Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
ISSN 2339-1529
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KOTA PALOPO I Ketut Patra1 , Nurlinda Sabani2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo 1 E_Mail:
[email protected]
Abstrak: Salah satu teori yang menjelakan perlunya pengeluaran pemerintah adalah Publik Expenditur theory. Teori ini menjelakan bahwa pemerintah perlu melakukan intervensi dalam perekonomian akibat adanya kegagalan pasar (market failure) yang menyebabkan pasar tidak dapat melakukan kegiatan terutama alokasi barang dan jasa secara efisisen. Bentuk intervensi pemerintah tersebut berupa memproduksi barang dan jasa, melakukan kebijan fiskal dan moneter, menyediakan kebutuhan masyara kat yang bersifat publik (public goods). Beberapa faktor yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah : jumlah penduduk, PDRB dan Tingkat inflasi mempengaruhi pengeluara pembangunan di Kota Palopo. Penelitian ini bertujuan menelaah lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pembangunan yang cendrung semakin meningkat di Kota Palopo, untuk dapat memberikan solusi, arah dan kebijakan pembangunan sehingga berdampak positif bagi masyarakat di Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis Regresi Linier Berganda yang merupakan turunan dari persamaan Cobb-Douglas.. Dengan menggunakan program SPSS. Versi 22. LnY = β0 +β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + e Hasil penelitian dan uji hipotesis dengan menggunakan uji t dengan £ 0,05 menunjukan bahwa Jumlah penduduk dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran pembangunan sedangkan PDRB berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran pembangunan. Sementara menggunakan Uji F ketiga variabel tersebut secara simultan berpengaruh terhadap pengeluaran pembangunan di Kota Palopo. Kata kunci: pengeluaran Pembangunan, Penduduk, PDRB dan Inflasi
pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama
PENDAHULUAN
disebabkan pemerintah harus mengatur hubungan Pengeluaran
pemerintah
mencerminkan
kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan barang
dan
suatu jasa,
kebijakan
untuk membeli
pengeluaran
pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
untuk
melaksanakan
kebijakan
tersebut.
timbul
pendidikan,
dalam
rekreasi
masyarakat, kebudayaan
hukum dan
lain
sebagainya. Lebih lanjut Peacock dan Wiseman juga mengemukakan
Teori
mengenai
pengeluaran
pemerintah yang terbaik yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi
Wagner
mengemukakan
suatu
teori
mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase dalam GNP yang didasarkan pada pengamatan di negara Eropa, U.S, dan Jepang pada abad ke–19. Hukum Wagner adalah ” Dalam
suatu perekonomian,
apabila pendapatan perkapita meningkat”, secara relatif
yang
pengeluaran
pemerintah
pun
meningkat. Dalam hal ini mengapa peranan
akan
pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami
besarnya
pungutan
pajak
yang
dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Perkembangan ekonomi pemungutan pajak
yang
menyebabkan
semakin
meningkat
walaupun tarif pajak tidak berubah; meningkatnya penerimaan
pajak
menyebabkan
pengeluaran
pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena
1 |J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2 0 1 7
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
ISSN 2339-1529
itu meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan
Kota Palopo serta instansi yang terkait dalam
pemerintah yang semakin besar, begitu pula
penelitian ini.
terhadap pengeluaran pemerintah.
Untuk menguji hipotesis
Sementara Bird dalam Mangukoesoebroto (1993)
menyatakan bahwa
gangguan
sosial memang
selama
terjadi
terjadi
pengalihan
yang
telah
dikemukakan maka dikemukakan metode analisis regresi berganda (Sugiono, 64) untuk mengetahui pengaruh/hubungan
antara
variable
bebas
aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum
(Independent Variable) dan Dependent Variabel,
gangguan
berhubungan
serta faktor yang dominan berpengaruh terhadap
menyebabkan
pengeluaran pemerintah yang diturunkan dari
ke
aktivitas
yang
gangguan tersebut. Hal ini akan kenaikan
pengeluaran
pemerintah
dalam
persamaan Cobb-Douglas.
prosentase terhadap GNP. Akan tetapi setelah
Y = f (X)
terjadi
Y = β0 LX1
gangguan,
prosentase
pengeluaran
pemerintah terhadap GNP perlahan-lahan akan menurun kembali pada tingkat sebelum terjadinya
Xn
βn
β1
X2 β2 X3
β3
X4
β4
X5
β5
……………
(1) Aadapun
persamaan
dengan
gangguan. Efek pengalihan merupakan gejala
mentranspormasikan ke dalam Logaritma Natural
dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam
(Ln) adalah sebagai berikut :
jangka panjang.
