FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA PEROLEHAN SUARA PARPOL ISLAM PADA PEMILU 2014 Triono Abstrak Dinamika keberadaan partai politik Islam dalam pentas sejarah demokrasi di Indonesia mengalami dinamika perpolitikan yang belum stabil. Hal ini tidak terlepas dari pluralnya masyarakat Indonesia yang bukan hanya berisi orang Islam saja, melainkan majemuk dengan keberagaman agama lainnya. Dinamika tersebut dapat dilihat pada track record keikutsertaan partai politik Islam dalam perjalanan pemilihan umum di Indonesia. Perolehan suara parpol Islam yang cenderung menurun sejak era reformasi menjadi catatan dan pekerjaan rumah untuk segera diselesaikan. Banyak faktor yang tentunya menjadi penyebab suara partai politik Islam kecil. Karakteristik dan ideologi partai menjadi pertaruhan penilaian masyarakat terhadap keberadaan partai-partai politik Islam. Kata Kunci: parpol islam, karakteristik, strategi
Pendahuluan Dalam sejarah Pemilu di Indonesia eksistensi parpol Islam tidak dapat diabaikan. Keberadaannya cukup mewarnai konstelasi dan dinamika politik Indonesia sejak awal kemerdekaan. Tahun 1950-an ada Masjumi, PSII, Perti dan NU, di tahun 1970-an ada PPP sebagai hasil fusi dari keempat partai tersebut di atas. Pasca reformasi, jumlah parpol Islam lebih banyak. Fenomena ini menunjukkan adanya asumsi Islam semakin digandrungi oleh umatnya sebagai way of life, termasuk menjadi pedoman kehidupan politik umat. Tetapi disisi lain ada fakta yang tidak mengonfirmasi kebenaran asumsi tersebut di atas yaitu kekalahan demi kekalahan parpol Islam dalam setiap Pemilu, bahkan cenderung mengalami kemunduran yang disebabkan
Dosen Tetap FISIP Universitas Megou Pak Tulang Bawang
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
banyaknya faktor yang menyertainya dan yang pasti ditinggalkan pemilih Islam. Sejarah perkembangan politik di Indonesia mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan jalannya sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia. Partai politik memainkan peranan sebagai penghubung yang strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara serta memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Banyak kalangan berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi. Artinya, semakin tinggi peran dan fungsi partai politik, akan semakin berkualitaslah demokrasi. Kemunculan dan keberadaan partai Islam di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan dari sejarah politik itu sendiri. Besarnya jumlah umat Islam tersebut tidak serta merta seragam satu pemikiran. Sebaliknya, justru jumlah yang banyak itulah yang menyebabkan heterogenitas di kalangan umat Islam. Hal ini di sebabkan beberapa faktor perbedaan budaya, pendidikan agama, konteks, sosial politik serta realitas yang di hadapi oleh mereka di masing-masih daerah. Keberadaan partai yang mengatasnamakan agama di Indonesia semakin menambah dinamika dalam pluralisme di Indonesia. Oleh beberapa kalangan, keberadaan partai atas nama agama justru menjadikan polemik dalam negara, hal ini dikarenakan adanya partaipartai yang berhaluan tertentu menjadikan partai politik terjerumus pada politik aliran. Pemilu 2014 yang diikuti oleh 12 Partai politik nasional dan ditambah dengan 3 partai politik lokal (khusus Aceh) menunjukan hasil Pemilu Legislatif 2014 yang telah diumumkan KPU menempatkan sepuluh partai yang lolos ambang batas parlemen, yakni Partai NasDem, PKB, PKS, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, dan Partai Hanura. Sedangkan dua partai yang tak lolos yaitu PBB dan PKPI. Urutan lima besar partai peraih suara terbanyak yakni:
93
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat dan PKB. Berikut ini adalah grafik perolehan suara partai politik pada pemilu 2014.1
Jika memperhatikan grafik tersebut di atas terlihat bahwa partai-partai yang berbasiskan masa umat Islam (PKS, PAN, PPP, PKB, dan PPB) belum mampu mengimbangi partai-partai yang cenderung nasionalis (PDI-P, PD, Nasdem) setidaknya dari perolehan suara pemilu 2014. Pertanyaan yang muncul tentunya adalah mengapa suara umat Islam yang notabene sebagai suara mayoritas tidak mampu memperoleh suara yang signifikan pada pemilu 2014. Banyak faktor yang tentunya 1
http://aswandi.or.id Diakses tanggal 11 Mei 2015
94 Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
menjadi penyebab suara partai politik Islam kecil. Karakteristik dan ideologi partai menjadi pertaruhan penilaian masyarakat terhadap keberadaan partai-partai politik Islam.
