WHITEPAPER APRIL 2017
FAMILY BUSINESS SERIES
Family Business Rejuvenation Strategy
Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
Tantangan terbesar yang dihadapi generasi penerus dalam bisnis keluarga adalah mampu meremajakan kembali usaha yang telah dirintis oleh orangtuanya sejak berpuluh-puluh tahun lamanya. Seringkali bukan karena keterbatasan modal atau sumber daya lainnya yang menjadi penyebab kegagalan generasi penerus dalam berinovasi untuk meremajakan bisnis orangtuanya, melainkan karena faktor-faktor lain yang lebih disebabkan perbedaan cara berpikir antara anak dan orangtua yang mungkin sampai sekarang tidak mau turun tahta dan mempercayakan sepenuhnya bisnis untuk dikelola generasi selanjutnya. Oleh sebab itu, whitepaper kali ini akan membahas tantangan bisnis keluarga di era Trump Economy, bagaimana langkah berinovasi untuk meremajakan kembali usaha yang telah berumur puluhan tahun bisa kembali muda dan enerjik.
Gambar 1. Family Business Impact in a Country Mengapa SLC MARKETING, INC, memberikan concern khusus akan bisnis keluarga? Sebab perusahaan keluarga memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Perusahaan
keluarga tidak hanya berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, namun juga membuka lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia. Dengan populasi penduduk Indonesia sekitar 250 juta, bisnis terus bertambah setiap tahunnya.Tidak heran bisnis keluarga menjadi salah satu pilihan karir bagi sebagian masyarakatnya. Namun persaingan yang semakin ketat dan berat membuat bisnis keluarga dilirik untuk mencari penghasilan sekaligus memberdayakan anggota keluarganya baik yang memiliki keahlian tertentu maupun yang berminat untuk membangun sebuah bisnis keluarga bersama anggota keluarga lainnya. Bisnis keluarga menjadi bentuk usaha yang paling dominan jumlahnya, baik di negara maju maupun negara berkembang. Lebih penting lagi, pengaruh bisnis keluarga terbukti dapat meningkatkan ekonomi suatu negara secara substansial di masa depan. Bisnis yang sepenuhnya dimiliki keluarga menjadi sebuah keuntungan tersendiri dalam berinovasi, terutama dalam menyediakan modal yang dibutuhkan, terkadang semua sudah siap dimaksimalkan, misalnya aset dalam bentuk peralatan, kendaraan, atau aset lainnya. Modal yang berasal dari keluarga (family capital) bukan hanya berupa asset saja, melainkan juga kombinasi yang unik dari nilai-nilai dalam keluarga, keterampilan sosial, perilaku dan cara menghadapi masalah dan tantangan-tantangan. Akan tetapi, bisnis usaha keluarga ini bisa jadi lebih beresiko ketimbang bisnis yang murni dikelola oleh para profesional. Bisnis keluarga lebih riskan terhadap goncangan ekonomi dan erosi era Trump Economy, terutama pola pikir para pendiri yang kebanyakan berusia di atas 60 tahun dan tidak mengenal internet di masa mudanya. Oleh sebab itu, setidaknya kita perlu mengenal konsep siklus hidup bisnis keluarga (family
business life cycle), sedemikian kita bisa mengetahui kapan, dimana, dan apa yang harus dilakukan oleh generasi penerus dalam menyiapkan inovasi bisnis keluarganya, khususnya di eraTrump
Economy yang serba cepat perubahan tren dan perilaku masyarakat yang ada. Ada 3 dimensi utama dalam bisnis keluarga yang bisa digambarkan dalam sumbu X (dimensi keluarga), sumbu Y (dimensi bisnis) dan sumbu Z (dimensi kepemilikan). Masing-masing dimensi dibagi ke dalam beberapa tahapan siklus. Dimensi keluarga terdiri atas tahapan keluarga muda ( young family), ini adalah saat dimana generasi penerus mulai menikah, dan memutuskan (enter the business) untuk terjun meneruskan usaha orangtuanya bersama kakak/adik kandungnya (work together), sampai suatu waktu telah tiba bahwa orangtuanya sepenuhnya menyerahkan bisnis kepada anak-anaknya (passing the baton).
