ANALISIS PERUBAHAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2004 DAN 2009
MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakaan bahwa tesis Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan 2009 adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2011 Mohammad Sutrisno Hardiono NRP G152080144
ABSTRACT MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO. Analysis of Change Political Party Votes in General Election 2004 and 2009. Under Direction of HARI WIJAYANTO, ANANG KURNIA, and ANIK DJURAIDAH. Base on the ideology, political parties can be grouped into three groups are Nationalist, Religious, and Mixture Political Party. The presence of new parties in each group changed political party votes in general election 2004 to 2009. It was caused by the change in political attitudes of voters. These factors which influenced were gender, residence area, beginner voter, level of educational background, religion (followers), rank of unemployment, percapita montly expenditure, number of poor people, gross regional domestic product, and human development index (region characteristics). The cluster, biplot, and canonical correlation analysis were used to describe the change result vote of three groups political party. The results of this research showed that the change of political party votes were classified into four clusters province. Moreover, the change of votes a political party has a relationship with moslem population percentage, urban population percentage, number of poor people, percapita montly expenditure, gross regional domestic product, and beginner voter percentage. The number of member cluster 1 and 4 was only 1 province were Nanggroe Aceh Darussalam and East Java. In both provinces, the Nationalist Political Party tends to be accepted as the party of their choice. In cluster 3, the number of members was 7 provinces which the people tend to choose the Mixture Political Party. While the cluster 2 has a lot of members (23 provinces) which people tend to choose the Nationalist and Religious Political Party. The results of canonical correlation in cluster 2 show that the change of political party on the Nationalist and Mixture Political Party has relationship with the region characteristic on the percentage of the male population and the percentage of urban population. Beside that, the cluster 2 has many voter to choose the Nationalist and Mixture Political Party. Keywords: change, political parties, cluster, biplot, and canonical correlation
RINGKASAN MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO. Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan 2009. Dibimbing oleh HARI WIJAYANTO, ANANG KURNIA, dan ANIK DJURAIDAH. Pemilihan umum legislatif dilaksanakan sebanyak 10 kali di Indonesia dari tahun 1955 sampai 2009. Menurut asas partai politik (parpol), parpol-parpol dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok parpol, yaitu Parpol Nasionalis, Parpol Agamis, dan Parpol Campuran. Parpol yang termasuk Parpol Nasionalis adalah Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Barisan Nasional, Partai Kedaulatan, Partai Pemuda Indonesia, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Republika Nusantara, Partai Nasionalis Indonesia Marhaenisme, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Merdeka, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia, Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Karya Peduli Bangsa, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golongan Karya, Partai Patriot, Partai Persatuan Daerah, Partai Pelopor, Partai Karya Perjuangan, dan Partai Indonesia Sejahtera. Parpol-parpol yang tergolong Parpol Agamis adalah Partai Matahari Bangsa, Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Bintang Reformasi. Sedangkan parpol-parpol yang dapat dikelompokkan kedalam Parpol Campuran adalah Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Damai Sejahtera, dan Partai Sarikat Indonesia. Komposisi urutan perolehan suara partai politik sering kali berubah ubah seiring dengan perubahan perolehan suaranya. Perubahan perolehan suara parpol diakibatkan oleh perubahan sikap politik pemilih sehingga terjadi perpindahan pilihan parpol. Perpindahan pilihan parpol diduga oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, pemilih pemula, tingkat pendidikan, pemeluk agama, tingkat pengangguran, pengeluaran perkapita bulanan, jumlah penduduk miskin, PDRB, dan indeks pembangunan manusia (karakteristik daerah). Adapun karakteristik daerah yang digunakan di dalam penelitian ini adalah persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk perkotaan, persentase pemilih pemula, persentase penduduk tidak tamat perguruan tinggi, persentase penduduk beragama Islam, persentase pengangguran terbuka, pengeluaran perkapita bulanan (x Rp.10.000,-), persentase penduduk miskin, produk domestik regional bruto (x Rp. 1.000.000,-), dan indeks pembangunan manusia. Untuk mengetahui lebih jauh pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perubahan perolehan suara partai politik maka perlu adanya suatu analisis statistik yang tepat. Untuk keperluan tersebut, penulis menggunakan analisis gerombol, biplot, dan korelasi kanonik. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perubahan perolehan suara tiga kelompok parpol, menggerombolkan propinsi-propinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dan mendeskripsikan karakteristiknya, dan menganalisis adanya hubungan kanonik antara perubahan perolehan suara parpol
dengan karakteristik daerah. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diperlukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan pilihan parpol dengan mendeskripsikan perubahan perolehan suara tiga kelompok parpol (Parpol Nasionalis, Parpol Agamis, dan Parpol Campuran). Hasil yang diperoleh pada tahap ini adalah ketiga kelompok parpol mengalami perubahan perolehan suara. Kelompok Parpol Nasionalis mengalami kenaikan perolehan suara sedangkan kelompok Parpol Agamis dan Parpol Campuran mengalami penurunan perolehan suara. Tahap kedua, penggerombolan provinsi-provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dan mendiskripsikan karakteristiknya. Penggerombolan provinsi-provinsi tersebut menggunakan analisis gerombol kemudian hasil dari analisis gerombol didiskripsikan berdasarkan karakteristiknya. Pada tahap ini diperoleh hasil bahwa perpindahan pilihan parpol ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk kota, persentase penduduk miskin, pengeluaran perkapita bulanan, produk domestik regional bruto, dan persentase pemilih pemula. Selanjutnya karakteristik gerombol tersebut dianalisis dengan menggunakan biplot. Hasil dari analisis ini adalah provinsi NAD memiliki penduduk dengan pemeluk agama Islam, pemilih pemula, dan pengangguran terbuka yang relatif cukup besar. Pada provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua, penduduknya mempunyai tingkat kemiskinan dan tidak tamat perguruan tinggi yang relatif cukup tinggi. Sedangkan pada provinsi lainnya, penduduknya banyak tinggal di perkotaan dan mempunyai produk domestik regional bruto, pengeluaran perkapita bulanan, dan indeks pembangunan manusia yang relatif cukup tinggi. Tahap terakhir adalah menganalisis hubungan kanonik antara perubahan perolehan suara parpol dengan karakteristik daerah. Menurut nasional (32 provinsi) pola hubungan kanoniknya adalah semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk beragama Islam, dan indeks pembangunan manusia maka semakin tinggi pula perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran. Sedangkan jika dianalisis menurut gerombol maka gerombol 1, 3, dan 4 tidak bisa dianalisis menggunakan analisis korelasi kanonik karena banyaknya obyek kurang dari banyaknya peubah. Hanya pada gerombol 2 yang bisa dinalisis menggunakan analisis ini. Hasil yang diperoleh dari analisis pada gerombol 2 adalah semakin besar karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki dan persentase penduduk perkotaan maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada parpol nasionalis dan parpol campuran. Kata Kunci :
perubahan, parpol, karakteristik, gerombol, biplot, dan korelasi kanonik.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS PERUBAHAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2004 DAN 2009
MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika Terapan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si.
Judul Tesis Nama NRP Program Studi
: Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan 2009 : Mohammad Sutrisno Hardiono : G152080144 : Statistika Terapan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si. Ketua
Dr. Anang Kurnia Anggota
Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S. Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Statistika Terapan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian: 25 Maret 2011
Tanggal lulus: …………………………
Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk istriku tercinta Cucu Ratna Suminar, anak-anakku tersayang Hafizh, Haidar, dan Hawa, kedua almarhum orangtuaku bp. Djohar dan ibu Entjup, kedua mertuaku bp. Eman dan almarhumah ibu Hatijah, Kedua kakakku mba Aan dan mba Anis, ketiga adikku Tuti, Toto, dan almarhumah Chusnul. Terimakasih atas inspirasi, do’a, jasa, dan dukungannya kepada penulis.
