FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU TANAH BOLENG ADONARA KABUPATEN FLORES TIMUR 2013
FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE BREAST FEEDING IN POSYANDU TANAH BOLENG, ADONARA, EAST OF FLORES REGENCY 2013
OLEH: MARIA ANGGRIANI SOMI1 MARIANI SUBRATA2 WILHELMUS HARRY SUSILO3
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN A STIK SINT CAROLUS, JAKARTA APRIL, 2014 1 Mahasiswa STIK Sint Carolus 2 Dosen Tetap STIK Sint Carolus 3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus
1
2
ABSTRAK ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa makanan tambahan lain selama 6 bulan. ASI eksklusif bermanfaat bagi bayi, ibu, ayah, keluarga, negara dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, di Posyandu Tanah Boleng Adonara, Kabupaten Flores Timur. Desain penelitian adalah potong lintang dengan metode kuantitatif. Populasi target berjumlah 54 orang. Pengambilan sampel secara total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan Chi-square. Hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar responden berusia 20-30 tahun (57,4%); berpendidikan tinggi (57,4%); jumlah anak >1 (51,9%); memiliki pekerjaan (57,4%); berpengetahuan baik (51,9%); dan mendapat dukungan dari keluarga (66,7%). Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara variabel usia (p=0.272), paritas (p=0.513), pengetahuan (p=0.104) dan dukungan keluarga (p=0.314) dengan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan, pada variabel tingkat pendidikan didapatkan p=0.024 dan pekerjaan p=0.001. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Karena itu, dibutuhkan penyuluhan kesehatan tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan sehingga pemberian ASI eksklusif dapat terlaksana secara sukses. Bagi ibu yang bekerja diharapkan memerah ASI saat meninggalkan bayi. Kata Kunci
: Pemberian ASI Eksklusif
ABSTRACT Exclusive breast feeding is merely giving breast-feed, without other additional food in six months of age and after six months. Breast feeding is useful for the baby, mother, father, family, country and environment. The purpose of this research is to determine factors associated with exclusive breast feeding in posyandu Tanah Boleng, Adonara, East of Flores regency. The research design used is cross sectional with quantitative method. The amount of sample frame is 54 people. The sampling method is total sampling. The data collection used is a questionnaire. The analysis methods used are frequencies distribution and Chi-square. The result of univariat analysis shows that most respondents are from 20 to 30 years of age (57,4%); have higher education (57,4%); the number of parity is > 1 (51,9%); have a job (57,4%); have good knowledge (51,9%); and have family support (66,7%). The result of Chisquare test shows that statistically there is no significant relationship between age (p=0.272), parity (p=0.513), knowledge (p=0.104) and family support (p=0.314) with exclusive breast feeding. Meanwhile, the level of education obtained is p=0.024 and the job variable obtained is p=0.001. Thus, It can be concluded that there is a meaningful relationship between education level and job with exclusive breast feeding. Therefore, health education and counseling about exclusive breast feeding from health workers and cadres of posyandu is required so that the exclusive breast feeding can be done successfully. The working mothers are suggested to flush the breast-feed when leaving their baby. Keyword
: exclusive breast feeding
3
A.
