HUBUNGAN PREEKLAMPSI/EKLAMPSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI DI RSUD R.A KARTINI JEPARA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh: ADHITYA GILANG TINTYARZA J 500 070 027
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK Adhitya Gilang Tintyarza, J 500 070 027, 2013. Hubungan Preeklampsi/Eklampsi Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Pada Bayi di RSUD R.A. Kartini Jepara. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar belakang : Preeklampsi adalah salah satu penyebab kematian dalam kehamilan. Pada preeklampsi terjadi penurunan perfusi dan aliran darah uteroplacenta yang dapat mengakibatkan penurunan berat lahir bayi . Tujuan : Untuk mengetahui hubungan preeklampsi/eklampsi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD RA. Kartini Jepara. Metode : Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan crossectional. Sampel penelitan ini adalah 110 ibu hamil di RSUD R.A Kartini Jepara tahun 2011. Sampel diambil secara acak dari seluruh ibu melahirkan di RSUD R.A Kartini Jepara pada tahun 2011. Hasil penelitan ini kemudian diolah menggunakan Chi-Square test. Hasil : Dari 110 ibu hamil didapatkan 52 ibu preeklampsi dan 58 ibu tanpa preeklampsi. Ibu preeklampsi melahirkan 23 bayi BBLR dan 29 bayi tidak BBLR. Sedangkan ibu tanpa preeklampsi melahirkan 11 bayi BBLR dan 47 bayi tidak BBLR. Analisis Chi-square menunjukkan p 0,04 (p<0,05) dan Rasio Prevalensi (RP) 2,33 (RP>1), 95% CI (Confidence Interval) 1,442 – 7,965. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara preeklampsi/eklampsi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD R.A. Karini Jepara. Ibu dengan preeklampsi beresiko 2,3 kali melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kata kunci : Preeklampsi,Eklampsi,BBLR
ABSTRACT Adhitya Gilang Tintyarza, J 500 070 027, 2013. The Relationship between Preeclampsia/Eclampsia and Low Birth Weight in Baby at R.A. Kartini Hospital Jepara. Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta
Background: Preeclampsia were one of the major cause of death in pregnancy. The reduced uteroplacental perfusion and blood flow that happens in preeclampsia would result in lower birth weight. Objective: To know the relationship between preeclampsia/eclampsia and low birth weight in newborn baby at R.A. Kartini Hospital Jepara. Method: An observational research with crossectional approach was conducted on 110 pregnancies at 2011’s medical record in R.A. Kartini Hospital Jepara. Subjects was all delivering mother at R.A. Kartini Hospital that was chosen by random sampling. Result was categorized to mother with preeclampsia and without preeplampsia. Data analyzed by using Chi square test. Result: From 110 mother there was 52 mothers with preeclampsia and 58 mothers without preeclampsia. Mother with preeclampsia gave birth 23 LBW baby and 29 normal weight baby. Mother without preeclampsia gave birth 11 LBW baby and 47 normal weight baby.Chi-square analysis shows p 0,04 (p <0,05) and Prevalency Ratio (PR) 2,33 (RP>1), 95% Confidence Interval (CI) 1,442-7,965 Conclusion: There was significant relationship between preeclampsia/eclampsia and low birth weight in newborn baby at R.A Kartini hospital Jepara. Mother with preeclampsia was more likely have risk 2,3 times higher to gave birth a low birth weight baby than the one’s without. Keywords: preeclampsia/eclampsia, low birth weight in baby.