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Febuari 2010 ini ialah pemilu legislatif, dengan judul Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan 2009. Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si. selaku pembimbing I, bapak Dr. Anang Kurnia. selaku pembimbing II, dan ibu Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S. selaku pembimbing III atas bimbingan, saran, dan waktunya. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si. selaku penguji tesis atas masukan dan saranya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen-dosen statistika terutama bapak La Ode Abdulrahman, S.Si., M.Si. yang telah rela berkorban waktunya untuk berdiskusi dan memberikan arahan. Terima kasih kepada Departemen Agama Republik Indonesia (ibu Ida dan ibu Rini) atas dana beasiswa yang diberikan ke penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri dan anak-anak, kedua orangtua, kedua mertua, dan seluruh keluarga atas do’a, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Statistika Terapan angkatan 2008, Statistika, dan Statistika Kelas Khusus atas bantuan dan kebersamaannya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2011 Mohammad Sutrisno Hardiono
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 15 Januari 1967 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara, anak dari pasangan bapak Djohar dan ibu Entjup Penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN III Keboledan Wanasari Brebes (1980), SLTP di SMPN III Brebes (1983), SLTA di SMAN 2 Brebes Jawa Tengah pada tahun 1986 dan melanjutkan perkuliahan SI di Universitas Tanjungpura Pontianak Fakultas Teknik jurusan Teknik Elektro. Selama menjadi mahasiswa SI, penulis pernah menjadi guru di MTs Al-Islamiyah Pontianak dengan bidang studi Fisika. Pada tahun 2008 penulis diterima kuliah di program studi Statistika Terapan Pascasarjana (S2) IPB, dengan beasiswa dari Departemen Agama Republik Indonesia. Penulis bekerja sejak 1998 sebagai guru di MA Al-Jawami Bandung dan dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Jawami Bandung pada Fakultas Tarbiyah jurusan PAI dan PGMI. Mata kuliah yang diampu penulis antara lain Statistika Pendidikan, kapita Selekta, Pengembangan Sistem Evaluasi Belajar, Sistem perencanaan pembelajaran, IPA, dan Matematika. Selain itu penulis juga menyisihkan waktu untuk memimpin Yayasan Al-Tripel H dan Koperasi Al-Haashood di kabupaten Bandung.
29
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined. Latar Belakang ................................................... Error! Bookmark not defined. Tujuan ................................................................ Error! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA ........................................ Error! Bookmark not defined. Analisis Gerombol ............................................. Error! Bookmark not defined. Analisis Biplot .................................................. Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik ................................. Error! Bookmark not defined. METODOLOGI ...................................................................................................... 9 Sumber Data........................................................................................................ 9 Analisis............................................................... Error! Bookmark not defined. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................. Error! Bookmark not defined. Deskripsi data ..................................................... Error! Bookmark not defined. Analisis Gerombol ............................................. Error! Bookmark not defined. Analisis Biplot.................................................... Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik ................................. Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik Menurut Nasional ... Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gerombol ................................................ 21 KESIMPULAN DAN SARAN .............................. Error! Bookmark not defined. Kesimpulan ........................................................ Error! Bookmark not defined. Saran................................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
30
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Gerombol propinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol . Error! Bookmark not defined. Tabel 2 Rataan peubah perubahan perolehan suara parpol . Error! Bookmark not defined. Tabel 3 Peubah karakteristik gerombol ................. Error! Bookmark not defined. Tabel 4 Koordinat posisi obyek ............................. Error! Bookmark not defined. Tabel 5 Koordinat posisi peubah ........................... Error! Bookmark not defined. Tabel 6 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional ............................................................ Error! Bookmark not defined. Tabel 7 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut nasional ................ Error! Bookmark not defined. Tabel 8 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut nasional ............................................................ Error! Bookmark not defined. Tabel 9 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut nasional .............................................. Error! Bookmark not defined. Tabel 10 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut gerombol 2 .......................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 11 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut gerombol 2 ......... Error! Bookmark not defined. Tabel 12 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut gerombol 2 .......................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 13 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut gerombol 2 .......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009.............................................. Error! Bookmark not defined. Gambar 2 Trend perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009..................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut provinsi pada pemilu 2004 dan 2009............................................. Error! Bookmark not defined. Gambar 4 Dendogram hasil analisis gerombol berdasarkan perubahan perolehan suara parpol ......................................... Error! Bookmark not defined.
31
Gambar 5 Penyajian biplot berdasarkan karakteristik gerombol Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Persentase perolehan suara parpol pemilu 2004 dan 2009 ......... Error! Bookmark not defined. Lampiran 2 Perubahan perolehan suara parpol ...... Error! Bookmark not defined. Lampiran 3 Peubah karakteristik daerah dan peubah perubahan perolehan suara parpol ................................................... Error! Bookmark not defined.
30
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) legislatif sudah dilaksanakan sebanyak 10 kali di Indonesia. Pelaksanaan pemilu tersebut yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009. Banyaknya partai politik (parpol) peserta pemilu 2004 adalah 24 parpol. Komposisi urutan parpol tujuh teratas berdasarkan perolehan suara nasional adalah Partai Golkar (PG) 21,58%, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 18,53%, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 8,15%, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 7,45%, Partai Demokrat (PD) 7,45%, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 7,20%, dan Partai Amanat Nasional (PAN) 6,41% (KPU 2004). Adapun pemilu 2009 diikuti 38 parpol peserta pemilu. PD memperoleh suara tertinggi sebesar 20,85%, kemudian disusul oleh PG 14,45%, PDIP 14,03%, PKS 7,88%, PAN 6,01%, PPP 5,32%, dan PKB 4,94% (KPU 2009). Menurut asas parpol, parpol-parpol dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok parpol (Ismail 2004). Ketiga kelompok tersebut adalah Parpol Nasionalis (PN), Parpol Agamis (PA), dan Parpol Campuran (PC). PN adalah parpol-parpol yang berasas nasionalis dalam menjalankan kinerjanya. Asas yang digunakan untuk PA adalah Islam atau agama lain. Sedangkan PC adalah parpol-parpol yang berbasis pemeluk agama tertentu namun asasnya nasionalis. Berdasarkan pada pemilu 2009, parpol-parpol yang termasuk PN adalah Partai Hati Nurani Rakyat (PH), Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI), Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), Partai Gerakan Indonesia Raya (P.Gerindra), Partai Barisan Nasional (PBN), Partai Kedaulatan (PK), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), Partai Republika Nusantara (PRN), Partai Nasionalis Indonesia Marhaenisme (PNIM), Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD), Partai Merdeka (PM), Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB), Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI), PD, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), PDIP, PG,
2
Partai Patriot (P.Patriot), Partai Persatuan Daerah (PPD), Partai Pelopor (PP), Partai Karya Perjuangan (PKP), dan Partai Indonesia Sejahtera (PIS). Parpol-parpol yang tergolong
PA adalah Partai Matahari Bangsa (PMB),
Partai Bulan Bintang (PBB), PPP, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI), PKS, dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Sedangkan parpol-parpol yang dapat dikelompokkan kedalam PC adalah PAN, PKB, Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), Partai Damai Sejahtera (PDS), dan Partai Sarikat Indonesia (PSI) (Anonim 2008). Di antara 38 parpol peserta pemilu 2009 diketahui terdapat 14 parpol pendatang baru. Parpol-parpol baru yang termasuk kedalam PN adalah PH, PPPI, PPRN, P. Gerindra, PBN, PK, PPI, PDP, PRN, PKP, PIS, PMB, PKNU, dan PKDI. Sedangkan parpol-parpol pada kelompok PA adalah PMB dan PKNU. Parpol lainnya yang ada pada PC adalah PKDI. Kehadiran parpol-parpol baru tersebut, kemungkinan dapat merubah komposisi perolehan suara parpol sehingga perolehan suaranya dapat meningkat atau menurun. Perubahan tersebut dapat diakibatkan oleh perubahan sikap politik pemilih. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap politik pemilih di antaranya faktor pendidikan, agama, jenis kelamin, dan umur (karakteristik daerah). Dikarenakan keterbatasan biaya dan data, penelitian tentang ini masih jarang dilakukan di Indonesia, padahal peta politik sebuah parpol dapat diketahui melalui penelitian tersebut (LSI 2007). Oleh karena itu penelitian perubahan perolehan suara parpol perlu dilakukan.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan perubahan perolehan suara tiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC). 2. Menggerombolkan provinsi-provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dan mendeskripsikan karakteristiknya. 3. Menganalisis adanya hubungan kanonik antara perubahan perolehan suara parpol dengan karakteristik daerah.