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Angka kelahiran di Indonesia mencapai 5 juta bayi pertahun. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini berarti setiap 2,5 menit ada satu bayi Indonesia meninggal. UNICEF, menyatakan sekitar 30 ribu kematian anak Indonesia tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) selama 6 bulan sejak bayi lahir di dunia. Pemberian ASI dapat menekan angka kematian bayi hingga 13% dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta angka kelahiran hidup, maka jumlah bayi yang terselamatkan sebanyak 30.000 (Gklinis, 2006). ASI sangat bermanfaat untuk kesehatan dan tumbuh kembang bayi, kesehatan ibu, menghemat ekonomi keluarga dan menurunkan angka kesakitan. Pemerintah Republik Indonesia menjamin dukungan kepada ibu menyusui melalui UndangUndang Kesehatan No.36/2009. Dalam pasal 128 dinyatakan bahwa “setiap bayi berhak mendapat ASI eksklusif sejak dilahirkan, kecuali atas indikasi medis. Dengan memberikan kepada ASI pada bayi Indonesia, artinya kita turut menyukseskan target MDGs ke-4 yaitu mengurangi dua pertiga tingkat kematian balita. Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, dan masyarakat harus mendukung ibu dan bayi secara penuh dan total agar praktik pemberian ASI dapat terlaksana dengan baik sehingga manfaat ASI dapat dirasakan. Faktor-faktor penunjang keberhasilan menyusui adalah melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), rawat gabung, posisi menyusui yang baik dan benar, serta langkah-langkah menyusui yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan juga melalui Kep Menkes Republik Indonesia No.450/MENKES/2004 tentang pemberian ASI eksklusif bagi bayi Indonesia. Ada banyak faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI yaitu merasa ASI tidak cukup, bekerja, pandangan ibu terhadap perubahan payudara. Faktor predisposisi yaitu, umur, pendidikan, pengetahuan, paritas, sikap dan ibu. Faktor pendukung, pendapatan keluarga, ketersedian waktu. Faktor pendorong, sikap petugas kesehatan dan dukungan keluarga (Notoatmodjo, 2002). Dari berbagai propinsi dilaporkan bahwa berdasarkan laporan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2010, Persentase ASI eksklusif (15,3%). IMD kurang dari satu jam setelah bayi lahir (29,3%), tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%). Sebagian besar proses IMD dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi 4
masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam, Pemberian kolostrum cukup baik (74,7%). Sedangkan Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan menurut propinsi NTT tahun 2010 (79,4%). Pemberian ASI dapat melindungi bayi dari sindrom kematian mendadak. Di kabupaten Flores Timur pada tahun 2009, dilaporkan dari seluruh bayi yang ada 4.429, untuk jumlah sasaran bayi 2.069, yang diberi ASI eksklusif sebesar 1.048 (51%) dari target 65%, maka pencapain ASI eksklusif di kabupaten Flores Timur masih dibawah target. Sedangkan AKB di Flores Timur tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 16,9% dari 14,15% per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Angka ini masih dibawah standar Nasional yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan (Profil Kesehatan Flores Timur, 2009). Laporan dari posyandu Tanah Boleng Adonara di dapatkan bahwa ada 1 bayi meninggal per tahun (survey tahun 2007-2012), sedangkan program ASI eksklusif yang diterapkan oleh tenaga kesehatan belum berhasil hingga tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara. Sehubungan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal ini maka peneliti berkeinginan mengetahui lebih jauh tentang apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur Tahun 2013.
2. TUJUAN PENELITIAN a.
Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, di Posyandu Tanah Boleng Adonara kabupaten Flores Timur 2013.
b.
Tujuan khusus 1)
Diketahuinya gambaran mengenai pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara kabupaten Flores Timur.
2) Diketahuinya karakteristik ibu (usia, pendidikan, paritas, pekerjaan), serta pengetahuan dan dukungan keluarga di Posyandu Tanah Boleng Adonara. 3) Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas, pekerjaan), serta pengetahuan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng.
5
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Tanah Adonara Boleng Kabupaten Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur (posyandu Lewat, Leworere, Orintobi, Bajunta’a, Nihaone, Lewoblolong) pada tanggal 07 – 13 Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Tanah Boleng Adonara karena pemberian ASI ekskusif masih rendah. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan menggunakan
metode pendekatan
