FARMAKOGNOSI II Oleh : Drs. Asram Ahmad.Apt Dra. Elida Hanum Husni. MSi.Apt Prof, Dr, Amri Bakhtiar. MS. Apt
FARMAKOGNOSI-Pengertian luas Ilmu yang mencangkup pengetahuan mengenai sejarah, distribusi, budidaya, pengumpulan, seleksi, penyiapan, perdagangan (niaga), identifikasi, evaluasi, pengawetan, dan penggunaan obat serta senyawa ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan. 2
Obat Bahan Alam (HERBAL MEDICINE) BAHAN BAKU OBAT ASAL ALAM TUMBUHAN HEWAN MINERAL
TITIK BERAT asal TUMBUHAN
3
TUMBUHAN UNTUK FARMASI
BAHAN OBAT (OBA, NUTRACEUTICAL) SUMBER SENYAWA AKTIF BIOLOGIK SUMBER BAHAN PEMBANTU SUMBER PRAZAT/PRECURSOR INSPIRATOR STRUKTUR KIMIA OBAT BAHAN BAKU KOSMETIKA BAHAN MAKANAN
4
OBAT BAHAN ALAM SEMUA OBAT YANG DIBUAT DARI BAHAN ALAM YANG DALAM PROSES PEMBUATANNYA BELUM SAMPAI PADA ISOLAT ATAU SENYAWA MURNI MAUPUN HASIL PENGEMBANGAN DARI ISOLAT TERSEBUT. 5
KELOMPOK OBAT BAHAN ALAM (herbal medicine) JAMU/OBAT TRADISIONAL
(AMAN, KLAIM KHASIATNYA EMPIRIS (TURUN TEMURUN, MEMENUHI SYARAT MUTU)
OBAT HERBAL TERSTANDAR
(AMAN, KLAIM KHASIAT UJI PRA KLINIK, STANDARDISASI BAHAN BAKU)
FITOFARMAKA
(AMAN, KLAIM KHASIAT UJI pra KLINIK, dan UJI KLINIK, STANDARDISASI BAHAN BAKU) 6
OBAT TRADISIONAL (BEBERAPA ISTILAH) a. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. (menurut Permenkes 246/Menkes/Per/V/1990). Obat tradisional berlisensi adalah obat tradisional asing yang diproduksi oleh suatu industri obat tradisional (lOT) atas persetujuan dari perusahaan yang bersangkutan dengan memakai merek dan nama dagang perusahaan tersebut. 7
c. lndustri Obat Tradisional (lOT) adalah perusahaan OT dengan total aset di atas Rp 600 juta tidak termasuk harga tanah dan bangunan.
d. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah perusahaan OT dengan total aset di bawah Rp 600 juta tidak termasuk harga tanah dan bangunan. e. Jamu adalah nama asli Indonesia untuk obat tradisional. Ada beberapa macam jenis usaha secara perorangan, misalnya Usaha Jamu racikan, Usaha Jamu Gendong atau, Jamu Bagolan. Tulisan ”JAMU” di dalam lingkaran hitam digunakan sebagai penanda produk obat tradisional pada umumnya. f. Sediaan herbal adalah sediaan OT yang bahan dasarnya berupa ekstrak. Merupakan jembatan antara jamu dengan fitofarmaka. g. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Fitofarmaka setaraf dengan obat modern. (Permenkes nomor 76OIMenkesIPerIlXIl 992).
8
. Fitoterapi sama dengan fitofarmaka. I. Herbal medicine merupakan istilah Anglo-Saxon untuk obat tradisional.
j. Homoeopati adalah sistem pengobatan dengan menggunakan bahan obat dalam bentuk pengenceran yang besar, jadi kadar bahan obat sangat kecil. k. Aromaterapi adalah pengobatan atau pemeliharaan kesehatan dengan menggunakan minyak atsiri. Hal ini sangat erat hubungannya dengan Spa (Sano par aqua), yaitu pemeliharaan kesehatan atau kebuugaran dengan air dan minyak atsiri. L. Etnobotani adalah ilmu yang mengkaji tentang tanaman yang terkait dengan kehidupan suku bangsa tertentu untuk digunakan utamanya untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan atau keperluan lain. lImu ini sangat berguna untuk mempelajari tanaman tertentu guna dikembangkan menjadi komoditi yang berguna bagi orang.
