FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
,
Oleh: Mieke Yuliana, Henni Indriyani, SE.,Ak., M.Si M. Titan Terzaghi, SE.,Ak.,M.Si Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur kepemilikan manajerial dan dividen payout ratio baik secara parsial maupun secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2012 – 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor perbankan yang go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 40 Bank. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka jumlah perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 perusahaan perbankan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan secara simultan variabel profitabilitas, resiko kredit, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan/growth, struktur kepemilikan manajerial dan dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun secara parsial hanya variabel Pertumbuhan Perusahaan/Growth yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sebaiknya pihak manajer tidak melakukan tindakan manajemen laba karena hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang ada diperusahaan. Kata Kunci: Profitabilitas, Resiko Kredit, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan/Growth, Struktur Kepemilikan Manajerial, Dividend Payout Ratio, Manajemen Laba
ABSTRACT
The purpose of this study was to investigate and analyze the influence of profitability, financial risk, company size, company growth (Growth), managerial ownership structure and dividend payout ratio either partially or simultaneously on earnings management in the banking sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange ( BEI). Observation period of the study conducted from 2012 - 2014. The analysis technique used is multiple linear regression. The analysis showed simultaneous variable profitability, credit risk, company size, growth companies / growth, managerial ownership structure and dividend payout ratio no significant effect on earnings management. But only partially variable Company Growth / Growth that significantly influence earnings management.
Keywords: Profitability, Credit Risk, Company Size, Dividend Payout Ratio, Profit Management
[1]
kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Menurut Sulistyanto (2011:56) manajer akan cenderung untuk melakukan manajemen laba ketika perusahaan memperoleh laba yang besar untuk meminimalisasi kewajiban membayar pajak. Faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen laba adalah struktur kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dikelola dengan semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh manajer sehingga akan cenderung mengurangi tindakan manajemen laba (Gideon, 2012:76). Dividend payout ratio merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi tindakan manajemen laba. Jika terjadi fluktuasi di dalam laba, perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen dengan tingkat dividend payout ratio yang tinggi memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang rendah. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tindakan manajemen laba. Dalam penelitiannya, Purwanto (2011) menyimpulkan bahwa dividend payout ratio sangat mempengaruhi perilaku perataan laba. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah resiko keuangan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
PENDAHULUAN Latar Belakang Healy dan Wahlen (2010:56) menyatakan manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan yang dapat membuat pernyataan yang menyesatkan (mislead) pada pemangku kepentingan mengenai kondisi mendasar yang ada dalam suatu perusahaan. Motif utama dilakukan praktik manajemen laba adalah untuk menyusun laporan keuangan yang menyesatkan (mislead) bagi pengguna informasi keuangan dan untuk mempengaruhi kontrak – kontrak yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen melakukan manajemen laba, diantaranya adalah profitabilitas. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini seperti bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang akan benar-benar diterima dalam bentuk deviden (Sartono dalam Herni dan Susanto, 2011:65). Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba adalah risiko keuangan. Bitner dan Dolan (2010:39) mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi akan menyebabkan manajemen cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba karena perusahaan tidak ingin berbuat sesuatu yang membahayakan di dalam jangka panjang. Faktor berikutnya yang mempengaruhi manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Besaran perusahaan, secara umum dinilai dari besarnya aktiva perusahaan. Nasser dan Herlina dalam Dewi (2011:12) beranggapan bahwa perusahaan yang memiki aktiva yang besar biasanya disebut perusahaan besar dan akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor maupun pemerintah. Untuk itu perusahaan besar juga diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab [2]
