SEPA : Vol. 10 No.2 Februari 2014 : 177 – 185
ISSN : 1829-9946
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KEDELAI DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN TEGOWANU KABUPATEN GROBOGAN Sri Isnowati
[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang
Abstract: The purpose of this studi was to examnine factors that influence the production of soybean corp in the village Kebonagung, District Tegowanu, Grobogan city. In this study, the data used is primary data and secondary data. The primary data collected from soybean farmers and the secondary data collected from BPS, Departement of agriculture and related parties. The analytical tool used is OLS (Ordinary Least Square) regression analysis , using t test, F test and the coefficient of determination. The result showed that individually factor that influence the production of positive and significance impact on soybean production is land and seed production factors, while the factor of production of fertilizer and labor are not significant to soybean production. Jointly test for the influence of factor of production used the result show that the factor of production are used (land, seed, fertilizer and labor) jointly affect the level of soybean production. Coeffisient determination showed 72,3 % variation output can be explaine by the factors of production are included in the model, there are land, seed, fertilizer and labour. Keywords : Soybean Farming , OLS Regression , Factor of production Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk melihat efisiensi secara ekonomi usaha tani kedelai dan faktor produksi yang mempengaruhi hasil panen kedelai.Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan dari petani kedelai dan data sekunder yang dikumpulkan dari BPS, Dinas Pertanian, Kelurahan dan pihak terkait. Alat analisis yang digunakan adalah R/C ratio dan Analisis Regresi OLS (Ordinary Least Square), dengan mempergunakan uji t, uji F dan koefisien determinasi.Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio adalah 1,05, hal ini berarti efisiensi usaha tani kedelai di desa Kebonagung adalah efisien dan menguntungkan, tetapi kecil . Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri faktor produksi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kedelai adalah faktor produksi tanah dan benih.Sedangkan faktor produksi pupuk dan tenaga kerja adalah tidak signifikan terhadap tingkat produksi kedelai. Untuk uji secara bersama-sama atas pengaruh faktor produksi yang digunakan yaitu tanah, benih, pupuk, dan tenaga kerja ternyata hasilnya menunjukkan bahwa faktor produksi yang dipakai secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat produksi kedelai. Kata kunci: Usahatani kedelai, Efisiensi, Regresi, Faktor Produksi PENDAHULUAN Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung.Kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein nabati yang sangat tinggi nilai gizinya,
mengandung zat anti oksidan yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Konsumsi penduduk Indonesia terhadap kedelai berupa hasil olahan (seperti tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai, oncom, yogurt,
177
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … mentega, minyak, keripik), dan bahan baku pakan ternak. Kedelai merupakan komoditas yang termasuk dalam produk yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan strategis ketiga setelah padi dan jagung yang diikuti dengan komoditas gula (tebu) dan daging sapi. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein, sehingga mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena harganya yang relatif terjangkau ( Janes B. Alfons dan Rackmat Hedayana,2010). Pada era 1990-an kita berswasembada kedelai. Puncak produksi kedelai terjadi pada 1992 dengan tingkat produksi 1,8 juta ton, naik tiga kali lipat dibandingkan tahun 1973 saat dimulai Program Bimas / Inmas Kedelai. Sejak itu, terjadi fenomena dekedelaisasi proses menjauh dari kedelai. Periode 1992 – 2011, secara nasional produksi menurun 3,05 % per tahun dan luas panen menurun 4,05 % per tahun. Bahkan dalam 19 tahun terakhir luas panen menurun tinggal 37 % dari 1.665.706 hektar (1992) tinggal 620.908 hektar (2011). Sejak tahun 1993 produksi dalam negeri terus mengalami penurunan terlihat dari penurunan luas areal tanam. Untuk Propinsi Jawa Tengah, areal tanam pada tahun 2008 seluas 111.653 ha, dengan produksi 167.345 ton. Pada tahun 2011
terjadi penurunan areal tanam menjadi 81.988 ha dengan produksi yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu hanya sebesar 112.273 ton. Penurunan produksi kedelai ini, disebabkan oleh penetapan kebijakan harga sejak tahun 1992 ditiadakan, kebijakan tataniaga kedelai yang bebas dilakukan oleh pengusaha importir dan penetapan tarif impor tahun 1998 jauh di bawah bound tariff menyebabkan masuknya kedelai impor dengan harga murah. Akibatnya petani dalam negeri sulit bersaing dengan kedelai impor .Tahun 2012, kebutuhan kedelai 2,2 juta ton. Sebaliknya menurut Angka Ramalan I BPS produksi kedelai hanya 779.741 ton. Kini, produksi kedelai domestik hanya mampu menopang 30 % dari kebutuhan yang ada di Indonesia. Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi kedelai di Indonesia. Produksi kedelai di Jawa Tengah menduduki peringkat kedua setelah Propinsi Jawa Timur. Selama periode 2008 sampai dengan 2011, rata-rata sekitar 20% produksi kedelai di Indonesia dihasilkan oleh Propinsi Jawa Tengah. Walaupun produksi yang dihasilkan cenderung mengalami kenaikan , akan tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan yang sangat tajam. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi non farm atau petani yang beralih menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan.