9
m. Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa. n. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari selukbeluk kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagiannya. a. Sediaan galenik adalah bentuk penyarian tumbuhan atau bagiannya yang berupa ekstrak (infusa, ekstrak, dan tingtur). p. Obat gubal atau simplisia adalah sama dengan crude drugs. q. Zoofarmaka adalah sama dengan fitofarmaka tetapi bahan dasarnya berasal dari hewan. 10
PROSPEK OBAT BAHAN ALAM (1) Menurut -WHO : 80 % Penduduk negara berkembang 85 % bahan yang digunakan asal tumbuhan
11
PROSPEK OBAT BAHAN ALAM (2) Tabel 1 Jumlah IKOT dan IOT
Tahun
IKOT
1990
259
1996 1997
IOT
Jumlah
61 458
1998
79
2000
853
87
940
2003
905
97
1002
2005
1037
129
1166
2008
1143
127
1270
12
PROSPEK OBAT BAHAN ALAM (3) USA 1994 (US$ 1,6 M ); 1996 (3,24 M); 1997 (5,1 M); 2001 (40 M)
UNI EROPA 1986 (US$ 560 JUTA); 1996 (7 M). JERMAN 3,5M; PERANCIS 1,8M; ITALI 0,7 M; UK 0,4M; SPANYOL 0,3M; BELANDA 0,1 M)
1978: COMMISSION E (MENILAI KEAMANAN DAN MANFAAT TUMBUHAN OBAT) 1986: ESCOP; European Scientific Cooperative on Phytotherapy (1997 menerbitkan monography) 1993, mahasiswa kedokteran di German harus lulus Fitoterafi.
13
POTENSI HAYATI ALAM INDONESIA Variasi geografi, topografi, dan sejarah geologis yang dinamis Variasi formasi hutan (hutan pantai, mangrove, rawa, rawa gambut, hujan dataran rendah, dll.) keanekaraga man hayati Potensi bahari Indonesia (62 %)
14
WHO dan OBAT BAHAN ALAM WHO Guidelines for the assessment of the herbal medicine WHO General guidelines for methodologies on research and evaluation of traditional medicine WHO Quality control methods for medicinal plant material WHO Monographs on selected medicinal plants WHO guidelines on good agricultural and collection practices (GACP) for medicinal plants WHO guidelines on manufacturing practises (GMP) for herbal medicines BATAS 200808
15
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN, MANFAAT, DAN KUALITAS OBAT BAHAN ALAM
BAHAN BAKU/ TUMBUHAN KONTAMINASI &/ PEMALSUAN PROSES
16
BAHAN BAKU AKTIVITAS VERSUS
KANDUNGAN KIMIA
17
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KANDUNGAN KIMIA TUMBUHAN Keanekaragaman genetik Lingkungan tempat tumbuh (habitat) Faktor biotik Tanah dan nutrisi Air Temperatur Cahaya (Kualitas, Intensitas, Lama) Ketinggian tempat tumbuh
Panen dan pasca panen 18
Tabel 2
Kadar kapsaisin dan dihidrokapsaisin pada sepuluh kultivar Capsicum annuum L. (Yamakawa, 2001) Kapsaisin (mg/gDW)
Dihidrokapsaisin (mg/gDW)
Tumpang
3.7
1.6
LV1092
1.7
1.1
Cipanas
1.5
0.6
KA-2
3.8
1.4
Perennial HDV
1.4
0.8
IR
0.7
0.5
Tit Paris
0.6
0.4
PBC 473 1-71
0.5
0.5
Paris Minya
3.0
1.5
Chilli
1.1
0.6
Kultivar
19
Tabel 3 Hubungan kadar alkaloid dengan lamanya pencahayaan pada daun muda Datura tatula C. (mg/100 g daun) (Cosson, 1978) Lama Pencahayaan
16 jam
9 jam
Alkaloid
1
2
3
4
Skopolamin
3,0
13,5
11,0
12,0
Hiosiamin
0,5
3,0
8,5
17,0
Total
3,5
16,5
9,6
29,0
S/H
6,0
4,5
1,3
0,7
Skopolamin
2,0
4,0
9,0
7,0
Hiosiamin
0,5
3,0
5,0
9,0
Total
2,5
7,0
14,0
16,0
S/H
4,0
1,3
1,8
0,8
1 = saat muncul kuncup bunga pertama; 2 = pada saat bunga pertama mekar; 3 = pada awal pematangan buah; 4 = umur tanaman 3-5 bulan
20
Tabel 4 Hubungan ketinggian tempat tumbuh dengan kadar alkaloida Datura metel dalam berbagai organ (dalam %) (Karnick, Saxena, 1970)
Altitude
Akar
Batang
Daun
Bunga
Biji
Sealevel
0,27
0,19
0,25
0,69
0,09
563 m
0,52
0,29
0.32
0.86
0,10
716 m
0,71
0,43
0,54
0,95
0,14
2166 m
0,89
0,46
0,58
0,99
0,19 21
Tabel 5 Kandungan andrografolid pada daun Andrographis paniculata Nees. dari berbagai lokasi tumbuh (Sukrasno, 2007)
Lokasi tumbuh
Ketinggian (m dpl)
Kepahitan ekstrak (unit)
Cilacap
10
466,6
24,3 (2,43)
Jakarta
60
466,6
17,9 (1,79)
Nganjuk
210
2.666,6
31,6 (3,16)
Bogor
220
1.333,3
24,4 (2,44)
Sukabumi
350
1.866,7
25,1 (2,51)
Solo
490
2.333,3
27,2 (2,72)
Bandung
900
933,3
24,4 (2,44)
Andrografolid mg/ g (%)
22
Tabel 6 Kadar kuersitrin pada daun benalu (Suganda, 2003)
No
Jenis Benalu
Tumbuhan Inang
mg/ g
1.