LnY = β0 +β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + e (2)
Dari teori mikro mengenai perkembangan
Dimana :
pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisa
Y = Pengeluaran Pembangunan
faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan
β0 = Konstanta
barang
X1 = Jumlah Penduduk Kota Palopo
publik
mempengaruhi
dan
faktor-faktor
tersedianya
barang
yang publik.
X2 = PDRB
Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk
X3 = Inflasi
barang publik menentukan jumlah barang publik akan disediakan melalui anggaran belanja, yang
1 = Elastisitas Jumlah Penduduk 2 = Elastisitas PDRB
selanjutnya akan berpengaruh terhadap permintaan
β3 = Inflasi
barang yang lain.
℮ = Error term
METODE DAN BAHAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di kota Palopo dan penelitian ini difokuskan pada factor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pembangunan di Kota Palopo. Pengumpulan data penelitian ini, lebih banyak ditekankan pada penelitian data sekunder, dimana data-data tersebut diperoleh dari kantor BPS, Bappeda, Bagian Keuangan Setda
Potensi Unggulan Daerah Berdasarkan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB, struktur perekonomian Kota Palopo ditopang oleh empat sektor terbesar yakni sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 23,64 %, Jasa-Jasa 19,42 %, Petanian 15,86 % dan Keuangan, Persewaan 15,70%,
2 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
Perkembangan
2017
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
presentase
kontribusi
sektor-sektor
ISSN 2339-1529
terhadap
pembentukan PDRB Kota Palopo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Distribusi persentase PDRB menurut lapangan usaha tahun 2010 – 2014
Gambaran perkembangan struktur ekonomi Kota NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan , Persewaan Jasa – Jasa PDRB
2010 21,96 0,15 3,80 1,65 11,29 20,11 8,99 13,12 18,92 100,00
2011 18,03 0,14 3,65 1,71 12,11 21,42 9,21 14,16 19,58 100,00
Palopo ini tidak jauh berbeda dengan struktur
2012 17,12 0,14 3,45 1,73 11,01 22,85 9,13 14,94 19,64 100,00
Hal tersebut
2013 15,86 0,11 3,40 1,80 10,74 23,64 9,33 15,70 19,42 100,00
2014 19,41 0,18 3,01 1,00 15,96 21,18 5,59 8,22 26,17 100,00
sejalan dengan predikat
ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan hingga tahun
Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra
2013, sektor-sektor tersier merupakan sektor
pertanian di Indonesia Timur.
penopang perekonomian Sulawesi Selatan dengan
Pertumbuhan riil beberapa sektor sejalan
menyumbang sebesar 51,17 persen terhadap total
dengan
PDRB. Kemudian disusul oleh sektor primer dan
berpengaruh
sekunder secara berurutan sebesar 29,89 persen
pertumbuhan ekonomi Kota Palopo antara lain
dan
pertanian masih
sektor Listrik/gas dan Air, sektor Perdagangan,
merupakan sektor penyumbang terbesar (23,90
dan sektor Bank Lembaga Keuangan. Secara
persen) terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan
rinci pertumbuhan masing - masing sektor dapat
18,95
persen.
Sektor
kontribusi pada cukup
PDRB signifikan
yang
juga
terhadap
dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2: Pertumbuhan Riil Per Sektor Kota Palopo Tahun 2010 - 2014 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan/Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Restoran, Hotel Angkutan & Komunikasi Bank & Lembaga Keuangan Jasa – Jasa PDRB
2010 -4,63 -5,12 4,47 13,91 9,89 18,54 9,99 14,97 5,86 7,29
2011 -8,37 4,21 5,88 17,04 17,11 16,01 14,36 15,85 7,78 8,16
2012 5,60 4,90 5,76 7,11 -1,69 14,04 11,19 16,40 3,84 8,68
3 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2013 3,04 -10,57 6,03 11,55 6,62 13,35 9,42 16,14 4,16 8,99 2017
2014 6,66 -1,12 5,73 14,97 4,12 13,26 9,28 4,61 5,77 6,66
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Palopo mencapai 8,99%, pertumbuhan ini dipicu oleh kinerja positif semua sektor, kecuali sektor
pertambangan
dan
penggalian
yang
terkontraksi (tumbuh negatif) sebesar 10,57%.