Menurunnya dukungan masyarakat terhadap partai-partai berbasis Islam tentunya menjadi pekerjaan rumah tangga partai-partai tersebut. Secara statistik masyarakat Indonesia yang beragama Islam merupakan faktor dominan tentunya menjadi modal besar bagi partaipartai yang berbasis Islam. Terlepas apapun yang menyebabkan melemahnya kinerja partai-partai berbasis Islam tersebut tentunya diperlukan sebuah pandangan yang luas dalam melihat persoalan kebangsaan dan keumatan di masa yang akan datang. Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah Faktor-faktor penyebab menurunnya perolehan suara partai politik Islam pada pemilu 2014? Partai Politik Terdapat tiga teori yang mencoba menjelaskan asal-usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik. Kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan oleh perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.2 R.H. Soltau sebagaimana dikutip dalam Miriam Budiardjo3 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak teroganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan mengusai pemerintahan 2
Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hlm. 113. 3 Miriam. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm. 161.
95
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
dan melaksanakan kebijakan umum. Carl Friedrich dalam Ramlan4 memberikan batasan bahwa partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan berdasar kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idiil kepada anggotanya. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa partai politik sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.5 Lapalomba dan Weiner berpendapat bahwa ciri-ciri partai politik adalah memiliki akar dalam masyarakat lokal, melakukan kegiatan secara terus menerus, berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan, dan ikut serta dalam pemilihan umum.6 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada prinsipnya memiliki kedudukan (status) dan peranan (role) yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai politik biasa disebut sebagai pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state) dengan warga negaranya (the citizensi). Tipologi Partai Politik 4
Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hlm. 116. 5 Miriam. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm. 161. 6 Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hlm. 115.
96
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
Bervariasinya bentuk partai politik, menyebabkan perlu adanya pengklasifikasian partai politik. Secara umum pengklasifikasian atau tipologi partai politik terkelompok dalam bentuk asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial, dan tujuan. Klasifikasi ini cenderung menggambarkan partai secara ideal. Meskipun secara praktis kondisinya berbeda, namun setidaknya berguna untuk memudahkan pemahaman akan klasifikasi partai politik.7 Pertama, berdasarkan asas dan orientasi, partai politik dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: (1) partai politik pragmatis, (2) partai politik doktriner dan (3) partai poltik kepentingan. Kedua, berdasarkan komposisi dan fungsi anggota, partai politik dapat dibagi menjadi dua, yaitu partai massa atau lindungan dan partai kader. Ketiga, partai berdasarkan basis sosial dibagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah dan bawah; (2) partai politik yang anggotanya berasal dari kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha; (3) partai politik yang anggotanya berasal dari agama tertentu, seperti Islam, Katolik, Protestan, dan Hindu; dan (4) partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu. Mengacu pada tipologi partai politik di atas, dalam makalah ini tipologi partai politik yang akan dikaji adalah tipologi partai berdasarkan tipologi ketiga, yaitu partai politik yang keanggotaannya berasal dari kelompok agama tertentu. Kelompok agama yang menjadi basis partai politik adalah agama Islam, dalam praktiknya terdapat beberapa partai yang berbasis Islam dan mewakili satu kelompok agama. Partai Politik Islam 7
Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hlm. 121-124.
