FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAPIHAN DINI PADA BAYI DI BPS NY “M”, AMD.KEB DESA KALIREJO KECAMATAN SUMBERMALANG KABUPATEN SITUBONDO MAYA PUSPITA RINI 11002260 Subject Ibu menyusui, Faktor Penyapihan Dini Description ASI tidak perlu diragukan lagi, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan dini pada bayi. Jenis penelitian analitik dengan rancang bangun cross sectional dengan variabel independent yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi penyaihan dini variabel dependen yaitu penyapihan dini pada bayi. Populasi sebanyak 33 responden dengan sampel sebanyak 33 ibu. Teknik sampling total sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Mei – 05 Juni 2014 dengan menggunakan lembar kuesioner. Teknik analisa data menggunakan uji regresi ganda. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden berpendidikan dasar (SD-SMP) sebanyak 26 responden (78,8%), sebagian besar responden bekerja sebanyak 17 responden (51,5%), kurang dari setengah responden mendapatkan informasi tentang penyapihan pada bayi dari media elektronik sebanyak 13 responden (38,4%), sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang penyapihan sebanyak 19 responden (57,6%), Hasil hitungan uji regresi ganda yang dilakukan secara bersama-sama dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai ρvalue < α yaitu ρvalue = 0,058 < α = 0,05 yang artinya H1 diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor pengetahuan dan pekerjaan sedangkan pada faktor pendidikan dan sumber informasi tidak ada pengaruh antara pendidikan dan sumber informasi dengan penyapihan dini pada bayi Simpulan dalam penelitian ini ada pengaruh faktor pengetahuan dan pekerjaan dengan penyapihan dini pada bayi. Oleh sebab itu tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat memberikan konseling pada ibu seperti diharapkan dapat menyusui bayinya lebih sering pada siang dan malam hari atau setiap waktu sampai bayi tidak mau menyusu hingga bayi berusia 2 tahun.
ABSTRACT Breast milk is not only doubt again but change because other cases, such as working mothers should add or replace breast milk with infant supplement even be done early weaning. The purpose of this study to determine the factors that influence early weaning to infants. Design study is analytic with cross section. The independent variables are the factors influence early weaning and the dependent variables early weaning to infants. The population is 33 respondents with taken 33 mothers as sample. The technique uses total sampling. The study had been conducted on 21 May to 5 June 2014, with using a questionnaire. The data are analyzed with multiple regression test. Based on the results of the study show that almost all of respondents have basic educated (elementary and junior) high school consist of 26 respondents (78.8%), the majority of respondents worked consist of 17 respondents (51.5%), less than half of the respondents get information about weaning infants from electronical media consist of 13 respondents (38.4%), most of the respondents have less knowledge about weaning consist of 19 respondents (57.6%) The results regression test conducted together with the significant level of 0.05 obtain ρvalue <α is ρvalue = 0.058 <α = 0.05, it means that H1 is accepted, it can be concluded that influence of knowledge has relationship with work while in the knowledge factors and information sources don’t have influence between education and information sources to early weaning to infants The conclusions in this study, the knowledge and work have relationship with early weaning to infants. Therefore, the health professionals, especially midwives are expected to provide counseling to the mothers as expected to breastfeed their infants more often during the day and night or at any time until they don’t want to breastfeed until their aged 2 years old. Keywords
: Early Weaning Factor
Contributor
: 1. Sari Priyanti, M.Kes 2. Nurya Viandika, S.ST Date : 20 Juni 2014 Type Material : Laporan Penelitian Permanen Link : Right : Open Dokument Summary : Latar Belakang Gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan hari ibu ke-62 tanggal 22 Desember 1990, menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) (Soetjiningsih, 2012). ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan, dapat
