FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU HAMIL TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI TT DI BPM SITI SUNDARI, S.ST DESA JUGLANGAN KECAMATAN KAPONGAN SITUBONDO RINA DEWI EKAYANTI NIM. 10002376 Subject : Ibu Hamil, Imunisasi TT
Description : Imunisasi TT seharusnya diperoleh wanita usia subur sebanyak 5 kali, kenyataannya masih belum optimal, hal ini dipengaruhi faktor yang berpengaruh seperti: kondisi sosial ekonomi keluarga, keaktifan petugas imunisasi dan kepercayaan/tradisi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT. Jenis dalam penelitian deskriptif rancang bangun penelitian adalah penelitian survei, Variabel penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT. Populasi adalah 20 ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi TT. Menggunakan teknik total sampling didapatkan sampel sebanyak 20 responden. Penelitian dilaksanakan di BPM Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Situbondo pada tanggal 25 Mei – 1 Juni 2014. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner dan data diolah dengan cara editing, coding, entry Data, melakukan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden menyakini bahwa imunisasi TT yang dilakukan pada ibu hamil itu tidak terlalu penting yaitu sebanyak 14 responden (70%), rata-rata responden memiliki penghasilan <1.071.000 sebanyak 13 responden (65%) dan sebagian kecil mengatakan bahwa bidan tidak melakukan imunisasi TT sebanyak sebanyak 5 kali pada ibu sebanyak 15 responden (55%). Ibu hamil masih belum yakin bahwa imunisasi halal dilakukan, dan kondisi ekonomi rendah dan kurangnya akses informasi dari tenaga kesehatan tentang imunisasi TT menyebabkan ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT. Diharapkan tenaga kesehatan atau bidan dapat memberikan konseling dan membuat poster atau leaflet tentang imunisasi TT pada ibu hamil. Sehingga ibu dapat termotivasi untuk melakukan imunisasi TT
ABSTRACT Immunization of TT should be gained by the women with the reproductive age in 5 times, its reality has not been still optimal, it is influenced by factors consist of socioeconomical conditions of the family, active immunization officer and trust / society traditions. The purpose of this study is to know the factors that make pregnant women don’t take immunization of TT. Design of this study is descriptive with survey, the variables of this study are the factors that make pregnant women don’t take immunization of TT. The population is 20 pregnant women who do not take immunization of TT. The technique uses total sampling obtained by 20 respondents. The research had been conducted in BPM Siti Sundari, S.ST Juglangan Kapongan Situbondo on May 25-June 1, 2014. The instrument of data
1
collection uses questionnaire and the data are processed by the editing, coding, data entry, perform data analysis. The results showed that the average respondent believe that taking immunization TT conducted by pregnant women is not very important amount 14 respondents (70%), the average respondent have income <1.071 million amount 13 respondents (65%) and a small portion of midwives don’t take immunization of TT amount 5 times to women amount 15 respondents (55%). The pregnant women who haven’t still convinced that immunization may be done, and low economic conditions and lack access of information from health professionals about the immunization of TT make the pregnant women do not take the immunization of TT. It is expected to the health workers or midwives can provide counseling and make a poster or leaflet about immunization of TT to pregnant women. So that mothers can be motivated to take immunization of TT. Keywords: Pregnancy, TT Immunization Contributor
: 1. Risya Anggraini, S.ST, MM 2. Ni’mah Machzyumi, S.ST
Date
: 21 Juni 2014
Type Material : Laporan Penelitian Permanen link : Right
: Open document
Summary : LATAR BELAKANG Kesehatan Masyarakat yang lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, selain itu program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan Imunisasi merupakan upaya yang penting dalam mencegah penyakit serta Merupakan public good (barang publik) karena manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat. Pelayanan imunisasi sebagai salah upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian dan kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai dengan standar, sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan dapat memutus mata rantai penularan, yang dilakukan pada usia balita maupun pada orang dewasa (Depkes RI, 2004). Imunisasi merupakan salah satu solusi untuk mencegah terjadi tetanus Neonatorum (TN). Bahkan dalam buku pedoman imunisasi TT pada wanita usia subur, pada tahun 2008 UNICEF-WHO meluncurkan upaya kesepakatan untuk mencapai eliminasi Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNT) Global pada tahun 2012. Upaya ini menyatukan gerakan global untuk menurunkan angka kematian neonatal akibat Tetanus. Hal ini menandakan bahwa TN masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia (UNICEF, 2008). Target eliminasi tetanus neonatorum adalah satu kasus per 1000 kelahiran di masing-masing wilayah dari setiap negara. Pada tahun 2012, di Amerika Serikat tetanus neonatorum menyebabkan 42,6% kematian pada bayi (HealthInfo, 2013). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2011 ditemukan sebanyak 114 kasus dengan 69 orang (60%) diantaranya telah meninggal (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012 cakupan imunisasi TT pada ibu hamil antara lain: TT-1 sebesar 4,88%, TT-2