Macroselon avensis (Bl.) Dans.
Camelia sinensis (L.) O.K.
2,69
2.
Scurrula oortiana (Korth) Dans.
Camelia sinensis (L.) O.K.
9,56
3.
Scurrula parasitiaca L.
Nerium indicum Mill.
5,07
4.
Lepeostegeres gemmiflorus (Bl.) Bl
Nerium indicum Mill.
0
5.
Lepeostegeres gemmiflorus (Bl.) Bl
Macaranga tamarius (L.) MA
0
6.
Scurrula oortiana (Korth) Dans.
Vaccinium varingiaefolium Bl.
6,08
7.
Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.
Codiaeum variegatum (L.) Bl.
35,13
8.
Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.
Ceiba pentandra (L.) Gaertn.
23
39,78
NAMA DAERAH VS NAMA LATIN Nama lokal suatu tumbuhan di dua daerah belum tentu sama Nama lokal yang sama belum tentu tumbuhannya sama Nama latin suatu tumbuhan yang komplit (termasuk author) bersifat universal Curcuma xanthorrhiza Roxb berbeda dengan Curcuma xanthorrhiza Navez
24
STANDARDISASI HULU HILIR BUDIDAYA/PENYEDIAAN BAHAN BAKU BAHAN BAKU (SIMPLISIA) PROSES, METODE PRODUK PERANTARA PRODUK AKHIR (OT, OHT, FITOFARMAKA) MANAJEMEN MANUSIANYA 25
KRITERIA YG HARUS DIPENUHI JAMU/OBAT TRADISIONAL AMAN SESUAI DENGAN PERSYARATAN YANG DITETAPKAN KLAIM KHASIAT DIBUKTIKAN BERDASARKAN DATA EMPIRIS MEMENUHI PERSYARATAN MUTU YANG BERLAKU KLAIM:” SECARA TRADISIONAL DIGUNAKAN UNTUK …….” ATAU SESUAI DG YANG DISETUJUI PADA PENDAFTARAN 26
KRITERIA YG HARUS DIPENUHI OBAT HERBAL TERSTANDAR AMAN SESUAI DENGAN PERSYARATAN YANG DITETAPKAN KLAIM KHASIAT DIBUKTIKAN SECARA ILMIAH/PRA KLINIK TELAH DILAKUKAN STANDARDISASI TERHADAP BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUK JADI MEMENUHI PERSYARATAN MUTU YANG BERLAKU JENIS KLAIM SESUAI DENGAN TINGKAT PEMBUKTIAN 27
KRITERIA YG HARUS DIPENUHI FITOFARMAKA AMAN SESUAI DG PERSYARATAN YANG DITETAPKAN KLAIM KHASIAT HARUS DIBUKTIKAN BERDASARKAN UJI KLINIK TELAH DILAKUKAN STANDARDISASI TERHADAP BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUK JADI MEMENUHI PERSYARATAN MUTU YANG BERLAKU JENIS KLAIM SESUAI DENGAN TINGKAT PEMBUKTIAN 28
BAHAN BAKU SIMPLISIA MUTU TERGANTUNG PADA; Sumber tanaman. Pengumpulan dan pemanenan. (teknologi pasca panen) Pembuatan simplisia. 29
SUMBER TANAMAN Tumbuhan liar. o Persediaan terbatas. o Mutu tidak seragam o Permintaan banyak bisa tanaman mengalami kepunahan
Tumbuhan budidaya. o o o o o
Persediaan bisa tergantung kebutuhan. Mutu bisa seragam . Kandungan bioaktif bisa ditingkatkan. Penyakit tanaman bisa diawasi. Gen tanaman bisa dikontrol. 30
TANAMAN OBAT & BUDIDAYANYA Sesuai dengan arahan dari badan POM maka untuk beberapa tanaman obat telah dikeluarkan petunjuk mengenai ; Budidaya Panen dan pascapanen Standarisasi simplisia dan ekstrak
31
BUDIDAYA TANAMAN OBAT
Di masa mendatang untuk simplisia yang banyak diminta dan alasan faktor lingkungan serta kualitas yang seragam (terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat diperlukan. Obat akan dikumpulkan atau dibudidaya di seluruh dunia. Kandungan bioaktif dipengaruhi oleh:
o
Faktor intrinsik (gen).
