaan : Profesional dan Ibu Rumah Tangga, serta suka travelling dan kegiatan sosial.
62
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian analisis wacana berita koruptor perempuan terkait dengan maraknya perempuan yang terlibat kasus tindak pidana korupsi dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A. Van Dijk, yang terdiri dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Kasus mengenai fenomena koruptor perempuan disajikan dengan cara berbeda oleh majalah Noor edisi 31 Desember 2013. Terdapat dua berita yang saling terkait terhadap pemberitaan koruptor perempuan, diantaranya ialah berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, dan Peta Identitas Perempuan (menyikapi fenomena koruptor perempuan). Kedua judul tersebut menceritakan tentang posisi perempuan di ruang public yang berkenaan dengan status perempuan dalam agama Islam. Berita mengenai koruptor perempuan sebenarnya telah banyak beredar di berbagai media massa, baik media cetak maupun elektronik. Namun dari banyak media yang memberitakan sisi negatif seorang koruptor perempuan, majalah Noor menyajikan dengan dua sudut pandang di dalamnya, yaitu sudut pandang secara umum dan secara khusus. Sudut pandang secara umum disini maksudnya adalah anggapan dari masyarakat sekitar, sedangkan sudut pandang secara khususnya ialah pandangan dari agama Islam. A. Analisis Struktur Teks Berita Dalam model analisis wacana milik Teun A. Van Dijk terbagi menjadi tiga tingkatan yang saling berkaitan satu sama lain. Tingkatan pertama, struktur
63
makro: tematik yang berarti makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Tingkatan kedua, superstruktur yang merupakan kerangka suatu teks, seperti pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.94 Dan tingkatan ketiga, struktur mikro yang terdiri dari semantik (latar, detail, praanggapan), sintaksis (koherensi, bentuk kalimat, kata ganti), stilistik (leksikon), dan retoris (grafis). 1.Analisis Level Teks Berita judul Agar Perempuan Tak Rentan (31/12/13) a. Struktur Makro; Tematik Gagasan utama atau makna global yang diambil dalam berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan yang terbit pada 31 Desember 2013 yang ditulis oleh Badriyah Fayumi ini mengenai banyaknya perempuan yang terkait kasus korupsi dan sebagian diantaranya ialah sepasang suami istri. Berita ini menggambarkan bahwa bias gender terjadi ketika perempuan yang berkiprah di ranah publik bermasalah seperti melakukan tindak pidana korupsi, perempuan akan dipandang buruk dengan membahas jenis kelamin sebagai kritikan. Padahal fakta yang terjadi, pelaku korupsi lebih banyak adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Rubrik Topik Kita, majalah Noor sebagai berikut: “Saya membuat berita ini karena menurut saya perempuan adalah makhluk yang harus dihormati dan dihargai, karena tanpa peran perempuan kita bukan apa-apa di dunia ini. Namun banyak anggapan buruk tentang perempuan hanya karena beberapa perempuan melakukan
94
Eriyanto, Analisis Wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 227.
64
tindak pidana korupsi bukan berarti semua perempuan buruk. Dan baik perempuan, maupun laki-laki sama-sama mulia di mata Allah SWT…”95 b.Superstruktur; Skematik Superstruktur menurut Van Dijk terdapat dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen antara lain judul dan lead. Kedua, story, yakni isi berita secara keseluruhan. Story terbagi menjadi dua sub-kategori yakni proses jalannya suatu peristiwa dan komentar yang dimunculkan dalam teks.96 Dalam superstruktur terdapat pendahuluan, isi, dan penutup dalam bagian berita yang merupakan urutan kejadian yang diceritakan dalam sebuah berita. Pendahuluan – berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, pada Lead penulis menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki senantiasa saling membantu dalam mengemban amanah sebagai khalifah Allah. “Perempuan dimotivasi oleh Allah agar menjadi pribadi termulia, bersama laki-laki harus saling membantu karena mengemban amanah yang sama sebagai khalifah Allah…”97 Bagian Isi -
berita ini menjelaskan bahwa tradisi, pandangan, serta relasi
pergaulan sehari-hari menjadi pangkal banyaknya perempuan melakukan korupsi karena hal tersebut
membuat perempuan tumbuh dan terpengaruh menjadi
manusia seadanya yang kurang terobsesi untuk menjadi pribadi yang sukses sebagai hamba Allah dan menjadi khalifah Allah dalam mempertahankan integritas diri tatkala berada di sebuah lingkungan yang mengajak berbuat maksiat seperti tindak pidana korupsi. 95
Wawancara dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Rubrik Topik Kita majalah Noor pada 16 Juni 2014. 96 Eriyanto, Analisis Wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 232. 97 Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan (Noor, Edisi 31/03/13).
65
Penutup – pada bagian penutup berita ini berisi pesan dari penulis dalam melihat realitas yang terjadi terhadap maraknya koruptor perempuan. Penulis menegaskan bahwa dengan kekuatan iman, ilmu, dan akhlak yang baik, perempuan akan menjadi pribadi yang mampu menjadi mitra kolaborasi laki-laki dalam melakukan kebaikan. c. Struktur Mikro; Semantik Latar – Maraknya kasus korupsi yang melibatkan kaum perempuan adalah disebabkan kurangnya iman, dan pengaruh dari lingkungan pergaulan. Hal tersebut bertentangan dengan Qur‟an Surat at-Taubah/9: 71). Seperti yang diberitakan sebagai berikut: “mukmin dan mukminah harus berkolaborasi dalam melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, mendirikan solat, berzakat, dan taat kepada Allah dan Rasullulah. Mereka yang berkolaborasi untuk melakukan halhal inilah yang akan mendapat rahmat Allah, bukan yang berkolaborasi dalam kemunkaran, seperti korupsi…”98 Detil – Dalam berita tersebut terdapat beberapa surat Al-qur‟an yang dipaparkan bersama realitas yang terjadi pada kaum perempuan saat ini dan pada masa kenabian. Seperti berikut ini: “Khazanah Islam tak kurang teladan dan acuan. Kehebatan perempuan-perempuan mukmin teladan yang kuat iman dan teguh pendirian seperti Aisyah, istri Fir‟aun, dan Maryam telah disebutkan dalam Al-Qur‟an surat at-Tahrim/66 ayat 11 dan 12. Walau bersuamikan Fir‟aun Raja Diraja yang memiliki segalanya, Aisyah tak terpengaruh 99 keimanannya…”
98 99
Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 5 (Noor, Edisi 31/12/13) Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 8 (Noor, Edisi 31/12/13)
66
Maksud – Terdapat elemen maksud eksplisit pada berita ini yang menjelaskan bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama untuk berada di ruang publik dalam menjalankan amanah rakyat. Hal tersebut dijelaskan pada paragraf 1, “Padahal harapannya, semakin banyak perempuan aktif mengelola negara, negara makin bersih dari korupsi dan Indeks Pembangunan Manusia meningkat. Seperti yang terjadi di negara-negara Skandinavia; Swiss, Finlandia, Denmark, dan Belgia. Banyaknya jabatan yang dipegang perempuan di Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif menjadi faktor penting yang mengantarkan negara-negara ini sebagai negara maju dan makmur di dunia, serta bersih dari korupsi…”100
Pra-anggapan – Terdapat elemen pra-anggapan pada paragraf 2 berita ini, “Kalau mau jujur dan dihitung semuanya, pelaku korupsi dan jumlah yang dikorupsi laki-laki jauh lebih banyak…”101 Dan terdapat pula pra-anggapan pada paragraf 3, “Jika perempuan kurang berkualitas, atau kurang maksimal bekerja gender perempuannya pun disebut. Apalagi jika ia korupsi. Padahal, pejabat, pegawai atau pengusaha laki-laki yang rendah kualitas, malas, dan korup juga banyak. Namun, tidak disebut jenis kelaminnya. Inilah fakta bias gender…”102
Kalimat-kalimat tersebut seakan menyiratkan adanya ketidaksetujuan penulis terhadap beberapa pemberitaan yang kian marak memojokkan perempuan. Maka penulis menempatkan dirinya jika berada di posisi tersebut. Karena seperti banyaknya informasi yang beredar di masyarakat, perempuan seakan menjadi tersangka hanya karena faktor keserakahan saja. Dan saat perempuan tersebut
100 101
102
Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 1 (Noor, Edisi 31/12/13) Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 2 (Noor, Edisi 31/12/13) Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 3 (Noor, Edisi 31/12/13)
67
tersangkut kasus korupsi, maka jenis kelamin akan menjadi sorotan utama masyarakat. d.Struktur Mikro (Sintaksis) Bentuk Kalimat – pada paragraf pertama, “Semakin banyak perempuan mengelola negara, negara makin bersih dari korupsi…”103 Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya.104 Kalimat tersebut menunjukkan bahwa perempuan terlihat lebih memiliki kekuasaan. Seperti penuturan penulis saat di wawancarai berikut ini: “Di dalam pembahasan rubrik Topik Kita saya ingin menonjolkan sisi positif perempuan, sekalipun dalam pembahasan ini mengenai korupsi, tapi saya tetap ingin menonjolkan sisi baik dari perempuan…”105 Koherensi – terdapat pada paragraf 2, “Sebab, kalau mau jujur dan dihitung semuanya, pelaku korupsi dan jumlah yang dikorupsi laki-laki jauh lebih banyak. Hanya saja, masyarakat tidak pernah mempermasalahkan jenis kelamin saat pelakunya laki-laki…”106 Elemen koherensi diatas menjelaskan mengenai sebab perempuan yang melakukan tindak pidana korupsi akan mendapat citra yang buruk dari masyarakat. Padahal jika mau ditelusuri, pelaku korupsi lebih banyak adalah kaum laki-laki. Koherensi Kondisional - pada paragraf 7 terdapat kalimat, “Tradisi, pandangan, pola asuh, dan relasi sehari-hari yang umum terjadi seputar kita, disadari atau tidak, telah menghasilkan perempuan-
