Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INITIAL RETURN DAN RETURN 7 HARI SETELAH IPO Siti Anny Nuroh
[email protected]
Suhermin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Various studies about the stock return stated that stock return can be predicted based on the prospectus information are not always consistent. This inconsistency is a reference of this research. In this research, prospectus information such as stock offer percentage, the age and the size of the company which its effects will be examined to the Initial Return (Return Home) and 7 days Return After IPO. The multiple linear regressions analysis is applied in this research as the data analysis technique in which the classic assumption test has been done before in order to generate the definite value of prediction model parameter.The result of the research indicates that partially alpha 0.05 is only the company age variable which has a significant and positive influence to the initial return. Meanwhile, the 7 days return after IPO is influenced by the company age variable in a significant and positive way. Simultaneously, the whole independent variables have significant influence to the initial return and 7 days return after IPO. Keywords: share offer percentage, company age, company size, initial return, 7 days return. ABSTRAK
Berbagai penelitian tentang return saham, bahwa return saham dapat diprediksi berdasarkan informasi prospektus tidak selalu konsisten. Ketidakkonsistenan itu menjadi acuan munculnya penelitian ini. Pada penelitian ini, informasi prospektus seperti, Prosentase Penawaran Saham, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan akan diteliti pengaruhnya terhadap Initial Return (Return Awal) dan Return 7 Hari Setelah IPO. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang lebih sahih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dengan alpha 0,05 hanya variabel umur perusahaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap initial return. Sedangkan pada return 7 hari setelah IPO dipengaruhi oleh variabel umur perusahaan secara positif dan signifikan. Secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Kata kunci: prosentase penawaran saham, umur perusahaan,ukuran perusahaan, return, return 7 hari
initial
PENDAHULUAN Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Penambahan dana, misalnya dengan masuknya investor baru, tentu tidak secara langsung berarti peningkatan likuiditas kepemilikan. Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan kebutuhan dana dengan menempuh beberapa alternatif, Jogiyanto
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
2
(2010). Pertama, menjual saham langsung kepada pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual saham kepada karyawan melalui Employee Stock Ownership Plan (ESOP). Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual langsung saham kepada pembeli tunggal (misalnya, investor institusional). Kelima, menjual saham kepada publik lewat pasar saham. Menjual saham kepada publik melalui pasar modal disebut juga dengan go public (Fitriani, 2012). Initial Public Offerings (IPO) atau disebut juga unseasoned equity offerings adalah suatu peristiwa ketika untuk pertama kalinya suatu perusahaan menjual atau menawarkan sahamnya kepada khalayak ramai (publik) di pasar modal. Sebagian orang masih menganggap bahwa IPO merupakan salah satu cara termudah dan termurah bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana sebagai konsekuensi dari semakin besarnya atau berkembangnya perusahaan serta meningkatnya kebutuhan dana untuk investasi. Untuk itu banyak perusahaan menempuh langkah IPO sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan kebutuhan dana (Fitriani, 2012). Ketika perusahaan akan melakukan IPO, perusahaan harus membuat prospektus yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM, Husnan (2005). Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua, yaitu informasi akuntansi dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi/laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lainnya. Investor menggunakan informasi keuangan dan non- keuangan yang ada dalam prospektus ketika mereka membuat investasi di pasar modal. Oleh karena itu prospektus merupakan salah satu kunci dari berhasil tidaknya suatu IPO (Fitriani, 2012). Pada saat perusahaan melakukan IPO, investor belum dapat mengetahui banyak informasi mengenai perusahaan tersebut. Investor hanya memperoleh informasi dari prospektus yang diterbitkan perusahaan sebelum melakukan penawaran perdana. Dari informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus itulah investor dapat menganalisis atau melakukan penilaian terhadap perusahaan tersebut. Hasil analisis atau penilaian prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat berbagai keputusan atau kesimpulan. Misalnya, apakah investor akan membeli saham perusahaan tersebut, apakah prospek perusahaan tersebut bagus, dan apakah harga saham perdana yang ditawarkan relatif sesuai atau wajar dengan kondisi perusahaan, Kim et al.