kuantitatif deskriptif korelasi untuk mengkaji hubungan antar variabel dan bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Populasi penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur, yang berjumlah 54 0rang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 orang, melihat populasi yang ada pada penelitian ini yang berjumlah 54 orang, maka peneliti mengambil seluruh populasi yang ada menjadi sampel dalam penelitian ini, yang disebut dengan total sampling/Exhaustive sampling yaitu peneliti mengambil semua subjek penelitian didalam populasi berisiko, untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab (Murti, 2010 : 76) yaitu 54 orang. Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer. Data primer meliputi data hasil yang diperoleh melalui kuesioner seperti data demografi (umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan) dan kuesioner tentang pengetahuan responden dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya dilakukan uji coba untuk menjamin validitas dan reliabilitas pada 30 0rang responden diambil dari posyandu lain yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian diluar dari populasi yang sudah ditetapkan pada penelitian. Kuesioner diolah dengan program SPSS 21, luaran uji validitas perhatikan pada kolom corrected total item correlation yang dibandingkan dengan tabel r, kemudian buat tabel baru dalam words, dan bandingkan nilai luaran dengan nilai tabel r, dan tentukan tingkat validasi derajat bebas. Derajad bebas dalam menentukan nilai r pada tabel adalah n-2 dengan tingkat signifikan adalah 5% (0,05). Jika r > dari variabel r maka item tersebut dikatakan vailid, jika nilai r < dari variabel r maka item tersebut dikatakan tidak valid. (Susilo, 2013). Setelah itu dilakukan uji reliabilitas didapatkan Alfa Chronbach’s >0,70 (Uyanto. 2006). Hasil uji validitas dan reliabitas, menggunakan 41 pertanyaan di dapatkan nilai df (39.00), nilai r(.26), nilai t (1.68) dan Alfa Chronbach’s 0.876. Terdapat 31 pertanyaan yang valid, 4 pertanyaan marginal, 6 pertanyaan tidak valid, untuk satu pertanyaan marginal diperbaiki 6
sehingga dijadikan instrument penelitian, dengan demikian kuesioner siap untuk digunakan dalam penelitian adalah 32 pertanyaan. Analisa univariat dalam penelitian ini akan melihat distribusi frekuensi dan porsentase dari seluruh variabel karakteristik responden (umur, pendidikan, paritas, pekerjaan) serta pengetahuan dan dukungan keluarga. Statistik Analisa bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen (karakteristik responden: umur, pekerjaan, pendidikan, paritas) serta pengetahuan dan dukungan keluarga dengan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif). Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala variabelnya yakni variabel skala nominal dengan ordinal maka digunakan uji satistik chi-square dengan menggunakan program SSPS. Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh bermakna, digunakan tingkat kemaknaan (α) 5% = 0,05. Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan bermakna antara variabel indenpenden dengan variabel dependen, dan tidak bermakna jika p value > 0,05 maka gagal ditolak Ho, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel indenpenden dengan variabel dependen.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat Tabel 1 Distribusi umur, pendidikan, paritas, pekerjaan, pengetahuan, dan dukungan keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur Agustus 2013 Variabel Umur <20 - >30 tahun 20-30 tahun Pendidikan Rendah Tinggi Paritas 1 anak >1 anak Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Pengetahuan Baik Buruk Dukungan Keluarga Mendukung Tidak Mendukung 7
Frekuensi
(%)
23 31
42,6 57,4
23 31
42,6 57,4
26 28
48,1 51,9
23 31
42,6 57,4
28 26
51,9 48,1
36 18
66,7 33,3
ASI Eksklusif ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif
35 19
35,2 64,8
Sumber : data primer yang sudah diolah
Variabel umur dari 54 responden, yang mempunyai rentang umur 20-30 tahun ada 31 responden (57,4%) sedangkan
berumur <20 >30 tahun ada
23 responden
(42,6%). Variabel pendidikan dari 54 responden, yang berpendidikan tinggi ada 31 responden (57,4%) sedangkan yang berpendidikan rendah ada 23 responden (42,6%). Variabel paritas dari 54 responden, yang mempunyai jumlah anak >1 orang ada 28 responden (51,9%) dan memiliki 1 anak ada 26 responden (48.1%). Variabel pekerjaan dari 54 responden, yang bekerja ada 31 responden (57,4%) sedangkan tidak bekerja ada 23 responden (42,6%). Variabel pengetahuan dari 54 responden, yang memiliki pengetahuan baik ada 28 responden (51,9%), dan yang memiliki pengetahuan buruk ada 26 responden (48,1%). Variabel dukungan keluarga dari 54 responden, yang mendapat dukungan dari keluarga ada 36 responden (66,7%) sedangkan yang tidak mendapat dukungan dari keluarga ada 18 responden (33,3%).
