FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG
JURNAL
GINA ANDRIA SARI NPM: 10060236
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG Oleh: Gina Andria Sari Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research was background by environment factor which is influence the maturity of teenager emotion. The purpose of this research to described : 1) family environment factor which is influencing teenager maturity emotion in social interaction at school, and 2) school environment which influence teenager maturity emotion in social interaction at school. This research used descriptive quantitative. Population of this research is 291 and sampling taken which is done is simple random sampling. This research take student as the sampling which as main respondent 69 students. The result stated that : 1) family factor which influence maturity of teenager emotion in many category of otoriter, allowance, comparing , and ambitious act which always forcing student, and democratic act. 2) school factor which influence maturity of teenager emotion in many category of positive thinking, empathy, and emotion controlling. Keywords: environment, emotion maturity , social interaction PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut akan selalu mengalami perubahan. Perubahan yang dialami itu akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Perubahan akan terjadi pada setiap perkembangan manusia yang dimulai dari masa anak-anak hingga dewasa. Awal masa remaja dimulai dari usia 13 tahun dan berakhir pada usia 17 tahun (Hurlock, 2005:206) Jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan maka yang termasuk remaja adalah peserta didik SMP dan SMA. Sejalan dengan itu menurut Danim (2013:76) peserta didik usia 12-19 tahun merupakan periode remaja transisi yaitu periode transisi antara masa kanak-kanak dan usia dewasa, periode ini merupakan masa perubahan yang sangat besar. Selanjutnya, Yusuf (2002:17) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja. Maka pada masa remaja ini individu akan mengalami perubahan-perubahan besar, diantaranya adalah dari aspek emosi. Sejalan dengan itu Hurlock (2005:213) menjelaskan bahwa “Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih
dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi berpikir sebelumnya seperti anakanak atau orang yang tidak matang”. Pada masa remaja individu yang memiliki emosi yang baik akan menunjukkan perilaku yang baik pula, seperti kemampuan mengelola amarah, memiliki perasaan yang positif, bertanggung jawab, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, memiliki kepedulian terhadap orang lain, dan demokratis. Sebaliknya jika remaja memiliki emosi yang buruk maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengontrol diri, baik sikap terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Jika hal seperti ini kurang mendapat perhatian dari keluarga dan pihak sekolah, maka peserta didik tersebut tidak mencapai kematangan emosi yang optimal. Hal seperti ini ditakutkan akan menimbulkan dampak yang lebih buruk baik untuk diri pesert didik ataupun lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial di sekolah 2. Faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial di sekolah
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada tanggal 01 September 2014, di SMA PGRI I Padang. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas XI dan sampel, dengan sampel sebanyak 69 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dan teknik analisis data yang digunakan adalah rumus persentase. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial Hasil penelitian ini menunjukkan mengenai faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial, berada pada kategori sangat banyak tidak ada,, 53 orang dengan persentase 76,81%, berada kategori banyak, 11 orang dengan persentase 15,94%, berada pada kategori cukup banyak, dan pada kategori sedikit dan sangat sedikit tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian dimana faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja berada pada kategori banyak dengan rata-rata 76,81%. Menurut Dalyono (2007:170), kematangan emosi orang tua sangat mempengaruhi keadaan perkembangan anak, keadaan dan kematangan emosional orang tua mempengaruhi serta menentukan taraf pemuasan kebutuhan psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya dalam keluarga. Pembahasan ditekankan pada indikator yaitu sikap orang tua yang otoriter, sikap orang tua yang permisif, sikap orang tua yang selalu membandingkan remaja, sikap orang tua yang berambisi dan selalu menuntut remaj, dan siakap orang tua yang demokratis. Berikut uraian pembahasan berdasarkan indikator: a. Sikap orang tua yang otoriter Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam segi sikap orang tua otoriter tergolong dalam kategori sangat banyak 7 orang peserta didik sama dengan persentase 10,61, pada
