FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
Penanggung Jawab Drs. Sutoyo,M.Pd (Dekan) Penasehat Dra. Sri Hartini,M.Pd ( Wakil Dekan) Pimpinan Redaksi Drs. A. Roedy Koesdyantho,M.Pd Dewan Penyunting Dra. Lydia Ersta K,S.Pd.,M.Pd, Anita Trisiana, S.Pd,MH Sri Handayani, S.Pd,M.Hum, Ulupi Sitoresmi,SS, Drs. Sugiaryo,SH.,M.Pd.,MH, Drs. Fadjeri, CH. Evy Tri Widyahening,SS.,M.Hum
Staf Redaksi Anang Ruswanto, S.Pd Sihono
Alamat Redaksi Jl. Sumpah Pemuda No. 18 Joglo, Kadipiro, Surakarta Phone./ Fax (0271) 851147
Pengantar Redaksi Mengawali pergantian tahun dari tahun 2011 ke tahun 2012, memberikan banyak harapan dan doa semoga di tahun 2012 ini lebih banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Harapan perubahan yang lebih baik ini dimaknai oleh Widya Wacana sebagai perubahan yang terjadi dalam peningkatan mutu dan peningkatan kwantitas. Peningkatan mutu dari Widya wacana Volume 8 Nomor 1 Januari 2012 ini diartikan sebagai makin berbobotnya kualitas tulisan, orginalitas maupun rujukan-rujukan pustaka yang yang selalu baru. Dari segi kwantitas diharapkan semakin dikenalnya Widya Wacana tidak saja dari kalangan Universitas Slamet Riyadi Surakarta, tapi juga dari para pencinta dari institusi yang lain tentunya sumbangan artikel yang masuk makin beragam. Dengan demikian secara selektif diharapkan artikel yang dimuat mestinya memenuhi atau mendekati sesuai dengan visi dan misi yang di emban oleh Widya Wacana. Meskipun harapan untuk menjadi jurnal yang terakreditasi masih dirasa jauh dari harapan, setidak tidaknya Widya Wacana semakin tergugah untuk menjadi lebih baik. Redaksi juga masih tetap berharap agar para pecinta Widya Wacana tetap setia untuk melestarikan keberadan Widya Wacana ini, karena meski sedikit semoga masih berarti. Selamat Tahun Baru 2012 !!
Januari 2012
Redaksi
Daftar Isi Vol. 8 Nomor. 1 Januari 2012
He Us of Picture Series Improve The Student's Speaking Skill on Narative Ayu Istiana Sari
ISSN : 1907-5928
1 - 16
Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi BK FKIP Unisri Surakarta Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010 Petrus Karle
17 - 33
Improving Student's Writing Skill Through Dialog Journal Riyani
34 - 48
Introduksi Budaya Pada pengajaran Penerjemahan Sumardiono
49 - 62
Peran pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan Sebagai Sarana pendidikan politik Dalam pembinaan Generasi Muda Pratowo Sejati
63 - 81
Teaching Listening of Oral Narrative Text Dewi Cahyaningrum
82 - 97
Membentuk Sikap Sosial Anak Tk MelaluiPermainan Kelompok Lydia Ersta Kusumaningtyas
98 - 110
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok MEMBENTUK SIKAP SOSIAL ANAK TK MELALUI PERMAINAN KELOMPOK Oleh : Lydia Ersta Kusumaningtyas ABSTRAK : Sikap sosial adalah :mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, simpati, empati, mampu bergantung secara positif pada orang lain, bersikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri, mampu meniru hal-hal positif, dan memiliki sikap kelekatan (attachment behavior) yang baik. Kecenderungan-kecenderungan sosial adalah sebagai dasar untuk mengadakan sikap sosial manusia. Hubungan timbal balik yang saling memperhatikan menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Vygotsky menekankan pentingnya konteks sosial dalam proses belajar anak Hubungan atau pergaulan dengan anak-anak lain dalam bermain merupakan faktor yang penting dalam perkembangan anak, anak harus belajar untuk menyesuaikan diri pada lingkungannya agar ia dapat diterima sebagai manusia sosial dimasyarakatnya dan hal tersebut dapat tercipta melalui bermain kelompok. KATA KUNCI : Sikap Sosial dan Permainan Kelompok PENDAHULUAN Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan Pendidikan Pra Sekolah yang mempersiapkan anak didik sebelum memasuki dunia pendidikan dasar, bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Depdikbud,