103
Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 1 (Noor, Edisi 31/12/13) Eriyanto, Analisis Wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 251. 105 Wawancara dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Rubrik Topik Kita majalah Noor pada 16 Juni 2014. 106 Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 2 (Noor, Edisi 31/12/13) 104
68
perempuan yang rentan dan rapuh menghadapi godaan dan ujian yang mempertaruhkan integritas pribadi…”107 Pada
kalimat
tersebut
bermakna
bahwa
penulis/wartawan
ingin
memberikan penekanan terhadap penyebab perempuan-perempuan terlibat dalam tindak pidana korupsi. Kalimat ini bermakna positif untuk mengingatkan khalayak khususnya perempuan bahwa tradisi, pandangan, dan hubungan sehari-hari yang baik merupakan hal penting untuk terhindar dari kegiatan yang merugikan. Kata Ganti – terdapat pada paragraf 8, “Kita dan anak-anak perempuan kita sudah saatnya hidup dalam pandangan, cerita, materi ajar, dan pola asuh yang memotivasi diri menjadi “muslimah sukses” sebagai hamba dan khilafah Allah dalam arti sesungguhnya…”108 Pemakaian kata ganti “kita” menciptakan perasaan bersama di antara wartawan dan khalayak. Sehingga tidak ada batasan antara wartawan dan khalayak, karena pendapat khalayak diwakili oleh wartawan.109 Pengingkaran - terdapat pada paragraf 3, “Padahal, pejabat, pegawai, atau pengusaha laki-laki yang rendah kualitas, malas, dan korup juga banyak. Namun, tidak disebut jenis kelaminnya. Inilah fakta bias gender…”110 Kalimat ini jelas menyiratkan sebuah kecurigaan majalah Noor terhadap keberpihakan berbagai media yang selalu menyudutkan peran perempuan ketika seorang perempuan dinyatakan sebagai koruptor. Hal ini juga diperkuat oleh tanggapan Pimimpinan Redaksi yang menyatakan sebagai berikut:
107
Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 7 (Noor, Edisi 31/12/13) Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan, Paragraf 8 (Noor, Edisi 31/12/13) 109 Eriyanto, Analisis Wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 254. 110 Berita berjudul Agar Perempuan Tak Rentan,Paragraf 3 (Noor, Edisi 31/12/13) 108
69
“peran perempuan seharusnya tidak dipandang sebelah mata, karena bagaimana pun, perempuan juga makhluk sosial yang bisa berbuat salah. Namun, ketika perempuan salah seharusnya tidak usah mempermasalahkan tentang bias gendernya…”111 e. Struktur Mikro (Stilistik) Leksikon – terdapat kata mengelola negara dan mengantarkan negara-negara (paragraf 1) kata mengelola dan mengantarkan adalah bentuk harapan masyarakat agar perempuan dalam mengelola negara dapat mengantarkan negara tersebut menjadi negara yang lebih baik dan terbebas dari korupsi. Masyarakat tidak mempermasalahkan jenis kelamin saat pelakunya laki-laki…(paragraf 2) kata mempermasalahkan dinilai bahwa masih banyak pihak yang kontra terhadap peran perempuan di ranah publik. Bias gender (paragraf 3) kata tersebut menjadi sesuatu yang bersifat diskriminatif karena menyinggung masalah gender hanya karena pelakunya adalah perempuan. Membeda-bedakan, mengemban amanah, dan berkolaborasi (paragraf 4) kata-kata tersebut menunjukan bahwa di dalam alQur‟an sudah terdapat bukti nyata bahwa agama tidak pernah membeda-bedakan laki-laki dan perempuan serta tugas dan kewajiban di dunia untuk menyerukan kebaikan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah swt. Sering terpolusi oleh tradisi…(paragraf 7) kata terpolusi menjelaskan bahwa perempuan yang melakukan tindak pidana korupsi disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitar serta pola fikir yang salah. Sirah nabawiyah dan Ummul mukminin (paragraf 8) mencerminkan sosok perempuan pada zaman nabi Muhammad saw yang berjuang dengan integritas dan iman yang kuat serta perjuangan nyata dalam memajukan Islam dan masyarakat. 111
Wawancara dengan Jetti R. Hadi, Redaktur dan Penulis Rubrik Topik Kita majalah Noor pada 07 Mei 2014.
70
f. Struktur Mikro (Retoris) Grafis – terdapat lead dengan tulisan tebal, dan sebagai sebuah kalimat pembuka, lead tersebut cukup mengundang pertanyaan karena tidak ada kelanjutan antara lead dengan berita utama. Terdapat pula lima sub-judul dengan huruf lebih tebaldan diberi warna coklat antara lain yaitu: Bahan Muhasabah, Kembali Kepada al-qur‟an, Sering Terpolusi, Motivasi “Muslimah Sukses”, dan Tak Perlu Khawatir. Tepat di sebelah kanan judul terdapat gambar keretakan tanah dengan bunga di atasnya, yang maksudnya ialah bunga sebagai perempuan dan tanah adalah sebagai iman. Metafora – bias gender adalah produk pemikiran manusia yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan tradisi (paragraf 4) kalimat ini menjelaskan bahwa bias gender hanyalah bentuk pola pikir manusia yang tidak sesuai dengan pernyataan al-Quran yang sifatnya sudah pasti dan tidak dapat diubah. Tabel 5. Analisis Level Teks Berita Berjudul Agar Perempuan Tak Rentan No
Struktur Wacana
Elemen
Hasil Analisis
1.
Struktur Makro
Tema
Perempuan yang terkait kasus korupsi dan sebagian diantaranya ialah sepasang suami istri.
71
2.
Superstruktur
3.
Struktur Mikro
Skema
Latar
(Semantik)
Detil
Pendahuluan, Lead pembuka penulis menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki senantiasa saling membantu dalam mengemban amanah sebagai khalifah Allah. Isi, tradisi, pandangan, serta relasi pergaulan sehari-hari menjadi pangkal banyaknya perempuan melakukan korupsi karena hal tersebut membuat perempuan tumbuh dan terpengaruh menjadi manusia seadanya yang kurang terobsesi untuk menjadi pribadi yang sukses sebagai hamba Allah dan menjadi khalifah Allah dalam mempertahankan integritas diri tatkala berada di sebuah lingkungan yang mengajak berbuat maksiat seperti tindak pidana korupsi. Penutup, pesan dari penulis dalam melihat realitas yang terjadi terhadap maraknya koruptor perempuan. Latar masalah ini adalah maraknya kasus korupsi yang melibatkan kaum perempuan yang disebabkan kurangnya iman, dan pengaruh dari lingkungan pergaulan. Terdapat beberapa surat Alqur‟an yang dipaparkan bersama realitas yang terjadi pada kaum perempuan saat ini dan pada masa kenabian.
72
Maksud
Pra-anggapan
4.
Struktur Mikro
Bentuk Kalimat Koherensi
Koherensi kondisional
Pada paragraf 1, terdapat penjelasan mengenai hak perempuan di ruang publik. Paragraf 2, “Kalau mau jujur dan dihitung semuanya, pelaku korupsi dan jumlah yang dikorupsi laki-laki jauh lebih banyak.” Paragraf 3, “ Jika perempuan kurang berkualitas, atau kurang maksimal bekerja gender perempuannya pun disebut. Apalagi jika ia korupsi. Padahal, pejabat, pegawai atau pengusaha laki-laki yang rendah kualitas, malas, dan korup juga banyak. Namun, tidak disebut jenis kelaminnya. Inilah fakta bias gender.” Pada paragraf pertama, Semakin banyak perempuan mengelola negara, negara makin bersih dari korupsi. Paragraf 2, Sebab, kalau mau jujur dan dihitung semuanya, pelaku korupsi dan jumlah yang dikorupsi laki-laki jauh lebih banyak. Hanya saja, masyarakat tidak pernah mempermasalahkan jenis kelamin saat pelakunya laki-laki. Paragraf 7, Tradisi, pandangan, pola asuh, dan relasi sehari-hari yang umum terjadi seputar kita, disadari atau tidak, telah menghasilkan perempuanperempuan yang rentan dan rapuh menghadapi godaan dan ujian yang mempertaruhkan integritas pribadi.
73
Kata Ganti
Pengingkaran
5.
Struktur MIkro
Leksikon
(Stilistik)
6.
Struktur Mikro (Retoris)
Grafis
Paragraf 8, “Kita dan anak-anak perempuan kita sudah saatnya hidup dalam pandangan, cerita, materi ajar, dan pola asuh yang memotivasi diri menjadi “muslimah sukses” sebagai hamba dan khilafah Allah dalam arti sesungguhnya.” Paragraf 3, Padahal, pejabat, pegawai, atau pengusaha lakilaki yang rendah kualitas, malas, dan korup juga banyak. Namun, tidak disebut jenis kelaminnya. Inilah fakta bias gender. Mengelola negara dan mengantarkan negara-negara (paragraf 1), Masyarakat tidak mempermasalahkan jenis kelamin saat pelakunya lakilaki…(paragraf 2), Bias gender (paragraf 3), Membeda-bedakan, mengemban amanah, dan berkolaborasi (paragraf 4), Sering terpolusi oleh tradisi…(paragraf 7), Sirah nabawiyah dan Ummul mukminin (paragraf 8). Terdapat lead dengan tulisan tebal, dan sebagai sebuah kalimat pembuka, lead tersebut cukup mengundang pertanyaan karena tidak ada kelanjutan antara lead dengan berita utama. Terdapat pula lima sub-judul dengan huruf lebih tebaldan diberi warna coklat antara lain yaitu: Bahan Muhasabah, Kembali Kepada Al-qur‟an, Sering Terpolusi, Motivasi “Muslimah Sukses”, dan Tak Perlu Khawatir. Tepat di sebelah kanan judul terdapat gambar keretakan tanah dengan bunga diatasnya, yang maksudnya ialah bunga sebagai perempuan dan tanah adalah sebagai iman.
74
Metafora
Bias gender adalah produk pemikiran manusia yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan tradisi (paragraf 4).
