FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat adalah penyakit kulit yang kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilo-sebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista. Pada umumnya insiden akne terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada laki-laki, dengan lesi predominan lesi dan papul Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya akne pada awal pubertas remaja putri di SMP Negeri 4 Lappariaja kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional Analitik dengan pendekatan cross–sectional study dengan rancangan yang digunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 128 siswa. Pengumpulan data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diperoleh dari 128 responden didapatkan hasil analisa data dengan menggunakan uji chi-square didapatkan stres nilai ρValue = 0,003 (<0,05), hormonal nilai ρValue = 0,000 (<0,05), genetik nilai ρValue = 0,003 (<0,05), karena nilai p kurang dari nilai α (0,005) maka ada hubungan antara stres dengan terjadinya akne vulgaris, ada hubungan antara hormonal dengan terjadinya akne vulgaris, ada hubungan antara genetik dengan terjadinya akne vulgaris. Diketahui bahwa ada hubungan antara terjadinya akne vulgaris pada awal pubertas remaja putri, sehingga dianjurkan para remaja lebih menjaga kebersihan wajah menghindari hal-hal yang dapat membuat stres dan manjaga pola makan. Kata Kunci Daftar pustaka
: Akne vulgaris, puberitas, stres, hormonal, genetik. : 21 (2002-2013)
PENDAHULUAN Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat adalah penyakit kulit yang kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilo-sebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada tempat predileksinya yang biasanya pada kelenjar sebasea berukuran besar seperti wajah, dada, dan
punggung bagian atas. Angka kejadian akne vulgaris berkisar antara 85% dan terbanyak pada usia muda meskipun begitu, akne tetap menjadi masalah kesehatan yang umum, psokologis pada masyarakat terutama bagi mereka yang peduli pada penampilan. Pada umumnya insiden akne terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita, dan 1619 tahun pada laki-laki, dengan lesi Page | 1
predominan lesi dan papul. Akne sudah muncul pada anak usia 9 tahun namun puncak pada laki-laki yaitu pada usia 1718 tahun sedangkan perempuan usia 16-17 tahun. Dengan bertambahnya umur angka kejadiannya berangsur angsur berkurang meskipun kadang-kadang, terutama akne vulgaris bisa menetap sampai umur 30 tahun atau bahkan lebih. Selain itu akne vulgaris umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita dengan rentang usia 15-44 tahun yaitu 34% pada laki-laki dan 27 % pada wanita. Pada laki-laki umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, walaupun gejala berat justru terjadi. ( R.M. Suryadi Tjekyan, 2008) Akne vulgaris terutama dijumpai pada masa remaja, walaupun tidak menutup kemungkinan penyakit ini terjadi pada dekade ke tiga dan ke empat dari masa kehidupan. Sekitar 90% dari seluruh remaja mengalami akne dalam derajat yang berbeda-beda, dan 20% memerlukan pertolongan dokter. Pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat estesis, sehingga perlu diperhatikan dampak psikososial penyakit ini pada remaja, yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, prestasi sekolah dan juga pekerjaan. (Soetiningsih, 2004). Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh imflamasi kronik dari unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul, pustul, nodul, dan pada beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan predileksi di wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung. (Soetiningsih, 2004). Penelitian di Inggris, angka kejadian skar akne hipotrofik pada pria 77% lebih banyak dari pada wanita 58%. Berarti dari angka kejadian skar hipotrofik menunjukan pria di Inggris lebih banyak terkena Akne dari pada wanita. Berdasarkan penelitian
