ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP JENANG COKLAT KURMA DENGAN MODEL KANO (Studi Kasus UKM Jenang Teguh Raharjo, Ponorogo) CONSUMERS PREFERENCE ANALYSIS OF CHOCOLATE DATES PORRIDGE WITH KANO’S MODEL ( Case Study at SMEs Teguh Raharjo, Ponorogo ) Dian Purnamasari1); Panji Deoranto2); Mas’ud Effendi2) 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakulats Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menentukan atribut yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen berdasarkan preferensi konsumen serta menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma. Metode analisa yang digunakan adalah model Kano. Model Kano dalam penelitian ini digunakan untuk mengkategorikan karakteristik produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma berdasarkan preferensi konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat karakteristik dari delapan karakteristik produk yang memiliki pengaruh besar terhadap kepuasan serta ketidakpuasan konsumen jika karakteristik tersebut diberikan ataupun tidak diberikan pada produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma yaitu atribut penambahan komposisi kurma lebih banyak daripada coklat agar rasa kurma lebih dominan dengan nilai IBT 0.69 dan nilai IWT -0.46, selanjutnya adalah atribut variasi jenang rasa kurma dengan coklat di dalamnya dengan tingkat kepuasan sebesar 0.69 dan tingkat ketidakpuasan -0.08. Kemudian atribut penambahan kurma cincang untuk menambah tekstur dengan tingkat kepuasan konsumen sebesar 0.67 dan ketidakpuasan konsumen -0.19 serta atribut penggunaan alumunium foil sebagai bahan baku kemasan sekunder jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma dengan tingkat kepuasan konsumen sebesar 0.60 dan tingkat ketidakpuasan konsumen sebesar 0.12. Kata kunci: Jenang, Coklat, Kurma, Preferensi Konsumen, Model Kano
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the attributes that affect the level of customer satisfaction based on customer preferences and determine the level of customer satisfaction with attributes product Teguh Raharjo chocolate dates porridge. The analytical methods are Kano’s model. Kano’s model would categorized the characteristics of Teguh Raharjo chocolate dates porridge based on consumer preferences. The results showed that there are four characteristics from eight characteristics of a product that has a major influence on consumer satisfaction and dissatisfaction if the characteristics given or not given to the Teguh Raharjo’s products that is chocolate flavor composition of dates which attributes the addition of dates more than a chocolate compsition with IBT value of 0.69 and IWT value of -0.46, the second attribute is variation of dates porridge with chocolate flavor in it with the level of satisfaction and dissatisfaction rate of 0.69 and -0.08. The third attribute is the addition of chopped dates to given the ttexture to the level of consumer satisfaction and consumer dissatisfaction -0.19 and 0.67 and the last attributes is the used of aluminium foil as a secondary raw material packaging Teguh Raharjo chocolate dates porridge product at 0.60 level of customer satisfaction and -0.12 of consumer dissatisfaction. Keywords: Porridge, Chocolate, Dates, Consumers Preferences, Kano’s Model
1
mengkategorikan atribut-atribut dari produk maupun jasa berdasarkan seberapa baik produk/jasa tersebut mampu memuaskan kebutuhan pelanggan (Ramadhani dan Suciandi, 2011). Permasalahan dalam Teguh Raharjo dirasa dapat diperbaiki dengan metode kano karena metode ini akan menyeleksi beberapa pilihan atribut perbaikan berdasarkan preferensi konsumen sehingga akan didapatkan atribut-atribut apa saja yang lebih diminati oleh konsumen yang nantinya dijadikan dasar perbaikan atribut produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma.