LATAR BELAKANG Di Indonesia, angka kematian ibu masih cukup tinggi. Kematian tersebut banyak disebabkan oleh karena perdarahan, preeklampsi, eklampsi dan infeksi. (Cunningham, 2006) Pada tahun 2006, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat 31,57% kematian ibu akibat preeklampsi/eklampsi. Oleh karena itu, diagnosis dini preeklampsi, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsi, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan kematian ibu dan anak. (Prawirohardjo, 2005) Angka kejadian preeklampsi pada tiap negara berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya, di antaranya jumlah primigravida, keadaan sosial-ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Diperkirakan di seluruh dunia ada 0-13% kasus preeklampsi. Di Singapura berkisar antara 0,13–6,6%, sedangkan di Indonesia berkisar antara 3,4–8,5%. Sarwono(2002) juga menuliskan di Indonesia berkisar antara 3-10%. Di RSUD R.A Kartini Jepara sendiri pada tahun 2011 didapatkan 140 kasus preeklampsi dan 13 kasus eklampsi (insidensi 5,6%), sedangkan tahun 2012 didapatkan 179 kasus preeklampsi dan 10 kasus eklampsi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soejoenoes pada tahun 1983 di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklampsi dan eklampsi sebesar 5,30% dengan kematian perinatal sebanyak 10,83 per seribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal). (Sudhabrata, 2002) Sedangkan menurut Sarwono (2002) kasus preeklampsi/eklampsi di Indonesia mencapai 3-10%. Pada preeklampsi terjadi spasmus arteriola spiralis desidua yang mengakibatkan menurunnya aliran darah ke plasenta. Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan pada plasenta. Pada hipertensi yang lama, pertumbuhan janin terganggu, sedangkan pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin hingga kematian oleh karena kekurangan oksigen. (Wibowo, 2006) Kegagalan aliran nutrisi sebagai akibat gangguan tumbuh kembang plasenta akan menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrautrin dan menimbulkan hasil : 1. Persalinan prematuritas atau sama untuk masa kehamilannya (SMK) 2. Tumbuh kembang terhambat atau kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dimana keduanya menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. (Manuaba, 2008) Selainitu dapat pula mengakibatkan gangguan jangka panjang seperti gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, retinopati, gangguan pendengaran, gangguan paru kronis dan kenaikan kelainan bawaan lainnya. (Yuwie, 2008) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi dan merupakan salah satu faktor risiko yang memiliki kontribusi terhadap kematian bayi, khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan kondisi seperti ini biasanya memiliki berbagai risiko komplikasi kesehatan dan kemungkinan untuk bertahan hidup akan lebih
kecil. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi, dan anak, serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. (WHO, 2007) Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran menderita BBLR, 95,6% diantaranya merupakan bayi yang dilahirkan di negaranegara sedang berkembang atau negara-negara dengan kondisi sosial-ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa angka kematian bayi dengan BBLR sekitar 35 kali lebih tinggi. Menurut Ibrahim (1997), terdapat insidensi BBLR sebanyak 22% di Asia. Angka kejadian BBLR di Indonesia sendiri sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9%-30%. Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Di Jawa Tengah, proporsi BBLR ditemukan sebanyak 18,89%. (SDKI, 2005). Di RSUD Kartini sendiri, tahun 2011 didapatkan 221 kasus BBLR dari 2700 ibu melahirkan (8,1% dari total kelahiran). Penyebab BBLR masih terus dikaji sampai saat ini. Beberapa studi menyatakan bahwa penyebab BBLR ini adalah multifaktorial, antara lain; ibu yang hamil di usia muda, faktor demografi, biologi ibu, riwayat obstetri, morbiditas ibu selama hamil, pemeriksaan kehamilan (antenatal care), dan paparan toksin (merokok). (Yulivia,Djauhar Ismail, Diah Rumekti, 2009) TINJAUAN PUSTAKA Preeklampsi merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. (Cunningham, 2006) Preeklampsi terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banya terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Eklampsi adalah preeklampsi disertai kejang dan disusul koma, kejangnya bukan karena kelainan neurologik.(Wiknojosastro,2006) Gejala klinis Preeklampsi/Eklampsi adalah 1. Hipertensi (tekanan darah >140-170/90-110 mmHg) yang terjadi dua kali dalam rentang paling sedikit 6 jam. 2. Proteinuria umumnya protein +1 sampai + 4 atau lebih atau lebih dari 300 mg protein dalam urin 24 jam. 3. Volume urine lebih dari 500 ml/ 24 jam. 4. Edema : kadang general tapi belum ada edema pulmoner atau anasarka 5. Kejang pada Eklampsi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (IDAI, 2008).