3
TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya berdasarkan kemiripan sifat yang lebih besar pada obyek yang segerombol dibandingkan dengan obyek gerombol lain. Banyaknya gerombol adalah kurang dari banyaknya obyek
(Dillon
& Goldstein 1984). Tahap awal dalam melakukan penggerombolan adalah menentukan ukuran kemiripan antar obyek. Penentuan ukuran kemiripan antar obyek tergantung pada skala pengukuran. Untuk data yang berskala pengukuran interval dan rasio dapat digunakan ukuran jarak. Sedangkan untuk data yang berskala pengukuran nominal dan ordinal dapat dipakai ukuran asosiasi. Ada banyak pengukuran jarak diantaranya adalah jarak Euclid, city-block, dan Mahalanobis. Penggunaan jarak Euclid dan city-block memiliki persyaratan bahwa peubahnya harus saling bebas dan satuannya sama. Sedangkan jarak Mahalanobis tidak mensyaratkan apapun. Pengukuran jarak yang paling terkenal yaitu jarak Euclid. Jarak antar obyek j dan k pada jarak ini didefinisikan sebagai
, dengan
merupakan data pada obyek ke-j peubah ke-i. Tahap kedua dalam analisis gerombol adalah menentukan metode penggerombolan. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu metode hirarki dan metode non hirarki. Umumnya metode hirarki digunakan untuk obyek yang tidak besar dan banyaknya gerombol yang diinginkan tidak diketahui. Metode hirarki terbagi menjadi dua yaitu metode penggabungan (agglomerative) dan pemisahan (divisive). Metode penggabungan, dimulai dengan asumsi bahwa setiap obyek merupakan satu gerombol kemudian antar gerombol yang jaraknya berdekatan bergabung menjadi satu gerombol. Proses penggabungan gerombol ini selalu diikuti perbaikan matriks jarak. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode pautan tunggal (single linkage), metode pautan lengkap (complete linkage), metode pautan rataan (average linkage), dan metode ward. Sedangkan metode pemisahan pada awalnya semua obyek berada dalam satu gerombol setelah itu sifat yang paling berbeda dipisah dan membentuk satu gerombol
4
yang lain. Proses berlanjut sampai semua obyek masing-masing membentuk satu gerombol. Hasil analisis gerombol untuk metode hirarki disajikan dalam
bentuk
dendogram. Adapun metode non hirarki digunakan apabila banyaknya obyek relatif besar dan banyaknya gerombol yang diinginkan diketahui. Contoh dari metode non hirarki adalah k-rataan.
Analisis Biplot Pada tahun 1971, Gabriel memperkenalkan analisis biplot. Biplot merupakan analisis eksplorasi data yang dapat digunakan untuk menggambarkan obyek dan peubah ke dalam satu grafik. Dari grafik biplot dapat dilihat kedekatan antar objek, kedekatan obyek dengan peubah, dan kedekatan antar peubah. Analisis biplot diturunkan dari penguraian nilai singular atau singular value decomposition (SVD) pada matriks data n X p . Matriks ini ditulis sebagai: n Xp
=
, dengan
merupakan nilai pengamatan pada
obyek ke-i (i = 1, 2, …, n) peubah ke-j (1, 2, …, p). Secara umum bentuk SVD ditulis sebagai: nXp
= n U r r L r r A p ……………………………….... (1)
Matriks U, L, dan A masing-masing adalah 1 U = Xa , 1 λ1
L=
λ1 0 0
1 λ2
0 λ2 0
Xa
2
, ,
1 λr
Xa
, r
0 0 , λr
A = [ a 1 , a 2 ,..., a r ], sehingga U U = A A = I r , dengan I r merupakan matriks identitas berdimensi r. Unsur-unsur diagonal matriks L disebut nilai singular dari matriks X.
Kolom-
kolom matrisks A adalah vektor ciri dari X X yang berpadanan dengan akar ciri λ. Persamaan (1) dapat ditulis sebagai: X = ULα L1-α A ……………………………………. (2)
5
5
dengan 0 < α < 1. Misalkan ULα = G dan L1-α A = H maka persamaan (2) dapat dinyatakan sebagai X = GH , dengan G merupakan matriks koordinat obyek dan H merupakan matriks koordinat peubah. Jika
= 0 maka G = U dan H' = LA'. Sehingga obyek akan mengumpul dan
peubah akan menyebar menjauhi titik pusat koordinat biplot. Sedangkan jika nilai α = 1 maka G = UL dan H' = A'. Keadaan tersebut akan mengakibatkan obyek akan menyebar dan peubah akan mengumpul di sekitar titik pusat koordinat biplot. Untuk mengatasi hal itu,
yang diambil sebesar 0,5 sehingga obyek dan
peubah disajikan dengan baik pada koordinat biplot. Pada persamaan X = GH , setiap elemen ke (i,j) unsur matriks X dapat ditulis sebagai
, dengan i = 1, 2, …, n dan j = 1, 2, …., p. Jika X
berpangkat dua maka vektor pengaruh baris
dan vektor pengaruh lajur
dapat
digambarkan dalam ruang berdimensi dua. Persentase keragaman matriks X yang dapat dijelaskan oleh biplot adalah , dengan
merupakan akar ciri terbesar pertama dari matriks X X,
akar ciri terbesar kedua dari matriks X X, dan ke-i dari matriks X X. Jika nilai
merupakan
merupakan akar ciri terbesar
semakin mendekati nilai satu maka biplot yang
diperoleh dan matriks pendekatan berpangkat dua akan memberikan penyajian yang semakin baik mengenai informasi-informasi yang terdapat pada data yang sebenarnya.
