Volume 3 No.2, September 2012
ISSN:1907-1396
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI BBLR merupakan salah satu indikator Kesehatan ibu dan anak serta determinan utama kematian perinatal dan neonatal. BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. AKB Kabupaten Jepara meningkat dari 77 bayi pada tahun 2009 menjadi 178 bayi pada tahun 2010. Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR dilihat dari karakteristik ibu (umur ibu, jumlah anak, keguguran/lahir mati), dan pelayanan antenatal (frekuensi periksa hamil, umur kehamilan, antenatal care). Ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan BBLR dilihat berdasarkan usia ibu, paritas, jarak kelahiran dan umur kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara. Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan pendekatan case control. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 141 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling. Data dari Rekam Medik kemudian dianalisa dengan menggunakan SPSS 17.0 For Windows. Hasil Dari 141 ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan BBLR, berdasarkan usia ibu terbanyak adalah BBLR dilahirkan ibu usia non-resti yaitu sebanyak 108 orang (76,6%). Berdasarkan paritas, terbanyak pada ibu primipara yaitu sebanyak 70 orang (49,6%). Berdasarkan jarak kelahiran, terbanyak pada jarak kelahiran terlalu dekat yaitu sebanyak 69 orang (48,0%). Berdasarkan umur kehamilan, terbanyak dilahirkan pada umur kehamilan pre-term yaitu sebanyak 106 orang (75,2%). Pemberian penyuluhan terhadap wanita tentang pencegahan BBLR harus diberikan sedini mungkin terutama dari ibu mulai hamil untuk merawat kehamilannya sebaik mungkin sehingga tidak melahirkan bayi dengan BBLR. Kata kunci :Berat Badan Bayi Lahir Rendah, Karakteristik ibu PENDAHULUAN Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kualitas manusia seyogyanya harus dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Oleh karena itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah satu program prioritas. Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang terjadi hampir pada setiap wanita. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara jasmaniah dan dengan berat badan lahir yang cukup. Tetapi adakalanya kelahiran bayi tersebut tidak seperti yang diharapkan, seperti lahirnya bayi dengan berat lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator dari tingkat kesehatan ibu dan anak, dan bayi dengan berat lahir rendah merupakan determinan yang utama pada kematian perinatal dan neonatal. Menurut WHO bayi berat lahir rendah merupakan penyebab dasar kematian neonatal. (Depkes RI, 2006; hlm. 10). Berdasarkan hasil survey kesehatan daerah dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB di Indonesia tahun 2007 sejumlah 34 per 1000 kelahiran hidup, Sedangkan berdasarkan laporan rutin AKB Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 10,8 per 1.000
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 24
Volume 3 No.2, September 2012
ISSN:1907-1396
kelahiran hidup. Masalah utama bayi baru lahir adalah masalah yang sangat spesifik, yang terjadi pada masa perinatal serta dapat menyebabkan kematian, kesakitan, dan kecacatan. Prevalensi bayi berat lahir rendah ( BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% - 30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% - 17,2% . Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2015 yakni maksimal 7%. (Ika Pantiawati, 2010; hlm.3) Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi), dan riwayat persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran/ lahir mati), dan pelayanan antenatal (frekuensi periksa hamil, tenaga pemeriksa hamil, umur kandungan saat memeriksa kehamilannya). Menurut Irma D.M Sianturi (2007) bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR antara lain Faktor sosial demografis (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi), faktor antropometri (berat badan ibu < 39 kg atau > 90 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, LILA ibu < 23,5 cm), faktor biomedis ( paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, perilaku dan lingkungan. Selain itu BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pertama faktor ibu meliputi, penyakit, usia, keadaan sosial dan sebab lain seperti ibu yang merokok, kedua faktor janin dan yang ketiga adalah faktor lingkungan (Ika Pantiawati, 2010; hlm.4-5) Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara jumlah kematian bayi meningkat dari 77 bayi pada tahun 2009 meningkat menjadi 178 bayi pada tahun 2010. (Bagian Kesga DKK Jepara, April 2011). Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Ruang Mawar RSU RA Kartini Jepara pada bulan April 2012 diperoleh data ibu bersalin pada Bulan Januari 2011 sampai dengan April 2012 adalah sebanyak 997 orang dengan spesifikasi sebanyak 72,1% ( 719 orang) bersalin secara spontan pervaginam maupun dengan tindakan dan sebanyak 27,9% (278 orang) melahirkan dengan operasi. Dari keseluruhan data ibu bersalin pada Bulan Januari 2011 sampai dengan April 2012 tersebut, angka kejadian ibu yang bersalin dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang Mawar RSU RA Kartini Jepara Angka kejadian BBLR pada bulan Januari – April 2012 adalah sebanyak 57 orang atau rata-rata terjadi kelhiran bayi dengan BBLR sebanyak 14,25 setiap bulan. Sedangkan pada bulan Januari – Desember 2010 adalah sebanyak 141 orang (14,2%) dari total persalinan (997 orang) atau rata – rata terjadi kelahiran bayi BBLR sebanyak 11,75 setiap bulannya. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada angka kejadian ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di RSU RA Kartini Jepara. Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak dr. Agus Salim, M.M selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, BBLR merupakan penyebab pertama peningkatan AKB di Jepara pada tahun 2010. Berdasarkan hasil rekapitulasi yang penulis peroleh dari catatan di Ruang Mawar menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di RSU RA Kartini ini dikarenakan umur kehamilan preterm yang disebabkan adanya penyakit penyerta selama kehamilan maupun adanya komplikasi pada saat persalinan seperti Pre-eklamsia, KPD, Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 25
Volume 3 No.2, September 2012
ISSN:1907-1396
kehamilan ganda dan hampir sebagian besar merupakan persalinan pada umur kehamilan preterm. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan desain case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara pada tahun 2011 yaitu sejumlah 141 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang meliputi : umur ibu, paritas, jarak kelahiran, dan umur kehamilan yang diperoleh dari Rekam Medik ibu bersalin yang melahirkan bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara tahun 2010. Analisa data univariate menggunakan prosentase. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara Tahun 2011 Berdasarkan Usia Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara Berdasarkan Usia Ibu No 1. 2. Jumlah
Usia Ibu (Tahun) Non-Resti (20-35) Resti (<20 / >35)
Jumlah n
%
108 33 141
76,6 23,4 100,0
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa, ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan usia ibu sebagian besar adalah bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan usia non-resti antara 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 108 orang (76,6%), sedangkan sebagian kecil bayi dilahirkan oleh ibu yang berusia resti (<20 / >35 tahun) sebanyak 33 orang (23,4%). 2. Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara Tahun 2010 Berdasarkan Paritas Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Di RSU RA Kartini Jepara Berdasarkan Paritas Jumlah No
Paritas
1. Primipara (1) 2. Multipara (2 atau lebih) 3. Grande multipara (5 atau lebih) Jumlah
n 70 61 10 141
% 49,6 43,3 7,1 100,0
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa, ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan paritas sebagian besar adalah pada ibu dengan primipara yaitu sebanyak 70 orang (49,6%), sedangkan yang paling sedikit terjadi pada ibu dengan grande multipara (paritas 5 atau lebih) yaitu sebanyak 10 orang (7,1%). 3. Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara Tahun 2011 berdasarkan Jarak Kelahiran Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 26
Volume 3 No.2, September 2012 Tabel 3
No 1. 2. 3. Jumlah
ISSN:1907-1396
Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara berdasarkan jarak Kelahiran Jarak Kelahiran (Tahun) Terlalu Dekat (<2) Normal (2-4) Terlalu Jauh (>4)
Jumlah n
%
69 13 59 141
48,0 9,2 41,8 100,0