2. Analisis Teks Berita Berjudul Peta Identitas Perempuan: Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan (31/12/2013) a. Struktur Makro; Tematik Pada struktur makro yang diutamakan adalah gagasan inti atau tema yang akan diungkapkan oleh wartawan penulis, Badriyah Fayumi dan Umar Fayumi, melalui berita ini. Maka, tema yang dapat diangkat dari berita yang terbit pada 31 Desember 2013
berjudul Peta Identitas Perempuan: Menyikapi Fenomena
Koruptor Perempuan adalah wartawan penulis ingin mempertegas bahwa maraknya koruptor perempuan merupakan bagian dari dinamika sosial yang harus disikapi secara benar dan bijaksana. b. Super Struktur; Skematik Pada pendahuluan - berita berjudul Peta Identitas Perempuan: Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan menjadi elemen utama yang pada umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Selain itu pemberitaan ini dianggap sangat penting karena merupakan isu besar yang terjadi di Indonesia. Bagian isi – berita ini menjelaskan bahwa perbedaan antara perempuan dan lakilaki juga menjadi penyebab maraknya kasus korupsi di kalangan perempuan. Perbedaan tersebut antara lain secara alamiah, biologis, dan secara psikologis.
75
Namun, diantara ketiga perbedaan tersebut, terdapat perbedaan umum yang mendasari perempuan melakukan tindak pidana korupsi yaitu pada struktur dan fungsi kerja otak yang memunculkan perbedaan dalam cara berpikir dan reaksireaksi psikologis tertentu, sehingga keduanya punya kecenderungan mental dan pola perilaku yang berbeda-beda. Penutup – terdapat pandangan dari wartawan penulis mengenai emansipasi perempuan yang secara artifisial bisa dikatakan cukup sukses diterapkan di Indonesia. Hal tersebut dikatakan juga harus dibarengi dengan pendidikan karakter dan penguatan moral keagamaan yang kokoh. c. Struktur Mikro; Semantik Latar – pada awal berita ini diceritakan mengenai hasil studi dan kajian dari beberapa Universitas terkemuka di dunia, salah satunya Universitas Sussex (tanpa tahun), Dewan Eropa (2004), TI (2007), dan GTZ (2004) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh gender dengan korupsi. “Jika akses terhadap kekuasaan dibuka, belum tentu perempuan tak korupsi dan lebih tak korup. Lihat saja apa yang terjadi di Indonesia belakangan setidaknya menguatkan hasil temuan ini…”112 Detil – terdapat detil mengenai persamaan dan perbedaan antara laki-laki perempuan. detil mengenai persamaan terdapat di paragraf 4, “Persamaan antara laki-laki dan perempuan juga tampak pada kecenderungan-kecenderungan naluriah yang dimiliki oleh setiap manusia; seperti keinginan kuat untuk dapat bertahan hidup,
112
Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 2 (Noor, Edisi 31/12/13).
76
mendapatkan status sosial yang terhormat, hidup serbakecukupan atau bahkan berlebih, dan sebagainya…”113 Sedangkan perbedaannya terdapat pada paragraf 5, “Adapun perbedaan alamiah yang bersifat mendasar diantara keduanya juga tidak sedikit. Secara biologis, misalnya, perempuan dianugerahi rahim, sementara laki-laki tidak…”114 Dari detil tersebut dapat diketahui bahwa di antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan yang sangat berpengaruh terhadap fungsi sosial keduanya. Dan dari segi perbedaan pola pikir juga sangat berpengaruh di ruang publik karena keduanya akan menghasilkan kecenderungan mental dan pola perilaku yang berbeda. Maksud – Pada paragraf enam dijelaskan secara implisit bahwa perempuan hakikatnya memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki di ruang publik tapi perempuan mempunyai batasan karena harus membagi tugas sebagai istri, dan ibu rumah tangga yang baik. Karena pada dasarnya, mencari nafkah adalah tugas suami. Namun hal tersebut tidak berpengaruh, karena perempuan kebanyakan memiliki sifat kosumtif berlebih dibandingkan dengan laki-laki. Pernyataan tersebut bertentangan dengan berita yang dimuat oleh wartawan penulis. “Dengan demikian, menganalisis fenomena perempuan dan korupsi dengan cara pandang esensialis yang melihat perempuan sebagai identitas jenis kelamin yang bersifat homogen, yang karenanya perempuan dimanapun dianggap sama, bahwa mereka akan berperilaku dan berpikir serta mempunyai kepentingan yang sama, tentunya kurang tepat dan akan mengaburkan banyak fakta…”115 Dan terdapat pula maksud eksplisit pada paragraf 12, 113
Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 4 (Noor, Edisi 31/12/13). 114 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 5 (Noor, Edisi 31/12/13). 115 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 6 (Noor, Edisi 31/12/13).
77
“Oleh sebab itu, diperlukan adanya proses pendidikan dan pendewasaan terus-menerus, sehingga baik laki-laki maupun perempuan bisa sama-sama hadir mengisi ruang-ruang kekhilafahan di bumi dengan integritas diri dan kepribadian yang luhur dan bermanfaat bagi banyak orang, bukan sebaliknya menyakiti dan menyengsarakan banyak orang…”116 Pra-anggapan – Terdapat pra-anggapan pada paragraf 6 mengenai pernyataan wartawan penulis tentang perempuan. “Sebab identitas gender perempuan sebetulnya sangat majemuk. Identitas itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai macam faktor yang saling mempengaruhi, seperti kelas sosial, ideologi, afiliasi politik, pendidikan dan pengalaman hidup, tradisi dan budaya yang telah dan sedang berkembang, kepentingan, preferensi pribadi, akses pada sumber daya dan kekuasaan, dan sebagainya. Semua itu tentu akan sangat berpengaruh terhadap cara pandang dan perilaku perempuan. dalam hal ini perempuan dan laki-laki adalah sama…”117 Elemen wacana pra-anggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna dari suatu teks.118 Nominalisasi – Nominalisasi dalam elemen wacana digunakan untuk menjabarkan fakta. Dalam berita ini terdapat nominalisasi terhadap kategorisasi antara perempuan dan laki-laki pada paragraf 7 yang disebutkan seperti berikut, “Dalam tinjauan filsafat Islam, persamaan dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu digambarkan dalam dua kategori, yaitu dengan melihat keduanya sebagai makhluk hidup secara biologis (basyar) dan sebagai makhluk sosial yang berbudaya (insan)…”119
116
Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 12 (Noor, Edisi 31/12/13). 117 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 6 (Noor, Edisi 31/12/13). 118 Eriyanto, Analisis Wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 256. 119 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 7, (Noor, Edisi 31/12/13).
78
d. Struktur Mikro; Sintaksis Bentuk kalimat – Dalam berita ini terdapat penjelasan dari informasi yang bersifat umum ke informasi yang lebih khusus atau jenis paragraf deduktif
yang
berkenaan dengan konsep Islam. Bentuk kalimat aktif terdapat pada paragraf 9, “Pada titik inilah Islam hadir untuk mengajarkan nilai-nilai keluhuran dan tata aturan tentang kewenangan, hak dan tanggung jawab masing-masing, sehingga cita-cita penebaran kerahmatan bagi alam semesta yang menjadi risalah utamanya bisa benar-benar diwujudkan…”120 Pada paragraf 13, “Dengan rasa empati yang kuat sebagai hamba manusia dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah manusia lainnya sebagai sosok yang “berkerahmatan”…”121 Dan pada paragraf 14 terdapat kalimat aktif yang dibarengi dengan kalimat pasif, namun diantara keduanya, dalam berita ini kalimat aktif lebih ditonjolkan daripada kalimat pasif. “Prinsip empati itu mengajarkan kepada manusia agar senantiasa bisa menyelami serta memahami keadaan yang sedang dialami orang lain, bagaimana dia bisa mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri, menghormati dan menghargai orang lain sebagaimana ia suka dihormati dan dihargai, membantu orang lain sebagaimana ia suka dibantu, dan seterusnya…”122 Koherensi – Koherensi pada elemen wacana digunakan untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta dan peristiwa. Dan dalam berita ini terdapat pada paragraf 1,
120
Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 9, (Noor, Edisi 31/12/13). 121 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 13, (Noor, Edisi 31/12/13). 122 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 14, (Noor, Edisi 31/12/13).
79
“Gejala itu pada gilirannya mematahkan argumen dan teori yang pernah menjadi refrensi; seperti hasil studi Universitas Maryland (1999), Bank Dunia (1999), Transparency International (TI) Kenya (2001), Universitas Queensland (tanpa tahun), dan Ricol, Lasterie & associates (2007) yang menyatakan bahwa lebih jarang perempuan membayar suap dan korupsi akan turun apabila lebih banyak perempuan terwakili di parlemen…”123 Kalimat tersebut menyatakan bahwa sudah banyak studi kasus yang menguji tentang fenomena koruptor perempuan di ranah politik. Tetapi banyaknya perempuan yang menjadi koruptor bisa diatasi dengan banyaknya perempuan yang menjadi wakil di parlemen. Koherensi Pembeda – terdapat kalimat koherensi pembanding pada paragraf 9, “Teologi Islam juga menegaskan bahwa sebagai basyar baik lakilaki ataupun perempuan keduanya sama-sama tunduk kepada hukum kehidupan (biologis), sedangkan sebagai insan keduanya juga harus tunduk kepada kode etik dan norma kemanusiaan…”124 Pernyataan wartawan penulis yang didasarkan dari konsep teologi islam tersebut bahwa baik perempuan maupun laki-laki sebagai insan manusia harus tunduk kepada kode etik dan norma kemanusiaan. Kata tunduk mengartikan bahwa sebagai makhluk hidup, apapun jenis kelaminnya harus mentaati normanorma yang berlaku, baik norma adat, norma hukum, maupun norma agama. Kata Ganti – pada paragraf tiga terdapat kalimat kata ganti berupa kita. Kata kita disini memiliki arti jamak yang menciptakan perasaan bersama di antara wartawan dan khalayak.
123
Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 1, (Noor, Edisi 31/12/13). 124 Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 9, (Noor, Edisi 31/12/13).