Pendahuluan Indonesia dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa (Anonim, 2013) merupakan pasar yang potensial untuk perkembangan berbagai jenis makanan ringan. Salah satu makanan ringan yang menjadi primadona untuk kota wisata di Indonesia, khususnya di Kabupaten Ponorogo adalah produk jenang. Produsen jenang di Indonesia sangat banyak, bahkan di Kabupaten Ponorogo sendiripun terdapat tiga produsen jenang berskala UKM dan telah memiliki nama sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Tiga produsen jenang tersebut adalah “Teguh Raharjo” , “Mirah” dan “Murni”. Salah satu produk jenang yang paling diminati oleh konsumen khususnya masyarakat Kabupaten Ponorogo adalah jenang produksi Teguh Raharjo. Teguh Raharjo merupakan salah satu usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang industri makanan kecil. Usaha kecil menengah ini telah berdiri pada tahun 1982 dengan produk hanya 3 varian rasa, yaitu jenang tape, beras dan wajik dalam bentuk jenang bata. Seiring berjalannya waktu, usaha ini telah banyak menciptakan produk jenang, diantaranya jenang waluh, tomat, sirsat, kacang hijau, pisang dan lain sebagainya. Beberapa bulan terakhir, Teguh Raharjo memproduksi jenang rasa coklat kurma untuk yang pertama kali. Hasil yang diperoleh memang belum begitu terlihat karena pemasarannya masih baru. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemilik usaha apakah konsumen luas dapat menerima produk ini menjadi produk baru yang dapat memanjakan mereka. Terlebih lagi mengenai kesukaan konsumen terhadap produk mana yang paling diminati konsumen itulah yang menjadi kendala bagi produsen, sehingga ada baiknya jika produsen dapat mengetahui preferensi konsumen agar dapat memproduksi produk sesuai keinginan konsumen serta mengetahui reaksi konsumen terhadap produk baru yang diperkenalkan di pasaran. Preferensi konsumen dapat diketahui dengan menggunakan banyak metode. Salah satu diantaranya adalah metode kano. Metode ini bertujuan untuk
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UKM Teguh Raharjo jalan Wibisono 90 Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 hingga 25 Maret 2013. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen dan Sistem Industi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Populasi pada penelitian ini adalah konsumen yang membeli produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma. Pengambilan sampel menggunakan rumus dari linier time function sebagai berikut:
Data yang diolah adalah data kuesioner. Menurut Walden (1993) dalam Puspitasari dkk. (2010), langkah-langkah dalam Model Kano yaitu: 1. Menggabungkan jawaban pertanyaan functional dan disfunctional tiap atribut untuk tiap responden berdasarkan Tabel 1, contoh: jika responden menjawab dengan skor 1 pada pertanyaan functional, dan menjawab dengan skor 2 pada pertanyaan disfunctional maka atribut tersebut masuk kategori A (attractive). Hal ini juga seterusnya berlaku untuk semua atribut dan semua responden.
2
yang nantinya akan menjadi dasar dalam alternatif tindakan perbaikan atribut produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma. 5. Menentukan beberapa alternatif tindakan pengembangan produk jenang Teguh Raharjo khususnya rasa coklat kurma berdasarkan pertanyaan terbuka yang memberikan kesempatan kepada konsumen untuk memberikan penilaian secara objektif.
Tabel 1. Kategori penentuan kano Functional Disfunctional 1 2 3 4 5 1 Q A A A O 2 R I I I M 3 R I I I M 4 R I I I M 5 R R R R Q Sumber: Mufti, 2012 Keterangan: Simbol : Q = quesionable, R = reverse, A = atrractive, 0 = one dimensional, M = must be, I = indifferent Skor : 1 = suka apabila dilakukan, 2 = harus dilakukan, 3 = tidak bisa memberikan penilaian, 4 = tidak suka tetapi apabila dilakukan tidak berpengaruh apapun, 5 = sangat tidak suka apabila dilakukan
Hasil dan Pembahasan Responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah orang yang membeli produk jenang rasa coklat kurma di outlet jenang Teguh Raharjo sebanyak delapan puluh empat orang. Berdasarkan Tabel 2 yang didapatkan dari olah data primer hasil pengumpulan data responden, dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen jenang Teguh Raharjo coklat kurma adalah perempuan dengan rentang usia 31 sampai 45 tahun yang menempuh pendidikan terakhir S1 serta bekerja swasta. Menurut Hamidah (2008) dalam Mufti (2012), tingkat konsumtif seseorang khususnya kaum wanita, terjadi pada saat mereka memasuki usia produktif. Pada masa-masa itu, mereka khususnya kaum wanita cenderung mempunyai perasaan ingin mencoba dan memiliki apa yang mereka lihat, tidak peduli barang tersebut mempunyai manfaat atau sedang dibutuhkan atau tidak. Selain pendidikan terakhir dan pekerjaan, tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh faktor keuangan setiap individu. Konsumen jenang coklat kurma Teguh Raharjo terbanyak memiliki pendapatan/bulan sebesar lebih dari tiga juta rupiah. Mereka membeli produk jenang coklat kurma mayoritas untuk oleh-oleh teman atau saudara di luar Kabupaten Ponorogo, dimakan sendiri, acara pesta sedangkan sisanya mengaku membeli produk jenang coklat kurma untuk dijual kembali di toko miliknya.