o o
o
Gen atau sifat turunan bisa menaikkan atau menurunkan kandungan bioaktif. Gen dapat juga untuk memproduksi tanaman baru dengan persilangan.
Ekstrinsik (Iklim, tanah, ph tanah, pemupukan, pengairan, pemberantasan gulma, pemberantasan penyakit, bibit, )
a.
Iklim
o o o
Suhu Curah hujan Intensitas cahaya mata hari
32
b. Tanah o Campuran partikel mineral o Terbentuk dari kikisan batu. o Komponen organik; o Humus , terbentuk dari pembusukan tumbuhan dan hewan. o tanah subur mengandung 1,5%-15% humus. o Tanah kurus mengandung kurang dari 0,5% humus. o Tanah liat/lempung (clay) terdiri dari partikel halus 2-20µm. o Tanah pasir (sand) 20µm-2mm. o Tanah kenikil 2-20mm. 33
pH tanah Sangat berpengaruh pada perkembangan tumbuhan; o Tanah asam, mengandung alkali yang rendah. o Tanah basa, mengandung alkali tinggi. o Tanah netral.
Tanah yang baik, o o o o
Kaya humus, netral., Partikel halus dan kasar yang seimbang. Pengikat air yang baik. 34
Garam Nutritif Tanaman menyerap unsur kimia makanan dari dalam tanah dalam bentuk garam : Unsur Makro;(dibutuhkan dalam jumlah banyak: Nitrogen (N), Phosphat (P), Kalium (K)…….NPK. Nitrogen untuk hijau daun. P. untuk pertumbuhan dan buah. K. untuk pertumbuhan dan bunga. Unsur Mikro: (dibutuhkan dalam jumlah kecil): Ca, Co, Br, Cl, …………………. Unsur mikro umumnya untuk metabolisme tumbuhan seperti enzim, katalis dan hormon.
Untuk melengkapi semua itu dilakukanlah pemupukan dengan kedua unsur tersebut sesuai kebutuhan.
35
Macam-macam pupuk; Pupuk NPK, mengandung unsur NPK dengan jumlah persentase tertentu. Pupuk Urea, mengandung unsur N dengan jumlah tertentu. Pupuk KCl, mengandung unsur K dalam jumlah tertentu. Pupuk superpospat, mengandung unsur P dalam jumlah tertentu. Pemupukan sebaiknya dilakukan setelah dilakukan analisa unsur tanah. 36
Pengairan, pemberantasan gulma dan hama penyakit Untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan air yang cukup, apabila curah hujan rendah perlu dilakukan penyiraman atau mengairi melalui parit-parit yang dibuat. Gulma(tumbuhan pengganggu) perlu dibrantas karena akan merusak tanaman budidaya: Pemberantasan hama; dengan pestisida 37
PESTISIDA
Dalam peraturan pemerintah yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk: * memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian * memberantas gulma * mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan * mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk * memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan * memberantas atau mencegah hama air * memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga * memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Macam-macam Pestisida * Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. * Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge. * Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung. * Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri * Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur.Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
* Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti
*
* * *
*
tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu). Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar). Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
* Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu,
* * * * *
tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator). Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
Pestisada dengan nama tanpa akhiran “sida”
* Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap. * Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang. * Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai. * Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya. * Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme. * Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
* Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk. * Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma. * Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP). * Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan. * Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun. * Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas. * Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.
Cara kerja pestisida * Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran. * Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas * Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman. * Pestisida lambung, berarti mempunyai daya setelah jasad sasaran memakan pestisida.