80
“Kita semua maklum bahwa di antara laki-laki dan perempuan secara umum memang terdapat persamaan dan perbedaan…”125 e. Struktur Mikro; Stilistik Leksikon – terdapat kalimat, lebih jarang perempuan membayar suap (Paragraf 1) kata suap bermakna bahwa perempuan yang tidak melakukan kecurangan dengan uang. Proses dialektika psikologis dan budaya (Paragraf 3) kata dialektika maksudnya adalah antara perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki komunikasi dua arah agar tidak ada salah paham yang juga menjadi salah satu penyebab perempuan korupsi. Keduanya juga sama-sama punya sistem kontrol diri (kesadaran; akal budi) dan buaian-buaian nafsu duniawi yang bisa menjadikannya sebagai pribadi yang luhur budi dan bermartabat atau sebalinya menjadi individu yang bejat jahat (paragraf 4) kata buaian-buaian bermakna rayuan, kata luhur budi maksudnya ialah agar perempuan memiliki perilaku yang bisa dijadikan contoh oleh khalayak khususnya khalayak perempuan. sedangkan kata bejat pada paragraf 4 ini bermakna sebagai perempuan sudah sepantasnya ketika bertindak selain mengandalkan pikiran juga harus melibatkan hati nurani. Kata bejat memiliki arti sangat jahat atau buruk. Identitas gender perempuan sebetulnya sangat majemuk (paragraf 6) kata identitas gender bermakna seseorang yang memiliki kepribadian maskulin dan feminim. Konsepsi Insan dan Basyar (Paragraf 7) kata Insan dan Basyar merupakan suatu konsep Islam dimana Insan berarti makhluk sosial yang berbudaya dan Basyar memiliki arti sebagai makhluk hidup secara biologis.
125
Berita berjudul Peta Identitas Perempuan; Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan, Paragraf 3, (Noor, Edisi 31/12/13).
81
f. Struktur Mikro; Retoris Grafis – Terdapat penebalan huruf pada judul dan diberi dua variasi warna yaitu hitam dan oranye. Judul dibuat dengan font huruf kapital secara keseluruhan. Tidak hanya judul yang dibuat menarik, tetapi juga gambar yang mendukung judul dan tema mengenai koruptor perempuan. Pada gambar terdapat sebuah tas berisi uang berserakan, yang bermakna bahwa uang berserakan tersebut adalah milik rakyat bukan milik pelaku tindak pidana korupsi. Dalam berita berjudul Peta Identitas Perempuan ini, dilengkapi dengan beberapa konsep Islam yang dituliskan dengan garis miring seperti Insan, Basyar, serta konsep „Ubudah. Metafora – Beberapa kata yang mengandung elemen metaofa dalam berita ini, diantaranya hubungan kausalitas (Paragraf 2) hubungan kausalitas diartikan sebagai hubungan sebab akibat antara peningkatan partisipasi perempuan dan penurunan korupsi. Insan dan Basyar (Paragraf 8) Insan diartikan sebagai makhluk sosial yang berbudaya, baik laki-laki maupun perempuan hakikatnya adalah sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan Basyar yang bermakna makhluk hidup secara biologis, karena secara biologis, baik laki-laki dan perempuan memiliki persamaan dan perbedaan yang harus di mengerti satu sama lainnya. Teologi Islam (Paragraf 9) merupakan sebuah ilmu ketuhanan yang wajib dimiliki setiap makhluk hidup yang bernyawa, baik laki-laki maupun kaum perempuan. Artifisial (Paragraf 16) kata ini mengandung makna tidak alami atau buatan, karena pada dasarnya emansipasi terhadap perempuan bisa berlangsung perlahan-lahan karena sebuah proses.
82
Tabel 6. Analisis Level Teks Berita Berjudul Peta Identitas Perempuan No
Struktur Wacana
Elemen
Hasil Analisis
1.
Struktur Makro
Tema
wartawan penulis ingin mempertegas bahwa maraknya koruptor perempuan merupakan bagian dari dinamika sosial yang harus disikapi secara benar dan bijaksana.
2.
Superstruktur
Skema
Pendahuluan, Bagian awal berita ini berjudul Peta Identitas Perempuan: Menyikapi Fenomena Koruptor Perempuan. Isi, berita ini menjelaskan bahwa perbedaan antara perempuan dan lakilaki juga menjadi penyebab maraknya kasus korupsi di kalangan perempuan. Perbedaan tersebut antara lain secara alamiah, biologis, dan secara psikologis. Namun, diantara ketiga perbedaan tersebut, terdapat perbedaan umum yang mendasari perempuan melakukan tindak pidana korupsi yaitu pada struktur dan fungsi kerja otak yang memunculkan perbedaan dalam cara berpikir dan reaksireaksi psikologis tertentu, sehingga keduanya punya kecenderungan mental
83
3.
Struktur Mikro
dan pola perilaku yang berbeda-beda. Penutup, terdapat pandangan dari wartawan penulis mengenai emansipasi perempuan yang secara artifisial bisa dikatakan cukup sukses diterapkan di Indonesia. Hal tersebut dikatakan juga harus dibarengi dengan pendidikan karakter dan penguatan moral keagamaan yang kokoh.
Latar
Paragraf 1, Jika akses terhadap kekuasaan dibuka, belum tentu perempuan tak korupsi dan lebih tak korup. Lihat saja apa yang terjadi di Indonesia belakangan setidaknya menguatkan hasil temuan ini.
Detil
Paragraf 4, Persamaan antara laki-laki dan perempuan juga tampak pada kecenderungankecenderungan naluriah yang dimiliki oleh setiap manusia; seperti keinginan kuat untuk dapat bertahan hidup, mendapatkan status sosial yang terhormat, hidup serbakecukupan atau bahkan berlebih, dan sebagainya. Paragraf 5, Adapun perbedaan alamiah yang bersifat mendasar diantara keduanya juga tidak sedikit. Secara biologis, misalnya, perempuan dianugerahi rahim, sementara laki-laki tidak.
(Semantik)
84
Maksud
Paragraf 6, Dengan demikian, menganalisis fenomena perempuan dan korupsi dengan cara pandang esensialis yang melihat perempuan sebagai identitas jenis kelamin yang bersifat homogen, yang karenanya perempuan dimanapun dianggap sama, bahwa mereka akan berperilaku dan berpikir serta mempunyai kepentingan yang sama, tentunya kurang tepat dan akan mengaburkan banyak fakta. Paragraf 12, Oleh sebab itu, diperlukan adanya proses pendidikan dan pendewasaan terusmenerus, sehingga baik laki-laki maupun perempuan bisa samasama hadir mengisi
85
Pra-anggapan
Nominalisasi 4.
Struktur Mikro
Bentuk
(Sintaksis)
Kalimat
ruang-ruang kekhilafahan di bumi dengan integritas diri dan kepribadian yang luhur dan bermanfaat bagi banyak orang, bukan sebaliknya menyakiti dan menyengsarakan banyak orang. Paragraf 6, Sebab identitas gender perempuan sebetulnya sangat majemuk. Identitas itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai macam faktor yang saling mempengaruhi, seperti kelas sosial, ideologi, afiliasi politik, pendidikan dan pengalaman hidup, tradisi dan budaya yang telah dan sedang berkembang, kepentingan, preferensi pribadi, akses pada sumber daya dan kekuasaan, dan sebagainya. Semua itu tentu akan sangat berpengaruh terhadap cara pandang dan perilaku perempuan. dalam hal ini perempuan dan laki-laki adalah sama. Paragraf 7, kata dua kategori
Pada titik inilah Islam hadir untuk mengajarkan nilainilai keluhuran dan tata aturan tentang kewenangan, hak dan tanggung jawab masing-masing, sehingga cita-cita penebaran kerahmatan bagi alam semesta yang menjadi risalah utamanya bisa benarbenar diwujudkan (Paragraf 9).
86
Koherensi
Dengan rasa empati yang kuat sebagai hamba manusia dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah manusia lainnya sebagai sosok yang “berkerahmatan” (Paragraf 13). Prinsip empati itu mengajarkan kepada manusia agar senantiasa bisa menyelami serta memahami keadaan yang sedang dialami orang lain, bagaimana dia bisa mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri, menghormati dan menghargai orang lain sebagaimana ia suka dihormati dan dihargai, membantu orang lain sebagaimana ia suka dibantu, dan seterusnya (Paragraf 14). Paragraf 1, “Gejala itu pada gilirannya mematahkan argumen dan teori yang pernah menjadi refrensi; seperti hasil studi Universitas Maryland (1999), Bank Dunia (1999), Transparency International (TI) Kenya (2001), Universitas Queensland (tanpa tahun), dan Ricol, Lasterie & associates (2007) yang menyatakan bahwa lebih jarang perempuan membayar suap dan korupsi akan turun apabila lebih banyak perempuan terwakili di
87
parlemen.”
Koherensi Pembeda
Kata Ganti
5.
Struktur Mikro
Leksikon
(Stilistik)
6.
Struktur Mikro
Grafis
(Retoris)
Metafora
Paragraf 9,“Teologi Islam juga menegaskan bahwa sebagai basyar baik laki-laki ataupun perempuan keduanya sama-sama tunduk kepada hukum kehidupan (biologis), sedangkan sebagai insan keduanya juga harus tunduk kepada kode etik dan norma kemanusiaan.” Paragraf 3, “Kita semua maklum bahwa di antara lakilaki dan perempuan secara umum memang terdapat persamaan dan perbedaan.” Suap (Paragraf 1), dialektika (Paragraf 3), buaian-buaian nafsu duniawi dan bejat jahat (paragraf 4), Identitas gender (Paragraf 6), Insan dan Basyar (Paragraf 7). penebalan huruf pada judul dan diberi dua variasi warna yaitu hitam dan oranye. Judul dibuat dengan font huruf kapital. Terdapat gambar sebuah tas berisi uang berserakan. Terdapat beberapa konsep Islam yang dituliskan dengan garis miring seperti Insan, Basyar, serta konsep „Ubudah. hubungan kausalitas (Paragraf 2), Insan dan Basyar (Paragraf 8), Teologi Islam (Paragraf 9), Artifisial (Paragraf 16).
