NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2012
LISA KUSUMA WATI I11108012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2013
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2012
TANGGUNG JAWAB YURIDIS MATERIAL PADA LISA KUSUMA WATI NIM: I11108012 DISETUJUI OLEH, PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Dr. dr. Pinda Hutajulu, Sp.OG, K.Fer
dr. Mardhia
NIP. 19630221 199003 1 007
NIP. 19850417 201012 2 004
PENGUJI I
PENGUJI II
dr. Ita Armyanti
dr. Syarifah Nurul Yanti R.S.A.
NIP. 19811004 200801 2 011
NIP. 19860211 201212 2 003
MENGETAHUI, DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
dr. Sugito Wonodirekso, MS NIP. 19481012 197501 1 001
HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2012 1
2
Lisa Kusuma Wati ; Pinda Hutajulu ; Mardhia
3
Intisari Latar Belakang: Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab utama dari mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Preeklampsia/eklampsia berhubungan dengan sejumlah tinggi kasus bayi kecil untuk masa kehamilan dan bertanggung jawab terhadap 30-50% kematian perinatal di Indonesia. Belum terdapat penelitian mengenai hubungan preeklampsia/ eklampsia dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia/eklampsia dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan case-control. Pengumpulan data dilakukan di bagian Rekam Medis RSUD dr. Soedarso pada bulan Mei hingga Juli 2013. Data dikumpulan dari rekam medis 210 ibu yang melahirkan di RSUD dr. Soedarso, yang diambil secara consecutive sampling untuk 105 kelompok kasus dan systematic random sampling untuk 105 kelompok kontrol pada periode 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan SPSS 20. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan preeklampsia/eklampsia dengan kejadian BBLR dengan menghitung nilai signficancy dan besarnya odds ratio (OR). Hasil: Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia/eklampsia dengan kejadian BBLR dengan nilai significancy (P) 0,000 (P<0,05). Ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia selama kehamilan memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan ibu yang tidak mengalami preeklampsia/eklampsia dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 4,164. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara preeklampsia/eklampsia dengan kejadian BBLR. Preeklampsia/eklampsia pada ibu hamil merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya BBLR pada bayi yang dilahirkan.
Kata kunci : Preeklampsia/Eklampsia, Berat Badan Lahir Rendah
1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat 2) Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Soedarso, Pontianak, Kalimantan Barat 3) Bagian Mikrobiologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
ASSOCIATION BETWEEN PREECLAMPSIA/ECLAMPSIA WITH THE PREVALENCE OF LOW BIRTH WEIGHT (LBW) IN DOKTER SOEDARSO GENERAL HOSPITAL PONTIANAK AT 2012 1
2
Lisa Kusuma Wati ; Pinda Hutajulu ; Mardhia
3
Abstract Background: Preeclampsia/eclampsia is a major cause of maternal and perinatal mortality and morbidity. Preeclampsia/eclampsia is associated with the high rates of small for gestational age infant and responsibles for 30-50% of perinatal deaths in Indonesia. There is no any research conducted the association between preeclampsia/eclampsia and LBW in dr. Soedarso General Hospital Pontianak. Objective: The aim of this study was to determine the association between preeclampsia/eclampsia and the prevalence of LBW in dr. Soedarso General Hospital Pontianak. Method: This research was an analytic study with case-control approach. Data were collected on Medical Record Division in dr. Soedarso General Hospital Pontianak on Mei to July 2013. Data were collected from the medical record of 210 mothers who have given birth in dr. Soedarso General Hospital, with consecutive sampling for 105 sample in cases group and systematic random sampling for 105 sample in control group. Data were analysed by univariat and bivariat using SPSS 20. Bivariat analysis was used to find the assosiation between preeclampsia/ eclampsia with the prevalence of LBW by count the significancy value and odds ratio (OR). Result: There is a significant assosiation between preeclampsia/eclampsia with the prevalence of LBW with significancy