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah pertumbuhan perusahaan (Growth) berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 6. Apakah Dividend payout ratio berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 7. Apakah profitabilitas, resiko keuangan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur kepemilikan manajerial dan Dividend payout ratio berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). LANDASAN TEORI Manajemen Laba Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi tertentu oleh manajer untuk mencapai tujuan tertentu (Scott, 2010:98). Konsep manajemen laba ini sesuai dengan pendapat Davidson, Stickney, dan Weil dalam Sulistyanto (2011:75) yang menyatakan manajemen laba merupakan suatu proses pengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan. Definisi tersebut menunjukan manajemen laba sebagai aktivitas yang biasa dilakukan manajer dalam menyusun laporan keuangan Healy dan Wahlen (2010:90) menyatakan manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Menurut Tarjo dan Sulistyowati (2010:54) manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sebagai dasar untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan privat yang dimiliki. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh resiko keuangan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur kepemilikan manajerial dan dividen payout ratio secara simultan [3]
menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage dikatakan rugi (unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar (Riyanto,2011:54). Risiko keuangan menunjukkan bahwa sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan utang. Tingkat Leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga stakeholder (kreditor) sering memperhatikan besarnya risiko perusahaan dengan penggunaan utang yang tinggi sehingga akan dihadapkan pada kewajiban yang tinggi pula. Pada saat kondisi perusahaan rugi atau pada saat laba yang tidak terlalu tinggi, Menurut Riyanto (2011:67), rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan perusahaan agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam. Rasio-rasio yang terdapat pada rasio leverage antara lain : a. Rasio utang terhadap ekuitas Menunjukkan seberapa return yang akan diberikan perusahaan untuk para pemegang saham. b. Rasio utang terhadap total aktiva Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan didanai oleh pendanaan utang. c. Rasio utang terhadap total kapitalisasi Rasio ini memberitahu kita proporsi relatif kontribusi modal oleh kreditor dan oleh pemilik.
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Menurut Scott dalam Pujiningsih (2011:78), ada beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan praktik manajemen laba, yaitu: 1. Profitabilitas Profitabilitas merupakan ukuran yang dijadikan oleh para investor untuk menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan dan juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan investasi kedepannya. Profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin baik kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan, sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilas yang rendah akan cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan dengan profitabilitas tinggi. 2. Resiko Keuangan Leverage dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva suatu dana. Semakin besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam membiayai investasi perusahaan semakin kecil, atau tingkat penggunaan utang yang dilakukan perusahaan semakin meningkat. Rasio utang dapat digunakan agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam. Penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar (Van Horne, 2010:61). Weston dan Copeland (2009:75) menyebutkan financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total aktiva. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat [4]
mempengaruhi manajemen dalam praktik perataan laba, karena perusahaan yang besar cenderung lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Siregar dan Utama dalam Pujiningsih (2011:34) menuturkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Wolk, dkk (2010:53) menemukan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar cenderung melakukan perataan laba, disamping itu juga cenderung memiliki return saham yang lebih tinggi. Michelson,dkk (2010:37) mengatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan dibandingkan perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan besar merupakan subjek yang dituju baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Perusahaan besar akan selalu menciptakan suatu keadaan yang dapat memberikan kesan kepada masyarakat bahwa kinerja perusahaan tersebut baik dengan cara menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Dengan demikian perusahaan berukuran besar diperkirakan memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba, karena kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak bagi perusahaan, dan sebaliknya apabila jika terjadi penurunan laba secara drastis maka akan memberikan kesan terjadinya krisis di dalam perusahaan tersebut. Pada umumnya perusahaan lebih besar lebih banyak melakukan pengungkapan (disclosure) dari pada perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh sturktur aktivitas atau operasional perusahaan yang tercermin