PKBTK, 1994 : 4). Usaha untuk mencapai tujuan tersebut merupakan sesuatu yang tidak mudah. Seorang anak akan memasuki Pendidikan Pra Sekolah, dengan hukum perkembangan anak bahwa setiap individu memiliki tempo perkembangan yang berbeda-beda. Bagi anak yang belum siap fisik maupun psikisnya dalam memasuki pendidikan, akan mengalami kesulitan dalam belajar. Anak yang telah cukup 98
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok umur namun belum mempunyai tetap menjaga ketertiban. Kebebasan keberanian, anak akan merasa takut untuk tersebut diarahkan pada timbulnya disiplin sekolah dikarenakan anak tersebut belum diri sendiri pada anak. Untuk terciptanya dapat menyesuaikan diri dengan suasana bebas yang tertib, anak dikenalkan lingkungannya. pada pengertian-pengertian bahwa setiap Oleh karena itu keberadaan Taman ada kebebasan, ada tanggung jawab dan Kanak-kanak sangat dirasakan penting setiap ada hak, ada kewajiban. guna mempersiapkan jenjang selanjutnya. Dengan adanya suasana yang Sebagai upaya untuk meningkatkan bebas yang dijiwai pengertian-pengertian penyesuaian perkembangan sikap sosial tersebut dan dengan adanya beraneka anak dalam belajar. Salah satunya adalah ragam alat/bahan/mainan yang fungsional dengan cara memberikan pola bermain untuk perkembangan jasmaniah, kelompok. Pola bermain kelompok ini intelektual, emosional dan sosial, maka sangat penting jika disampaikan sejak kegiatan/bermain bebas di Taman Kanakkanak-kanak dengan harapan dapat kanak memungkinkan anak untuk “belajar merangsang perkembangan sikap sosial, sambil bermain”. sehingga anak dapat berkembang secara optimal dan wajar. Perkembangan Sikap Sosial Pola permainan yang diterapkan Menurut Hurlock (2000:239) di Taman Kanak-kanak adalah "Bermain pengertian sikap sosial adalah :Mampu sambil belajar, belajar seraya bermain". bekerja sama, dapat bersaing secara Dengan pola bermain kelompok, anak positif, mampu berbagi pada yang lain, akan mengenal suatu konsep-konsep yang memiliki hasrat terhadap penerimaan masih abstrak dapat menjadi jelas, sosial, simpati, empati, mampu sehingga penerimaan konsep tersebut bergantung secara positif pada orang lain, menjadi gambaran yang bersifat verbal. bersikap ramah, tidak mementingkan diri Untuk bermain anak sendiri, mampu meniru hal-hal positif, dan membutuhkan tempat, waktu, bermacammemiliki sikap kelekatan (attachment macam alat/bahan/mainan dan kebebasan. behavior) yang baik. Kebebasan yang diberikan dalam Sikap yang ditunjukkan anak pelaksanaan bidang pengembangan ini dapat berbeda tergantung dengan siapa adalah kebebasan yang tertib. Anak bebas anak berhadapan. Johnson dalam Bimo melakukan kegiatan-kegiatan atau Walgito (2005:82) mengungkapkan bahwa bermain menurut pilihannya sendiri, tetapi anak bersikap dalam suatu kelompok
99 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok berbeda dengan sikapnya dalam kelompok sosialnya. lain. Sikap anak dalam kelompok juga 5) Adanya bimbingan dan pengajaran berbeda dengan pada waktu anak dari orang lain, yang biasanya sendirian. Kehadiran orang lain dapat menjadi model bagi anak. menimbulkan reaksi yang berbeda pada 6) Adanya bimbingan dan pengajaran tiap-tiap anak. Perbedaan ini dapat terjadi yang secara sengaja diberikan oleh karena beberapa faktor yaitu : (1) orang yang dapat dijadikan model Persiapan anak yang menjadi anggota bergaul yang baik bagi anak. kelompok, (2) Lingkungan tempat 7) Adanya kemampuan berkomunikasi terjadinya interaksi, dan (3) Pola yang baik yang dimiliki anak. kepemimpinan yang berlaku. 