2. Analisa Bivariat Tabel 2 Distribusi Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur 2013 Variabel Umur <20 dan > 30 tahun 20-30 tahun Pendidikan Tinggi Rendah Paritas 1 anak > 1 anak Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Pengetahuan Bak Buruk Dukungan Keluarga Mendukung Tidak Mendukung
ASI Eksklusif Ya N
Nilai p
%
Tidak N
%
13 22
24.1 40.7
10 9
18.5 16.7
0.272
24 11
44.4 20.4
7 12
13.0 22.2
0.024
18 17
33.3 31.5
8 11
14.8 20.4
0.513
26 9
48.1 16.7
5 14
9.3 25.9
0.001
21 14
38.9 25.9
7 12
13.0 22.2
0.104
25 10
46.3 18.5
11 8
20.4 14.8
0.314
(Sumber : dari data primer yang diolah)
8
HUBUNGAN UMUR DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang memberikan ASI eksklusif terbanyak pada rentang umur 20-30 tahun, berjumlah 22 responden (40,7%) dibandingkan responden dengan rentang umur <20 >30 tahun berjumlah 13 responden (24,1). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 0.272 > nilai α 0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susriyati (2007), yang menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur Prehatni (2009) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil temuan penelitian ini mendukung teori bahwa umur sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, serta persalinan. (Depkes, 1994). Sedangkan ibu yang berumur 20-30 tahun disebut masa dewasa, dimana pada masa ini diharapkan telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, nifas dan merawat bayinya nanti, serta keterpaparan mengenai informasi ASI eksklusif cenderung lebih besar. Sedangkan pada usia >30 tahun informasi yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu dianjurkan tidak hamil lagi untuk mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003), yang mengatakan bahwa umur mempengaruhi seseorang, karena semakin tua usia maka pengetahuan semakin bertambah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soetjiningsih (1997), tidak hanya umur yang mempengaruhi seseorang dalam memberikan ASI eksklusif tetapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (budaya, psikologis, dan meningkatnya promosi susu formula penggati ASI). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rr.Yosephi D.A Natalia juga dikatakan bahwa faktor umur tidak berhubungan dengan dengan ibu menyusui eksklusif, karena produksi ASI lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu dan seberapa sering bayi disusui oleh ibunya. Asumsi peneliti, responden yang berusia dalam rentang 20-30 tahun di daerah penelitian mayoritas adalah keluarga baru dan sangat menginginkan agar anaknya sehat 9
sehingga informasi tentang kesehatan sangat dibutuhkan, dan selalu meluangkan waktu datang ke posyandu dan fasilitas kesehatan untuk mengecek status kesehatanan bayi. dan berpeluang mendapatkan informasi kesehatan. Dan pada ibu yang berusia <20 tahun cenderung mengandalkan informasi kesehatan tentang bayi dari mertua atau orang tua, sedangkan pada usia >30 tahun sudah mempunyai pengalaman mengasuh anak sebelumnya sehingga dengan pengalaman itu yang akan diterapkan pada proses mengasuh anak selanjutnya. Pada tiap kelompok umur diperlukan dukungan dari petugas kesehatan bukan hanya untuk rawat gabung dan IMD saja, tetapi juga untuk memberikan penyuluhan kesehatan agar ibu dapat memahami dengan benar tentang praktik pemberian ASI eksklusif serta manfaat ASI itu sendiri seperti bayi akan tumbuh sehat, mengurangi pengeluran ekonomi keluarga, angka kesakitan bayi pun akan berkurang. Sehingga tujuan MDGs tercapai.
HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui
bahwa,
responden yang
memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang berpendidikan tinggi, berjumlah 24 responden (44,4%) dibanding responden yang berpendidikan rendah berjumlah 11 responden (20,4%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 0.024 < nilai α 0,05). Artinya ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catur, Prehatni Winduastuti (2009), yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunisa (2009) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung berkeinginan tinggi dan akses informasi yang luas, karena orang yang berpendidikan tinggi lebih ingin mencari tahu informasi tertentu termasuk tentang ASI eksklusif karena mereka akan lebih mudah memahami informasi yang baru. Penelitian ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh sesorang maka semakin baik pengetahuan dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah, Notoadmodjo (2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur Prehatni menunjukkan bahwa 10
responden yang berpendidikan tinggi lebih besar presentasenya dibanding responden yang berpendidikan rendah. Pendidikan yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun non formal. Sedangkan berpendidikan tinggi umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna pemeliharaan kesehatannya. (Depkes RI 1996). Asumsi peneliti, responden yang berpendidikan tinggi dan berhasil dalam pemberian ASI eksklusif di daerah penelitian mayoritas suka membaca majalah-majalah kesehatan dan mengikuti acara televisi yang bertema kesehatan sehingga mereka dengan mudah memperoleh hal-hal positif yang kemudian diterapkan dalam keluarga mereka. Responden yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, sebaiknya diimbangi juga dengan dukungan petugas kesehatan melalui penyuluhan tentang ASI eksklusif sehingga mampu menyamakan persepsi bahwa dengan pemberian ASI, bayi akan sehat dan tumbuh kembang baik, mendukung program MDGs, menghemat pengeluaran ekonomi keluarga.