value (P) is 0,000 (P<0,05). Woman with preeclampsia/eclampsia during pregnancy have a greater risk for having a baby with LBW than woman who did not have preeclamsia/eclampsia with odds ratio value (OR) is 4,164. Conclusion: There is a significant assosiation between preeclampsia/eclampsia with the prevalence of LBW. Preeclampsia/ eclampsia in pregnant woman was a factor that can increase the risk of LBW in babies born. Keywords : Preeclampsia/Eclampsia, Low Birth Weight 1) Medical Faculty, Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo 2) Department of Obstetrics and Gynaecology, dr. Soedarso General Hospital, Pontianak, West Borneo 3) Department of Microbiology, Medical Faculty, Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan. Di Provinsi Kalimantan Barat, AKI pada tahun 2011 masih merujuk pada laporan data badan pusat statistik (BPS) yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 38 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh lebih tinggi jika dikaitkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia tahun 2015 yaitu menurunkan AKI hingga 102 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan AKB hingga 19 per 1.000 kelahiran hidup.1
Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab utama dari mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi dan bertanggung jawab terhadap 30–40% kematian ibu dan 30–50% kematian perinatal.2,3 Preeklampsia/eklampsia berhubungan dengan sejumlah tinggi kasus bayi kecil untuk masa kehamilan dan kematian perinatal di seluruh dunia.4 Pada preeklampsia/ eklampsia
terjadi
penurunan
perfusi
utero
plasenta,
hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.5 Kelainan pembuluh darah plasenta pada ibu preeklampsia/eklampsia dapat menyebabkan hipoksia kronis dan gangguan nutrisi janin sehingga sering terjadi retardasi pertumbuhan janin yang dapat berakhir pada berat badan lahir rendah (BBLR).3,6 BBLR merupakan salah satu penyebab utama mortalitas pada bayi.7 Terdapat 11,1% kasus bayi dengan BBLR di Indonesia dan 13,9% kasus di Kalimantan Barat.8 Di Kalimantan Barat pada tahun 2011 terdapat 177 kematian bayi yang diakibatkan BBLR.1
Di RSUD dr. Soedarso Pontianak terjadi peningkatan angka kejadian BBLR dari 321 kasus pada tahun 2011 menjadi 379 kasus pada tahun
1
2012 serta peningkatan angka kejadian preeklampsia/eklampsia dari 219 kasus pada tahun 2011 menjadi 343 kasus pada tahun 2012. Berdasarkan data yang telah diuraikan sebelumnya, diketahui bahwa preeklampsia/ eklampsia dapat berpengaruh terhadap kehidupan bayi, dimana salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya BBLR adalah preeklampsia/ eklampsia yang diderita ibu selama kehamilan. RSUD dr. Soedarso Pontianak merupakan salah satu rumah sakit regional sekaligus rujukan tertinggi di Kalimantan Barat. Belum terdapat pengumpulan data yang cukup maupun penelitian mengenai hal tersebut. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan khususnya untuk mencari hubungan antara preeklampsia/eklampsia dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Soedarso Pontianak.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case-control. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2013 di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang melahirkan di ruang bersalin RSUD dr. Soedarso periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diperoleh dari rekam medis pasien. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus merupakan kelompok ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan berat lahir <2500 gram (BBLR) dengan usia kehamilan
≥37
minggu,
sedangkan
kelompok
kontrol
merupakan
kelompok ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan berat lahir ≥2500 gram dengan usia kehamilan ≥37 minggu. Pemilihan sampel dibagi menjadi dua cara, yaitu dengan cara consecutive sampling untuk kelompok kasus dan systematic random sampling untuk kelompok kontrol. Pada kelompok kasus, semua pasien yang memenuhi
2
kriteria penelitian untuk kelompok kasus diambil sebagai sampel. Besar sampel untuk kelompok kontrol disesuaikan dengan besar sampel yang diperoleh dari kelompok kasus dengan perbandingan 1:1. Total sampel sebesar 210 sampel, yang terdiri dari 105 sampel pada kelompok kasus dan 105 sampel pada kelompok kontrol.
