e-Ta yang berjudul Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Pecahan Sebagai Perbandingan dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
Diajukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan Oleh
FATRISIE PEMBENGO NIM. 103812045
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Martianty Nalole, M.Pd NIP. 19590305 198303 2 002
Dra. Samsiar RivaI, S.Pd.M.Pd NIP. 19590218 198603 2 001
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Dr. Hj. Rusmin Husain, M.Pd NIP. 19600414 198703 2 001
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA BENTUK PECAHAN SEBAGAI PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 17 T E L A G A B I R U KABUPATEN GORONTALO FATRISIE PEMBENGO
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Pembimbing 1. Dra. Martianty Nalole, M.Pd 2. Dra. Samsiar RivaI, S.Pd. M.Pd
ABSTRAK Masalah dalam penelititan ini adalah “Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala pada siswa Kelas V SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala melalui tipe Student Team Achievement Division pada siswa kelas V di SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus meliputi 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap analisis dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I dari 19 siswa hanya 11 siswa yang terampil menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala atau 57,89 % yang memperoleh nilai 70 ke atas. Dan 8 siswa belum terampil menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan
skala yang atau 42,10% yang memperoleh nilai di bawah 70. Hal ini belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, hingga dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II siswa yang terampil menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala melalui tipe Student Team Achievement Division sebanyak 16 siswa atau 84,21% yang memperoleh nilai 70 ke atas dan yang belum terampil 3 siswa atau 15,79% yang memperoleh nilai di bawah 70. Dengan demikian disimpulkan bahwa dengan tipe Studdent Team Achievement Division, keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala di kelas V SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo meningkat
Kata Kunci : Siswa, Keterampilan, Pecahan, Perbandingan, Skala, Student, Team Achievement, Division (STAD)
PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang terorganisasi. Matematika berguna bagi siswa Sekolah Dasar (SD) untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian, lebih-lebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Bila kita memperhatikan prestasi belajar siswa dalam belajar matematika maka tentunya kita tidak bisa menyangkal terhadap kenyataan yang ada bahwa umumnya pretasi belajar matematika SD relatif rendah, informasi dari guru berupa ceramah sering membuat siswa merasa jenuh dan belajar matematika sering menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model-model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan belajar matematika di SD menjadi lebih baik. Pembelajaran merupakan usaha guru dalam meningkatkan, mengarahkan, membimbing dan mengajar siswa untuk mencapai tingkat perubahan perilaku. Pembelajaran matematika di kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif akan lebih memudahkan siswa memahami konsep matematika atau memberikan banyak pengetahuan. Keragaman pelaksanaan pembelajaran di SD haruslah diciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, efisien dan menyenangkan dengan memaksimalkan penggunaan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak, dengan materi pelajaran dan juga disesuaikan dengan media pembelajaran di kelas. Selain itu cara penyajian pelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang, seperti perpustakaan, alat peraga dan lingkungan. Kondisi tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dalam bentuk kompotensi guru
kelas
dalam
menggunakannya
bidang
secara
tepat
pendidikan,
pengajaran
strategi
pembelajaran,
dan
kemampuan
metode,
teknik
pembelajaran, dan model-model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan upaya guru dalam menciptakan suasana belajar di kelas menjadi menyenangkan dengan memenuhi pelayanan kebutuhan siswa akan materi pelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Model
pembelajaran juga mampu mengefektifkan interaksi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Model pembelajaran kooperatif didukung oleh teori konstruktivisme social Vygotsky (dalam Suprijono 2009:55) telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme social Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Siswa berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran siswa. Vygotsky menekankan siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi pengetahuan dipengaruhi oleh kultur dimana siswa tinggal. Kultur meliputi bahasa, keyakinan dan keterampilan. Model pembelajaran yaitu pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator, menetapkan tugas dan pertanyaan – pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan serta informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dalam setiap pembelajaran di kelas, tentunya setiap guru berharap pembelajaran yang diberikan mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi, pembelajaran di kelas banyak mengalami kendala. Ini disebabkan kurangnya variasi guru mengolah sebuah rancangan pembelajaran, kebanyakan guru mendominasi pembelajaran, tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa tidak mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran pun menjadi membosankan. Selain itu soal cerita merupakan materi yang sebagian siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Ini disebabkan kurangnya keterampilan siswa
dalam
menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika, menjadikan pelajaran matematika kurang diminati dan menjadi momok yang menakutkan. Kendala lain yaitu kurangnya keaktifan siswa berdiskusi atau bekerja kelompok dengan siswa lain, kendati hal ini mampu melatih siswa untuk termotivasi,
bekerja keras, giat mengerjakan tugas dan belajar bertanggung jawab pada kelompok dan pada dirinya sendiri dalam menyelesaikan tugas. Pada akhirnya hambatan-hambatan tersebut menjadikan siswa tidak fokus dan pasif pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi tes formatif pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala di kelas V semester II pada SD Negeri 17 Telaga Biru, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Dari hasil tes formatif yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 11 dari 19 siswa atau 57,89 %. Untuk meningkatkan keterampilan siswa terhadap materi pembelajaran tersebut, penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menuntut siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan kelompok yang bertujuan meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita. Model pembelajaran koopeartif, melatih seluruh anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kelompok dan dirinya sendiri untuk
menyelesaikan
tugas
yang
diberikan
guru.