ISSN 2339-1529
Tabel 3: Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo 2010-2013 No
Tahun
Pertumbuhan
2010
PDRB (milyar) 925,08
1
7,29
2
2011
1.000,56
8,16
Kinerja terbaik terjadi pada sektor keuangan,
3
2012
1.087,42
8,68
persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh
4
2013
1.185,21
8,99
hingga 16,14% selain sektor pertambangan dan
5
2014
3.877,03
2,27
Rata – rata
penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif,
8,28
sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi kota palopo kurun
terendah sebesar 3,04%.
waktu 3 tahun terakhir bergerak di atas angka 8 Pertumbuhan Ekonomi Tiga
sektor
pertumbuhan
persen. Jika pada tahun 2010 pertumbuhan
yang
ekonomi
merupakan
Palopo
yaitu
sumber sektor
perdagangan, hotel dan restoran; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor angkutan dan komunikasi. Sektor perdagangan,
ekonomi Kota Palopo mencapai 7,29 persen, dan tahun 2011 menguat sekitar 8,16 persen hingga tahun 2012 yakni sebesar 8,68 persen. Hingga Tahun 2013 masih menguat di 0,31 poin menjadi 8,99 persen.
hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 3,28%
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Palopo, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi memberikan sektor
kontribusi
angkutan
dan
sebesar
2,46%sedang
komunkasi
emberikan
kontribusi sebesar 1,01%.
sebesar
pertumbuhan
8,99%
mengalami percepatan
dibanding
dengan
tahun
2012
sebesar 8,68%, pemicu percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut dari sektor keuangan dan sektor perdagangan ekonomi
yang
yang
mengalami
cukup
pertumbuhan
ekonomi
ini
melampaui target yang menjadi salah satu sasaran stratejik dalam pembangunan bidang ekonomi di daerah pada RPJMD Tahun 2008-2013 yaitu upaya untuk mempertahankan rata-rata tingkat pertumbuhan
ekonomi
dengan
tingkat
pertumbuhan ratarata 8 %. Sementara jika dilihat
Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo tahun 2013
Pencapaian
tinggi.
pertumbuhan Pertumbuhan
ekonomi Kota Palopo terlihat pada tabel berikut :
pada nilai PDRB Atas dasar harga berlaku pada tahun
2013 mencapai Rp.3.081.642,00 (juta
rupiah) atau meningkat sekitar 444,10 (juta rupiah) dari keadaan tahun sebelumnya 2012 yakni sebesar 2.637.545,42 (juta rupiah) nilai tambah bruto barang dan jasa yang dihasilkan meningkat hampir 7 kali lipat dibanding keadaan pada tahun 2000, hal ini terlihat dari indeks perkembangan yang mencapai 688,75 persen pada tahun 2013 sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
4 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
Tabel 4: Perbandingan PDRB harga berlaku dan konstan Kota Palopo Tahun 2010 – 2013
2010
Atas Dasar Harga Berlaku (juta Rp) 1.946.847,34
925.082,15
2011
2.284.801,89
1.000.569,31
2012
2.637.545,42
1.087.419,80
2013
3.081.642,00
1.185.210,25
2014
4.743.856,88
3.877.030,35
Tahun
Atas Dasar Harga Konstan (juta Rp)
Pedoman
ISSN 2339-1529
Evaluasi
Kinerja
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah.
menunjukkan
perkembangan
signifikan,
IPM
Kota
Palopo
yang
cukup
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6: Perkembangan IPM Kota Palopo 2011 2013
Inflasi
No
Tahun
IPM
1. 2. 3.
2011 2012 2013
76,85 77,28 77,70
IPM SULSEL 72,77 73,29
Laju Inflasi Kota Palopo (inflasi umum) dari tahun 2011 hingga tahun 2013 tercatat sebesar 5,25 dimana nilai inflasi tertinggi pada bulan Juli 2013 sebesar 2,98 sementara pada periode yang sama inflasi di beberapa Kota di Sulawesi Selatan cukup merata
kecuali Kota Pare-pare 3,04
sedangkan inflasi Nasional tercatat sebesar 3,71 dan
inflasi Sulawesi Selatan sebesar
3,81.