Analisis Korelasi Kanonik Analisis korelasi kanonik digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antara gugus peubah respon dengan gugus peubah bebas (Johnson & Wichern 2002). Pada analisis korelasi kanonik diuraikan struktur hubungan ke dalam gugus peubah respon, maupun ke dalam gugus peubah bebas. Ide dari analisis ini adalah mencari pasangan dari kombinasi linier pada peubah respon dan peubah bebas yang memiliki korelasi terbesar. Selanjutnya pasangan dari kombinasi linier ini disebut peubah kanonik dan korelasinya disebut korelasi kanonik. Misalkan gugus peubah respon peubah Y dan gugus peubah bebas
,
, …,
dinotasikan sebagai vektor
,
, …,
dinotasikan sebagai vektor
6 peubah X, dengan p ≤ q. Jika nilai harapan dan kovarian dari vektor peubah X dan Y adalah sebagai berikut: E(Y) =
dengan Cov(Y) =
E(X) =
dengan Cov(X) =
dan Cov(X,Y) =
,
,
maka kombinasi linier dari kedua gugus peubah kanonik dapat dituliskan sebagai berikut: W=aX=
+
V=bY=
+
+…+ +…+
, ,
Var (W) = at Cov(X) a = at ∑ xx a , Var (V) = bt Cov(Y) b = bt ∑ yy b, dan Cov (W,V) = at Cov(X,Y) b = at ∑ xy b. Korelasi kanonik diperoleh dengan menghitung: . Untuk menyatakan hubungan keeratan antar gugus peubah respon dan peubah bebas maka nilai korelasi tersebut memiliki nilai maksimum. Misalkan pasangan pertama dari peubah kanonik adalah kombinasi linear dan
yang memiliki ragam satu dan korelasi yang maksimum. Secara
matematis dinotasikan sebagai berikut : W 1 = a 1 t X dengan Var (W 1 ) = 1, V 1 = b 1 t Y dengan Var (V 1 ) = 1, dan maksimum Corr (W 1 ,V 1 ) = ρ 1. Pasangan kedua adalah kombinasi linear
dan
yang memiliki ragam satu dan
korelasi maksimum kedua serta tidak berkorelasi dengan peubah kanonik yang pertama.
Oleh
karena
itu
kombinasi
tersebut
membentuk
persamaan
sebagai berikut: W 2 = a 2 tX dengan Var (W 2 ) = 1 dan Cov (W 1 ,W 2 ) = 0, V 2 = b 2 tY dengan Var (V 2 ) = 1 dan Cov (V 1 ,V 2 ) = 0, Cov (W 1 ,V 2 ) = Cov (W 2 ,V 1 ) = 0, dan maksimum Corr (W 2 ,V 2 ) = ρ 2. Sedangkan pasangan ke-k adalah kombinasi linear
dan
yang memiliki
ragam satu dan korelasinya maksimum ke-k serta tidak berkorelasi dengan peubah
7
7
kanonik 1, 2, … , k-1. Dari kombinasi tersebut
diperoleh
persamaan
sebagai berikut: W k = a k tX dengan Var (W k ) = 1 dan Cov (W 1 ,W k ) = 0, V k = b k tY dengan Var (V k ) = 1, dan Cov (V 1 ,V k ) = 0, Cov (W 1 ,V k ) = Cov (W k ,V 1 ) = 0, dan maksimum Corr (W k ,V k ) = ρ k, dengan k = 2, 3, …, p. Vektor koefisien a dan b diperoleh dengan cara mencari
>
>... >
yang merupakan akar ciri dari matriks T dan berpadanan (px1) vektor ciri e 1 , e 2 , …, e p . yang
>
berpadanan
>... > (qx1)
juga merupakan akar ciri dari matriks Z
vektor
T=
f1,
ciri
f2,
…,
dan Z =
fp,
dengan .
Oleh karena itu vektor koefisien a dan b diperoleh sebagai berikut:
…
dan
,
dan
,
…
…
dan
.
Banyaknya peubah kanonik yang dipilih tergantung pada besarnya nilai proporsi keragaman. Nilai ini menunjukkan baik tidaknya peubah kanonik yang dipilih untuk menerangkan keragaman peubah asal. Semakin besar nilai proporsi keragaman maka semakin baik peubah-peubah kanonik yang dipilih untuk menerangkan keragaman peubah asal. Hipotesis yang akan diuji pada analisis korelasi kanonik adalah H 0 : ρ 1 = ρ 2 =.....= ρ k = 0 (semua korelasi kanonik bernilai nol), H 1 : ada ρ i ≠ 0 (paling sedikit ada satu korelasi kanonik yang tidak bernilai nol). Hipotesis nol ditolak jika nilai berikut besar: -2 lnΛ = n ln
= -n ln
.
Untuk kasus contoh besar maka ststistik uji ini diaproksimasi menyebar khi-kuadrat dengan derajat bebas pq. Barlett menyarankan mengganti n dalam statistik uji rasio kemungkinan dengan n – 1 - (p + q + 1) untuk mendekati sebaran contoh dari -2 lnΛ dengan sebaran khi-kuadrat. Dari uraian tersebut
8
diperoleh statistik
ujinya adalah B = -[n – 1 - (p + q + 1)] lnΛ, dengan dan n adalah jumlah pengamatan. Kriteria keputusannya
adalah jika B > χ2 α maka H 0 ditolak pada taraf signifikansi α , dengan derajat bebas p x q. Sebaran χ2 dapat didekati dengan sebaran F. Sebaran F diperoleh melalui transformasi dari rasio dua peubah acak yang keduanya menyebar χ2. Misalkan dua buah peubah acak yang kontinu U dan V bebas stokastik dan menyebar χ2 dengan derajat bebas masing-masing
dan
atau dapat ditulis
sebagai: U~
dan V ~
,
kemudian F =
disebut sebaran F dengan derajat bebas
dan
(Mendenhall, Wackkerly, Scheaffer 1990) . Karena maka F =
,
,
, dan
.
Jika |
maka
ditolak pada taraf nyata (α) yang dipilih.
Penolakan H 0 juga dapat dilakukan dengan melihat nilai-p. Jika nilai-p < α maka H 0 ditolak. Jika H 0 ditolak pada uji di atas maka dilanjutkan dengan uji hipotesis berikutnya, yaitu H0 : ρi = 0 , H 1 : ρ i ≠ 0, untuk i = 1, 2, ......, k. Jika nilai-p < α maka H 0 ditolak (untuk masing-masing nilai i).
9
METODOLOGI
Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Perolehan suara pemilu legislatif partai peserta pemilu tahun 2004 (KPU 2004). 2. Perolehan suara pemilu legislatif partai peserta pemilu tahun
2009
(KPU 2009). 3. Data karakteristik daerah (BPS 2009) yang meliputi peubah-peubah sebagai berikut: (persentase penduduk laki-laki), (persentase pemilih pemula), perguruan tinggi),
(persentase penduduk perkotaan), (persentase penduduk tidak tamat
(persentase penduduk beragama Islam),
pengangguran terbuka), penduduk miskin),
(persentase
(pengeluaran perkapita bulanan),
(persentase
(produk domestik regional bruto),
(indeks
pembangunan manusia).