Analisis data dilakukan secara deskriptif univariat yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram serta analisis bivariat melalui uji hipotesis ChiSquare untuk mencari hubungan antara preeklampsia/eklampsia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR pada bayi yang dilahirkan dan mencari besarnya nilai odds ratio (OR).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek Penelitian Hasil penelitian terdiri dari 105 sampel pada kelompok kasus dan 105 sampel pada kelompok kontrol. Berdasaran distribusi menurut usia ibu, pada kelompok kasus atau kelompok ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR usia termuda adalah 17 tahun dan usia tertua adalah 46 tahun, dengan usia rata-rata adalah 27,56 tahun, usia tengah adalah 27 tahun, dan usia tersering adalah 21 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol, usia termuda dan usia tertua adalah 17 tahun dan 47 tahun, dengan usia rata-rata adalah 27,24 tahun, usia tengah adalah 26 tahun, dan usia tersering adalah 22 tahun. Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan usia ibu pada kelompok kasus dan kontrol dapat di lihat pada gambar 1 dan 2.
3
Sumber: Data primer, 2013
Gambar 1. Distribusi Berdasarkan Usia Ibu pada Kelompok Kasus
Sumber: Data primer, 2013
Gambar 2. Distribusi Berdasarkan Usia Ibu pada Kelompok Kontrol Berdasarkan distribusi menurut kelompok usia ibu, kelompok kasus atau kelompok ibu yang melahirkan bayi BBLR terdiri dari kelompok usia 20-35 tahun dengan proporsi jumlah terbesar yaitu 82 pasien (78,1%) dibandingkan kelompok usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yang masing-masing memiliki proporsi jumlah pasien sebanyak 8 (7,6%) dan 15 (14,3%) pasien. Status gravida dari ibu yang melahirkan bayi BBLR terdiri dari kelompok primigravida yang berjumlah 57 pasien
4
(54,3%) dan kelompok multigravida yang berjumlah 48 pasien (45,7%). Gambaran subjek penelitian berdasarkan frekuensi antenatal care (ANC) ibu memperlihatkan sebagian besar ibu memiliki frekuensi ANC lengkap (≥4 kali) pada kedua kelompok. Namun terdapat perbedaan frekuensi ANC yang tidak lengkap pada kelompok kasus dan kontrol, dimana jumlah ibu dengan frekuensi ANC tidak lengkap jauh lebih besar pada kelompok ibu yang melahirkan bayi BBLR (20%) dibandingkan pada kelompok kontrol (7,6%). Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok usia, status gravida, dan frekuensi antenatal care (ANC) ibu dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia, Status Gravida, dan Frekuensi ANC Ibu Kasus Kontrol Karakteristik Kategori Ibu N % N % Usia Ibu < 20 tahun 8 7,6 7 6,7 20 – 35 tahun 82 78,1 87 82,8 > 35 tahun 15 14,3 11 10,5 Total 105 100,0 105 100,0 Status Gravida Primigravida 57 54,3 45 42,9 Multigravida 48 45,7 60 57,1 Total 105 100,0 105 100,0 Frekuensi ANC < 4 kali 21 20,0 8 7,6 ≥ 4 kali 84 80,0 97 92,4 Total 105 100,0 105 100,0 Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan karakteristik bayi yang dilahirkan, jenis persalinan pada kelompok kasus atau kelompok bayi dengan BBLR terdiri dari 63 persalinan spontan (60,0%), 40 persalinan dengan sectio cesarea (38,1%), dan 2 persalinan dengan vakum ekstraksi (1,9%). Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin bayi menggambarkan bahwa pada kelompok kasus atau kelompok bayi BBLR, jumlah bayi yang berjenis kelamin perempuan adalah 59 bayi (56,2%) dan lebih banyak