Dengan
berdiskusi
menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita. Sudah banyak peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif dan sebagian berhasil. Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengkaji masalah ini melalui penelitian yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Pecahan Sebagai Perbandingan dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team-Achievement Division) Pada Siswa Kelas V SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo”
Identifikasi Masalah Penulis dapat mengidentifikasikan beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebagai berikut : 1. Kurangnya variasi pembelajaran; 2. kurangnya kreativitas siswa; 3. kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari de dalam kalimat matematika; 4. dan kurangnya keaktifan siswa berdiskusi dan bekerja kelompok, yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri, termotivasi, giat, bekerja keras dan belajar bertanggung jawab.
Hipotesis dan Indikator Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Jika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala pada siswa kelas V SD 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo akan meningkat”. Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75% siswa kelas V SDN 17 Telaga Biru yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 ke atas terhadap keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tahap Pelaksanaan Tindakan. 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 5. Memberi evaluasi
6. Guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama. 7. Guru memberikan penghargaan Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini digunakan model pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Pengumpulan data dilakukan melalui observasi sebagai langkah awal yang digunakan untuk mengumpulkan data umum obyek penelitian, yaitu dengan mengamati secara langsung situasi dan kondisi proses belajar mengajar di kelas dengan terfokus pada apa yang telah ditetapkan. b. Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala dalam hal ini untuk memperoleh data dan informasi dari objek yang akan diteliti atau pihak lain yang kompoten. Wawancara yang dilakukan ini sifatnya terbuka dan biasa dilakukan berulang pada informan yang sama. Teknik wawancara ini akan dilakukan pada semua informan yang bermanfaat dalam penelitian ini. c.
Tes Tes digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui kadar kompotensi yang diajarkan, umpan balik selanjutnya dan memberikan nilai kepada siswa sebagai laporan hasil belajarnya. d. Dokumentasi Dalam hal ini peneliti mendokumentasikan hasil-hasil penelitian, berupa data penelitian dan sumber data agar dipercaya.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Tahapan Persiapan Tindakan Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah meminta persetujuan kepala sekolah dan guru mitra untuk melaksanakan penelitian sekaligus menetapkan waktu pelaksanaan penelitian, menyusun perangkat pembelajaran, seperti Silabus, RPP pada lampiran halaman 52, teks yang berisi materi contoh
soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, format pengamatan terhadap aktivitas guru, format pengamatan aktivitas siswa, lembar soal latihan, soal evaluasi, format hasil evaluasi dan alat dokumentasi berupa kamera Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Kamis 22 Mei dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran, pengambilan data pada pembelajaran ini dilakukan secara bersamasama oleh peneliti dan observer. Aktivitas guru, aktivitas siswa dan meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, selama proses pembelajaran berlangsung diamati dan dinilai dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada tahap pelaksanaan ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) Proses pembelajaran yang dilakukan dalam siklus 1 mengacu pada RPP yang dilampirkan pada halaman 47 dengan langkah-langkah yaitu: guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi pecahan sebagai perbandingan dan skala. Pertanyaan menstimulus siswa mengenai materi perbandingan dan skala. Selanjutnya menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran. Guru menjelaskan materi atau contoh soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa hal-hal yang belum dimengerti, siswa dibentuk beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen. Siswa menyimak dan memperhatikan contoh soal cerita pecahan sebagai perbandingan dan skala dalam penyelesaiannya diinformasikan kepada anggota kelompok lain. Setelah memberikan contoh, langkah selanjutnya guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan, anggota-anggota kelompok yang sudah mengerti menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
tersebut
memahami
soal.