Analisis Analisis yang digunakan di dalam penelitian ini mengikuti tahapan sebagai berikut: 1. Pendeskripsian data perolehan suara parpol pemilu 2004 dan 2009. Pendeskripsian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kelompok parpol dan partai-partai di dalam kelompok parpol yang diterima oleh masyarakat. 2. Menggerombolkan provinsi-provinsi berdasarkan peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan menggunakan analisis gerombol. Selanjutnya peubah bebas (karakteristik daerah) dirata-ratakan berdasarkan gerombol yang telah terbentuk. Tujuan dari penggerombolan ini agar tergambarkan kelompok parpol dan partai-partai di dalam kelompok parpol yang diterima oleh masyarakat. Jarak antar gerombol diukur menggunakan jarak Euclid dengan metode gerombol pautan rataan. 3. Mendeskripsikan rataan karakteristik gerombol dengan menggunakan analisis biplot. Hal ini dilakukan untuk melihat kedekatan antar obyek (gerombol),
10
obyek dengan peubah (karakteristik gerombol), dan antar peubah. Selanjutnya hasil dari analisis ini dibandingkan dengan hasil analisis gerombol. 4. Mengkorelasikan gugus peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan gugus peubah bebas (karakteristik daerah) agar diperoleh gambaran adanya hubungan antar keduanya. Metode yang digunakan adalah analisis korelasi kanonik.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data Berdasarkan bagian Latar Belakang di atas, pengelompokan parpol menurut asas dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok parpol. Ketiga kelompok parpol tersebut adalah parpol nasionalis (PN), parpol agamis (PA), dan parpol campuran (PC). Perolehan suara tiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC) secara nasional
Suara (%)
disajikan pada Gambar 1. 80 60 40 20 0
2004 2009 P.Nasionalis
P.Agamis
P.Campuran
Parpol
Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009
Perolehan suara PN meningkat dari 61,68 % menjadi 70,06 %. Persentase PA dan PC mengalami penurunan suara masing-masing sebesar 4,80 % dan 3,58 %. Peningkatan perolehan suara pada PN disebabkan oleh penurunan perolehan suara PA dan PC. Oleh karena itu, hasil ini mengindikasikan masyarakat lebih cenderung memilih PN daripada PA dan PC pada pemilu tahun 2009. Profil ketiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC) disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Trend perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009
12
PA dan PC mempunyai kemiripan bentuk sedangkan PN mempunyai bentuk tersendiri. Perolehan suara PA dan PC turun dari pemilu 2004 ke pemilu 2009, sedangkan PN mengalami kenaikan perolehan suara dari pemilu 2004 ke pemilu 2009. Oleh karena itu ketiga kelompok parpol mengalami perubahan perolehan suara. Perolehan suara PN, PA, dan PC per-provinsi dapat dilihat pada Gambar 3. Papua Irjabar Malut Maluku Gorontalo Sultra Sulsel Sulteng Sulut Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar NTT NTB Bali Banten Jatim DIY Jateng Jabar DKI Kepri Babel Lampung Bengkulu Sumsel Jambi Riau Sumbar Sumut NAD
Provinsi
PC09 PC04 PA09 PA04 PN09 PN04
0
20
40
60
80
100
Suara (%) Gambar 3 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut provinsi pada pemilu 2004 dan 2009
13
13
Pada kelompok pertama yaitu PN, semua perolehan suaranya naik kecuali di provinsi NTT dan Papua. Provinsi yang tertinggi kenaikan perolehan suaranya adalah NAD. Oleh karena itu masyarakat NAD diindikasikan cenderung menerima PN. Pada provinsi Bali, perolehan suara PN tetap tinggi dari pemilu 2004 ke 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Bali cenderung loyal pada PN. Pada Lampiran 1, perolehan suara PDIP di provinsi Bali terlihat turun cukup tinggi (12,42%) namun perolehan suara PD naik cukup tinggi pula (11,18%). Hal ini diindikasikan bahwa ada pemindahan pilihan partai dalam internal PN yaitu dari PDIP ke PD. Pada kelompok kedua yaitu PA, perolehan suaranya meningkat di provinsi Jatim, Jateng, Bali, NTT, dan Papua. Partai lama yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara pada PA di daerah tersebut adalah PKS. Sedangkan partai-partai
baru
(PKNU
dan
PMB),
perubahan
perolehan
suaranya
masing-masing kurang dari 1 %. Adapun pada kelompok ketiga yaitu PC, perolehan suaranya meningkat di provinsi Sulsel, Sultra, Maluku, dan Papua. Partai lama yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara pada PC di daerah tersebut adalah PAN (3,77 %). Sedangkan partai baru (PKDI) perubahan perolehan suaranya kurang dari 1 %. Penyebab menurunnya perolehan suara PA adalah suara PBB, PBR, PDS, PPP, dan PNUI menurun walaupun PKS naik. Kemudian perolehan suara PC menurun dikarenakan lebih banyak perolehan suara partai-partai yang turun dari pada yang naik.
Analisis Gerombol Selisih perolehan suara 3 kelompok parpol pemilu 2004 dengan 2009 setiap provinsi digerombolkan dengan analisis gerombol. Nilai ini diartikan sebagai perubahan perolehan suara parpol. Untuk mengukur kemiripan perubahan perolehan suara parpol antar provinsi digunakan jarak Euclid. Sedangkan metode yang digunakan di dalam penggerombolan di atas adalah pautan rataan. Metode ini cenderung menghasilkan gerombol dengan keragaman yang kecil (Udiyani 2007).
14
Hasil penggabungan gerombol yang terbentuk dari metode ini disajikan dalam dendogram. Dendogram tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk menentukan banyaknya gerombol dilakukan pemotongan Pemotongan dilakukan pada jarak antar gerombol
pada dendogram.
yang
terjauh yaitu
kira-kira antara 1.15 sampai dengan 1.5. Provinsi
Gambar 4
Dendogram hasil
analisis gerombol
berdasarkan
perubahan
perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009
Prosedur tersebut menghasilkan 3 gerombol dimana 2 gerombol mempunyai anggota masing-masing 1 provinsi sementara itu gerombol lainnya mempunyai anggota 30 provinsi. Sehingga pemotongan pada jarak tersebut tidak menghasilkan gerombol dengan anggota yang seimbang. Selanjutnya pemotongan dendogram pada jarak penggabungan berikutnya yaitu pada jarak 1 itu relatif cukup
seimbang
dibandingkan
dengan
pemotongan
di
atas.
Anggota
masing-masing gerombol disajikan pada Tabel 1. Gerombol 1 dan 4 beranggotaan satu provinsi. Sedangkan Gerombol 2 memiliki anggota 23 provinsi dan gerombol 3 mempunyai anggota 7 provinsi. Sedangkan gerombol 4 anggotanya adalah provinsi Jatim. Rataan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 disajikan pada Tabel 2.
15
15
Tabel 1 Gerombol provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Gerombol Provinsi 1 NAD. Sumut, Jabar, Bengkulu, Sumsel, Kalteng, Kaltim, Banten, Kalsel, NTB, Sumbar, Malut, Babel, DKI, Kepri, DIY, Jateng, Sulut, 2 Riau, Jambi, Kalbar, Lampung, Sultra, dan Maluku. 3 Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua. 4 Jatim. Tabel 2 Rataan peubah perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Gerombol 1 2 3 4
Perubahan perolehan suara parpol PN PA PC 28,31 -18,76 -9,56 9,90 -6,02 -3,89 -0,28 -0,28 0,42 14,34 4,34 -18,68
Secara umum, perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 pada gerombol 1, 2, dan 4 cukup dinamis. Perubahan perolehan suara PN bernilai positif. Oleh karena itu PN mengalami kenaikan perolehan suara dari pemilu 2004 ke 2009. Sedangkan perolehan suara PA dan PC menjadi turun, kecuali pada gerombol 4 PA naik sekitar 4,34 %. Perpindahan pilihan parpol dari PA dan PC ke PN terjadi pada gerombol 1. Gerombol ini memiliki satu anggota yaitu provinsi NAD. Pada provinsi NAD, PN memiliki perubahan perolehan suara parpol yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat NAD cenderung menerima PN. Partai-partai yang mendominasi pada PN adalah PD 34,75, kemudian disusul oleh P. Hanura (2,41), P. Gerindra (2,02), dan PPRN (1,32 %). Perpindahan pilihan parpol dari PA dan PC ke PN
juga terjadi pada
gerombol 2. Perolehan suara PA dan PC berpindah ke PN. Semua provinsi mengalami kenaikan perolehan suara parpol yang cukup tinggi pada PN dengan rataan sebesar 9,90 %. Provinsi dengan kenaikan yang tertinggi adalah DKI (16,90 %). Ini berarti bahwa masyarakat pada gerombol ini cukup tinggi cenderung menerima PN terutama di DKI. Partai-partai dari PN yang paling
16
menonjol adalah
PD (11,44 %) kemudian disusul oleh P. Gerindra (4,12 %),
P. Hanura (4,11 %), dan PPRN (1,50 %). Perubahan perolehan suara parpol terlihat statis pada gerombol 3. Kekuatan perubahannya agak berimbang di semua kelompok parpol. Hal ini sesuai dengan yang disajikan pada Gambar 3. Ini berarti bahwa masyarakat di provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua cenderung memiliki sikap yang cukup loyal terhadap pilihan partainya. Gerombol 4 memiliki satu anggota yaitu provinsi Jatim. Perpindahan pilihan parpol terjadi pada PC ke PN dan PA. Pada gerombol ini, PN mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 14,34 %. Sedangkan PA mengalami kenaikan 4,34 %. Partai yang menonjol pada gerombol 4 secara urutan tertinggi adalah PD (13,06 %), PKNU (4,60 %), P. Gerindra (4,46 %), PKS (2,37 %), dan P. Hanura (2,36 %). Berdasarkan uraian di atas, kenaikan perolehan suara parpol terbesar terjadi pada PN. Dominasi partai-partai pada PN adalah PD, P. Gerindra, dan P. Hanura. Kenaikan perolehan suara parpol masing-masing partai tersebut secara nasional adalah 13.40 %, 4,46 %, dan 3,77%. P. Gerindra dan P. Hanura tergolong dalam partai Baru. Diindikasikan bahwa kedua parpol baru tersebut memperoleh suaranya dari Partai Golkar. Hal ini dikarenakan perolehan suara Partai Golkar turun sebesar 7,13 %. Indikasi ini diperkuat dengan adanya pimpinan puncak kedua partai tersebut berasal dari pimpinan pusat PG (Sumarsono 2009). Peubah bebas (karakteristik daerah) dirata-ratakan menurut penggerombolan di atas. Hasil rataan tersebut dinamakan peubah karakteristik gerombol. Tabel 3 berisi tentang peubah karakteristik gerombol.