Tabel 1.Produksi Kedelai di Propinsi Jawa Tengah, Jawa Tmur dan Indonesia (ton) Tahun 2008-2011 Daerah
2008
2009
2010
2011
Propinsi Jawa Tengah Propinsi Jawa Timur
167.345 277.281
175.156 355260
187.992 339.491
112.273 366.999
Indonesia
775.710
974.512
907.031
851.206
Sumber : BPS, 2012
Tabel 2. Luas Panen, Produksidan Produktifitas Kacang Kedelai di Jawa Tengah , 2007-2011 No Keterangan 1 Luas panen (ha) 2 Produksi(ton) 3 Produktifitas(ku/ha) Sumber : BPS, Jawa Tengah
2007 84.098 123.209 14,65
2008 111.653 167.081 14,96
178
2009 110.061 175.156 15,91
2010 114.070 187.992 16,48
2011 81.988 112.273 13,69
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Kedelai di Kabupaten Grobogan Tahun 2007-20011 No Keterangan 2007 2008 2009 1 Luas Panen (ha) 21.019 37.422 18.604 2 Produksi (ton) 51.650 74.969 46.341 Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 (diolah)
Sampai dengan tahun 2011 Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten kedua sebagai sentra produksi kedelai di Jawa Tengah setelah Kabupaten Wonogiri. Selain itu, Kabupaten Grobogan memiliki prospek pengembangan kedelai. Luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di Kabupaten Grobogan periode tahun 2007 sampai dengan 20011 cenderung berfluktuatif. Produksi kedelai di Kabupaten Grobogan cenderung mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2009 dan 2011 mengalami penurunan yang sangat tajam. Kabupaten Grobogan yang merupakan penghasil kedelai yang dapat diandalkan. Hal itu terbukti, produksi nasional rata-rata mencapai 1,5 ton/Ha.Sementara produksi Jawa Tengah mencapai rata-rata 1,9 – 2 ton/Ha. Produksi kedelai Kabupaten Grobogan melampai produksi nasional maupun Jawa Tengah, yaitu mencapai rata-rata 2,5-2,6 ton/Ha/tahun. Kabupaten Grobogan menjadi unggulan produsen tingkat nasional, dan mampu menguasai pasar di Tingkat Jawa Tengah. Dari catatan itu Kabupaten Grobogan mempunyai andil 30% total produksi Jawa Tengah. Sementara produksi kedelai tahun 2009 ini tidak jauh dari tahun 2008,mencapai sekitar 70 ribu ton.Dari kualitas keberhasilan yang dihasilkan tersebut, Kabupaten Grobogan mempunyai potensi produksi sebanyak 3,5 ton/Ha atau rata-rata produksi mencapai 2,6 ton/Ha. Ternyata dari uji labolatorium kedelai varitas grobogan kualitasnya terbaik dan diakui oleh 18 profesor dan 3 peneliti tingkat nasional, dengan kadar protein mencapai 60%. Untuk produksi kedelai varitas Grobogan menempati urutan 1 di Jawa Tengah. Kedelai varitas Grobogan merupakan kedelai unggul nasional, karena memiliki potensi produktifitas sebesar 3,5 ton/Ha, dan rata-rata produksi mencapai 2,6 ton/Ha, jika dikelola dengan baik. Permintaan kedelai varitas Grobogan terus meningkat. Daerah Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 kecamatan, jika diihat dari data yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian
2010 32.893 78.164
2011 7.350 14.899
tenyata penghasil kedelai terbanyak di Kecamatan Pulokulon, kemudian di peringkat kedua adalah Kecamatan Tegowanu. Tujuan Penelitian : Mengetahui factor –faktor produksi yang mempengaruhi hasil panen kedelai di Desa Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. KAJIAN TEORI Fungsi Produksi Lincolin Arsyad (2000) mendefinisikan fungsi produksi adalah fungsi yang menghubungkan antara input dengan output. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Sadono Sukirno (2012) fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk Q = f ( K,L, R, T ) Dimana Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan, K adalah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan keahlian usahawan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya memerlukan berbagai faktor produksi dalam jumlah yang berbeda-beda. Disamping itu, untuk tingkat satu produksi tertentu, dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda.