kategori banyak 47 orang peserta didik sama dengan persentase 71,21 dan pada kategori cukup banyak 15 orang peserta didik sama dengan persentase 22,73, serta pada kategori sedikit dan kategori sangat sedikit tidak ada peserta didik yang berada pada kategori tersebut Menurut Saefullah (2012:357) proses sosial remaja sangat di pengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga, yaitu sikap orang tua yang otoriter, mau menang sendiri, selalu mengatur, semua perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak akan berpengaruh pada perkembangan emosi remaja. b. Sikap orang tua yang permisif Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam segi sikap orang tua yang permisif tergolong dalam kategori sangat banyak 17 orang peserta didik sama dengan persentase 24,64, pada kategori banyak 41 orang peserta didik sama dengan persentase 59,42, dan pada kategori cukup banyak 10 orang peserta didik sama dengan persentase 14,49, serta pada kategori sedikit dan kategori sangat sedikit tidak ada peserta didik yang tergolong pada kategori ini.. menurut Saefullah (2012:357) proses sosial remaja sangat di pengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga, “Sikap orang tua yang permisif (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu menuruti kehendak, dan selalu memanjakan anak) akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar keluarga. c. Sikap orang tua yang suka membandingkan remaja Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja segi sikap orang tua yang membandingkan tergolong kedalam kategori sangat banyak 13 orang sama dengan persentase 18,84, pada kategori banyak 33 orang sama dengan persentase 47,83, dan pada kategori cukup banyak 22 orang
sama dengan persentase 31,88, serta pada kategori sedikit 1 orang sama dengan persentase 14,49 dan kategori sangat sedikit tidak ada peserta didik yang tergolong pada kategori ini. Menurut Saefullah (2012:357) Sikap orang tua yang selalu membandingkan remaja akan menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga. Dari data yang diperoleh terlihat masih banyak orang tua yang yang masih membandingkan remaja maka dalam interaksi sosial remaja tersebut belum matang secara emosional. d. Sikap orang tua yang berambisi dan selalu menuntut remaja Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja segi sikap orang tua yang berambisi dan selalu menunutut remajatergolong kedalam kategori sangat banyak, cukup banyak, Banyak, sedikit tidak ada peserta didik yang tergolong pada kategori ini, dan pada kategori sedikit sekali 69 orang peserta didik sama dengan persentase 100. Menurut Saefullah (2012:357) Sikap orang tua yang berambisi dan selalu menuntut remaja, akan menyebabkan remaja cenderung mengalami frustasi, takut, gagal, dan merasa tidak berharga e. Sikap orang tua yang demokratis Lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja segi sikap orang tua yang demokratis tergolong kedalam kategori sangat banyak 52 orang sama dengan persentase 75,36, pada kategori banyak dengan 14 sama dengan persentase 20,29, dan pada kategori cukupbanyak 3 orang sama dengan persentase 4,35, serta pada kategori sedikit dan sangat sedikit tidak ada peserta didik yang tergolong pada kategori ini Menurut Saefullah (2012:357) orang tua yang demokratis akan mengakui keberadaan anak sebagai individu serta mau mendengarkan dan menghargai pendapat anak, kondisi itu akan menimbulkan keseimbangan antara perkembangan individu dan sosial.
2. Faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial Hasil penelitian ini menunjukkan mengenai faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial, berada pada kategori sangat banyak 9 orang dengan persentase 12%, berada kategori banyak 59 orang dengan persentase 75%, pada kategori cukup banyak 4 orang dengan pesentase 5%11, dan pada kategori sedikit dan sangat sedikit tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian dimana faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja berada pada kategori banyak dengan rata-rata 75%. Sarwono (2012:150), “Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sekunder, pengaruh sekolah diharapkan positif terhadap berkembangnya jiwa remaja. Sejalan dengan itu menurut Mudjiran, dkk (200:18) lingkungan sekolah untuk mencapai tugas perkembangan dalam menguasai kemampuan membina hubungan baru yang lebih matang maka di sekolah perlu melakukan berbagai usaha yaitu: a) Membahas dalam diskusi kelompok tentang berpikir positif, empati dan kontrol emosi, perasaan altruistik dan penampilan yang menarik perlu bagi remaja untuk membina keakraban dengan lawan jenis. b) Melatih siswa untuk bersikap dan berpikir positif, altruistik, empati, kontrol emosi, dan berpenampilan yang menarik. Pembahasan ditekankan pada indikator yaitu berpikir positif, empati, dan kontrol emosi. Berikut uraian pembahasan berdasarkan indikator: a. Berpikir positif Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam segi sikap berpikir positif tergolong dalam kategori sangat banyak 20 orang peserta didik sama dengan persentase 28,99, pada kategori banyak 45 orang peserta
