FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN PENGHALUSAN DAN PEMOTONGAN DI PT WAROENG BATOK INDUSTRY CILACAP
Ida Widyaningsih 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2)
ABSTRAK Debu dapat menjadi masalah sangat serius pada suatu perusahaan, karena setiap sisa produksi dan sisa konsumsi dapat menghasilkan debu. Debu sangat banyak kita jumpai pada industri kayu yang menggunakan bahan dasar kayu. Debu kayu (pulp) dari hasil pemotongan maupun penghalusan sangat tajam dan berbahaya apabila terhirup pada saat pekerja bernafas. Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi adalah dengan menggunakan (APD). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker pada bagian penghalusan dan pemotongan di PT Waroeng Batok Industry Cilacap diantaranya sikap, umur, pendidikan, lama kerja, dan pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel sebanyak 45 orang diambil secara Proportional Random Sampling dari populasi 125 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan variable umur, pendidikan dan lama kerja dengan penggunaan masker ( p value > 0,05 ) dan ada hubungan variable pengetahuan dan sikap dengan masker ( p value < 0,05 ). Disarankan agar perusahaan dapat menerapkan kedisiplinan dalam penggunaan masker dan memberikan penyuluhan atau pelatihan. Kata Kunci : Masker , Umur, Pendididikan , Pengetahuan, Lama Kerja, Sikap Kepustakaan : 9 (1985-2007)
abstract Dust can be a very serious problem in a company, because any residual production and consumption may generate residual dust. So much dust encountered in the wood industry using wood base materials. Wood dust (pulp) from the cutting and grinding very sharp and dangerous if inhaled when workers breathe. One way to cope with the occurrence of respiratory disorders or poisoning due to dust production is to use (APD). The purpose of this study is to know the factors associated with the use of masks in the refinement and cuts in PT Waroeng Batok Industry Cilacap such attitudes, age, education, length of employment, and knowledge. The study was crosssectional survey approach. 45 samples taken Proportional random sampling of the population of 125 people. Data collection using questionnaires. Chi Square test showe there was no relationship variables age, education and long of work with the use of masks (p value> 0.05) and there was correlation with the variables of knowledge and attitude masks (p value <0,05). Suggested that firms can apply discipline in the use of masks and to provide education or training. Keywords: Mask, Age, Education, Knowledge, Long of Work, Attitude Literature : 9 (1985-2007)
A.
PENDAHULUAN Debu dapat menjadi masalah sangat serius pada suatu perusahaan, karena setiap sisa produksi dan sisa konsumsi dapat menghasilkan debu. Debu sangat banyak kita jumpai pada industri kayu yang menggunakan bahan dasar kayu. Debu kayu (pulp) dari hasil pemotongan maupun penghalusan atau pengamplasan sangat tajam dan berbahaya apabila terhirup pada saat pekerja bernafas. Bahaya yang ditimbulkan oleh debu dari hasil pengolahan kayu adalah gangguan saluran pernafasan, apabila tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan selaput radang yang terkena iritasi (Ahmad, 2003 : 50) NAB untuk debu kayu lunak seperti debu kayu albasia telah ditetapkan oleh Depnaker dalam Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE 01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Debu Kayu di Udara Lingkungan Kerja adalah sebesar 5 mg/m3 Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi adalah dengan menggunakan (APD). Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir dalam melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dari potensi bahaya. APD dilakukan setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi di terapkan (Koesyanto, 2005 : 47) Pemakaian APD masker untuk melindungi saluran pernafasan dari paparan debu sebenarnya sangat praktis dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, praktis di lapangan sangat sulit diterapkan, hal ini terletak pada tenaga kerja itu sendiri yang berhubungan erat dengan faktor manusia. Selain itu, aspek perilaku pekerja yang terkait dengan kedisiplinan penggunaan masker masih sangat minim (Departemen Kesehatan RI, 2003 : 42) Beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker,diantara lain: Pendidikan, seorang pekerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi maka dalam kegiatan bekerja sehari-hari akan lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (Buchari Zainun, 1985:23), Masa Kerja,dapat memberikan pengaruh
baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya (Suma’mur, 1994:70), Pengetahuan, penilaian atau pendapat yang diketahui ,proses yang diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003:130), Sikap, suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa sikap positif dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (Hariyadi 2003:89), Umur, pekerja dewasa muda diyakini dapat lebih disiplin menjaga kesehatannya, sedangkan pekerja tua akan mengalami kebebasan dalam kehidupan bersosialisasi (Haditono, 1989:271) Pengamatan awal yang dilakukan pada pekerja dengan wawancara singkat, diketahui bahwa dari 28 pekerja dibagian penghalusan dan perwakilan 20 pekerja dari bagian prodeksi pemotongan memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang mereka alami berbeda-beda diantaranya: mengeluh sesak nafas yang paling banyak dirasakan sebesar 91,3% bagian penghalusan dan 85% bagian pemotongan, batuk-batuk 82,6% bagian penghalusan dan 65% bagian pemotongan, iritasi pada mata 78,2% bagian penghalusan dan 45% bagian pemotongan , gatal-gatal atau alergi pada kulit 30,4% bagian penghalusan dan 40% bagian pemotongan. Pengawasan dan penerapan khusus alat pelindung diri yang dilakukan di perusahaan belum berjalan baik. B.