179
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … Produk Marjinal dan Produk Rata-rata Tambahan satu unit input X yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu satuan output Y disebut sebagai “produk marjinal “ (PM) dan dituliskan sebagai ∆Y / ∆X. Ada tiga kemungkinan kondisi produk marjinal, yaitu : produk marjinal konstan, menaik dan menurun. Produk Marjinal Konstan artinya setiap tambahan satu satuan X menyebabkan tambahan satu satuan Y secara proporsional. Produk Marjinal yang menurun terjadi manakala penambahan satu satuan X menyebabkan tambahan satu satuan Y yang menurun atau decreasing productivity. Peristiwa ini sering terjadi pada usaha pertanian dan dikenal sebagai diminishing return, diminishing productivity, atau kenaikan hasil yang semakin berkurang. Sementara itu, tambahan satu satuan X yang menyebabkan tambahan output Y yang semakin naik secara tidak proporsional disebut “produktivitas yang menaik” atau “increasing produktivity yang diikuti dengan produk marjinal yang menaik juga. Produk rata-rata (PR) adalah total produk (Y) dibagi dengan total input ( X) atau Y/X. Dalam menunjang keberhasilan dalam usaha tani, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinyu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi ( X1), luas lahan (X2) tenaga kerja (X3), modal (X4), manajemen (X5), iklim (X6) dan faktor social ekonomi produsen (X7). Secara matematis pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut Y=f (X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7) ...................(1) Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produsi sangat tergantung dari peranan X1 sampai X7, dan faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam persamaan 1, Namun patut diperhitungkan bahwa besar dan kecilnya Y juga sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat , mengingat sifat pertanian yang adaptasinya tergantung pada kondisi setempat (local specific) (Sukartawi, 2010) Faktor Produksi Di berbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production
factor dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor relationship. Optimalisasi Penggunaan Faktor Produksi Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada dasarnya adalah bagaimana penggunakan faktor-faktor produksi secara efisien . Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien dapat digolongkaan menjadi tiga, yaitu : (Rita Hanafie,2010) a. Efisiensi teknis (technical effisiensi) Tercapai manakala petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga produksi yang tinggi dapat tercapai. b. Efisiensi Harga (price effisiensi) Bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dikatakan dapat mengalokasikan faktor produksinya secara efisien. Ini dapat dilakukan dengan membeli faktor produksi pada harga yang murah dan menjual hasil pada saat harga yang relative tinggi. c. Efisiensi ekonomi Manakala petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Dengan demikian, petani telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan. Inilah yang disebut “efisiensi ekonomi.” METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Kebonagung, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), karena Desa Kebonagung merupakan pengahasil kedelai terbesar di Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.
