FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLAN PADA AKSEPTOR KB AKTIF DI BPM JARMINI DESA LEYANGAN UNGARAN TAHUN 2014
Anis Prastikaningrum Dr. M. Sakundarno Adi, M.Sc, PhD Hanna Yuanita D.S, MMID
Abstract Background : The main problem that is faced by Indonesia is increasingly faster population growth. Government had a plan to press increasingly fasterpopulation growth through KB program. Related to the low number of implan use and the effort to increase the equality of KB MKJP,so government mad a regulation to give service for implan services. Objective : The goal of this study is to analyze the correlation between age, parity, knowledge level, attitude, service tax with the selection of implan contraception on active contraception participants in BPM Jarmini Leyangan Ungaran. Method : This study was on analytic study with cross sectional design with the samplies ofall active contraception participants in BPM Jarmini Leyangan Ungaran.The samples were taken with accidental technique sampling, as many as 100 women but 5 women were excluded so, only 95 respondents who were observed. The data analysis seel univariate and bivariate with Chi Square statistic test. Results: From the study result, age ( p value = 0,693 ) and parity variables (p value=0,411) were not related to the selection of implan contraception. While knowledge level (p value< 0,001), attitude (p value = 0,001) and service tax variables ( p value = 0,024) had a significant correlationwith the selection of implan contraception. Conclusion : The member of active family planning were mostly 20 years old till 35 years old, most of respondents in were the group of parity less than 2, in the group of good knowledge level, in the group of positive attitude, in the group of expensive service tax. There were no correlationbetween age and parity with the selection of contraception tools. There were correlation between knowledge level, attitude, service tax with the selection of contraception. Key words : implant contraception, age, parity, knowledge level, attitude, service tax.
sebesar 1,45% sedangkan 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49%. Angka pertambahan penduduk tahun dari 2000 sampai 2010 mengalami peningkatan sebanyak 32,5 juta jiwa, dengan
Kerangka Pemikiran Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah pertambahan penduduk yang semakin tinggi. Survey penduduk di Indonesia tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1
kerja. Jika program KB tidak berhasilmengendalikan laju pertumbuhan penduduk dikhawatirkan pembangunan jangka panjang tidak akan tercapai. Data cakupan Dinkes Jawa Tengah tahun 2011, jumlah PUS di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 6.549.125 menurun dibanding tahun 2010 sebanyak 6.561.243. Peserta KB aktif tahun 2011 sebanyak sebesar 76,84%, sebanyak 32 kabupaten/kota sebesar 91,43% telah mencapai target SPM (Standar pelayanan minimal) yaitu sebesar 70% dan tiga kabupaten/kota belum mencapai target yaitu Kabupaten Boyolali sebesar 60,25%, Kabupaten Tegal sebesar 44,22% dan Kota Semarang sebesar 59,27%. Cakupan peserta KB aktif mengalami peningkatan dari 77,79% pada tahun 2007 menjadi 78,09% tahun 2008, menjadi 78,37% tahun 2009 dan 78,57% tahun 2010.Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 80,2%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 (76,8%). Data dari cakupan peserta KB aktif tersebut sudah mencapai target 70% dari angka yang diharapkan. Data jumlah Pasangan Usia Subur di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 259.120 peserta, yang menjadi akseptor KB aktif sebesar 75,03%. Persentase peserta KB aktif tersebut Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yaitu sebesar 10,9% dengan persentase MOW sebanyak 3,0%, MOP sebanyak 0,2%, IUD sebanyak 4,9% Implan sebanyak 2,8% yang menempatkan implan pada peringkat terendah setelah MOP.Strategi peningkatan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti Implan, terlihat kurang berhasil,