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan tanggal 12 November – 13 Januari 2013 .Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan cross sectional, jenis survei yang bersifat analitik karena penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dan
menjelaskan hubungan antara variable bebas (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap) dengan variabel terikat (pemakaian masker) melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 125 orang pekerja terbagi dalam 2 ruang produksi yaitu bagian penghalusan sebanyak 28 orang dan bagian pemotongan sebanyak 97 orang. Sasmpel sebanyak 45 orang yang diambil secara Proportional Random Sampling Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan yang dilakukan selama observasi dan kuesioner melalui wawancara. Data yang didapat kemudian dianalisis dan dilakukan menggunakan uji Chi-Square
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Hubungan Umur dengan penggunaan masker Menurut teori, karyawan dewasa muda diyakini dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya. Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga kesehatannya
dengan
cara
mentaati
segala
peraturan
yang
menyangkut kesehatan keselamatan kerja, sedangkan pada pekerja tua akan mengalami pelepasan dan kebebasannya dalam kehidupan bersosialisasi, kewajiban-kewajiban pekerja tua akan berkurang
terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama. (Siti Rahayu dalam Adithya, 2007) Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 0,326 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel umur dengan variabel penggunaan masker dengan tingkat hubungan sangat rendah.
2.
Hubungan Pendidikan dengan penggunaan masker Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkah laku, kepribadian dalam bermasyarakat maupun bekerja dalam kehidupan sehari – hari. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang seseorang tempuh maka kemungkinan akan semakin baik pula tingkah laku dan pola berpikirnya.. Pendidikan mempengaruhi prestasi kerja dan hubungan antar pekerja dengan pekerja yang lain (Buchari Zainun, 1985 : 23) (Kunaryo Hadikusumo dalam Adithya, 2007) Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel penggunaan masker, pada kenyataannya dalam penelitian ini pendidikan tidak berhubungan padahal tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya perubahan perilaku seseorang. Adithya (2007) juga mengatakan Menurut teori dari Dictionary of education dalam buku Achmad Munib, bahwa pendidikan adalah
proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentukbentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. 3.
Hubungan Lama Kerja dengan penggunaan masker Lama kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuannya dan keterampilannya. (Mulyanti, 2009) Masa kerja dapat memberikan pengaruh yang baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya. Masa kerja dapat memberikan hal yang kurang baik karena semakin lama pekerja bekerja di tempat tertentu akan mengalami kebiasaan dalam bekerja. (Suma’mur, 1994 : 70) Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel lama kerja dengan variabel penggunaan masker.
4.
Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan masker
Pengetahuan tentang masker dapat pula diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan tentang APD masker yang mereka dapatkan dari tempat kerja. Pengetahuan responden adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja mengenai masker baik manfaat, akibat tidak menggunakannya dan cara penggunaanya. (Ramaddan, 2008) Menurut Notoatmojo dalam Ramaddan (2008) menyatakan bahwa
peningkatan
pengetahuan
tidak
selalu
menyebabkan
perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan. Walaupun pekerja mengetahui dampak akibat tidak menggunakan masker, belum tentu mereka menggunakannya pada saat bekerja Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue
0,040
menunjukkan
ada
hubungan
antara
variabel
tindakan
adalah
pengetahuan dengan variabel penggunaan masker. 5.
Hubungan Sikap dengan penggunaan masker Dalam
sikap
positif,
kecenderungan
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito Wirawan dalam Adithya, 2007)
Menurut Hurlock dalam Adithya (2007), secara operasional sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respon atau reaksi dari sikapnya terhadap objek tertentu, baik yang berupa orang, peristiwa, situasi dan lain sebagainya. Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa pada sikap positif (favourable) dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourable). Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 0,009 menunjukkan ada hubungan antara variabel sikap dengan variabel penggunaan masker. D.
SIMPULAN DAN SARAN 1.
Simpulan Penggunaan masker pekerja diketahui dalam kategori kurang baik sebanyak 53,3%, kategori baik sebanyak 46,7%. Tidak ada hubungan variable umur, pendidikan, dan lama kerja terhadap penggunaan masker ( p value > 0,05 ). Ada hubungan variable pengetahuan terhadap penggunaan masker ( p value = 0,025 ) dan variable sikap terhadap penggunaan masker ( p value = 0,019 ).
2.
Saran Perusahaan lebih menegaskan dalam menerapkan sangsi yang lebih ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin dalam memakai masker demi kesehatan dan keselamatan kerja
Daftar Pustaka Aditya, Dewa, Faktor -faktor yang berhubungan dengan penggunaan Masker pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Perusahaan Meubel CV. Permata 7 Wonogiri , 2007 http://www.pustakaskripsi.com/ Departemen Kesehatan RI 2003 Depnaker dalam Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE 01/Men/1997 Nilai Ambang Batas Debu Kayu di Udara Lingkungan Kerja Notoatmodjo, Soekidjo., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rinrka Cipta, Jakarta, 2003 Notoatmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Suma’mur PK., 1986. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta, PT Gunung Agung, Jakarta, 1995 Suma’mur PK., 1994. Keselamatan Kerjan dan Pencegahan Kecelakaan . Penerbit CV.Haji Masagung, Jakarta. Zainun, Buchari,. Perencanaan dan Pembinaan Tenaga kerja, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985