180
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purpusive sampling. Purposive sampling menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002) disebabkan peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 orang, yaitu petani kedelai di Desa Kebonagung,Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan Analisis pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi pada usahatani kedelai dilakukan dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass dengan rumus sebagai berikut: Y = A Ka Lb (Imam Ghozali, 2009). Dari fungsi Cobb-Douglas diatas disusun model fungsi produksi kedelai sebagai berikut: Y = A X1b1X2b2X3b3 X4b4 en Di mana: Y = Produksi kedelai (kg) X1 = Luas lahan (ha) X2 = benih (kg) X3 = Penggunaan pupuk (kg) X4 = Penggunaan tenaga kerja (HOK) bo = intersep b1, b2,b3,b4 = Elastisitas faktor produksi e = residu Dari fungsi produksi tersebut kemudian ditransform dalam bentuk logaritma, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut: Log Y = log A + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 +b4 log X4 + ei (3.4) b1, b2,b3,b4,b5 = Elastisitas faktor produksi Selanjutnya untuk menguji model di atas dilakukan uji –uji sebagai berikut : uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2).Uji F adalah
mengukur pengaruh dari factor produksi yang digunakan dalam penelitian terhadap produksi kedelai secara bersama-sama. Uji t untuk mengetahui pengaruh dari factor produksi yang digunakan dalam penelitian terhadap produksi kedelai secara sendiri-sendiri (Damodar Gujarati, 2007). Koefisien Determinasi (R2) untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anrata nol sampai dengan satu (Imam Ghozali,2011). Pembatasan Pembatasan dari penelitian ini adalah : 1. Dalam penelitian ini yang ditelit ipada variabel-variabel ekonomi (ditinjau dari harga-harga input variabel), sedangkan variabel yang bukan ekonomi tidak diperhitungkan (misalnya sosial, politik, lingkungan dan lain-lain) sehingga hasil penelitian ini kurang dapat menggambarkan secara keseluruhan aspek budidaya usahatani kedelai di daerah penelitian. 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section yang merupakan data hasil penelitian sesaat atau dalam waktu tertentu saja. Dengan demikian hasil penelitian yang dicapai belum dapat menggambarkan perkembangan usaha tani secara menyeluruh, khususnya perkembangan usahatani dalam jangka panjang. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Identitas responden disini untuk memberikan gambaran tentang kondisi petani yang menjadi responden dalam penelitian. Data dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Identitas Responden No Identitas Responden 1 Jumlah responden 2 Rata-rata umur responden 3 Tingkat pendidikan 4 Status lahan 5 Pekerjaan sampingan Sumber : data primer yang diolah
Keterangan 30 45-50 63 % lulusan SD 80 % Sewa Memiliki Pekerjaan Sampingan
181
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … Tabel 4 dapat diketahui dari jumlah responden sebanyak 30 orang, rata-rata umur responden adalah 45 tahun. Pada usia antara 45-50 tahun merupakan kelompok usia produktif sehingga petani masih dapat mengelola usaha taninya dengan baik. Untuk tingkat pendidikan pada petani yang dijadikan sampel sebanyak 63 persen adalah tamat SD. Status lahan yang dijadikan tanah garapan oleh petani responden sebagian besar (80 %) adalah sewa. Hal ini menyebabkan hasil dari pertanian semakin berkurang, karena petani harus mengeluarkan biaya sewa untuk tanah. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani adalah mempunyai pekerjaan sampingan,sebab petani mempunyai waktu luang. Struktur lahan pertanian di Desa Kebonagung adalah tadah hujan, maka tanaman yang lebih ditanam selain kedelai adalah jagung dan tembakau. Untuk kedua tanaman ini, adalah tanaman yang bisa dirawat tidak setiap hari, sehingga petani mempunyai waktu luang di sela-sela waktu penanaman, Ketika ada waktu luang, maka petani/responden mencari tambahan dengan cara usaha sampingan. Untuk pekerjaan sampingan yang terbanyak adalah sebagai tenaga kerja proyek baik di daerah Grobogan sendiri atau ke Semarang. Hanya sebagian kecil saja dari responden yang bekerja sebagai wiraswasta. Hubungan antara Faktor Produksi dan Hasil Produksi Kedelai Untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil produksi kedelai, maka dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Setelah dilakukan analisis dengan bantuan EViews , maka diperoleh hasil sebagai berikut : Hasil analisis regresi dengan mempergunakan OLS Persamaan Regresi : Log Y = -2,1704 + 0,2662 log X1+ 0,6579 Log X2 – 0,2511 log X3 + 0,1039 log X4 Se (0,0713) (0,1334) (0,1934) (0,1479) F hit = 16,3629 R2 = 0,7236 Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi kedelai dapat diketahui dengan menggunakan model fungsi produksi