Siswa
melakukan
diskusi
untuk
menyelesaikan soal yang ada hubungannya dengan perbandingan dan skala. Adapun dalam menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, guru membelajarkan 4 langkah teori Polya. 4 langkah tersebut yaitu, 1) memahami masalah; 2) menyusun recana; 3) pelaksanaan rencana; 4) dan
memeriksa kembali. Kemudian memberi kuis, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Langkah berikut guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa cara menyimpulkan materi dan kelompok yang berhasil menjawab kuis atau pertanyaan dengan baik diberikan penghargaan berupa hadiah kecil dan penghargaan berupa penguatan verbal. Sebelum menutup pembelajaran guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa di rumah, guru juga tidak lupa memberikan motivasi dan terakhir menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan salam kepada siswa. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini guru mitra atau observer telah melakukan pemantauan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelemahan dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 17 Telaga Biru. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I Untuk mengukur tingkat keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division pada siswa kelas V SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, dilakukan melalui pembelajaran tes evaluasi pada akhir proses pembelajaran oleh guru yang dalam hal ini adalah peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek yang telah ditentukan. Tes dibuat dalam bentuk menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala. Berikut ini ditampilkan rekapan data hasil evaluasi meningkatan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, pada pelaksanaan pembuatan siklus I
Tabel 1.1. Rekapan Hasil Evaluasi Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Pecahan Sebagai Perbandingan dan Skala Pada Siklus I. Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
Keterangan
> 70
11
57,89 %
Tuntas
< 70
8
42,10%
Tidak Tuntas
Tahap Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi yang telah dianalisis secara kualitatif sesuai aspek-aspek penilaian untuk aktivitas guru diperoleh data pada tabel 1 yaitu, 1 aspek atau 6,25 % memperoleh kategori sangat baik, 9 aspek atau 56,25 % memperoleh kategori baik dan 6 aspek atau 37,5 % memperoleh kategori cukup baik, sedangkan untuk kategori kurang baik tidak muncul pada siklus 1 ini
Siklus II Tahap Persiapan Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan siklus II sama seperti pada kegiatan siklus I, materi yang diberikan juga sama. Dalam siklus I materi yang diberikan lebih mudah dan berbeda. Dalam siklus I materi yang diberikan adalah menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala Tahap Pelaksanaan Tindakan Proses kegiatan 30 Mei 2014 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran, pelaksanaan pembelajaran siklus II ini mengacu pada RPP siklus ini seperti yang ada pada lampiran penelitian ini. Namun tindakan ini lebih diarahkan pada penyempurnaan aspek-aspek kegiatan baik aktivitas siswa yang belum terlaksana secara optimal. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam siklus II mengacu pada RPP yang dilampirkan dengan langkah-langkah yaitu: pada kegiatan awal guru mengingatkan materi perbandingan dan skala pada pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran. Guru mengulangi penjelasan materi atau contoh
soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa hal-hal yang belum dimengerti. Membentuk
kelompok
yang
baru,
dikarenakan
kelompok
yang
sebelumnya tidak sungguh-sungguh menyelesaikan soal cerita perbandingan dan skala. Dan ketua kelompok yang ditugaskan mentransfer pengetahuan pada anggota kelompok kurang didengar anggota kelompoknya, untuk itu posisi kelompok berubah. Selanjutnya siswa diminta benar-benar menyimak dan memperhatikan contoh soal cerita pecahan sebagai perbandingan dan skala dalam penyelesaiannya diinformasikan kepada anggota kelompok lain. Setelah memberikan contoh, langkah selanjutnya guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan, anggota-anggota kelompok yang sudah mengerti menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
tersebut
memahami
soal.