88
B. Analisis Level Kognisi Sosial Analisis wacana tidak hanya dibatasi pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Dalam hal tersebut, pengetahuan wartawan juga turut memberikan pengaruh terhadap bagaimana suatu peristiwa diproduksi dalam media.126 Pandangan dan pengetahuan wartawan penulis terhadap penulisan berita dianggap sangat berpengaruh terhadap suatu tulisan. Dalam berita ini, menurut hasil wawancara dengan Badriyah Fayumi (redaktur dan wartawan penulis majalah Noor), yang membawahi berita ini, beliau menyebutkan bahwa seorang wartawan penulis tidak
harus memiliki latar
belakang sesuai apa yang dijadikan bahan berita. Tetapi ketika seseorang memutuskan untuk menjadi wartawan maka beliau harus dapat memposisikan dirinya sebagai pihak yang netral dan bersifat general. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Badiyah Fayumi: “Kalau mau menjadi seorang wartawan, yang pertama harus berani, berani dalam artian, berani mencari tahu dan menuliskan apa yang kita pikirkan yang menurut kita bermanfaat bagi orang lain. Tetapi tidak hanya itu, seorang wartawan tidak boleh memihak/netral, karena tugas seorang wartawan adalah untuk memberikan informasi, bukan malah memanas-manasi. Selain itu, menjadi wartawan selain mencari tahu tentang berita yang sedang di buat, Dia juga harus tahu segala hal, caranya bisa dengan bertanya kepada wartawan senior agar lebih memperluas wawasan…”127 Setiap media mempunyai sistem kerja berbeda dan khusus terkait dengan pencarian dan pengumpulan berita, dalam hal ini majalah Noor mengumpulkan
126
Teun Van Dijk, Discourse, Knowledge Power and Politics (Barcelona: Pompeu Fabra University, 2008), hal. 4. Artikel diakses pada www.discourses.com. 127 Transkip Wawancara langsung dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Majalah Noor pada 16 Juni 2014.
89
berita dengan menugaskan wartawan penulis untuk meliput pada tema dan tempat yang sudah ditentukan. Siapapun wartawan yang ditugaskan maka harus meliput kejadian tersebut berdasarkan dimana dan apa tema yang ditugaskan, bukan terkait darimana wartawan berasal. Karena majalah Noor merupakan majalah yang terbit satu bulan sekali, maka dimanapun dan apapun tema yang ditugaskan, wartawan mengerjakan secara professional. Kasus korupsi misalnya, wartawan yang ditugaskan dalam peliputan adalah wartawan yang sudah siap di tempat yang berhubungan dengan kasus korupsi tersebut. Dalam hal ini, majalah Noor menugaskan wartawannya untuk mencari data ke tempat yang berhubungan dengan kasus korupsi dan perempuan itu sendiri. Dari hasil wawancara dengan Badriyah Fayumi dikatakan apabila terdapat data-data yang kurang lengkap, biasanya data dapat diambil dari orang-orang yang pernah bertugas meliput tentang korupsi. Selain mengumpulkan berita dari beberapa tempat, majalah Noor juga mengambil dari Al-quran dan Hadits karena menurut penulis, Al-qur‟an dan Hadits adalah sumber pokok ajaran umat Islam. Jadi, di setiap beritanya, majalah Noor selalu menyelipkan konsep yang ada di dalam Islam terkait masalah yang sedang dibahas. Berikut merupakan analisis Kognisi Sosial dalam Skema yang diringkas oleh Eriyanto dalam buku Analisis Wacana: 1. Skema Person (Person Schemas) Wartawan penulis berita mengenai kasus korupsi yang melibatkan beberapa perempuan ini merupakan wartawan penulis yang ditugaskan
90
mengisi tempat-tempat yang berkaitan dengan perkara (misalnya KPK, ORMAS Perlindungan Perempuan dll). Wartawan Noor tidak harus memiliki latar belakang tertentu dalam menuliskan suatu berita. Namun, majalah Noor merupakan majalah yang bernafaskan Islam yang dalam beritanya didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Meskipun beritanya mengenai koruptor perempuan yang di beberapa media lain justru memojokkan kaum perempuan karena melakukan tindak pidana korupsi, majalah Noor memiliki pandangan yang berbeda dengan majalah lain yang memberitakan hal sama yaitu tentang perempuan yang terlibat kasus korupsi. 2. Skema Diri (Self Schemas) Badriyah Fayumi, wartawan penulis yang juga menjadi redaktur majalah Noor, mengatakan bahwa beliau tertarik meliput berita ini karena yakin dan ingin membuktikan bahwa perempuan yang terlibat kasus korupsi pada dasarnya tidak sepenuhnya salah. Karena beberapa diantara terlibat kasus korupsi diakibatkan oleh suami yang korupsi dan istri hanya menerima uang hasil pekerjaan suami yang disebut sebagai nafkah. Tetapi nafkah yang diberikan dan merupakan kewajiban suami terhadap istri justru membuat istri dipojokkan dan dianggap bersalah. Dan dalam kondisi seperti ini, banyak masyarakat Indonesia yang membandingkan laki-laki dengan perempuan. Saat perempuan melakukan kesalahan maka jenis kelaminnya akan disebut-sebut. Padahal pelaku tindak pidana korupsi kebanyakan adalah kaum laki-laki. Menurut Badriyah Fayumi Indonesia wajib melihat suatu permasalahan tidak hanya dari satu sudut pandang:
91
“Sebagai penulis, saya tertarik buat berita ini karena berita itu sedang mencuat di masyarakat saat itu, dan yang lebih membuat saya tertarik karena masalah ini merupakan masalah yang dilatarbelakangi oleh sosiologis dan politis dimana perempuan dianggap sebagai sosok yang dapat membebaskan sebuah Negara dari Korupsi. Hal tersebut terbukti di beberapa Negara, diantaranya: Skandinavia, Swedia, Finlandia, dan Belgia. Diantara beberapa Negara yang bisa dikatakan kuat dari korupsi tersebut, keterwakilan perempuan di parlemennya sangat tinggi. Tetapi ternyata fenomena di Indonesia tidak demikian…”128 3. Skema Peran (Role Schemas) Majalah Noor merupakan majalah yang bernafaskan Islam, terlihat dari organisasi medianya, dan dari berbagai berita yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Tujuan penulisan berita ini dibuat adalah agar tidak lagi terjadi misrepresentasi terhadap perempuan, dan perempuan tidak lagi dianggap sebelah mata. Terkait adanya berita ini, majalah Noor ingin menegaskan kepada pemerintah agar banyak wanita yang terwakilkan di parlemen. Dan terhadap masyarakat agar masyarakat sadar bahwa peran perempuan di ruang publik juga penting karena sosok perempuan juga memiliki integritas yang cukup baik, “Masyarakat sekarang ini kan stigmanya sudah negatif terhadap perempuan, maka sudah seharusnya kita sebagai pemberi informasi meluruskan stigma buruk tersebut menjadi baik. Sudah sepatutnya, baik perempuan maupun laki-laki berkolaborasi dalam kebaikan. Menurut saya, isu ini sifatnya sensitif sampai membandingkan jenis kelamin. Tulisan ini dibuat juga agar pemerintah melakukan sesuatu agar tidak lagi terjadi hal seperti ini. Misalnya, buat perkumpulan perempuan untuk belajar bersama dalam
128
Transkip Wawancara langsung dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Majalah Noor pada 16 Juni 2014.
92
hal-hal yang dapat memajukan Negara ini. Berita ini pun saya buat dengan hati-hati, agar tidak ada salah paham dari pembaca…”129 Majalah Noor mengambil perannya berbeda dengan biasanya karena menganggap bahwa permasalahan ini memiliki sangkut paut dengan hak perempuan pada umumnya. Selain itu majalah Noor menyajikan berita ini secara berbeda dengan media lain karena bagi majalah Noor baik perempuan maupun laki-laki pada dasarnya baik, yang membedakan hanyalah pola pikir dan perbuatannya. Berikut merupakan hasil wawancara dengan Jetti R. Hadi: “Majalah Noor ini kan memang majalah perempuan islami. Jadi pembahasannya memang lebih ke perempuan, lebih condong begitu maksudnya. Seperti misalnya masalah haji, kami memfokuskan hanya pada perempuan seperti seleb berhaji, begitu juga saat ada masalah korupsi, karena pada dasarnya memang kami mau menonjolkan sisi baik perempuan…”130 4. Skema Peristiwa (Event Schemas) Menurut Badriyah Fayumi, wartawan penulis berita mengenai koruptor perempuan, dia melihat bahwa peristiwa ini adalah peristiwa yang sensitif dan telah diketahui motif umumnya seperti apa, namun belum diketahui motif khusus dari tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh perempuan tersebut. “Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh perempuan di Indonesia sebenarnya sudah berlangsung lama, dan bisa dikatakan banyak pelakunya. Padahal sebetulnya masih lebih banyak koruptor laki-laki. Mengapa ketika laki-laki yang berbuat tindak pidana korupsi hanya disebut koruptor, sementara ketika perempuan yang melakukan tindak pidana korupsi, gendernya dipermasalahkan, dan seolah tidak dilihat rekam jejaknya…”131
129
Transkip Wawancara Langsung dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Majalah Noor pada 16 Juni 2014. 130 Transkip Wawancara Langsung dengan Jetti R. Hadi, Pimimpinan Redaksi Majalah Noor pada 7 Mei 2014. 131 Transkip Wawancara Langsung dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Majalah Noor pada 16 Juni 2014.