5
dibandingkan bayi yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 46 bayi (43,8%). Gambaran subjek penelitian berdasarkan skor Apgar pada 1 menit dan 5 menit pertama setelah kelahiran menunjukkan perbedaan di antara kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Pada kelompok kasus atau kelompok bayi BBLR terdapat 41 bayi (39,0%) yang memiliki skor Apgar ≤ 6 atau mengalami asfiksia pada penilaian 1 menit pertama dan 21 bayi (20%) yang memiliki skor Apgar ≤ 6 pada penilaian 5 menit pertama. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 20 bayi (19%) yang memiliki skor Apgar ≤ 6 pada penilaian 1 menit pertama dan 6 bayi (5,7%) yang memiliki skor Apgar ≤ 6 pada penilaian 5 menit pertama. Hasil tersebut menunjukkan bahwa frekuensi kejadian asfiksia lebih tinggi pada bayi dengan BBLR dibandingkan pada kelompok kontrol. Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis persalinan, jenis kelamin, dan skor Apgar bayi dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Persalinan, Jenis Kelamin, dan Skor Apgar Bayi Kasus Kontrol Karakteristik Kategori Bayi N % N % Jenis Persalinan Spontan 63 60,0 74 70,5 Sectio cesarea 40 38,1 24 22,9 Ekstraksi vakum 2 1,9 7 6,7 Total 105 100,0 105 100,0 Jenis Kelamin Perempuan 59 56,2 45 42,9 Laki – laki 46 43,8 60 57,1 Total 105 100,0 105 100,0 Skor Apgar (1 Skor Apgar ≤6 41 39,0 20 19,0 menit pertama) Skor Apgar >6 64 61,0 85 81,0 Total 105 100,0 105 100,0 Skor Apgar (5 Skor Apgar ≤6 21 20,0 6 5,7 menit pertama) Skor Apgar >6 84 80,0 99 94,3 Total 105 100,0 105 100,0 Sumber: Data Primer, 2013
6
Analisis Data Dari hasil distribusi subjek menurut keadaan preeklampsia/eklampsia yang diderita ibu selama kehamilan, pada kelompok kasus atau kelompok ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR, dari 105 sampel terdapat 41 pasien
(39,0%)
yang
menderita
preeklampsia/eklampsia
selama
kehamilan dan 64 pasien (61,0%) yang tidak mengalami preeklampsia/ eklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol dari 105 sampel, terdapat 14 pasien (13,3%) yang menderita preeklampsia/eklampsia selama kehamilan dan 91 (86,7%) pasien yang tidak mengalami preeklampsia/ eklampsia. Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan keadaan preeklampsia/eklampsia yang diderita ibu selama kehamilan dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Keadaan Preeklampsia/Eklampsia Ibu Selama Kehamilan Kasus Kontrol N % N % Preeklampsia Ringan 3 2,9 3 2,9 Preeklampsia Berat 31 29,5 9 8,6 Eklampsia 7 6,7 2 1,9 Tidak Preeklampsia 64 61,0 91 86,7 Total 105 100,0 105 100,0 Sumber: Data primer, 2013
Hasil perhitungan statistik disajikan dalam tabel 2x2 untuk dianalisis dengan uji hipotesis berupa uji chi-square untuk mencari hubungan antara preeklampsia/eklampsia yang diderita ibu hamil dengan kejadian BBLR pada bayi yang dilahirkan serta dilakukan perhitungan odds ratio (OR). Hasil perhitungan statistik dari uji chi square dan perhitungan odds ratio (OR) dapat di lihat pada tabel 4.
