485
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH Admi Athirah, Hasnawi, dan Mudian Paena Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Faktor pengelolaan tambak merupakan komponen yang mempengaruhi produktivitas tambak dan terdiri dari beberapa parameter atau unsur-unsur yang saling berkaitan dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, penelitian diarahkan untuk mengetahui faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada tambak yang terpilih dengan metode survei melalui wawancara dengan responden menggunakan kuisioner terstruktur untuk mendapatkan data primer berupa faktor pengelolaan dan produktivitas tambak, sedangkan data penunjang seperti kualitas fisika dan kimia air diperoleh dengan pengukuran langsung di lapangan dan beberapa parameter tanah dan air untuk dianalisis di laboratorium. Sebagai variabel bebas dalam penelitian adalah faktor pengelolaan tambak, sedangkan variabel tidak bebas adalah produktivitas tambak. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas tambak pada kisaran 100 – 2.500 kg/ha dengan rata-rata 1030.385 kg/ha. Faktor pengelolaan tambak yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas yaitu pengapuran awal, padat penebaran ikan bandeng, bobot rata-rata bandeng, serta lama pengeringan. KATA KUNCI:
pengelolaan, produktivitas, tambak, Kabupaten Demak
PENDAHULUAN Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan salah satu wilayah pesisir di dalam rangkaian ekosistem Indonesia yang tergolong tropis. Ekosistem khas wilayah tropis adalah ekosistem estuaria, mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Pantura merupakan suatu lokasi dimana terjadi berbagai aktivitas yang cukup padat. Hal ini berakibat terhadap kondisi lingkungan dan selanjutnya berpengaruh pada kondisi sumberdaya di sepanjang pantai tersebut. Pemanfaatan lahan secara intensif di sepanjang Pantura untuk pengembangan budidaya air payau tersebar di beberapa kabupaten, termasuk diantaranya Kabupaten Demak. Kondisi ekologis dan geografis dari Kabupaten Demak yang berada di pesisir dan berbatasan langsung dengan Pantura, sangat mendukung untuk pengembangan usaha kelautan dan perikanan. Suhu, iklim, maupun topografi yang dimiliki oleh Kabupaten Demak sangat sesuai untuk pengembangan potensi kelautan dan perikanan, hal tersebut dibuktikan dengan adanya budidaya tambak di Kabupaten Demak tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan Karangtengah, Sayung, Bonang, dan Wedung dengan luas total 7.945,97 ha (Anonim, 2011). Komoditas yang sangat umum dibudidayakan di tambak adalah ikan bandeng, udang windu, udang vanname, ikan nila dan rumput laut. Di antara spesies ikan budidaya tambak yang produksinya dapat ditingkatkan untuk pasar domestik adalah bandeng yang merupakan komoditas potensial (Ahmad et al., 2009). Oleh karena itu, banyak pembudi daya beralih ke usaha budidaya bandeng atau melakukan budidaya polikultur, termasuk pembudidaya di Kabupaten Demak. Ikan bandeng dan udang windu/vannamei adalah komoditas perikanan budi daya pantai yang dapat dipolikultur di tambak (Ranoemihardjo et al., 1979; Eldani dan Primavera, 1981; Chen, 1979) Keberhasilan usaha pertambakan sangat ditentukan oleh pemilihan lokasi. Aspek yang perlu diperhatikan salah satunya adalah aspek perairan. Suatu lahan tambak layak digunakan jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, kehidupan biota budidaya akan terganggu sehingga produksi tambak tidak memberikan hasil yang memuaskan. Produksi hayati perairan tambak sangat ditentukan oleh kesuburan perairannya (Anggoro, 1983). Kesuburan perairan
Page 501 of 1000
Page 1 of 7
Faktor pengelolaan yang memengaruhi produktivitas ... (Admi Athirah)
486