Pembibitan tanaman Pembibitan atau perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif (dengan biji), vegetatif (dengan stek bahagian tanaman), ubi ,kultur jaringan dll. Generatif dilakukan terhadap biji yang telah dikeringkan dan dibiarkan dalam jangka tertentu setelah dipetik. Penanaman dapat dilakukan dipersemaian, setelah mencapai umur tertentu dipindahkan ke lahan budidaya Penanaman langsung dilahan budidaya. 45
Vegetatif. stek biasa dilakukan terhadap, batang, ranting, daun, akar dan umbi. Batang, ranting dan akar yang masih agak muda dipotong sekitar 15-20 cm, kemudian ditanam kedalam polibag atau langsung ke lahan. Daun utuh atau yang dipotong biasanya ditanam dulu di polibeg, baru dipindah ke lahan setelah ada pertumbuhan. Umbi biasanya dibiarkan tumbuh sedikit di gudang, baru dipindah ke lahan. 46
CARA BUDI DAYA
Budidaya tanaman bahan jamu dapat dilakukan secara (1) monokultur atau (2) tumpangsari. Pola budidaya tumpangsari terutama apabila luas areal lahan yang dimiliki terbatas. Tumpangsari yang dilakukan bersama tanaman lain yang umur panennya lebih muda akan memberikan penghasilan bagi petani selama menunggu hasil tanaman bahan jamunya. Beberapa keuntungan lain yang diperoleh dengan pola tumpangsari adalah (a) mengurangi resiko kerugian pada saat harga tanaman bahan jamu sedang murah, (b) meningkatkan produktivitas lahan, dan memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma. Tanaman yang bisa ditumpangsarikan dengan tanaman bahan jamu adalah jagung, kacang-kacangan, bawang merah, cabai rawit, 47 buncis, ketela pohon dan sebagainya.
Proses budidaya tanamanbahan jamu secara garis besar meliputi pembibitan, pengolahan mediatanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan penanganan pascapanen. Pembibitan meliputi penyemaian bibit dan penyiapan bibit sebelum ditanam. Tergantung kepada kondisi lahan, maka tahapan pada pengolahanmedia tanam dapat meliputi kegiatan persiapan lahan, pembukaan lahan,pembentukan bedengan dan pengapuran. Pemeliharaan tanaman meliputikegiatan penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan danpenyiraman, serta pengendalian hama, penyakit dan gulma
48
JAHE Species :Zingiber officinale. Rosc Famili : Zingiberaceae Uraian : Di Indonesia mempunyai prospek ekonomi yang baik didasarkan pada: Iklim dan tanah yang sesuai Terbukanya pasar dalam dan luar negri yang baik. Banyak digunakan sebagai;
Penyedap masakan. Obat tradisional. Kosmetik Makanan dan minuman.
Jahe mempunyai 47 genera, 1400 species Mempunyai 3 varietas, yaitu jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah. Yang banyak ditanam jahe merah Berasal dari India, mempunyai nama-nama yang berbeda setiap negara dan daerah di Indonesia 49
Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhei (Madura), pese (Bugis), dan lali (Irian
50
Ciri-ciri tanaman jahe Jahe tergolong tanaman herba, tegak, dapat mencapai ketinggian 40–100 cm dan dapat berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih kekuningan. Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar. Bagian dalam berwarna kuning pucat. Rimpang terdapat dibawah batang semu, bergerombol, kuat dan bercabang, diameter 1,5-2,5 cm 51
Jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalapan, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karena dapat memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup.
52
53
KANDUNGAN KIMIA JAHE Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol.
54
KHASIAT JAHE
Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting, yaitu protease dan Lipase yang keduanya membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlancar peredaran darah. Sehingga tubuh menjadi hangat, kerja jantung jadi lebih ringan. Sudah ada pembuktian secara ilmiah. Di Inggris, disarankan wanita hamil mengkomsumsi jahe untuk mengatasai mualnya. Penelitian di Denmark membuktikan bahwa pemberian jahe pada pasien rhematik dan gangguan muskuloskleletal akan menghilangkan rasa sakitnya serta menghilangkan peradangan atau pembengkakan. Pada percobaan di indonesia, ternyata jahe mengandung bahan antirhinovirus yaitu beta-sesquiphelandrone. Selain itu, jahe merupakan pereda rasa sakit secara alami pada sakit kepala, bermanfaat untuk anti mual, anti mabuk, sakit perut, batuk, masuk angin, rheumatik,penghangat tubuh, mengeluarkan keringat dan terkilir.