97
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
Ramlan Surbakti merumuskan partai politik berbasis Islam merupakan “kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun, sebagai hasil berbagai pemaduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat”.8 Partai politik Islam dapat dipahami sebagai definisi yang disebutkan Surbakti di atas ditambah dengan beberapa kriteria: Pertama, mencantumkan Islam sebagai asas partai. Kedua, menggunakan simbol-simbol yang identik atau secara dekat diasosiasikan dengan Islam seperti “bulan bintang”, “ka’bah”, “kalimat atau tulisan Arab”, dan sebagainya. Ketiga, memiliki basis sosial utama dari kalangan Islam tertentu. Disamping itu, partai Islam ditandai juga dengan adanya personalia kepemimpinan partai yang didominasi oleh orangorang yang berlatar belakang Islam yang kuat (santri) serta pengambilan keputusan yang cenderung memihak kepada kepentingan unsur Islam.9 Pendapat lainnya adalah yang menyebutkan bahwa definisi partai Islam itu dibagi menjadi tiga. Pertama, partai yang menganut asas Islam (dan tentu basis massanya adalah Islam) seperti PKS, PPP, PBB, PBR, PMB, PKNU dan PPNUI. Kedua, partai yang tidak menganut asas Islam tapi berbasis massa Islam seperti PKB dan PAN. Ketiga, definisi yang tidak memisahkan keduanya. Artinya yang disebut partai Islam mencakup baik yang berasas Islam maupun tidak berasas Islam namun berbasis massa Islam. Selain menurut para 8
Ibid. Hlm. 116. Zainal, 2003. Peta Politik Islam Pasca Soeharto. LP3ES. Jakarta. Hlm. 20-
9
21.
98 Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
pakar, menurut publik merujuk hasil survei nasional Indo Barometer pada Desember 2007 menyebutkan bahwa dalam konstelasi politik Indonesia, polarisasi partai politik yang paling menonjol adalah antara partai Islam dan partai Nasionalis. “Survei Indo Barometer mengajukan pertanyaan terbuka kepada publik Indonesia tentang pengertian dari partai Islam. Ternyata jawaban tertinggi adalah partai yang berasaskan Islam (28,3%); partai yang mayoritas pemilihnya Islam (24,2%); partai yang didirikan ormas Islam (15,8%), dan partai yang pengurusnya seluruhnya orang Islam (5,8%). Di Indonesia sekarang ini ada banyak partai Islam. Partai mana yang dipersepsi publik umum sebagai partai Islam? Ternyata partai yang paling tepat disebut sebagai partai Islam adalah PPP (40,8%), disusul oleh PKB (35,9%), PKS (34,1%), PAN (23,6%), dan PBB (8,2%).”10 Meskipun terdapat berbagai definisi mengenai partai Islam, dalam makalah ini yang dimaksud dengan partai politik Islam adalah partaipartai yang memiliki atau menjadikan Islam sebagai basis ideologinya maupun Islam sebagai basis dukungan politiknya. Partai-partai tersebut adalah: Pertama, partai-partai yang mencantumkan asas Islam dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partainya; dan kedua, partai-partai yang secara historis maupun hingga kini basis dukungan utamanya berasal dari kelompok atau organisasi masyarakat yang beragama Islam. Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai Islam Kemunculan dan keberadaan partai Islam di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan dari sejarah politik itu sendiri. Besarnya jumlah umat Islam tersebut tidak serta merta seragam satu pemikiran. Sebaliknya, justru jumlah yang banyak itulah yang menyebabkan 10
Indobarometer, Dinamika Partai Berbasis Islam Versus Partai Nasionalis 1955, 1999, 2004, 2008. http://indobarometer.com. Diakses tanggal 11 Mei 2015.