HUBUNGAN PARITAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang memberikan ASI eksklusif, hampir sama yaitu pada responden yang memiliki jumlah anak 1 orang berjumlah 18 responden (33,5%), sedangkan pada responden yang memiliki jumlah anak >1 orang berjumlah 17 orang (31,5%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 0.513 > nilai α 0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hajijah, Septia Utami (2012), yang menyatakan tidak ada hubungan antara paritas (jumlah anak) dengan pemberian ASI eksklusif. Friedman (2005), mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi paritas yaitu, pengetahuan, latar belakang budaya, keadaan ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Komponen-komponen ini dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi. Namun untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI secara eksklusif ibu harus berusaha mencari informasi tentang ASI eksklusif bagi ibu yang primipara yaitu salah satu cara melalui pengalaman orang lain dalam pemberian ASI eksklusif dan untuk ibu mulitipara dengan jarak kelahiran 11
yang dekat cenderung
mempengaruhi pikiran, perasaan dan sensasi yang akan
mempengaruhi peningkatan dan menghambat pengeluaran ASI. Roesli (2000), mengatakan bahwa semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan serta asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus anak serta berpengaruh pula terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif (Soetjiningsih,1997). Dalam penelitian (Proveravati, 2010), mengatakan bahwa pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali. Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan pengalaman dalam memberikan ASI kepada bayi. Semakin banyak paritas ibu akan semakin berpengalaman dalam memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI (Hastuti, 2006). Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan anak, sering kali menemukan masalah dalam memberikan ASI pada bayinya. Masalah yang sering muncul adalah puting susu lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui secara fisiologis (Neil, WR.R, 1996). Menurut asumsi peneliti bahwa, ibu yang mempunyai anak satu orang di daerah penelitian, lebih banyak meluangkan waktunya untuk datang ke fasilitas kesehatan dimana difasilitas kesehatan mereka mempunyai kesempatan untuk memperoleh informasi terkait dengan praktik pemberian ASI eksklusif secara baik dan benar. Jumlah anak belum mampu menjamin terlaksananya ASI secara eksklusif, karena selain IMD, rawat gabung dan variabel lain yang mendukung, dukungan dari petugas kesehatan memainkan peranan yang sangat penting lewat penyuluhan kesehatan yang terjadwal dengan baik, sehingga responden mampu mengetahui secara tepat tentang manfaat ASI.
HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang bekerja berjumlah 26 responden (48,1%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja berjumlah 9 responden (16,7%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 12
0.001< nilai α 0,05). Artinya ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catur, Prehatni (2009), yang menyatakan ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunisa (2009) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja yaitu, Susui bayi sebelum bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja, ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu bekerja, pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui diganti sehingga banyak menyusui di malam hari, minum dan makan makanan yang bergizi selama bekerja dan menyusui, dimana komponen tersebut diatas dapat membentuk suatu kekuatan yang utuh, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik daripada responden yang tidak bekerja. Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja diluar rumah mendapatkan akses informasi yang lebih baik, termasuk mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif. (Depkes RI,1999). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila memungkinkan hingga 6 bulan, meski cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Menurut Roesli (2005). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sr.Paula Athu, OSA yang mengatakan bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif lebih banyak dijumpai pada responden yang bekerja dibanding responden yang tidak bekerja, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja lebih sungguh-sungguh punya kemauan yang kuat untuk menyusui bayinya dibanding ibu yang tidak bekerja. Menurut asumsi peneliti, responden yang bekerja di daerah penelitian cenderung mencari tahu lebih jauh tentang ASI eksklusif itu sendiri dibanding ibu yang tidak bekerja karena ibu yang bekerja cenderung berinteraksi dengan orang-orang diluar rumah sehingga informasi terbaru mengenai kesehatan mudah diperoleh dibandingkan ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktunya mengurus keluarga dan urusan rumah tangga di
13
rumah sehingga keterpaparan informasi kesehatan termasuk ASI eksklusif kurang didapatkan secara baik sehingga bayi 0-6 bulan lebih dini diberikan makanan selain ASI. Status pekerjaan, baik responden yang bekerja maupun tidak bekerja sebaiknya dibutuhkan dukungan dari petugas kesehatan agar ASI eksklusif bisa berhasil secara seimbang melalui penyuluhan, agar responden dapat meyakini manfaat ASI, baik untuk kesehatan dan tumbuh kembang bayi, dapat menghemat pengeluaran ekonomi keluarga, mendukung program MDGs, dengan demikian angka kesakitan bayi akan menurun.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Berdasarkan analisi bivariat dapat dilihat bahwa, responden yang memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang memiliki pengetahuan baik, berjumlah 21 responden (38,9%) dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan buruk berjumlah 14 orang (25,9%). Berdasarkan hasil chi-square diperoleh (nilai p 0.104> nilai α 0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susriyati (2007) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur, Prehatni Winduastuti (2009) dan Sr. Paula Athu, OSA (2004) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui panca indera terhadap suatu objek tertentu dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan, dimulai dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis sampai evaluasi. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, (Notoadmodjo, 2007). ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi, dan tim, (Roesli (2002). Walaupun tidak ada program penyuluhan tentang ASI eksklusif di posyandu namun, secara spontan ibu-ibu selalu berinisiatif bertanya tentang ASI eksklusif pada petugas kesehatan pada saat kegiatan posyandu dan sering mendapat informasi dari keluarga atau teman yang berlatar belakang kesehatan. sehingga responden dapat 14
mengisi kuesioner dengan baik dan mayoritas berpengetahuan baik. Pengetahuan tentang ASI eksklusif tidak hanya bisa diperoleh melalui pendidikan formal tetapi bisa melalui informasi dari rekan yang berlatar belakang kesehatan, ataupun dari media massa, karena pengetahuan bukan hanya dari keyakinan atau kepercayaan individu melainkan suatu usaha untuk mencari tahu, atau melalui pengalaman pribadi bersama orang lain. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan baik responden terhadap pemberian ASI eksklusif yang ada di daerah penelitian dipengaruhi inisiatif responden untuk selalu bertukar informasi dengan responden yang lain saat bertemu ditempat arisan, kelompok doa, posyandu, dan mengikuti acara-acara di balai desa. Pada variabel pengetahuan, hanya sekedar tahu saja tidak menjamin perilaku terhadap ASI eksklusif bisa berhasil, walau variabel lain sudah mendukung, namun dukungan dari petugas kesehatan melalui penyuluhan sangat dibutuhkan, agar manfaat ASI dapat tersampaikan ke responden, dan manfaat ASI pun dapat dirasakan seperti, kesehatan dan tumbuh kembang bayi baik, menghemat biaya ekonomi keluarga, mendukung program MDGs, sehingga dapat menekan angka kesakitan bayi.