8) Adanya kemampuan berkomunikasi Sejak kecil anak telah belajar cara yang dapat membicarakan topik yang bersikap sosial sesuai dengan harapan dapat dimengerti dan menarik bagi orang-orang paling dekat dengannya, yaitu orang lain yang menjadi lawan dengan ibu, ayah, saudara dan anggota bicaranya. keluarga yang lain. Apa yang dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut Menurut Hurlock (2000:228) mempengaruhi pembentukan sikap untuk menjadi orang yang mampu sosialnya. bersosialisasi memerlukan tiga proses. Dini P. Daeng S (1999:114) Masing-masing proses terpisah dan sangat mengungkapkan bahwa ada delapan faktor berbeda satu sama lain, tetapi saling yang berpengaruh pada kemampuan berkaitan. Kegagalan dalam satu proses bersosialisasi anak yaitu : akan menurunkan kadar sosialisasinya. 1) Adanya kesempatan untuk bergaul Ketiga proses sosialisasi tersebut adalah : dengan orang-orang di sekitarnya 1) Belajar bersikap yang dapat diterima dari berbagai usia dan latar belakang. secara sosial 2) Banyak dan bervariasinya Untuk dapat bersosialisasi anak tidak pengalaman dalam bergaul dengan hanya harus mengetahui sikap yang orang-orang di lingkungannya. dapat diterima, tetapi mereka juga 3) Adanya minat dan motivasi untuk harus menyesuaikan sikapnya dengan bergaul. patokan yang dapat diterima. 4) Banyaknya pengalaman yang 2) Memainkan peran sosial yang dapat menyenangkan yang diperoleh diterima melalui pergaulan dan aktivitas Setiap kelompok sosial mempunyai
100 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok kebiasaan yang telah ditentukan berperan dalam mengembangkan dengan seksama oleh para anggotanya kemampuan berpikir anak. Vygotsky juga dan dituntut untuk dipatuhi. menjelaskan bahwa bentuk-bentuk 3) Perkembangan sikap sosial aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari Untuk bersosialisasi dengan baik konteks sosial dan budaya tempat anak anak-anak harus menyenangi orang berinteraksi dengan teman-temannya atau dan kegiatan sosial. Jika mereka dapat orang lain. melakukannya, mereka akan berhasil Proses pembelajaran dalam dalam penyesuaian sosial dan kelompok sebaya merupakan proses diterima sebagai anggota kelompok pembelajaran sikap sosial yang sosial tempat mereka bergaul. sesungguhnya. Anak-anak belajar caraHelms & Turner dalam (Abu cara mendekati orang asing, malu-malu Ahmadi, 2002 : 68) mengungkapkan atau berani, menjauhkan diri atau bahwa pola sikap sosial anak dapat dilihat bersahabat. Ia belajar bagaimana dari empat dimensi, yaitu : (1) Anak dapat memperlakukan teman-temannya, ia bekerja sama dengan teman, (2) Anak belajar apa yang disebut dengan bermain mampu menghargai teman, (3) Anak jujur. mampu berbagi kepada teman, (4) Anak Dasar untuk sosialisasi diletakkan mampu membantu orang lain. dengan meningkatnya hubungan antara Hubungan antara anak dengan anak dengan teman-teman sebayanya dari teman sebaya merupakan bagian dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih interaksi sosial yang dilakukan anak banyak bermain dengan anak-anak lain dengan lingkungan sekolah dan tetapi juga lebih banyak berbicara. lingkungan masyarakatnya. Bonner Jenis hubungan sosial lebih penting merumuskan interaksi sosial sebagai daripada jumlahnya. Kalau anak hubungan antara dua atau lebih individu di menyenangi hubungan dengan orang lain mana kelakukan individu yang satu meskipun hanya kadang-kadang saja, mempengaruhi, mengubah, atau maka sikap terhadap kontak sosial memperbaiki kelakuan individu yang lain mendatangkan lebih baik daripada atau sebaliknya. hubungan sosial yang sering tetapi sifat Vygotsky dalam Abu Ahmadi hubungannya kurang baik. Anak yang (2002 : 70) menekankan pentingnya lebih menyukai interaksi dengan manusia konteks sosial dalam proses belajar anak. daripada benda akan lebih Pengalaman interaksi sosial ini sangat mengembangkan kecakapan sosial