99
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
heterogenitas di kalangan umat islam. Hal ini di sebabkan beberapa faktor perbedaan budaya, pendidikan agama, konteks, sosial politik serta realitas yang di hadapi oleh mereka di masing-masih daerah. Polarisasi dikalangan Islam politik yang terjadi perlu mendapat perhatian bagi kalangan Islam politik, yakni elit-elit partai politik untuk dapat membangun sebuah kekuatan politik yang efektif untuk melahirkan kebijakan-kebijakan politik strategis. Kebijakan-kebijakan strategis yang dimaksud adalah kebijakan yang memungkinkan terjadinya perubahan kondisi masyarakat baik ditingkat nasional maupun lokal. Untuk mewujudkan agenda tersebut tentunya dibutuhkan pemahaman yang sama dalam memandang kondisi politik saat ini, mengingat eksistensi partai-partai berbasis Islam banyak menuai kritik. Berbagai konflik di tubuh partai berbasis Islam seperti PPP menjadi kendala tersendiri untuk membangun kekuatan politik yang signifikan. Semakin tergerusnya dukungan masyarakat terhadap partai berbasis Islam tersebut tentunya menjadi motivasi bagi partaipartai berbasis Islam untuk berbenah termasuk melakukan kerjasama politik antara partai-partai tersebut. Faktor-faktor yang meliputi: (1) umat tidak paham bahwa memilih partai Islam adalah kewajiban syar’i agamanya (2) Partai Islam tidak memberi penampilan syar’i dalam gerak perjuangannya (3) Ada paham yang menyebutkan bahwa pemilu adalah sistem kafir sehingga haram untuk berpartisipasi (4) Partai Non-Islam nampak Islami khususnya dari sisi ritual dan amal sosialnya (5) Terjadi sinergisme dan ‘snow-balling effect’ antara ideologi umat dan kekuasaan sekuler menjadi problematika pekerjaan rumah bagi partai-partai politik Islam. Eksistensi partai politik memang tidak hanya pada perolehan suara pada pemilihan umum. Lebih dari itu partai politik memiliki fungsi 100 Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
dan peran yang sangat strategis. Untuk mewujudkan kondisi ideal partai politik tersebut tentunya membutuhkan pengelolaan organisasi secara efektif, dalam hal ini divisi yang terkonsentrasi terhadap pengkajian berbagai persoalan, makalah, evaluasi, proyeksi dan inovasi sehingga partai politik dapat menghasilkan produk politik yang berkualitas. Tentunya akan berdampak positif terhadap eksistensi partai politik tersebut. Adanya karakteristik yang menjadi underground parpol Islam menjadi catatan menarik bahwa ummat Islam sejauh ini belum mampu bersatu padu dalam perjuangan politik yang lebih luas. Tantangan berat pasca pemilu 2014 yang dihadapi oleh partai politik Islam adalah bagaimana meningkatkan kerja nyata dengan karakteristik nilai-nilai Islam sebagai agenda dalam memperjuangkan kemaslahatan ummat. Selain itu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk terus ada dalam memimpin negeri. Fenomena persaingan yang muncul pada pemilu 2009 dan berlanjut pada pemilu 2014 semakin terlihat, maka kajian tentang partai politik yang notabene adalah salah satu pemain di dalamnya masih menarik untuk dikaji dan diperdebatkan. Faktor lain yang menyebabkan perolehan suara parpol berbasis massa Islam terus turun sejak Pemilu 1999 adalah: Pertama, partai Islam tidak mengoptimalkan nilai pembeda di tengah pasar pemilih, kecenderungan yang ada saat ini partai politik berbasis massa Islam dinilai gagal dalam memfungsikan diri di tengah konstituen. Kedua, partai Islam gagal mengelola harapan publik. Ego sektoral yang diperlihatkan partai politik berbasis massa Islam membuat keengganan untuk saling memulai komunikasi politik di antara parpol Islam. Padahal, komunikasi lintas parpol diperlukan untuk membangun kekuatan riil. Keempat, makin kentalnya fenomena "Islam Yes, Partai Islam No," dapat dikatakan mayoritas Islam di Indonesia tidak ingin partai dengan aroma Islam menjadi mayoritas. Faktor Kelima, pendanaan politik partai Nasionalis lebih kuat dibandingkan pendanaan politik 101