Perkembangan inflasi Kota Palopo dapat dilihat
Perkembangan IPM tersebut berkaitan erat dengan bidang
kinerja penyelenggaraan pembangunan pendidikan,
masyarakat.
kesehatan
dan
Merujuk pada data
ekonomi
tahun 2011
hingga 2013 perkembangan IPM Kota Palopo melaju lebih cepat jika dibandingkan dengan ratarata IPM Provinsi Sulawesi Selatan. IPM Kota Palopo
bahkan berada pada peringkat ke tiga
setelah Kota Makassar dan Pare - Pare di Sulawesi
pada tabel berikut :
Selatan. Tabel 5: Inflasi Umum Kota Palopo Tahun 2011 – 2013
Perkembanganini ditunjang oleh kebijakan sektor pendidikan, kesehatan dan perekonomian
Tahun 2011 2012 2013
Inflasi 3,35 4,42 5,25
Inflasi Tertinggi Bulan Nilai Inflasi Agustus 0,90 Agustus 1,14 Juli 2,98
Sosial Masyarakat
masyarakat
Semakin terhadap
khususnya
setelah
pendidikan
gratis
terbukanya
pelayanan
akses
pendidikan
dilaksanakannya
program
Propinsi Sulawesi Selatan
bekerjasama dengan Kabupaten/ Kota, telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap
Gambaran kondisi sosial masyarakat dapat dicermati antara lain dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan angka kemiskinan. IPM merupakan
masyarakat.
peningkatan
akses
pelayanan
pendidikan
di
tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah. Angka rata-rata lama sekolah di Kota
indikator pokok dalam melihat
Palopo mengalami peningkatan, dari tahun 2011
perkembangan pembangunan manusia di suatu
sebesar 10,04 tahun, tahun 2012 telah mencapai
daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
10,16 tahun, dan tahun 2013telah mencapai 10,19.
Pemerintah Nomor
Angka ini menandakan bahwa pada umumnya
6 Tahun 2008 tentang
5 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
ISSN 2339-1529
penduduk Kota Palopo telah bersekolah di atas
Perkembangan jumlah penduduk miskin
rata-rata 10 tahun atau telah menyelesaikan
dan garis kemiskinan di Kota Palopo tahun 2011 –
pendidikan minimal di tingkat Sekolah Menengah
2013 dapat dicermati dari pergeseran angka garis
Pertama, ini juga berarti bahwa Kota Palopo dapat
kemiskinan dan persentase jumlah penduduk
dinilai telah menuntaskan wajib belajar sembilan
miskin
tahun.
mengalami perubahan yang cukup berarti, jika
Jika dibandingkan dengan rata-rata lama
Kota
Palopo.
Kondisinya
belum
sekolah Propinsi yang pada tahun 2012 baru
mencermati
keadaan angka kemiskinan antara
mencapai angka 7,10 tahun.
tahun 2011 dan 2013 terlihat bahwa angka
Perkembangan angka rata-rata lama sekolah
kemiskinan menunjukkan perubahan yang relatif
seiring sejalan peningkatan pada Angka Melek
baik karena menurun sekitar 0,65% yaitu dari
Huruf, yakni kemampuan membaca dan menulis
angka 10,22% pada tahun 2011 menurun menjadi
untuk penduduk berusia 15 tahun ke atas. Jika
9,57%
pada tahun 2011 angka melek huruf di Kota
ditahun 2012. Hal ini menunjukkan secara umum
Palopo mencapai 97,34 dan pada tahun 2013 telah
adanya kinerja yang baik dari sinergi kebijakan
mencapai angka 97,45 %, ini berarti bahwa sisa 2
dan berbagai program pengentasan kemiskinan
% lebih dari penduduk Kota Palopo yang berusia
yang telah dilaksanakan.