HUBUNGAN
DUKUNGAN
KELUARGA
DENGAN
PEMBERIAN
ASI
EKSKLUSIF Berdasarkan analisis bivariat menggunakan, dapat dilihat bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang mendapat dukungan dari keluarga berjumlah 25 responden (46,3%) dibanding dengan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga berjumlah 10 responden (18,5%). Sedangkan pada presentase tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi, terbesar pada responden yang mendapat dukungan dari keluarga berjumlah 11 responden (20,4%) dibanding dengan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga hanya berjumlah 8 responden (14,8%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 0.314> nilai α 0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunisa (2004), yang menyatakan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang dengan penelitian Catur, Prehatni (2009), yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini mendukung teori bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya faktor pendorong 15
(reinforcing factor) yang salah satunya adalah adanya dukungan atau dorongan yang diberikan oleh keluarga, teman dan masyarakat. (Green, 1980). Roesli (2000), mengatakan bahwa ayah merupakan bagian vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui. Banyak ayah yang berpendapat salah bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran penting dalam menentukan keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Dalam penelitian Catur Prehatni (2009) mengatakan bahwa proporsi terbesar dalam pemberian ASI eksklusif adalah responden yang mendapat dukungan dari keluarga dibanding responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Keberhasilan dalam memberikan ASI mempunyai pengaruh dari dukungan orang terdekat seperti suami, orangtua, mertua, karena pada saat ibu merasa dapat dukungan dari keluarga, ibu akan tenang dan nyaman saat menyusui bayi, yang akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara singkat dengan beberapa responden yang mendapat dukungan dari keluarga cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya karena ibu beranggapan bahwa jika anaknya diberikan makanan pendamping susu formula maka anak akan berkembang lebih cepat dan sehat seperti iklan-iklan di televisi dan media massa lainnya. Menurut asumsi peneliti, beberapa responden yang mendapat dukungan dari keluarga di daerah penelitian, memiliki pengetahuan yang kurang tentang ASI eksklusif, memiliki budaya keluarga bahwa bayi 0-6 bulan selain mendapat ASI, bayi juga harus diberi makanan tambahan seperti pisang dan air putih agar bayi lebih sehat dan responden mudah terpengaruh dari iklan di televisi dan media masa sehingga mereka keliru dalam memahami konsep ASI eksklusif secara benar. Dengan adanya dukungan keluarga, diharapkan ASI eksklusif lebih berhasil, namun ada faktor lain yang mendukung yaitu dukungan dari petugas kesehatan lewat penyuluhan agar responden mampu mengetahui dengan jelas manfaat ASI seperti kesehatan dan tumbuh kembang bayi akan baik, menghemat pengeluaran ekonomi keluarga, mendukung program MDGs, sehingga dapat menekan angka kesakitan bayi.
16
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Gambaran distribusi responden, dari 54 responden di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur persentase terbesar berusia 20-30 tahun (57,4%); berpendidikan tinggi (57,4%); mayoritas memiliki jumlah anak >1 orang (51,9%); memiliki pekerjaan (57,4%); berpengetahuan baik (51,9%); dan mendapat dukungan dari keluarga (66,7%). b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia (p value 0.272> 0.005), paritas (p value 0.513> 0.005), pengetahuan (p value 0.104> 0.005), dukungan keluarga (p value 0.314) dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. c. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan (p value 0.024< 0.005) dan pekerjaan (p value 0.001< 0.005) dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara, Kabupaten Flores Timur.
2. Saran a. Bagi Institusi Pendidikan Agar hasil penelitian ini bisa dimasukkan dalam acuan pembelajaran yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif dan mahasiswa dilatih dalam pemberian penyuluhan tentang ASI eksklusif. b. Bagi Pelayanan kesehatan Dukungan petugas kesehatan, lewat penyuluhan sangat penting agar informasi tentang ASI eksklusif dapat tersampaikan kepada responden dengan benar sehingga ASI eksklusif bisa berhasil, dan manfaat ASI dapat dirasakan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Di perlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang belum diteliti yang mungkin dapat berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, terutama faktor tentang dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI Eksklusif, di lokasi penelitian yang jumlah populasi lebih banyak baik di Posyandu, Puskesmas, Maupun Rumah Sakit guna memperoleh hasil penelitian lebih baik.