ditentukan oleh kondisi biologi, fisika, dan kimia, serta ditentukan oleh parameter-parameter yang saling memengaruhinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Radiarta et al (2005) bahwa salah satu faktor untuk mencapai suatu keberhasilan usaha budidaya tambak adalah dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik lokasi, seperti biologi, hidrologi, meteorologi, kualitas tanah dan air, yang sesuai dengan daya dukung lingkungan wilayahnya. Selain hal tersebut faktor pengelolaan tambak perlu diperhatikan karena merupakan hal yang penting setelah menentukan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah pada akhir Juni sampai awal Juli 2013. Sebanyak 26 stasiun pengamatan ditetapkan posisinya dengan GPS (Global Positioning System) dan tersebar secara acak di lokasi penelitian (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi penelitian di pertambakan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah Penelitian dilakukan pada tambak yang sedang dalam operasional budi daya dengan melakukan wawancara terhadap responden untuk mendapatkan data primer berupa faktor pengelolaan dan produktivitas tambak melalui pengajuan kuisioner. Sedangkan data teknis kualitas fisika dan kimia air sebagai data penunjang diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan dan pengambilan contoh air pada lokasi yang representatif terhadap kondisi lingkungan perairan tambak untuk dianalisis di laboratorium. Variabel kualitas fisika dan kimia air yang diukur ditampilkan pada Tabel 1 dan metode analisisnya berpedoman pada Haryadi et al. (1992) dan APHA (2005). Faktor pengelolaan tambak digunakan dalam penentuan persamaan regresi terbaik dengan produktivitas tambak. Sebagai variabel bebas dalam penelitian, yaitu faktor pengelolaan tambak, terdiri atas perlakuan remediasi (lama pengeringan, pemberantasan hama dan penyakit, aplikasi kapur dan pupuk), sistem budi daya yang diterapkan, waktu penebaran yang tepat, adaptasi terhadap suhu dan salinitas, sedangkan variabel tidak bebas adalah produktivitas tambak. Hasil perhitungan nilai R (koefisien
Page 502 of 1000
Page 2 of 7
487
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
korelasi) antara faktor pengelolaan dan produktivitas tambak merupakan keeratan hubungan variabel tersebut. Untuk menghitung besarnya pengaruh faktor pengelolaan terhadap produktivitas tambak digunakan nilai R square (koefisien determinasi). Pengujian tentang benar atau layaknya model regresi yang digunakan, dilakukan uji hubungan linieritas antara faktor pengelolaan dan produktivitas tambak. Pemilihan persamaan regresi ganda “terbaik” digunakan metode backward (Draper dan Smith, 1981). Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum (minimum, maksimum, rata-rata, dan simpangan baku) dari faktor pengelolaan dan produktivitas tambak. Taraf signifikansi ditetapkan sebesar <0,05. Data dianalisis dengan bantuan program statistical product and service solution (SPSS) 15,0 (SPSS, 2006). Tabel 1. Variabel kualitas air yang diamati di kawasan pertambakan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah
Peubah Fisika Suhu (oC) Kimia Oksigen terlarut (mg/L) Salinitas (ppt) pH Padatan tersuspensi total (mg/L) NO2 (mg/L) NO3 (mg/L) NH3 (mg/L) PO4 (mg/L) Fe (mg/L) Bahan organik total (BOT) (mg/L)
Alat / metode
Analisis Laboratorium atau lapangan
DO-meter
Lapangan
DO-meter Refraktometer pH-meter Gravimetri Botol sampel, spektrofotometer Botol sampel, reduksi cadmium Botol sampel, phenat Botol sampel, asam askorbik Botol sampel, phenantrolin Titrimetri
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium
HASIL DAN BAHASAN Upaya meningkatkan produktivitas tambak yang berlanjut dengan menerapkan sistem budi daya tambak yang baik dan benar. Faktor pengelolaan tambak yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tambak adalah pengapuran awal, padat penebaran, dan bobot rata-rata ikan bandeng serta lama pengeringan. Untuk mengetahui hubungan faktor pengelolaan terhadap produktivitas tambak secara serentak diperoleh dari besarnya nilai R (koefisien korelasi). Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai R sebesar 0,620 yang berarti bahwa antara faktor pengelolaan tambak dan produktivitas tambak menunjukkan adanya tingkat hubungan sangat erat (Priyatno, 2008). Dari model regresi dapat diprediksi produktivitas tambak diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 408.498+1.399X 1+0.023X2+0.296X3+33.059X4 dimana: Y = Produksi total (Kg/Ha/Panen) X1 = Pengapuran awal X2 = Padat penebaran ikan bandeng (Ind) X3 = Bobot rata-rata bandeng (gram) X4 = Pengeringan (hari)