dari total aktiva (asset) yang dimiliki perusahaan. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Carolina dan Juniarti dalam Abiprayu (2011:76) bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. 4. Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dengan kesempatan bertumbuh (growth opportunities) pada setiap tahap siklus hidup perusahaan. Menurut Anthony dan Ramesh dalam Restuti (2010:76), perusahaan akan mengalami 3 (tiga) tahan yaitu: startup, growth, mature, dan decline. Tahap start-up adalah tahap dimana perusahaan menjadi pendatang baru dalam industri. Fokus utama perusahaan pada tahap ini adalah mendapatkan pangsa pasar dengan cara memperkenalkan diri kepada publik tentang keberadaannya dan produk atau jasa yang dimilikinya. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan dan keuntungan relative lamban. Tahap yang growth merupakan tahap dimana perusahaan telah memperoleh pangsa pasar dan mengalami peningkatan penjualan. Perusahaan juga mulai melakukan diversifikasi lini produk. Laba perusahaan sudah lebih besar dibandingkan dengan laba pada tahan sebelumnya. Fokus perusahaan adalah meningkatkan pangsa pasar yang telah dimiliki. Pada tahan mature, perusahaan mengalami puncak tingkat penjualan dan berada dalam kondisi memanen hasil usahanya. Pasang pasar yang besar dan kuat mampu mengasilkan laba yang positif dalam jumlah besar. [5]
Pada tahap mature sampai tahap decline, perusahaan menghadapi persaingan yang semakin tajam dan pangsa pasar potensial yang semakin sempit. Perusahaan mengalami penurunan laba yang signifikan bahkan kerugian sehingga pembayaran deviden terhenti (Pashley dan Philippatos dalam Atmini, 2012:61). Diperlukan keseimbangan antara laba, aset, dan pertumbuhan. Ketidakseimbangan antara faktor-faktor tersebut akan berdampak besar pada arus kas. Perusahaan yang sangat membutuhkan aset dan sedang berkembang dengan pesat akan membutuhakan dana yang subtansial guna menjaga neracanya dalam kondisi baik. Dana tersebut dapat diperoleh dari internal atau eksternal perusahaan (Walsh, 2010:37). Perusahaan mempunyai kewajiban membayar sejumlah pajak yang besarnya ditentukan dengan menggunakan laba sebagai dasar perhitungannya. Semakin besar laba perusahaan maka pajak yang harus dibayar juga semakin besar. Peningkatan pertumbuhan perusahaan akan diikuti dengan peningkatan laba yang dilaporkan. Namun, di sisi lain manajer selalu berupaya untuk meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayarkan. Oleh karena itu manajer melakukan pengelolaan laba agar labanya nampak lebih rendah dari laba sesungguhnya (Sulistyanto, 2011:98). Penelitian Gu dkk (2010) menggunakan asset growth sebagai proksi dari pertumbuhan perusahaan, dimana asset growth diperoleh dengan perbandingan antara total assets periode sekarang minus total assets pada periode sebelumnya terhadap total assets periode sebelumnya.
perusahaan, seperti manajer maupun dewan direksi. Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen perusahaan sebagai agen. Jensen dan Meckling (2010:30) mengemukakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer dalam menjalankan operasi perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja perusahan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang terima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya jika kepemilkan manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan cenderung untuk memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk kepentingannya sendiri. Hal ini sependapat dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2010:20), semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar (aligned) dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tetapi tingkat kepemilikan manajerial
5. Struktur Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak-pihak manajemen [6]
yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial (Siswantaya dalam Praditia, 2010:67). Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Dengan kata lain, persentase tertentu terhadap kepemilikan saham oleh pihak manajemen, cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. (Pujiningsih, 2011:12).
