FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BERAT LAHIR BAYI DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA TAHUN 2012 Vitrianingsih1, Kusharisupeni2 dan Luknis Sabri3 ABSTRAK Kematian neonatus sebagian besar disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (32,4%). Berat lahir sangat penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan kelangsungan hidup bayi selanjutnya. Bayi Berat Lahir Rendah akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi. Faktor yang dapat mempengaruhi berat lahir bayi meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi, pemeriksaan kehamilan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi serta faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan frekuensi Antenatal Care. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara umur, paritas, status gizi, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan dengan berat lahir bayi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Variabel independen meliputi umur, paritas, status gizi, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan. Populasi dan sampel dalam penelitian yaitu seluruh ibu yang melahirkan pada bulan Januari-Desember 2012 di RSUD Wonosari. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli tahun 2013 dengan teknik simple random sampling. Analisis data yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis membuktikan bahwa persentase responden yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 16%. Berdasarkan analisis chi-square semua variabel independen berhubungan dengan berat lahir bayi. Faktor yang dominan berhubungan dengan berat lahir bayi adalah status gizi (OR=6,081). Kata Kunci: Berat lahir bayi
ABSTRACT Neonatal mortality is largely due caused by Low Birth Weight (LBW) (32.4%). Birth weight is very important to noticed because it is closely related to subsequent infant survival. Low Birth Weight will increase infant morbidity and mortality. Factors that can affect birth weight infants include maternal age, birth spacing, parity, hemoglobin levels, nutritional status, prenatal care, nutrient intake and socio-economic level as well as factors related to the use of health facilities with the frequency of Antenatal Care. The purpose of this study was to determine the relationship between age, parity, nutritional status, hemoglobin concentration, education and occupation with birth weight infants. The research uses a quantitative approach with a Cross-Sectional design. Independent variables included age, parity, nutritional status, hemoglobin concentration, education and occupation. Population and sample in the study of all women who gave birth in January to December 2012 at the Wonosari Regional General Hospital. Data collection was conducted in July of 2013 with a simple random sampling technique.. Data analysis is univariate, bivariate and multivariate analyzes. Analysis results proved that the percentage of respondents who gave birth to LBW babies as much as 16%. Based on chi-square analysis of all the independent variables associated with birth weight infants. The dominant factors associated with infant birth weight is nutritional status (OR = 6.081). Keywords: birth weight infants 1. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia, Jakarta, Kode Pos 13890, Indonesia 2. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia, Jakarta, Kode Pos 13890, Indonesia 3. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia, Jakarta, Kode Pos 13890, Indonesia
jumlah persalinan pada tahun 2012 sebanyak 1384
PENDAHULUAN Survei
persalinan dan sebanyak 223 (16,1%) melahirkan
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
BBLR. Prevalensi BBLR di RSUD Wonosari
2012, AKB di Indonesia adalah 32 per 1.000
cukup tinggi dan
kelahiran hidup sedangkan untuk Angka Kematian
Nasional yang hanya 11,1%. Berdasarkan latar
Neonatus (AKN) yaitu 19 per 1.000 kelahiran
belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
hidup. Dari seluruh kematian bayi di Indonesia
penelitian
sebanyak 46,2% meninggal pada masa neonatus
berhubungan dengan Berat Badan Lahir di Rumah
(usia dibawah 1 bulan). Penyebab kematian
Sakit Umum Daerah Wonosari Gunungkidul”
neonatus
gangguan
Tujuan penelitian. Tujuan umum dari penelitian
pernafasan/asfiksia (35,9%) dan Bayi Berat Lahir
ini adalah teridentifikasinya faktor-faktor yang
Rendah (BBLR) (32,4%) (Kemenkes, 2012).
berhubungan dengan berat badan lahir
Latar
Belakang.
Berdasarkan
sebagian
besar
hasil
karena
melebihi prevalensi BBLR
mengenai
”Faktor-faktor
yang
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi
Kajian Teori. Berat lahir adalah berat bayi yang
dari berbagai faktor melalui suatu proses yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Menurut
berlangsung selama berada dalam kandungan.