93
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan Jetti R. Hadi, perempuan adalah harapan bangsa yang seharusnya berfikir cerdas ketika akan melakukan sesuatu terlebih sesuatu itu lebih banyak manfaat atau mudharatnya. Pada wawancara yang dilakukan peneliti kepada dua narasumber, yakni Badriyah Fayumi (Redaktur dan Wartawan Penulis Majalah Noor) dan Jetti R. Hadi (Pimpinan Redaksi Majalah Noor) mengatakan hal yang sedikit berbeda mengenai berita ini. Badriyah sendiri berpandangan bahwa berita ini muncul sarat akan motif politik yang juga berkaitan dengan sosiologis, dan agamis. Sementara Jetti menilai bahwa permasalah ini adalah isu yang dimunculkan oleh banyak media untuk menarik simpati dari rakyat, tetapi di majalah Noor isu ini kemudian diangkat dengan cara penyampaian yang berbeda. C. Analisis Level Konteks Sosial 1.Praktik Kekuasaan Media merupakan institusi sosial yang penting karena memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan perempuan, yang bertindak sebagai penentu makna dan memainkan sebuah peran dalam menentukan dan mempertahankan definisi cultural mengenai gender. Selain itu, media juga sebagai pemberi informasi kepada khalayak. Sehingga dalam hal ini media memiliki kuasa yang besar terhadap informasi yang meluas dan penting dalam masyarakat. Dalam kutipan terhadap wawancara tertulis kepada Badriyah Fayumi (Wartawan Penulis rubrik Topik Kita) mengatakan bahwa masyarakat perlu mengingat bahwa perempuan bukan semata berperan
94
sebagai istri tetapi juga berhak melakukan aktifitas positif yang dilakukan oleh laki-laki. Majalah Noor dengan kekuasaannya sebagai media massa yang berlandaskan Islam telah membawa opini masyarakat mengenai kasus korupsi yang melibatkan banyak perempuan dengan sudut pandang yang berbeda. Majalah Noor sebagai majalah perempuan muslim membawa opini masyarakat menjadi positif karena di dalam pemberitaannya, majalah Noor memberitakan tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Dalam pemberitaan mengenai koruptor perempuan, pemimpin redaksi, Jetti R. Hadi menyatakan bahwa majalah Noor ingin menampilkan sisi baik seorang perempuan agar perempuan terus dapat berkarya dengan percaya diri di ruang publik. Indonesia sebagai negara yang mayoritasnya adalah beragama Islam seharusnya memiliki pola pikir untuk dapat memaknai suatu berita dari dua sisi, dari sisi agama maupun hukum undang-undang yang berlaku. Namun, realitanya, dalam pemberitaan mengenai kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa kaum perempuan, sebagian media memberitakan dari sudut pandang masyarakat yang berlaku dan dari hukum yang berlaku saja, serta membawa perempuan dalam posisi yang didiskriminasi di dalam ruang publik. Seperti hasil wawancara dengan pihak majalah Noor, Badriyah Fayumi: “Ya kebayang kan giliran laki-laki yang berbuat korupsi eh masyarakat sudah biasa saja dan tidak terlalu menanggapi, giliran perempuan yang korupsi, malahan gendernya yang disebut-sebut. Padahal perempuan juga berhak mendapatkan kepercayaan di parlemen seperti layaknya laki-laki. Perempuan juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki namun masih dalam
95
koridornya. Dimana wanita harus dapat memainkan perannya dengan baik. Perannya sebagai seorang istri, seorang ibu, dan seorang yang bisa menjadi manfaat bagi masyarakat banyak. Tetapi, banyak masyarakat yang menganggap bahwa perilaku korupsi yang dilakukan oleh beberapa perempuan tersebut adalah karena mereka terlalu konsumtif dalam membelanjakan sesuatu sehingga tidak bersyukur terhadap apa yang mereka punya yang menyebabkan mereka melakukan tindak keji tersebut. Nah, disini majalah Noor ingin mengikis pemberitaan miring tentang perempuan…”132 Namun, pemikiran penulis mengenai perempuan tidak selalu disambut baik oleh masyarakat. Banyak juga masyarakat yang sudah terdoktrin terhadap pemberitaan buruk perempuan, dan di sisi yang lain, banyak juga masyarakat yang sependapat dengan pemberitaan yang memperlihatkan dua sisi menjadi sebuah berita seperti yang terangkum jelas dalam majalah Noor. 2.Akses Mempengaruhi Wacana Majalah Noor merupakan majalah wanita muslimah yang sangat mengutamakan nilai Ke-Islaman di dalam pemberitaannya khususnya pada rubrik Topik Kita. Dalam pemberitaan mengenai tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh beberapa perempuan, beberapa media cetak maupun media elektronik semuanya berisi memojokkan perempuan karena perempuan dinilai tidak layak untuk berada dan bekerja di ruang publik. Perempuan dianggap hanya sebagai pelaku konsumtif yang tidak pernah puas terhadap apa yang diperoleh nya dan menjadikan hal tersebut menjadi isu terjadinya fenomena koruptor perempuan di Indonesia. 132
Transkip Wawancara Langsung dengan Badriyah Fayumi, Redaktur dan Penulis Majalah Noor pada 16 Juni 2014.
96
Majalah Noor memberi pandangan lain mengenai hal tersebut dengan isi berita yang berbeda. Dalam pemberitaannya mengenai fenomena korupsi yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan di Indonesia, di wacanakan dengan positif dan tidak memojokkan perempuan dengan unsur Islam di dalamnya. Pada dasarnya majalah Noor ingin menghadirkan opini baik masyarakat terhadap sosok perempuan.
97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Teks yang dibangun oleh majalah Noor dalam kedua berita berjudul “Agar Perempuan Tak Rentan” dan “Fenomena Koruptor Perempuan”, tidak hanya menyampaikan pemberitaan dari satu sudut pandang saja, namun dari dua sisi , yaitu konsep Islam yang telah diuraikan di analisis pada bab empat. Hal ini memang tidak secara eksplisit ditulis oleh majalah Noor. Namun, hal ini dapat diartikan dari bagaimana majalah Noor menyusun berita dan dari narasumber yang dipilih sehingga menjadi sebuah wacana. Dalam wacananya, teks dibangun meliputi beberapa struktur di dalamnya. Yaitu struktur makro (tematik) yang menggambarkan tentang pandangan terhadap perempuan yang bekerja di ruang publik dan fenomena korupsi yang melibatkan banyak perempuan. Selain itu, terdapat pula super struktur (skematik) berupa pendahuluan, isi, dan penutup dalam berita. Struktur mikro (semantik) berupa latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi yang terdapat dalam kedua berita tersebut. Dan struktur teks lainnya, yaitu struktur mikro (sintaksis) berupa koherensi, koherensi kondisional, kata ganti, pengingkaran, struktur mikro (stilistik) berupa leksikon, struktur mikro (retoris) berupa grafis dan metafora. Keseluruhan struktur tersebut terdapat dalam kedua berita tersebut. Kognisi sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk majalah Noor meliputi empat skema yaitu skema person, dalam penulisan beritanya, penulis tidak memiliki latarbelakang korupsi namun penulis banyak mencari
98
refrensi dari sumber yang terpercaya. Dan dalam pemberitaan mengenai koruptor perempuan, majalah Noor tetap memunculkan sisi baik perempuan. Skema diri, Badriyah Fayumi, wartawan penulis yang juga menjadi redaktur majalah Noor ingin membuktikan bahwa perempuan yang terlibat kasus korupsi tidak sepenuhnya salah. Skema peran, majalah Noor mengambil perannya dalam mensterilkan pikiran buruk masyarakat terhadap perempuan yang melakukan tindak pidana korupsi. Skema peristiwa, kasus korupsi yang marak terjadi dan melibatkan perempuan merupakan masalah yang sangat sensitif, berkaitan dengan politik, sosiologis, dan agamis. Konteks sosial yang melatarbelakangi yaitu adanya praktik kekuasaan dan akses yang mempengaruhi wacana tersebut. Praktik kekuasaan, majalah Noor dengan kekuasaannya sebagai media cetak yang berlandaskan Islam membawa opini masyarakat dengan sudut pandang berbeda dalam menyikapi kasus korupsi yang melibatkan sejumlah perempuan di dalamnya. Sedangkan akses yang mempengaruhi wacana, majalah Noor mewacanakan berita dengan positif dan tidak memojokkan perempuan serta berlandaskan Qur‟an dan Hadits dalam pemberitaanya.
99
B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai fenomena koruptor perempuan, peneliti memiliki saran sebagai berikut: 1. Majalah Noor sebagai media cetak khusus perempuan yang berlandaskan
Islam,
seharusnya
lebih
melihat
suatu
permasalahan dalam teks berita selain dari pandangan perempuan, juga harus ada pandangan laki-lakinya. Agar tidak ada ketimpangan dalam suatu berita, maka suatu berita seyogyanya dituliskan berdasarkan dua sudut pandang sesuai dengan etika jurnalistik, sehingga lahir pemikiran kritis dan cerdas pada masyarakat dalam pemahaman suatu berita. 2. Dalam kognisi sosialnya, majalah Noor seharusnya selain memiliki empat skema yaitu skema person, skema peran, skema diri, dan skema peristiwa, harus lebih berjalan beriringan dalam mengomentari permasalahan yang terjadi agar tidak memunculkan informasi yang berat sebelah. 3. Dalam konteks sosialnya, majalah Noor khususnya rubrik topik kita, sudah sangat terlihat kekuasaannya dalam hal ingin memajukan perempuan dan pemberitaannya pun sudah cukup mempengaruhi dalam wacana yang diberitakan.
100
DAFTAR PUSTAKA Alkostar, Artidjo. Korupsi Politik di Negara Modern. Yogyakarta: FH UII Press, 2008. Ardianto, Elvinaro, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bhineka Cipta, 1996. Badara, Aris. Analisis Wacana; Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Cet. Ke 3. Jakarta: Kencana, 2008. Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006. Djunaedhi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, T.T. Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo, 2009. Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2001.