pertambahan rata-rata per tahun sebanyak 3,25 juta jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk berkisar dalam angka tersebut, diprediksikan pada tahun 2015 total penduduk Indonesia berjumlah 270 juta jiwa. Jumlah penduduk ini sebenarnya bisa dikurangi menjadi 240 juta jiwa jika pemerintah berhasil menekan angka pertambahan penduduk menjadi satu persen per tahun melalui program Keluarga Berencana. Keluarga berencana sangat berperan aktif dalam penurunan pertambahan penduduk. Keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan melalui pendewasaan usia hamil, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup. Pelayanan keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Berdasarkan data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, menunjukkan Angka Total Fertility Rate( TFR ) pada periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata - rata kelahiran oleh wanita usia subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007, angka TFR tetap pada 2,6 anak. Sekarang ini di samping keluarga muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak mau ber-KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan banyak anak banyak rezeki. Artinya ada dua pandangan yang berseberangan. Hal ini akan berpengaruh pada keturunan atau jumlah anak masing- masing. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat akan berdampak luas bagi penyediaan bahan pangan, pendidikan, kesehatan dan lapangan 2
yang banyak diminati adalah KB suntik 1 bulan dan 3 bulan sedangkan implan tidak banyak diminati oleh akseptor KB aktif yang datang di BPM Jarmini Desa Leyangan Ungaran. Sehubungan dengan rendahnya penggunaan implan dan upaya untuk meningkatkan kesertaan KB MKJP bagi penerima layanan (demand) maupun aspek pemberi layanan (supply). Berbagai upaya pemerintah telah mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) dilakukan untuk peningkatan penggunaan kontrasepsi diantaranya adalah dengan adanya kebijakan Implan KB Tahun 2010 – 2014 serta dengan program lainnya gratis untuk seluruh PUS di seluruh provinsi secara terpadu. Penelitian di desa Leyangan Ungaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi implan pada akseptor KB aktif Di BPM Jarmini belum pernah dilakukan. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut di atas. Dari penelitian ini penulis berharap semoga penelitian ini dapat menjadi masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana.
yang terbukti dengan jumlah pengguna Implan lebih sedikit dari program metode kontrasepsi mantap (Kontap) MOW,padahal target program MKJP KB Implan tahun 2013 adalah sebesar 6,150% dari cakupan target pencapaian 70%.Masih tingginya angka DO dan kegagalan atau komplikasi pemakaian alat kontrasepsi dalam kesertaan ber-KB 20% sampai 40% pada metode jangka pendek dan 0,5% sampai 10% pada metode jangka panjang. Berdasarkan laporan pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana Provinsi Jawa Tengah, minat wanita menggunakan kontrasepsi implan belum sesuai harapan. Penyebabnya sebagian masyarakat masih merasa takut memakai implan, terutama yang berada di desa. Banyak dari wanita yang mengalami kesulitan dalam memilih alat kontrasepsi.Hal itu bukan dikarenakan terbatasnya metode kontrasepsi yang tersedia melainkan kurangnya pengetahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Dari data studi pendahuluan didapatdi BPM Jarmini Desa Leyangan Ungaran tercatat yang menggunakan KB Implan pada Januari 2013 sampai Desember 2013 ada 36 orang dari total akseptor KB tahun 2013 yang
Metode Penelitian Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain crossectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari adanya suatu dinamika korelasi (hubungan) antara faktor risiko dengan efek.Dilakukan dengan pendekatan observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang sama untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi implan pada akseptor KB aktif di BPM Jarmini Desa Leyangan Ungaran Tahun 2014.
