FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI
EKTRAKSI
Ekstraksi tanaman obat merupakan suatu proses pemisahan bahan obat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi tertentu. Dengan demikian ada beberapa parameter atau faktor yang akan mempengaruhi ekstraksi yang juga akan berdampak kepada ekstrak yang ingin didapatkan dari suatu tanaman obat.
PARAMETER / FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI
1. Pengembangan/Pemelaran Bahan Tanaman Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah perlakuan awal tanaman yang akan diekstraksi dengan menggunakan pelarut. Berikut adalah beberapa alasannya :
a.
Untuk mencegah pemelaran/pembengkakkan tanaman didalam kemasan tertutup (wadah proses ekstraksi) secara tiba-tiba. Hal ini terjadi jika pelarut yang digunakan adalah air, maka simplisia dapat memelar/membengkak 2-3 kali dari volume awal yang akan menyebabkan peledakan (pecahnya) alat ekstraksi yang mengakibatkan perlokasi tidak berlangsung dengan baik.
b.
c.
Untuk menjamin proses pembasahan secara merata dari tanaman yang akan diekstraksi, dan juga meningkatkan kontak dan aliran pelarut dalam alat ekstraksi, serta mencegah timbulnya gelembung udara penyebab timbulnya saluran udara. Untuk meningkatkan porositas dinding sel yang akan mempermudah difusi zat aktif yang akan diekstraksi dari sel menuju pelarut atau penentrasi sel oleh pelarut. Pengembangan/pembengkakan bahan tanaman dalam hal ini akan menjamin permeasi pelarut, dan konsekuensinya akan menghilangkan zat terlarut didalam secara sederhana dan selektif.
2. Difusi, pH, Ukuran Partikel, dan Temperatur Difusi Dalam mengekstraksi bahan aktif dari simplisia, pelarut harus berdifusi ke dalam sel. Dan selanjutnya zat aktif harus cukup larut dalam pelarutnya. Sehingga kesetimbangan akan tercapai antara solute dan solvent. pH pH berperan dalam selektifitas Ukuran Partikel ukuran partikel biasanya disesuaikan dengan komposisi senyawa yang akan diekstraksi. Secara umum serbuk yang lebih halus akan mudah di ekstraksi.
Temperatur Temperatur dan gerakan cairan dalam proses ekstraksi akan akan mempengaruhi kesetimbangan dan mengubahnya menuju saturasi pelarut. Gerakan cairan dapat dicapai dengan membuat bahan tanaman tetap dan melakukan sirkulasi pelarut baik itu menggunakan pompa atau pengadukan mekanik.
3. Pilihan Pelarut Ekstraksi Dalam melakukan ekstraksi zat aktif tertentu secara sempurna digunakan pelarut ideal yang mempunyai selektifitas maksimum, kapasitas terbaik ditinjau dari koefisien saturasi produk dalam medium dan kompatibel dengan sifat-sifat bahan yang diekstraksi. Parameter ini untuk setiap tanaman biasanya didapatkan dari eksperimental karena pilihan pelarut ini akan bergantung pada stabilitas senyawa yang diekstrask serta adanya kemungkinan antaraksi antara pelarut dengan zat lain yang terdapat dalam proses ekstraksi.
Menurut farmakope, etanol merupakan pelarut pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik seperti tinktur, ekstrak cair, kental, dan kering yang masih digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi. (pel.universal) Pelarut tersebut disamping mempunyai daya ekstraktif yang tinggi, minimal harus bersifat selektif dan dapat digunakan tidak hanya untuk ekstraksi klasik, tapi dapat juga digunakan untuk ekstraksi tanaman yang bahan aktifnya belum diketahui dengan baik, dan inginkan ekstrak yang paling lengkap.
Dalam proses ekstrasksi pilihan pelarut yang digunakan akan mempengaruhi selektivitas pelarut terhadap senyawa aktif dari tanaman obat tersebut. Berikut contoh beberapa pelarut yang cocok untuk gol. senyawa aktif tertentu : Alkaloid sebahagian besar dapat diekstraksi dengan pelarut senyawa hidrokarbon sesudah simplisia dibasahi dengan air atau air yang telah dibasakan dengan penambahan basa organik. Dengan cara ini kemungkinan adanya zat lipofilik lain(terbawanya cemaran), tapi dapat dipisahkan dari alkaloid tersebut dengan cara ekstraksi berlawanan menggunakan asam. Serta ekstrak yang dibasakan dapat dimurnikan dengan menurut proses berkesinambungan menggunakan pelarut hidrokarbon atau pelarut apolar lainnya. Flavonid dan terpen secara selektivitas dapat diekstraksi pada pH netral menggunakan etil asetat atau keton alifatik.