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa, ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR sebagian besar adalah bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran terlalu dekat (<2 tahun) yaitu sebanyak 69 orang (48,0%), sedangkan paling sedikit adalah bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran normal (2-4 tahun) yaitu sebanyak 13 orang (9,2%). 4. Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara Tahun 2011 Berdasarkan Paritas Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara berdasarkan Usia Kehamilan No 1. 2. 3. Jumlah
Umur Kehamilan (Minggu) Pre-term (<37) Aterm (37 - 41) Post-term (≥42)
Jumlah n 106 34 1 141
% 75,2 24,1 0,7 100,0
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa, berdasarkan umur kehamilan ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR sebagian besar dilahirkan pada umur kehamilan pre-term (<37 minggu) yaitu sebanyak 106 orang (75,2%), sedangkan paling sedikit dilahirkan pada umur kehamilan post-term yaitu hanya 1 orang (0,7%). PEMBAHASAN 1. Usia Ibu Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan secara deskriptif bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RSU RA Kartini Jepara pada tahun 2010 didapatkan hasil kejadian terbanyak adalah bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan usia non-resti (20 – 35 tahun) sebanyak 108 orang (76,6%), sedangkan sisanya sebanyak 33 orang (23,4%) bayi dilahirkan oleh ibu yang berusia resti (<20 / >35 tahun). Setiawan (1995), melaporkan bahwa ibu hamil pada usia resti ( < 20 dan > 35 tahun) mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR 4,1 kali lebih banyak. Sejalan dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di RSU RA Kartini Jepara hanya sebesar 23, 4 % bayi yang lahir dari usia ibu non-resti. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara hasil penelitian dengan teori yang ada. Namun hal serupa juga ditemukan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Irma D.M Sianturi dengan judul Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2003-2006 pada 192 sampel Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 27
Volume 3 No.2, September 2012
ISSN:1907-1396
berdasarkan usia ibu kejadian bayi BBLR terbanyak adalah ibu dengan usia 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 152 orang (79,2%). Besarnya kejadian BBLR pada kelompok umur 20-35 tahun tersebut tergolong aman untuk melahirkan terkait dengan adanya pergeseran usia menikah dikalangan masyarakat yang dulu memiliki budaya menikah di usia dini, seperti setelah menstruasi pertama datang, menjadi setelah tamat SMA atau usia 20 tahun ke atas. Hal tersebut dapat dijelaskan karena sebagian masyarakat telah banyak mengetahui akibat buruk dari perkawinan usia muda. Tingginya usia perkawinan pada kelompok usia tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin baik tentang kesehatan reproduksi. Menurut Liliek, masyarakat secara umum sudah mulai mengerti masa perkawinan yang ideal sesuai dengan kematangan berbagai aspek, seperti reproduksi, mental, sosial dan sebagainya. Pada kenyatannya bahwa terdapat banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya BBLR antara lain faktor sosial demografis (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi), faktor antropometri (berat badan ibu < 39 kg atau > 90 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, LILA ibu < 23,5 cm), faktor biomedis ( paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, perilaku dan lingkungan. Selain itu BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pertama faktor ibu meliputi, penyakit, usia, keadaan sosial dan sebab lain seperti ibu yang merokok, kedua faktor janin dan yang ketiga adalah faktor lingkungan. (Ika Pantiawati, 2010; hlm.4-5) 2. Paritas Ibu Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan secara deskriptif bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di RSU RA Kartini Jepara pada tahun 2011 sebagian besar adalah bayi yang dilahirkan ibu primipara sebanyak 70 orang (49,6%), sedangkan yang paling sedikit terjadi dilahirkan oleh ibu dengan grande multipara (paritas 5 atau lebih) yaitu sebanyak 10 orang (7,1%). Sedangkan untuk ibu multipara sebanyak 43,3 % yaitu 61 orang. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ibu dengan paritas pertama lebih cenderung untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan paritas kedua atau lebih. Ibu yang hamil untuk yang pertama kalinya secara fisik maupun mental belum mampu untuk beradaptasi secara baik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh yang sedang hamil. Mereka belum mempunyai pengalaman yang cukup dalam hal perawatan kehamilan. Berbeda halnya dengan ibu yang sebelumnya sudah pernah melahirkan. Mereka sedikit tidak akan belajar dari pengalaman yang lalu dalam hal perawatan kehamilannya. Ibu primigravida yang tidak mempunyai pengalaman dalam hal perawatan kehamilan maka mereka tidak akan mampu merawat kehamilannya dengan baik sehingga perkembangan kehamilannya tidak akan baik dan bayi yang dikandungpun akan mengalami hambatan peertumbuhan dan akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah. Hal ini sesuai dengan teori Cunningham, yang mengatakan bahwa resiko BBLR meningkat pada primigravida dan multigravida dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat. Selain itu, semakin sering ibu melahirkan maka resiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah juga meningkat. Begitu juga dengan teori yang menyabutkan bahwa sesuai dengan teori resiko terjadinya BBLR, tinggi pada paritas 1 kemudian menurun pada paritas 2 atau 3, selanjutnya meningkat kembali pada paritas 4 atau lebih. (Manuaba, 2005; h.34-35)
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 28
Volume 3 No.2, September 2012
ISSN:1907-1396
Serta pendapat yang dikemukakan oleh Srimastuti, bahwa pada umumnya berat badan lahir meningkat dengan semakin tingginya paritas. Bayi lahir pertama cenderung mempunyai risiko BBLR lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor umur, biologis dan fisiologis. 3. Jarak Kelahiran Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa berdasarkan jarak kelahiran ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR terbanyak adalah bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran terlalu dekat (<2 tahun) yaitu sebanyak 69 orang (48,0%), sedangkan terendah adalah bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran normal (2-4 tahun) yaitu sebanyak 13 orang (9,2%). Angka tersebut membuktikan bahwa sesuai dengan teori untuk kejadian BBLR pada ibu dengan jarak kelahiran terlalu dekat (< 2 tahun) dan terlalu jauh (> 4 tahun) akan lebih tinggi daripada ibu dengan jarak kelahiran normal (2-4 tahun). Bahkan menurut peneliti terdahulu (Prayoga, 1999) didapatkan hasil ibu dengan jarak kelahiran terlalu dekat (<2 tahun) dan terlalu jauh (>4 tahun) adalah 1,5 kali dibandingkan dengan ibu yang jarak kehamilannya normal (2-4 tahun). Jarak kehamilan <2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan pendarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik (Departemen Kesehatan, 2006; h.33). Ibu yang jarak kehamilan terlalu dekat <2 tahun akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk juga karena Placenta previa, anemia, dan ketuban pecah dini dapat menyebabkan bayi BBLR (Ilyas, 1995; h.106). 4. Umur Kehamilan Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan umur kehamilan ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR terbanyak dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan pre-term (<37 minggu) yaitu sebanyak 106 orang (75,2%), sedangkan terendah terdapat pada umurk kehamilan post-term yaitu hanya 1 orang (0,7%). Data tersebut sesuai pada teori Menurut (Manuaba, 2005; h.152), yang menyebutkan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai umur kehamilan. Umur kehamilan sangat mempengaruhi tingginya kejadian BBLR karena bayi dengan berat badan lahir rendah dapat merupakan hasil dari umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang normal, umur gestasi yang normal dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu, atau umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu. Namun menurut Irma D.M Sianturi, bahwa masih ada beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR antara lain faktor sosial demografis (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi), faktor antropometri (berat badan ibu < 39 kg atau > 90 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, LILA ibu < 23,5 cm), faktor biomedis ( paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, perilaku dan lingkungan. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden adalah ibu dengan usia non resti yaitu sebanyak 108 orang (76,6%). 2. Sebagian besar responden adalah ibu yang primipara yaitu sebanyak 70 orang (49,6%). 3. Sebagian besar responden adalah ibu dengan yang jarak kelahiran anak terlalu dekat (<2 tahun) yaitu sebanyak 69 orang (48,0%). Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 29
Volume 3 No.2, September 2012 4.