datang ke BPM untuk KB berjumlah 2526 orang atau persentasenya sebesar 1,4 % sedangkan pada tahun 2014 di Januari sampai September ada 34 orang yang menggunakan KBimplan, total akseptor KB tahun 2014 yang datang ke BPM untuk KB berjumlah 1522 orang dengan persentase sebesar 2,2 %. Jumlah tertinggi 3
akseptor KB aktif di BPM Bd. Jarmini Desa Leyangan Ungaran. Setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan untuk diisi dan kemudian data tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data. Analisa dalam penelitian ini berupa distribusi dan prosentasi dari setiap variabel yang disajikan dalam bentuk narasi dan tabel, menggunakan program SPSS. Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel.Teknik analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi square.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akseptor KB aktif BPM Jarmini desa leyangan ungaran yang berjumlah 100 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah Seluruh akseptor KB aktif di BPM Jarmini desa Leyangan ungaran yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang berjumlah 100 orang responden. Kriteria inklusi penelitian ini adalah Ibu akseptor KB aktif (implan dan non implant), Ibu yang ber-KB di BPM Jarmini desa leyangan ungaran, Bersedia menjadi responden, Dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah Tidak bersedia menjadi responden, Tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan prosedur non random sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata- mata hanya berdasarkan kepada segi – segi kepraktisan belaka. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai sumber data. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi implan pada akseptor KB aktif. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari BPM Jarmini Desa Leyangan Ungaran yang meliputi jumlah ibu yang menggunakan implan, jumlah
Hasil Penelitian Sebagian besar responden terdapat pada kelompok umur 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 65 responden (68,4%). Sebagian besar responden terdapat pada kelompok paritaskurang sama dengan 2 yaitu sebanyak 55 responden (57,9 %). Sebagian besar responden terdapat pada kelompok tingkat pengetahuan baik yaitu 47 responden (49,5%). Berdasarkan pertanyaan kuesioner bisa dilihat soal pengetahuan yang paling banyak dijawab benar oleh responden yaitu tempat pemasangan susuk yang dipasang pada lengan sebanyak 90 responden tetapi 5 diantaranya menjawab di paha dan adanya pembiusan saat pemasangan implan sebanyak 77 responden (81,0%) dan masih di dapatkan responden yang beranggapan bahwa pemasangan implan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lain selain bidan yaitu 16 responden (16,8%) yang menjawab perawat. Sebagian besar responden terdapat pada kelompok sikap positif sebanyak 63 responden (66,3%).Hal ini dapat dilihat lebih terperinci pada 4
0,024. Hal ini berarti adanya hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan pemilihan kontrasepsi implan.
tabel 4.6, yaitu menjelaskan per item soal mengenai distribusi frekuensi sikap akseptor KB aktif terhadap pemilihan alat konterasepsi implan. Pada pertanyaan kuesioner no. 8 bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang benar terhadap pemasangan susuk yang akan menyebabkan bengkak dan tidak bisa menghilang sebanyak 95 responden (95,7%) tetapi 5 diantaranya masih menjawab bersikap negatif. Sebagian besar responden terdapat pada kelompok biaya pelayanan mahal yaitu sebanyak 60 responden (63,2 %). Uji chi-square pada umur dan pemilihan kontrasepsi memperoleh X2 hitung sebesar 0,733 dan p value sebesar 0,693. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemilihan kontrasepsi implan. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada variabel paritasdi peroleh X2 hitung sebesar 0,677 dan p value sebesar 0,411. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi implan. Berdasarkan hasil uji statistik pada dengan menggunakan ujichisquare pada variable pengetahuan diperoleh X2 hitung sebesar 18,940 dan p value< 0,001.Hal ini berarti adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi implant. Berdasarkan hasil uji statistik pada variable sikap dengan menggunakan ujichi-square di peroleh X2 hitung sebesar 10,158 dan p value sebesar 0,001. Hal ini berarti adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemilihan kontrasepsi implan. Berdasarkan hasil uji statistik pada variable biaya pelayanan dengan menggunakan uji chi-square di peroleh X2 hitung sebesar 5,090 dan p value sebesar