2. Menghitung frekuensi Kategori Kano untuk setiap atribut produk dari semua responden sesuai hasil kuesioner, kemudian menentukan Kategori Kano dengan menggunakan Blauth’s formulation (Walden, 1993): a) Jika frekuensi kategori (O + A + M) > frekuensi kategori (I + R + Q), maka grade yang diperoleh merupakan nilai yang paling maksimum dari (O, A, M) b) Jika frekuensi kategori (O + A + M) < frekuensi kategori (I + R + Q), maka grade yang diperoleh merupakan nilai yang paling maksimum dari (I, R, Q). Simbol: Q = questionable, R = reverse, A = attractive, O = one dimensional, M = must be, I = indifferent Grade yang dipilih berdasarkan Blauth’s formulation merupakan Kategori Kano dari masing-masing atribut produk. 3. Menghitung CSC sehingga tingkat kepuasan konsumen dapat diketahui dengan rumus IBT dan IWT.
4. Setelah menghitung nilai Koefisien Kepuasan Kano (IBT dan IWT), nilainilai tersebut digambarkan dalam Grafik Koefisien Kano. Sumbu x adalah nilai IWT dan sumbu y adalah IBT. Hasil yang terangkum dalam grafik koefisien kepuasan kano itu
3
Tabel 2. Karakteristik responden Kete Karak Jum rangan teristik lah Jenis Kelamin Usia
- Laki-laki 24 -Perempuan 60 -15-30tahun 29 -31-45tahun 37 -46-60tahun 18 Pendidika - SD 5 n - SMP 5 - SMA 30 - D1 1 - D2 0 - D3 4 - D4 2 - S1 36 - S2 2 - S3 0 Peker - PNS 27 jaan -Pelajar/ 7 Mahasiswa 11 - IRT 30 - Swasta 5 -Ahli Medis (dokter, 4 bidan, perawat) - Tani Pendapat - < 500.000 5 an/bulan - 500.000– 1 10 18 juta 22 - >1 juta – 2 29 juta - >2 juta – 3 juta - > 3 juta Tujuan - Dimakan 30 Meng sendiri 20 konsum - Acara pesta 32 si 2 - Oleh-oleh - Lain-lain Frekuen - <2 kali 60 si 24 - 2 – 5 kali Pembelia - > 5 kali 0 n/ bulan Sumber: Data Olah Perimer, 2013.
berkaitan dengan taraf hidup seseorang serta kebiasan, terlebih lagi fungsi dari produk jenang coklat kurma tidak hanya untuk makanan konsumsi harian namun juga sering dihidangkan untuk acara-acara besar, misalnya pernikahan, hari raya agama serta dapat digunakan sebagai buah tangan khas dari Kabupaten Ponorogo. Menurut Nitisusastro (2012), tingkat daya beli seseorang terhadap suatu produk sangat berkaitan erat dengan tingkat pendapatan dalam kurun waktu tertentu, pendidikan seseorang serta pekerjaan.