Menurut Saifuddin, 2002, berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dapat dibedakan menjadi : a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat bayi lahir antara 1500 – 2500 gram. b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu berat bayi lahir < 1500 gram. c. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah berat bayi lahir < 1000 gram. Faktor predisposisi BBLR adalah : 1.Faktor ibu a. Status sosial ekonomi yang rendah b. Tingkat pendidikan ibu yang rendah c. Umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau melebihi 35 tahun. d. Karakteristik ibu e. Kehamilan di luar perkawinan f. Kehamilan tanpa pengawasan prenatal g. Gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan h. Riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi medis atau obstetri i. Ibu yang merokok, peminum alkohol, dan pengguna narkotika 2.Faktor plasenta seperti insufisiensi atau disfungsi plasenta, penyakit vaskuler, kehamilan ganda, plasenta previa dan solusio plasenta. 3.Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi, faktor genetik atau kromosom. 4.Radiasi. 5.Bahan toksik (Komite Medis RSUP DR.Sardjito, 2000). Preeklampsi/eklampsi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR. Preeklampsi menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsi dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin (Behrman, 2000). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian bersifat observasional analitik, dengan pendekatan metode cross sectional untuk memperoleh hubungan preeklampsi/eklampsi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD R.A Kartini Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013. Kriteria inklusi adalah semua ibu melahirkan yang dirawat di RSUD R.A Kartini bulan Januari sampai Desember tahun 2011. Kriteria eksklusi adalah ibu melahirkan disertai penyulit kehamilan lain (seperti diabetes gestasional, infeksi, gangguan immunologis, plasenta previa, mola hidatidosa, dan lain lain) dan bayi dengan kondisi lahir cacat, kelainan kongenital (seperti ASD,VSD) Dalam penelitian ini, hasil yang dianalisa adalah untuk mengetahui hubungan preeklampsi/eklampsi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD R.A Kartini Jepara dilakukan uji statistik dengan metode rasio
prevalensi (RP). Kemudian untuk menentukan rasio prevalensi tersebut bermakna atau tidak, digunakan nilai interval keyakinan (IK) 95% dengan uji analisis statistik Chi Square dengan program Windows SPSS versi 16.0. HASIL Sampel penelitian ini berjumlah 2600 kasus ibu hamil, yang terdiri dari 189 ibu dengan preeklampsi/eklampsi dan 2411 ibu tanpa preeklampsi/eklampsi, diambil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan 967 sampel yang memenuhi kriteria. Selanjutnya menggunakan teknik random sampling, diseleksi secara acak dengan cara diundi dan diambil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 110 kasus. Pada penelitian ini didapatkan rentang usia ibu yang memiliki jumlah sampel terbanyak yaitu usia 20-30 tahun, sebesar 48 sampel. Usia kehamilan yang terbanyak yaitu usia 38 minggu, sebesar 44 sampel. Jenis kelamin bayi terbanyak adalah perempuan, sebesar 60 sampel. Selain itu terdapat 52 kasus preeklampsi/eklampsi dan 58 kasus tanpa preeklampsi/eklampsi, yang melahirkan 34 bayi BBLR dan 76 bayi tidak BBLR Berdasarkan data yang di peroleh dari penelitian didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 1.Frekuensi distribusi sampel terhadap usia ibu Usia Ibu Jumlah Sampel Persentase (%) <20th 23 21 th 20-30 48 43 >30th 39 36 Total 110 100 Tabel 2.Frekuensi distribusi sampel terhadap usia kehamilan Usia Kehamilan Jumlah Sampel Persentase (%) <38 minggu 32 29 38 minggu 44 40 >38 minggu 34 31 Total 110 100 Tabel 3.Frekuensi distribusi sampel terhadap jenis kelamin bayi Jenis Kelamin Bayi Jumlah Sampel Persentase (%) Laki Laki 50 45,5 Perempuan 60 55,5 Total 110 100 Tabel 4. Distribusi sampel menurut kondisi ibu Kondisi Ibu Jumlah Preeklampsi/Eklampsi 52 Tidak Preeklampsi/Eklampsi 58 Jumlah 110