Cobb-Douglass. Hasil dari analisis yang telah dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan dapat dibuat dalam persamaan berikut : Log Y = -2,1704 + 0.2662 Log x1 + 0.6579 Log X2 - 0.2512 LogX3 + 0.103946 Log x4 dimana X1 adalah tanah, X2 adalah benih, X3 adalah pupuk dan X4 adalah tenaga kerja Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama terhadap hasil produksi kedelai. Uji F dilakukan pada taraf kepercayaan 95% atau nilai signifikansi 0,05. Hasil dari uji menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 16,362 nilai probabilita sebesar 0,000, lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan sebesar 0,05. Hal ini berarti bahwa penggunaan faktor-faktor produksi, yaitu tanah, benih, pupuk dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil produksi kedelai. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara individu atau masing-masing terhadap hasil produksi kedelai. Untuk variabel faktor produksi lahan dan benih nilai koefisien regresinya adalah positif , artinya kenaikan penggunaan faktor produksi lahan pertanian dan benih akan meningkatkan produksi kedelai. Koefisien regresi untuk faktor produksi tanah sebesar 0,266, artinya kenaikan 1 persen dari lahan pertanian akan meningkatkan produksi kedelai sebesar 0,266 persen. Untuk faktor produksi benih nilai koefiseien regresinya adalah 0,6579 , artinya kenaikan satu persen atas penggunaan benih akan meningkatkan kenaikan produksi kedelai sebesar 0,6579 persen. Dari dua faktor produksi ini (lahan pertanian dan benih) nilai probabilitasnya adalah dibawah 0,05 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua faktor produksi ini adalah signifikan secara statistic. Untuk faktor produksi pupuk, hasil koefiseien regresinya adalah negatif 0.25117,
182
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … artinya kenaikan penggunaan pupuk sebesar satu persen akan menurunkan produksi kedelai sebesar 0,251117 persen, dan nilai koefisien regresi ini tidak signifikan secara statisktik. Hasil penelitian yang seperti ini tentunya tidak sesuai dengan teori yang ada. Secara teori dikatakan bahwa kenaikan penggunaan pupuk akan meningkatkan produksi.namun dalam penelitian ini tidak demikian. Pada petani kedelai pemupukan adalah sangat diperlukan . Untuk pupuk yang dipakai oleh petani kedelai di desa Kebonagung Kecamatan Tegowanu adalah Urea dan NPK. Karena struktur tanah di Desa Kebonagung Kecamatan Tegowanu adalah tanah tadah hujan , maka membutuhkan pemupukan yang banyak. Untuk mendorong produksi kedelai petani menggunakan pupuk dalam jumlah yang banyak. Sehingga dalam penelitian ini hasil penelitian adalah tidak sesuai dengan teori. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abd. Ghaffar Thahir (2011) yang meneliti tentang resiko usaha tani kedelai di Sulawesi, dimana hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pupuk tidak berpengaruh terhadap hasil usaha tani di Sulawesi. Pada faktor produksi tenaga kerja, nilai koefisien regresi adalah 0,1039 artinya setiap peningkatan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan kenaikan kenaikan produksi kedelai.Hanya saja dalam penelitian ini secara parsial koefisien regresi untuk tenaga kerja adalah tidak signifikan. Tidak signifikannya tenaga kerjaini dikarenakan pola penananam yang dilakukan oleh petani adalah pola tanam yang dilakukan secara tradisional. Dalam penelitian ini ada dua orang petani yang mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian tentang penanaman kedelai. Ternyata dari hasil produksi yang diperoleh menunjukkan hasil produksi petani kedelai yang mengikiti pelatihan jauh lebih banyak dibandingkan dengan petani yang lain. Salah satu perbedaan adalah cara tanam yang dilakukan petani yang mengikuti pelatihan