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
partai Islam. Keenam, munculnya anarkisme yang mengatas namakan Islam oleh kelompok tertentu yang dinilai berdampak dengan munculnya "kecemasan kolektif" masyarakat pada umumnya. Faktor lainnya adalah banyak tokoh-tokoh Islam yang diakomodasi oleh partai nasionalis baik ke dalam struktur partai maupun dalam rekruitmen anggota parlemen. Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam kini lebih realistis dalam menentukan pilihannya. Banyak yang kemudian menjadi jenuh dengan sikap dan ulah anarkis kelompok tertentu yang mengatasnamakan dan mengedepankan simbol-simbol Islam, sehingga dikatakan oleh survei sebagai kecemasan kolektif. Dengan demikian maka seperti yang dikatakan oleh beberapa pakar politik, bahwa kekuatan tengah politik di Indonesia masih dikuasai oleh kelompok parpol berbasis nasionalis dan parpol berbasis Islam berada di posisi pinggir. Sebuah pekerjaan rumah bagi para tokoh Islam yang aktif di partai politik berasas dan berbasis massa Islam, untuk merubah citra berpolitik yang mampu membuat masyarakat lebih nyaman dan tidak cemas. Parpol Islam sebaiknya mampu menyikapi implementasi penerapan demokrasi kebebasan dalam langkah dan gerak kehidupan berpolitik dari organisasi massa Islam. Inilah kiranya yang dimaksud dengan memperbaiki kebutuhan strategi programnya. Strategi Meningkatkan Elektabilitas Suara Parpol Islam Bukanlah persoalan mudah untuk partai politik Islam dapat kembali menempati posisi terbaik seperti pernah terjadi pada pemilu 1955. Cepatnya pergeseran peta politik dalam setiap pemilu membuat parpol Islam harus mampu adaptif dan inovatif terhadap perubahan tersebut. Hemat penulis, parpol Islam memerlukan tiga langkah strategis sehingga mampu mengulang kesuksesan Masyumi. Pertama, perlu adanya perumusan cara efektif dalam mengkomunikasikan gagasan dan program parpol Islam kepada masyarakat luas. Di masa 102 Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
mendatang, parpol Islam harus lebih menjalankan program kerakyatan yang mengakar namun tetap berpijak kepada segmentasinya (kelas bawah, menangah dan atas). Kepedulian parpol Islam terhadap isu fundamental seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan sosial harus menjadi fokus dalam merebut hati masyarakat Indonesia. Program itu harus dijalankan secara bertahap dan berkesinambungan, bukan hanya dijalankan menjelang pemilu saja. Kedua, partai politik Islam harus mulai berfikir bagaimana tetap mempertahankan basis tradisionalnya dan meningkatkan kapasitasnya untuk mampu meraup suara dari pemilih pemula dan massa mengambang. Selama ini, akibat terlalu sibuk dengan konflik internalnya maka massa mengambang semakin bertambah banyak. Mereka umumnya sudah terlalu lelah dengan perilaku elit parpol yang sibuk berkonflik dengan kepentingan kelompoknya, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Konflik internal juga membingungkan pemilih pemula, sebab mereka gagal mendapatkan pendidikan dan keteladanan politik yang baik dari para elite politik. Ketiga, perlu dibentuknya kesamaan persepsi dan penyamaan agenda gerakan secara kolektif. Dalam mengupayakan penyamaan ini, semua parpol Islam dapat bertemu dalam satu titik kepentingan. Misalnya untuk mengatasi kemiskinan, parpol Islam dapat bertemu menyamakan persepsi sehingga produkkonstitusi seperti UU Haji dan Umroh, UU Zakat, UU Dhuafa, dan UU BPJS dapat diputuskan dan dijalankan dengan maksimal sehingga berpihak kepada umat Islam dalam tataran praktis. Bagaimanapun di masa depan, umat Islam sangat mengharapkan parpol Islam dapat lebih konsisten terhadap nilai Islam dan mengefektifkan agenda perjuangan Islam di parlemen maupun pemerintahan. Dalam ranah internal partai, ketika terjadi konflik maka diupayakan penyelesaian dengan dialog yang intensif dan konsolidatif dengan mengedepankan hati nurani serta ukhuwah islamiyah. Berbagai ketidakpuasan yang muncul dalam sebuah pergantian kepemimpinan atau kebijakan partai hendaknya disikapi dengan bijaksana, serta 103