menyimpulkan bahwa dividend payout ratio sangat mempengaruhi perilaku perataan laba. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen akan mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian saham perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ekplanasi, yaitu suatu objeknya atau tujuannya adalah untuk menguji hubungan antara variabel-variabel yang dihipotesiskan, dimana penelitiannya dilakukan pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor perbankan yang go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 40 Bank. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka jumlah perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 perusahaan perbankan. Teknik Analisis Data Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linear berganda. Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun persamaan regresi linier berganda, yaitu :
6. Dividen Payout Ratio Dividend payout ratio merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba. Jika terjadi fluktuasi di dalam laba, perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen dengan tingkat dividend payout ratio yang tinggi memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang rendah. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tindakan manajemen laba. Dalam penelitiannya, Purwanto (2011)
Y= a+ bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5 + bX6 + e Pengujian Hipotesis Untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji F, uji t dan uji R2 yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji F (F-Test) Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel [7]
independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau hipotesis alternatifnya (Hi) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. 2. Uji t (t-Test) Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol atau hipotesis arternatif (Hi) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif untuk masing – masing variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan masing-masing berikut ini: Tabel 1 Descriptive Statistics Variabel Profitabilitas Resiko kredit Ukuran perusahaan Growth SKM DPR Manajemen_Laba
N 45 45 45 45 45 45 45
Min Max .26 3.41 .7849 .9305 15.06 20.57 -.11 .50 .00 5.14 .00 81.80 -2.10 12.06
Mean 1.6662 .883565 18.2944 .1482 .4555 30.4087 .3515
Sumber: www.idx.co.id 2015 (data di olah)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk variabel profitabilitas (ROA) nilai minimumnya adalah 0,26 kemudian nilai Maksimumnya adalah 3,41 dengan nilai rata-ratanya sebesar 1,6662 yang berarti bahwa secara umum tingkat laba [8]
yang diperoleh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI relatife kecil. Pada variabel Resiko Kridet nilai minimum yang diperoleh sebesar 0,78 kemudian nilai maksimum yang diperoleh sebesar 0,93 dengan nilai rata yang diperoleh sebesar 0,8836 hal ini berarti secara umum resiko kredit yang ditanggung oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI relatif kecil. Selanjutnya nilai minimum untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 15,06 kemudian nilai maksimumnya sebesar 20,57 dengan nilai rata – rata sebesar 18.29 yang berarti bahwa secara umum perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI termasuk dalam kategori perusahaan besar. Pada variabel pertumbuhan perusahaan (Growth) diperoleh nilai minimum sebesar -0,11 dengan nilai maksimum sebesar 0,50 dan nilai rata-rata sebesar 0.1482 hal berarti bahwa secara umum tingkat pertumbuhan aktiva perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI relative kecil. Pada variabel struktur kepemilikan manajerial diperoleh nilai minimum sebesar 0,00%, dengan nilai maksimum sebesar 5,14% dan nilai rata-rata sebesar 0.4555%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kepemilikan saham oleh pihak manajerial (Dewan Komisaris dan Direksi) sangatlah kecil. Pada variabel dividend payout ratio diperoleh nilai minimum sebesar 0% dengan nilai maksimum 81,80% dan nilai rata-rata sebesar 30,41%. Hal ini berarti jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) relative kecil. Nilai minimum untuk variabel manajemen laba sebesar -2,10 kemudian nilai maksimum yang diperoleh sebesar 12,06 dengan nilai rata-rata sebesar 0,3515 yang berarti secara umum perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI tidak melakukan manajemen laba.
sebesar 1%, maka manajemen laba akan meningkat sebesar 2,004 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0). 6. Nilai koefisien regresi Struktur Kepemilikan Manajerial sebesar 0,073 menunjukkan bahwa bila Struktur Kepemilikan Perusahaan meningkat sebesar 1%, maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0,073 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0). 7. Nilai koefisien regresi Dividend Payout Ratio sebesar -0,001 menunjukkan bahwa bila Dividend Payout Ratio meningkat sebesar 1%, maka manajemen laba akan turun sebesar 0,001 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0).