ISSN:1907-1396
Sebagian besar responden adalah ibu dengan umur kehamilan pre-term (<37 minggu) yaitu sebanyak 106 orang (75,2%)
SARAN 1. Bagi peneliti Saran bagi penelitan lebih lanjut yaitu untuk tidak hanya meneliti karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pada 6 aspek saja tetapi juga meneliti karakteristik ibu dari dimensi lain misalnya riwayat melahirkan bayi BBLR, pekerjaan suami, Status Gizi ibu hamil dan Hb ibu menjelang persalinan). 2. Bagi tempat penelitian Bagi Diharapkan pihak rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan dengan menyediakan pelayanan yang memadai khususnya terhadap ibu yang beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sehingga komplikasi yang ditimbulkan dapat diminimalkan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan kesehatan memperbanyak referensi tentang faktor resiko terjadinya BBLR dan menyediakan informasi sebagai sumber untuk penelitian selanjutnya 4. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan tentang resiko terjadinya BBLR di lingkungannya sehingga masyarakat mampu mengenali dan mengambil intervensi yang tepat jika terdapat faktor resiko terjadinya BBLR. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2006. h. 131. Departemen Kesehatan RI. Modul Manajemen BBLR Acuan. Jakarta : Depkes RI ; 2006.h.10 Departemen Kesehatan RI. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2007. (di akses tanggal 7 April 2011). http ://www.depkes.go.id/ download/ profil/ provjateng2007.pdf. Departemen Kesehatan RI. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan system Kesehatan Yang Berkaitan di Indonesia. 2010. (Di akses tanggal 11 Januari 2011). Di dapat dari : www.digilib.litbang.Depkes.co.id. Departemen Kesehatan RI. Buku Panduan Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat Rumah Sakit. Jakarta : IDAI MNH-JHPIEGO ; 2005 h.33. Esty. Gambaran Karakteristik Ibu bersalin BBLR. 2009. (di akses tanggal 7 April 2011). Di dapat dari http ://estyrock.blogspot.com/ 2010/ 02/ gambaran-karakteristik-ibubersalin-BBLR.html/ Hidayat, A. AA. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika ; 2007. h. 93 Jihanidar. Kecenderungan Terjadinya BBLR di RSU Langsa Dan Faktor yang Mempengaruhinya (skripsi). Medan : FKM-USU ; 2005. ( di akses tanggal 4 April 2011). Di dapat dari : http:/ faktor-yang-mempengaruhi-BBLR.html/ Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC ; 2005. h.34-35, h.152, h.157 Mochtar, R. Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC ; 2000. h.65, h.75, h.82, h.448 Notoatmojo. S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga Edisi Revisi. Jakarta: Rineke Cipta ; 2010. h.70, h.93, h.182, h.188 Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 30
Volume 3 No.2, September 2012
ISSN:1907-1396
Nursalam. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Medica ; 2003. h.94 Pantiawati, ika. Bayi Dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2010. h.1-5, Proverawati, Atikah, dkk. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2010. h.24, h.23-24, h.49-50 Pusdiknakes. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis bagi Dosen Diploma III Kebidanan “ Konsep Kebidanan”. Jakarta : WHD-JHPIEGO ; 2003. Saifudin, AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan neonatal. Cetakan 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2001. h.376 Setyowati, dkk. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bayi dengan BBLR. www.situskespro.info. Di akses Tanggal 12 Februari 2011 Sianturi, irma.D.M. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2003-2006. Medan ; Universitas Sumatra Utara ; 2006. h. 4549 Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Revisi Terbaru. Bandung: CV Alvabeta ; 2007. Suyanto & Salamah, U. Riset Kebidanan Metodologi Dan Aplikasi. Jakarta: Mitra Cendikia ; 2009. h.32, h.35, Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo h.100-101,h.117-119, h.182, h.587
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Page 31