Tabel 3 Peubah karakteristik gerombol Peubah karakteristik gerombol
Gerombol 1 2 3 4
50 51 51 49
28,75 40,57 27,77 40,88
17,57 15,87 14,68 13,35
97,50 96,63 97,47 97,00
99,85 82,31 48,16 90,00
9,56 7,99 5,53 6,42
38,21 41,65 33,34 33,20
Gerombol 1 memiliki peubah yang menonjol pada
23,53 13,63 23,32 18,51
dan
17,12 21,66 13,97 16,76
70,40 71,40 67,00 69,80
. Dengan
demikian provinsi NAD memiliki persentase penduduk beragama Islam dan
17
17
persentase penduduk miskin yang tinggi. Peubah yang menonjol pada gerombol 2 yaitu
,
, dan
.
Oleh karena itu gerombol 2 memiliki
penduduk
yang banyak tinggal di perkotaan dengan pengeluaran perkapita bulanan dan PDRB yang cukup tinggi . Sedangkan gerombol 3 mempunyai peubah yang menonjol pada
. Itu berarti provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel,
NTT, dan Papua memiliki persentase penduduk miskin yang tinggi. Peubah dan
yang menonjol dan peubah
yang kecil terdapat pada gerombol 4.
Dengan demikian Jatim adalah provinsi yang penduduknya banyak tinggal diperkotaan dan persentase penduduk beragama Islam yang tinggi serta persentase pemilih pemula yang rendah. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, perpindahan pilihan dari parpol agamis dan parpol campuran ke parpol nasionalis yang cukup tinggi ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk miskin, pengeluaran perkapita bulanan, PDRB, dan persentase penduduk perkotaan yang cukup tinggi pula. Sedangkan perpindahan pilihan dari parpol nasionalis dan parpol agamis ke parpol campuran yang rendah ada hubungannya dengan persentase penduduk miskin yang cukup tinggi. Adapun perpindahan pilihan dari parpol campuran ke parpol nasionalis dan parpol agamis yang cukup tinggi ada hubungannya dengan persentase penduduk perkotaan dan persentase penduduk beragama Islam yang cukup tinggi, dan persentase pemilih pemula yang rendah.
Analisis Biplot Karakteristik gerombol pada Tabel 3 dianalisis dengan menggunakan biplot. Hasil analisis biplot berdasarkan karakteristik gerombol diperoleh akar ciri sebagai berikut
= 1589,84,
= 205,86 ,
= 68,67 , dan
= 0,63. Koordinat
posisi obyek dan peubah masing-masing disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Koordinat posisi obyek Gerombol 1 2 3 4
Dimensi 1 Dimensi 2 2,98 2,57 0,67 -2,49 -5,27 0,85 1,62 -0,93
18
Tabel 5 Koordinat posisi peubah Peubah
Dimensi 1 -0,16 0,82 0,18 -0,03 6,16 0,38 0,50 -0,34 0,48 0,44
Dimensi2 -0,05 -2,89 0,40 0,18 0,62 0,24 -0,56 2,03 -0,95 -0,34
Keterangan: Dimensi 1 adalah sumbu utama pertama (sumbu horizontal) dan dimensi 2 adalah sumbu utama kedua (sumbu vertikal).
Grafik biplot berdasarkan karakteristik gerombol disajikan pada Gambar 5. Keragaman yang dapat dijelaskan dalam biplot sebesar 96,33 %. Sumbu utama pertama memberikan kontribusi sebesar 85,13 % dari total keragaman yang dapat diterangkan, sedangkan sumbu utama kedua memberikan kontribusi sebesar 11,20 %.
Gambar 5 Penyajian biplot berdasarkan karakteristik gerombo l
19
19
Berdasarkan titik koordinat obyek hasil biplot, gerombol 1 dicirikan oleh ,
, dan
. Oleh karena itu provinsi NAD memiliki penduduk dengan
pemeluk agama Islam, pemilih pemula, dan pengangguran terbuka relatif cukup besar. Sedangkan gerombol 2 dan 4 dicirikan oleh
,
,
, dan
. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk pada provinsi-provinsi yang termasuk gerombol ini banyak tinggal di perkotaan dan mempunyai produk domestik regional bruto, pengeluaran perkapita bulanan, dan indeks pembangunan manusia yang relatif cukup tinggi. Pada gerombol 3 yaitu provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua, penduduknya mempunyai tingkat kemiskinan ( tidak tamat perguruan tinggi yang relatif cukup tinggi (
) dan
).
Analisis Korelasi Kanonik Analisis Korelasi Kanonik Menurut Nasional Hasil analisis korelasi antara peubah respon (perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009) dengan peubah
bebas (karakteristik
daerah) menurut nasional (32 provinsi) disajikan pada Tabel perolehan suara PN (
) memiliki hubungan yang linier cukup erat dengan
persentase penduduk beragama Islam ( suara PA (
6. Perubahan
). Sedangkan perubahan perolehan
) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase
pemilih pemula (
) . Adapun
perubahan perolehan suara PC (
) memiliki
hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan (
).
Tabel 6 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional Peubah bebas
Peubah respon -0.28
0.41
0.39
-0.23
0.54
0.38
0.38
-0.38
0.13
0.42
-0.10
-0.08
-0.60
0.00
-0.32
-0.36
-0.24
0.19
-0.04
-0.15
0.48
-0.50
0.08
0.32
-0.43
-0.16
-0.29
0.32
-0.14
-0.43
Uji hipotesis korelasi kanonik secara keseluruhan menghasilkan nilai statistik uji Wilks’lambda sebesar 0,096 dengan nilai-p sebesar 0,0034. Apabila α yang digunakan sebesar 0,05 maka nilai-p ini kurang dari nilai α. Hal ini berarti bahwa ada korelasi kanonik yang signifikan. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat diambil minimal satu buah.
