FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PEMBERIAN MAKANAN PRELAKTEAL PADA BAYI BARU LAHIR DI KECAMATAN BUKIT KECIL KOTA PALEMBANG 1
Anur Rohmin1 Nura Malahayati2 Hartati3 Mahasiswa, Dosen Program S2 IKM Universitas Sriwijaya Palembang Email:
[email protected] 2,3
Abstract: The Factors which is Influencing Prelakteal Feeding Practices in Newborn at Bukit Kecil District of Palembang City. Prelacteal feed is kind of food which is given to newborn one until 3 days before breast feeding. Prelacteal feed was one of the cause exclusive breast feeding failure. The aim of this study was to find out the factors which is influencing the prelacteal feeding practice in newborn at Bukit Kecil District of Palembang City. This study carried in 15th of August until 15th of September 2015. Methode: A survey analytic design with cross sectional design were used in this study. The population of this study were all of the mothers who gave birth at Bukit Kecil district in 2014 they were 1.092 mothers, there were 100 primi gravidarum as sample of this study. Data were analyzed by Univariate to describe the characteristics of respondents, bivariate using chi square test , spearman rho and multiple logistic regression. The result: Incident of prelacteal feeding practices were 27%. Based on bivariate analysis there were significant relationship between knowledge, attitude, tradition, mother’s occupational, family’s income, breast feeding initiation, and family support and prelacteal feeding practice. The most influencing factor ware breastfeeding initiation more likely 75,167. Conclusion: factors which is influencing prelacteal feeding practice were breaseeding, attitude, tradition, mother’s occupational, family income, breast feeding initiation, and family support. Suggestion of this study need to develop the quality of health worker to give better educate especially exclusive breast feeding and prelacteal feeding practice. Keywords: Prelacteal Feeding Practice, Influencing Factors Abstrak: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang. Makanan prelakteal adalah makanan yang diberikan pada bayi baru lahir satu sampai tiga hari sebelunm ASI keluar. Makanan prelakteal merupakan salah satu penyebab terjadinya kegagalan pemebrian ASI eksklusif. Tujuan penelitian mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi bayi baru lahir di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September tahun 2015. Metode penelitian menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan dikecamatan bukit kecil pada tahun 2014 berjumlah 1.092 ibu, sedangkan sampel penelitian ibu bersalin primigrvida yang berjumlah 100 orang. Analisis univariat untuk menggambarkan karakteristik responden, analisis bivariat menggunakan chi-square dan spearman rho, analisis multivariat dengan regresi logistic nominal. Hasil Penelitian diperoleh angka kejadian praktik pemberian makanan prelateal sebesar 27%. Berdasarkan analisis bivariat terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap ibu, tradisi keluarga, pekerjaan ibu , pendapatan keluarga, IMD dan dukungan keluarga dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir (p<0,05). Faktor yang paling berpengaruh terhadap praktik pemberian makanan prelakteal adalah IMD dengan nilai OR 75,167 hal ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak melakukan IMD berpeluang 75,167 kali memberikan makanan prelakteal pada bayi. Dapat disimpulkan bahwa praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir di kecamatan bukit kecil kota palembang tahun 2015 dipengaruhi oleh sikap ibu, tradisi keluarga, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, IMD, dan dukungan keluarga. Saran penelitian ini ditingkatkan kualitas pelayanan petugas kesehatan supaya dapat memberikan edukasi lebih baik terutama tentang ASI eksklusif dan pemberian makanan prelakteal. Kata Kunci: Praktik Pemberian Makanan Prelakteal, Faktor yang Mempengaruhi
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan eksklusif di Indonesia sebesar 32% dan meningkat terbaik bagi bayi. Pemberian ASI akan memberikan menjadi 42% pada tahun 2012, namun angka manfaat kepada ibu dan bayi karena ASI tersebut belum mencapai target cakupan ASI mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna eksklusif di Indonesia sebesar 80%. untuk tumbuh kembang bayi (Suririnah, 2009). Salah satu penyebab kegagalan ASI ekslusif Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan adalah pemberian makanan prelakteal (Siregar, Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 cakupan ASI 2009). Makanan prelakteal adalah makanan yang 183
184 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 183-189