101
HM, Zaenudin. The Journalist. Jakarta: Prestasi Pusta Karya, 2007. Istibsyaroh. Hak-hak Perempuan; Relasi Jender menurut Tafsir Al-Syara‟wi, Jakarta: Teraju, 2004. Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003. Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi Wanita dalam Iklan. Yogyakarta: T. pn, 2008. Khomeini, Imam. Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini. Jakarta: Lentera, 2004. Muhaimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 1994. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2001. Nawawi, Imam. Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid 1. Jakarta: Pustaka Amani, 1999. Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011. Peter Y Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 2002. Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah. Membasmi Kanker Korupsi. Jakarta: T. Np, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2013.
102
Putnam Tong, Rosmarie. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra, 2004. Salim MS, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. Sastro Subroto, Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Siwi Utami, Tari. “Realitas Politik Perempuan di Indonesia,” dalam Proseding Seminar Internasional, Keterwakilan Perempuan dan Sistem Pemilihan Umum. Jakarta: National Democratic dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2001. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosdakarya, 2001. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Cet. Ke-5. Bandung: Rosdakarya, 2009. Umar, Nasarudin. Fikih Wanita untuk Semua. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010. W. Creswell, John. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010. Zaitunah, Subhan. Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan. Jakarta: El-Kahfi, 2008.
103
Lampiran. 3
TRANSKIP WAWANCARA Pimpinan Redaksi Majalah Noor, Jetti R. Hadi Kantor Redaksi Majalah Noor/07 Mei 2014 1. Pada tahun berapakah majalah Noor berdiri? Majalah Noor berdiri pada tahun 2003. 2. Bagaimana sejarah awal berdirinya majalah Noor? Majalah Noor hadir atas gagasan saya sendiri, dibantu oleh Ria Aptaria, Ratih Sangkarwati, dan disemangati juga oleh Mario Alisyjahbana. Kita ingin sebetulnya para perempuan umumnya, dan para muslimah khususnya memiliki ilmu yang lebih dalam tentang Islam dan mau berbagi tentang ilmu-ilmu Islam. Kami ingin para muslimah beragama Islam bukan hanya di Kartu Tanda Pengenal (KTP), di KTP Islam tetapi tidak mengerti akan Islam. Jadi melalui majalah Noor, diharapkan agar kita dapat sama-sama belajar supaya kita memiliki gaya hidup Islami yang sesuai dengan ajaran Al-qur‟an dan hadits. Majalah noor adalah sebuah media pembelajaran bagi setiap muslimah yang ingin memperdalam Islam. Selain itu, majalah Noor merupakan majalah gaya hidup Islami. Jika berbicara mengenai majalah Noor, tentu majalah yang menarik untuk dibaca. Waktu sebelum membentuk majalah Noor saya melakukan survey ke beberapa perempuan di Indonesia yaitu bagaima ketertarikan mereka dalam mempelajari Islam, ternyata mereka tertarik dengan yang ada ilmunya tapi tidak panjang, disampaikan dengan bahasa sederhana tapi nyaman, tidak menghakimi dan
104
tidak menggurui. Kemudian, 10 tahun yang lalu kira-kira tahun 2003 kita ketahui bahwa perempuan-perempuan di Indonesia belum memiliki kebiasaan membaca yang cukup baik. Jadi, kita berikan artikel yang pendek-pendek, dan perempuan juga menyukai sesuatu yang bersifat entertainment, seperti fashion, hiburan, kuliner, dan lain-lain. Sebetulnya itu hanya untuk penunjang agar pembaca tidak merasa bosan. Oleh karena itu majalah Noor punya tagline “yakin, cerdas, bergaya.” 3. Apa arti dari tagline “yakin, cerdas, bergaya”? Yakin karena setiap perempuan harus yakin dulu terhadap apa yang ia ketahui tentang agamanya. Karena di dalam Islam, di dalam qur‟an disampaikan “Jangan kamu lakukan apa-apa yang kamu tidak punya ilmunya”, jadi perempuan itu harus berilmu dalam melakukan apapun juga. Seperti dalam melakukan sholat, harus tahu ilmunya sholat. Kemudian kalau kita sudah yakin, kita harus cerdas, sebagaimana AlQur‟an yang tidak pernah termakan oleh zaman. Setelah kita yakin terhadap apa yang kita pelajari dan pahami, lalu bagaimana cerdas dalam mengimplementasikannya. Sedangkan gaya itu merupakan bonusnya. Gaya bukan menjadi sesuatu yang utama disini. 4. Bagaimana perkembangan majalah Noor dari tahun ke tahun, apakah ada perubahan pada setiap edisinya? Setiap tahun selalu ada rapat kerja yang pada bahasannya meliputi pada lima tahun pertama, sampul majalah Noor hanya portrait saja bentuknya. Dan sekarang cover majalah Noor adalah perempuan yang memiliki sesuatu yang bisa menjadi inspirasi bagi setiap muslimah.
105
5. Bagaimana proses pendistribusiannya? Setelah berita selesai dikumpulkan menjadi satu, tugas selanjutnya adalah menyusun berita dengan space yang telah disesuaikan. Kemudian berita diserahkan kepada pihak redaktur untuk proses editing, dan setelah selesai pengeditan, naskah dilayout oleh bagian artistik. Selesai dilayout, naskah diserahkan kepada pemimpin redaksi untuk di edit, setelai selai diedit, naskah disetujui, barulah bisa naik cetak untuk kemudian didistribusikan. Untuk distribusinya sendiri, kita mendistribusi 20.000 eksemplar setiap edisinya yang tersebar ke seluruh Indonesia. 6. Apa visi dan misi majalah Noor? Visinya yaitu pertama, majalah Noor hadir karena melihat banyaknya majalah yang kurang mendidik, tidak berbentuk syiar Islam, dan tidak ditujukan
untuk
muslimah/banyak
mudharatnya.
Kedua,
Ingin
menghadirkan majalah Islami yang memiliki perspektif ke-Indonesiaan, kekinian, dan menjadikan kaum muslimah sebagai sosok yang yakin, cerdas, bergaya. Misinya yaitu untuk selalu menjadi jembatan informasi seputar dunia Islam dengan cara mensyiarkan Islam dengan gaya bahasa ringan dan mudah dimengerti oleh pembaca melalui media berupa majalah. 7. Bagaimana struktur redaksi majalah Noor? Waktu awal berdirinya sih saya mempunyai ide agar dalam struktur keredaksiannya semua perempuan. Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa tenaga laki-laki juga dibutuhin dalam keredaksian. Maka sekarang ini,
106
karyawan tidak hanya perempuan, tetapi laki-laki juga. Untuk struktur redaksinya seperti ini: Struktur Redaksi Majalah Noor Pemimpin Umum Sri Artaria Pemimpin Perusahaan Mario Alisjahbana Pemimpin Redaksi Jetti R. Hadi Redaktur Pelaksana Roos Farieanna Rowi Gita Wirasti Redaksi Yudiana Tirta Ade Nur Sa‟adah Putri Wulan M Sekretaris Redaksi Riri Redaktur Ahli Ratih Sanggarwati Badriyah Fayumi Aju Isni Karim Kontributor Amelia Prihanto Ade Aprilia Artistik Mardi Santoso Panca Akbari Fotografer Ramsy Promosi Osep Rahmat
8. Dalam majalah Noor terbagi atas berapa rubrik? Dan apa saja rubrik tersebut? Dalam majalah Noor terbagi atas 11 rubrik, diantaranya Sampul Kita, Noor Craft, Perjalanan, Seni Budaya, Jendela Dunia, Profil, Kisah Noor, Info Kesehatan, Info Halal, Menu Utama, serta Topik Kita. 9. Bagaimana
kebijakan
pihak
redaksi
majalah
Noor
dalam
menentukan suatu isu yang akan ditampilkan? Majalah Noor terbit setiap satu bulan sekali, untuk itu redaksi mempunyai agenda rapat yang dilakukan setiap hari senin dan kamis di setiap minggunya. Hal-hal yang kita bahas setiap rapat adalah tema majalah untuk edisi berikutnya, pembagian tugas dan pencarian berita, serta
107
penentuan narasumber. Untuk isu, biasanya kami melihat masalah yang sedang terjadi dan sedang hangat dibicarakan. 10. Apa latar belakang terbentuknya suatu tema di majalah Noor? Suatu tema terbentuk dilatarbelakangi oleh permasalahan dan isu yang terjadi serta ketertarikan wartawan penulis dalam menampilkan berita tersebut kepada masyarakat agar menjadi sebuah tema yang layak ditampilkan. Tema kita tidak selalu berat bahasannya, tapi untuk satu rubrik, rubrik topik kita memang majalah noor lebih mengedepankan perempuan. 11. Apakah dalam setiap berita di majalah Noor khususnya rubrik topik kita selalu mengarah kepada perempuan? Majalah Noor pada dasarnya memang majalah perempuan muslimah tapi tidak selalu pemberitaannya condong kepada perempuan, tetapi khusus rubric topik kita, majalah Noor memang lebih mengedepankan perempuan itu seperti apa. Misalnya dalam kasus korupsi yang dilakukan oleh sejumlah perempuan, majalah Noor hadir dengan menampilkan bahasan yang sifatnya tidak memojokkan tetapi menengahkan. 12. Bagaimana pendapat Ibu tentang perempuan di zaman sekarang ini? Perempuan zaman sekarang ini sudah sangat modern, dari cara bicaranya, dari cara berbusananya. Dan dari tingkat konsumtif nya sebagai perempuan.
108
13. Berdasarkan pemberitaan yang terdapat dalam rubrik topik kita mengenai perempuan yang terlibat kasus korupsi, bagaimana majalah Noor memandang permasalahan ini? Majalah Noor, khususnya saya pribadai dalam hal ini, memandang bahwa permasalahan ini bisa saja terjadi karena mungkin perempuan yang seharusnya berada di rumah tidak dibiarkan untuk berkreasi dalam menjalankan perannya di luar rumah. Dan kurangnya iman yang menjadikan manusia sendiri tidak menjalankan ajaran agama Islam untuk amar ma‟ruf nahi munkar. Permasalahan ini menurut saya adalah isu yang dimunculkan di beberapa media untuk menarik simpati dari rakyat. Tetapi kemudian kami ingin mengemasnya dengan cara berbeda. 14. Informasi seperti apa yang ingin majalah Noor sampaikan kepada publik perihal kasus korupsi yang menimpa sejumlah perempuan di Indonesia? Saya ingin masyarakat tetap memandang baik perempuan, karena memang saya akui perempuan adalah pelaku konsumtif kelas satu, tapi yang perlu diketahui, perempuan merupakan harapan bangsa yang seharusnya dapat berfikir dengan cerdas ketika akan melakukan sesuatu, terlebih sesuatu itu banyak manfaat atau mudharatnya.