Page 503 of 1000
Page 3 of 7
Faktor pengelolaan yang memengaruhi produktivitas ... (Admi Athirah)
488
Faktor pengelolaan tambak sangat menentukan tingkat produktivitas tambak (Tabel 2), di samping faktor kondisi tambak itu sendiri. Dalam penelitian ini, kuisioner yang diajukan meliputi data tentang pribadi koresponden, kondisi tambak, persiapan tambak, asal benih, sistem budi daya yang diterapkan, pengelolaan air dan pakan, serangan penyakit, hasil panen, dan infrastruktur. Afrianto dan Liviawaty (1991) menyatakan bahwa pada prinsipnya lahan yang digunakan dalam usaha pertambakan harus memenuhi persyaratan fisika, kimia, biologis, teknis, sosial-ekonomis, higienis dan legal. Terdapat 4 aspek utama yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi tambak, yaitu : 1. Aspek ekologis yang meliputi iklim, pasang surut, arus air, kuantitas dan kualitas air. Sedangkan kualitas air itu sendiri meliputi antara lain : suhu, pH, salinitas dan kadar oksigen terlarut. 2. Aspek tanah yang menurut Kordi (1997) bahwa tanah tambak umumnya tersiri dari hasil endapan sehingga kesuburannya sangat ditentukan oleh jenis dan material yang diendapkannya. Parameter yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan kualitas tanah antara lain topografi, tekstur tanah, pH tanah, unsur hara dan kandungan bahan organik. 3. Aspek biologis meliputi sumber benih, sifat organisme, organisme lain serta vegetasi dan kelestarian lingkungan. 4. Aspek sosial ekonomi meliputi status lahan, transportasi, tenaga kerja, ketersediaan alat, ketersediaan pasar, kondisi masyarakat maupun dukungan pemerintah setempat. Penambahan dosis kapur pada pengapuran awal dapat meningkatkan produksi total tambak. Dari Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata pembudidaya tambak di Kabupaten Demak hanya mengaplikasikan kapur rata-rata 23,404 kg/ha (Tabel 2). Dosis ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan dosis yang diaplikasikan oleh pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan. Tambak di Kabupaten Demak sebagian tergolong tanah sulfat masam dan tanah gambut yang memiliki derajat kemasaman yang tinggi dan unsur toksik yang juga tinggi. Oleh karena itu, tambak di lokasi penelitian membutuhkan upaya remediasi baik berupa pengeringan maupun dengan pengapuran. Dengan demikian, pengapuran dapat menyebabkan peningkatan produksi tambak, sebab pengapuran dapat memperbaiki kualitas tanah berupa peningkatan pH dan penurunan unsur toksik (Mustafa & Ratnawati, 2007). Padat penebaran ikan bandeng mempengaruhi produksi total yang dihasilkan dan terlihat dari persamaan bahwa padat penebaran ikan bandeng dapat meningkatkan produktivitas tambak sebesar 0.023 kg setiap penambahan 1 individu ikan bandeng/ha. Padat penebaran untuk sistem polikultur ikan bandeng dan udang windu dapat mempengaruhi produktivitas tambak. Hal ini disebabkan karena ikan bandeng pada stadia gelondongan hidupnya di kolom perairan yang menyebabkan pergerakannya luas, aktif kedasar perairan untuk mencari makanan (klekap dan plankton) pada siang hari dengan mengandalkan kemampuan penglihatannya. Agar dapat meningkatkan jumlah produksi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal padat penebaran. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ikan bandeng merupakan komoditas yang mudah dibudidayakan dan teknologinya telah mapan di masyarakat, mempunyai nilai pilihan konsumen yang tinggi, serta tahan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, sehingga dengan padat penebaran tinggi kelangsungan hidup dari ikan bandeng lebih besar daripada udang, karena dapat dijelaskan dengan adanya ruang gerak, ruang gerak dengan padat penebaran secara langsung tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan bandeng, karena ikan bandeng tidak mempunyai sifat kanibal terhadap lainnya, dan juga ikan bandeng merupakan jenis ikan yang suka berkelompok