Analisis Regresi Berganda Berdasarkan pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: diperoleh persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 3,573 - 0,254 X1- 5,088 X2 + 0,074 X3 + 2,004 X4 + 0,073 X5 – 0,001 X6 Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta (a) sebesar 3,573 menunjukkan bahwa tanpa adanya Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) maka perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tidak akan melakukan manajemen laba. 2. Nilai koefisien regresi Profitabilitas sebesar -0,254 menunjukkan bahwa bila Profitabilitas meningkat sebesar 1%, maka nilai manajemen laba akan menurun sebesar 0,254 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0). 3. Nilai koefisien regresi Resiko Kredit sebesar -5,088 menunjukkan bahwa bila Resiko Kredit meningkat sebesar 1%, maka manajemen laba akan turun sebesar 5,088 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0). 4. Nilai koefisien regresi Ukuran Perusahaan sebesar 0,074 menunjukkan bahwa bila ukuran perusahaan meningkat sebesar Rp 1 maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0,074 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0). 5. Nilai koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan (Growth) sebesar 2,004 menunjukkan bahwa bila Pertumbuhan Perusahaan (Growth) meningkat
Pembahasan 1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen laba, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Profitabilitas diproksi dengan ROA, tidak berpengaruhnya ROA diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada secara maksimal sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan manajemen laba melalui variabel profitabilitas. Hal ini didukung oleh statistik deskriptif hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata manajemen laba yang diperoleh sebesar 0,3515 yang berarti secara umum perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tidak melakukan manajemen laba. Untuk variabel profitabilitas (ROA) nilai minimumnya adalah 0,26 kemudian nilai Maksimumnya adalah 3,41 dengan nilai rata-ratanya sebesar 1,6662 yang berarti bahwa secara umum tingkat laba yang diperoleh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI relatife kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno (2011), dimana hasil penelitiannya [9]
menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.
ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi t yang lebih besar dari level signifikansi 0,05. Tidak berpengaruhnya variabel ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia ini disebabkan oleh perbedaan peraturan pemerintah negara maju dengan peraturan negara berkembang yang berkaitan dengan biaya politik (polical cost) dan pembebanan pajak (Moses, 1987). Di negara maju, pemerintah membebankan biaya politik terhadap perusahaan, sehingga semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula biaya politis yang harus ditanggungnya. Sedangkan di Negara berkembang seperti Indonesia, pemerintah sedang giat memacu pertumbuhan ekonomi negara, sehingga pemerintah akan mendorong perkembangan perusahaan dan cenderung tidak membebankan biaya politis. Selanjutnya nilai minimum untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 15,06 kemudian nilai maksimumnya sebesar 20,57 dengan nilai rata – rata sebesar 18.29 yang berarti bahwa secara umum perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI termasuk dalam kategori perusahaan besar. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2007) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
2. Pengaruh Resiko Kredit Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel resiko kredit dengan manajemen laba, hal ini ditunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan hutang yang ketat sehingga perusahaan sulit untuk memperoleh kredit dan manager cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba. Pada Resiko Kridet nilai minimum yang diperoleh sebesar 0,78 kemudian nilai maksimum yang diperoleh sebesar 0,93 dengan nilai rata yang diperoleh sebesar 0,8836 hal ini berarti secara umum resiko kredit yang ditanggung oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI relatif kecil. Risiko keuangan adalah perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Ukuran ini berkaitan dengan ketat atau tidaknya suatu persetujuan utang. Leverage keuangan menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2010) yang menyimpulkan bahwa Risiko Keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Terhadap Manajemen Laba Tingkat signifikansi untuk variabel Pertumbuhan Perusahaan (growth) lebih kecil dari α = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pertumbuhan Perusahaan (growth) dengan manajemen laba. Pada variabel pertumbuhan perusahaan (Growth) diperoleh nilai minimum sebesar -0,11 dengan nilai
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, hal [10]