Goodman, prevalensi akne tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria berkisar 95-100%. Berdasarkan survey dikawasan Asia Tenggara, terdapat 4080% kasus akne vulgaris. Sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita akne pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Kebanyakan penderitanya adalah remaja dan dewasa yang berusia antara 1130 tahun sehingga beberapa tahun belakangan ini para ahli dermatologi di Indonesia mempelajari patogenesis terjadinya penyakit tersebut. Meskipun demikian akne dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua daripada usia tersebut. (Sehat kabau, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari data di sekolah SMP Negeri 4 Lappariaja, pada bulan Desember tahun 2013 jumlah siswi sebanyak 188 orang siswi. Pada tahun 2013 hasil penelitian yang dilakukan oleh R.A.Khalidah purwaningdyah dan karmila jusuf dengan judul “ Profil penderita akne vulgaris pada siswa siswi di SMA shfiyyatul armaliyah medan” Diperoleh hasil penelitian dengan mayoritas penderita Akne vulgaris berjenis kelamin laki-laki (58%), usia 17 tahun (41%), memiliki ayah/ibu menderita AV (41%),menderita AV saat sebelum dan sesudah menstruasi (15%). Kacang (64%), panas (70%), psikis (90%) dan kosmetik (18%) dapat memicu terjadinya akne vulgaris. Tempat predileksi akne vulgaris paling sering terkena di bagian wajah (85%). Obat topikal merupakan jenis pengobatan yang paling banyak digunakan untuk mengatasi AV(61%) dan sebagian besar tidak melakukan pengobatan khusus (39%). (Purwaningdyah, 2013). Pada tahun 2011 hasil penelitian yang dilakukan oleh Dipta wahyuning astuti Page | 2
yang berjudul “hubungan antara menstruasi dengan angka kejadian akne vulgaris pada remaja”Kejadian akne vulgaris paling banyak ditemukan pada waktu sebelum menstruasi (41,7%). Usia terbanyak yang menderita akne vulgaris adalah 17tahun (53,3%), riwayat keluarga kurang mempengaruhi akne vulgaris (41,7%) dengan riwayat akne vulgaris ditemukan paling banyak pada ibu (64%), kosmetik berpengaruh pada akne vulgaris (86,7%), terapi akne vulgaris masih rendah (23,3%) dan bentuk obat paling banyak yaitu obat oles (93,3%), perilaku membersihkan wajah secara teratur (75%). Faktor stress berpengaruh pada akne vulgaris (55%), jenis makanan yang berpengaruh pada akne vulgaris paling banyak yaitu kacang-kacangan(60%). Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di jerman menunjukkan bahwa akne terdapat 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila kedua orang tuanya tidak menderita akne. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian yang akan yang akan dilakukan ini adalah “ Apa sajakah yang menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya akne pada awal pubertas remaja putri di SMP Negeri 4 lappariaja Kabupaten Bone?” METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional Analitik dengan pendekatan cross – sectional study. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswi putri di SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone sebanyak 188 siswi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ressponden Analisa univariat Distribusi Responden Berdasarkan Umur. Berdasarkan tabel 2, Distribusi responden menurut umur yaitu dari 128 (100%) persentase umur tertinggi yaitu pada umur 10-15 tahun sebanyak 106 (82,8%) siswa, sedangkan persentase umur terendah yaitu pada siswa berumur 16-20 Tahun sebanyak 22 (17,2%)siswa, sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini: Kelompok Umur 10-15 Tahun 16-20 Tahun Total
Frekuensi Presentase (f) (%) 106 82,8 22 17,2 128
100,0
Distribusi Responden Berdasarkan stres. Berdasarkan Tabel 3, distribusi responden menurut stres yaitu dari 128 siswa (100%), sebanyak 54 (42,2%) siswa tidak stres atau lebih rendah dibanding siswa yang stres yaitu sebanyak 74 (57,8%), sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini: Stres
Frekuensi (f)
Tidak stres Stres