adalah berjarak 20-40 cm, sedangkan petani yang lain tidak mengikuti cara ini. Koefisien Determinansi (R2) Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,723. Ini berarti 72,3 % variasi hasil produksi dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam model yaitu lahan, benih,pupuk dan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 17,7% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak diteliti atau tidak dimasukkan ke dalam model, misalnya, struktur tanah iklim, kondisi alam, pestisida maupun faktor lain yang pengaruhnya tidak dapat diketahui secara pasti dan telah tercakup dalam faktor kesalahan. Pembahasan Dari hasil analisisis regresi yang dilakukan ternyata menunjuukan bahwa faktor produksi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil panen kedelai adalah tanah dan benih. Faktor produksi tanah yang dapat digunakan untuk tanaman kedelai memang tidak dapat mempergunakan semua jenis tanah. Lahan untuk tanaman kedelai adalah membutuhkan tanah khusus terutama yang sedikit mengandung kapur. Hal ini dapat dilihat dari hasil kedelai yang di hasilkan di Jawa Tengah yang tertinggi adalah di Kabupaten Wonogiri dan urutan ke dua diduduki oleh Kabupaten Grobogan. Hal ini pula yang menjadikan kendala bahwa peningkatan tanaman kedelai tidak semudah peningkatan tanaman padi atau jagung,karena tanaman kedelai membutuhkan lahan khusus. Tanah di Desa Kebonagung adalah tipe tanah yang cocok untuk tanaman kedelai, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya Desa Kebonagung menduduki peringkat kedua di kabupaten Grobogan. Faktor produksi benih, juga menunjukkan hasil yang positif dan signifikan terhadap hasil produksi kedelai di Desa Kebonagung. Hal ini dikarenakan benih yang digunakan adalah jenis varietas Grobogan. Jenis varietas Grobogan sudah diakui merupakan benih yang bagus. Bahkan pengakuan ini sudah sampai pada tingkat nasional. Hasil dari varietas Grobogan hampir mendekati kedelai impor. Untuk faktor produksi tenaga kerja dan pupuk ternyata menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap hasil produksi kedelai. Hal ini dikarenakan petani yang menanam kedelai masih mempergunakan cara lama. Dinas Pertanian sudah melakukan pelatihan tentang cara penanaman kedelai yang lebih baik yaitu
183
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … dengan Demlot, akan tetapi baru sebagian kecil dari jumlah petani yang mengikuti pelatihan ini.sedangkan untuk pupuk ternyata hasilnya tidak signifikan, bahkan bertanda negative untuk hasil koefisen regresinya. Hal ini menunjukkan bahwa cara pemupukan yang dilakukan oleh petani adalah belum optimal. Desa Kebonagung adalah desa yang potensial untuk pengembangan tanaman kedelai, akan tetapi petani di Desa Kebonagung tidak tertarik untuk menanam kedelai. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan: 1. Harga Kedelai Harga Kedelai local di tingkat petani adalah lebih rendah dibandingkan dengan harga kedelai yang berasal dari impor.Pada saat penelitian, harga kedelai yang diterima oleh petani hanya sebesar Rp 6.000,-, sementara harga kedelai impor mencapai Rp 9.000,2. Biaya penanaman Untuk tanamanan kedelai membutuhkan biaya penanaman yang lebih tinggi, dibandingkan dengan tanaman lain, misalnya jagung. Untuk tanaman kedelai membutuhkan pestisida yang lebih besar dibandingkan jagung. Untuk tanaman kedelai begitu muncul daun tiga buah sudah membutuhkan penyemprotan pestisida, karena tanaman sudah mulai diserang hama. Petani mengatakan, menanam kedelai hampir sama dengan merawat bayi, karena butuh perhatian, biaya yang dan tidak bisa ditinggalkan. Lain dengan jagung setelah masa tanam, maka dapat ditinggal kurang lebih tiga bulan dan petani dapat bekerja sambilan, misalnya dengan “boro’ ke Semarang atau daerah sekitar Tegowanu. 3. Pemasaran. Ketika petani memanen tanaman yang dihasilkan, maka keinginannya adalah memasarkan hasil panennya. Untuk hasil panen kedelai, petani sangat kesulitan untuk memasarkan hasil kedelai, karena untuk tanaman kedelai tidak ada pengepul yang mau membeli. Jika petani ingin menjual, maka yang dilakukan adalah menjual langsung ke pemakai, misalnya pabrik tahu. Pada kenyataan pabrik tahu sangat sulit dijumpai di desa Kebonagung.Lain dengan tanaman jagung, banyak sekali pengepul jagung di desa
4.