Pembahasan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implan paling banyak di gunakan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 39 orang (70,9 %) dan umur >35 tahun sebanyak 16 0rang (29,1%). Menurut asumsi Sakinahbahwa umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seseorang. Disini menunjukkan pengguna KB implan maupun non implan digunakan pada usia reproduksi sehat dibanding usia lain. Pada usia ini sudah mempunyai kesiapan fisik dan mental yang lebih baikuntuk melaksanakan fungsi reproduksinya. Pada usia 20 -35 tahun termasuk masa reproduksi dan kontrasepsi yang diperlukan adalah untuk menjarangkan kehamilan tanpa menimbulkan masalah pada ibu dan anak dan dapat dimungkinkan pada usia 20 -35 tahun temotivasi untuk memakai alat kontrasepsi yang efektif dan reversibel. Umur wanita adalah variabel penting yang mempunyai pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi.Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian, terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehSakinah di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare tahun 2012 menunjukkan bahwa 5
melakukan sebagian besar aktivitas normal. Lokasi tidak dengan mudah terlihat dan untuk pembiusan berguna agar klien tidak merasakan sakit saat pemasangan.(31) Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan memegang peranan penting dalam menentukan suatu keputusan atau sikap yang utuh.Pengetahuan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan prespektif pada manusia dalam mempersiapkan kenyataan, memberikan dasar pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap pemilihan kontrasepsi implan. Dari 95 orang yang diteliti di BPM Jarmini Desa Leyangan Ungaran, sebagian besar responden terdapat pada kelompok sikap positif yaitu sebanyak 63 responden (66,3 %). Dalam hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bernadus Manadungmenunjukkan bahwa akseptor KB implan lebih banyak pada kelompok sikap positif yaitu sebesar 54 orang (70%). Apabila pasangan suami istri mempunyai sikap yang positif terhadap KB, maka mereka cenderung akan memakai alat kontrasepsi. Terbentuknya sikap positif atau negatif terhadap salah satu alat kontrasepsi dipengaruhi juga terhadap pengetahuan tentang alat kontrasepsi tersebut. Semakin banyak pengetahuan tentang alat kontrasepsi tersebut maka semakin positif sikap yang akan ditunjukkan terhadap alat kontrasepsi tersebut. Maka sikap sangat berkaitan dengan pengetahuan seseorang. Pada pertanyaan kuesioner pada pertanyaan sikap yang dijawab benar oleh sebagian besar responden adalah pemasangan susuk yang akan menyebabkan bengkak dan tidak bisa menghilang. Hal ini berhubungan dengan teori
akseptor KB implan lebih banyak pada paritas kurang dari atau sama dengan 2 yaitu sebesar 34 orang (62%) dan yang paling sedikit pada paritas lebih dari 2 sebanyak 21 orang (20%). Dalam hal ini paritas rendah atau kurang sama dengan 2 diharapkan untuk memakai kontrasepsi yang efektif dan reversibel.Paritas seseorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu metode secara medis. Alasan kenapa banyak yang memilih non implan karena kontrasepsi non implan dianggap praktis dan merasa cocok serta nyaman dan tidak mengganggu aktifitas sehari – hari maupun aktifitas seksual.Pada non implan juga tidak memerlukan perhatian serta perawatan khusus. Berhubungan dengan pertanyaan kuesioner bisa dilihat soal pengetahuan yang paling banyak dijawab benar oleh responden yaitu tempat pemasangan susuk yang dipasang pada lengan sebanyak 90 responden tetapi 5 diantaranya menjawab di paha dan adanya pembiusan saat pemasangan implan sebanyak 77 responden dan masih di dapatkan responden yang mengetahui bahwa pemasangan implan dilakukan oleh tenaga kesehatan lain selain bidan yaitu 16 responden yang menjawab perawat. Hal ini berhubungan dengan teori Phillip Danner yaitu pemilihan tempat pemasangan implan didasarkan baik pada faktor fungsi maupun estetika.Berbagai tempat (tungkai bawah bagian atas, lengan bawah dan lengan atas) telah digunakan dalam percobaan klinis.Bagian lengan atas yang todak dominan biasanya merupakan tempat yang paling baik untuk pemasangan implan.Area ini mudah dicapai oleh klinis.Daerah ini juga terlindung secara baik pada waktu 6