(1995) dalam Ardiansyah (2004). Harga saham perusahaan yang melakukan IPO, dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter). Sedangkan harga saham di pasar sekunder (setelah IPO) ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran, Ardiansyah (2004). Harga saham perdana biasanya dipengaruhi oleh biaya emisi di pasar modal. Biaya tersebut meliputi: biaya administrasi, biaya pencatatan awal, biaya untuk mengikuti peraturan pasar yang ditentukan, biaya penerbitan prospektus untuk publikasi, public expose, dan fee akuntan (Fitriani, 2012). Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi dalam menentukan harga saham. Pertama, harga di pasar sekunder lebih rendah dari harga di pasar perdana (overpricing). Kedua, harga di pasar sekunder sama besar dengan harga di pasar perdana (truepricing). Kemungkinan terakhir, harga di pasar sekunder lebih besar dibanding harga di pasar perdana (underpricing), Nilmawati (2007). Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
3
tidak menerima Initial Return (return awal). Initial Return (IR) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan harga jual saham yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor, Beatty(1989) dalam Arman (2012). Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka tidak menerima Initial Return (return awal). Initial Return (IR) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan harga jual saham yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor, Beatty(1989) dalam Arman (2012) . Fenomena underpricing yang terjadi di berbagai pasar modal disebabkan oleh adanya informasi asimetri. Informasi asimetri ini dapat terjadi antara emiten dan penjamin emisi, maupun antar investor. Untuk mengurangi adanya informasi asimetri maka perusahaan yang akan go public menerbitkan prospektus yang berisi berbagai informasi perusahaan yang bersangkutan. Prospektus memuat rincian informasi serta fakta material mengenai penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan maupun non keuangan. Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membuat keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten, Kim et al.(1995) dalam Ardiansyah (2004). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta menduga bahwa terdapat faktorfaktor seperti prosentase penawaran saham, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan yang mempengaruhi return saham baik pada saat IPO (initial return) maupun return di pasar sekunder (return 7 hari setelah IPO). Penelitian ini menggunakan periode pengamatan 7 hari setelah IPO untuk mengetahui apakah informasi dalam prospektus juga berpengaruh pada return saham di pasar sekunder.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Initial Public offering (IPO) IPO merupakan penawaran saham perdana yang dilakukan oleh suatu organisasi perusahaan kepada investor umum (publik) melalui Pasar Modal. Penawaran saham perdana merupakan kebijakan organisasi perusahaan didalam mencari dana tambahan untuk pengembangan ataupun untuk perluasan bisnis perusahaan, yang mungkin tidak mencukupi modalnya, pada saat ini. Sehingga diperlukan modal tambahan, dengan mengeluarkan saham-saham kepada masyarakat atau publik, sehingga dana dari penjualan saham tersebut dapat dipergunakan oleh organisasi perusahaan untuk tujuan pengembangan dan perluasan bisnis tersebut (Fajri, 2012). Perusahaan yang menerbitkan saham ke publik untuk pertama kalinya disebut emiten. Saham yang diterbitkan ke publik biasanya merupakan common stocks bukan preferred stocks. Common stocks merupakan jenis saham biasa yang digunakan untuk memiliki hak kepemilikkan atas perusahaan emiten tersebut dan dapat menerima deviden dari emiten pada akhir tahun jika emiten tersebut membagikan dividen ke para pemegang saham. Sedangkan preferred stocks merupakan saham utama yang digunakan sebagai tanda
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
4
kepemilikan perusahaan emiten dan investor pasti akan mendapatkan sejumlah deviden yang nilainya sudah ditentukan sebelumnya. Serta preferred stocks akan mendapatkan hak modalnya terlebih dahulu setelah pemberi hutang dan sebelum pemegang common shares jika sewaktu-waktu perusahaan tersebut bangkrut atau di likuidasi (Fajri, 2012). Emiten dalam menerbitkan sahamnya biasanya dibantu oleh underwriter yang merupakan investment bankers. Emiten biasanya menggunakan jasa underwriter untuk menerbitkan saham untuk menetapkan harga yang cocok untuk dapat ditawarkan dan timing saham tersebut diterbitkan. IPO dikatakan sukses, jika sahamnya banyak diminati oleh investor (oversubscribe). Penetapan harga jual saham dilakukan, setelah melakukan dan tercapainya kesepakatan antara emiten, underwriter dan investor (Fajri, 2012). Tujuan penawaran umum perdana (Initial Public Offering) adalah bagian dari prospektus emiten yang berisi pernyataan tentang alasan-alasan atau tujuan go public suatu perusahaan. Ada empat alasan atau tujuan suatu perusahaan yang go publik menurut Sunariyah (2003:22) yaitu : 1. Meningkatkan modal Perusahaan. Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan memperkuat kondisi permodalan yang akan meningkatkan kemampuan perusahaan. 2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha Dengan menjual saham pada masyarakat akan memberi indikasi mengenai beberapa harga saham menurut penilaian masyarakat yang dapat memberi kesempatan bagi perusahaan untuk menunaikan seluruh atau sebagian sahamnya dengan laba kenaikan harga saham. Dengan demikian perusahaan akan memperoleh keuntungan kenaikan harga yang dapat digunakan untuk mengadakan diversifikasi penanaman dananya. 3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain. Para pemegang saham perusahaan sebelum go public mempunyai kesempatan untuk mencari dana dari lembaga-lembaga keuangan tanpa melepaskan sahamnya. Dengan pinjaman tersebut, dapat dijadikan pembayaran untuk mengambilil alih perusahaan lain. (share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan uang tunai, tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa). 4. Nilai perusahaan. Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui nilai perusahaan yang tercermin pada kekuatan tawar-menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka nilai saham menjadi lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya. Investasi Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi secara lebih luas tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor, Jogiyanto (2010:4) mengemukakan bahwa: Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain: Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. Dasar keputusan investasi terdiri dari Return dan Resiko. Return merupakan alasan utama orang berinvestasi yaitu untuk memperoleh keuntungan. Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada hal penting yang harus selalu dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return, Jogiyanto (2010:6). Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dasar keputusan seseorang berinvestasi yaitu mencari keuntungan atau
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
5
mengharapkan tingkat pengembalian yang setinggi-tingginya dan tingkat resiko yang rendah. Menurut Sharpe et al. (2005:10-13) mengemukakan bahwa proses investasi menggambarkan bagaimana investor mengambil keputusan atas sekuritas mana yang dipilih, seberapa luasnya dan kapan investasi dilakukan. Proses investasi meliputi lima langkah: 1. Penentuan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. 2. Melakukan analisis sekuritas, yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (beberapa sekuritas) yang masuk kedalam katagori luas aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. 3. Membentuk portofolio, melibatkan identifikasi aset-aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke setiap aset tersebut. 4. Merevisi portofolio, merupakan pengulangan periodik dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu dari waktu kewaktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk portofolio baru dengan menjual portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimiliki. 5. Mengevaluasi kinerja portofolio, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodik, tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi investor. Return Saham Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya, Ang (1997). Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan 2 hal, yaitu expected return (tingkat kembalian yang diharapkan) dan risk (resiko) yang terkandung dari alternatif investasi yang dilakukan. Menurut Ang (1997), komponen return saham terdiri dari 2 jenis, yaitu capital gain (keuntungan selisih harga saham) dan current income (pendapatan lancar). Capital gain merupakan keuntungan yang diterima karena adanya selisih nilai antara harga jual dan harga beli saham dari suatu instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument investasi yang menghasilkan capital gain. Komponen kedua dari return saham adalah current income, yaitu keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya pembayaran bunga deposito, deviden, bunga obligasi, dan sebagainya. Current income disebut pendapatan lancar karena keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat. Keuntungan dalam bentuk kas seperti bunga, jasa giro, dan deviden tunai. Sedangkan keuntungan dalam bentuk setara kas seperti saham bonus dan deviden saham. Expected return merupakan return yang diharapkan oleh investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan yaitu kualitas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal perusahaan yaitu perkembangan sektor industri, pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, faktor ekonomi, dan sebagainya (Ang, 1997).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