dalam mencari makanan walaupun dalam jumlah yang tidak begitu besar. Lain halnya dengan udang windu padat penebaran secara langsung berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, karena udang windu mempunyai sifat kanibal terhadap lainnya. (Tjaronge, 2005). Pengeringan dasar tambak secara periodik perlu dilakukan dengan tujuan untuk mineralisasi bahan organik di dasar tambak, selain itu juga mengurangi produksi H2S. Lama pengeringan berpengaruh terhadap reduksi H2S dan bahan beracun lainnya yang diperoduksi selama suasana anaerobik serta reduksi bahan organik bila tambak berisi air penuh. Dalam hal ini, pengeringan tanah dasar tambak yang baik dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi tanah, mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan mengurangi senyawa toksik seperti H2S dan CH4, sehingga kondisi tanah dasar
Page 504 of 1000
Page 4 of 7
489
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
Tabel 2. Produktivitas tambak dan variabel kualitas air di kawasan pertambakan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah
Peubah Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan baku Produksi bandeng (Kg/panen) 100 2500 1030,385 763,3111 Luas (Ha) 0,3 3 1,429 0,9374 Pintu air (unit) 1 5 1,769 0,9511 Tinggi pematang (m) 0,5 1 0,81 0,1866 Lebar atas pematang (m) 0,2 2 0,646 0,3614 Lebar bawah pematang(m) 0,5 2 0,981 0,2728 a) 0 1 0,346 0,4852 Remediasi Pengeringan (hari) 0 30 5,962 8,2824 Saponin awal (kg) 0 30 9,038 9,9014 Tinggi air saponin awal (cm) 0 20 6,731 6,7738 Lebar caren (cm) 0 150 84,231 44,3777 Besnoid (kg) 0 10 0,692 2,2049 Tinggi air besnoid (cm) 0 10 0,385 1,9612 Tinggi air besnoid awal (cm) 0 10 0,777 2,7155 Aquadan awal (mL) 0 1000 76,923 232,0477 Tinggi air aquadan awal (cm) 0 10 1,154 3,2581 Pengapuran awal 0 300 23,404 70,9355 Urea awal (kg) 0 300 23,962 62,5559 1 2 1,192 0,4019 Sumber benihb) c) 0 1 0,308 0,4707 Uji PCR d) 0 1 0,308 0,4707 Uji screaning benur Lama pengangkutan (jam) 0,1 48 4,946 9,4725 1 2 1,231 0,4297 Sistem budidayae) Padat penebaran windu (ind.) 0 300000 13769,231 58721,245 Padat penebaran ikan bandeng (ind.) 3000 75000 14076,923 14229,3305 1 16 8,654 4,1947 Bulan penebaran If) g) 1 10 4,577 2,6256 Bulan penebaran II Tinggi air (cm) 50 150 87,692 22,8136 Pergantian air (kali/bulan) 2 4 2,077 0,3922 TSP/SP36 susulan (kg) 0 600 100 198,7461 0 1 0,115 0,3258 Terjadi serangan penyakith) Lama pemeliharaan udang (hari) 0 180 23,077 53,1992 Lama pemeliharaan bandeng (hari) 0 300 148,462 52,5884 Bobot rata-rata udang (ekor/kg) 0 130 28,077 47,8347 Bobot rata-rata bandeng (gram) 115 450 226,346 108,2826 Produksi udang (Kg/panen) 0 150 31,346 52,126 a) b) c) d) e) f)
0 = Tidak; 1 = Ya 1 = Lokal; 2 = Hatchery 0 = Tidak tahu/tidak melakukan; 1 = Ya 0 = Tidak tahu/tidak melakukan; 1 = Ya 1 = Monokultur; 2 = Polikultur 1 = Desember-April; 2 = Februari –Juni; 3 = Mei – November; 4 = Februari – Juni; 5 = Januari – Juni; 6 = AprilAgustus; 7 = Februari – Juli; 8 = Februari – Agustus; 9 = Januari – Mei; 10 = Januari – Juni; 11 = Juni-Desember; 12 = Desember-April; 13 = Mei-Agustus; 14 = Januari-April; 15 = Maret-September; 16 = April –Juli g) 1 = Mei-September; 2 = Juli-Desember; 3 = Desember-April; 4 = September-Desember; 5 = Agustus-Januari; 6 = September-Maret; 7 = Juni-Desember; 8 = Januari-Juni; 9 = April-Agustus; 10 = Oktober-februari h) 0 = Tidak; 1 = Ya
Page 505 of 1000
Page 5 of 7
Faktor pengelolaan yang memengaruhi produktivitas ... (Admi Athirah)
490