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
mengedepankan mentalitas siap menang dan kalah. Ketika mentalitas ini terkonstruksi, maka perasaan “kalah dan tersingkir” tidak akan pernah ada. Terbangunnya mentalitas itu juga menjadi contoh bagaimana mengelola konflik kepartaian secara sehat dan dewasa. Dalam mencapai ketiga langkah strategis itu, persoalan mendasar yang harus diselesaikan adalah meredakan ketegangan friksi politik dalam tubuh internal parpol Islam. Jika konflik internal dapat terselesaikan, maka konsolidasi internal yang bertujuan mengorganisir, memobilisasi, merumuskan dan menyuarakan kepentingan umat islam akan berjalan dengan lebih baik. Sekali lagi, kuncinya sekarang bermuara kepada sejauhmana partai politik Islam mampu mengelola konflik sehingga mampu merebut kepercayaan masyarakat pemilihnya. Penutup Menurunnya dukungan masyarakat terhadap partai-partai berbasis Islam tentunya menjadi pekerjaan rumah tangga partai-partai tersebut. Secara statistik masyarakat Indonesia yang beragama Islam merupakan faktor dominan yang tentunya menjadi modal besar bagi partai-partai yang berbasis Islam. Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya perolehan suara partai-partai Islam adalah: (1) umat tidak paham bahwa memilih partai Islam adalah kewajiban syar’i agamanya. (2) Partai Islam tidak memberi penampilan syar’i dalam gerak perjuangannya. (3) Ada paham yang menyebutkan bahwa pemilu adalah sistem kafir sehingga haram untuk berpartisipasi. (4) Partai Non-Islam ada kesan nampak Islami khususnya dari sisi ritual dan amal sosialnya (5) Terjadi sinergisme dan ‘snow-balling effect’ antara ideologi umat dan kekuasaan sekuler. (6) Partai Islam tidak mengoptimalkan nilai pembeda di tengah pasar pemilih, kecenderungan yang ada saat ini partai politik berbasis massa Islam dinilai gagal dalam memfungsikan diri di tengah konstituen. (7) partai 104 Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB.......
Islam gagal mengelola harapan publik. (8) Makin kentalnya fenomena "Islam Yes, Partai Islam No”. (9) Pendanaan politik partai Nasionalis lebih kuat dibandingkan pendanaan politik partai Islam. (10) Munculnya anarkisme yang mengatas namakan Islam oleh kelompok tertentu yang dinilai berdampak dengan munculnya "kecemasan kolektif" masyarakat pada umumnya. Parpol Islam memerlukan tiga langkah strategis Pertama, perlu adanya perumusan cara efektif dalam mengkomunikasikan gagasan dan program parpol Islam kepada masyarakat luas. Kedua, partai politik Islam harus mulai berfikir bagaimana tetap mempertahankan basis tradisionalnya dan meningkatkan kapasitasnya untuk mampu meraup suara dari pemilih pemula dan massa mengambang. Ketiga, perlu dibentuknya kesamaan persepsi dan penyamaan agenda gerakan secara kolektif, Dalam mengupayakan penyamaan ini, semua parpol Islam dapat bertemu dalam satu titik kepentingan.
Daftar Pustaka Amir, Zainal Abdidin, 2003. Peta Politik Islam Pasca Soeharto. LP3ES. Jakarta. Budiardjo, Miriam. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Haryanto, 2003. Kekuasaan Elit; Suatu Bahasan Pengantar. Program Pascasarjana PLOD Daerah Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hertanto. 2006. Teori-Teori Politik dan Pemikiran Politik Indonesia. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 105
Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015
Triono: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ....
Grafik Hasil Pemilu 2014. http://aswandi.or.id. Diakses tanggal 11 Mei 2015 Indobarometer, Dinamika Partai Berbasis Islam Versus Partai Nasionalis 1955, 1999, 2004, 2008. http://indobarometer.com. Diakses tanggal 11 Mei 2015.
106 Jurnal TAPIs Vol.11 No.1 Januari-Juni 2015