Manuaba (2005), bayi baru lahir normal adalah
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat
bayi yang lahir dari kehamilan atrem (37 minggu
badan lahir
sampai 42 minggu dengan berat badan lahir diatas
menurut Manuaba (1998) meliputi
faktor lingkungan internal yaitu umur ibu, jarak
2500 gram).
kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu
Berat badan lahir sangat penting diperhatikan
hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada
karena berhubungan erat dengan kelangsungan
saat
eksternal
hidup bayi selanjutnya. Bayi Berat Lahir Rendah
meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan
akan meningkat morbiditas dan mortalitas bayi
tingkat sosial ekonomi ibu hamil dan faktor
(Bennu, 2012). BBLR yang tidak ditangani dengan
penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan
baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
frekuensi pemeriksaan kehamilan atau Antenatal
semua sistem organ tubuh, gangguan mental dan
Care (ANC)
fisik serta tumbuh kembang selanjutnya
kehamilan,
faktor
lingkungan
Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa
kualitas
kesehatan
masyarakat
masih
rendah.
diperlukan
upaya
untuk
dan Oleh
kesejahteraan karena
menurunkan
Hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1.
badan lahir
itu
angka
2.
masyarakat
menjadi
meningkat.
3.
4.
5.
Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang
telah
dilakukan di RSUD Wonosari didapatkan data
Ada hubungan antara kadar Hb ibu dengan berat badan lahir
selain itu rumah sakit ini juga menjadi tempat pelayanan rujukan utama di daerah Gunungkidul.
Ada hubungan antara status gizi ibu dengan berat badan lahir
Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari merupakan rumah sakit terbesar di Kabupaten Gunungkidul,
Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan berat badan lahir
Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor penyebabnya. Rumah
Ada hubungan antara paritas ibu dengan berat badan lahir
kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan
Ada hubungan antara umur ibu dengan berat
6.
Ada hubungan antara Pendidikan ibu dengan berat badan lahir
7.
Ada hubungan antara Pekerjaan ibu dengan berat badan lahir
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di RSUD Wonosari
Tabel 2 Distribusi ibu berdasarkan faktor umur, paritas, status gizi, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan di RSUD Wonosari Gunungkidul tahun 2012
Gunungkidul. Waktu penelitian dilaksanakan pada
Variabel
Frekuensi
Prosen
(n=293)
tase
bulan Juli 2013 Jenis
Penelitian.
Jenis
penelitian
ini
menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan Cross sectional. Teknik Pengambilan sampel. Teknik sampling dalam penelitian ini meggunakan purposive sampling. Adapun sampel dalam penelitian yaitu ibu yang melahirkan pada periode JanuariDesember 2012 di RSUD Wonosari Gunungkidul yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 293. Teknik Pengumpulan Data. Jenis data dalam penelitian
ini
menggunakan
data
sekunder
meliputi data usia ibu, jarak kelahamilan, paritas ibu, status gizi ibu, kadar Hb ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu
dan berat badan lahir bayi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi dokumentasi yaitu mengambil data ibu bersalin yang melahirkan di RSUD Wonosari Gunungkidul periode Januari-Desember
(100%) Umur Tidak berisiko
214
73,0
Berisiko
79
27,7
Tidak Berisiko
180
61,4
Berisiko
113
38,6
Tidak Risiko KEK
247
84,3
Risiko KEK
46
15,7
Tidak anemia
184
62,8
Anemia
109
37,2
Tinggi
129
44
Dasar
164
56
Tidak bekerja
155
52,9
Bekerja
138
47,1
Paritas
Status Gizi
Kadar Hb
Pendidikan
Pekerjaan
2012 yang telah ada didalam rekam medis pasien. Analisa Data. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji analisis multiple regression logistic.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berat Lahir Bayi Kategori Frekuensi Prosentase (n=293) (100%) Tidak BBLR 246 84 BBLR 47 16
Tabel 3 Analisis Regresi Logistic Ganda
OR (2)
khusus karena angka kejadian BBLR masih
1,7848,855 0,079 2,107 0,9164,844 3 Status 15,77 0,000 6,081 2,495-18gizi 4 821 4 Kadar 16,00 0,000 5,365 2,356Hb 8 12,218 5 Pendidik 5,913 0,015 3,059 1,242an 7,533 6 Pekerjaa 5,170 0,023 2,581 1,140n 5,845 Pemodelan kedua (setelah variabel paritas dikeluarkan) 1 Umur ibu 15,58 0,000 4,755 2,19319,6 9 10,310 % 2 Status 16,17 0,000 6,119 2,5310,6 gizi 7 14,792 % 3 Kadar 15,29 0,000 5,008 2,2336,6 Hb 0 11,231 % 4 Pendidik 4,389 0,036 2,508 1,06118 an 5,928 % 5 Pekerjaa 4,684 0,030 2,443 1,0885,3 n 5,486 % Pemodelan ke tiga (akhir) 1 Umur ibu 11,40 0,001 3,975 1,7845 8,855 2 Paritas 3,078 0,079 2,107 0,9164,844 3 Status 15,77 0,000 6,081 2,495-18gizi 4 821 4 Kadar 16,00 0,000 5,365 2,356Hb 8 12,218 5 Pendidik 5,913 0,015 3,059 1,242an 7,533 6 Pekerjaa 5,170 0,023 2,581 1,140n 5,845
kejadian BBLR nasional yang hanya 11,1%.