Kebonagung, sehingga petani sama sekali tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil panennya. Hasil panen Dari sisi pendapatan dalam bentuk uang, maka hasil panen kedelai ternyata hasilnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanaman jagung atau padi. Dan tentunya sangat jauh dari tanaman tembakau (Tembakau juga dihasilkan di desa Kebonagung). Salah satu kelebihan dari tanaman kedelai adalah pada limbah hasil panen. Jika limbah kedelai sangat mudah untuk dihancurkan, salah satunya tinggal dibuang di jalan atau dikumpulkan di lahan pekarangan petani. Pada tanaman jagung, limbah hasil panen jangung ukurannya lebih besar dan lebih sulit dihancurkan. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri faktor produksi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kedelai adalah faktor produksi tanah dan benih. Sedangkan faktor produksi pupuk dan tenaga kerja adalah tidak signifikan terhadap tingkat produksi kedelai. Uji secara bersamasama atas pengaruh faktor produksi yang digunakan yaitu tanah, benih, pupuk, dan tenaga kerja ternyata hasilnya menunjukkan bahwa faktor produksi yang dipakai secara bersama-sama adalah berpengaruh terhadap tingkat produksi kedelai. 2. Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,723. Ini berarti 72,3 % variasi hasil produksi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam model yaitu lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja, sisanya (17,7%) dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak diteliti atau tidak dimasukkan ke dalam model.
184
Sri Isnowati: Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Desa Kebonagung … Saran Peningkatan produksi kedelai ditempuh dengan perluasan lahan dan penggunaan benih yang bermutu. Perluasan lahan ditempuh dengan meningkatkan indeks pertanaman karena jika dilakukan ekstensifikasi relatif sulit dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Abd.Ghaffar. Dkk. 2011. Analisis Resiko Produksi Usahatani Kedelai pada Berbagai Tipe Lahan di Sulawesi Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Volume 8. Nomor 1, Februari 2011 BPS. Jawa Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Semarang. 2012 _____. 2011. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. _____. 2012. Grobogan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Grobogan. Elys Fauziah. 2007. Analisis Efisiensi Usaha Tani Kedelai di Desa Sukosari Kecamatan Gondanglegi. Embryo. Vol 4 No 1 Gujarati. D amodar. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta Hasanawi Masturi. 2012. Kajian Ekonomi Usahatani. Jurnal Agribis Vol. IV No. 1 Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Janes B. Alfons dan Rackmat Hedayana. 2010. Analisis Finansial Sistem Pengelolaan Tanah Untuk Usahatani Berbasisis Kedelai di Lahan Kering. Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 6. No 1, Juli 2010 Lincolin Arsyad. 2000. Ekonomi Manajerial, Ekonomi Miro Terapan untuk Manajemen Bisnis. BPFE. Yogyakarta Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta Rita
Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Andi. Yogyakarta
Sadono Sukirno. 2012. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta _____. 2010. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Perss. Jakarta Umi Barokah. 2011. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo. SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 Wiwit Rahayu dan Erlyna Wida Riptanti. 2010. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan faktor-faktor produksi pada Usaha tani Kedelai Kabupaten Sukoharjo. Caraka Tani XXV No.1
185