diberikan pada bayi satu sampai tiga hari setelah lahir sebelum ASI keluar (Suhardjo, 2004). Pemberian makanan prelakteal seperti susu formula yang mempunyai sumber zat besi kurang baik dapat menyebabkan terjadinya perdarahan intestinal. Lebih lanjut, resiko terjadinya intoleransi terhadap protein pada susu formula lebih besar sehingga akan menimbulkan alergi misalnya eksim (Rosadhl, 2014). Berbagai faktor juga telah dihubungkan dengan perilaku ibu dalam memberikan makanan prelakteal. Sebagaimana dalam teori perilaku Green (2000), dijelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Dalam konteks perilaku praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi yang termasuk faktor predisposisi antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, tradisi, pekerjaan ibu, umur ibu, dan pendapatan keluarga. Selanjutnya yang termasuk faktor pemungkin adalah inisisasi menyusui dini (IMD), kunjungan ANC, dan yang termasuk faktor penguat adalah dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-fktor yang mempengaruhi praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang. METODELOGI Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik dan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang dan bersedia menjadi responden sebanyak 1.092 orang. Selanjutnya sampel pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan anak hidup dengan kriteria inklusi: ibu dan bayi sehat, ibu primipara, tidak ada cacat bawaan, ibu bersedia diwawancarai pada saat penelitian dan berdomisili di kota Palembang. Kriteria eksklusi: ibu multipara, dan tidak bersedia diwawancara saat penelitian.Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan rumus Stanley (1997) sehingga didapatkan jumlah sampel 100 orang. Tekhnik accidental sampling dipergunakan dalam pengumpulan data dikarenakan secara alamiah jumlah populasi berfluktuasi sepanjang tahun sehingga jumlah populasi secara pasti tidak diketahui. Ibu yang melahirkan di bidan praktek mandiri di kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang dipilih menjadi responden. Analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis univariat untuk melihat distribusi masing-masing
variabel, analisis bivariat menggunakan Chi Square dan Spearman Rho. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Distribusi frekuensi praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir Tabel 1. Distribusi Frekuensi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir Makanan prelakteal Ya Tidak Jumlah
Jumlah
N 27 73 100
% 27 73 100%
Berdasarkan hasil penelitian diketahui angka kejadian praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir di Kecamatan Bukit Kecil kota Palembang tahun 2015 adalah 27%, lebih rendah dibandingkan angka di Indonesia 44,3% dan Sumatera Selatan 46,3% (Kemenkes RI, 2014). Meskipun angka ini lebih rendah akan tetapi praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir merupakan salah faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif (Siregar, 2009). Penelitian yang dilakukan Novianti (2013), juga menyebutkan bahwa pemberiaan makanan prelakteal dapat menyebabkan proses menyusui tidak efektif. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir Variabel
Jumlah n
Persentase (%)
Pengetahuan Ibu Baik Kurang baik
42 58
42 58
Tradisi -
12 88
12 88
Ya Tidak
Usia Ibu - Beresiko (<20 atau >35 tahun) - Tidak beresiko (20-35 tahun) Pekerjaan - Ya - Tidak
46 54
22 78
46 54
22 78
Rohmin, Faktor-faktor yang Mepengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal 185
Sikap - Negatif - Positif Pendapatan - Rendah - Tinggi IMD - Tidak - Ya Frekuensi ANC - Tidak standar (<4x) - Standar (≥4x) Dukungan Keluarga Tidak Ya Dukungan Petugas Tidak Ya
53 47
53 47
56 44
56 44
23 77
23 77
5 95
5 95
59 41
2.
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal
59 41
58 42
58 42
Analisis Bivariat 1.
Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pengetahuan Ibu
Baik Kurang baik Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal Ya n 6 21 27
% 6 21 27
Tidak n 36 37 73
% 36 37 37
Jumlah n 42 58 100
% 42 58 100
p value
Hubungan Sikap Ibu dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
OR
0,015 3,405
Tabel 3. menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang makanan prelakteal 21% memberikan makanan prelakteal pada bayinya. Uji speraman’s rho diperoleh p=0,015, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi. Hasil analisis diperoleh OR=3,405, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik mempunyai kecenderungan 3,405 kali untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Hasil ini didukung penelitian terdahulu dari Nguyen (2013) bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian makanan prelakteal adalah pengetahuan. Legesse (2014) menyatakan bahwa ibu yang tidak mengetahui resiko pemberian makanan prelakteal berpeluang 3,7 kali memberikan makanan prelakteal pada bayi dibandingkan dengan ibu yang mengetahui. Pengetahuan ibu dapat diperoleh baik secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri dan eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain.