Persen tase (%) 29 71 35 44 21 7.9 7.9 35.7 1.2 0 4.8 2.4 42.9 2.4 0 32.2 8.3 13.1 35.7 5.9
Pengembangan Produk dengan Model Kano Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi kategori kano untuk setiap atribut produk dan kategori kano didapatkan kategori setiap atribut produk berdasarkan preferensi konsumen, yaitu kategori must be, attractive dan indifferent. Atribut yang masuk kategori must be adalah: a. Adanya variasi harga jenang Rp. 7.500,00/10 biji sebesar 53.6%. Hal ini menunjukkan bahwa harga suatu produk sangat mempengaruhi minat beli konsumen karena pasti mereka lebih menginginkan harga murah dengan kualitas produk yang baik. Atribut produk yang masuk kategori attractive dintaranya: a. Variasi jenang rasa kurma dengan coklat di dalamnya dengan nilai 58.3%. Hal ini memberikan bukti bahwa konsumen mengharapkan adanya perubahan dari produk lama menjadi produk baru yang lebih menarik dan masih dapat dinikmati oleh konsumen. b. Penggunaan alumunium foil sebagai bahan kemasan sekunder yaitu sebesar 57.1%. Penggunaan alumunium foil didasarkan pada sifat kemasan yang tidak tembus cahaya. Jenang akan cepat berjamur atau berbau tengik apabila terkena cahaya matahari atau panas, sehingga akan tepat apabila kemasan sekunder jenang menggunakan bahan alumunium foil. Menurut Suprayitno dkk. (2011), bahan alumuium foil bersifat sebagai penghalang yg baik untuk cahaya dan
4.8
6 11.9 21.4 26.2 34.5
35.7 23.8 38.1 2.4 71.4 28.6 0
Berdasarkan frekuensi pembelian, lebih dari 50% konsumen membeli produk ini kurang dari 2 kali dalam sebulan. Hal ini
4
oksigen yang menyebabkan lemak baik nabati maupun hewani teroksidasi atau menjadi tengik (misalnya bahan bersantan, berminyak maupun berasal dari olahan hewan), bau dan rasa, kelembaban, dan bakteri, digunakan secara luas dalam kemasan makanan dan farmasi. c. Penambahan kurma cincang untuk menambah tekstur yaitu sebesar 46.4%. Mereka mengharapkan dengan ditambahkan kurma cincang, maka jenang rasa coklat kurma menjadi lebih enak dan memiliki ciri khas daripada produk jenang yang sejenis. d. Komposisi kurma lebih banyak daripada komposisi coklat, yaitu sebesar 38.1%. Menurut Nugraini (2010), perusahaan harus selalu meningkatkan perbaikan–perbaikan mengenai penampilan variasi produk, dan segi desain yang menarik, sedangkan menurut Mustaniroh (2006), konsumen sangat memperhatikan kualitas kemasan dalam kemampuannya melindungi produk sehingga produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan aman. Atribut yang masuk kategori indifferent diantaranya: a. Perubahan tekstur jenang menjadi lebih lengket dengan nilai sebesar 47.6%. b. Perubahan bentuk jenang menjadi bulat dengan nilai 36.9%. Bagi konsumen, bentuk potongan jenang yang sudah ada sekarang sudah menunjukkan ciri khas dari jenang Teguh Raharjo, sehingga apabila dilakukan perubahan bentuk potongan menjadi bulat, maka konsumen tetap akan membeli produk tersebut. Namun jika tidak dirubah, konsumen juga tetap akan membeli produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma. c. Pencantuman seluruh komposisi bahan baku jenang yang digunakan dengan nilai 57%.
menjadi jenang rasa kurma dengan coklat di dalamnya yaitu 0.69. Selanjutnya atribut komposisi kurma lebih banyak daripada komposisi coklat 0.69, atribut perubahan penambahan kurma cincang untuk menambah tekstur dengan nilai 0.67 serta penggunaan aluminium foil sebagai kemasan sekunder 0.60. Nilai kepuasan konsumen terendah adalah atribut pencantuman seluruh komposisi bahan baku jenang yang digunakan dengan nilai 0.34. Tabel 3. Nilai CSC atribut produk jenang coklat kurma teguh raharjo Atribut Produk IBT IWT Tekstur lebih lengket 0.44 -0.23 Komposisi kurma lebih 0.69 -0.46 banyak daripada komposisi coklat Perubahan bentuk jenang 0.49 -0.20 menjadi bulat Penambahan kurma 0.67 -0.19 cincang untuk menambah tekstur Variasi jenang rasa kurma 0.69 -0.08 dengan coklat di dalamnya Penggunaan aluminium 0.60 -0.12 foil sebagai kemasan sekunder Variasi harga jenang Rp 0.37 -0.61 7.500,00/10 biji Pencantuman seluruh 0.34 -0.22 komposisi bahan baku jenang yang digunakan Sumber: Data Olah Primer, 2013 Dalam proses menggambar grafik koefisien kepuasan kano produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma, nilai IBT digunakan sebagai sumbu y dengan nilai antara 0 hingga 1 dan nilai IWT digunakan sebagai sumbu x dengan nilai antara 0 hingga -1. Langkah terakhir adalah memetakan nilai-nilai IBT dan IWT dalam grafik koefisien kepuasaan kano seperti pada Gambar 1. Berdasarkan grafik koefisien kepuasan kano pada Gambar 1 didapatkan hasil bahwa terdapat 1 atribut yang masuk kategori must be yaitu adanya variasi harga jenang Rp 7.500,00/10 biji yang
Koefisien Kepuasan Konsumen dalam Grafik Koefisien Kepuasan Kano Berdasarkan Tabel 3 nilai IBT tertinggi adalah atribut adanya variasi jenang
5
dilambangkan dengan Q7 dan mempunyai nilai IWT tertinggi yaitu -0.61. Menurut Nugraini (2010) bahwa dimensi faktor internal konsumen adalah keinginan untuk mencari variasi (variety seeking), sehingga konsumen akan leluasa dalam membeli berbagai macam produk tanpa ada kekhawatiran harga barang yang mahal.