101 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok sehingga mereka lebih populer daripada mengungkapkan perasaan, emosi, minat, anak yang interaksi sosialnya terbatas. dan cita-cita. Anak berperan sebagai teman Manfaat yang diperoleh anak dan juga sebagai teman bermain. Ini baru dengan diberikannya kesempatan untuk dapat tercapai pada saat masa awal kanakberhubungan sosial akan sangat kanak menjelang berakhir dan bila dipengaruhi oleh tingkat kesenangan pembicaraan yang bersifat mementingkan hubungan sosial sebelumnya. Yang diri sendiri berangsur-angsur menjadi umumnya terjadi dalam periode masa lebih bersifat sosial. anak-anak atau pada Sekolah Dasar ini Dalam memilih teman, anak lebih adalah bahwa anak lebih menyukai kontak menyukai teman yang usia dan tingkat sosial sejenis daripada hubungan sosial perkembangannya sama. Anak yang lebih dengan kelompok jenis kelamin yang muda atau lebih tua dapat menjadi rekan berlawanan. tetapi ia bukan teman bermain yang Bentuk sikap sosial yang paling memuaskan karena tingkat permainan penting untuk penyesuaian sosial yang mereka berbeda. berhasil tampak dan mulai berkembang Anak tidak banyak dalam periode awal memasuki pendidikan mempertimbangkan sifat dari orang-orang Sekolah Dasar. Dalam tahun-tahun yang berhubungan dengannya. Beberapa pertama masa anak-anak bentuk sifat yang tidak disenangi pada teman penyesuaian sosial ini belum sedemikian bermain, seperti sifat membabi-buta dan berkembang sehingga belum mengganggu, justru menyenangkan bila memungkinkan anak selalu untuk berhasil dimiliki oleh rekan-rekan, dan bahkan ia iri dalam bergaul dengan teman-temannya. dan menganggapnya sebagai suatu Namun periode ini merupakan tahap “keberanian”. Namun dalam pemilihan perkembangan yang kritis karena pada teman bermain dan kemudian pemilihan masa inilah sikap sosial dan pola sikap teman baik, sifat individu menjadi sangat sosial dalam perkembangan pembentukan. penting. Sifat ini menjadi lebih penting Akhir masa anak-anak sering lagi pada anak yang dipilih sebagai teman disebut sebagai “usia berkelompok” baik. Karena anak relatif kurang mengerti karena ditandai dengan adanya minat tentang perbedaan sosial ekonomi dan terhadap aktivitas teman-teman dan apalagi tentang perbedaan ras, maka faktor meningkatnya keinginan yang kuat untuk ini tidak penting dalam pemilihan teman. diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak main tetapi juga saling
102 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok Proses Sikap Sosial masyarakat juga memperoleh Waktu bayi : proses sosialnya dorongan, bimbingan motivasi dari terbatas hanya dengan ibunya, semakin manusia lain. besar bayi dapat mengadakan proses sosial 2) Proses pembentukan kesetiaan sosial dengan orang-orang sekeluarga. Setelah (formation of social loyalities) kanak-kanak dapat berhubungan dengan Dalam proses sosial, dalam diri teman sebaya, dan seterusnya yang individu berkembang juga kesetiaan akhirnya proses sosial manusia sangat sosial terhadap keluarga, sekolah, luas. Jadi proses sosial manusia itu selalu kelompok agama, masyarakat, ada berkembang. bangsanya. Karena adanya Menurut Sunarto & B. Agung komunikasi, partisipasi sosial, Hartono, (1999:110) perkembangan sikap kerjasama dengan individu lain, sosial manusia mempunyai 2 aspek yaitu : bantuan-bantuan bimbingan, Proses belajar sosial (proces of social perlindungan dari orang lain, dalam learning) atau proses sosialissi & Proses diri anak timbul ikatan sosial terhadap pembentukan kesetiaan sosial (formation orang lain yang akhirnya menjadi of social loyalities). kesetiaan sosial. Adapun aspek perkembangan sikap sosial manusia, meliputi : Manusia sebagai makhluk sosial 1) Proses belajar sosial (proces of social Sumaatmaja (2001 : 16) hidup learning) atau proses sosialissi. manusia selalu bergantung kepada Manusia selalu berhubungan dengan manusia lain, bayi yang lahir sebagai orang lain karena pada dasarnya ia makhluk yang lemah tidak berdaya apamempunyai sifat tergantung pada apa. Ia memerlukan perawatan, asuhan orang lain, ia tidak dapat memnuhi dari orang lain, setelah menginjak kanakkebutuhannya tanpa adanya kanak tetap membutuhkan uluran tangan masyarakat. Bayi yang baru lahir manusia lain untuk mendidik dan sangat bergantung pada orang lain. memeliharanya. Waktu masa sekolah juga Hubungan manusia ini juga masih membutuhkan bimbingan orang disebabkan oleh adanya kemampuan lain, setelah dewasa mempunyai manusia untuk mempelajari bentukkecenderungan untuk menolong dan bentuk tingkah laku, memanfaatkan memelihara yang lebih muda dari padanya. pengalaman dan mengubah tingkah Cenderung untuk bekerja sama dengan lakunya. Dalam proses sosialisasi dari orang lain, pada prinsipnya manusia selalu