6
Prosentase Penawaran Saham Prosentase penawaran saham dapat digunakan sebagai proxy terhadap faktor ketidakpastian return saham yang akan diterima oleh investor dan calon investor, Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam Dita (2013). Semakin besar prosentase saham yang ditahan perusahaan maka semakin besar pula tingkat underpriced yang mengakibatkan semakin besarnya tingkat ketidakpastian harga saham di masa yang akan datang. Dalam rangka pengambilan keputusan investasi, calon investor memerlukan banyak informasi guna mempertimbangkan membeli atau tidak saham yang ditawarkan perusahaan emiten. Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi, maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Demikian pula sebaliknya, perusahaan kecil yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relatif lebih kecil, maka akan menawarkan saham dengan nilai kecil. Dengan demikian semakin besar prosentase penawaran saham maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham. Hal ini berarti kemungkinan return yang akan diterima investor juga semakin rendah. Oleh karena itu diduga semakin besar prosentase penawaran saham maka semakin kecil initial return dan return 7 hari setelah IPO. Pada variabel prosentase penawaran saham , hasil penelitian Emilia et al. (2008) menyatakan bahwa prosentase penawaran saham secara negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 1 bulan setelah IPO. Penelitian Apriliani dan Nikmah (2006) menyatakan bahwa prosentase penawaran saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return awal dan return 15 hari setelah IPO. Sedangkan penelitian Nasirwan (2000) menemukan bahwa secara statistis signifikan variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap return 15 hari setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1 : Prosentase penawaran saham berpengaruh terhadap Initial Return H2 : Prosentase penawaran saham berpengaruh terhadap return 7 hari setelah IPO Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya. Umur perusahaan emiten menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan (survive) dan menjadi bukti perusahaan mempu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian (Arman, 2012). Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaaan yang lebih banyak dan luas daripada perusahaan yang baru saja berdiri, Arman (2012). Dengan demikian akan mengurangi adanya informasi asimetri dan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham. Menurut Arman (2012) menyatakan bahwa umur perusahaan dihitung dengan mengurangi tahun penawaran saat IPO dengan tahun pada saat perusahaan berdiri. Perusahaan yang lebih tua dan matang bisa dipersepsikan sebagai sudah tahan uji sehingga kadar resikonya rendah. Dengan demikian, pada umumnya semakin banyak umur perusahaan maka peluang terciptanya initial return kian rendah. Initial return yang rendah dapat terjadi pada underpricing yang rendah pula. Pada variabel umur perusahaan, hasil penelitian Arman (2012) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing saham, penelitian Apriliani dan Nikmah (2006) menyatakan bahwa variabel kontrol umur perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap return awal dan return 15 hari sesudah IPO. Sedangkan hasil penelitian Nasirwan (2000) membuktikan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return awal dan retur 15 hari setelah IPO.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
7
Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H3 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap initial return H4 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap return 7 hari setelah IPO Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham karena perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak(Ardiansyah, 2004) . Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat resiko investasi perusahaan berskala besar dalam jangka panjang, Arman (2012). Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang besar, sehingga tingkat resiko investasinya lebih besar dalam jangka panjang. Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar, maka akan menurunkan tingkat underpricing dan kemungkinan return yang akan diterima investor semakin rendah, Arman (2012). Pada variabel ukuran perusahaan, hasil penelitian Arman (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing saham. Penelitian Apriliani dan Nikmah (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap return awal. Sedangkan penelitian Ardiansyah (2004) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Initial Return. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Initial Return H6 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return 7 hari setelah IPO Hipotesis H1-H6 dapat digambarkan dalam model penelitian sebagai berikut: PPS
PPS
SIZE AGE
Initial Return
SIZE
AGE
Return 7 Hari Setelah IPO
SIZE