Siswa
melakukan
diskusi
untuk
menyelesaikan soal yang ada hubungannya dengan perbandingan dan skala. Adapun dalam menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala, guru mengingatkan kembali 4 langkah teori Polya. 4 langkah tersebut yaitu, 1) memahami masalah; 2) menyusun recana; 3) pelaksanaan rencana; 4) dan memeriksa kembali. Kemudian memberi kuis, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Langkah berikut guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Pemberian penghargaan kali ini diberikan dengan cara mengumpulkan bintang, semakin banyak bintang yang terkumpul, maka kesempatan mendapatkan penghargaan berupa hadiah semakin besar. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengumpulkan banyak bintang. Ini salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan dan skala, tak lupa juga memberikan penguatan-penguatan verbal dan motivasi agar tetap banyak melakukan latihan-latihan.. Kemudian dilanjutkan dengan guru dan siswa menyimpulkan materi.
Sebelum menutup pembelajaran guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa di rumah, guru juga tidak lupa memberikan motivasi dan terakhir menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan salam kepada siswa Tahap Pemantauan dan Evaluasi Seperti halnya siklus I, pada tahap ini guru mitra atau observer melakukan pemantauan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berrlangsung beerdasarkan perencanaan perbaikan Seperti halnya siklus I pada siklus II selain pemantauan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, pemantauan juga dilakukan terhadap keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala. Berikut ini ditampilkan rekapan dalam observasi terhadap kterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala selama proses pembelajaran siklus II. Tabel 2. Rekapan Hasil Evaluasi Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Pecahan Sebagai Perbandingan dan Skala Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
Keterangan
> 70
16
84,21 %
Tuntas
< 70
3
15,79 %
Tidak Tuntas
Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan berdasarkan perbaikan-perbaikan dari beberapa aspek kemudian dianalisis dan direfleksi kembali seperti halnya pada siklus I, untuk aktivitas siswa sebagaimana pada tabel 4.5 yaitu 3 aspek atau 18,75 % memperoleh kategori sangat baik, 13 aspek atau 81,25 % kategori baik, sementara kategori cukup baik dan kurang baik sudah tidak muncul. Dengan melhat tabel 4.7 tentang rekapan hasil pengamatan yang telah dianalisis sebelumnya untuk aspek keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai peerbandingan dan skala dalam proses pembelajaran siklus II diketahui bahwa dari 19 siswa yang diberi tindakan 16 siswa atau 84,21 % memperoleh kategori terampil dan 15,79 % termasuk kategori belum terampil
menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala. Dengan demikian pembelajaran pada siklus II ini telah mencapai indikator yang diharapkan.
Simpulan 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan bahwa dengan melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Acievement Division keterampilan menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 17 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo meningkat.
2. Saran Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut : 1. Bagi Siswa Untuk meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala siswa harus fokus ddan memperhatikan pada materi yang dijelaskan guru. Dalam pembentukan kelompok siswa harus bekerja dan memberikan informasi dengan baik dan dalam kelompoknya tidak boleh memilih-milih teman. 2. Bagi Guru Diharapkan kepada semua guru untuk dapat menggunakan berbagai teknik, metode dan pendekatan khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Diviion kaarena ini dapat meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan sebagai perbandingan dan skala. 3. Bagi Sekolah Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi guru dalam menjalankan tugas sebagai guru. 4. Bagi Peneliti Diharapkan pada peneliti agar penelitian ini dapat dijadikan bahan pengalaman dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Aunurahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta: Depdikdas Depdiknas Republik Indonesia. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika: Dirjen Dikdasmen Depdikdas. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Karim, Muchtar A. 1996/1997. Pendidikan Matematika 1. Malang: Depdikbud Dirjen Dikti Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka. Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka. Margono, S. 2004. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nazir Ph.D, Moh. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia Rahardjo, Marsudi. dan Waluyati, Astuti. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di SD. (Modul PDF) Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Suprijono, Agus 2009/2010 Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yokyakarta. Soemarjadi, dkk. 1991/1992. Pendidikan Keterampilan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Tim Pengajar. 2008. Pendidikan Matematika II. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Tim Kreatif. 2010, Matematika Kelas 5b Cemara, Surakarta: Putra Nugraha Utama.
Waluyati, Endang. 2012. Metode Pembelajaran Tipe STAD. (Online) http://endangkacaribu.blogspot.com/2012/12/metode-pembelajarankooperati-stad.html