Sikap ibu
Pemberian Makanan Prelakteal
Negatif Positif Jumlah
Ya n 24 3 27
% 24 3 27
Tidak N 29 44 73
% 29 44 73
Jumlah n 53 47 100
p value
OR
% 53 47 0,000 12,138 100
Tabel 4. menunjukkan dari kelompok ibu yang memiliki sikap negatif tentang makanan prelakteal 24% memberikan makanan prelakteal pada bayinya. Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bila sikap sudah terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut menentukan perilakunya terhadap sesuatu. Pemberian makanan pada bayi sebagian besar ditentukan oleh ibu. Tindakan ibu dibentuk oleh pengetahuan dan sikap ibu, sementara tindakan ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik ibu. Uji speraman’s rho diperoleh p=0,000 yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Bahri (2011) bahwa sikap ibu berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI. Sebaliknya Ludvigsson (2002) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara sikap ibu dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi. 3.
Hubungan Tradisi Keluarga dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 5.
Tradisi Keluarga Ada Tidak Jumlah
Hubungan Tradisi Keluarga dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pemberian Makanan Prelateal Ya Tidak n % n % 9 9 3 3 18 18 70 70 27 27 73 73
Jumlah n % 12 12 88 88 100 100
p value
OR
0,000 11,667
Tabel 5. menunjukkan dari kelompok ibu yang memiliki tradisi keluarga 9% memberikan makanan prelakteal pada bayinya. Uji chi-square diperoleh p=0,000, maka dapat disimpulkan ada
186 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 183-189
hubungan yang signifikan antara tradisi keluarga dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi. Hasil analisis diperoleh OR=11,667, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tradisi keluarga mempunyai kecenderungan 11,667 kali untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Tradisi memberikan makanan prelakteal pada penelitian ini adalah memberikan madu pada bayi baru lahir dengan tujuan untuk membersihkan usus bayi. Ergenekon (2001) menyatakan bahwa tingginya angka pemberian makanan prelakteal pada bayi disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa kolostrum adalah ASI yang sudah basi sehingga bayi diberikan makanan lain sesaat setelah lahir. 4.
Hubungan Umur Ibu dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 6. Hubungan Umur Ibu dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Umur ibu Resiko Tidak Berisko Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal Ya Tidak n % n % 15 15 31 31 12 12 42 42 27 27 73 73
Jumlah n 46 54 100
% 46 54 100
P value 0,347
Tabel 6. menunjukkan dari kelompok ibu dengan umur beresiko (<20 atau >35 tahun) 15% memberikan makanan prelakteal,. Uji chi-square diperoleh p=0,347, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan praktik pemberian makanan prelakteal. Hasil ini didukung penelitian Dawal (2014) yang menyatakan bahwa umur tidak mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi. Selain itu pada penelitian ini responden yang diambil sebagai sampel adalah ibu primigravida sehingga memiliki rata-rata umur yang hampir sama.
5.
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pekerjaan Ibu
Pemberian Makanan Prelakteal Jumlah Ya Tidak
N
%
N
%
n
%
Bekerja
12
12
10
10
22
22
Tidak Bekerja Jumlah
15
15
63
63
78
78
27
27
73
73
100
100
p value
OR
0,003 5,040
Tabel 7. menunjukkan dari kelompok ibu yang bekerja 12% memberikan makanan prelakteal pada bayi. Uji chi-square diperoleh p=0,003, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan praktik pemberian makanan prelakteal. Hasil analisis diperoleh OR=5,040 hal ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan 5,040 kali untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Pekerjaan ibu memberikan dampak bagi kehidupan keluarga, karena ibu sibuk bekerja. Kesibukan ibu dapat mempengaruhi pola makan anak karena ibu akan cenderung memberikan tambahan makanan lain untuk mencukupi kebutuhan gizi anaknya. Hasil penelitian ini didukung oleh James dkk (2013) yang menyebutkan bahwa ibu bekerja akan memberikan susu formula pada bayinya sebagai pengganti ASI. 6.
Hubungan pendapatan keluarga dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir
Tabel 8. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pendapatan Keluarga Rendah Tinggi Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal Ya Tidak N % n %
Jumlah n %
p value
9 18 27
56 44 100
0,011 0,277
9 18 27
47 26 73
9 26 73
56 44 100
OR
Tabel 8. menunjukkan dari kelompok ibu dengan pendapatan keluarga tinggi 18% memberikan makanan prelakteal. Uji chi-square diperoleh p=0,011, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan praktik pemberian makanan
Rohmin, Faktor-faktor yang Mepengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal 187
prelakteal. Hasil analisis diperoleh OR= 0,277 hal ini menunjukkan dengan pendapatan rendah mempunyai kecenderungan 0,277 kali untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Vahini (2014) mengatakan bahwa tingkat pendapatan keluarga secara statistik berkaitan dengan praktik pemberian makanan prelakteal, dimana keluarga dengan pendapatan rendah lebih banyak yang memberikan makanan prelakteal dibandingkan keluarga berpendapatan tinggi. Adanya anak dalam kehidupan rumah tangga dapat menambah biaya pengeluaran. Hal ini kadang membuat ibu terpaksa bekerja untuk menambah pendapatan. 7.