Terhadap beberapa kelompok zat lainnya aturan tentang selektivitas lebih sulit ditentukan karena heterogenitas komponen, perbedaan polaritas yang besar, dan kesesuaian sifat zat terhadap peralatan yang tersedia. Sehingga perlu diteliti dengan baik dari setiap produk adalah pelarut dan sistem ekstraksi yang sesuai. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi ekstraksi (maserasi) : a) Perbandingan simplisia-pelarut b) Proses pelarutan zat dari sel yang terdisintegrasi c) Imbibisi dari simplisia d) Proses pelarutan dari sel utuh e) Kecepatan tercapainya kesetimbangan. f) Temperatur g) pH (untuk sistem pelarut air) h) Interaksi antara konstituen pelarut dan struktur bahan i) Lipofilisitas (dalam hal menggunakan pelarut campur)
4. Alkaloid Sebagai Model Zat Aktif Secara kimia alkaloid merupakan basa organik tanaman yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, sering dalam satu sistem cincin. Sebagian besar alkaloid dalam tanaman berada dalam bentuk garam dari asamasam organik lemah. Alkaloid bebas larut dalam pelarut organik, seperti kloroform, sedangkan garam-garam organik larut dalam larutan air. Perbedaan kelarutan sangat berguna dalam pemisahan alkaloid dari bahan tanaman lain pada tahap awal ekstraksi. Alkaloid yang diisolasi menurut cara ini biasanya mengalami proses secara bertahap. Pada tahap pertama, yang dihilangkan adalah malam dan sebagainya dengan menggunakan eter. Residu yang tertarik selain alkaloid dihilangkan dengan membentuk garam alkaloid dengan asam.
Minyak Atsiri Minyak atsiri, atau yang dikenal juga sebagai volatile oil atau essential oil adalah cairan pekat yang tidak larut air, mengandung senyawa-senyawa beraroma yang berasal dari berbagai tanaman. Minyak atsiri ini umumnya diperoleh dengan cara destilasi, juga dapat diperoleh melalui proses ekspresi, dan ekstraksi pelarut. Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna gelap karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapat menguap. Namun demikian, minyak hasil ekstraksi dengan pelarut mempunyai keunggulan yaitu mempunyai bau yang mirip dengan bau wangi almiah. Faktor yang paling menentukan berhasilnya proses ekstraksi adalah mutu dari pelarut yang di pakai. Pelarut yang ideal, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Harus dapat melarutkan semua zat wangi sampel dengan cepat yang sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen,senyawa albumin dengan perkataan lain, pelarut harus bersifat selektif. 2. Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar supaya pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi. Namun titik didih pelarut tadi tdak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya sebagaian pelarut akibat penguapan pada musim panas. 3. Pelarut tidak boleh larut dalam air. 4. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga. 1.
7.
8. 9.
Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam dengan dan jika di uapkan tidak akan tertinggal dalam minyak. Pelarut yang bertitik didih tinggi akan tertinggal dalam minyak setelah proses penguapan, sehingga mempengaruhi aroma minyak bunga yang di hasilkan. Harus di ingat pula, bahwa rendaman minyak bunga ini umumnya sangat rendah, dan dalam proses ini di butuhkan pelarut dalam jumlah besar sehingga bunga terendam dalam tangki ekstraktor. Beberapa jenis pelarut misalnya petroleum eter yang tertinggal, cenderung berbau kerosene yang tidak di inginkan dan kalau pelarut ini di pisahkan, maka akan merusak aroma dari bunga. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar. Banyak jenis pelarut organik non-polar, tetapi yang paling sering digunakan adalah heksana (C6H14) meskipun tidak menutup kemungkinan juga bisa digunakan benzena (C6H6) ataupun juga bensin/gasoline . (Guenther, E., 1987)
TERIMAKASIH