103 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok berhubungan dengan orang dan saling 1) Kecenderungan sosial ketergantungan. Sangatlah keliru apabila ada Abu Ahmadi (2004 : 91) di dalam orang yang menganggap ia dapat hidup bukunya “Sosiologi Pendidikan” sendiri dan mempunyai kebebasan menyatakan bahwa : Manusia itu menurut yang sebebas-bebasnya. Hanya sedikit pembawaannya adalah makhluk sosial, manusia yang menyadari bahwa manusia itu tak dapat tidak pasti hidup manusia dapat menjadi manusia jika dalam golongan-golongan. hidup bersama dengan manusia lain, Manusia dikatakan selalu hidup dengan adanya pembawaan sosial dalam golongan-golongan yang dimaksud manusia menyebabkan manusia dapat di sini adalah kelompok, contoh : manusia berubah dan berkembang, serta lahir di lingkungan keluarga, keluarga menyebabkan adanya pendidikan. adalah suatu kelompok. Ia menjadi Apabila manusia tidak mau hidup anggota di dalam kelompok tersebut, dengan manusia lain dan tak dapat hidup, bergaul dan dibesarkan dalam dipengaruhi maka pendidikan tidak lingkungan kelompok itu juga. Setelah ia ada gunanya. bersekolah, ia juga menjadi anggota kelas 2) Rasa harga diri atau sekolah. Sampai dewasa dan tua tetap Keinginan untuk kelihatan selalu menjadi anggota kelompok atau ada pada perasaan manusia. Dengan lingkungan yaitu masyarakat. berbagai cara yang dilakukan dalam Pada dasarnya terjadinya bekerja dalam belajar maupun dalam hubungan sosial antara manusia bidang yang lain. seseorang berusaha disebabkan oleh adanya kecenderunganuntuk mendapatkan penghargaan. kecenderungan naluriah. Kecenderungan Kaum buruh sering mengadakan aksi itu menurut Pj. Bouman, (1999 : 16 – 17) mogok, yang disebabkan karena adalah : Kecenderungan sosial, rasa harga kurangnya penghargaan pada kaum diri, kecenderungan untuk patuh, buruh, mereka dianggap rendah. kecenderungan meniru, kecenderungan Seseorang yang selalu disibukkan oleh bergaul, hasrat tolong menolong & pekerjaannya yang dicari hanyalah simpati, hasrat berjuang, hasrat harta benda, dengan kekayaannya memberitahukan & sifat susah menerima menjadi congkak kepada orang lain, ia kesan. Uraian mengenai kecenderungan mengharapkan untuk dihargai sosial, yaitu : setinggi-tingginya, sebagai orang kaya raya ia masih membutuhkan bantuan
104 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok orang lain. Walau sombongnya dapat mencurahkan isi hati kepada seseorang masih mempunyai orang lain, meminta bantuan orang lain kecenderungan sosial yaitu untuk mengurangi keruwetan mendapatkan penghargaan dari orang pikirannya, bersuka ria dengan orang lain. lain dan sebagianya. 3) Kecenderungan untuk patuh 6) Hasrat tolong menolong dan simpati Rasa patuh yang dimiliki setiap Simpati berarti seperasaan dengan orang sering tidak dirasakan. Orang orang lain yang menghadapi suatu memandang tinggi seseorang, peristiwa. Peranan ini timbul karena misalnya terhadap atasannya saja, dan danya suatu hubungan dengan orang sebagainya ini menunjukkan adanya lain kecenderungan tolong menolong sifat patuh yang dimiliki manusia. dan simpati ini erat hubungannya. Keinsyafan terhadap agama Orang melihat orang yang mau bunuh menyebabkan orang menyembah diri, karena terdorong rasa simpati ia Tuhan dan taat menurut perintah-Nya. berusaha mencegahnya. Hal ini 4) Kecenderungan meniru disebabkan bukan karena