20
Selanjutnya uji sebagian dilakukan untuk memperoleh peubah kanonik yang dapat diambil. Hasil uji ini disajikan pada Tabel 7. Korelasi kanonik dari gugus peubah bebas dengan peubah respon menghasilkan 3 buah peubah kanonik yang cukup tinggi yaitu, 0,85, 0,74, dan 0,72.
Tabel 7 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut nasional Peubah kanonik 1 2 3
Korelasi Kanonik
Proporsi
Nilai-P
0,85 0,74 0,50
0,63 0,29 0,08
0,0034 0,1143 0,5425
Berdasarkan kontribusi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik pertama, kedua, dan ketiga masing-masing menjelaskan keragaman total 63 %, 29 %, dan 8 %. Oleh karena itu kontribusi keragaman yang cukup tinggi adalah pada peubah kanonik yang pertama. Jika α diambil 0,05 maka korelasi kanonik yang pertama berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah respon dengan peubah bebas adalah satu korelasi kanonik saja. Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas pada 32 provinsi disajikan pada Tabel 8. Peubah respon (Y) yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik bebas pertama (
) adalah perubahan perolehan suara PN (
sebesar 0,61 dan perubahan perolehan suara PC (
)
) sebesar -0,69 .
Tabel 8 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut nasional Peubah Respon
Peubah Kanonik Bebas 0.61 -0.14 -0.69
Korelasi peubah bebas (Y) dengan peubah kanonik respon pertama ( ) disajikan pada Tabel 9. Peubah bebas yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik respon adalah persentase penduduk laki-laki (
) sebesar -0,57,
21
persentase penduduk beragama Islam ( manusia (
) sebesar 0,52, dan indeks pembangunan
) sebesar 0,53.
Tabel 9 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut nasional Peubah Bebas
Peubah Kanonik respon -0.57 0.44 -0.03 -0.35 0.52 0.26 0.26 -0.49 0.06 0.53
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, pola hubungan antar peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional adalah semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk beragama Islam, dan indeks pembangunan manusia maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran.
Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gerombol Korelasi kanonik antara peubah bebas (karakteristik daerah) dan peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dianalisis berdasarkan tiap gerombol. Banyaknya obyek pada gerombol 1, 3, dan 4 adalah kurang dari banyaknya peubah. Oleh karena itu gerombol-gerombol tersebut tidak bisa dianalisis. Gerombol yang dapat dianalis hanyalah gerombol 2. Pada gerombol 2, hasil analisis korelasi antara peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan peubah bebas (karakteristik daerah) disajikan pada Tabel 10. Perubahan perolehan suara PN ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan (
). Pada peubah respon
yang kedua yaitu perubahan perolehan suara PA ( ), tidak mempunyai hubungan linier cukup erat dengan peubah bebas manapun. Sedangkan perubahan perolehan
22
suara PC ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk laki-laki (
) dan persentase penduduk perkotaan (
).
Tabel 10 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut gerombol 2 Peubah bebas
Peubah respon -0.34
0.53
0.16
-0.27
0.26
0.13
0.47
-0.43
0.13
0.11
-0.19
0.03
-0.36
-0.14
0.02
-0.11
-0.14
0.04
0.04
0.25
0.58
-0.62
0.20
0.44
-0.30
-0.03
-0.37
0.43
-0.18
-0.37
Uji hipotesis korelasi kanonik secara keseluruhan menghasilkan nilai statistik uji Wilks’lambda sebesar 0,042 dengan nilai-p sebesar 0,036. Apabila α yang digunakan sebesar 0,05 maka nilai-p tersebut kurang dari nilai α. Hal ini berarti bahwa ada korelasi kanonik yang signifikan. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat diambil minimal satu buah. Selanjutnya uji sebagian dilakukan untuk memperoleh peubah kanonik yang dapat diambil. Hasil uji ini disajikan pada Tabel 11. Korelasi kanonik dari gugus peubah bebas dengan peubah respon menghasilkan 2 peubah kanonik yang cukup besar yaitu, 0,95 dan 0,72.
Tabel 11 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut gerombol 2 Peubah kanonik ke1 2
Korelasi kanonik 0.95 0.72
Proporsi 0.88 0.10
Nilai-p 0.04 0.81
Berdasarkan kontribusi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik pertama dan kedua masing-masing menjelaskan keragaman total 88 %, dan 10 %. Oleh karena itu kontribusi keragaman yang cukup tinggi adalah pada peubah kanonik yang pertama. Jika α ditentukan sebesar 0,05 maka hanya peubah kanonik pertama yang berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian peubah kanonik yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah respon dengan peubah bebas adalah satu peubah kanonik saja. Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas disajikan pada Tabel 12. Peubah respon (Y) yang berhubungan cukup erat dengan peubah
23
23
kanonik bebas (
) adalah perubahan perolehan suara PN
perubahan perolehan suara PC
sebesar 0,56 dan
sebesar 0,56. Hal ini berarti bahwa peubah
yang dapat diambil untuk mewakili gugus peubah respon adalah perubahan perolehan suara PN dan perubahan perolehan suara PC.
Tabel 12 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut gerombol 2 Peubah respon
Peubah kanonik bebas 0.56 0.29 0.56
Korelasi peubah bebas dengan peubah kanonik peubah respon disajikan pada Tabel 13. Peubah bebas yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik respon (
adalah
sebesar -0,59 dan
sebesar 0,68. Dengan
demikian peubah yang dapat mewakili gugus peubah bebas adalah persentase penduduk laki-laki dan persentase penduduk perkotaan. Tabel 13 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut gerombol 2 Peubah bebas
Peubah kanonik respon -0.59 0.68 -0.13 -0.46 0.29 0.05 0.43 -0.45 0.20 0.34
Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13, gerombol 2 mempunyai pola hubungan antar peubah respon dengan peubah bebas yaitu semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki dan persentase penduduk perkotaan
24
maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran. Dengan demikian pola hubungan korelasi kanonik menurut gerombol 2 dan keseluruhan provinsi memiliki persamaan yaitu semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil deskripsi data dan analisis gerombol disimpulkan bahwa ada perubahan perolehan suara parpol pada pemilu 2004 dan 2009. Perubahan perolehan suara parpol terjadi di semua kelompok parpol (Parpol Nasionalis, Parpol Agamis, dan Parpol Campuran). Pada Parpol Nasionalis, perolehan suaranya meningkat di setiap propinsi kecuali NTT dan Papua. Partai lama yang memberikan perolehan suara terbesar adalah Partai Demokrat. Sedangkan partai baru yang memperoleh simpati masyarakat adalah Partai Hanura dan Partai Gerindra. Kedua partai ini diindikasikan perolehan suaranya diperoleh dari Partai Golkar. Sedangkan perolehan suara Parpol Agamis dan Campuran menurut nasional mengalami penurunan. Meskipun demikian,
perolehan suara Parpol Agamis
meningkat di sejumlah propinsi (Jatim, Jateng, Bali, NTT, dan Papua). Partai yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara tersebut adalah PKS. Sedangkan perolehan suara Parpol Campuran meningkat pada propinsi Sulsel, Sultra, Maluku, dan Papua. Partai yang cenderung dipercaya oleh masyarakat pada Parpol Campuran di daerah tersebut adalah PAN. Secara umum, ada perpindahan pilihan parpol dari Parpol Agamis dan Parpol Campuran ke Parpol Nasionalis. Perpindahan ini ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk miskin, pengeluaran perkapita bulanan, produk domestik regional bruto, persentase penduduk perkotaan, dan persentase pemilih pemula. Persamaan hasil analisis gerombol dan biplot adalah perubahan perolehan suara ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk perkotaan, produk domestik regional bruto, pengeluaran perkapita bulanan, dan persentase penduduk miskin. Sedangkan persamaan hasil analisis gerombol, biplot, dan korelasi kanonik menurut gerombol 2 adalah perubahan perolehan suara Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran berhubungan cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan.