17
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Salemba Medika Athu, Paula. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Unit Post Partum RSIA Fatima Ketapang Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar. (RISKESDAS) 2010. http://www.dinkes.DKIprov.go.id Budiarto, E., (2003). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Bunga, A.L., & Emiliana T,. (2011). Panduan Riset Keperawatan Program SI Keperawatan. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Cadwell, K & Cindy, T, M,. (2011). Buku Saku : Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur (2009). Profil Kesehatan Kabupaten Flores Timur Tahun 2010. Propinsi Nusa Tenggara Timur Depkes RI. (2002). Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI dan Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. (1992). Manajemen Laktasi. Cetakan I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Farer, H. (1999).Perawatan Maternitas. Ed.2.Jakarta : EGC G.J Ebrahim. (1991). Air Susu Ibu. Jakarta: Yayasan Essentia Medika Green, LW. (1980). Health Education Planning A Diagnostic Approach. California : Mayfield Publishing Company. Hubertin, S. (2004). Konsep Penerapan ASI Ekslusif. Cetakan 1.Jakarta : EGC Huka, Christina Legawati.(2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Puskesmas Cijeruk. Skripsi. Depok :FKM UI Husaini. (1998). Pertumbuhan Bayi Sehat Sejak Lahir Sampai Berumur 12 Bulan.Gizi Indonesia. Vol. X (1) Jitowitono, S & Weni K,. (2010). Asuhan Keperawatan : Neonatus dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika Kemenkes RI. (2010). Pedoman Pekan ASI sedunia (PAS) tahun 2010. Langkah Menuju Sayang Bayi. Jakarta : Kemenkes RI. Keraf, A.S., & Mikhael, D,. (2001). Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis Jakarta: Kanisius Klinik kesehatan. (2012). Cara Menyusui yang Benar. (http://klinik kesehatan.com/caramenyusui-yang benar.htm). Diakses tanggal 01 Mey 2013. Maryunani, A., (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. (Post Partum). Cetakan 1. Jakarta : CV.Trans Info Media. Maryunani, A., & Nurhayati. (2009). Asuhan Bayi Baru Lalhir Normal. Edisi 1. Jakarta : Trans Info Media Moehhyi, S., (2008). Bayi Sehat & Cerdas Melalui Gizi dan Makanan Pilihan : Pedoman Asupan Gizi untuk Byi dan Balita. Jakarta : Pustaka Mina Murti, B., (2010). Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif Di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Madah University Press 18
Neil, W.R. (1996). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta : Dian Rakyat. Notoatmodjo, dkk.(2012). Pomosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., (2010). Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. ______________ (2010). Promosi kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.Rineka Cipta. ______________ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta :Rineka Cipta (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penelitian Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Novita, R.,. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor : Ghalia Indonesia Pujiadi. (2010). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi keempat. Balai Penerbit FK UI: Depok. Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia). (2003). Management Laktasi. Perinasia .(1994). Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung ASI. Cetakan 2. Jakarta : Binarupa Aksara Polit, D. F., & Hungler, B. P.,(2002). Nursing Research : Principles and Methods 6th edition. Philadelphia : Lippincott Wiliams & Wilkins. Prasetyono, D.S., (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press Prawiroharjo.(1997). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Prehatni, C., (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bersalin. Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat. Skripsi. Jakarta :STIK Sint Carolus Proverawati, Rahmawati.2010.Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Rahmawati dan Kuntari. (2007). ASI Ekslusif Demi Sang Bayi. http://tamanfirdaus.multiply.com/review/item/7.html. Diakses tanggal 02 Mei 2013. Pukul 11.02 WIB. Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini. Cetakan II. Pustaka Bunda : Jakarta (2001). Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif : Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap. Jakarta : Elex Media Komputindo (2000). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya Susilo, W. H., (2013). Diktat 01: Biostatistika & Praktikum Untuk Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : tidak dipublikasikan. (2013). Skala dan Instrument Penelitian : Aplikasi SPSS Pada Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : IN MEDIKA Susriyati. (2007). Faktor Eksternal dan Internal Yang Berhubungan Dengan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif. Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading. Skripsi. STIK Sint Carolus : Jakarta. Soekanto. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : Raja Grafindo Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia: Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.2. Jakarta : Salemba Medik Utami, Hajijah.Septia,. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif. Di Puskesmas Kecmatan Koba. Skripsi. Universitas Indonesia : Depok. Whorthington, Robert. (1993). Nutrition In Pregnancy and Lactation. Fifth Edition, Mosby-YEAR Book Inc. Missoury USA.
19
Widodo, Y.(2003). Kebiasaan Memberikan Makanan Kepada Bayi Baru Lahir di Propinsi Jawa Barat. Medika Litbang Kesehatan VXI. Wilson, D., (2011). Pendidikan Kesehatan Pada Wanita Usia Poduktif. Yunisa. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan menyusui ASI Eksklusif pada ibu pekerja. Di rumah sakit mitra keluarga kelapa gading. Skripsi. Jakarta: STIK Sint Carolus http://www.rumahbunda.com/breastfeeding/beberapa-posisi-menyusui-yang-benar/ attachment/breastfeeding-position/Diakses tanggal 01 Mei 2013. Pukul 09.25 WIB. http://www.botolkacaasi.com/bagaimana-cara-menyusui-dengan-baik-danbenar.Diakses tanggal 6 juni 2013. http://www. Mediaindonesia.com.1.2008. Definisi Mitos. Diakses tanggal 8 mei 2013.
20