109
Lampiran. 4 TRANSKIP WAWANCARA Redaktur Ahli dan Wartawan Penulis Rubrik Topik Kita, Badriyah Fayumi Kantor Redaksi Majalah Noor/16 Juni 2014 1. Aspek apa yang melatarbelakangi terciptanya tema tentang perempuan yang belakangan ini diisukan terjerat kasus korupsi? Itu memang ada latarbelakang sosiologis, ada latarbelakang poloitis, ada
juga
latarbelakang
agama.
Latarbelakang
sosiologisnya,
perempuan kan sering dianggap sebagai orang yang bisa membebaskan sejumlah bangsa dan negara dari korupsi. Itu terbukti di beberapa negara di negara-negara makmur di dunia itu, keterwakilan perempuan di parlemen itu menciptakan tingkat korupsi yang rendah. Tapi justru fenomenanya di Indonesia, banyak perempuan yang terlibat dalam korupsi. Sehingga pada tahun 2004, 2009, itu kita mengkampanyekan sebuah gerakan perempuan politik di Indonesia dalam kampanye untuk memilih perempuan karena suatu tawarannya adalah perempuan dijanjikan akan dapat mensejahterakan bangsa, bisa meminimalisir angka korupsi, tapi ternyata kenyataannya kok berbeda. Perempuan baik di parlemen, di eksekutif, dan di yudikatif itu kok ada saja perempuan yang terjerat kasus korupsi. Hal itu kemudian yang melatarbelakangi saya menulis tema tentang perempuan dan korupsi di majalah ini. Itu latarbelakang sosio-politiknya. Ini menjadikan perjuangan perempuan semakin berat, karena itu seolah-olah menegukkan stigma bahwa perempuan memang mudah tergoda oleh
110
uang, sehingga hal ini juga menginspirasi mengapa tulisan ini ada. Tapi juga kita melihat, menginginkan bahwa sebetulnya Islam itu kan tidak menilai baik buruknya seseorang berdasarkan jenis kelaminnya, tapi berdasarkan perbuatannya. Makanya laki-laki dan perempuan seharusnya dapat berkolaborasi dalam kebaikan. Dan sebagai seorang perempuan jangan juga sampai melakukan hal-hal yang membuat korupsi. Misalnya, ketika perempuan memainkan perannya sebagai istri kemudian perempuan banyak tuntutan sehingga mendorong lakilaki untuk berbuat korupsi dan ujung-ujungnya perempuan juga bisa tersangkut kasus korupsi tersebut. Dan untuk perempuan sendiri, mulailah lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki. Seharausnya perempuan bisa menjadi penyeimbang dalam kehidupan. Korupsi bisa dilakukan siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. dan perempuan idealnya memang memiliki kekuatan, disitulah perlu ada pemberdayaan perempuan sehingga perempuan dapat memiliki integritas yang baik, tidak gampang terpengaruh sekalipun ia berada dalam lingkungan politik yang rawan sekali korupsi. 2. Apa tujuan dari penulisan berita mengenai perempuan yang korupsi di rubrik topik kita? Tujuan adalah agar perempuan bisa berdaya, perempuan bisa mandiri, perempuan bisa berintegritas, dengan berpegang teguh pada spirit Islam. jadi berangkat dari fenomena sosial yang konkrit itu tapi kemudian kita ingin membangun satu kesadaran bahwa perempuan tuh gaboleh begini karena kita bisa memainkan peran untuk tetap
111
berpolitik, berkontribusi, berumah tangga. Dan kita buktikan bahwa perempuan bisa terbebas dari korupsi dan yang kedua kita bisa membebaskan lingkungan kita dari korupsi. Jadi ada sprit idealisnya ya. 3. Mengapa berita ini dibuat, sebenarnya makna apa yang ingin anda sampaikan kepada publik? Saya membuat berita ini karena menurut saya perempuan adalah makhluk yang harus dihormati dan dihargai, karena tanpa peran perempuan kita bukan apa-apa di dunia ini. Namun banyak anggapan buruk tentang perempuan hanya karena beberapa perempuan melakukan tindak pidana korupsi bukan berarti semua perempuan buruk. Dan baik perempuan, maupun laki-laki sama-sama mulia di mata Allah SWT. 4. Untuk rubrik topik kita, apakah perempuan selalu menjadi yang utama untuk diberitakan? Iya. Di dalam pembahasan rubrik Topik Kita saya ingin menonjolkan sisi positif perempuan, sekalipun dalam pembahasan ini mengenai korupsi, tapi saya tetap ingin menonjolkan sisi baik dari perempuan. 5. Pada rubrik topik kita, apakah ada narasumber khusus? Sayangnya di dalam rubric kami tidak mencantumkan footnote. Tetapi saya sebagai wartawan penulis memiliki pertanggungjawaban terhadap apa yang saya tulis. 6. Seperti apa anda memposisikan diri anda dalam pemberitaan ini?
112
Saya memposisikan diri saya sebagai pihak yang netral dan bersifat general. 7. Maksudnya bagaimana? Kalau mau menjadi seorang wartawan, yang pertama harus berani, berani dalam artian, berani mencari tahu dan menuliskan apa yang kita pikirkan yang menurut kita bermanfaat bagi orang lain. Tetapi tidak hanya itu, seorang wartawan tidak boleh memihak/netral, karena tugas seorang wartawan adalah untuk memberikan informasi, bukan malah memanas-manasi. Selain itu, menjadi wartawan selain mencari tahu tentang berita yang sedang di buat, Dia juga harus tahu segala hal, caranya bisa dengan bertanya kepada wartawan senior agar lebih memperluas wawasan. 8. Dalam
hal
peliputan
berita,
bagaimana
majalah
Noor
melakukannya? Dalam Kasus korupsi misalnya, wartawan yang ditugaskan dalam peliputan adalah wartawan yang sudah siap di tempat yang berhubungan dengan kasus korupsi tersebut. Dalam hal ini, majalah Noor menugaskan wartawannya untuk mencari data ke tempat yang berhubungan dengan kasus korupsi dan perempuan itu sendiri. Apabila terdapat data yang kurang lengkap biasanya saya ambil data dari orang-orang yang pernah bertugas meliput tentang korupsi. Selain mengumpulkan berita dari beberapa tempat, majalah Noor juga mengambil dari Al-quran dan Hadits karena menurut saya, Al-qur‟an dan Hadits adalah sumber pokok ajaran umat Islam. Jadi, di setiap
113
beritanya, majalah Noor selalu menyelipkan konsep yang ada di dalam Islam terkait masalah yang sedang dibahas. 9. Sebagai majalah yang bernafaskan Islam, peran apa yang ingin ditonjolkan majalah Noor dalam meluruskan stigma negatif masyarakat terhadap perempuan yang melakukan tindak pidana korupsi? Benar, Masyarakat sekarang ini kan stigmanya sudah negatif terhadap perempuan, maka sudah seharusnya kita sebagai pemberi informasi meluruskan stigma buruk tersebut menjadi baik. Sudah sepatutnya, baik perempuan maupun laki-laki berkolaborasi dalam kebaikan. Menurut saya, isu ini sifatnya sensitif sampai membandingkan jenis kelamin. Tulisan ini dibuat juga agar pemerintah melakukan sesuatu agar tidak lagi terjadi hal seperti ini. Misalnya, buat perkumpulan perempuan untuk belajar bersama dalam hal-hal yang dapat memajukan Negara ini. Berita ini pun saya buat dengan hati-hati, agar tidak ada salah paham dari pembaca. 10. Bagaimana anda dalam melihat kasus ini? Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh perempuan di Indonesia sebenarnya sudah berlangsung lama, dan bisa dikatakan banyak pelakunya. Padahal sebetulnya masih lebih banyak koruptor laki-laki. Mengapa ketika laki-laki yang berbuat tindak pidana korupsi hanya disebut koruptor, sementara ketika perempuan yang melakukan tindak pidana korupsi, gendernya dipermasalahkan, dan seolah tidak dilihat rekam jejaknya.
114
11. Bagaimana tanggapan anda terhadap pemberitaan ini? Ya kebayang kan giliran laki-laki yang berbuat korupsi eh masyarakat sudah biasa saja dan tidak terlalu menanggapi, giliran perempuan yang korupsi, malahan gendernya yang disebut-sebut. Padahal perempuan juga berhak mendapatkan kepercayaan di parlemen seperti layaknya laki-laki. Perempuan juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki namun masih dalam koridornya. Dimana wanita harus dapat memainkan perannya dengan baik. Perannya sebagai seorang istri, seorang ibu, dan seorang yang bisa menjadi manfaat bagi masyarakat banyak. Tetapi, banyak masyarakat yang menganggap bahwa perilaku korupsi yang dilakukan oleh beberapa perempuan tersebut adalah karena mereka terlalu konsumtif dalam membelanjakan sesuatu sehingga tidak bersyukur terhadap apa yang mereka punya yang menyebabkan mereka melakukan tindak keji tersebut. Nah, disini majalah Noor ingin mengikis pemberitaan miring tentang perempuan.
115
Lampiran. 5 FOTO WAWANCARA Wawancara dengan Pimpinan Redaksi Majalah Noor, Jetti R. Hadi di Kantor Redaksi Majalah Noor, Rabu (7/5/14)
Wawancara dengan Redaktur Ahli dan Penulis pada Rubrik Topik Kita, Badriyah Fayumi di Kantor Redaksi Majalah Noor, Senin (16/6/14)
116
Lampiran. 6
117
118
119
120