Gambar 1 Pengaruh Prosentase Penawaran Saham, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah IPO
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sampai akhir tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
8
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan perbankan terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada kurun waktu penelitian secara kontinu (tidak terkena de-listing) dan masih beroperasi hingga akhir tahun 2012, (2) Perusahaan yang dimaksud dalam poin 1, memiiki ketersediaan data laporan keuangan beserta prospektus perusahaan secara jelas, (3) Perusahaan yang dimaksud dalam poin 1, mengalami underpriced pada saat hari pertama di pasar sekunder. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Proses Penentuan Sampel No Keterangan Jumlah 1 Perusahaan sektor perbankan yang melakukan IPO 30 perusahaan hingga akhir tahun 2012 2 Perusahaan tidak memiiki ketersediaan data laporan 10 perusahaan keuangan beserta prospektus perusahaan secara jelas 3 perusahaan yang initial returnnya nol dan negatif 3 perusahaan (overpriced) Jumlah sampel yang diambil 17 perusahaan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Prosentase Penawaran Saham Variabel ini diukur berdasarkan prosentase saham yang ditawarkan kepada publik ketika perusahaan melakukan IPO. b. Umur Perusahaan Variabel ini diukur berdasarkan waktu perusahaan mulai didirikan sesuai akte sampai perusahaan melakukan IPO. Umur perusahaan dihitung dengan skala tahunan. c. Ukuran Perusahaan Variabel ini diukur berdasarkan total aktiva perusahaan saat IPO. Variabel Dependen a. Initial Return Variabel ini diukur berdasarkan return harian dengan menggunakan metode sederhana (mean adjusted model), yang merupakan selisih antara harga saham pada hari pertama penutupan di pasar sekunder dengan harga saham pada penawaran perdana dibagi dengan harga saham penawaran perdana (Jogiyanto, 2010). IR = Pt1 – Pt0 x 100% Pt0 ………………………………….………….. (1) Dimana : IR Pt0 Pt1
= Initial Return = Harga saham penawaran perdana = Harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder
b. Return 7 Hari Setelah IPO Variabel ini diukur dengan menggunakan mean adjusted model nilai return selama 7 hari setelah IPO. Untuk menghitung return mulai hari pertama sampai hari ketujuh dapat digunakan persamaan (1) di atas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
9
Tabel 2 Ringkasan Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi dan Rumus
1
Prosentase Penawaran Saham
2
Umur Perusahaan
3
Ukuran Perusahaan
4
Initial Return
5
Return 7 Hari Setelah IPO
PPS = Prosentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO AGE = Waktu perusahaan mulai didirikan sesuai akte sampai perusahaan melakukan IPO SIZE = Total aktiva perusahaan saat IPO IR = Pt1 – Pt0 x 100% Pt0 R7hr = Rata-rata nilai return selama 7 hari setelah IPO
Skala Pengukuran Prosentase Tahunan Rupiah Prosentase Prosentase
Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis diatas, digunakan analisis regresi berganda yang sebelumya dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang lebih sahih, adapun model regresi sebagai berikut: IR
= a + b1PPS + b2AGE + b3SIZE + e……………………………..…(1)
R7hr
= a + b1PPS + b2AGE + b3SIZE + e…..………………….…..…….(2)
Keterangan : IR R7hr a b1-b3 PPS AGE SIZE e
= Initial Return = Return 7 hari setelah IPO = Konstanta = Koefisien Regresi dari setiap variabel independen = Prosentase Penawaran Saham = Umur Perusahaan = Ukuran Perusahaan = Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan gambaran variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian yaitu initial return, return 7 hari setelah IPO, prosentase penawaran saham, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan. Analisis deskriptif data yang akan dianalisis dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
10
Tabel 3 Deskriptif Data Penelitian NO
Rata-Rata
KODE
PPS
AGE
SIZE
IR
R7hr
1
BABP
0,092
13
14,661
0,080
0,006
2
BACA
0,111
0,5
14,001
0,139
-0,073
3
BAEK
0,102
19
16,718
0,015
-0,017
4
BBCA
0,027
45
18,382
0,014
0,000
5
BBKP
0,107
36
17,267
0,027
-0,008
6
BBNP
0,121
29
14,309
0,048
-0,006
7
BBTN
0,226
75
17,885
0,024
0,000
8
BJBR
0,253
11
17,587
0,084
0,018
9
BKSW
0,022
89
13,847
0,214
0,108
10
BMRI
0,126
5
19,335
0,000
0,000
11
BNBA
0,092
39
14,370
0,044
0,003
12
BSIM
0,130
21
16,234
0,417
0,080
13
BSWD
0,070
34
13,205
0,015
-0,006
14
BVIC
0,038
7
12,999
0,125
0,009
15
MAYA
0,021
8
15,314
0,280
0,050
16
MEGA
0,031
31
15,908
0,000
-0,148
17
SDRA
0,218
32
13,856
0,160
0,047
Tertinggi
0,253
89
19,335
0,417
0,108
Terendah
0,021
0,5
12,999
0,000
-0,148
0,105
34,2
15,759
0,077
0,001