bahwa akseptor KB lebih banyak pada beranggapan biaya pelayanan mahal pada kontrasepsi implan yaitu sebanyak 40 orang (57%).Biaya pelayanan sangat diperhatikan oleh pengguna akseptor KB. Semakin tinggi biaya pelayanan maka minat pengguna KB juga akan lebih sedikit. Begitu sebaliknya semakin rendah biaya pelayanan minat pengguna akseptor KB akan semakin banyak yang menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
Philip Danner yaitu efek samping yang serius jarang terjadi, tanpa ada perbedaan insiden dengan populasi umum. Disamping perubahan haid, telah dilaporkan efek samping sebagai berikut seperti nyeri kepala, jerawat, perubahan berat badan, mastalgia, perubahan warna dan bengkak pada tempat pemasangan implan, hirsutisme, depresi, perubahan mood, cemas, tegang, pembentukan kista ovarium dan galaktore. Efek efek di atas umumnya ringan dan tidak akan membahayakan kesehatan dari klien. Efek samping di atas bisa di atasi dengan pengobatan yang sederhana. Seperti pembengkakan pada tempat pemasangan yang tidak perlu terapi apapun yang nantinya akan hilang dengan sendirinya.Pembengkakan atau hematoma adalah merupakan reaksi lokal pemasangan implan. Penggunaan bebat tekan selama 72 jam merupakan cara yang digunakan agar hematoma atau pembengkakan tidak menjadi luas. Pemberian bungkus selama 30 menit setelah pemasangan juga akan membantu reaksi lokal yang terjadi setelah pemasangan.(31) Hal ini menunjukan bahwa sikap itu sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. Jika responden tidak mengetahui tentang Implan maka jawaban pertanyaan akan salah terbukti yang lebih banyak menjawab salah ialah akseptor Non Implan dan sebagian besar yang menjawab benar adalah akseptor Implan. Dari 95 orang yang diteliti sebagian besar responden terdapat pada kelompok biaya pelayanan mahal yaitu sebanyak 60 responden (63,2 %).Dalam hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bernadus Manadung menunjukkan
Kesimpulan 1. Sebagian besar pengguna akseptor KB implan maupun non implan berumur 20 sampai 35 tahun.sebanyak 65 responden (68,4%). 2. Sebagian besar responden terdapat pada paritas kurang sama dengan 2sebanyak 55 responden (57,9%). 3. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi implan yaitu sebanyak 47 responden (49,5%). 4. Sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap pemilihan kontrasepsi implansebanyak 63 responden (66,3 %). 5. Sebagian besar responden beranggapan biaya pelayanan implan mahal mahal yaitu sebanyak 60 responden (63,2 %). 6. Ada hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan pemilihan kontrasepsi implan (p value= 0,024). 7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemilihan kontrasepsi implan(p value = 0,693). 8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi implan (p value = 0,411).
7
9. Ada hubungan yang bermakna
1. BKKBN.2013. Profil kependudukan dan pembangunan di Indonesia tahun 2013(diakses tanggal 6 oktober 2014). Didapat dari: http://www.bkkbn.go.id/kependu dukanprofilkependudukan2013 2. Pinem S. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2009. 3. BKKBN, 2012. Profil Kesehatan Indonesia. (diakses 4 oktober 2014) http://www.dinkesjatengprov.go.i d/dokumen/2013/SDK/Mibangke s/profil2012. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.Semarang. (diakses 10 oktober 2014) http://www.dinkesjatengprov.go.i d/dokumen/manajemen_informa si/SPM/spm2011. 5. BKKBN. 2012. Paparan bappenas. (diakses 12 oktober 2014) http://www.bkkbn.go.id/materi/Do cuments/MateriRakernas/Papara nbappenasrakernas 6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan JawaTengah 2013 Peserta KB Aktif. (diakses 7 oktober 2014). Di dapat dari :http://www.dinkesjatengprov.go.i d 7. BKKBN. Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta : Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi BKKBN; 2011. h.7 8. Susilowati F. Gambaran minat wus terhadap penggunaan implan di wilayah kerja puskesmas meureudu kecamatan meureudu kabupaten pidie jaya tahun 2013 (diakses 6 oktober 2014) didapat dari :
antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi implan (p value<0,001). 10. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemilihankontrasepsi implan (p value= 0,001). Saran 1. Responden hendaknya meningkatkan pengetahuan atau informasi tentang alat kontrasepsi implan dengan banyak bertanya atau membaca buku atau sumber- sumber yang berkaitan dengan kontrasepsi implan, sehingga masyarakat atau responden dapat lebih memahami atau mengerti tentang alat kontrasepsi implan dalam upaya kesejahteraan keluarga. 2. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di wilayah Leyangan agar selalu memberikan penyuluhan atau informasi tentang alat kontrasepsi implan.Dalam melakukan komunikasi kepada masyarakat seharusnya mengikutsertakan tokoh –tokoh masyarakat agar semua masyarakat mengerti dan termotivasiuntuk menggunakan alat kontrasepsi implan. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti lain dapat lebih spesifik tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi terutama pada variabel lain seperti efek samping, dukungan suami, dan ketersediaan alat karena hal tersebut mempengaruhi pemilihan kontrasepsi juga. Bisa menggunakan uji statistik lain seperti uji spearman. Daftar Pustaka
8
http://docjurnal/FITRIANI_SUSIL AWATI-jurnal.pdf 9. Rohmawati E, Suprapti, Danayanti F. perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang kontrasepsi implan di desa wonolopo kecamatan mijen kota semarang (diakses 6 oktober 2014). Di dapat dari:http://jurnal unimus.ac.id 10. Saifuddin A, Affandi B.Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: PTBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012. h.MK 1-3; MK 9- 14; MK 15-6; MK 17-8; MK 21; MK 24; MK 31; MK 35-7; MK 43-4; MK 51; MK 55-63; MK 89; MK 95; PK 18-35; PK 42 11. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Rekomendasi praktek terpilih untuk penggunaan kontrasepsi. Yogyakarta:BKKBN; 2007. h. 57-9; 63-5. 12. Manuaba I. Buku ajar pengantar kuliah teknik operasi obstetri &keluarga berencana. Jakarta : Trans Info Media; 2012. h.38789 13. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IBGF. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB.Jakarta : buku kedokteran EGC; 2005. h.603 14. Pendit B. Ragam metode kontrasepsi (contraceptive methodmix). Jakarta: buku kedokteran EGC; 2007. h. 28 15. Wiknyosastro. Modul pelatihan penyegaran klinis bagi bidan kegawatdaruratan obsteri dan neonatal serta kontrasepsi.Jakarta : Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan;2008.h.4 16. Glasier A. Keluarga berencana & kesehatan reproduksi.Jakarta
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
9
:buku kedokteran EGC; 2006. h. 106-7. Manuaba I. Gawat darurat obstetri – ginekologi & obstetri ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta : bukukedokteran EGC: 2008. h.237 Fraser D, cooper M. Buku ajar bidan myles. Jakarta : buku kedokteran EGC; 2009. h.662-3 Sulistyawati A. Pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika; 2011. h. 4954;67-80;81-4.. Varney H. Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC;2007. h.462-63;484-86. Wawan A , M dewi.Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha medika; 2010. h.17-8 Musu A Faktor–faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi implan pada akseptor KB di puskesmas ciomas kecamatan ciomas kabupaten bogor tahun 2012 (diakses tanggal 8 november 2014) didapat dari : http://lib.ui.ac.id Wahab A. Pengantar riset (bidang kesehatan, kebidanan, dan Keperawatan). Yogyakarta: Kaukaba Dipantara; 2013. h. 74-5;79;96;140. Notoatmodjo S.Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta; 2012. h.1768;202-4. Imron M, Munif A. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: sagung seto; 2010. h. 78-9;136-7. Sujiyatini dyah N. Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini. Jogjakarta: nuha medika; 2009. h. 51-174. BKKBN. Kajian Implementasi penggunaan kontrasepsi jangka
penggunaan kontrasepsi implan pada akseptor KB di wilayah kerja puskesmas lampulo kecamatan kuta alam banda aceh ( diakses tanggal 9 mei 2015) di dapat dari : htpp//docjurnal/rahmahjurnal.pdf 31. Speroff L, Philip D. Pedoman klinis kontrasepsi (a clinical guide forcontraception) edisi 2. Jakarta :buku kedokteran : EGC 2005. H 134-67
panjang. Jakarta; 2011.( diakses tanggal 30 november 2014). Di dapat dari: http://bkkbn.go.id 28. Indra L. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin.semarang : 2009 (diakses tanggal 8 mei 2015) didapat dari : http:// docjurnal/INDRA-jurnal.pdf 29. Jasmaniar.faktor-faktor yang mempengaruhi minat akseptor KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi implan di puskesmas simeulue timur. Banda Aceh :2009 (diakses tanggal 9 mei 2015) didapat dari: htpp//docjurnal/JASMANIARjurnal.pdf 30. Rahmah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
10