7
Tabel 4. Hasil Uji Chi Square dan Odds Ratio (OR) dari Hubungan Preeklampsia/Eklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan
Total
Lahir Rendah
OR, CI
P
95%
Value
0,000
(BBLR) Ya
Tidak
Preeklampsia/Eklampsia
41
14
55
4,164
Tidak preeklampsia
64
91
155
(2,097 –
Total
105
105
210
8,267) Sumber: Data Primer 2013
Nilai significancy yang diperoleh dari uji chi-square untuk chi pearson (p value) menunjukkan angka 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia/eklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi yang dilahirkan. Nilai odds ratio (OR) digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar variabel. Hasil perhitungan statistik menunjukkan OR sebesar 4,164 dengan interval kepercayaan 95%, rentang nilai batas bawah adalah 2,097 dan batas atas adalah 8,267. Nilai OR yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor risiko. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia selama kehamilan memiiliki risiko 4,164 lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan pada ibu yang tidak mengalami preeklampsia/eklampsia selama kehamilan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kun Ika tahun 2009 dengan metode cross sectional yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan BBLR di RSUD Gambiran Kediri (p<0,05).9 Penelitian Suwoyo dengan metode cross sectional juga mendapatkan hasil serupa (p<0,05) apabila bayi berat badan lahir rendah dengan kriteria bayi prematur (<37 minggu) juga masuk dalam kriteria
8
sampel.10 Sedangkan, penelitian Srinivas et al tahun 2009 mendapatkan bahwa wanita dengan preeklampsia memiliki risiko 2,7 kali lebih besar memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat (IUGR) dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita preeklampsia.11 Penelitan Fatemeh et al di Iran juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan keadaan pertumbuhan janin terhambat, dimana janin dengan pertumbuhan terhambat ditemukan pada 5,3% ibu dengan preeklampsia ringan dan 27,5% ibu dengan preeklampsia berat.12 Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Xiong et al tahun 2002 di Kanada yang menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan aterm (≥ 37 minggu) dari ibu yang menderita preeklampsia tidak memiliki perbedaan berat badan lahir yang bermakna dibandingkan bayi yang lahir dari ibu normotensif.13 Berat badan lahir rendah sangat berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas pada neonatus.14 BBLR dapat disebabkan oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Pertumbuhan intra uteri dan berat lahir janin bergantung pada potensi pertumbuhan herediter dan efektivitas dukungan dari lingkungan uteroplasenta yang dipengaruhi oleh kesehatan ibu dan ada tidaknya penyakit pada ibu. Gangguan pertumbuhan di dalam uterus terjadi ketika penyaluran oksigen dan nutrisi ke fetus tidak adekuat.15,16 Hipertensi pada ibu hamil sangat menentukan tingkat kematian perinatal karena dapat terjadi gangguan tumbuh kembang janin intrauteri akibat pertumbuhan plasenta yang terlalu kecil atau terjadi infark yang luas.17 Selain itu juga dapat disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.18 Preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin terutama jika awitannya kurang dari 37 minggu.19
Pada preeklampsia/eklampsia terjadi abnormalitas plasenta yang berakhir pada vasospasme dan cedera endotelial.18 Pada preeklampsia/eklampsia,
9
kegagalan invasi trofoblas gelombang kedua pada arteri spiralis menyebabkan kegagalan remodelling arteri spiralis yang mengakibatkan aliran darah uteroplasenta menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan iskemia plasenta dan sering berakhir pada pertumbuhan janin terhambat.5,20 Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan radikal bebas berupa radikal hidroksil reaktif dan peroksida lipid yang akan beredar di dalam aliran darah serta merusak membran sel, nukleus, dan protein sel endotel yang dapat berakhir pada terjadinya disfungsi endotel. Disfungsi endotel akan mengakibatkan terjadinya penurunan berbagai aktivitas vasodilatator dan peningkatan aktivitas vasokonstriktor, diantaranya berupa penurunan produksi