55
Budidaya
Pembibitan
Rimpang yang digunakan untuk bibit adalah yang dipanen minimal 10 bulan, dengan ciri antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin, mengkilat dan keras serta tidak mudah mengelupas. Rimpang yang dipilih untuk benih adalah yang mempunyai 2-3 bakal mata tunas dengan bobot sekitar 25-60 gr untuk jahe putih besar, 20-40 gr untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Untuk pertanaman seluas 1 ha dibutuhkan 2-3 ton untuk jahe besar dan 1-1,5 ton untuk jahe emprit. Sebelum ditanam rimpang bibit ditunaskan dengan cara menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis. Jerami atau alang-alang dihamparkan di atas wadah berupa rak-rak terbuat dari bambu atau kayu yang diletakkan di tempat yang teduh. Selama penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari. Setelah sekitar 15 hari atau apabila sudah tumbuh tunas dengan tinggi 1-2 cm, benih sudah siap ditanam. Untuk mencegah infeksi bakteri, sebelum ditanam benih direndam di dalam larutan bakterisida selama 10 jam, kemudian dikering anginkan. 56
Penanaman
Persiapan lahan: Dilakukan 15 - 30 hari sebelum benih ditanam, dicangkul sedalam 30 cm agar gembur, dibersihkan dari gulma dan diberikan pupuk kandang sebanyak 20 ton per ha. Tanah diolah dan digemburkan, Dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), atau dibuat guludan. Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam, dan benih jahe kemudian ditanam pada lubang tanam tersebut. Penanaman: Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, jarak tanam adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm untuk jahe putih besar atau 60 cm x 40 cm untuk jahe emprit atau jahe merah. Untuk pola tumpang sari, tanaman yang ditumpangsarikan di tanam di antara tanaman jahe. Pada saat penanaman ini diberikan pupuk buatan SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 300-400 kg/ha. Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
57
Panen
Pemanenan: Pemanenan dilakukan tanaman berumur 9 - 10 bulan. Caranya membongkar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul. Apabila bibit yang digunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) produktivitas tanaman adalah 27 ton rimpang segar per hektar, Jika yang digunakan adalah bibit varietas unggul jahe putih kecil (JPK3; JPK6) maka akan dihasilkan 16 ton rimpang segar per hektar. Pola tumpang sari atau monokultur tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman jahe. Pasca Panen: Setelah panen, rimpang harus segera dibersihkan untuk menghindari mikroorganisme yang tidak diinginkan,dengan cara disemprot airyang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian,rimpang dianginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untukpenjualan segar rimpang dapat langsung dikemas. Apabila dijual dalam bentuk kering atau simplisia, maka rimpang direbus beberapa menit, kemudian diiris setebal 1- 4 mm, dan dikeringkan/dijemur sampai kadar air sekitar 8 – 10%,yaitu bila rimpang bisa dipatahkan. 58
BROTOWALI Species :Tinospora crispa (L) Famili :Menispermaceae Diskripsi Tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar. Biasa ditanam sebagai tumbuhan obat. Brotowali menyukai tempat panas, termasuk perdu, memanjat, tinggi batang sampai 2,5 meter. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip, panjang 7 - 12 cm, lebar 5 - 10 cm. Bunga kecil, warna hijau muda, berbentuk tandan semu. nama lokal dari Brotowali antara lain: Antawali, bratawali, putrawali, daun gadel (Jawa); Andawali (Sunda), Antawali (Bali), Shen jin teng (China).
59
Kandungan kimia Tumbuhan ini kaya dengan kandungan kimia, antara lain : Alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin (pikrotoksin). Akar mengandung alkaloid berberin dan kolumbin. Alkaloid yang terdiri dari N-asetil-nornuciferin, N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin. Disamping itu ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit. 60
Efek farmakologi/khasiat Dalam farmakologi disebutkan bahwa tanaman ini memiliki sifat :
Analgesik yaitu menghilangkan sakit. Antipiretik yaitu penurun panas. Melancarkan meridian. Rhematik, demam, diabetes, luka, kudis dll.
61
Budidya Syarat Tumbuh
Tanaman memanjat. Karena umumnya tanaman liar, maka teknologi budidaya yang tepat belum diketahui Biasa tumbuh di hutan, ladang atau halaman dekat pagar dengan penyinaran matahari penuh. Dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 m diatas permukaan air laut. Tanaman ini merupakan tumbuhan perdu memanjat tinggi diatas tanah dan cenderung menjadi penutup tanah.