Gambar 2. Family Business Lifecycle Dimensi bisnis (sumbu Y) juga sama, yakni dibagi ke dalam beberapa tahap, diantaranya adalah tahapan start-up, adalah sebuah tahap dimana generasi penerus biasanya mulai diberikan kesempatan untuk membuka cabang/toko/pabrik yang pertama, namun semuanya tentu saja masih dibawah pengawasan penuh orangtuanya. Tahap expansion, adalah tahapan dimana generasi penerus tersebut bisa mulai mengembangkan usahanya sedemikian mulai terjadi ekspansi, entah membuka cabang lagi di luar kota, atau membuka unit usaha yang baru. Tahap maturity, adalah tahapan dimana generasi penerus tersebut sudah mulai wajib mendelegasikan ke anak-anaknya yang sudah mulai dewasa (atau bisa dikatakan para cucu dari generasi pendiri sudah mulai masuk ke dalam usaha). Dimensi kepemilikan (sumbu Z) pun dibagi ke dalam beberapa tahapan, di antaranya adalah
founder control, sebuah keadaan dimana generasi pendiri masih sepenuhnya memegang kendali dan kuasa pengambilan keputusan walaupun anak-anaknya sudah sangat dewasa /berusia sekitar 3040 tahunan. Tahap berikutnya adalah sibling partnership, sebuah keadaan dimana generasi pendiri sudah menyerahkan tahtanya/seluruh kepemilikan bisnisnya kepada anak-anaknya untuk dikelola secara mandiri. Tahap cousin consortium merupakan tahap dimensi kepemilikan yang terakhir, dimana generasi pendiri biasanya sudah sangat tua bahkan sudah tiada, bahkan generasi kedua pun sudah menyerahkan kepemilikan bisnis kepada generasi ketiga. Kepemilikan biasanya sudah antar saudara sepupu yang mengelolanya.
Gambar 3. Family Business Rejuvenation Bagaimana langkah inovasi untuk meremajakan kembali bisnis keluarga yang mungkin sudah berusia puluhan tahun tersebut? Pastinya caranya tidak akan bisa sama saat bisnis tersebut dikelola oleh generasi sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya perubahan situasi ekonomi dari masa ke masa, adanya perubahan kompetisi persaingan bisnis, perubahan peraturan di tiap negara yang selalu muncul saat ada pergantian kepemimpinan, belum lagi kehadiran era Trump Economy yang sangat cepat menyebabkan perubahan kebijakan. Oleh sebab itu diperlukan strategi dan struktur bisnis yang baru sesuai kebutuhan pasar, namun para penerus bisnis keluarga tetap tidak meninggalkan budaya kerja / nilai-nilai bisnis keluarga yang luhur dan wajib dilestarikan sampai kapanpun juga. Banyak generasi penerus yang gagal meneruskan usaha keluarganya karena cenderung mengubah semua sistem bisnis yang ada, termasuk budaya kerja luhur yang sudah dipupuk orang tuanya. Tidak semua karyawan senior yang sudah bekerja ikut orangtuanya semenjak dia kecil harus dipecat! Tidak harus mengganti dengan karyawan baru yang usianya relatif lebih muda dari dirinya agar bisa dikontrol dan segan pada dirinya. Ini semua karena budaya kerja yang sudah baik, dirusak begitu saja oleh generasi penerusnya, sedemikian inovasi untuk peremajaan bisnis keluarga akhirnya gagal total.
Maka dari itu, dibutuhkan rencana yang matang untuk mempersiapkan suksesi dan inovasi dalam meremajakan bisnis keluarga. Setidaknya ada 3 kerangka rencana yang harus dipersiapkan generasi penerus, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Business plan Banyak sekali bisnis keluarga yang telah SLC MARKETING, INC. bantu, ternyata hampir semuanya dikendalikan tanpa ada rencana bisnis tahunan yang matang, bahkan tidak ada rapat kerja tahunan untuk membahasnya. Semuanya berjalan mengalir tanpa ada alat evaluasi yang jelas, sistematis dan terukur. Bahkan SOP terkadang sudah dibuat secara sederhana, namun tidak dieksekusi dengan baik karena lemahnya pengawasan. Oleh sebab itu, rencana bisnis perlu dibuat untuk mempersiapkan inovasi peremajaan bisnis keluarga.
2. Estate plan Rencana masing-masing anggota keluarga untuk meneruskan/tidaknya usaha keluarganya harus diperjelas! Banyak sekali yang hanya menjadikan bisnis keluarga sebagai tambal-butuh saja, dimana setelah usaha yang dirintisnya sendiri gagal, atau susah menemukan lapangan kerja di perusahaan lain, maka bisnis keluarga adalah jawabannya karena pasti ada yang mau menampung dirinya. Walau tidak kompeten dan punya sifat malas sekalipun, si anak ini diijinkan bekerja dalam bisnis keluarga dan akhirnya malah membebani roda pertumbuhan dan inovasi yang hendak dilakukan.