maksimum sebesar 0,50 dan nilai rata-rata sebesar 0.1273 hal berarti bahwa secara umum tingkat pertumbuhan aktiva perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI relative kecil. Pada tahap pertumbuhan, perusahaan telah memperoleh pangsa pasar dan mengalami peningkatan penjualan. Laba perusahaan pada tahap ini lebih besar dibandingkan tahap sebelumnya. Perusahaan berkewajiban membayar pajak yang jumlahnya ditentukan oleh laba yang dilaporkan. Semakin besar laba yang dilaporkan, maka semakin besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Manajer cenderung selalu berusaha untuk memilimalisasi kewajibankewajibannya termasuk kewajiban untuk membayar pajak. Manajer akan melakukan manajemen laba agar laba perusahaan namapak lebih rendah dari pada laba yang sesungguhnya diperoleh. Dengan demikian perusahaan yang tingkat pertumbuhannya meningkat akan cenderung melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayar kepada pemerintah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nariyoh (2012), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan (growth) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah kepemilikan manajerial yang sangat rendah. Dengan demikian hasilnya kurang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi aktivitas manajemen laba oleh pihak manajerial. Pada struktur kepemilikan manajerial diperoleh nilai minimum sebesar 0,00%, dengan nilai maksimum sebesar 5,14% dan nilai rata-rata sebesar 0.4555%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kepemilikan saham oleh pihak manajerial (Dewan Komisaris dan Direksi) sangatlah kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno (2011), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Struktur Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. 6. Pengaruh Dividen Payout Ratio Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Dividend Payout Ratio dengan manajemen laba, hal ini ditunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen bagi perusahaan perbankan dalam penelitian ini relative rendah sehingga dengan tingkat tingkat DPR yang rendah memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan DPR yang tinggi. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang rendah lebih cenderung untuk tidak melakukan tindakan manajemen laba. Pada variabel dividend payout ratio diperoleh nilai minimum sebesar 0% dengan nilai maksimum 81,80% dan nilai rata-rata sebesar 30,41%. Hal ini berarti jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham di perusahaan
5. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Tingkat signifikansi untuk variabel Struktur Kepemilikan Manajerial lebih besar dari α = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Struktur Kepemilikan Manajerial dengan manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan tidak serta merta menunjukkan insentif manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba. Alasan ditolaknya hipotesis ini adalah karena rata – rata perusahaan [11]
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) relative kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno (2011), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.
pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan, dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.
7. Pengaruh Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) Terhadap Manajemen Laba (Y) Secara bersama – sama variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen Laba (Y). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi F yang lebih besar dari standar signifikansi sebesar 5%. Diketahui nilai R sebesar 0,608 hal ini berarti bahwa variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) secara bersama-sama mempunyai hubungan yang cukup erat dengan variabel Manajemen Laba (Y). Kemudian diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,146 yang berarti bahwa variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) mempengaruhi variabel Manajemen Laba sebesar 14,6% sedangkan sisanya sebesar 85,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini seperti leverage dan good corporate governance. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgement dalam
SIMPULAN Simpulan 1. Variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. 2. Variabel resiko kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. 3. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. 4. Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel manajemen [12]
laba, dimana jika variabel pertumbuhan perusahaan (growth) meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan terhadap variabel manajemen laba. 5. Variabel struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel manajemen laba, ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. 6. Variabel dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel manajemen laba, ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. 7. Variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) 77 tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (Y). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi F yang lebih besar dari standar signifikansi sebesar 5%.
Astuti.