15 tahun ke atas yang belum dapat membaca dan
Tabel 7: Persentase Kemiskinan Kota Palopo 2011 - 2013
menulis huruf latin, jika dibandingkan dengan angka melek huruf Sul-Sel yang pada tahun 2012 baru mencapai 87,02%.
tahun 2013 meskipun sedikit fluktuatif
Tahun
Jumlah Penduduk
2011 2012 2013
149.419 152.703 160.819
Jumlah Penduduk Miskin 15.300 14.800 15.500
Persentase 10,22 9,46 9,57
Analisis Statistik Coefficients a
Model 1(Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1,150
,369
5,158
4,485
Jumlah Penduduk
,716
,364
,175
1,967
,188
PDRB
,259
,027
,810
9,629
,011
Inflasi
,025
,011
,233
2,331
,145
a. Dependent Variable: Pengeluaran pembangunan
6 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
Dari data-data yang telah disajikan di atas
ISSN 2339-1529
maka besarnya pengeluaran Pembangunan
maka selanjutnya dapat dianalisis, sebagaimana
pemerintah
yang
kenaikan sebesar 5,158 persen.
telah
dijelaskan
bahwa
model
dalam
penelitian
ini
dipergunakan
yang
Kota
Palopo
mengalami
adalah
B1 = 0,716 X1 ini menunjukan bahwa jika terjadi
berdasarkan persamaan regresi berganda yang
kenaikan jumlah penduduk 1 persen maka
dengan menggunakan Variabel Jumlah penduduk,
berkonsekwensi menaikkan Pengeluaran
PDRB dan Inflasi dengan parameter : b1 , b2 , b3 , £
Pemerintah sebesar 71,6 persen di Kota
= 5%.
Palopo.
Berikut ini
adalah persamaan regresi
berganda sebagai berikut :
B2
= 0,259 X2 menunjukan bahwa jika terjadi
Y = 5,158 + 0,716 X1 + 0,259 X2 + 0,025 X3
kenaikan PDRB 1 persen berpengaruh
Dari persamaan tersebut di atas memberikan
terhadap
pengertian sebagai berikut :
pembangunan sebesar 25,9 persen.
B0
= 5,158 menunjukan bahwa tanpa adanya penambahan
variabel
X1
B3
=
kenaikan
Pengeluaran
0,025 X3 , artinya setiap kenaikan inflasi 1
(Jumlah
persen berpengaruh terhadap pengeluaran
Penduduk), X2 (PDRB) X3 (Inflasi)
pembangunan pemerintah Kota Palopo sebesar 2,5 persen.
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,995a
,989
,974
,03671
a. Predictors: (Constant), Inflasi, PDRB, Jumlah Penduduk Nilai R2
Adjusted
sebesar = 0,974 ini
menunjukkan bahwa 97,4% variansi variabel Pengeluaran Pembangunan
pemerintah Kota
Palopo
dipengaruhi faktor jumlah penduduk,
PDRB
Kota Palopo dan inflasi, sedangkan
selebihnya 2,6 persen dipengaruhi faktor lain di 2
kuat terhadap pengeluaran pembangunan di Kota Palopo. Dengan menggunakan uji t (uji parsial) dengan tingkat kepercayaan 95%
penduduk diperoleh lever signifakan 0,188 > berpengaruh signifikan
97,4% berarti variabel yang digunakan dalam
pengeluaran
model
Palopo
perubahan
valid
pengeluaran
untuk
memprediksi
pemerintah
di
£
0,05 dengan demikian jumlah penduduk tdak
luar model ini dengan nilai sebesar R sebesar
tersebut
=Variabel
dapat
terhadap peningkatan
pembangunan digunakan
pemerintah untuk
Kota
memprediksi
Kota
perubahan pengeluaran pemerintah. Hasil tersebut
Palopo, dari analisis tersebut diperoleh nilai r
sejalan dengan Teori Nelson dan Leibenstein
sebesar 0,995 atau 99,5 persen. Ini menunjukan
(Sukirno
bahwa variabel jumlah penduduk, PDRB Kota
pertambahan penduduk yang pesat pada negara
Palopo dan inflasi memiliki korelasi yang sangat
sedang berkembang menyebabkan kesejahtraan
;
2006)
mengemukakan
bahwa
ekonomi masyarakat tidak mengalami perbaikan 7 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
ISSN 2339-1529
yang berarti dan dalam jangka panjang mungki
£
menurun.