Gambar 4. Family Business Succesion Plan
3. Exit plan Terkadang tidak semua anggota keluarga setuju kalau bisnis keluarganya boleh dilanjutkan oleh keturunannya sendiri. Banyak bisnis keluarga yang memilih untuk menghire para professional di bidangnya untuk meneruskan pengelolaan bisnis. Hal ini dilakukan karena mungkin anak-anaknya tidak ada yang mau meneruskan usaha orangtua atau bahkan orangtuanya sendiri yang kurang yakin dengan kemampuan anaknya sedemikian lebih baik membayar mahal para professional untuk meneruskan usahanya. Sebagai contoh Ir. Ciputra yang sampai memberikan kepemilikan saham (walau kecil persentasenya) kepada para direksi yang bukan sanak keluarga namun benar-benar loyal untuk mengembangkan usahanya dan memiliki pengabdian tinggi untuk berinovasi. Untuk mewujudkan 3 rencana di atas tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan konsistensi dan komitmen tinggi antar anggota keluarganya yang biasanya sudah “mencar” sendiri-sendiri rumahnya karena masing-masing sudah berkeluarga. Ada yang mungkin bahkan tinggal di luar negeri dan jarang kembali ke Indonesia. Waktu untuk bersilahturami setahun sekali di hari raya tertentu (Idul Fitri / Imlek / Natal) pun jarang sekali bisa ajek rutin dilakukan, sedemikian tidak bisa kumpul seluruhnya semua anggota keluarga untuk mendiskusikan hal-hal penting terkait business plan, estate plan ataupun exit plan. Oleh sebab itu, diperlukan pihak ketiga untuk mengatur / arrange ini semuanya agar komunikasi lintas anggota keluarga bisa dilakukan.
Gambar 5. Family Office Services
Konsep family office service adalah sebuah cara yang sering dilakukan bisnis keluarga di Amerika untuk bisa mempertahankan keutuhan / komitmen masing-masing anggota keluarga dari generasi ke generasi. Konsultan bisnis keluarga yang ditunjuk dapat membantu untuk menjadi “kantor perwakilan” dan mengurusi semua keperluan anggota keluarga, dari perencanaan keuangan untuk ekspansi bisnisnya sendiri, maupun perencanaan individu masing-masing keluarga untuk memiliki rumahnya sendiri atau menyekolahkan anak-anak mereka di luar negeri, semuanya bisa dibantu. Selain itu, konsultan bisnis keluarga ini bisa membantu menganalisis dan mengusulkan strategi inovasi bisnis dan pelatihan yang dibutuhkan karyawan/anak agar bisnis bisa sustainable khususnya di tengah era Trump Economy seperti sekarang. Tidak jarang konsultan bisnis tersebut juga membantu menyelesaikan permasalahan / konflik keluarga yang terjadi, dan berperan sebagai pihak mediator yang netral dan tetap pada orientasi win-
win solution antara family dimension, business dimension, dan ownership dimension sedemikian visimisi jangka panjang perusahaan dapat tetap tercapai tanpa harus mengorbankan tali-asih hubungan keluarga yang ada.
Itulah sekilas pemaparan konsep whitepaper berjudul “Family Business Rejuvenation
Strategy”. Bahwa setiap bisnis keluarga pada dasarnya bisa terus berinovasi untuk meremajakan dirinya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai luhur perusahaan yang telah dibangun oleh generasi pendiri sejak puluhan tahun lamanya. Mari kita bongkar stigma negatif bisnis keluarga yang selama ini dipercaya masyarakat bahwa generasi pertama mendirikan, generasi kedua mengembangkan, generasi ketiga menghancurkan. Kita ganti dengan paradigma baru bahwa “generasi pertama mendirikan, generasi kedua mengembangkan, generasi ketiga meremajakan!” Untuk konsultasi lebih lanjut mengenai aplikasi konsep ini di perusahaan Anda, segera kontak tim kami di kantor untuk mendapatkan penjelasan lebih detail akan layanan yang ada di SLC MARKETING, INC.!
ONLY MARKETING CAN DRIVE INNOVATION! By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi Consultant, Trainer, Business Coach, Writer, Speaker Business Development Director SLC MARKETING, INC.