2010. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba, Oktober, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya. Atik. 2008. Detecting income-smoothing behaviors of Turkish listed companies through empirical test using discretionary accounting changes. Critical Perspectives on Accounting, Vol.20, p. 591–613. Atmini. 2012. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis. UGM. Bitner dan Dolan. 2010. Earnings Management and the Underperformance of Seasoned Equity Offering. Journal of Financial Economics. Vol. 50. pp. 63-99. Brochet dan Gildao. 2010. Do Firm Mislead Investor by Overstating Earnings Before Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting and Economics. October, pp. 339371. Cahyonowati. 2009. Studi Manajemen Laba (Earnings Management) Evaluasi Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan dan Motivasinya, KOMPAK. No.5 Mei. Hal 158-179 Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan and Amy P. Sweeny. 2010. “Detecting Earnings Management”. Accounting Review. Vol. 70 No. 2, April. Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Dewi Saptantinah. 2014. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right issue. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Abiprayu. 2011. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, TEMA, Vol.11, No.1, Maret, hal 27-40. Aji dan Mita. 2010. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. SNA XIII Purwokerto. Andreani. 2012. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. STIE Mikroskil. medan Ashari, dan Darsono. 2010. Analisis Earnings Management terhadap Kinerja pada Perusahaan Seasoned Equity Offering,Tesis, Universitas Gajah Mada. [13]
dipublikasikan. Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Ghozali. 2006. Analisis Multivariate SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gideon. 2010. “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”. Business & Accounting Research, Vol 24, No. 96 Autumn, pp. 291 – 304. Gu & Lee. 2010. Clinical significance of matrix metalloproteinase 9 expression in esophageal squamous cell carcinoma. World J Gastroenterol: 871 - 874 Gumanti. 2011. “Analisis Perataan Laba dan Fktor – Faktor yang mempengaruhi : Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No. 1, Februari, hal : 53 – 56. Healy dan Wahlen. 2010. A Review Of The Earnings Management Literature And Its ImplicationsFor Standart Setting. Herni dan Susanto. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktek Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 23, No 3, 302 - 314. Imas Danar Wibisana. 2014. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Arah Manajemen Laba (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009 – 2013). Jurnal program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jensen dan Meckling. 2010. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic.
Vol. V 3, No.4, October, pp. 305— 360. Kim and Lennon. 2010. The role of financial variables in the pricing of korean initial public offerings” Pasific-Basin Finance Journal, 3, 449-464. Kustini dan Ekawati. 2009. “Analisis Perataan Laba dan Faktor – Faktor yang mempengaruhi : Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No. 1, Februari, hal : 53 – 56. Michelson and Platelets. 2010. The Effect of Antitrust Investigations on Discretionary Accruals: A Refined Test of the Political-Cost Hypothesis. The Accounting review, Vol.67. No.1 January, pp 77-95. Midiastuty dan Machfoedz. 2011. Indikasi Keberadaan Unsur Manajemen Laba (Earnings Management) dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik. Thesis S2 Akuntansi UGM, Yogyakarta. Munawir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta Nasution dan Setiawan. 2011. “Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy”, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Februari 2006, Hal 12-26. Nasser dan Herlina. 2003. Investigasi Motivasi dan strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. TEMA. Volume 8. Nomor 1. Novita. 2009. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Nur Azlina. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. [14]
Jurnal Pekbis, Vol.2 No. 3 November 2010. Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Praditia. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2008, Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Universitas Diponegoro, Semarang, 2011, p. 35 Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance, Keputusan Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175 – 189. Restuti. 2009. “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Rice. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Manajemen Laba pada Perusahaan Indeks Kompas 100 yang Terdaftar di BEI. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 2 Nomor 02, Oktober 2012. Program Studi Akuntansi STIE Mikroskil Medan. Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Roshan. 2011. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45,
Simposium Nasional Akuntansi 5, Solo, 15-16 September Santoso dan Tjiptono. 2010. Kesempatan Bertumbuh dan Manajemen Laba: Uji Hipotesis Political Cost. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 7 No. 2. Edisi Mei 2004. 251-263. Saiful. 2012. Hubungan Manajemen Laba (Earning Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham disekitar IPO, Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2012. Sartono. 2011. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2011 Scott. 2010. Financial Accounting Theory. Second Edition. Prentice Hall International, Inc. Siallagan dan Machfoedz. 2010. Management Control System, Irwin: Homewood, Illnois, Sindi Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010. Jurnal Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1 November 2011: 1-94. Siti Nariyoh. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Manajemen Laba. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Smith. 2010. Detecting GAAP Violation: Implications for Assesing Earnings Management among Firms with Extreme Financial Performance”, Journal of Accounting and Public Policy 16, Vol 3: 271-309. Wolk and Michael. 2010. Accounting Theory. South Western College, Publishing: Thomson Learning.
[15]