jenang Teguh Raharjo didapatkan hasil bahwa atribut komposisi buah kurma lebih banyak daripada komposisi coklat agar rasa kurma lebih dominan menjadi atribut yang paling disukai oleh konsumen terbukti dengan nilai IBT tertinggi yaitu sebesar 0.69 dan nilai IWT -0.46. Strategi Pengembangan Produk Jenang Teguh Raharjo Khususnya Rasa Coklat Kurma Strategi pengembangan produk di sini adalah upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan angka penjualan produk jenang Teguh Raharjo, khususnya rasa coklat kurma sehingga mampu memenangkan pangsa pasar jenang. Strategi pengembangan produk digunakan sebagai data dukung dari pemodelan kano sehingga didapatkan hasil perbaikan serta pengembangan produk jenang teguh raharjo. Hasil tanggapan responden dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan strategi pengembangan produk yang sesuai keinginan konsumen, didapatkan beberapa alternatif tindakan pengembangan diantaranya sebagai berikut: a. Segi Produk Produsen jenang dapat berkreasi dengan menambahkan wijen dalam adonan jenang Menciptakan variasi produk jenang coklat kuma bertabur wijen Memberikan penambahan kurma cincang dalam adonan jenang coklat kurma untuk menambah tekstur Menghindari penggunaan essens sebagai pengganti buah kurma asli Bentuk jenang dapat dikreasikan menjadi bulat seperti permen. b. Segi Kemasan Kemasan primer dapat berasal dari bahan plastik yang dilapisi kertas warna-warni kemudian kemasan sekunder berbahan plastik yang dipress menggunakan sealer. Kemasan primer dapat berasal dari bahan plastik kemudian kemasan sekunder berbahan alumunium foil yang press menggunakan sealer untuk menjaga keamanan produk, sehingga
Gambar 1. Koefisien kepuasan kano jenang teguh raharjo rasa coklat kurma Pada kuadran yang menunjukkan kategori attractive, atribut yang mampu memberikan kepuasan kepada konsumen adalah atribut komposisi buah kurma lebih banyak daripada komposisi coklat agar rasa kurma lebih dominan yang dilambangkan Q2, disusul oleh atribut variasi jenang rasa kurma dengan coklat di dalamnya dengan lambang Q5, yang ketiga adalah atribut penambahan kurma cincang untuk menambah tekstur dengan lambang Q4 serta atribut penggunaan alumunium foil sebagai bahan kemasan sekunder jenang. Pada kategori yang terakhir adalah kategori indifferent yang ditunjukkan pada grafik koefisien kepuasan kano, terdapat 3 atribut, yaitu atribut perubahan tekstur jenang menjadi lebih lengket, atribut perubahan bentuk jenang menjadi bulat serta atribut pencantuman seluruh komposisi yang digunakan sebagai bahan baku jenang dengan nilai IBT terendah yaitu 0.34. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen akan tidak puas apabila atribut tersebut diberikan pada produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma. Berdasarkan hasil dari pengkategorian setiap atribut pada perbaikan atribut produk
6
Tabel 4. Data tanggapan responden Topik (Perta Tanggapan Jum nyaan Responden lah Terbuka) Ada 31 Wijen penambah 27 Kurma cincang an bahan 7 Kismis tambahan 2 Chocochip pada 2 Susu jenang coklat 15 Tidak perlu kurma Ada 34 Bulat variasi 29 Kotak bentuk Tidak perlu 21 jenang Pengguna Setuju 23 an essens sebagai 61 Tidak setuju pengganti buah asli Sekun Primer der Kerta Plastik 29 s Press Warn Ada a variasi Alumu bahan Plas 26 nium kemasan tik foil primer dan Plasti Mika 13 sekunder k Plas Kardus 11 tik Klo 5 bot Pemasara Sudah maksimal 28 n Jenang Belum belum 56 Maksimal maksimal Sumber: Data Olah Primer, 2013
Per Sen tase (%) 36.9 32.1 8.3 2.4 2.4 17.9 40.5 34.5 25 27.4 72.6
34.5
31 15.5 13.1 5.9 33.3 66.7
dapat memperpanjang umur simpan jenang. Kemasan primer dapat menggunakan kertas klobot agar terlihat lebih tradisional kemudian dimasukkan ke dalam besek warna-warni yang diberi label merk produk.