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa: Nilai prosentase penawaran saham (PPS) tertinggi dicapai oleh Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) yaitu sebesar 0,253, nilai prosentase penawaran saham (PPS) terendah adalah Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) sebesar 0,021, dan rata-rata nilai prosentase penawaran saham (PPS) adalah sebesar 0,105. Umur perusahaan (AGE) tertinggi dicapai oleh Bank QNB Kesawan Tbk (BKSW) yaitu sebesar 89, umur perusahaan (AGE) terendah adalah Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) sebesar 0,5, dan rata-rata umur perusahaan (AGE) adalah sebesar 34,225. Ukuran perusahaan (SIZE) tertinggi dicapai oleh Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yaitu sebesar 19,335, ukuran perusahaan (SIZE) terendah adalah Bank Victoria International Tbk (BVIC) sebesar 12,999, dan rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) adalah sebesar 15,759. Initial return (IR) tertinggi dicapai oleh Bank Sinarmas Tbk (BSIMI) yaitu sebesar 0,417, initial return (IR) terendah adalah Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 0,000, dan rata-rata initial return (IR) adalah sebesar 0,077. Return 7 hari setelah IPO (R7hr) tertinggi dicapai oleh Bank QNB Kesawan Tbk (BKSW) yaitu sebesar 0,108, return 7 hari setelah IPO (R7hr) terendah adalah Bank Mega Tbk (MEGA) sebesar -0,148, dan rata-rata return 7 hari setelah IPO (R7hr) adalah sebesar 0,001.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
11
Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi pertama adalah 2,311, karena nilai DW di antara 1,65 dan 2,35 maka regresi pertama bebas dari autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi kedua adalah 2,224, karena nilai DW antara 1,65 dan 2,35 maka regresi kedua bebas dari autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan tidak terbentuknya pola-pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas. d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari semua persamaan regresi bentuk ploting menyebar di sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1, 3 dan 5 Persamaan regresi 1 digunakan untuk menjawab hipotesis 1,3 dan 5. Tabel 4 Uji Parsial PPS, AGE, dan SIZE Terhadap IR Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 0,038 0,251 PPS 0,036 0,445 AGE 0,322 0,094 SIZE -0,017 0,016 a. Dependent Variable: IR
Coefficiensa Standardized Coefficients Beta 0,022 0,657 -0,282
T 1,463 0,080 3,406 -1,015
Sig. 0,167 0,938 0,005 0,329
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,913 0,999 0,914
1,095 1,001 1,094
Uji parsial antara variabel bebas prosentase penawaran saham (PPS) terhadap initial return (IR), dengan nilai sig = 0,938. Karena nilai sig 0,938 > 0,05 maka H 0 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas prosentase penawaran saham (PPS) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return (IR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran saham (PPS) berpengaruh positif terhadap initial return (IR) dan hasil pengujian menyimpulkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara prosentase penawaran saham (PPS) terhadap initial return (IR). Hal ini berarti tidak mendukung pernyataan hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa ”Prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap Initial Return”. Informasi prosentase saham yang ditawarkan kepada publik kurang diperhatikan investor dalam berinvestasi di pasar modal, karena belum tentu perusahaan yang menawarkan lebih banyak saham kepada publik akan memberikan nilai return yang kecil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Emilia et al. (2008) yang menyatakan bahwa prosentase penawaran saham secara negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Apriliani dan Nikmah (2006) menyatakan bahwa prosentase penawaran saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return awal. Uji parsial antara variabel bebas umur perusahaan (AGE) terhadap initial return (IR), dengan nilai sig = 0,005. Karena nilai sig 0,005 < 0,05 maka H 0 ditolak, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas umur perusahaan (AGE) secara parsial
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
12
berpengaruh signifikan terhadap initial return (IR). Penelitian menunjukkan hasil bahwa umur perusahaan (AGE) berpengaruh positif terhadap initial return (IR) dan hasil pengujian menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan (AGE) terhadap initial return (IR). Hasil ini berarti mendukung hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa ”Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Initial Return”. Perusahaan yang lebih tua dan matang bisa dipersepsikan sebagai sudah tahan uji sehingga kadar resikonya rendah. sehingga tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi investor mengenai masa depan perusahaan akan menurun. Oleh karena itu investor menggunakan informasi umur perusahaan dalam prospektus sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Arman (2012) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham. Uji parsial antara variabel bebas ukuran perusahaan (SIZE) terhadap initial return (IR), dengan nilai sig = 0,329. Karena nilai sig 0,329 > 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas ukuran perusahaan (SIZE) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return (IR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh negatif terhadap initial return (IR) dan hasil pengujian menyimpulkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan (SIZE) terhadap initial return (IR). Pernyataan hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa ”Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Initial Return” tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa informasi ukuran perusahaan kurang diperhatikan investor dalam berinvestasi di pasar modal, karena belum tentu informasi megenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Hasil penelitian ini berarti mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasirwan (2000) dan Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return. Akan tetapi tidak mendukung penelitian Arman (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing saham, serta penelitian Apriliani dan Nikmah (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap return awal. Pengujian Hipotesis 2, 4 dan 6 Persamaan regresi 1 digunakan untuk menjawab hipotesis 2,4 dan 6. Tabel 5 Uji Parsial PPS, AGE, dan SIZE Terhadap R7hr Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 0,038 0,121 PPS 0,123 0,214 AGE 0,327 0,102 SIZE -0,004 0,008 a. Dependent Variable: R7hr
Coefficiensa Standardized Coefficients Beta 0,157 0,667 -0,148
t 0,314 0,574 3,204 -0,544
Sig. 0,759 0,576 0,008 0,596
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,913 0,999 0,914
1,095 1,001 1,094
Uji parsial antara variabel bebas prosentase penawaran saham (PPS) terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr), dengan nilai sig = 0,576. Karena nilai sig 0,576>0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas prosentase penawaran saham (PPS) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return 7 ha ri setelah IPO (R7hr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran saham (PPS) berpengaruh positif terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr) dan hasil pengujian menyimpulkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara prosentase penawaran saham (PPS) terhadap return 7 hari
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
13
setelah IPO (R7hr). Hasil tersebut tidak mendukung pernyataan hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa ”prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap Return 7 hari setelah IPO”. Hal ini menunjukkan bahwa investor kurang memperhatikan informasi prosentase penawaran saham kepada publik dalam berinvestasi di pasar modal guna memperoleh return saham di pasar sekunder. Hasil penelitian ini mendukung Emilia et al. (2008) yang menyatakan bahwa prosentase penawaran saham secara negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap return 1 bulan, serta hasil penelitian Arman (2012) yang menyatakan bahwa prosentase penawaran saham secara negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap return 1 bulan dan 1 tahun. Akan tetapi hasil ini tidak mendukung penelitian Nasirwan (2000) yang menemukan bahwa prosentase penawaran saham negatif signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. Uji parsial antara variabel bebas umur perusahaan (AGE) terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr), dengan nilai sig = 0,008. Karena nilai sig 0,008 < 0,05 maka H 0 ditolak, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas umur perusahaan (AGE) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur perusahaan (AGE) berpengaruh positif terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr) dan hasil pengujian menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan (AGE) terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr). Hal ini menunjukkan bahwa investor percaya semakin lama perusahaan beroperasi, semakin banyak informasi yang tersedia mengenai perusahaan tersebut sehingga tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi investor mengenai masa depan perusahaan akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan return saham di pasar sekunder. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriliani dan Nikmah (2006) menyatakan bahwa variabel kontrol umur perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap return awal dan return 15 hari sesudah IPO. Akan tetapi tidak mendukung hasil penelitian Nasirwan (2000) membuktikan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return awal dan retur 15 hari setelah IPO. Uji parsial antara variabel bebas ukuran perusahaan (SIZE) terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr), dengan nilai sig = 0,596. Karena nilai ig 0,596 > 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel bebas ukuran perusahaan (SIZE) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh negatif terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr) dan hasil pengujian menyimpulkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan (SIZE) terhadap return 7 hari setelah IPO (R7hr). Hal ini berarti tidak mendukung hipotesis keenam (H6) yang menyatakan bahwa ”ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Return 7 hari setelah IPO”. Ukuran perusahaan tidak dapat dijadikan patokan dalam melihat kualitas perusahaan, sehingga ukuran perusahaan kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Hasil ini mendukung penelitian Nasirwan (2000) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham di pasar sekunder.