rasa kasihan. Kecenderungan meniru tampak Semata-mata tetapi karena ada rasa jelas dalam kehidupan masyarakat. simpati. Anak-anak dalam bermain banyak 7) Hasrat berjuang meniru perbuatan orang dewasa., Hasrat berjuang dapat diwujudkan proses peniruan ini dalam hubungan dengan adanya sifat-sifat untuk kemasyarakatan mempunyai arti untuk mempertahankan diri dalam hubungan mempertahankan adat istiadat, golongan hasrat berjuang. Ini kebudayaan secara turun temurun memperkuat, bilamana ia membela seperti adat sopan santun. masyarakat dengan bertindak 5) Kecenderungan bergaul bersama-sama terhadap ancaman dari Rasa senang biasanya timbul dari luar atau bertindak terhadap orang pergaulan antara manusia, orang yang yang membahayakan persatuan dan cenderung mengasingkan diri karena ketertiban golongan. merasa harga diri kurang Hasarat berjuang juga tampak mengakibatkan orang tersebut pada hasrat berdebat, membantah mengalami ketegangan-ketegangan untuk mempertahankan pendapatnya. serta konflik batin yang berbahaya 8) Hasrat memberitahukan dan sifat bagi dirinya. Dengan bergaul manusia susah menerima kesan
105 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok Hasrat memberitahukan dapat Jadi yang dimaksud dengan ditunjukan dengan adanya hasrat bermain adalah tanggapan yang diulang menyampaikan perasaan dan dilakukan secara sukarela tanpa adanya pengetahuan kepada orang lain. Hasrat tekanan dan paksaan serta tidak ada hasil memberitahukan dilakukan oleh akhirnya yang dituju, dan fungsi bermain seseorang untuk mencari hubungan adalah mengekspresikan perasaan yang dengan orang lain. Penyampaian tidak dapat mereka ungkapkan. Dalam hal perasaan ini harus diimbangi dengan ini anak-anak belajar dari aturan-aturan adanya sifat menerima kesan pada yang ditetapkan sendiri antara sesama orang lain yang diajak berkomunikasi. pemain dan melatih organ-organ jasmani Dapat juga dilaksanakan dengan dan rohaninya untuk masa depan. menggunakan bahasa isyarat dan a. Jenis Permainan lambang-lambang. Permainan digolongkan menjadi Pola Bermain Kelompok dua jenis yaitu permainan aktif yang Menurut pedoman guru (2004 : 2) terdiri dari bermain bebas dan spontan, pola bermain adalah cara / metode untuk bermain konstruktif, serta permainan menentukan suatu alat/benda yang dan olah raga. Sedangkan bermain dianggap dapat untuk bermain sehingga pasif terdiri dari membaca, menonton dapat meningkatkan kreativitas anak. film dan mendengarkan musik. Selain Hurlock (2002 : 320) menjelaskan itu jenis permainan yang lain adalah bahwa kegiatan bermain terdiri atas permainan gerak atau fungsi, tanggapan yang diulang hanya sekedar permainan destruktif, permainan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa konstruktif peranan/ilusi, permainan mempertimbangkan hasil akhir dan reseptif, dan permainan prestasi. dilakukan secara sukarela tanpa adanya Berdasarkan tahap perkembangan dan paksaan atau tekanan dari luar serta bukan kemampuan jenis bermain dibagi merupakan kewajiban. menjadi bermain sosial, bermain Buhler (dalam Kartini Kartono, dengan benda, dan bermain sosio1998 : 13) mengatakan bahwa anak-anak dramatik. bermain karena melatih fungsi jiwa b. Teori dan Perkembangan Permainan raganya untuk mendapatkan kesenangan Perkembangan permainan di dalam perkembangannya dan dengan menunjukkan kemajuan melalui permainannya itu anak akan mengalami proses yang bertahap ke arah berpikir perkembangan semaksimal mungkin. logis. Mula-mula anak berpikir secara