Penyiapan lahan dan pembibitan
Dibuat lobang tanam 20x20x30 cm, tiap lobang diberi pupuk kandang 0,5-1 kg tiap lobang yang dicampur tanah. Disiapkan tiang-tiang panjat tanaman yang dapat berupa tiang panjat pagar atupun tanaman hidup. Bibit diambil dari stek batang sehat, cukup tua dan seragam yang panjangnya 10 cm. Stek lebih baik di dibibitkan dalam polibag sampai tumbuh 34minggu, kemudian baru dipindah ke lahan tanam. 62
Penanaman & Pemeliharaan
Pennaman dilakukan dengan jarak tanam 1x1meter dan diberi pupuk kandang yang dicampur tanah 1 : 3. Pemeliharaan tanaman meliputi;
penyiangan, dilakukan setelah tanaman umur 1 bulan dan seterusnya dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma. pemangkasan, dilakukan pada cabang-cabang yang terlalu banyak yang tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. pengaturan tiang panjat, dilakukan terhadap cabang yang letaknya tidak beraturan. pengendalian hama dan penyakit, yang biasa menyerang adalah jamur, terlihat bercak kuning pada daun dan biasanya diberantas dengan penyemprotan fungisida. Juga sering diserang oleh insekta atau ulat pemakan daun dan batang, ini dikendalikan dengan penyemprotan insektisida.
Panen dan Pasca panen. Penen dapat dilakukan dengan memangkas batang, setelah batang menunjukkan warna coklat kehitaman, kemudian dikeringkan
63
MAHKOTA DEWA. Species :Phaleria macrocarpa (scheff.) Boerl. FamiliT: Hymelaecae. Diskripsi:
Sebagian yang lain menamainya berdasarkan ukuran buahnya yang besar-besar (makro), yaitu Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Asalnya dari Papua/Irian Jaya. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup banyak. Ada yang menyebutnya pusaka dewa, derajat, mahkota ratu, mahkota raja, trimahkota. Di Jawa Tengah, orang menyebutnya dengan nama makuto mewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat. Nama ini diberikan karena pohon ini mampu mengobati aneka penyakit. Sementara Cina lebih suka menyebutnya pau yang berarti obat pusaka. Tidaklah mengejutkan jika beberapa orang pun menginggriskan namanya menjadi the crown of god. Jawa Barat, nama lain simalakama. 64
Mahkota dewa merupakan tanaman jenis pohon yang berkembang dan tumbuh sepanjang tahun, mampu mencapai ketinggian 3-4m.Batang bergetah terdiri dari kulit yang berwarna coklat kehijauan dan batang kayu berwarna putih, ianya berakar tunjang. Daun berbentuk lonjong , lansing, memanjang & hujungnya runcing, tepi daun rata, permukaan daun licin dan tidak berbulu. Bunga mahkota dewa berwarna putih dan berbau harum. Bunga tersebut berukuran kecil menyerupai bunga cengkih. Buah mahkota dewa terdiri dari kulit, daging, cangkang & biji. Buah berbentuk bulat, diameter 3-5cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Cangkang buah merupakan kulit dari biji yang juga termasuk bahagian yang sering di manfaatkan sebagai obat, perlu di rebus terlebih dahulu. Biji merupakan bahagian tanaman paling beracun. Bentuknya bulat lonjong berdiameter sekitar 1cm & berwarna coklat, bahagian dalam berwarna putih.
65
Kandungan Kimia/Kegunaan Daun : mengandungi antihistamin, alkaloid, saponin & polifenol (lignan) Kulit Buah : mengandungi alkaloid, saponin & flavonoid. Buah : alkanoid, tanin, flavonoid, fenol, saponin, lignan, minyak asiri & sterol.
66
Alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh Saponin, yang bermanfaat sebagai:
sumber anti bakteri dan anti virus meningkatkan sistem kekebalan tubuh meningkatkan vitalitas mengurangi kadar gula dalam darah mengurangi penggumpalan darah
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner mengandung antiinflamasi (antiradang) berfungsi sebagai anti-oksidan membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan
Flavonoid
Polifenol
berfungsi sebagai anti histamin (antialergi)
67
Khasiat Masalah yang mengganjal terhadap pemakaian mahkota dewa sebagai tanaman obat adalah terbatasnya pembuktian-pembuktian ilmiah akan kegunaan pohon ini. Selama ini pembuktian yang ada sebagian terbesar masih berupa pembuktian empiris, pembuktian yang hanya berdasarkan pada pengalaman pengguna. 68
Khasiat empiris 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kanser & Tumor Eksim (Penyakit Kulit) Diabetis Melitus (Kencing Manis) Hipertansi (Darah Tinggi) Hepatitis (Radang Hati) Reumatik (Sakit Sendi) Asam Urat (Arthritis Gout) Penyakit Jantung Gangguan Ginjal
Catatan Bahagian buah terutamanya bijinya beracun, ianya perlu di rebus sebelum memakannya. Ibu hamil dilarang meminum hasil pemprosesan tumbuhan ini.