Pembahasan
dengan sel telur pada wanita dengan usia
a. Berat lahir Bayi
reproduksi sehat (20-35 tahun). Jika proses
N Variabel Wald o Pemodelan Awal 1 Umur ibu 11,40 5 2 Paritas 3,078
Sig
0,001
OR (1)
95%CI
3,975
cukup tinggi dimana angka ini melebihi angka
Penanganan kasus BBLR sebaiknya dilakukan dengan peran serta berbagai pihak mulai dari dinas kesehatan sebagai pemegang kebijakan, tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan, peran kader dan masyarakat untuk ikut serta memberi pengawasan, peran keluarga dan ibu hamil itu mengupayakan pencegahan kelahiran BBLR b. Hubungan umur ibu dengan berat lahir Hasil analisis hubungan antara umur ibu dengan berat lahir bayi diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (7,9%) ibu dengan umur tidak berisiko melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu dengan umur berisiko ada 30 (38%) yang melahirkan bayi BBLR. Dari halisis bivariat menunjukkan p-value 0,001 dan nilai OR 3,975 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara umur ibu dengan berat lahir bayi dimana ibu dengan umur berisiko akan berpeluang 4 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan umur tidak berisiko. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan Sulistyawati (2009) bahwa pada proses pembuahan kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
pembuahan mengalami gangguan makan dapat
yaitu 246 (84%) responden melahirkan bayi
menyebabkan terjadinya ganggguan pembuhan
tidak BBLR, sedangkan jumlah ibu yang
pada buah kehamilan, hal ini kemungkinan
melahirkan bayi BBLR 47 (16%). Hasil analisis
menyebabkan IUGR
frekuensi berat lahir bayi yang paling rendah
BBLR. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
adalah 2000 gram dan paling tinggi adalah 4050
yag dilakukan oleh Ruji (2009) menyatakan
gram, rata-rata bayi lahir yaitu 2896 gram
bahwa terdapat hubungan antara umur ibu
dengan modus 3000 gram. Dengan demikian
dengan kejadian BBLR dimana ibu hamil
dapat diketahui bahwa berat lahir bayi di RSUD
dengan uumur kurang dari 20 tahun dan diatas
Wonosari dalam kategori normal, namun
35 tahun memiliki risiko 12,5 kali untuk
demikian
tetap
perlu
mendapat
perhatian
yang
berakibat
bayi
c.
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu
Hasil analisis hubungan antara kadar Hb dengan
yang berumur 20-35 tahun
berat lahir bayi dieroleh bahwa p-value 0,000
Hubungan paritas dengan berat lahir bayi
dan nilai OR=5,365 artinya ada hubungan
Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,079
antara kadar Hb dengan berat lahir, dimana ibu
artinya
tidak ada hubungan antara paritas
dengan anemia akan mempunyai peluang 5 kali
dengan berat lahir bayi. Penelitian ini tidak
untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan
sejalan
pernah
ibu yang tidak anemia. Hasil penelitian ini
dilakukan sebelumnya oleh Joeharno & Zaenab
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(2006)
paritas
Hidayati (2005) yang menyatakan bahwa ibu
merupakan faktor risiko penyebab kejadian
hamil yang terpapar anemia memiliki peluang
BBLR pada bayi, hasil pengujian statistik
3,7 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR
diperoleh OR=2,438 sehingga dapat dikatakan
dibandingkan yang tidak anemia. Hal ini juga
bahwa ibu dengan paritas >3 berisiko 3 kali
sejalan dengan penelitian Rachmawati (2009)
untuk melahirkan BBLR. Hal ini dimungkinkan
bahwa
ibu
banyak
mempunyai risiko 3,74 kali lebih besar untuk
pengalaman
melahirkan bayi dnegan BBLR dibandingkan
dengan
yang
menyatakan
dengan
mempunyai
penelitian
paritas
yang
bahwa
tinggi
pengetahuan
lebih
dan
karena kehamilan yang lalu sehingga ibu dapat menjaga dan mempertahankan kehamilannya dengan
d.