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 9. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal IMD Tidak Ya Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal Jumlah Ya Tidak n % n % n % 17 17 6 6 23 23 10 17 67 67 77 77 27 27 73 73 100 100
p value
OR
0,000 18,983
Tabel 9. menunjukkan dari kelompok ibu yang tidak melakukan IMD 17% memberikan makanan prelakteal. Uji chi-square diperoleh p=0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara IMD dengan praktik pemberian makanan prelakteal. Hasil analisis diperoleh OR=18,983 hal ini menunjukkan ibu yang tidak melakukan IMD mempunyai kecenderungan 18,983 kali untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan dengan cara meletakkan bayi diatas perut ibu yang dilakukan selama 30 menit sampai dengan 1 jam setelah lahir. Legesse (2014) juga menyatakan bahwa keterlambatan melakukan IMD berhubungan dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir.
8.
Hubungan Kunjungan ANC dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 10. Hubungan Kunjungan ANC dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Kunjungan ANC Tidak standar Standar Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal Ya n 3 24 27
% 3 24 27
Tidak n 2 71 73
% 2 71 73
Jumlah n 5 95 100
% 5 95 100
P Value
0,090
Tabel 10. menunjukkan dari kelompok ibu yang melakukan kunjungan ANC dengan jumlah tidak standar 3% memberikan makanan prelakteal. Uji speraman’s rho diperoleh p=0,090, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kunjungan ANC dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi. Kunjungan antenatal adalah kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan standar (Depkes, 2010). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Ogah (2012) bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian makanan prelakteal adalah riwayat ANC. Perbedaan hasil pada penelitian ini kemungkinan dikarenakan variabel ANC hanya melihat pada frekuensi kunjungan saja tetapi tidak melihat informasi yang diberikan pada responden. 9.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir
Tabel 11. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Dukungan Keluarga Tidak Ya Jumlah
Pemberian Makanan Prelakteal Ya n % 23 23 4 4 27 27
Tidak n 36 37 73
% 36 37 73
Jumlah n 59 41 100
% 59 41 100
P value
OR
0,001 5,910
Tabel 11. menunjukkan dari kelompok ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga untuk tidak memberikan makanan prelakteal 23% memberikan makanan prelakteal. Uji speraman’s
188 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 183-189
rho diperoleh p=0,001, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tradisi keluarga dengan praktik pemberian makanan prelakteal. Hasil analisis diperoleh OR=5,910, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga mempunyai kecenderungan 5,910 kali untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Pada penelitian ini ibu memperoleh dukungan keluarga dalam pemberian makanan prelakteal ketika terjadi kesulitan dalam memberi ASI. Masalah ini dapat berupa pemahaman ibu bahwa ASI-nya kurang, tidak kuat menyusui, atau kondisi anak yang tidak mau menyusu. Pada umumnya, keluarga menyarankan untuk memberi susu formula, air putih, atau makanan lainnya untuk membantu agar ibu tidak repot dalam menyusui. Hasil penelitian ini didukung penelitian Nguyen (2013) bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap pemberian makanan prelakteal dimana dukungan keluarga setelah melahirkan meningkatkan peluang ibu memberikan makanan prelakteal kepada bayinya. 10. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir Tabel
Dukungan Petugas Tidak Ya Jumlah
12.