54 74
Presentase (%) 42,2 57,8
Total
128
100,0
Distribusi Responden Berdasarkan hormonal. Berdasarkan Tabel 4, Distribusi responden menurut hormonal dari 128 siswa yang tidak ada pengaruh hormonal sebanyak 38 (29,7 %), atau lebih rendah dibanding dengan siswa yang memiliki pengaruh Page | 3
hormonal sebanyak 90 (70,3 %) siswa, sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini: Hormonal Tidak Ya Total
Frekuensi Presentase (f) (%) 38 29,7 90 70,3 128
100,0
Disribusi responden berdasarkan genetik Berdasarkan tabel 5, distribusi responden menurut genetik dilihat dari 128 siswa yang tidak ada riwayat sebanyak 54 ( 42,2%), atau lebih rendah dibanding dengan siswa yang ada riwayat sebanyak 74 (57,8 %) siswa, sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini: Genetik Tdk ada riwayat
Ada riwayat Total
Frekuensi Presentase (f) (%) 54 42,2 74 57,8 128
100,0
Analisa Bivariat Hubungan stres dengan akne vulgaris Berdasarkan tabel 7 menunjukkan analisa distribusi hubungan stres dengan terjadinya akne vulgaris dilakukan dengan menggunakan uji chi square dan diperoleh nilai ρValue = 0,003 (<0,05) sehingga Ha diterima. Dari hasil analisa tersebut diketahui adanya hubungan stres dengan penderita akne vulgaris. Dari 128 responden terdapat 54 responden yang tidak stres, dimana terdapat 11 responden (20,4%) tidak menderita akne, 43 responden (79,6%) menderita akne vulgaris, sedangkan yang stres terdapat 74 responden, dimana terdapt 34 responden (26,6 %) tidak menderita akne vulgaris, dan 40 responden (54,1%) menderita akne vulgaris. Tabel 7. Hubungan stres dengan akne vulgaris di SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone Akne Vulgaris
Distribusi responden berdasarkan akne vulgaris Berdasarkan tabel 6, distribusi responden menurut akne vulgaris diketahui bahwa dari 128 siswa (100%) siswa, sebanyak 45 (35,2 %) yang tidak mengalami akne vulgaris atau lebih sedikit dibanding siswa yang mengalami akne vulgaris sebanyak 83 (64,8 %) siswa, sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini : Akne Tidak akne vulgari Akne Vulgaris Total
Frekuensi Presentase (f) (%) 45 35,2 83 128
64,8 100,0
stres Tdk stres Stres Jumlah
Tidak menderita
Menderita
Jumlah
n
%
n
%
n
%
11
20,4
43
79,6
54
100,0
34
45,9
40
54,1
74
100,0
45
35,2
83
64,8
128
100,0
Hubungan vulgaris
hormonal
dengan
akne
Tabel 8 menunjukkan analisa distribusi hubungan hormonal dengan terjadinya akne vulgaris dilakukan dengan menggunakan uji chi square dan diperoleh nilai ρValue = 0,000 (<0,05) sehingga Ha diterima. Dari hasil analisa tersebut diketahui adanya hubungan hormonal Page | 4
P Value
0,003
dengan penderita akne vulgaris. Dari 128 responden terdapat 38 responden yang tidak hormonal, dimana terdapat 22 responden (59,9%) tidak menderita akne, 16 responden (42,1%) tidak menderita akne, sedangkan terdapat 90 responden yang ada hubungan hormonal, dimana terdapat 23 responden (25,6%) tidak menderita akne vulgaris, 67 responden (74,4%) yang menderita akne vulgaris Tabel 8. Hubungan hormonal dengan akne vulgaris di SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone Akne Vulgaris
hormonal
Tdk ada pengaruh Ada pengaruh Jumlah
Jumlah
Tidak menderita
Menderita
n
%
n
%
n
%
22
59,9
16
42,1
38
100,0
23
25,6
67
74,4
90
100,0
45
35,2
83
64,8
128
100,0
P Value
0,000
Hubungan genetik dengan akne vulgaris Berdasarkan tabel 9 menunjukkan Analisa distribusi hubungan stres dengan terjadinya akne vulgaris dilakukan dengan menggunakan uji chi square dan diperoleh nilai ρValue = 0,003 (<0,05) sehingga Ha diterima. Dari hasil analisa tersebut diketahui adanya hubungan stres dengan penderita akne vulgaris. Dari 128 responden terdapat 54 responden yang tidak beriwayat, dimana terdapat 11 responden (20,4%) tidak menderita akne vulgaris, 43 responden (79,6%) yang menderita akne vulgaris, sedangkan terdapar 74 responden yang beriwayat, diman terdapat 34 responden (45,9%) tidak menderita akne vulgaris, 40 responden (54,1%) yang menderita akne vulgaris. Tabel 9. Hubungan genetik dengan akne vulgaris di SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone
Akne Vulgaris
Genetik Tdk ada riwayat Ada riwayat Jumlah
Tidak menderita
Menderita
Jumlah
n
%
n
%
n
%
11
20,4
43
79,6
54
100,0
34
45,9
40
54,1
74
100,0
45
35,2
83
64,8
128
100,0
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Akne Vulgaris Pada Awal Pubertas Remaja Putri Di SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone” maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan stres dengan terjadinya akne pulgaris pada awal pubertas remaja putri. 2. Ada hubungan hormonal dengan terjadinya akrne vulgaris pada awal pubertas remaja putri. 3. Ada hubungan genetik dengan terjadinya akne vulgaris pada awal pubertas remaja putri. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran yaitu : . 1. Menghindari hal-hal yang dapat membuat nya menjadi stress yang berlebihan, dengan cara senantiasa berfikir positif dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. 2. Dianjurkan para remaja untuk lebih menjaga kebersihan wajah terutama pada saat sebelum menstruasi sebagai upaya pencegahan timbulnya akne vulgaris.
Page | 5
P Value
0,003
3.
Menjaga kebersihan dan pola makan yang dapat memicu tejadinya akne vugaris.
DAFTAR PUSTAKA Ali, M & Asrori, M. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Astuti wahyuning. 2011. Hubungan antara Menstruasi dengan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Remaja. http://eprints.Undip.ac.id/32940/1/Dip ta_Wahyuningsih.pdf. Diakses pada tanggal 11 februari 2014. Dianawati.2006. Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta : PT Kawan Pustaka. Geldard, K. & Geldard, D. 2010. Konseling Remaja. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat A, Asiz. 2007. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Jakarta: Salemba Medika. Jusuf Muh. Isman. 2009. Hubungan Tingkat Stres Dengan Keparahan Akne Vulgaris Pada Pelajar Putri Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/a rticle/view/588/539. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014. Kabau Sehat.2012. Hubungan antara Pemakaian jenis Kosmetik dengan KejadianAkne Vulgaris. http://eprints.Undip.ac.id/37785/1/Seh at_Kabau_G2A008173_Lap.KTI.pdf. Di akses pada tanggal 27 februari 2014. Lurr, R.K. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Stain Press. Nasution, I.K. 2007. Stres Pada Remaja. Skripsi. (tidak diterbitkan).
Palembang: Selatan.
Universitas
Sumatra
Nursalam, 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Pawenrusi Penulisan STIKMA
Esse,dkk.2014.Pedoman Skripsi. Makassar:
Putra, H. 2011. STRESS Cara Mencegah dan Menanggulanginya. Bali: Udayana University Press. Santrock, J.W. 2007. Remaja edisi 11. Jakarta: Erlangga. Siregar R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC. Sulaiman, dkk. 2009. The Level of Stress Among Students in Urban and Rural Secondary Schools in Malaysia. European Journal of Social Sciences. Vol. 10, No. 2 : 179-184. Diakses tgl 27 Maret 2014. SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone. 2013 Soetiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV.Sagung Seto. Tjekyan Suryadi R.M. 2008. Media Medika Indonesia vol 43 No.1. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Purwaningdyah Khalidah R.A. 2013. Profil Penderita Akne Vulgaris pada SiswaSiswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.http://jurnal.usu.ac.id/index.ph p/ejurnalfk/article/view/1390/749. Diakses pada tanggal 25 februari 2014. Page | 6
Walker, J. 2002. Teens In Distress Series Adolescent Stress and Depression. http://www.extension.umn.edu/distri bution/youthdevelpoment/DA3083.h tml[on line]. Diakse 27 Marer 2014. Widiana, H.S. 2008. Peranan Keberfungsian Keluarga dan Efikasi Diri terhadap Reaksi Stres. Jurnal Humanitas. Vol 5, No. 2 : 108-123. Diakses pada tgl 27 Maret 2014.
Page | 7