106 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok konkrit, pikirannya terikat pada hal-hal tingkat perkembangan ke tingkat yang nyata. Kemudian bersamaan perkembangan lainnya. dengan kemajuan perkembangan Selanjutnya Hurlock dalam bahasanya, lambat laun anak dapat Perkembangan Anak (1998:322) berpikir secara abstrak, atau menarik menyebutkan pengaruh bermain bagi kesimpulan dari apa-apa yang telah perkembangan anak diantaranya : (1) ditangkapnya. Perkembangan fisik, (2) Dorongan Melalui bermain dengan anakberkomunikasi, (3) Penyaluran bagi anak lain kecakapan bahasa anak energi emosional yang terpendam, (4) bertambah maju. Anak memperoleh Penyaluran bagi kebutuhan dan latihan untuk dapat mengerti apa yang keinginan, (5) Sumber belajar, (6) diberitahukan kepadanya dan belajar Rangsangan bagi kreativitas, (7) berpikir untuk menyatukan Perkembangan wawasan diri, (8) pikirannya. Permainan reseptif Belajar bermasyarakat, (9) Standar (melihat-lihat buku bergambar dan moral, (10) Belajar bermain sesuai buku-buku cerita) memperkaya peran jenis kelamin, dan (11) perbendaharaan bahasa dan Perkembangan ciri kepribadian yang memperluas ruang lingkup diinginkan. pengetahuan anak. Bermain aktif penting bagi anak c. Manfaat Bermain untuk mengembangkan alat dan Bermain merupakan bagian seluruh bagian tubuhnya, bermain juga terpenting dalam kehidupan anak. berfungsi sebagai penyalur tenaga Sehingga banyak diakui betapa besar yang berlebihan, yang terpendam yang pengaruh bermain bagi perkembangan akan menyebabkan anak tegang, anak, seperti Sutton Smith yang gelisah dan mudah tersinggung. dikutip Hurlock (1998:322) bahwa Dengan bermain bersama, anak-anak “bermain bagi anak terdiri dari empat akan belajar berkomunikasi dalam arti mode dasar yang membuat kita dapat mengerti apa yang mengetahui tentang dunia meniru, dikomunikasikan anak lain. Dalam eksplorasi, menguji dan membangun”. bermain memberi kesempatan untuk Sepanjang masa kanak-kanak, mempelajari berbagai hal, oleh karena bermain sangat mempengaruhi itu bermain juga merupakan sumber penyesuaian pribadi dan sosial anak. belajar. Dengan bermain anak Pengaruh ini akan berbeda dari satu menemukan atau dirangsang untuk
107 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok menemukan bahwa merancang berkembang ototnya, koordinasi sesuatu yang baru dan berbeda dapat gerak, motorik kasar, dan motorik menimbulkan kepuasan sehingga akan halusnya. mengalihkan minat kreatifitasnya ke Memperhatikan berbagai pendapat situasi di luar dunia bermain. tentang pengaruh bermain dan manfaat Mengikuti permainan dengan anggota bermain pada masa kanak-kanak kelompok teman sebaya anak bekerja dengan bermain akan mempengaruhi sama, jujur, sportif dan disukai teman dan bermanfaat pada perkembangan lain. fisik, emosi, berpikir sosial, moral, Disamping bermain berpengaruh kreativitas dan sebagai sumber belajar di masa kanak-kanak juga bermian yang menyenangkan. bermanfaat bagi perkembangan anak, sesuai dengan pendapat Dimyati Pengaruh Bermain bagi (2002:15) sebagai berikut : Perkembangan Anak 1) Membantu perkembangan berpikir, Masa kanak-kanak adalah masa lewat kegiatan bermain daya pikir bermain dapat melatih fungsi organ tubuh anak akan terangsang untuk serta bersosialisasi dengan lingkungan. berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock Contoh permainan “Pura-pura” (2002 : 323) dalam bermain mempunyai (bermain peran) melalui bermain beberapa pengaruh terhadap anak antara peran anak akan banyak tahu tentang lain : (1) Perkembangan Fisikm (2) konsep, besar kecil, naik-turun, Dorongan Komunikasi, (3) Sumber penuh-kosong. belajar, (4) Rangsangan bagi kreativitas, 2) Membantu perkembangan emosi, (5) Penyaluran bagi energi emosional bahwa dengan bermain anak akan yang terpendam, (6) Penyaluran bagi dapat mengekspresikan perannya kebutuhan dan keinginan, (7) baik positif maupun negatif. Perkembangan wawasan diri, (8) Belajar 3) Membantu perkembangan sosial, bermasyarakat, (9) Perkembangan ciri dengan bermain dengan teman sebaya kepribadian yang diinginkan, (10) Belajar anak akan belajar bergaul, belajar bermain sesuai dengan peran jenis bekerja sama, dan memenuhi aturan kelamin, (11) Standar moral. permainan yang ada. Bermain ternyata mempunyai 4) Membantu pertumbuhan fisik, pengaruh bagi anak yaitu untuk dengan bermain anak akan perkembangan fisiknya, dorongan untuk