didik pada dengan persentase 65,22 dan pada kategori cukup banyak 4orang peserta didik sama dengan persentase 5,80, serta pada kategori sedikit dan sedikit sekali tidak ada peserta didik yang berada pada kategori ini Purwanto (2007:43) “Berpikir dapat diartikan sebagai suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan kan penemuan yang terarah pada suatu tujuan Sayang b. Empati Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam segi sikap empati tergolong kedalam kategori sangat banyak 20 orang peserta didik sama dengan persentase 28,99, pada kategori banyak 44 orang peserta didik sama dengan persentase 63,77 dan pada kategori cukup banyak 5 orang peserta didik sama dengan persentase 7,25, dan pada sedikit dan kategori sangat sedikit banyak tidak ada peserta didik yang tergolong pada kategori ini. Menurut Danim (2011:210) Empati dapat didefenisikan sebagai kemampuan seseorang menerima, mempersepsi, merasakan, secara langsung emosi orang lain. c. Kontrol emosi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja dalam segi kontrol emosi tergolong kedalam kategori sangat banyak 2 orang peserta didik sama dengan persentase 2,90, pada kategori banyak 47 orang peserta didik sama dengan persentase 68,12 dan pada kategori cukup banyak 19 orang peserta didik sama dengan persentase 27,54, serta pada kategori Sedikitdan kategori sangat sedikit tidak ada peserta didik yang tergolong pada kategori ini Dari data yang diperoleh terlihat sudah banyak di sekolah yang yang sudah mampu mengontrol emosi remaja sehingga dalam interaksi sosial remaja tersebut akan bisa
membentukan kematangan remaja tersebut.
emosi
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi kematangan emosi remaja kelas XI di SMA PGRI I Padang, dilihat secara keseluruhan berada pada ketegori sedikit, dapat diambil kesimpulan sesuai dengan batasan masalah sebagai berikut: 1. Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi kematangan emosi remaja (sikap orang tua yang otoriter, permisif, membandingkan, berambisi dan selalu menuntut remaja, dan sikap orang tua yang demokratis), pada emosi sikap orang tua yang otoriter berada pada kategori banyak, sikap orang tua yang permisif berada pada kategori banyak , sikap orang tua yang membandingkan berada pada kategori banyak, sikap orang tua yang berambisi dan selalu menuntut remaja berada pada kategori sangat sediki tdan sikap orang tua yang demokratis berada pada kategori sangat banyak. 2. Mendeskripsikan faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi kematangan emosi remaja (berpikir positif, empati dan kontrol emosi), pada berpikir positif berada pada kategori banyak, pada empati berada pada kategori banyak sedangkan kontrol emosi berada pada kategori banyak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pembaca, yaitu sebagai berikut: 1. Peserta didik, diharapkan agar bisa membentuk kematangan emosi sehingga mencapai tugas-tugas perkembangannya sehingga tidak akan mengalami permasalahan lagi dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah. 2. Guru BK, agar dapat meningkatkan pemahaman dan perlakuan terhadap remaja sehingga bisa membentuk kematangan emosi remaja dan remaja tersebut tidak mengalami perrmasalahan lagi dalam interaksi sosial. 3. Kepala sekolah, agar bisa menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kematangan emosi remaja sehingga tercapainya tugas-tugas perkembangan remaja di SMA PGRI I Padang. 4. Orang tua, agar dapat membentuk kematangan emosi remaja secara optimal
sehingga dalam interaksi sosial remaja tersebut tidak mengalami permasalahan. 5. Program Studi, agar dapat melahirkan guru BK yang profesional nantinya jika berada di lapangan serta memilki ilmu mengenai pentingnya kematangan emosi remaja dalam interaksi sosial 6. Peneliti sendiri, agar bisa menjadi bahan masukan dan menambah wawasan tentang permasalahan yang dialami remaja terutama mengenai kematangan emosi dalam interaksi sosial 7. Peneliti selanjutnya, agar dijadikan pedoman bagi penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut. KEPUSTAKAAN Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta Hurlock, B. Elizabeth. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Purwanto, Ngalim. 2007. Pikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Saefullah, 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia. Sarwono,
Yusuf,
Sarlito, W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.