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Praktik Pemberian Makanan Prelakteal
Pemberian Makanan Prelakteal Ya n 13 14 27
% 23 14 27
Tidak n 45 48 73
% 45 48 73
Jumlah n 58 42 100
% 58 42 100
P value
0,229
Tabel 12. menunjukkan dari kelompok ibu yang tidak mendapatkan dukungan petugas untuk tidak memberikan makanan prelakteal 13% memberikan makanan prelakteal. Uji speraman’s rho diperoleh p=0,229, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan praktik pemberian makanan prelakteal. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dari Brown (2011) bahwa petugas kesehatan memiliki keterbatasan waktu dan tenaga untuk memberikan dukungan. Akibatnya, cukup banyak ibu yang tidak dimotivasi dan didorong untuk tidak memberikan makanan prelakteal selama periode ASI Eksklusif. Sebaliknya Dawal (2014) menyebutkan bahwa
faktor petugas kesehatan berkontribusi terhadap keputusan ibu dalam memberikan makanan prelakteal. Analisis Multivariat Pemodelan Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik Tabel 13. Pemodelan Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel IMD merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan prelakteal pada bayi. Roesli (2008) menyatakan bahwa IMD adalah metode meletakkan bayi baru lahir secara tengkurap di dada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan sendiri puting susu ibu untuk menyusu. Pelaksanaan IMD adalah upaya untuk merangsang keluarnya ASI. Pada satu jam persalinan hormon prolaktin akan menurun yang disebabkan oleh lepasnya plasenta dan untuk mempertahankan prolaktin dibutuhkan oksitosin yang dapat dirangsang dengan kontak dan isapan bayi pada puting susu sehingga dapat merangsang pengeluaran ASI. Dengan dilakukannya IMD, ibu merasa semakin percaya diri untuk menyusui bayinya sehingga merasa tidak perlu memberikan makanan/minuman apapun sebagai prelakteal kepada bayinya (Ahmed, 1996). SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir di Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang adalah pengetahuan, sikap ibu, tradisi keluarga, pendapatan keluarga, pekerjaan ibu, inisiasi menyusui dini, dan dukungan keluarga dengan angka kejadian (27%). SARAN 1. Perlu ditingkatkan kualitas pelayanan petugas kesehatan supaya dapat memberikan edukasi
Rohmin, Faktor-faktor yang Mepengaruhi Praktik Pemberian Makanan Prelakteal 189
lebih baik terutama tentang ASI eksklusif dan pemberian makanan prelakteal. 2. Meningkatkan pelaksanaan program IMD pada setiap ibu yang melahirkan dalam kondisi sehat
untuk membantu bayi mendapatkan ASI lebih cepat sehingga mengurangi peluang memberikan makanan prelakteal.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, F.U., Rahman, M.E., Alam, M.S., 1996. Prelacteal feeding influencing factors and relation to establishment of lactation. Bangladesh Medical Research Council Buletin. 1996; 22(2) : 60-64. Brown, A., Petter, R., Michelle, L., 2011. Helathcare Professionals’ and Mothers’ Perceptions of Factors that Influence Decisions to Breastfeed of Formula Feed Infants: a Comparative Study. Journal of Advanced Nursing, 19932003. Dawal, S., Inamdar, I.F., Saleem, T., Priyanka, S., Doibale, M.K., 2014. Study of Pre Lacteal Feeding Practices and its Determinants in a Rural Area of Maharashtra. Scholars Journal of Applied Medical Sciences., 2014; 2(4D):1422-1427. Ergenekon, O., Elmaci, N., Ertem, M., Saka, G., 2001. Breastfeeding beliefs and practices among migrant mothers in slums of Diyarbakir, Turkey. European Journal of Public Health. 2006; 16 (2):143-148. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W., 2013. Nursing Care of Children; Principles and Practices 4th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. Kemenkes, R.I., 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta. Kemenkes RI .
Legesse, M., Demena, M., Mesfin, F., Haile, D., 2014. Prelacteal feeding practices and associated factors among mothers of children aged less than 24 months in Raya Kobo district, North Eastern Ethiopia: a crosssectional study. International Breastfeeding Journal. 2014; 9: 189. Nguyen,P.H., Keithly, S.C., Nguyen, N.T., Nguyen, T.T., Tran, L.M., Hajeebbhoy, N., 2011. Prelacteal feeding practices in Vietnam:challenges and associated factors. BMC Public Health 2013, 13:932. Ogah, A.O., Ajayi, A.M., Akib, S., Okolo, S.N., 2012. A Cross-Sectional Study of Pre-Lacteal Feeding Practice among Women Attending Kampala International University Teaching Hospital Maternal And Child Health Clinic, Bushenyi, Western Uganda. Asian Journal of Medical Sciences 4(3): 79-85. Raina, S.K., Mengi, V., Singh, G.,2012. Determinants of prelacteal feeding among infants of RS Pura Block of Jammu and Kashmir, India. Journal of Family Medicine and Primary Care. 2012 Jan-Jun; 1(1): 27– 29. Roesli, U., 2000. Panduan Praktis Menyusui. Pustaka Bunda. Jakarta. Riskesdas, 2013. Data Hasil Riset Kesehatan Dasar. Balitbangkes Kemenkes RI. Suhardjo, 2004. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta. Kanisius.