108 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok berkomunikasi, perkembangan wawasan salah satu upaya mengembangkan diri, belajar bermasyarakat, kebersamaan sesama teman. Melalui perkembangan ciri kepribadian, bermain anak dapat menyalurkan penyaluran bagi energi emosional yang energinya serta mempunyai kesempatan terpendam, penyaluran bagi kebutuhan untuk tertawa dan bebas bercanda. dan keinginan, standar moral dan sebagai Hubungan atau pergaulan dengan sumber belajar serta rangsangan dari anak-anak lain dalam bermain merupakan kreativitas, sehingga dalam hal ini perlu faktor yang penting dalam perkembangan diperhatikan permainan bagi anak sedini anak, berhubung anak harus belajar untuk mungkin agar bermanfaat bagi anak menyesuaikan diri pada lingkungannya semaksimal mungkin agar ia dapat diterima sebagai manusia Pengaruh Pola Bermain Kelompok sosial dimasyarakatnya. Dalam situasi Terhadap Pengembangan Sikap Sosial bermain anak belajar bergaul dengan anakAnak anak lain yang mempunyai tuntutan dan Pola bermain kelompok bagi anak hak yang sama dengan dirinya. Ia belajar adalah sangat penting, karena dengan membagi alat/mainan, bergiliran, bermain secara kelompok akan bekerjasama, tolong menolong dan belajar menumbuhkan rasa kebersamaan antar untuk dapat bediri sendiri. Pada umumnya teman sebaya. Bermain kelompok sangat dalam bermain bersama anak mengalami berpengaruh terhadap perkembangan pertengkaran-pertengkaran. Pertengkaran sikap sosial anak karana melalui bermain atau perselisihan pendapat adalah hal yang anak akan memperoleh latihan untuk dapat biasa dalam proses penyesuaian diri, mengerti apa yang diberitahukan karena tiap anak adalah individu yang kepadanya dan belajar berpikir untuk khas. menyatakan pikirannya. Kesimpulan Pengembangan sikap sosial anak Salah satu faktor terjadinya hendaknya dipupuk sejak dini mungkin hal pengembangan sikap sosial anak adalah ini dikarenakan awal perkembangan sikap adanya permainan secara bersama yang sosial adalah masa kanak-kanak. Bermain bermanfaat bagi perkembangan anak. kelompok dikatakan sebagai timbulnya Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan rasa sosial, karena dalam kegiatan bermain permainan yang bermanfaat bagi bersama yang menyenangkan anak dapat perkembangan anak adalah permainan mengungkapkan gagasan-gagasannya yang dapat menumbuhkan dan sehingga kegiatan bermain dapat dijadikan mengembangkan sikap sosial.
109 Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta Kusumaningtyas : Membentuk Sikap Sosial Anak Tk Melalui Permainan Kelompok DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Agus Sugianto, 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Aksara Baru. Depdikbud, 1994. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Pola Permainan di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Dini P. Daeng S, 1999. Kemampuan Bersosialisasi Anak. Jakarta : Gramedia. Ernawalan Syaodih, 2003. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hurlock, 1998. Development Psychology, Tata Mc.Graw Hill, New Delhi. _______, 2000. Perkembangan Anak, Jilid I. Jakarta : Erlangga. _______, 2002. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Kartini Kartono, 1998. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung : Alumni. Masitoh, 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990, Tentang Pendidikan Prasekolah. Jakarta : Deaprtemen Pendidikan. Reni Akbar Hawadi, 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana. Soerjono Soekanto, 2000. Anak dan Pola Perikelakuannya. Cet. IV. Yogyakarta : Kanisius. Sunarto & B. Agung Hartono, 1999. Perkembangan Peserta Didik. Cet I. Jakarta : Rineka Cipta. Uzer Usman, 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
110 Jurnal Ilmiah Widya Wacana