prostasiklin
(PgI2)
akibat
terganggunya
metabolisme
prostaglandin serta penurunan kadar nitric oxide (NO) yang berperan sebagai vasodilatator kuat, peningkatan produksi tromboksan (TXA2) sebagai vasokonstriktor kuat akibat agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan, serta terjadi peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor lainnya seperti endotelin.5,21 Pada preeklampsia rasio antara tromboksan dan prostasiklin rata-rata mencapai 7:1.22
Akibat lain dari stress oksidatif yang terjadi adalah pembentukan sel busa makrofag yang dipenuhi lemak dan khas untuk aterosklerosis serta aktivasi koagulasi mikrovaskular.23 Penelitian Lukito dan Dewi tahun 2007 mendapatkan gambaran kelainan pembuluh darah pada pemeriksaan histopatologi
plasenta
penderita
preeklampsia/eklampsia
berupa
trombosis, proliferasi subintima, deposit fibrin, hiperplasia tunika intima, dan aterosis akut akibat dari invasi trofoblas gelombang kedua gagal atau tidak sempurna.3 Penelitian Soekimin juga mendapatkan gambaran aterosis (45%), infark (75%), dan trombosis (45%) pada pemeriksaan mikroskopis plasenta penderita preeklampsia/eklampsia.24 Diameter arteri spiralis
mengalami
penurunan
yang
cukup
jauh
pada
penderita
preeklampsia jika dibandingkan dengan kehamilan normal, dimana pada
10
kehamilan normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta dengan diameter rata-rata arteri spiralis mencapai 500 mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata diameter arteri spiralis hanya 200 mikron.5,23 Kelainan pada arteri spiralis tersebut diduga sebagai penyebab perfusi yang tidak adekuat dari darah ibu ke ruang intervillous.3 Gangguan aliran darah uteroplasenta menyebabkan penurunan suplai nutrien berupa glukosa, oksigen, asam amino, dan faktor pertumbuhan untuk janin yang berakibat pada berkurangnya pertumbuhan janin yang meliputi jaringan subkutan, rangka aksial, dan organ vital.18
Selain itu, pada penderita preeklampsia juga terjadi peningkatan molekulmolekul antiangiogenik berupa bentuk terlarut dari vascular endothelial growth factor receptor 1 (sVEGFR1 atau sFlt1) dan bentuk terlarut dari endoglin (sEng) serta peningkatan sensitivitas dari angiotensin II receptor type 1 (AT1) secara abnormal.25 Peningkatan sFlt1 mengakibatkan penghambatan jalur sinyal angiogenesis dengan berikatan pada bentuk bebas dari vascular endothelial growth factor (VEGF) dan placental growth factor (PlGF) yang berperan penting dalam neovaskularisasi plasenta dan pertumbuhan
fetus.
Sedangkan,
sEng
menghambat
pembentukan
pembuluh kapilar dan mengurangi kemampuan vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu, sFlt1 dan sEng juga menekan produksi dari nitric oxide (NO)
yang
merupakan
vasodilatator
kuat
serta
mengakibatkan
peningkatan resistensi vaskular. Beberapa penelitian menemukan bahwa peningkatan produksi sFlt1 dan jalur sinyal AT1 yang terganggu sangat berkaitan dengan patologi dari preeklampsia dan IUGR.21,26
11
KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara preeklampsia/eklampsia yang diderita ibu selama kehamilan dengan kejadian berat badan lahir (BBLR). Dimana ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia selama kehamilan memiliki risiko 4,164 lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan ibu yang tidak menderita preeklampsia/ eklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011. Pontianak: Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat; 2012. 2. Stark MJ, Clifton VL, Wright IMR. Neonates Born to Mothers With Preeclampsia
Exhibit
Sex-Specific
Alterations
in
Microvascular
Function. Pediatr Res. 2009; 65: 291–295. 3. Lukito JS, Dewi P. Gambaran Histopatologi Arteri Spiralis Alas Plasenta pada Preeklampsia/Eklampsia dan Kehamilan Normotensif. Majalah Kedokteran Nusantara. 2007; 40(3): 173-179. 4. Luealon P, Phupong V. Risk Factor of Preclampsia in Thai Women. J Med Assoc Thai. 2010; 93(6): 661-6. 5. Angsar MD. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. h. 530-559. 6. National
Institute
for
Health
and
Clinical
Excellence
(NICE).