Penduduk sangat berperan dalam menjalankan
Lebih
lanjut
dijelaskan
bahwa
> level sig 0,016. (Tjiptoherijanto ; 2003)
0,05
pertambahan penduduk yang pesat mengharuskan
suatu
pemerintah untuk melakukan penanaman modal
penduduk selalu menjadi tolak ukur pembangunan
yang lebih besar untuk pendidikan selanjutnya
karena penduduk disini adalah sebagai obyek
menimbulkan
sekaligus
keharusan
untuk
mempercepat
pembangunan
menjadi
daerah,
karena
subjek
dalam
pengambilan
guna
Sebagai subyek pembangunan penduduk harus
tingkat
kesehatraan
masyarakat.
dibina
Nick Devas 1989 dalam Mubyarto (2000) pertumbuhan
penduduk
memperlambat
dan
suatu
setiap
pengembangan fasilitas-fasilitas yang diperlukan memperbaiki
keputusan
aspek
dikembangkan
perencanaan.
sehingga
mampu
menjadi penggerak pembangunan dan sebaliknya pembangunan
harus
dapat
dinikmati
oleh
pembentukan modal. Jika penduduk meningkat
penduduk yang bersangkutan. Pembangunan baru
pendapatan perkapita masyarakat menurun, berarti
dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
bagian
kesejahtraan penduduk dalam arti yang lebih luas.
besar
pendapatan
terpakai
untuk
pengeluaran konsumsi. Tabungan yang sudah
Pengujian
selanjutnya
adalah
mencari
rendah menjadi semakin rendah, yang akibatnya
variavel yang paling dominan , dilakukan dengan
investasi
semakin
jumlah
cara mencari nilai koefisien terstandarisasi (beta)
penduduk
juga
pengalihan
menurut Sirtua Arief (Sutikno, 2007) variabel
investasi modal dari kegiatan produktif langsung
bebas yang memiliki nilai koefisien yang paling
pada modal ever head social.
tinggi merupakan variabel yang paling dominan
rendah.
Kenaikan
mengakibatkan
Nilai t untuk variabel PDRB dengan tingkat kepercayaan 95%
variabel
terikat.
Dari
hasil
diperoleh nilai
pengolahan data ternyata variabel PDRB Kota
signifikasi sebesar 0,011< 0,05 dengan demikian
Palopo mempunyai koefisien yang paling tinggi
PDRB
(0,810)
Kota
= £
mempengaruhi
Palopo
0,05
berpengaruh
signifikan
dengan demikian PDRB mempunyai
terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah.
pengaruh
Kota Palopo.
pengeluaran
Sedangkan nilai t untuk variabel tingkat inflasi dengan tingkat kepercayaan 95% = £
yang
pembangunan
inflasi
tidak
berpengaruh
dominan
terhadap
pemerintah
Kota
Palopo.
0,05
SIMPULAN
=diperoleh level signifikasi 0,145 > 0,05 ini berarti bahwa
paling
signifikan
terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah Kota Palopo. Akan tetapi dengan menggunakan uji F 5% dan 1% (menguji secara simultan) ketiga variabel
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu: (1) Setiap kenaikan jumlah penduduk 1 persen maka berkonsekwensi
menaikkan
Pengeluaran
Pemerintah sebesar 71,6 persen di Kota Palopo. (2) Setiap kenaikan PDRB 1 persen berpengaruh
tersebut Jumlah penduduk, PDRB Kota Palopo
terhadap kenaikan Pengeluaran pembangunan
dan inflasi berpengaruh secara signifikan karena
sebesar 25,9 persen. (3) setiap kenaikan inflasi 1
8 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vo l. 03 No. 01 Februari
persen
berpengaruh
terhadap
pengeluaran
pembangunan pemerintah Kota Palopo sebesar 2,5 persen. (4) Dengan menggunakan uji t (uji parsial) dengan tingkat kepercayaan 95%
=Variabel
penduduk diperoleh lever signifakan 0,188 >
Djoyohadikumo, Sumitro, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi, Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES Jakarta. Gani
£
0,05 dengan demikian jumlah penduduk tdak berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan
pengeluaran pembangunan pemerintah Kota. (5) Nilai t untuk variabel PDRB dengan tingkat kepercayaan 95%
= £
0,05
diperoleh nilai
signifikasi sebesar 0,011< 0,05 dengan demikian PDRB
Kota
Palopo
berpengaruh signifikan
terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah. Kota Palopo. (6) Sedangkan nilai t untuk variabel tingkat inflasi dengan tingkat kepercayaan 95% = £
0,05
=diperoleh level signifikasi 0,145 > 0,05 ini
ISSN 2339-1529
Formulsi DAU, Judicial Reviu atau Tidak: Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda
Guo Xin. Jianjun Miao and Erwan Morellec. 2004. Irreversible Investement With Regime Shifts. Jurnal Of. Economic theory. Avalailable online at www.scincedirect.com Hanson, P. And M Herekson, 1994. A New Frarework for Testing the Effect of Goverment Spending on Grouth and Produktivity Public Choice, 81, 381-401 Haziarah, 2004. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan InvestasiSwasta terhadap tenaga Kerja di Balik Papan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. Unhas.