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : prosentase penawaran saham tidak berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setalah IPO ; umur perusahaan berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setalah IPO. Ini menunjukkan bahwa peningkatan umur perusahaan dapat meningkatkan initial return,
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
14
tinggi rendahnya peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh lamanya perusahaan dalam beroperasi, semakin tinggi umur perusahaan maka dapat memberikan return yang tinggi pada investor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak umur perusahaan dan semakin lama perusahaan beroperasi, maka semakin banyak informasi yang tersedia mengenai perusahaan tersebut sehingga tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi investor mengenai masa depan perusahaan akan menurun. Oleh karena itu investor menggunakan informasi umur perusahaan dalam prospektus sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal; ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setalah IPO. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diambil maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: (1) Peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini hendaknya menambah jumlah variabel dalam penelitian; (2) Disarankan kepada peneliti selanjutnya hendaknya menambah periode pengamatan yang lebih banyak daripada penelitian ini; (3) Peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah sampel yang lebih banyak daripada penelitian ini. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk menunjang proses penulisan, sehingga terdapat banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun justifikasi masalah yang diajukan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas, sedangkan masih banyak variabel lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap return saham baik di pasar perdana maupun pasar sekunder belum digunakan.
DAFTAR PUSTAKA Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft. Jakarta. Ardianyah, M. 2004. Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7(2): 125-153 Arman, A. 2012. Pengaruh Umur dan Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, dan Return On Equity Terhadap Underpricing Saam di BEJ. Proceeding For Call People-Pekan Ilmiah Dosen-UKSW. Dita, K. 2013. Faktor-faktor Penentu Kinerja Saham Perusahaan Setelah Penawaran Umum Perdana. Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 01(01): Januari 2013. Emilia, L. Sulaiman, dan R. Saembel . 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Initial Return 1 Hari, Return 1 Bulan, dan Pengaruh Terhadap Return 1 Tahun Setelah IPO. Journal Of Applied Finance and Accounting 1(1) : 116-140 Fajri. 2012. IPO. http//pasardana.com/tang/initial-public-offering-IPO. 31 Oktober 2012(10:09).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 5 (2013)
15
Fitriani, D. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Setelah IPO (Studi Kasus IPO Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Semarang. Gujarati, D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Husnan, S. 2005. Dasar-Dasar Teori Portfolio & Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Indrianto, N. dan B. Supomo. 1999. Metodelogi Penelitian Bisnis (Untuk Akuntansi dan Manajemen). Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Jogiyanto, H. 2010. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. BPFE UGM. Yogyakarta. Nasirwan. 2000. Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Setelah IPO dan Kinerja Perusahaan 1 Tahun Setelah IPO di BEJ. Simposium Nasioanl Akuntansi III. Nilmawati. 2007. Underpricing Pengaruhnya Terhadap IPO Aftermarket Liquidity. Jurnal Akuntansi dan Perbankan Vol. 13(03): 475-486. September 2009. Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga.Jakarta. Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta. Sharpe, W. F., A. J. Gordon, dan V. Bailey. 2005. Investment. Prentice Hall. New York. Sunariyah . 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Susilowati, Y. 2010. Kosekuensi Signal Prospektus Perusahaan Terhadap Initial Return Saham pada Pasar Perdana di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol 02(01): 23-37. Triani, A. dan Nikmah. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing : Studi Empiris Pada BEJ. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
●●●