69
Sangat tidak dianjurkan untuk memakan buah mahkota dewa mentah-mentah. Akibat yang ditimbulkannya cukup serius. Di Depok pernah ada yang mencoba memakan buahnya begitu saja. Hasilnya, orang itu langsung mabuk. Di Yogyakarta juga pernah ada yang mencoba menelan bijinya mentah-mentah. Hasilnya lebih parah. Dia merasakan tubuhnya sangat panas, seperti terbakar api, dan buang-buang air terus-menerus. Namun, setelah tidur, keesokan harinya, tubuhnya terasa sangat segar. Memang, hanya orang-orang tertentu yang merasa tidak bermasalah dalam mengonsumsi mahkota dewa mentah-mentah. 70
Budidaya Mahkota Dewa Tanaman ini hidup diberbagai jenis tanah, produksi sepanjang tahun, sehingga sangat menguntungkan petani. Syarat tumbuh: Tanah gembur, dengan ketinggian 10-1200 m diatas permukaan laut. Terbaik pada 1000 m diatas permukaan laut. Tidak menghendaki tanah khusus, tanah yang kurang suburpun dapat tumbuh tetapi hasil kurang.
Lobang tanam 30x30x30 cm. Pengadaan bibit umumnya dapat dari biji atau cangkokan. Biji diambil dari :
Pohon yang sehat dan kokoh. Telah beberapa kali berbuah. Umur tanaman minimal 8 tahun. Buah yang diambil yang besar dan tidak berpenyakit.
71
Biji disemai dibedengan. Umur 30 hari dipindahkan ke polibag. Umur 2 bulan (tinggi 15-20 cm baru dipindah ke lahan. Penanaman: Jarak tanam 2x2 m (2500 pohon tiap hektar) Lobang tanam diberi pupuk kandang. Bibit yang baru ditanam sebaiknya diberi naungan. Pemupukan susulan tiap 3-4 bulan sekali. Penyiangan pertama dilakukan setelah 1 bulan, seterusnya disiang secara berkala 3-4 kali setahun. Penyulaman dilakukan setelah tanaman 1 bulan dilahan. Sampai tanaman berumur 6 bulan kalau tanah terlalu kering, perlu dilakukan penyiraman. Hama tanaman ini umumnya adalah belalang, kutu putih dan lalat buah.Juga ada serangan jamur. Hama dikendalikan dengan insektisida dan fungisida 72
Panen dan Pascapanen Mahkota dewa untuk obat bahagain yang digunakan adalah buah, daun dan batang Tetapi yang paling sering digunakan adalah biji dan kulit buah. Biji diambil yang telah matang. Setelah panen perlu dilakukan penangan pasca panen yaitu:
Penyortiran Pencucian. perajangan Pengeringan 73
PANEN DAN PASCA PANEN. Panen merupakan rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menen-tukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu waktu, cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang berbeda. Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan batang. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki waktu panen yang ber-beda meskipun jenis tanamannya sama. Berikut ini diuraikan saat panen yang tepat untuk beberapa jenis tanaman obat 74
Biji. Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena
perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari biji/polong.
75
Buah. Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik. Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk. 76
Daun. Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam.
Demikian juga dengan pe-manenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.
77
Rimpang.
Rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung penggunaan. Umumnya pe-manenan dilakukan saat tanam-an berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Untuk keperluan pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.
78
Bunga. Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah per-tumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar. 79
Kayu. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.
80
Herba. Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum ta-naman berbunga. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibat-kan produksi tanaman yang kita dapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah. Sedang-kan jika pemanenan terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu. Contohnya tanaman sambiloto sebaiknya di-panen pada umur 3 - 4 bulan, pegagan pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam, meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 1,5 bulan atau segera setelah timbul kuncup bunga, terbentuk
81
Cara Panen Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan). 82
Penanganan Pasca Panen Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
83
Penyortiran (segar) Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
84
Pencucian Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
85
Perendaman bertingkat Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
86
Penyemprotan Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan. 87
Penyikatan (manual maupun oto-matis) Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat. Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme.
88
Penirisan/pengeringan
Setelah pencucian, bahan lang-sung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang pen-jemuran dilakukan selama 4 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kem-bali penyortiran apabila bahan lang-sung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan. Contoh-nya untuk rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut : Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur. Mutu II : bobot 150 - 249 g/rim-pang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur. Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang mak-simum 10%.
89
Perajangan Perajangan pada bahan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
90
Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 60C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula dengan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara modern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer. 91
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
92
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhatikan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Halhal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia.
93