26
Saran Di dalam penulisan ini, data yang digunakan berbasis data propinsi, sehingga kesimpulannya masih bersifat umum. Untuk memperoleh kesimpulan yang lebih rinci disarankan menggunakan data tingkat kabupaten/ kota.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Profil Partai Politik Peserta Pemilihan Umun 2009. Kompas 14 Juli 2008: 38-39. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta. Dillon WR & Goldstein M. 1984. Multivariate Analysis Methods and Application. New York : John Willey and Sons Inc. Gabriel KR. 1971. The Biplot Graphic Display of Matrices with Application to Principal Component Analysis. Biometrika, 58: 453-467. Ismail. 2004. Pijar-Pijar Islam Pergumulan Kultur dan Struktur. Yogyakarta: Penerbit LESFI. Johnson RA & Wichern DW. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey : Prentice Hall. [KPU] Komisi Pemilihan Umum. 2004. Rekapitulasi Perolehan Suara Legislatif tahun 2004. http://www.kpu.go.id [17 November 2004]. ___________________________ 2009. Rekapitulasi Perolehan Suara Legislatif tahun 2009. http://www.kpu.go.id [5 Desember 2009]. [LSI] Lingkaran Survey Indonesia. 2007. Preferensi dan Peta dan Dukungan Pemilih pada Partai Politik. http://www.lsi.co.id [29 Juni 2010]. Mendenhall W., Wackerly D.D., Scheaffer R.L. 1990. Mathematical Statistics with Applications. Boston: PWS-Kent Publishing Company. Sumarsono. 2009. Evaluasi Penyebab http://m.inilah.com. [04 April 2011].
Turunnya Suara Partai Golkar.
Udiyani PM. 2007. Analisis Cluster terhadap Radioaktivitas Alam Tapak Reaktor dan Instalasi di Pulau Jawa. Prosiding Seminar Nasional ke-13 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir; Jakarta, 6 Nopember 2007.
30
Lampiran 2 Perubahan perolehan suara parpol No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Propinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri DKI Jabar Jateng DIY Jatim Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Maluku Malut Irjabar Papua
PN 28.31 10.15 16.22 5.46 5.98 9.38 7.81 3.86 15.99 14.10 16.90 9.61 7.60 10.19 14.34 11.38 0.59 13.36 -4.05 5.89 7.82 12.72 8.42 7.24 2.28 0.57 6.87 0.69 5.62 15.19 1.86 -3.90
PA -18.76 -6.77 -11.85 -3.81 -3.84 -4.19 -6.57 -2.84 -12.98 -3.15 -9.96 -6.67 0.55 -0.08 4.34 -6.48 0.67 -8.44 1.44 -3.95 -4.42 -6.87 -4.84 -1.26 -0.46 -2.63 -8.49 -0.27 -10.84 -10.64 -0.21 -0.49
PC -9.56 -3.38 -4.38 -1.65 -2.14 -5.19 -1.24 -1.02 -3.01 -10.95 -6.94 -2.94 -8.15 -10.11 -18.68 -4.90 -1.26 -4.92 2.62 -1.94 -3.40 -5.85 -3.58 -5.98 -1.83 2.06 1.62 -0.42 5.22 -4.55 -1.65 3.41
28 31 Lampiran 3 Peubah karakteristik daerah dan peubah perubahan perolehan suara parpol No.
Propinsi
x1
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x8
x9
x10
1
NAD
50
28.75
17.57
97.50
99.85
9.56
38.21
23.53
17.12
70.4
2
Sumut
50
42.64
16.30
97.18
65.50
9.10
39.18
12.55
16.40
72.8
3
Sumbar
51
28.93
15.65
97.20
98.00
8.04
40.20
10.67
14.96
72.2
4
Riau
51
34.59
16.15
97.58
88.00
8.20
52.03
10.63
53.26
74.6
5
Jambi
51
28.32
16.21
96.80
98.40
5.14
38.10
9.32
14.23
71.5
6
Sumsel
50
33.78
17.37
96.95
96.00
8.08
36.13
17.73
18.73
71.4
7
Bengkulu
51
28.33
17.02
96.83
97.50
4.90
36.36
20.64
8.80
71.6
8
Lampung
51
21.24
15.36
97.96
92.00
7.15
33.41
20.98
10.08
69.8
9
Babel
51
43.04
16.56
98.17
81.83
5.99
52.11
8.58
19.35
71.6
10
Kepri
50
76.01
17.53
95.56
83.80
8.01
56.02
9.18
40.75
73.7
11
DKI
50
100.00
15.85
90.97
83.00
12.16
86.37
4.29
74.07
76.6
12
Jabar
51
50.31
14.56
96.70
96.50
12.08
39.69
13.01
14.72
70.7
13
Jateng
49
40.19
13.92
97.16
96.80
7.35
30.63
19.23
11.18
70.9
14
DIY
50
57.64
15.34
92.84
92.10
5.38
41.69
18.32
10.99
74.2
15
Jatim
49
40.88
13.35
97.00
90.00
6.42
33.20
18.51
16.76
69.8
16
Banten
50
52.17
16.55
96.89
96.60
15.18
45.45
8.15
12.76
69.3
17
Bali
50
49.74
12.31
94.51
5.70
3.31
42.90
6.17
14.20
70.5
18
NTB
49
35.08
15.83
98.23
96.00
6.13
30.04
23.81
11.39
68.7
19
NTT
50
15.46
14.19
98.23
4.10
3.73
23.73
25.65
15.73
68.4
20
Kalbar
51
26.40
16.45
98.01
57.60
5.41
34.92
11.07
13.21
67.5
21
Kalteng
52
28.14
16.06
97.59
69.67
4.59
41.82
8.71
101.86
73.5
22
Kalsel
50
36.21
14.72
96.71
89.00
6.18
44.35
6.48
12.61
68.0
23
Kaltim
52
57.75
15.00
95.60
85.20
11.11
58.53
9.51
11.54
73.8
24
Sulut
51
36.66
13.17
96.02
27.00
10.65
34.15
10.10
10.91
74.7
25
Sulteng
51
19.82
15.34
97.23
78.40
5.45
31.96
20.75
10.69
69.3
26
Sulsel
49
29.54
14.83
96.22
89.20
8.52
31.57
13.61
5.42
61.6
27
Sultra
52
21.01
16.62
96.61
95.30
5.73
27.46
19.53
7.54
68.3
28
Gorontalo
50
25.54
13.96
97.82
98.40
5.65
27.59
24.88
8.08
68.8
29
Maluku
51
25.33
16.29
96.89
23.30
10.67
28.66
29.66
4.75
70.0
30
Malut
51
29.31
16.53
98.02
84.00
6.48
30.54
11.28
4.02
67.8
31
Irjabar
52
33.13
16.01
99.28
41.30
7.65
40.94
35.12
17.08
67.3
32
Papua
53
21.14
16.16
98.98
20.00
4.39
34.69
37.08
26.62
63.4
Keterangan: x1=laki-laki(%), x2=penduduk kota(%), x3=pemilih pemula(%), x4=tdk tamat PT(%), x5=beragama Islam(%), x6= pengangguran terbuka (%), x7= pengeluaran perkapita bulanan (xRp.10.000,-), x8 = penduduk miskin (%), x9 = Produk Domestik Regional Bruto /PDRB(xRp.1000.000,-), x10 = Indeks Pembangunan Manusia/IPM.