7
c. Segi Pemasaran Produsen dapat mendirikan outlet di beberapa tempat strategis misalnya pusat kota, pasar maupun terminal. Produsen juga dapat menitipkan beberapa produk jenang yang memiliki ketahanan produk yang lama misalnya produk jenang coklat kurma maupun produk jenang rasa buah lainnya di supermarket ataupun toko-toko makanan. Produsen dapat mendirikan outlet di beberapa kota atau kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian kano ini adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen terhadap perbaikan atribut produk jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma tertinggi terletak pada atribut penambahan komposisi kurma yang lebih banyak daripada coklat agar rasa kurma lebih dominan dengan nilai IBT 0.69 dan nilai IWT -0.46, selanjutnya adalah atribut variasi jenang rasa kurma dengan coklat di dalamnya dengan tingkat kepuasan sebesar 0.69 dan tingkat ketidakpuasan -0.08. Kemudian atribut penambahan kurma cincang untuk menambah tekstur dengan tingkat kepuasan konsumen sebesar 0.67 dan ketidakpuasan konsumen -0.19 serta atribut penggunaan alumunium foil sebagai bahan baku kemasan sekunder jenang Teguh Raharjo rasa coklat kurma dengan tingkat kepuasan konsumen sebesar 0.60 dan tingkat ketidakpuasan konsumen sebesar -0.12. Produsen dapat melakukan perubahan ataupun variasi produk jenang coklat kurma bertabur wijen, berbentuk bulat seukuran permen, dikemas kertas warna-warni kemudian kemasan sekunder berbahan plastik yang dipress menggunakan sealer. Selain itu, produsen harus menghindari penggunaan essens sebagai pengganti buah kurma asli karena akan menciptakan rasa yang berbeda serta pemasaran produk dapat dilakukan di beberapa tempat ramai pengunjung dan mendirikan outlet atau cabang di kota lain.
Dimensi Servqual. Jurnal teknologi Technoscientia Vol. 4 No. 1. Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND. Yogyakarta,
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Menu Data Statistik Negara-Negara. Dilihat tanggal 31 Maret 2013. http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_ a=area&info1=6,
Suprayitno, E., Sulistiyati, T.D., Yunita, Angga. 2011. Tahan Cahaya tidak Transparan Contoh Logam Kertas Foil untuk Bahan berlemak, Fermented. Bahan Ajar Teknik Pengemasan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang,
Mufti, M. 2012. Analisis Preferensi Konsumen terhadap Atribut Produk Batagor Jepang Takashi Mura dengan Model Kano. FTP-UB. Malang, Mustaniroh, S.A, Astuti, R., Widyaningtyas, D. 2006. Analisis Persepsi Konsumen tentang Atribut Produk yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Brem Padat di Kota Madiun. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 7 No. 1:37-45 Universitas Brawijaya. Malang,
Walden, D. 1993. Special issue on kano’s methods of understanding customer defined quality. Center for Quality of Management Journal. Vol 2. Number 4. ChambridgeMassachusetts. New York.
Nitisusastro, Dr, H.M. 2012. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan pg 121-124. Alfabeta. Bandung, Nugraini, N. A. 2010. Pengaruh Atribut Produk, Iklan, dan Variety Seeking terhadap Keputusan Beralih Merek pada Produk Mie Instan (Studi Kasus pada Mahasiswa UNDIP Indekos di Kelurahan Pleburan). FEUNDIP. Semarang, Puspitasari, N.B., Suliantoro, H., Kusumawardhani, L. 2010. Analisis kualitas pelayanan dengan menggunakan integrasi importance performance analysis (ipa) dan model kano (studi kasus di pt. perusahaan air minum lyonnaise jaya jakarta). Jurnal TI-UNDIP Vol V No. 3 hal 185-198, Ramadhani, Y. dan Suciandani, P. 2011. Analisis Kepuasan Pengunjung Wisata dengan Model Kano Berdasarkan 8