Hypertension in Pregnancy: The Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. United Kingdom: National Institute for Health and Clinical Excellence; 2010. 7. Reinold C, Dalenius K, Brindley P, Smith B, Grummer, Strawn, L. Pregnancy Nutrition Surveillance 2009 Report. Atlanta: Department of
12
Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention; 2011. 8. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2011. 9. Ika K. Hubungan antara Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah. 2012; 3(2): 8-15. 10. Suwoyo, Antono SD, Triagusanik E. Hubungan Pre Eklampsia Pada Kehamilan dengan Kejadian BBLR. ISSN. 2011; 2: 2086-3098. 11. Srinivas SK, Edlow AG, Neff PM, Sammel MD, Adrela CM, Elovitz MA. Rethinking IUGR in Preeclampsia: Dependent or Independent of Maternal Hypertension. Journal of Perinatology. 2009; 29: 680–684. 12. Fatemeh T, Marziyeh G, Nareyeh G, Anahita G, Samira T. Maternal and Perinatal Outcome in Nulliparious Woman Complicated With Pregnancy Hypertension. J Pak Med Assoc. 2010; 60 (9): 707-710. 13. Xiong X, Demianczuk N, Saunders D, Wang F, Fraser W.D. Impact of Preeclampsia and Gestational Hypertension on Birth Weight by Gestational Age. Am J Epidemiol. 2002; 155: 203–209. 14. World Health Organization (WHO). Low Birth Weight: Country Regional and Global Estimates [Internet]. 2004 [cited 2012 February 9]. Available from: http://www.childinfo.org/files/ lowbirthweight.pdf. 15. Jones DL. Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi VI. Jakarta: Hipokrates; 2002. h. 202-204. 16. Ross MG. Fetal Growth Restriction [Internet]. 2011 [cited 2013 March 6]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/ 261226. 17. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007. h. 401-417. 18. Norwitz ER, Schorge JO. Gangguan Pertumbuhan Janin. Dalam At a Glace Obstetri dan Ginekologi. Edisi II. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 102-103.
13
19. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, et al. Obstetri Williams Panduan Ringkas. Edisi XXI. Jakarta: EGC; 2009. h. 393-403. 20. Burton GJ, Wood AW, Jauniaux E, Kingdom JCP. Rheological and Physiological Consequences of Conversion of the Maternal Spiral Arteries for Uteroplacental Blood Flow during Human Pregnancy. Placenta. 2009; 30: 473–482. 21. Rugolo LMS, Bentlin MR, Petean CE. Preeclampsia: Effect on the Fetus and Newborn. Neoreviews. 2011; 12(4): 198-206. 22. Arfian S. Laporan Penelitian: Perbandingan Indeks Pulsasi Arteri Umbilikalis Janin pada Ibu Hamil Normal dan Preeklampsia [Internet]. 2002 [cited 2013 February 27). Available from: http://id.scribd.com/ doc/27562191. 23. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gillstarp LC, Hauth JC. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam Obstetri Williams. Edisi XXI. Jakarta: EGC; 2006. h. 624-673. 24. Soekimin,
Tambunan
GW,
Wibisono
AH,
Sulfida.
Gambaran
Histopatologi Plasenta pada Kehamilan Normotensif dan Kehamilan dengan Klinis Preeklampsia. Majalah Kedokteran Nusantara. 2006; 39(1): 42-45. 25. Wang A, Rana S, Karumanchi A. Preeclampsia: The Role of Angiogenic Factors in Its Pathogenesis. Physiology. 2009; 24: 147158. 26. Furuya M, Kurasawa K, Nagahama K, Kawachi K, Nozawa A, Takashi T, et al. Review Article: Disrupted Balance of Angiogenic and Antiangiogenic Signalings in Preeclampsia [Internet]. 2011 [cited 2013 March 10). Available from: http://www.baglajol.info/index.php/BJA/ article/view/7019/5325.
14