lebih
baik
sehingga
bayi
hamil
yang
terpapar
anemia
ibu hamil yang tidak terpapar anemia. f.
yang
Hubungan pendidikan dengan berat lahir Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,015 dan
dilahirkan tidak BBLR.
nilai OR=3,059 artinya ada hubungan antara
Hubungan status gizi dengan berat lahir
pendidikan ibu dengan berat lahir bayi dimana
Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,000
ibu dnegan pendidikan dasar akan mempunyai
dengan OR=6,081 artinya ibu dengan risiko
peluang 3 kali untuk melahirkan BBLR
KEK akan mempunyai peluang 6 kali untuk
dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu
tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
yang tidak KEK. Gizi ibu saat hamil sangat
penelitian yang dilakukan oleh Jayant (2010)
penting
yang
tentang Faktor Risiko Maternal Kejadian Bayi
dikandung. Gizi yang baik diperlukan agar
Berat Lahir Rendah di Maharashtra Barat, India
janin berkembang pesat dan tidak megalami
yang
hambatan. Terkait begitu pentingnya status gizi
berhubungan dengan kejadian BBLR, dimana
pada ibu hamil terhadap pertumbuhan janin
ibu yang berpendidikan rendah akan berisiko
maka status gizi harus benar-benar mendapat
1,6 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan
perhatian. Status gizi janin menentukan berat
dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
untuk
pertumbuhan
janin
badan bayi baru lahir dan status gizi janin
e.
ibu
g.
menyatakan
bahwa
pendidikan
Hubungan pekerjaan dengan berat lahir
ditentukan oleh status gizi ibu selama hamil
Hasil uji statistik hubungan antara pekerjaan ibu
sampai melahirkan. Status gizi ibu dipengaruhi
dengan berat lahir bayi diperoleh p-value 0,023
oleh
keadaan
dan nilai OR=2,581 yang artinya ada hubungan
kesehatan dan gizi, jarak kelahiran, paritas dan
antara pekerjaaan ibu dengan berat lahir bayi
umur kehamilan (Arisman, 2004)
dimana ibu yang bekerja akan mempunyai
Hubungan kadar Hb dengan berat lahir
peluang 3 kali untuk melahirkan BBLR
keadaan
sosial
ekonomi,
h.
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Saran. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dituliskan saran-saran sebagai berikut:
yang
1.
dilakukan
oleh
Thomre
(2012)
Bagi instansi pemerintah
menjelaskan bahwa pekerjaan merupakan faktor
a. Hendaknya memprioritaskan pelaksanaan
risiko terjadinya BBLR. Berdasarkan penelitian
program promosi kesehatan dan upaya
yang dilakukan dengan membandingkan ibu
preventif terkait penanganan kejadian
hamil yang bekerja ringan dan ibu hamil yang
BBLR
bekerja berat didapatkan nilai OR=4,37 artinya
berhubungan
ibu hamil yang melakukan pekerjaan keras
contohnya pencanangan program KB,
memiliki risiko 4,37 kali untuk melahirkan
adanya promosi kesehatan masyarakat,
BBLR dibandingkan dengan ibu yang bekerja
peningkatan atau perbaikan status gizi ibu
ringan.
hamil
Variabel Dominan
tambahan
Variabel yang dominan berhubungan dengan
suplementtasi gizi, suplementasi tablet
berat lahir bayi adalah variabel status gizi ibu
besi dengan monitoring secara intensif
mengacu
pada
dengan
seperti
hal-hal
kejadian
pemberian
bagi
ibu
yang BBLR
makanan
hamil
dan
dengan OR=6,081 artinya ibu dengan risiko
b. Handaknya dibuat kebijakan mengenai
KEK memiliki peluang 6 kali untuk melahirkan
cuti kerja bagi ibu hamil dan bersalin
BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak
terkait begitu pentingnya istirahat untuk
KEK setelah dikontrol variabel umur, paritas,
ibu hamil sebagai upaya pencegahan
kadar Hb,pendidikan dan pekerjaan
BBLR serta cuti bagi ibu bersalin sebagai upaya pensuksesan ASI eksklusif 6 bulan 2.