Persentase 47,3 52,7 100
Dari tabel diatas didapatkan ibu dengan preeklampsi/eklampsi sebesar 52 kasus (47,3%) dan ibu tanpa preeklampsi/eklampsi sebesar 58 (52,7%). Tabel 5. Distribusi sampel menurut berat badan bayi Berat Bayi Lahir Jumlah Persentase BBLR 34 30,1 Tidak BBLR 76 69,9 Jumlah 110 100 Dari tabel diatas didapatkan bayi dengan bblr sebanyak 34 (30,1%) dan bayi tanpa bblr sebanyak 76 (69,9%). Hasil Penelitian Tabel 6. Tabel 2x2 Preeklampsi./Eklampsi dan BBLR BBLR Tidak BBLR
Jumlah
Preeklampsi/ Eklampsi
23 20,9%
29 26,4%
52 47,3%
Tidak Preeklampsi/ Eklampsi Jumlah
11 10,0%
47 42,7%
58 52,7%
34 30,9%
76 69,1%
110 100%
Analisis data Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dilakukan analisis data dan didapatkan hasil : Tabel 7. Distribusi sampel menurut kondisi ibu dengan bayi yang mengalami BBLR BBLR Tidak Jumlah P RP CI BBLR Value 95% Preeklampsi/ Eklampsi
23 20,9%
29 26,4%
52 47,3%
Tidak Preeklampsi / Eklampsi Jumlah Percent
11 10,0%
47 42,7%
58 52,7%
34 30,9%
76 69,1%
110 100%
0,04
2,33
1,4427,965
8,196
Dari tabel 7, dapat dilihat angka kejadian ibu preeklampsi/eklampsi yang melahirkan bayi BBLR sebesar 23 (20,9%) kasus, sedangkan yang tidak preeklampsi/eklampsi sebesar 11 (10,0%) kasus.
PEMBAHASAN Data analisis uji statistik Chi Square didapatkan nilai P = 0,04 (P<0,05) dan nilai (x²) hitung 8,196, sedangkan hasil (x²) tabel 3,841, hal ini berarti bahwa x² hitung > x² tabel, yang menunjukkan bahwa preeklampsi/eklampsi mempunyai hubungan bermakna (signifikan) dengan kejadian BBLR pada bayi. Nilai Ratio Prevalensi (RP) sebesar 2,33 (RP>1) dengan (Confidence interval (CI) 95% antara 1,442– 7,965) yang berarti preeklampsi/eklampsi merupakan faktor resiko terjadinya BBLR dan ibu preeklampsi/eklampsi memiliki resiko insidensi melahirkan bayi BBLR lebih besar yaitu 2,33 kali dibanding ibu tanpa preeklampsi/eklampsi. Penelitian Yayan A (2005) di RS PKU Muhammadiyah Jogjakarta dengan 100 sampel ibu hamil, didapatkan hasil 35 bayi BBLR dilahirkan oleh ibu dengan preeklampsi, dan 9 bayi BBLR dilahirkan dari ibu tanpa preeklampsi, sehingga ada hubungan bermakna antara kejadian preeklampsi dan BBLR. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Wahyuni Alfaina (2005) di RS Dr Sardjito Yogyakarta dengan 90 sampel, yang terdiri dari 77 sampel preeklampsi dan 13 sampel normal, didapatkan hubungan signifikan antara preeklampsi/eklampsi dengan kejadian BBLR. Pada preeklampsi terjadi vasokonstriksi uterus akibat produksi tromboksan yang berlebihan, dimana tromboksan merupakan vasokonstriktor kuat. Akibatnya terjadi penurunan aliran darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi janin berkurang. Ketika hal ini terjadi sebelum kelahiran dapat menyebabkan intrauterine growth retardation (IUGR) dan melahirkan bayi BBLR. Penelitian Suwoyo et.al (2011) di RS Hardjono Ponorogo menemukan dari 131 sampel, dengan 45 sampel preeklampsi dan 86 sampel normal, didapatkan hubungan signifikan antara preeklampsi dan kejadian BBLR. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian Xu Xiong et all (2002) di Kanada yang menemukan perbedaan berat lahir tak bermakna pada ibu dengan preeklampsia dan yang normal. Menurut peneliti, BBLR tidak hanya berkaitan dengan berkurangnya aliran darah ke janin, namun akibat dari berbagai faktor, seperti usia ibu, status kesehatan ibu, dan genetika. Peneliti diatas juga menemukan bahwa setidaknya ada 2 tipe preeklampsi, yaitu yang mempengaruhi pertumbuhan janin dan yang tidak. Sedangkan Hendro Budhi et all (2007) mengemukakan ada hubungan signifikan preeklampsi/eklampsi dengan kejadian BBLR (X2 = 23,432 dan P= 0,000), namun tidak adanya hubungan antara derajat beratnya preeklampsi dengan derajat rendahnya berat bayi (X2 = 0,0016 dan P= 0,009). Hal ini diakibatkan akibat kurang lengkapnya rekam medik tentang lama hipertensi, berapa besar kenaikan tekanan darah yang terjadi, serta riwayat ANC. Pada penelitian ini ditemukan bayi dengan berat badan lahir cukup walaupun dilahirkan oleh ibu dengan preeklampsi/eklampsi.. Hal bisa disebabkan karena faktor luar lain semisal status gizi ibu yang baik, dimana bisa diketahui dari berat badan dan index masa tubuh ibu, yang mengakibatkan bayinya mendapatkan asupan gizi yang sangat cukup pada masa kehamilannya. Selain itu bisa diakibatkan pula akibat kenaikan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi atau belum lamanya hipertensi, sehingga gangguan aliran nutrisi yang diakibatkan preeklampsi/eklampsi tidak terlalu berpengaruh. Yang juga memiliki andil dalam
menjaga kondisi janin adalah ANC (antenatal care) yang baik. Bila ibu secara rutin melakukan ANC, maka deteksi terhadap gangguan masa kehamilan dapat ditangani lebih awal. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan bermakna (signifikan) antara preeklampsi/eklampsi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD RA Kartini Jepara tahun 2011. 2. Preeklampsi/eklampsi meningkatkan resiko terjadinya insidensi BBLR pada bayi yang lebih besar yaitu 2,3 kali dibandingkan ibu tanpa preeklampsi. SARAN Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian lebih lanjut, hendaknya dilakukan dengan metode cohort prospektif dan dengan menambah kriteria restriksi yang lebih ketat seperti riwayat gestasi ibu, usia ibu, kondisi sosioekonomi ibu, index masa tubuh ibu, dan kondisi pernikahan ibu agar hasilnya lebih valid lagi. 2. Bagi ibu dengan preeklampsi hendaknya rutin memeriksakan diri ke tenaga medis terdekat agar dapat diambil langkah – langkah pencegahan terjadinya eklampsi. 3. Perlu diberikan edukasi tentang gejala preeklampsi dan tindakan yang perlu dilakukan bilamana terjadi gejala preeklampsi bagi ibu hamil. 4. Bagi pengelola rekam medik rumah sakit dapat pula mencantumkan berat badan dan tinggi badan ibu melahirkan agar dapat digunakan sebagai perbandingan dengan berat bayi yang dilahirkannya
DAFTAR PUSTAKA Alfaina, W., Firma NW. 2005. Hubungan Preeklampsia Berat dengan BBLR pada Bayi di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Mutiara Medika Edisi Khusus Vol 8. No 1. Hal 52-57. Behrman, R.E.1996. Neonatal Sepsis. Infection of The Newborn. Oxford:Blackwell Scientific Publication Bobak, Lowdermik, jansen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Hal 530-401 Boyle, Maureen. 2007. Buku Saku Bidan Kedaruratan Dalam Persalinan. Jakarta: EGC Budjang, R.F. 1999. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah, Dalam : Wiknjosastro, H.(Ed), Ilmu Kebidanan. Ed.3 Cet.5. Hal : 771 – 84. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Cunningham, F. G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Edisi: 21 Djaja S., Sumantri S. 2003. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. BPK. 31:157 Dorland, WA. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC Esplin, Sean.2001. Paternal and Maternal Component of the Predisposition to pre-Eklampsi. University of Utah. Vol 344 March 2001. 867-72 Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:Badan Penerbit IDAI. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. 2004. UKK Perinatologi IDAI –MNH-JHPIEGO. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, perawat, bidan di rumah sakit. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Mannsjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 270-300 Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Mochtar, R. 2002. Sinopsis Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. Hal : 201 Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers. Hal : 136 Nelson W.E, ed. 2002. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 17.Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal : 88-89, 145-50. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Hal 530-61
Reynold C dkk. Hypertensive states of pregnancy. In : DeCherney, Nathan L, editors. Current Obstetric And Gynecologic Diagnosis and Treatment. 9th Ed. Boston : McGraw-Hill;2003. Hal 338-53 Salimo, Harsono. 2008. Aspek Aspek Tumbuh Kembang Anak Dipandang Secara Holistik. Solo : UNS Press Setyowati T. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 2004). Badan Litbang Kesehatan. Skjaerven, R., Allen, J., Wilcox, M.D., dan Lie, T.R. 2002. The Interval Between Pregnancies and Risk of Preeclampsia. New Enfland Journal Medicine, 346 (1), Hal : 33-38. Sastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-dasar Metodologi Klinis. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto. Hal : 112-26. Staf pengajar IKA. 2007. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), dalam : Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatn Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 1051-65 Sudhabrata, K. 2001. Profil Penderita Preeklampsi-Eklampsi di RSUD Tarakan Kaltim Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika Sugiarto, Tutur. 1991. Faktor faktor Risiko Berat Lahir Rendah dan Kelangsungan Hidupnya di Puskesmas Kec.Bandungan Kab.Magelang, Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol.2. Hal : 64 – 69. Supono. 1985. Ilmu Kebidanan Bab 1 Fisiologi. Palembang : FK Unsri Suwoyo, et.al. 2011. Hubungan Preeklampsia pada Kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD dr Hardjono Ponorogo. Volume II Nomor Khusus Hari Kesehatan Indonesia April 2011 Suyatno. 2005. Dasar dasar ilmu metodologi penelitian. Jakarta : Bina Aksara. Syafrudin dan Hamidah. 2009. “Kebidanan Komunitas”. Jakarta : EGC Taufiqurrohman, M. Arif. 2003. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CSGF United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York, 2004 Xiong, Xu. 2002. Impact of Preeclampsia and Gestionan Hypertension on Birth Weight by Gestional Age. Oxford : Oxford Univ.Press Wahidiyat, Iskandar. 1998. Buku Kuliah Ilmu kesehatan Anak Jilid I. FKUI, Jakarta Wiknjosastro, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP. Hal : 281-300 World Health Organization (WHO). 2007. Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Wibowo B., Rachimhadi T., 2006. Preeklampsi dan Eklampsi, dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 281-99 Wijayarini. 2002. SafeMotherhood : Modul Preeklampsia/eklampsia. Jakarta : EGC. Hal : 12-14
Yayan, A., Burhan W. 2005. Hubungan Antara Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Hamil dengan BBLR di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2005. : www.publikasi.umy.ac.id Yeyeh, Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: CV Trans Info Media Yukhailah, Lil. 2009. Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Yulivia,Djauhar I,& Diah R, 2009. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Berat Lahir Bayi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25. No. 2, Juni 2009. Hal : 96 – 108 http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/06/pre-eklamsi-kehamilan.html?m=1 (diakses 9 November 2012)