2
sebesar 3,48%, TT-3 sebesar 97,67%, TT-4 sebesar 7,94% dan TT-5 sebesar 9,18%. Sedangkan di Kabupaten Situbondo belum terdapat ibu hamil yang melaksanakan imunisasi TT dari 11,280 ibu hamil (Dinkes Jatim, 2012) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ponkesdes Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Situbondo pada tanggal 3 Mei 2014, dari wawancara yang dilakukan kepada 5 ibu hamil, didapatkan bahwa 4 ibu yang tidak melakukan imunisasi TT, sedangkan 1 ibu hamil telah melakukan imunisasi TT. Ibu hamil penting mendapat imunisasi untuk mencegah terjadi Tetanus pada ibu dan bayinya. Karena dengan melaksanakan imunisasi pada ibu saat kehamilan, molekul imunoglobulin akan disalurkan dari ibu kepada bayi melalui plasenta sebagai kekebalan pasif untuk bayi (Wiknjosastro, 2006). Tetanus neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius disebagian besar negara berkembang dimana cakupan pelayanan kesehatan antenatal dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) kepada ibu hamil masih rendah. Karena Tetanus Neonatorum terbukti sebagai salah satu penyebab kesakitan dan kematian neonatal, sesungguhnya dapat dicegah, pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) serta perawatan tali pusat yang memenuhi syarat kesehatan. Imunisasi TT seharusnya diperoleh wanita usia subur sebanyak 5 kali, kenyataannya masih belum optimal, hal ini dipengaruhi faktor yang berpengaruh secara individual meliputi: usia, pendidikan, status bekerja, jumlah anak, keaktifan petugas imunisasi, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat dan faktor yang berpengaruh secara ekologis meliputi: dukungan masyarakat, pengetahuan, dan sikap, kepercayaan, tradisi orang/masyarakat yang bersangkutan disamping lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas, (sarana-sarana kesehatan) (Ariyanto, 2011). Jadwal pemberian Imunisasi TT antara lain: TT1 diberikan pada kunjungan awal/ Trimester I, TT2 diberikan 4 Minggu setelah TT1 perlindungan 3 tahun, TT3 diberikan 6 Bulan setelah TT2 perlindungan 5 Tahun, TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3 perlindungan 10 Tahun dan TT5 diberikan 1 Tahun setelah TT4 perlindungan 25 Tahun (Rahmawati, 2013). Menuntaskan masalah kesehatan yang terjadi khususnya kematian pada bayi akibat penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi, cakupan dan kelengkapan imunisasi dasar yang belum mencapai target maka solusi yang dapat di tempuh ialah melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencegah dan meningkatkan status kesehatan dan menata lingkungan sehat secara mandiri dengan anggaran yang kecil serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Bidan harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada wanita usia subur dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya imunisasi TT, dan memberikan penjelasan pada ibu tentang jadwal imunisasi TT yang tepat (Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT di BPM Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Situbondo. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Variabel dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang tidak melakukan imunisasi TT di BPM Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Situbondo sebanyak 20 orang dengan sampel sebanyak 20 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling tipe total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di BPM Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Situbondo pada bulan Mei 2014. Teknik pengumpulan data, bersumber dari data primer yang di
3
peroleh langsung dan di catat untuk pertama kalinya. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket yaitu dengan membagian kuesioner kepada responden. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Analisa data menggunakan analisa deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa menyakini bahwa imunisasi TT yang dilakukan pada ibu hamil itu tidak terlalu penting TT sebanyak 14 responden (70%). Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup (Misliant, 2012). Menurut Hanum (2008) menjelaskan bahwa keyakinan diri individu didasarkan pada empat hal, yaitu: pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal, keadaan fisiologis. Pengalaman akan kesuksesan merupakan sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap keyakinan diri individu karena didasarkan pada pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan keyakinan diri individu meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya keyakinan diri, khususnya jika kegagalan terjadi ketika keyakinan diri individu belum benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan keyakinan diri individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar. Ibu menyakini bahwa imunisasi TT yang dilakukan pada ibu hamil itu tidak terlalu penting. Ketidakyakinan ibu terhadap keberhasilan imunisasi TT didasarkan pada sumbersumber keyakinan ibu tentang imunisasi yang berasal dari pengalaman, sebab kebanyakan dari keluarganya juga tidak melakukan imunisasi TT. Faktor yang sangat mempengaruhi keyakinan ibu tentang imunisasi TT adalah dari keluarga, persepsi tentang fungsi dari imunisasi yang tidak terlalu penting untuk dilakukan dan dari pengalaman keluarga terhadap imunisasi TT. Ibu beranggapan bahwa apapun budaya yang diyakini keluarga, yang penting nilai dan keyakinan tersebut mendukung pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak selama dalam proses tumbuh-kembangnya maka ibu akan mengikutinya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki penghasilan <1.071.000 sebanyak 13 responden (65%). Faktor sosial dan ekonomi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status sosial ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu : a).Karena terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah penyakit atau mendapatkan pelayanan kesehatan, b). Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yang dimiliki. Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya.Status ekonomi berhubungan erat pula dengan faktor psikologi dalam masyarakat. (Misliant, 2012). Status ekonomi merupakan domain yang sangat penting untuk terlaksananya program imunisasi Tetanus Toxoid. Pernyataan ini didukung oleh teori Hidayat (2007) semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan
4
membutuhkan biaya yang cukup mahal. Hal senada dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan yaitu seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya. Dengan status ekonomi tinggi yang dimiliki seseorang maka akan mudah bagi orang tersebut menjangkau pelayanan kesehatan yaitu mau melaksanakan imunisasi Tetanus Toxoid pra nikah (Eni Susanti, 2012). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan status ekonomi responden banyak yang rendah dan itu yang menyebabkan banyak responden yang tidak melakukan imunisai TT. Ibu dengan status ekonomi yang rendah akan mengakibatkan keinginan atau daya beli terhadap media informasi juga rendah. Hal ini mempengaruhi terhadap perkembangan informasi yang didapat melalui koran, internet atau media informasi lainnya juga berkurang. Kurangnya informasi yang didapat wanita pra nikah menyebabkan rendahnya pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toxoid sehingga wanita tersebut tidak melakukan imunisasi Tetanus Toxoid. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil responden mengatakan bahwa bidan tidak melakukan imunisasi TT sebanyak sebanyak 5 kali pada ibu sebanyak 15 responden (55%). Kehamilan adalah mengandung anak (bayi). gestasi dari periode menstruasi sebelumnya sampai persalinan, yang normalnya adalah 40 minggu alau 280 hari), dan dibagi menjadi tiga periode, atau trimester, masing-masing berlang-sung 3 bulan.Kehamilan 40 minggu dikatakan cukup bulan (Brooker, 2009). Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. (Dinkes Jatim, 2010). Peran petugas kesehatan dalam perubahan prilaku WUS untuk melakukan imunisasi TT adalah dengan memberikan informasi-informasi tentang manfaat imunisasi TT, dengan demikian pengetahuan WUS akan meningkat, selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo, 2007). Perilaku petugas kesehatan dapat dikatakan baik jika petugas kesehatan menjelaskan tentang manfaat imunisasi TT, menyediakan waktu untuk berdiskusi tentang manfaat imunisasi TT, mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi TT ulang sesuai jadwal, menjelaskan tentang imunisasi TT dengan bahasa yang mudah dimengerti dan petugas kesehatan bersikap ramah setiap kali ibu datang untuk imunisasi TT atau hanya sekedar untuk berkonsultasi (Misliant, 2012). Berdasarkan hasil penelitian responden yang tidak melakukan imunisasi TT dikarenakan ketidaktahuan ibu tentang jadwal imunisasi TT. Sebagian ibu hamil ada yang telah mendapat imunisasi TT tetapi belum lengkap, ada juga yang memang belum sama sekali mendapatkan imunisasi TT tetapi sebagian besar ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT secara lengkap pada kunjungan sebelumnya, ada juga yang baru pertama hamil telah mendapatkan imunisasi TT sebelum menikah, sehingga bidan tidak memberikan imunisasi TT3, TT4 dan TT5. Imunisasi TT hanya diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 minggu, tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT bertujuan melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus. SIMPULAN
5
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT di BPM Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Situbondo dapat diisimpulkan bahwa : 1. Rata-rata responden menyakini bahwa imunisasi TT yang dilakukan pada ibu hamil itu tidak terlalu penting sebanyak 14 responden (70%). 2. Rata-rata responden memiliki penghasilan <1.071.000 sebanyak 13 responden (65%). 3. Sebagian kecil responden mengatakan bahwa bidan tidak melakukan imunisasi TT sebanyak sebanyak 5 kali pada ibu sebanyak 15 responden (55%). REKOMENDASI 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan atau bidan dapat memberikan konseling dan membuat poster atau leaflet tentang imunisasi TT pada ibu hamil. Sehingga ibu dapat termotivasi untuk melakukan imunisasi TT. 2. Bagi Responden Diharapkan responden dapat mengikuti program imunisasi TT yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah sumber kepustakaan dan literatur kebidanan, khususnya tentang imunisasi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT seperti jumlah anak, persepsi tentang fungsi dan jarak rumah ke tempat pelayanan kesehatan. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Desa Demung Semiring Kabupaten Situbondo - Email :
[email protected] - No. HP : 087712700338
RT.02/RW.02
Kecamatan
Besuki
6