PENUTUP
Bagi
RSUD
Wonosari
Gunungkidul
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan
Hendaknya ikut berperan serta dalam upaya
analisis data yang telah dilakukan maka dapat
penurunan
disimpulkan bahwa:
meningkatakan
1. Dari 293 sampel bayi menunjukkan bahwa
manusia, ketersediaan sarana dan prasarana
angka
2. Variabel yang berhubungan dengan berat lahir
status gizi (p-value 0,000), kadar Hb (p-value
3.
dan
mortalitas
akibat
Bagi tenaga kesehatan agar tenaga kesehatan
status gizi ibu hamil
3. Variabel yang dominan dengan berat lahir bayi adalah variabel status gizi ibu dnegan OR dengan
morbiditas
dan monitoring kesehatan terutama tentang
pekerjaan (p-value 0,023)
ibu
sumberdaya
lebih intensif dalam memberikan penyuluhan
pendidikan (p-value 0,015), dan
artinya
kompetensi
serta
BBLR.
bayi adalah variabel umur (p-value 0,001),
6,081
BBLR
dalam penanganan BBLR guna menurunkan
presentase BBLR sebanyak 16%.
0,000),
kejadian
risiko
KEK
4.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan
penelitian
memiliki peluang 6 kali untuk melahirkan
menyertakan
BBLR dibandingkan dengan yang tidak
berhubungan dengan berat lahir bayi seperti
berisiko KEK setelah dikontrol variabel umur,
gaya hidup, status ekonomi, penyakit yang
paritas, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan.
diderita ibu, faktor janin, faktor plasenta dan sebagainya
faktor-faktor
dengan
serta
lain
memperluas
yang
wilayah
penelitian
dan
memperdalam
penelitian
7.
kaitannya status gizi ibu dengan berat lahir.
Kemenkes RI. 2012 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Diakses tanggal 10
2.
20Penelitian/SDKI%202012/Laporan%20Pen
Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakaerta:EGC
dahuluan%20SDKI%202012.pdf
Bennu M. 2012. Hubungan umur, status gizi
Berat Lahir Rendah di RS Bersalin Pertiwi
Baru Lahir di Indonesia. 9.
Hidayati, M. 2005. Kurang Energi Kronis dan
Manuaba, I.G.B. 2005. Pengantar Buku Obstetri. EGC: Jakarta.
10. Rachmawati.
2006.
Anemia
Ibu
Hamil
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota
sebagai Faktor Risiko Bayi Berat Lahir
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Rendah (BBLR) di Kabupaten Aceh Besar
Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pasca Tsunami 2004. Tesis, Universitas
Jayant, D. 2005. Maternal Risk Factors for
Gadjah Mada 11. Ruji,
M.
2009.
Faktor-faktor
yang
Based Case Control Study In Rural Area
Berhubungan dengan Kejadian BBLR di
Western Maharashtra India. Jurnal. Diunduh
Kabupaten
melalui http://njcmindia.org/uploads/2-3_394-
Universitas Gadjah Mada.
Joeharno & Zaenab R. 2006. Beberapa faktor Risiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit AlFatah
Kotawaringin
Timur.
Tesis,
12. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Ibu
398.pdf
Ambon
Periode
Januari-Desember
Tahun 2006 6.
Kemenkes RI. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Low Birth Weight Neonates: A Hospital
5.
8.
dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi
Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko
4.
melalui
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur kehidupan:
Makassar 2007. 3.
2013
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%
DAFTAR PUSTAKA 1.
Mei
Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu 13. Thomre,
P.
Maternal
Risk
factors
Determining Birth Weight of Newborns: A Tertiary
Care
Hospital
Based
Study.