mencegah terjadinya penyakit infeksi, karena mengandung zat penangkal penyakit. Selain itu, ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Selain keuntungan yang tampak ketika masih bayi, menyusui juga mempunyai kontribusi dalam menjaga kesehatan anak seumur hidupnya (Yuliarti, 2010). ASI tidak perlu diragukan lagi, karena ASI merupakan makanan anak yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang anak untuk lebih optimal, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini (Soetjiningsih, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastoety Djamin, pada tahun 2009, besarnya peluang usia penyapihan anak baduta di Indonesia dari 7929 responden didapatkan 4579 anak (57,8%) disapih sebelum usia 24 bulan, dengan kata lain, anak baduta yang masih mendapatkan ASI sebelum usia 24 bulan sebesar 3350 anak (42,2%). Dengan mengggunakan analisis survival diperoleh informasi bahwa sebanyak 50% anak baduta di Indonesia disapih pada usia 19 bulan (Hastoety, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di BPS Ny “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo pada tanggal 10 Mei 2014 dari 10 ibu bayi didapatkan 7 ibu melakukan penyapihan dini bayinya, dan 3 ibu melakukan penyapihan pada usia yang tepat (setelah usia 2 tahun). Pemutusan pemberian ASI (penyapihan) secara dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari ibu maupun faktor dari luar. Faktor dari ibu adalah faktor pekerjaan, dimana seorang ibu yang sibuk bekerja berpengaruh pada kurangnya waktu dalam menyusui anak cenderung akan cepat melakukan penyapihan lebih awal, disamping itu pendidikan dan pengetahuan ibu tenang penyapihan juga sangat berperan, dimana seorang ibu dengan pengetahuan baik tentang ASI dan waktu yang tepat untuk menyapih anaknya akan berpengaruh pada perilaku dalam penyapihan serta ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI selama 2 tahun bagi sang anak, dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan pada anaknya (Riezka, 2013). Dampak yang timbul jika ibu menyapih terlalu dini atau bahkan telalu lambat memiliki resiko. Bila terlalu dini, bayi akan kehilangan makanan terbaiknya yakni ASI yang tak dapat disamai dengan PASI (pengganti ASI) entah itu makanan padat ataupun susu formula. Lebih lambat menyapih akan menciptakan ketergantungan anak dan ibu. Memamg tak ada bukti ilmiah, namun yang perlu dipikirkan, terlalu lama menyapih akan membuat anak sulit melepaskan diri yang menghambat kemajuan perkembangannya, sehingga sulit membina relasi antara anak dan ayah (Hassinudin, 2010). Oleh karena itu, masa yang tepat untuk melakukan penyapihan pada bayi yaitu pada usia 2 tahun. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas (Ririn, 2011). Upaya untuk mempertahakan pemberian ASI pada bayi yaitu peran bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan konseling pada ibu seperti diharapkan dapat menyusui bayinya lebih sering pada siang dan malam hari atau setiap waktu sampai bayi tidak mau menyusu hingga bayi berusia 2 tahun, karena semakin sering bayi diberikan susu akan lebih baik, menyusui
sebaiknya dilakukan dengan cara bergantian pada payudara kanan atau kiri dengan mengosongkan salah satu payudara dan apabila bayi tidur selama 3 jam, diharapkan ibu dapat membangunkan bayinya untuk disusui (Hidayat, 2008). Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan dini pada bayi. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2010). Rencang bangun penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini untuk faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan dini pada bayi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan informasi dengan penyapihan dini di BPS Ny “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Variabel independen dalam penelitian adalah faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan informasi. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah penyapihan dini. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 2-3 tahun di BPS Ny “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo sebanyak 33 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 2-3 tahun di BPS Ny “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo sebanyak 33 responden. Sampling merupakan proses menyeleksi porsi populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik sampling jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2007). Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati (Nursalam, 2008). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Untuk melihat hubungan antara dua variabel peneliti menggunakan tes statistik uji regresi logistik ganda (regresi ganda) dengan bantuan SPSS 19 for windows. Dimana dikatakan H1 diterima jika asymp sig (2tailed) < 0,05 artinya ada hubungan faktor pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan informasi dengan penyapihan dini sedangkan dikatakan H1 ditolak jika asymp sig (2- tailed) > 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh faktor pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan informasi dengan penyapihan dini. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan umur didapatkan bahwa seagian besar responden berumur <20 tahun yaitu sebanyak 19 responden (57,6%).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan dini pada bayi a. Pendidikan Berdasarkan pendidikan didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 26 responden (78,8%). b. Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 17 responden (51,5%). c. Sumber Informasi Berdasarkan sumber informasi didapatkan kurang dari setengah responden mendapatkan informasi tentang penyapihan pada bayi dari media elektronik yaitu sebanyak 13 responden (38,4%). d. Pengetahuan Berdasarkan pengetahuan didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang penyapihan pada bayi yaitu sebanyak 19 responden (57,6%). e. Penyapihan Dini Berdasarkan penyapihan dini didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan penyapihan dini pada bayi yaitu sebanyak 18 responden (54,5%). 3. Tabulasi Silang antara faktor pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan pengetahuan ibu dengan penyapihan penyapihan dini pada bayi Berdasarkan Tabulasi Silang antara faktor pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan pengetahuan ibu dengan penyapihan penyapihan dini pada bayi didapatkan bahwa kurang dari setengah responden berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 18 responden (54,5%), sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 17 responden (51,5%), kurang dari setengah responden mendapatkan informasi tentang penyapihan pada bayi dari media elektronik yaitu sebanyak 13 responden (38,4%), sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang penyapihan pada bayi yaitu sebanyak 19 responden (57,6%), Hasil hitungan uji regresi ganda yang dilakukan secara bersamasama dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai ρvalue < α yaitu ρvalue = 0,058 < α = 0,05 yang artinya H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor pendidikan dan pekerjaan dengan penyapihan dini pada bayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang. Sedangkan pada faktor sumber informasi dan pengetahuan ibu didapatkan nilai ρvalue = 0,443 < α = 0,05 yang artinya H1 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor sumber informasi dan pengetahuan dengan penyapihan dini pada bayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang PEMBAHASAN Berdasarkan Pengaruh Pendidikan Dengan Penyapihan Dini Pada Bayi didapatkan bahwa kurang dari setengah responden berpendidikan dasar (SD-SMP) melakukan penyapihan dini pada bayi yaitu sebanyak 18 responden (54,5%) dan sebagian kecil responden berpendidikan menengah (SMA) yaitu sebanyak 7 responden (21,2%) tidak melakukan penyapihan dini. Hasil hitungan uji regresi ganda
dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai ρvalue < α yaitu ρvalue = 0,319 > α = 0,05 yang artinya H1 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan dengan penyapihan dini pada bayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang. Kegagalan pemberian ASI hingga usia 24 bulan ini juga dipicu oleh karena pada ibu dengan tingkat pendidikan tinggi, disamping lebih mudah menerima info yang bersifat positif tetapi juga lebih mudah tergoda akan promosi PASI oleh produsen susu formula, yang mengiming-imingi adanya komposisi susu formula yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, atapaun mencerdaskan anak. Promosi PASI yang menyesatkan tersebut lebih mudah diterima oleh ibu dengan tingkat pendidikan tinggi dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Hastoety tentang besarnya peluang usia penyapihan anak baduta di indonesia dan faktor yang mempengaruhinya didapatkan jumlah ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan SMA ke atas 1475 orang (52,5%) bekerja. Pada ibu bekerja kendala lamanya waktu ibu meninggalkan anaknya tentu mengganggu upaya pemberian ASI (Hastoety, 2009). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara pendidikan dengan penyapihan dini pada bayi usia <2 tahun, dimana ibu dengan pendidikan SD lebih sering melakukan penyapihan pada bayi dibandingkan ibu dengan pendidikan SMP atau SMA. Berdasarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti ibu dengan pendidikan SD lebih mudah untuk menerima informasi atau promosi tentang PASI, disamping itu ibu dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah pula khususnya tentang kerugian dalam memberikan PASI pada bayi usia <2 tahun. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastoety tentang besarnya peluang usia penyapihan anak baduta di indonesia dan faktor yang mempengaruhinya dimana didapatkan jumlah ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan SMA lebih sering untuk melakukan penyapihan dini karena ibu lebih mudah untuk menerima informasi khususnya promosi tentang PASI. Berdasarkan pengaruh pekerjaan dengan penyapihan dini pada bayi didapatkan bahwa kurang dari setengah responden bekerja melakukan penyapihan dini yaitu sebanyak 12 responden (36,3%) dan kurang dari setengah responden tidak bekerja yaitu sebanyak 10 responden (30,3%) tidak melakukan penyapihan dini. Hasil hitungan uji regresi ganda dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai ρvalue < α yaitu ρvalue = 0,056 < α = 0,05 yang artinya H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pekerjaan dengan penyapihan dini pada bayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga terutama masalah sosial ekonomi. Semakin banyak waktu yang dimiliki ibu untuk mendapat pengetahuan tentang kesehatan, maka semakin banyak pula waktu yang dimiliki untuk mendapat informasi (Nursalam, 2008). Seorang ibu yang sibuk bekerja yang berpengaruh pada kurangnya waktu dalam menyusui anak cenderung akan cepat melakukan penyapihan lebih awal. Kesibukan pada ibu yang sedang menyusui akan lebih cepat melakukan penyapihan lebih dini dengan alasan untuk mempermudah sang ibu dalam bekerja serta tidak adanya waktu untuk menyusui. Kegiatan menyusui bagi sebagian anak merupakan kegiatan sebagai bentuk
perhatian eksklusif paling penting yang didapat. Hal ini bisa terjadi apabila ibu tidak melakukan pekerjaan yang menyita waktu, sehingga hanya punya waktu berduaan dengan anak saat menyusui (Riezka, 2013). Ibu yang melakukan penyapihan lebih dini karena alasan-alasan tertentu seperti keterbatasan waktu karena ibu harus bekerja. Pada ibu dengan tingkat ekonomi rendah cenderung untuk bekerja di luar rumah guna mencari penghasilan tambahan karena faktor desakan ekonomi. Pekerjaan sebagian besar ibu-ibu yang melakukan penyapihan tidak tepat waktu dikarenakan waktu ibu-ibu tersebut kebanyakan dihabiskan untuk bekerja. Dengan bekeja di luar rumah, ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan dengan botol. Dengan demikian frekuensi penyusuan akan berkurang dan akan menyebabkan produksi ASI menurun. Keadaan ini selanjutnya mendorong ibu untuk menghentikan pemberian ASI atau melakukan penyapihan pada bayi. Berdasarkan pengaruh sumber informasi dengan penyapihan dini pada bayi didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mendapatkan informasi dari media elektronik melakukan penyapihan dini yaitu sebanyak 10 responden (30,3%) dan sebagian kecil responden mendapatkan informasi dari orang tua / teman tidak melakukan penyapihan dini yaitu sebanyak 6 responden (18,2%). Hasil hitungan uji regresi ganda dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai ρvalue < α yaitu ρvalue = 0,124 > α = 0,05 yang artinya H1 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh sumber informasi dengan penyapihan dini pada bayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi, 2009). Banyaknya fasilitas media massa berupa majalah, radio maupun televisi dapat memberikan informasi yang akurat dan bermutu bagi ibu, anak yang dapat dimanfaatkannya untuk menentukan waktu penyapihan (Riezka, 2013). Keterpaparan informasi dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan penyapihan pada bayi, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mendapatkan informasi dari media elektronik melakukan penyapihan dini, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau pemahaman ibu dalam menerima informasi yang disampaikan melalui media elektronik khususnya mengenai pemberian PASI. Oleh karena itu ibu yang mendapatkan informasi tentang PASI atau penyapihan pada bayi dari media elektronik lebih rentan melakukan penyapihan dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan informasi tentang penyapihan atau pemberian PASI yang tepat dari tenaga kesehatan. Hal tersebut terdapat kesenjangan antara sumber informasi dengan penyapihan dini pada bayi usia <2 tahun. Berdasarkan pengaruh pengetahuan dengan penyapihan dini pada bayi didapatkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang
penyapihan yaitu sebanyak 17 responden (51,5%) melakukan penyapihan dini pada bayi dan sebagian kecil responden berpengetahuan cukup tentang penyapihan tidak melakukan penyapihan dini pada bayi yaitu sebanyak 8 responden (24,2%). Hasil hitungan uji regresi ganda dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai ρvalue < α yaitu ρvalue = 0,003 < α = 0,05 yang artinya H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sumber informasi dengan penyapihan dini pada bayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan seorang ibu tentang ASI dan waktu yang tepat untuk menyapih anaknya akan berpengaruh pada perilaku dalam penyapihan nantinya. Peningkatan jumlah wanita menyusui biasanya dipengaruhi oleh gencarnya para tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan secara terus menerus di setiap kegiatan ibu - ibu misalnya di acara posyandu, kegiatan PKK. Hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan seseorang, dimana sebagian besar ibu yang menyusui anaknya lebih dari 18 bulan cenderung ibu yang terpelajar. Pada ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI selama 2 tahun bagi sang anak, dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan pada anaknya (Riezka, 2013). Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pengeahuan ibu dengan penyapihan dini pada bayi. Ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang penyapihan dan waktu yang tepat melakukan penyapihan pada bayi menyebabkan perilaku ibu dalam penyapihan negatif dimana ibu lebih serang melakukan penyapihan dini pada bayi dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan cukup ataupun baik. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan ibu, rendahnya pendidikan ibu sehingga menyebabkan pengetahuan ibu kurang tentang penyapihan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesenjangan antara pengetahuan ibu dengan penyapihan dini pada bayi usia < 2 tahun. SIMPULAN Hasil penelitian yang dilaksanakan di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang kabupaten situbondo didapatkan bahwa : 1. Kurang dari setengah responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 12 responden (36,4%), sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 17 responden (51,5%), kurang dari setengah responden mendapatkan informasi tentang penyapihan pada bayi dari media elektronik yaitu sebanyak 13 responden (38,4%), sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang penyapihan pada bayi yaitu sebanyak 19 responden (57,6%) 2. Hampir seluruhnya responden berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 26 responden (78,8%). 3. Ada pengaruh faktor pengetahuan dan pekerjaan dengan penyapihan dini pada bayi sedangkan faktor pendidikan dan sumber informasi tidak ada pengaruh antara pendidikan dan sumber informasi dengan penyapihan dini pad abayi di BPS Ny. “M”, Amd.Keb Desa Kalirejo Kecamatan Sumbermalang.
SARAN 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah khususnya pemberian ASI pada bayi sampai usia 2 tahun agar dapat menerapkan teori dalam memberikan kontribusi dalam upaya untuk mengurangi penyapihan dini pada bayi usia kurang dari 2 tahun. 2. Bagi Responden Memberikan informasi pada responden tentang kapan melakukan penyapihdan pada bayi sehingga responden lebih berpartisipasi dalam gerakan pemberian ASI. 3. Bagi Pelayanan Bahan kajian untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam melakukan penyapihan pada bayi. 4. Bagi Institusi Dapat menambah kepustakaan bagi yang membutuhkan referensi sehingga dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya terutama pada materi penyapihan pada bayi. 5. Bagi profesi bidan Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan penyuluhan dalam bidang kesehatan kepada masyarakat dan menambah wawasan tentang penyapihan pada bayi. Correspondensi : E-Mail Alamat No. Hp
:
[email protected] : Perumnas Panji Permai Blok R 18 Situbondo : 08970500070