tambak menjadi lebih baik. Namun demikian, pengeringan dasar tambak yang terlalu lama dalam kondisi cuaca cerah dapat berdampak pada perubahan struktur tanah yang menjadi berdebu. Seperti dikatakan oleh Stevenson (1982 dalam Meagaung et al., 2000) bahwa pengeringan tanah dalam waktu lama akan mempercepat rusaknya struktur tanah, sehingga mikroorganisme tanah tidak dapat melakukan proses dekomposisi bahan organik secara optimum. Sebagai akibatnya, kelekap yang tumbuh pada saat budidaya banyak yang terlepas dan membusuk yang dapat menurunkan kualitas air. Apabila pengeringan tambak dengan sempurna, predator dan kompetitor akan mati tanpa perlakuan kemikalia. Selama proses pengeringan, maka pyrit teroksidasi. Lama pengeringan dalam penelitian ini pada kisaran dari tidak melakukan pengeringan sampai dengan 30 hari pengeringan dengan ratarata 5.962 atau 6 hari. Penurunan produktivitas tambak di lokasi penelitian karena sebagian terbesar pembudi daya melakukan pengeringan tidak sempurna (pengeringan terlalu singkat) bahkan tidak melakukannya dan sisanya melakukan pengeringan terlalu lama. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan produktivitas tambak pada kisaran 100 – 2.500 kg / ha dengan rata-rata 1030.385 kg/ha. Faktor pengelolaan tambak yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Demak adalah pengapuran awal, padat penebaran, bobot ratarata ikan bandeng, dan lama pengeringan yang semuanya memberikan hasil positif terhadap produktivitas tambak. Hal ini menunjukkan bahwa produksi total tambak di Kabupaten Demak masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan menambah dosis kapur pada pengapuran awal, meningkatkan padat penebaran dan bobot rata-rata ikan bandeng serta lama pengeringan. DAFTAR ACUAN Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta, 89 hlm. Ahmad, T., Ratnawati, E. dan Yacob, M.R. 2009. Budi Daya Bandeng secara Intensif. PT. Penebar Swadaya. Jakarta, 96 hlm. Anonim. 2011. Peningkatan dan Pemuktakhiran Data Perikanan: Rumah Tangga Perikanan (RTP) Budidaya Tambak. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, Demak. 116 hlm. Anggoro, S. 1983. Permasalahan Kesuburan Perairan bagi Peningkatan Produksi Ikan di Tambak. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Hal 34-35. APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. Twentieth edition. APHA-AWWA-WEF, Washington, DC., hlm. 10-2 – 10-18. Boyd, C. F. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University, Alabama USA, 482 pp. Chen, TP. 1979. Culture of Gracilaria. In: Aquaculture Practices in Taiwan. Page Bros., London, p. 145149. Eldani, A. and Primavera, J. H. 1981. Effect of Different Stcking Combination of Grwth, Production and Survival Rate of Milkfish (Chanos chanos) Forskal and Prawn (Penaeus monodon Fabricius) in Polyculture in Brackishwater Pond. Aquaculture 23, 59-72. Draper, N. R. and Smith, H. 1981. Applied Regression Analysis. Second edition. John Wiley & Sons, New York. Haryadi, S., Suryodiptro, I. N. N. dan Widigdo, B. 1992. Limnologi. Penuntun Praktikum dan Metoda Analisa Air. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 57 hlm. Kordi. 1997. Budidaya Air Payau. Dahara Prize. Semarang. Meagaung, W.M., Nessa, M.N., Hanafi, A. dan Jalaluddin, M.N. 2000. Faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap akumulasi bahan organik pada tambak udang intensif. Lingkungan & Pembangunan 20(1): 43-51. Mustafa, A. dan Ratnawati, E. 2007. Faktor-faktor Dominan Mempengaruhi Produktivitas Tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 2 (1): 117-133. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Media Kom., 143 hlm. Radiarta, I.N.,Saputra, A.,& Priono, B.2005. Identifikasi kesesuaian lahan budidaya ikan dalam keramba jaring apung dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis di Teluk Pangpang, Jawa Timur. J. Pen.
Page 506 of 1000
Page 6 of 7
491
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
Perik. Indonesia, 5(II): 31-42. Ranoemihardjo, B.S., Kahar, A. and Lopez, J.V. 1979. Result of polyculture of milkfish and shrimp at the Karanganyar provincial demonstration ponds. Bullettin of Brackishwater Aquaculture Development Center 5(1&20): 334-350. Reid, G.K. 1961. Ecology Inland Water Estuaries. Rein Hald Published Co. New York, 37 pp. SPSS (Statistical Product and Service Solution). 2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chicago, 217 pp. Tjaronge, M. 2005. Polikultur rumput laut Gracillaria sp. dan ikan bandeng Chanos chanos dengan padat penebaran yang berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 11(7) : 79 – 85.
Page 507 of 1000
Page 7 of 7