berarti bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah Kota
Palopo.
(7)
Akan
tetapi
Jaya.
dengan
menggunakan uji F 5% dan 1% (menguji secara simultan)
ketiga
penduduk, PDRB
variabel
tersebut
Jumlah
Kota Palopo dan inflasi
berpengaruh secara signifikan karena £
0,05
> level
sig 0,016. (8) PDRB mempunyai pengaruh yang paling
dominan
terhadap
pengeluaran
pembangunan pemerintah Kota Palopo. DAFTAR PUSTAKA Arsyad.
1999, Ekonomi Pembangunan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi, No. 4 BPFE UGM, yogyakarta Devarajan, S.,S. Vinaya and H Zou 1996. The Composition of Publik Expenditures and Economic Grouth, Jurnal of Monetary Economic, 37, 313-344.
2004. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alokasi anggaran Pembangunan di Propinsi Sulawesi Selatan, Tesis Pasca Unhas
Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta UI Press Lanjouw, et.al. 2001. Fundamental of Finance Management. Seventh Edition. The Dryden Press Harcoart Brace College Publishers. Orlando - USA. Mambo
Apakah Kapasitas Fiskal di Daerah Mampu Membiayai Pelayanan Publik http://psekp.ugm.ac.id - Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM (CEPPS) Maryani, 2002. Penagaruh Desentralisasi Fiskal Terahadap Pertumbuhan Ekonomi Untuk Menciptakan Kesempatan Kerja di Kota Makassar. Tidak dipublikasikan. Makassar. Unhas Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi,Teori, Masalah, dan Kebijakan. Rajawali Pers. Jakarta.
9 | J u r n a l Ek o n o mi P e mb a n g u n a n , Vo l. 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017
Vo l. 03 No. 01 Februari
Jurnal Ekonomi Pembangunan
Palley, Thomas I, 1996, Growth Teory in A Keynesian model some Kyenesian Fundation For New Endogenous Growth Theory, Jurnal of Post Keynesian Economics, Vol. 19 No.1 Rahardja. P, Mandala Manurung.2001. Teori Ekonomi Makro. FEUI. Jakarya. Rasman. 2003 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alokasi pengeluaran Pembangunan di Kota Samarinda, Tesis Pasca Unhas
ISSN 2339-1529
Tambunan, Tulus T.H., 2001, Perekonomian Indonesia Beberapa masalah Penting, Ghalia, Indonesia Tjipto. P 2003. Kependudukan Birokrasi dan reformasi Ekonomi (Pemikiran dan Gagasan Masa Depan Pembangunan). Rineka Cipta. jakarta Todaro. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Erlangga. Jakarta.
Salim, Emil. 1989. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendidikan. UI Press. Jakarta. Sagir, Suharsono. 1982. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Ilmu Ekonomi SDM. LPFE-UI. Jakarta. Samuel.
1986. Administrasi Pembangunan. Cetakan Pertama. PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
Satriyo,
2003 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alokasi anggaran Pembangunan di Propinsi Kalimantan timur, Tesis Pasca Unhas
Sugiono, 2002. Statistik Untuk Penelitian, CV. Alfa Beta .Bandung Suparmoko.2003. Keuangan Negara Dalam teori dan Praktek. BPFE Yogyakarta Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi SDM. LPFE-UI. Jakarta. S.Mulyadi, 2003 . Ekonomi Sumber Daya Manusia (Dalam Persepektif Pembangunan) PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekertawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Soeroto. 1992. Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja. UGM. Yogjakarta. Syarir.
1995. Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi. PT. Media Widya Mandala.Jakarta
10 | J u r n a l E k o n o m i P e m b a n g u n a n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i
2017